KULIAH UMUM SI USHULUDIN

PELAKSANAAN SYARI’AT
ISLAM DI ACEH
Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA
Kepala Dinas Syariat Islam Aceh

KERANGKA DASAR SYARIAT ISLAM 

al-Qur’an
al-Sunnah

al-Aqidah
al-Syari’ah (al-Fqh)
al-Akhlaq

al-Islam

Al-Din al-Islam
al-Syariat al-Islam

SYARIAT DAN FIQH 



Syari’ah : Ajaran Allah yang termaktub
dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang
mengatur hub manusia dengan Allah,
hubungan manusia dengan sesama
dan hubungan manusia dengan
lingkungannya. (an-nushus almuqaddasah).
Fiqh

Hanbali



Fiqh ; hasil penalaran para ulama
terhadap pesan al-Qur’an dan asSunnah, khusus aspek hukum
lahiriyah dalam arti luas. Aspek fiqh
meliputi ; fiqh ibadah, mu’amalah,
munakahat, jinayah, waris,
iqtishadiyah, maliyah, siyasah,
dusturiyah, bi’ah dan lain-lain.


Fiqh
Hanafi

al­Qur’an 
al­Sunnah

Fiqh
Syafi’i

Fiqh
Malik

SYARIAT DALAM LINTASAN SEJARAH 
Al­Quran 

al­Sunnah
perkataan, perbuatan 
dan taqrir Nabi SAW 


Kalamullah,teks 
suci, bahasa Arab

Nabi dan 
Sahabat 

Dinasti 
Umayah 

Dinasti 
Abbasiyah 

Negara­
Modern 

SYARIAT ISLAM DAN NEGARA BANGSA 


Ajaran Islam (syari’ah dan fiqh), diformat dalam kerangka tata
pemerintahan dan sistem hukum suatu negara.




Dalam negara modern dengan sistem hukum sipil (civil law system),
mengharuskan legislasi (taqnin) materi fiqh dalam perundangundangan negara.



Kandungan fiqh dalam mazhab memungkinkan dilaksanakan apa
adanya, dan memungkinkan pula diwujudkan semangatnya dalam
perumusan norma hukum nasional.

SYARI’AT ISLAM DI ACEH 


Aceh memiliki otonomi luas dalam tata kelola pemerintahan,
ekonomi, politik, pendidikan, adat budaya dan Syari’at Islam (UU
No. 44 Tahun 1999 dan UU No. 11 Tahun 2006).




Pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh berada dalam bingkai negara
(state), dan pemerintah bertanggung jawab mewujudkan
pelaksanaan syari’at Islam.



Syari’at Islam yang di wujudkan di Aceh adalah syari’at Islam dalam
arti kaffah.

KERANGKA KONSEPTUAL 


Konsep pelaksanaan syari’at (tathbiq as-shari’ah) meliputi ;
pemahaman dan pengetahuan syariah, pengamalan dan
pembudayaan syariah, penegakan hukum-hukum syari’at (tanfidh alhukm).



Kebijakan pemerintah dalam pembangunan Aceh berasaskan syari’at

Islam yang meliputi ; kebijakan bidang hukum, politik, pemerintahan
dan reformasi birokrasi, kebijakan pembangunan ekonomi,
infrastruktur, pertanian, ketahanan pangan dan lingkungan hidup,
kebijakan pendidikan dan kesehatan, kebijakan bidang sosial, adat
dan budaya (RPJM Aceh).



Perumusan kebijakan pembangunan Aceh dituangkan dalam regulasi
daerah baik berupa Qanun Aceh, Peraturan Gubernur Aceh, Qanun
Kabupaten/Kota, Peraturan Bupati/Wali Kota dan berbagai peraturan
perundang-undangan lainnya.

LANJUTAN 


Transformasi nilai-nilai syariah dilakukan melalui proses legislasi
(taqnin) dalam sejumlah peraturan perundang-undangan di Aceh.




Ajaran dan nilai syariah yang tertuang dalam sejumlah kebijakan
pemerintah Aceh bersumber dari kandungan makna tekstual alQur’an dan al-Hadis, hasil ijtihad para ulama yang termaktub
dalam kitab-kitab kalam (teologi), kitab-kitab fiqh maupun kitabkitab tasawuf baik klasik maupun kontemporer, serta nilai-nilai adat
dan budaya yang tumbuh dan berkembang hingga kini.



Hukum syariah yang diwujudkan dalam bentuk Qanun Aceh, tidak
hanya dimaksudkan mengatur keamanan, ketertiban masyarakat
dan perlindungan hak, tetapi hukum berfungsi sebagai sarana
perwujudan
keadilan,
kemakmuran,
kesejahteraan
dan
kemaslahatan umat (li al-mashalih al-’ammah).

PROBLEMATIKA 



Pemahaman dan psikologi masyarakat terhadap syari’at masih parsial.



