HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR DESA MUNGGUR KECAMATAN MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR DESA MUNGGUR KECAMATAN MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

Putri Zudhah Ferryka R.0206046 PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Penelitian/Skripsi dengan judul : Hubungan Kebisingan Dengan Kelelahan

Kerja Di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar

Putri Zudhah Ferryka, R0206046, Tahun 2010

Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari : .............., Tanggal : .........., Tahun : 2010

Pembimbing Utama

Hari Wujoso,dr., MM. Sp.F NIP. 19621022 1999503 1 001

Pembimbing Pendamping

Reni Wijayanti,dr.,M.Sc ………………………………

Penguji

Putu Suriyasa,dr., MS, PKK, Sp.Ok ……………………………… NIP. 19481105 1981111 1 001

Surakarta,.......................................

Tim Skripsi

Ketua Program

D. IV Kesehatan Kerja

Vitri Widyaningsih, dr Putu Suriyasa,dr., MS, PKK, Sp.Ok NIP. 19820423 200801 2 001

NIP. 19481105 1981111 1 001

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelas kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta, April 2010

Nama Putri Zudhah Ferryka NIM. R0206046

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mencari jawaban atas permasalahan ada atau tidaknya Hubungan Kebisingan Dengan Kelelahan Kerja Di Penggilingan Padi Makmur, Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar

Kerangka penelitian ini adalah bahwa kebisingan berpengaruh terhadap daya kerja seseorang yang bisa menggangu konsentrasi pekerja dalam bekerja, sehingga menyebabkan kelelahan kerja meningkat.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode analitik menggunakan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini berjumlah 50 orang tenaga kerja yang terdiri dari 30 orang dari bagian Proses Produksi dan 20 orang dari bagian Administrasi yang diambil 15 orang dari masing-masing bagian untuk dijadikan sampel. Cara pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik Purposive Random Sampling . Untuk mengetahui hubungan kebisingan terhadap kelelahan kerja yang kebisingannya melebihi NAB dan dibawah NAB dilakukan uji stastik chi square

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja yang intensitasnya signifikan dengan hasil P = 0.000, maka p < 0,01. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kebisingan dengan kelelahan kerja, maka hasil uji di atas NAB dapat menyebabkan kelelahan kerja yang meningkat. Saran yang dapat diberikan adalah supaya tenaga kerja sadar akan bahaya kebisingan dan pihak pemilik penggilingan padi harus memperhatikan akan bahaya tersebut sehingga ada upaya perbaikan.

Kata kunci

: Kebisingan-Kelelahan Kerja

ABSTRACT

PUTRI ZUDHAH FERRYKA, 2010, THE INFLUENCE OF NOISE AGAINST WORK TIREDNESS ON PENGGILINGAN PADI MAKMUR,MUNGGUR, MOJOGEDANG, KARANGANYAR. DIPLOMA IV PROGRAM OF WORK HEALTH IN MEDICAL FACULTY OF SEBELAS MARET UNIVERSITY.

The goal of the research is to look for the answer of there is or no intensity influence of noise against work tiredness on the employee of penggilingan padi makmur,munggur, mojogedang, karanganyar The framework of this research is that noise influence work force, which can disturb employee concentration in working, so that causes work tiredness increase.

In line with the problem and the goal of the research, so this research is done by analytic method with using cross sectional design. The population of the research is 285 peoples of employees that consist of 105 peoples from the plant process department and 180 peoples from administration department that is taken

30 peoples from each division to become sample. The way of sample taking is with using quota purposive of random sampling technique. For knowing the influence of noise influence against work tiredness whose noise exceeds NAB and under NAB is performed statistic of T-Test sample independent test.

The result of the research showed that there is noise influence against work tiredness which its intensity is very significant with result P = 0,000, so p < 0,001. Therefore it can be concluded that noise intensity of test result above of NAB can cause the increasing work tiredness. The suggestion which can be given is that in order that the employee become aware and discipline in using ear protect device, except that the company must also strength in upholding employee discipline to use ear protect device.

Keywords

: Noise Intensity- Work Tiredness

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karangganyar” tepat pada waktunya.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, meskipun usaha keras untuk hal tersebut telah penulis upayakan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan maupun penyempurnaannya.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, Dr. dr. MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS., PKK. Sp. Ok. , selaku Ketua Program Diploma

IV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Hari Wujoso,dr., MM. Sp.F, selaku pembimbing I Skripsi.

4. Ibu Reni Wijayanti,dr, selaku Pembimbing II Skripsi.

5. Bapak, Ibu H. Sunaryo selaku pemilik penggilingan padi, yang telah mengijinkan dan membantu dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

6. Seluruh karyawan di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang, Karanganyar atas kerjasama dan kebaikannya.

7. Seluruh karyawan/karyawati program D.IV Kesehatan Kerja yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan ini.

8. Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan orang-orang terdekat yang aku sayangi, atas segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar.

9. Semua teman-teman D.IV Kesehatan Kerja yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Salam sejahtera bagi kita semua,

Surakarta, 13 April 2010 Penulis,

Putri Zudhah Ferryka

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN......................................................................

ii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Tabel Batas-Batas Nilai Ambang Batas Kebisingan LAMPIRAN 2 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan LAMPIRAN 3 Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Proses Produksi LAMPIRAN 4 Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Administrasi

LAMPIRAN 5 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke I di Bagian Proses Produksi LAMPIRAN 6 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke II di Bagian Proses Produksi. LAMPIRAN 7 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke III di Bagian Proses Produksi. LAMPIRAN 8 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke I di Bagian Administrasi. LAMPIRAN 9 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke II di Bagian Administrasi. LAMPIRAN 10 Hasil Pengukuran Kelelahan Ke III di Bagian Administrasi. LAMPIRAN 11 Hasil Uji Dengan Chi Square Test LAMPIRAN 12 Identitas Sampel di Penggilingan Padi Makmur

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR DESA MUNGGUR KECAMATAN MOJOGEDANG KARANGANYAR SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

Putri Zudhah Ferryka R.0206046 PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan, dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam upaya mencapai visi tersebut ditetapkan program-program unggulan, salah satunya adalah program kesehatan dan keselamatan kerja (Depkes RI, 2003).

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum (Suma’mur P.K, 2009).

Sehat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya (A.M.Sugeng Budiono, dkk, 2003:97).

Tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya mendapat tekanan langsung dari pekerjaannya dan dari lingkungan kerjanya. Untuk efisiensi dan produktivitas kerja maupun untuk proteksi tenaga kerja, keseimbangan yang optimal antara beban langsung dan beban tambahan oleh lingkungan kerja dan kapasitas kerja perlu dicapai. Beban tambahan akibat kerja disebabkan oleh faktor-faktor antara lain: faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor fisiologis, faktor psikologis (Suma’mur, 2009).

Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen kerja berupa kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi (Suma’mur P.K., 1996:48). Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor fisik yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Kebisingan selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan komunikasi, efek pada pekerjaan dan reaksi masyarakat (Anhar Hadian, 2000).

Salah satu efek kebisingan pada pekerjaan adalah kelelahan. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Suma’mur, 2009). Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja (Eko Nurmianto, 2003: 264). Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004: 107).

Penggunaan teknologi yang semakin canggih, di samping membantu tenaga kerja dalam penyelesaian pekerjaan juga dapat menimbulkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Mesin-mesin yang digunakan dapat menjadi sumber bising di tempat kerja. Kebisingan yang berlangsung setiap hari terus-menerus minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, maka suatu saat akan melewati batas dimana paparan kebisingan tersebut akan menyebabkan gangguan pendengaran (Dwi Sasongko P, dkk, 2000:20). World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Anhar Hadian (2000) melaporkan tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk. Angka itu diperkirakan akan terus meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Irwan Harwanto (2004:60) di Depo Lokomotif PT Kereta Api Daerah Operasi IV Semarang bahwa ada 13% tenaga kerja yang mengalami kelelahan ringan, 69,6% kelelahan sedang dan 17,4% tenaga kerja mengalami kelelahan berat akibat paparan bising yang melebihi ambang batas yaitu range 85,8-90,6 dBA dan di Depo Kereta dengan range kebisingan 51,5-60,4 dBA ada 71,5% tenaga kerja mengalami kelelahan ringan, 19% kelelahan sedang dan 9,5% kelelahan berat. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Arif Yoni Setiawan (2000:56-