Komitmen dan partisipasi aparatur negara dan masyarakat masih sangat
terbatas dalam peningkatan pemahaman dan penegakan syari’at Islam.



Lembaga penegakan hukum belum berfungsi maksimal dalam penegakan
syari’at Islam, karena faktor regulasi, SDM dan sarpras.



Pembangunan hukum syari’ah di Aceh berada dalam sistem hukum
nasional, sehingga pembentukan hukum (taqnin) dan penegakan hukum
mengacu pada sistem hukum nasional (problema transformasi fiqh
menjadi hukum positif dan problema law enforcement).




Optimalisasi, koordinasi, dan sinergitas penegakan syari’at Islam antara
lembaga pemeritah dan masyarakat belum maksimal.

QANUN ACEH 


Qanun Aceh : Peraturan perundang-undangan sejenis peraturan
daerah yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan
kehidupan masyarakat Aceh



Jenisn Qanun : Qanun penyelenggaraan pemerintahan dan Qanun
penyelenggaraan kehidupan masyarakat Aceh (Qanun
keistimewaan).




Qanun pelaksanaan Syariat Islam (termasuk Qanun Keistimewaan),
hanya dapat dibatalkan melalui uji materil oleh Mahkamah Agung
(Pasal 235 UUPA)

PENEGAKAN QANUN SYARIAT  


Konsep penegakan syari’at (tahthbiq as-shari’ah) meliputi ;
pemahaman dan pengetahuan, pembudayaan, pencegahan dan
penindakan melalui penegakan hukum syari’at.



Syari’at Islam yang ditegakan meliputi seluruh dimensi kehidupan
mulai dari aqidah, hingga dusturiyah.



Efektivitas penegakan hukum syari’at ditentukan oleh faktor materi
hukum, aparat penegak hukum, kesadaran hukum, sarana dan

prsarana hukum serta political will negara.

EFEKTIFITAS PENEGAKAN SYARI’AT ISLAM


Pembentukan Qanun Aceh yang baik ; materi fiqh menjadi materi
hukum negara yang bersifat positif (tidak multi tafsir dan tidak
menyisakan problematika substanstif).



Penegak hukum yang istiqamah, konsisten, jujur dan penuh
pengabdian.



Kesadaran hukum masyarakat yang baik, menjunjung tinggi hukum,
apresiatif serta taat hukum.



Sarana dan prasana hukum yang memadai.

KEBIJAKAN TAQNIN 


Pembentukan Qanun Aceh diarahkan pada terciptanya tatanan
hukum Aceh yang adil, non diskriminasi, berkemanusiaan,
pengayoman, kepastian hukum, kebangsaan, keserasian dan
keseimbangan antara kepentingan lahiriyah dan batiniyah.



Pembentukan Qanun Aceh ditujukan kepada perwujudan
kemaslahatan umat dengan bertumpu pada maqashid al-shariah
yaitu ; pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan, kehormatan dan
perlindungan harta-benda.



Pembentukan Qanun Aceh dilakukan secara bertahap
(gradual/tadarruj) berdasarkan skala prioritas pada tingkat
dharuriyah, hajjiyah dan tahsiniyah.

LANJUTAN 


Qanun Aceh dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)
bersama Gubernur Aceh dengan mempertimbangkan partisipasi
publik.



Dalam rangka pelaksanaan syariat Islam, Qanun Aceh yang telah
dihasilkan antara lain ; Perda No. 5 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan
Syariat Islam di Propinsi Daerah Istimewa Aceh; Qanun 10 Tahun
2002 tentang Peradilan Syariat Islam; Qanun No. 11 Tahun 2002
tentang Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam; Qanun No. 7 Tahun 2004
tentang Pengelolaan Zakat, Qanun Nomor 10 Tahun 2007 tentang
Baitul Mal; Qanun No. 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan kehidupan
Adat dan Adat Istiadat; Qanun No.7 Tahun 2013 tentang Hukum
Acara Jinayah, Qanun No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayah
dan Qanun No. 8 Tahun 2014 tentang Pokok-pokok Syariat Islam.

PERAN DSI 


Educating
Membangun pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat dan aparat penegak
hukum mengenai hukum syariat.



Budgeting
Menyediakan anggaran yang memadai bagi pelaksanaan dan penegakan Qanun
Syariat Islam sesuai dengan Tupoksi.



Coordinating
Koordinasi untuk membangun persepsi yang sama dan komprehensif dalam
penegakan Qanun Syariat Islam.



Collaborating
Membangun aktivitas bersama dalam menjalankan Qanun Syariat Islam secara
terintegrasi sesuai dengan Tupoksi masing-masing lembaga.



Evaluating
Penilaian dan pengawasan bersama terhadap penegakan Qanun Syariat Islam secara
menyeluruh.