58) di bagian machine moulding dan floor moulding Unit Produksi Departemen Foundry PT Texmaco Perkasa Engineering Kaliwungu bahwa dengan range kebisingan 98-105 dBA pada bagian machine moulding 22,2% tenaga kerja mengalami kelelahan ringan, 51,9% kelelahan sedang, 25,9% 58) di bagian machine moulding dan floor moulding Unit Produksi Departemen Foundry PT Texmaco Perkasa Engineering Kaliwungu bahwa dengan range kebisingan 98-105 dBA pada bagian machine moulding 22,2% tenaga kerja mengalami kelelahan ringan, 51,9% kelelahan sedang, 25,9%

Begitu juga dengan lingkungan penggilingan padi yang terdapat kebisingan dengan frekuensi tinggi yang dapat menyebabkan gangguan bagi para pekerjanya. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karnganyar, didapatkan keluhan dari beberapa pekerja bahwa mereka mengeluhkan mengenai perasaan lelah diseluruh badan bila mereka berada di tempat kerja setelah mesin penggilingan dibunyikan, padahal mereka belum lama melakukan pekerjaan. Selain itu juga dilakukan pengukuran kebisingan di bagian penggilingan padi tersebut dengan menggunakan alat Sound Level meter diperoleh hasil pengukuran sebesar 90 dB. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di penggilingan padi telah melebihi nilai ambang batas yang membahayakan karena berdasarkan Kepmenaker Nomor 51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisik di lingkungan kerja yang berupa kebisingan disebutkan bahwa nilai ambang batas untuk bising adalah 85 dB dengan waktu pemaparan selama 8 jam sehari.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian mengenai Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Kerja Di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

a. Umum Untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja Di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang.

b. Khusus

1. Untuk mengetahui besarnya kebisingan di Penggilingan Padi Makmur.

2. Untuk mengetahui tingkat kelelahan pekerja di Penggilingan Padi.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja di Penggilingan Padi Makmur.

D. Manfaat Penelitian

a. Teoritis : Diharapkan sebagai pembuktian teori (Suma’mur P.K., 2009) bahwa ada hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja.

b. Aplikatif :

1. Diharapkan tenaga kerja mengetahui seberapa besar kelelahan yang dialami akibat kebisingan yang selama ini terpapar.

2. Diharapkan pihak yang mempunyai penggilingan padi menyadari bahaya dari kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebisingan

a. Pengertian Kebisingan Kebisingan menurut Suma’mur P.K, 2009 adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat mengganggu seseorang. Bising secara subyektif adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan seseorang. Secara obyektif bising terdiri dari getaran suara yang kompleks yang sifat getarannya tidak periodik.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 51/MEN/1999 kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Kebisingan menurut Hartono, 2007 adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh karena itu dapat menimbulkan gangguan psikologis maupun kurangnya rasa nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur dan emosi sehingga dapat menyebabkan kelelahan kerja akibat terpapar bising.

b. Jenis-jenis Kebisingan

1) Menurut Suma’mur (2009) : (1) Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi yang luas.

Misal : mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar. (2) Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi sempit. Misal : gergaji sirkuler, katup gas. (3) Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misal : lalu lintas, suara kapal terbang. (4) Kebisingan impulsive. Misal : tembakan bedil, meriam, ledakan. (5) Kebisingan impulsive berulang. Misal : mesin tempa, pandai besi.

2) Menurut Soemanegara (2005) : (1) Bising-bising impulsive (2) Bising-bising tetap

3) Menurut Sihar Tigor Benjamin Tambunan (2005:7), kebisingan di tempat kerja diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar yaitu: (1) Kebisingan tetap (steady noise), yang terbagi menjadi dua

yaitu: (a) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency

noise ), berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang beragam.

(b) Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi terputus yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni). (2) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi tiga yaitu: (a) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu. (b) Intermittent noise, kebisingan yang terputus putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas. (c) Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api.

c. Efek Kebisingan Terhadap Kesehatan

Pengaruh pemaparan kebisingan menurut Sandes dan Mc Cormick, Pulat, dan WHS, yang dikutip Tarwaka (2004:41) secara umum dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lama waktu pemaparan. Pengaruh pemaparan kebisingan antara lain adalah :

1) Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat permanent atau ketulian maupun bersifat sementara, pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui. Secara fisiologis kebisingan dengan 1) Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat permanent atau ketulian maupun bersifat sementara, pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui. Secara fisiologis kebisingan dengan

2) Pengaruh kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB) adalah dapat menyebabkan stress pada karyawan yang secara spesifik dapat mengakibatkan: stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan reaksi psikomotor, kehilangan konsentrasi, gangguan kominikasi antar lawan bicara dan penurunan perfomansi kerja yang kesemuannya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja (Tarwaka, 2004:42).

Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya gangguan-gangguan seperti di bawah ini (Departemen Kesehatan RI, 2003:MI-2:37):

1) Gangguan Fisiologis Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat kebisingan. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, pembicara terpaksa berteriak- teriak selain memerlukan ekstra tenaga juga menambah kebisingan

(Departemen Kesehatan RI, 2003:MI-2:37). Contoh gangguan fisiologis antara lain adalah: naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vaso kontriksi pembuluh darah (semutan), otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh meningkat. Semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara spontan (Benny L. Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002:247). Kebisingan juga dapat menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadi kelelahan pada otot (Suma’mur P.K., 1996:190).

2) Gangguan Psikologis Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi, mengurangi konsentrasi (A.M. Sugeng, dkk, 2003:33), dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi (Benny Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002:250) sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan- kesalahan akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak 2) Gangguan Psikologis Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi, mengurangi konsentrasi (A.M. Sugeng, dkk, 2003:33), dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi (Benny Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002:250) sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan- kesalahan akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak

d. Nilai Ambang Batas (NAB) Menurut

Menteri Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang NAB faktor fisika di tempat kerja, yang dimaksud NAB adalah standart faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Tabel 1. Batas – Batas Nilai Ambang Batas Kebisingan

Surat

Keputusan

Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan

dB(A)

4 Jam

15 100 Menit

Sumber : Kepmenaker no. KEP 51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja.

e. Pengendalian Kebisingan Di Tempat Kerja Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak ysng ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan melalui porspektif manajemen resiko kebisingan (Tarwaka, 2004:42). Manajemen resiko yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang logika dan sistematik untuk mengendalikan resiko yang timbul. Langkah manajemen resiko kebisingan tersebut adalah :

1) Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit atau cedera akibat kerja.

2) Menilai resiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan cedera akibat kerja.

3) Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau meminimalisasi resiko kebisingan (Tarwaka, 2004:42).

Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah selanjutnya adalah melaksanakan langkah pengendalian kebisingan dengan dua arah pendekatan yaitu jangka pendek dan jangka panjang dari hirarki pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka panjang, tehnik pengendaliannya secara berurutan adalah eliminasi sumber kebisingan, pengendalian secara tehnik, pengendalian secara administrative dan terakhir adalah pengguanaan alat pelindung diri (Tarwaka, 2004:43).

Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah dilakukan secara berurutan dengan tahapan sebagai berikut :

1) Eliminasi sumber kebisingan dengan penggunaan tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan, pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus memanyarakatkan intensitas kebisingan yang dikeluarkan dari mesin baru dan pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, konstruksi bangunan harus dapat meredam kebisingan serendah mungkin (Tarwaka, 2004:43).

2) Pengendalian kebisingan secara tehnik dengan : (1) Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan menutup mesin atau mengisolasi mesin sehingga terpisah dengan pekerja. Tehnik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin memakai remote control. Selain itu dapat 2) Pengendalian kebisingan secara tehnik dengan : (1) Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan menutup mesin atau mengisolasi mesin sehingga terpisah dengan pekerja. Tehnik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin memakai remote control. Selain itu dapat

(2) Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan. Apabila tehnik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan, maka tehnik berikutnya adalah dengan memberi pembatas atau sekat anatara mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau melapisi dinding, plafond an lantai dengan bahan penyerap suara. Manurut Sanders dan Mccomick cara tersebut dapat mengurangi kebisingan antara 3-7 desibel (Tarwaka, 2004:43).

3) Pengendalian kebisingan secara administratif. Apabila tehnik pengendalian secara tehnik belum dapat memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan tehnik pengendalian secara administrative. Tehnik pengendalian ini lebih difokuskan pada manajemen pemaparan. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih aman yang didasarkan pada intensitas kebisingan (Tarwaka, 2004:43).

4) Pengendalian kebisingan pada pekerja.

Tehnik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh tehnik pengendalian diatas belum memungkinkan untuk dilaksanakan dikarenakan belum adanya sumber daya manusia yang menangani maupun belum adanya sarana dan prasarana. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung diri berupa tutup telingan ataupun sumbat telinga. Menurut Pulat yang dikutip Tarwaka (2004:43), pemakaian sumbat telingan dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB. Sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan sedikitnya 40-50db. Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja yang terpapar kebisingan ini telah banyak ditemukan pada perusahaan, karena secara sekilas biayanya relative lebih rendah. Namun demikian banyak ditemukan kendala dalam pemakaian alat tersebut seperti ketidakdisiplinan pekerja karena mereka menganggap mengurangi kenyamanan kerja dan mengganggu pembicaraannya (Tarwaka, 2004:44).

2. Kelelahan

a. Pengertian Kelelahan Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Sritomo Wignjosoebroto, 2003:283).

Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan (Suma’mur, 1996: 67).

Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004: 107).

Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan keadaan pada saraf sentral sistimik akibat aktivitas yang berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh sistim aktivasi dan sistim ihibisi batang otak. Merupakan fenomena kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja dan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Merupakan kriteria lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan fisik dan psikis tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan produktivitas kerja. (Rizeddin 2000).

b. Jenis Kelelahan Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996: 190). Kelelahan kerja dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1) Berdasarkan proses dalam otot Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum (AM Sugeng Budiono, 2003: 86). (1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau external signs (AM Sugeng Budiono, 2003: 87).

(2) Kelelahan Umum (General Fatigue) Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan (2) Kelelahan Umum (General Fatigue) Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan

2) Berdasar penyebab kelelahan Dibedakan atas kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara lain: kebisingan, suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis (konflik- konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang bertumpuk tumpuk (Kalimo, yang dikutip oleh Hanida Rahmawati (1998: 12).

c. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan

1) Menurut Grandjean (2008: 167). Faktor penyebab kelelahan kerja antara lain adalah : (1) Sifat pekerjaan yang monoton (kurang bervariasi) (2) Intensitas lamanya pembeban fisik dan mental. (3) Lingkungan kerja misalnya kebisingan, pencahayaan & cuaca

kerja.

(4) Faktor psikologis misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun. (5) Status kesehatan dan status gizi.

2) Menurut Siswanto 2001: 43) Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan: (1) Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan

rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.

(2) Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun. (3) Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.

(4) Status kesehatan (penyakit) dan status gizi. (5) Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)

3) Menurut Suma’mur (1996: 69). Terdapat lima kelompok sebab kelelahan yaitu: (1) Keadaan monoton (2) Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental (3) Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan

kebisingan. (4) Keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, kekhawatiran atau konflik.

(5) Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

4) Menurut Waters dan Bhattacharya, dikutip oleh Tarwaka (2004: 109) berpendapat agak lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat meyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (Endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi.

5) Menurut Setyawati yang dikutip oleh Hanida Rahmawati (2008:

14) faktor individu seperti umur juga dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibanding tenaga kerja yang berumur muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaan.

d. Gejala Kelelahan Kerja Menurut Gilmer dan Cameron yang dikutip Tarwaka (2004:109) gejala kelelahan antara lain adalah :

1) Menurun kesiagaan dan perhatian.

2) Penurunan dan hambatan persepsi.

3) Cara berpikir atau perbuatan anti social.

4) Tidak cocok dengan lingkungan.

5) Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk (2003:88) gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan obyektif antara lain : perasaan lesu, ngantuk dan pusing, tidak / berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Menurut Suma’mur P.K. (1996:190-191) gejala-gejala atau perasaan perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu :

1) Pelemahan Kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil dan ingin berbaring.

2) Pelemahan Motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, susah berfikir, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, kepercayaan berdiri berkurang,dan sulit mengontrol sikap.

3) Pelemahan Fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor pada anggota badan, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening.

e. Cara Mengatasi Kelelahan Menurut Tarwaka (2004 : 110) kelalahan dapat diatasi dengan cara :

1) Menyesuaikan kapasitas kerja fisik, kapasitas kerja mental dengan pekerjaan yang kita lakukan.

2) Mendesain stasiun pekerjaan yang ergonomi dan mendesain lingkungan kerja yang nyaman.

3) Melakukan sikap kerja yang alamiah.

4) Memberikan variasi terhadap pekerjaan yang dilakukan.

5) Mengorganisasi kerja yang baik.

6) Mencukupi kebutuhan kalori yang seimbang.

7) Melakukan istirahat setelah bekerja selama 2 jam dengan sedikit kudapan.

3. Hubungan Kebisingan dengan Kelelahan Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik dapat menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadi kelelahan pada otot (Suma’mur P.K., 1996:190).

Terjadinya kelelahan akibat kebisingan tidak begitu saja, tetapi ada faktor–faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi kelelahan antara lain adalah : Terjadinya kelelahan akibat kebisingan tidak begitu saja, tetapi ada faktor–faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi kelelahan antara lain adalah :

1) Usia Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia (Lambert, David, 2006:244). WHO menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas (Margatan, Arcole, 1996:11). Sedangkan di Indonesia umur 55 tahun sudah dianggap sebagai batas lanjut usia (Margatan, Arcole, 2006:81). Dengan menanjaknya umur, maka kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan–lahan tapi pasti. Aktivitas hidup juga berkurang, yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal (Margatan, Arcole, 2006:24).

2) Status gizi Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa Tubuh). IMT merupakan alat yang sederhana untuk 2) Status gizi Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa Tubuh). IMT merupakan alat yang sederhana untuk

3) Kondisi Kesehatan Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit tersebut antara lain : (1) Penyakit Jantung

Ketika bekerja, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan pemompaannya menjadi meningkat (Arthur Guyton, 2007:319). Selain itu jika ada beban ekstra yang dialami jantung misalnya membawa beban berat, dapat mengakibatkan meningkatnya keperluan oksigen ke otot jantung. Kekurangan suplai oksigen ke otot jantung menyebabkan dada sakit (Iman Soeharto, 2004:41). Kekurangan oksigen jika terus menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat kelelahan (Gempur Santoso, 2004:48).

(2) Penyakit Gangguan Ginjal Pengaruh kerja terhadap faal ginjal terutama dihubungkan dengan pekerjaan yang perlu mengerahkan tenaga dan yang dilakukan dalam cuaca kerja panas. Kedua-duanya mengurangi peredaran darah kepada ginjal dengan akibat gangguan (2) Penyakit Gangguan Ginjal Pengaruh kerja terhadap faal ginjal terutama dihubungkan dengan pekerjaan yang perlu mengerahkan tenaga dan yang dilakukan dalam cuaca kerja panas. Kedua-duanya mengurangi peredaran darah kepada ginjal dengan akibat gangguan

(3) Penyakit Asma Asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi. Penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi sukar sekali melakukan ekspirasi (Arthur Guyton, 2007:675). Keadaan ini menyebabkan dispnea atau kekurangan udara. Aktivitas otot pernapasan yang kurang seringkali membuat seseorang merasa dalam keadaan berat (Arthur Guyton, 2007:678) sehingga diperlukan banyak tenaga untuk bernapas. Hal ini yang akan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan

(4) Tekanan Darah Rendah Dengan berkurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung, berakibat berkurang pula jumlah oksigen sehingga terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan indikasi adanya kelelahan (Eko Nurmianto, 2003:16).

(5) Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan- (5) Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan-

4) Keadaan Psikologis Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga mempunyai perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran, harapan- harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat, motivasi, hadiah-hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya, upah dan lain-lain (Suma’mur P.K., 1996:207). Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:151).

b. Faktor Dari Luar

1) Beban Kerja Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai

persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat tertentu. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan, pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya (Suma’mur P.K., 1996:48). Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatrnya kandungan asam laktat (Eko Nurmianto, 2003:133).

2) Lingkungan fisik yang mempengaruhi terjadinya kelelahan akibat kebisingan antara lain adalah : (1) Cuaca Kerja

Pada suhu yang terlalu rendah akan dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sehingga suhu yang terlalu tinggi (diatas 32 0

C) akan menyebabkan menurunnya kelincahan dan menggangu kecermatan, sehingga kondisi semacam ini akan meningkat tingkat kelelahan seseorang (Suma’mur P.K., 1996:78).

(2) Getaran Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat (2) Getaran Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat

B. Kerangka Pemikiran

Kebisingan yang tidak dikendalikan

Diterima oleh stressor, diteruskan ke otak

Di dalam otak proses oksigenasi berkurang

Kelelahan Kerja

Faktor dari individu : Faktor dari luar : - Usia

- Iklim Kerja - Status gizi baik

- Getaran - Kondisi kesehatan baik

- Beban kerja ringan - Psikologi

- Masa Kerja

Sumber : Modifikasi Suma’mur, 2009 dan Tarwaka 2004 Gambar 1 Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Dari uraian di atas, diajukan hipotesis : “Ada hubungan antara kebisingan dengan kelelahan kerja, semakin tinggi intensitas kebisingan, maka semakin meningkat tingkat kelelahannya”.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 1989).

Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi : Penelitian dilaksanakan di Penggilingan Padi Makmur Desa

Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar.

2. Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Soekidjo Notoatmojo, 1993). Sebagai populasi adalah semua pekerja yang 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Soekidjo Notoatmojo, 1993). Sebagai populasi adalah semua pekerja yang

2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmojo, 1993). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan 30 pekerja.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive sampling yaitu teknik yang penentuan dengan pertimbangan- pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:61 ). Dalam penelitian ini ditentukan 30 orang tenaga kerja yang memenuhi ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya dari

50 jumlah pekerja yang ada. Kelompok terpapar kebisingan di atas NAB sebanyak 15 orang dan kelompok terpapar kebisingan di bawah NAB sebanyak 15 orang.

E. Sampel Penelitian

Semua tenaga kerja yang bekerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Jenis kelamin

: Laki-laki

b. Usia

: 20 – 40 tahun

c. Tenaga kerja yang mempunyai kondisi kesehatan baik.

d. Tenaga kerja yang telah bekerja selama 5 tahun atau lebih.

e. Tenaga kerja yang mempunyai beban kerja sama yaitu ringan.

f. Tenaga kerja yang mempunyai status gizi normal.

g. Tenaga kerja yang tidak mempunyai riwayat penyakit otitis media.

2. Kriteria Eksklusi

a. Tenaga kerja yang mengundurkan diri.

b. Tenaga kerja yang dalam perjalanan mengalami sakit.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

a. Variabel Bebas dalam penelitian Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar adalah kebisingan.

b. Kebisingan adalah suara yang berasal dari mesin-mesin atau alat produksi dengan intensitas tinggi yang dapat mengganggu pendengaran maupun kesehatan lainnya.

c. Satuan kebisingan adalah Desibel (dB).

d. Skala data yang digunakan adalah Nominal.

Hasil pengukuran kebisingan dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Kebisingan diatas Nilai Ambang Batas (NAB)

2) Kebisingan di bawah NAB. NAB yang digunakan berdasarkan Kepmenaker Nomor 51/MEN/1999 adalah 85 dB.

e. Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengukur tingkat kebisingan adalah Sound Level Meter.

2. Variabel Terikat

a. Variabel Terikat dalam penelitian Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan Kerja di Penggilingan Padi Makmur Desa Munggur Kecamatan Mojogedang Karanganyar adalah Kelelahan.

b. Kelelahan adalah kecepatan reaksi tenaga kerja terhadap rangsang cahaya yang diberikan diukur dengan reaction timer.

c. Satuan kelelahan adalah milidetik.

d. Skala data yang digunakan adalah Ordinal

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :

1) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 milidetik.

2) Kelelahan Kerja Ringan : waktu reaksi ³ 240,0 - < 410,0 milidetik

3) Kelelahan Kerja Sedang : waktu reaksi ³ 410,0 – < 580,0 milidetik

4) Kelelahan Kerja Berat : waktu reaksi ³ 580,0 mildetik.

e. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat

kelelahan adalah Reaction timer seri L77 atau Lakassidaya

F. Kerangka Penelitian

Populasi (N=50)

Purposive sampling

Populasi target (n=30)

Kriteria sampel : - Laki-laki - Usia 20-40 tahun - Kondisi kesehatan baik - Beban kerja ringan - Status gizi normal - Tidak mempunyai riwayat

penyakit otitis media

15 pekerja di lokasi kebisingan atas NAB yaitu sebesar 90 dB

15 pekerja di lokasi kebisingan di

di bawah NAB yaitu sebesar 70 dengan lama kerja 8 jam

dB dengan lama kerja 8 jam

Mengalami

Tidak Kelelahan

Tidak

Mengalami

mengalami Kerja

mengalami

Kelelahan

kelelahan kerja

Kerja

kelelahan kerja

Uji statistik chi square test

Gambar 2 Desain Penelitian

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:48). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :