Analisis Faktor - Faktor Six Big Losses Pada Mesin Cane Mill Yang Mempengaruhi Efisiensi Produksi Pada PTPN II Pabrik Gula Sei Semayang
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1.
Sejarah Umum Perusahaan
Berdirinya PTPN Nusantara II diawali dengan pendirian pendirian
perusahaan bangsa Belanda dengan nama N. V. Veronigde Deli Maatscnappij.
Pada tanggal 11 Januari 1958an seluruh perusahaan bangsa Belanda diambil alih
oleh kepemilikannya termasuk perusahaan perkebunan Belanda berdasarkan
Undang - Undang No. 86 tahun 1958 tentang normalisasi perusahaan milik
Belanda N.V VDM yang terdiri dari 34 perkebunan.
Perusahaan Belanda diubah namanya menjadi Perkebunan Nusantara Baru,
cabang Sumatera Utara yang melakukan perkembangan dengan merubah kebun
menjadi 39 perkebunan dengan luas area 101633 Ha.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 143 tahun 1961, maka pada tanggal
1 juni 1961 Perusahaan Perkebunan Nusantara Baru diubah menjadi perusahaan
perkebunan Nusantara I yang bergerak khusus dalam pengembangan tembakau.
Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1968, Perusahaan Perkebunan
Sumatera Utara I dirubah menjadi Perusahaan Nusantara Perkebunan IX yang
terdiri dari 23 perkebunan dengan luas areal 58.319,75 Ha.
Setelah memenuhi ketentuan–ketentuan perubahan pengalihan bentuk
perusahan maka jenis perusahaannya menjadi perusahaan Perseroan. Perubahan
status ini dilakukan dengan akte No. 6 tanggal 1 April 1979, sehingga berubah
Universitas Sumatera Utara
nama menjadi PT.Perkebunan IX (PTP IX) dan pada bulan April 1994 diubah lagi
menjadi PT. Perkebunan II, sehingga PT. Perkebunan Nusantara II.
Sebelum berdirinya Pabrik Gula Sei Semayang, PTP IX sebagai pengelola
hanya memanfaatkan areal perkebunan ini untuk menanam tembakau sebagai
komoditi eksport utama. Proyek pengembangan industri gula (PPIG) dilakukan
karena adanya berbagai permasalahan dalam hal pengusahaan tembakau dipasaran
serta pemanfaatan tanah secara khusus pada selang waktu penanaman tembakau.
Dirjen Perkebunan melakukan penanaman tebu pada tahun 1975 diperkebunan
percobaan yang terletak di Tanjung Morawa, Batang Kuis, dan Sei Semayang
walaupun daerah tersebut bukan daerah pemetaan tebu.
Pada tahun 1978 dilakukan Feasibility Study dan diperoleh ijin
pembangunan proyek gula PTP IX. Akhirnya pada tahun 1982 didirikan Pabrik
Gula Sei Semayang, yang hingga sekarang merupakan pabrik gula terbesar di
Sumatera selain pabrik gula di Kuala Madu.
2.2.
Ruang Lingkup Bidang Usaha
Pabrik Gula Sei Semayang merupakan industri manufaktur yang
memproduksi gula pasir. Bahan baku utama dari produk tersebut adalah tebu yang
berasal dari penyedian bahan baku. Perusahaan ini dalam masa operasinya, sering
disebut dengan masa giling gula, yaitu apabila bahan baku (tebu), mengalami
masa panen yang cukup untuk digiling dalam produksi.
Berdasarkan pengelompokan gula negara, Pabrik Gula Sei semayang
dikategorikan dalam D pengelompokan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.59/
Universitas Sumatera Utara
Kpst / EKKU / 10 /1977 yang mengompokan pabrik gula berdasarkan kapasitas :
1. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton
2. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton
3. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton
4. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton
Produk gula yang dihasilkan sampai sekarang hanya untuk memenuhi
kebutuhan gula dalam negeri saja, khususnya daerah yang terdapat di pulau
Sumatera.
2.3.
Lokasi Perusahaan
Pabrik Gula Sei Semayang berlokasi kira-kira 12,5km dari kota Medan,
terletak di daerah Sei Semayang desa Mulyarejo Kecamatan Sunggal, Kabupaten
Deli Serdang sebelah barat kota Medan, yang bersebelahan dengan Jalan Utara
dan jalur kereta api Medan-Binjai.
Secara Geografis areal pabrik Sei Semayang terletak diantara 98° Bujur
Timur dan diantara garis 3° Lintang Utara. Ketinggian tempat antara 9-125 diatas
permukaan laut. Ada denah lokasi pabrik dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. 1. Denah Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Daerah Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang amat penting
selain aspek teknis, manajemen, organisasi, sosial dan lingkungan dalam
menjalankan kelangsungan hidup dari perusahaan.
Pasar ialah tempat dimana produsen dan konsumen melakukan proses
transaksi atas suatu barang atau jasa.
Pemasaran ialah suatu fungsi yang mencermikan cara bagaimana
memperlakukan pasar dan produk, sehingga dapat memenuhi tujuan dalam
memuaskan kebutuhan konsumen. Adapun sistem pemasaran yang dilakukan pada
Pabrik Gula Sei Semayang :
2.4.1. Saluran Distribusi
Agar produk gula dapat sampai ketangan konsumen dalam kondisi yang
baik, maka peranan distributor amatlah penting agar distribusi barang dapat
berjalan dengan baik. Distributor adalah badan usaha atau lembaga perantara yang
melakukan kegiatan distribusi. Adapun distribusi barang yang terjadi dapat
dengan berbagai cara yaitu :
1. Produsen
Konsumen (level 0)
2. Produsen
Konsumen
3. Produsen
Grosir
Pengecer
4. Produsen
Agen
Grosir
Pengecer (level 1)
Konsumen (level 2)
Konsumen (level 3)
Universitas Sumatera Utara
Adapun distribusi yang dilakukan pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah:
Produsen
Distributor
Grosir
Konsumen
Perusahaan tidak menjual langsung pada konsumen namun terhadap
distributor yang terdapat pada masing - masing wilayah. Penyebaran produk
merupakan beban yang dipikul oleh pihak grosir untuk menjual ke pasar inilah
yang akan dibeli oleh konsumen.
Daerah pemasaran Pabrik Gula Sei Semayang saat ini adalah wilayah
Sumatera dan Jawa.
2.4.2. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yaitu rencana menyeluruh, terpadu dan menyatu
dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan
dijalankan untuk mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan. Berhasil tidaknya
dalam mencapai tujuan perusahaan diperlukan kerjasama yang baik antar setiap
elemen yang terdapat pada perusahaan. Ada 4 hal yang dilakukan Pabrik Gula Sei
Semayang dalam melaksanakan strategi pemasarannya, yaitu :
1. Produk
Pabrik Gula Sei Semayang adalah pabrik yang bergerak dalam bidang
manufaktur yang mana hasil produknya berupa gula pasir. Yang merupakan
kebutuhan sehari-hari yang amat vital .
2. Harga
Pertimbangan yang cermat dan tepat dalam penetapan harga akan
menghasilkan penjualan yang optimal. Harga gula yang ditetapkan disesuaikan
Universitas Sumatera Utara
dengan membandinkan biaya pengeluaran selama masa produksi dengan
banyaknya produksi yang dihasilkan dan juga melihat kemampuan beli pasar.
3. Promosi
Pabrik Gula Sei Semayang tidak melakukan promosi melalui iklan media
elektronik maupun cetak, namun pabrik menentukan sendiri distributor yang
bersedia memasarkan produk gula.
4. Pasar
Produk gula PGSS dipasarkan di wilayah Sumatera dan Jawa.
2.4.3. Data-data Penjualan
Harga produk bisa mengalami perubahan tergantung kepada kenaikan
harga bahan baku, biaya produksi, dan distribusi. Adapun data penjualan gula
pada tahun 2004 - 2007 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Data penjualan gula tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007(Kg)
No
Bulan
2004
2005
2006
2007
1
Januari
201,650
0
900
0
2
Februari
109.472
3.752.400
50.158
616
3
Maret
12.280.524
4.765.300
178.862
3.064.237
4
April
6.701.298
189.639
1.138.200
3.532.223
5
Mei
115.495
11.894.048
877.614
2.061.670
6
Juni
3.152.864
67.863
10.009.799
1.771.501
7
Juli
1.231
1.056.206
544.832
2.294.227
8
Agustus
4.001.950
1.6954
37.952
1.520.551
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Data penjualan gula tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007(Kg)
(Lanjutan)
No
Bulan
2004
2005
2006
2007
9
September
1,800
500
1000
0
10
Oktober
2.15
713
400
213.86
11
November
891.132
1,360
5300
442000
12
Desember
0
0
1300
350
Sumber : Data penjualan Pabrik Gula Sei Semayang
2.5.
Proses Produksi
2.5.1. Proses Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan
Setelah tebu ditebang dikebun, kemudian tebu di antar kepabrik secepat
mungkin dengan tenggang waktu 24 jam dengan tujuan untuk menjaga kualitas
tebu. Karena bila lewat 24 jam kualitas tebu akan ber kurang dikarenkan
penguraian sukrosa yang terdapat dalam tebu oleh mikroorganisme sehingga kadar
gula dalam tebu akan menurun dan tebu akan terasa asam.
Setelah truk pengangkut tebu memasuki areal pabrik, truk beserta tebu
yang ada didalamnya ditimbang , dan sebelum truk kosong keluar dari halaman
pabrik setelah tebu di bongkar, hal ini dilakukan untuk mengetahui berat netto dari
tebu yang dibongkar tadi.
Tebu dari truk pengangkutan dijungkitkan dengan menggunakan tenaga
pompa hidrolik, sehingga tebu jatuh kedalam cane carrier ,sebagian lain tebu
yang diangkut dengan truk dibongkar dilantai dengan menggunakan cane striker
tebu yang disorong ke cane carrier. Tebu sebagian lain dibongkar dengan cane
Universitas Sumatera Utara
lifter hilo. Dimana kabel hilo dihubungkan dengan salah satu sisi truk sehingga
tebu tumpah ke cane feeding table lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur
sedemikian rupa sehingga memenuhi kapasitas gilingan yang direncanakan.
Oleh cane carrier tebu dibawa masuk kedalam cane leverler untuk
pengaturan masuk tebu kedalam cane cutter 1. pada cane cutter1 tebu
dipotongpotong secara horizontal, kemudian selanjutnya cane carrier membawa
tebu ke cane cutter 2 untuk dicacah lebih halus lagi.
2.5.2. Stasiun Gilingan (Mill Station )
Pada stasiun gilingan ini dilakukan pemerasan tebu dengan tujuan untuk
mendapatkan nira sebanyak-banyaknya. Pemerasan dilakukan dengan 5 set three
roll mill yaitu unit gilingan I sampai V dimana setiap unit gilingan terdapat 3 roll
yang diatur sedemikian rupa membentuk sudut 120°, dan pada masing-masing
gilingan terjadi 2 kali pemerasan.
Nira hasil perasan digilingan I dan II ditampung ditangki nira mentah yang
kemudian dipompakan menuju timbangan nira mentah. Ampas dari gilingan I
dilanjutkan ke gilingan II, demikian seterusnya sampai ke gilingan V. Sampai
kebelakang ampas tebu akan semakin kering sehingga nira yang diperas benar
benar maksimal. Nira yang dihasilkan oleh gilingan III merupakan nira imbibisi
untuk gilingan II, begitu juga nira gilingan IV akan menjadi nira imbibisi III, dan
nira hasil gilingan V merupakan nira imbibisi untuk gilingan IV. Sedangkan pada
gilingan V menggunakan air panas sebagai air imbibisi.
Universitas Sumatera Utara
Setelah gilingan V praktis nira yang terikut dalam ampas (bagasse) tebu
hampir tidak ada. Bagasse dari pemerasan akhir ini dibakar di boiler sehingga
menghasilkan uap air untuk menggerakan turbin. Dan yang tidak terpakai di boiler
dikirim ke bagasse house (gudang penyimpanan ampas tebu).
Sedangkan ampas yang terikat pada tangki nira mentah disaring melalui
plat saringan dan dibawa oleh srew conveyor ke ampas gilingan I untuk digiling
kembali ke gilingan II. Dan ampas yang terikut pada hasil gilingan III, IV, dan V
diangkut oleh juice strainer untuk digiling kembali pada gilingan III. Nira yang
telah bebas ampas dari stasiun gilingan I dan II dipompakan ke stasiun pemurnian.
2.5.3. Stasiun Pemurnian
Tujuan proses stasiun pemurnian dalah untuk menghilangkan kotoran
(unsure bukan gula) dalam nira tanpa merusak kadar gulanya. Banyak proses yang
dilakukan dalam proses pemurnian dari proses secara kimia yaitu dengan
memberikan bahan kimia yang kemudian bereaksi dengan kotoran membentuk
endapan, proses secara fisika dengan menggunakan pemanasan, pengandapan,
pengapungan dan penyaringan, serta proses kimia fisika yaitu dengan mengubah
sifat fisik suatu komponen sehingga mudah dipisahkan. Pelaksanaan prose
pemurnian harus dilakukan tanpa mengabaikan waktu, suhu, pH.
Universitas Sumatera Utara
Pada proses pemurnian diperlukan 4 bahan penolong yaitu, susu kapur, gas
sulfit, phospat dan talosep (A6XL). Dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penyaringan I
Nira mentah dari tangki nira mentah dialirkan melalui pipa kesaringan
DSM. Kemudian dialirkan ke timbangan “Maxwell Boulogne” yang menimbang
nira mentah secara otomatis.
2. Pemanasan I (Juice Heater I)
Nira mentah ditimbang dialirkan kepemanasan I, dan dipanaskan sampai
ketemperatur 75°C dengan mengalirkan steam. Pemanasan ini dilakukan dengan
waktu sesingkat mungkin untuk mencegah gula terpecah menjadi unsur yang lebih
sederhana.
3. Defekasi (defecation)
Tujuan prose defikasi adalah untuk membersihkan kompone-komponen
bukan gula dan meningkatkan harkat kemurnian (HK). Bahan yang dipakai pada
prose ini adalah susu kapur dengan pH 9.0 – 9.5. pemakaian susu dalam prose
defikasi ini belum dapat digantikan dengan bahan lain tapi tidak bisa
ditingggalkan.
4. Sulfitasi nira mentah
Nira yang telah terkapur masuk kedalam tangki sulfitasi.dalam proses ini
terjadi penurunan pH nira menjadi 7.0 – 7.2. Sulfitasi ini dilakukan pada suhu 70 75°C. penambahan SO2 tidak boleh berlebihan karena akan menyebabkan
penurunan pH menjadi terlalu rendahdan terbentuknya senyawa Calsium
Hidrosulfida (CaHSO3) yang larut dalam nira.
Universitas Sumatera Utara
5. Netralisasi (Neutralizing)
Nira nentah tersulfitasi mengalir ketangki netralisasi . kemudian
ditambahkan lagi susu kapur sehingga pH netral (berkisar antara 7.0 – 7.2).
6. Pemanasan II (Juice heater II)
Nira yang telah dinetralkan pHnya kemudian dialirkan ketangki
pemanasan II, disini nira dipanaskan dengan steam pada temperature yang lebih
panas daripada pemanasan I yaitu 105°C. dimana temperature ini adalah suhu
yang mempunyai isoelektris yaitu yang dapat mengumpulkan zat-zat tertentu,
membunuh bakteri-bakteri dalam nira dan menurunkan kepekatan (viscositas)
sehingga kotoran lebih mudah mengendap.
7. Pengeluaran gas dan pengendapan
Sebelum dilakukannya pengendapan gas-gas yang terdapat dalam nira
harus dibebaskan kedalam tangki pengembangan (flash tank) agar tidak
mengganggu proses pengandapan. Dari flash tank nira dialirkan ke tangki
pengendapan (compatrement door clarifier) yang berfungsi untuk mengendapkan
kotoran hasil pemurnian dengan menambahkan flokulat (Tolasep (A6XL)), yang
berfungsi mempercepat pengendapan kotoran dalam nira. Pada tangki ini terdapat
proses pemisahan nira jernih atau nira encer dari nira kotor. Nira jernih dialirkan
secara over flow sedangkan nira kotor keluar melalui bagian bawah di pompakan
ke tangki nira kotor. pada nira kotor terjadi perlakuan penyaringan, sedangkan nira
jernih diteruskan ke prose pengentalan.
Universitas Sumatera Utara
8. Penyaringan II
Nira encer disaring dengan saringan DSM dan dialirkan kestasiun
penguapan (evaporator). Nira jernih secara over flow keluar dari door clarifier,
sedangkan nira kotor dipompakan keluar dan ditampung kedalam sebuah bak dan
kemudian diteruskan ke mud feed mixer. Pada mud feed mixer ini nira kotor
dicampurkan dengan ampas halus dari gilingan V. ampas tebu berguna sebagai
media filtrasi agar nira kotor tersaring. Setelah tercampurnya ampas tebu dengan
nira kotor kemudian diteruskan ke vacuum filter(saringan hampa). Di vacuum
filter inilah nira kotor akan ter saring untuk memperoleh filtrate sebanyak-
banyaknya. Vacuum filter ini prisip perbedaaan tekanan pada dua tempat
dipisahkan olh media penyaringan. Dengan dua bua drum yang berputar dan
permukaan yang berlubang dengan kecepatan berputar 0.15 – 0.35 rpm nira ditarik
melalui media penyaringan dengan tekanan hampa antara 35 – 45 cm Hg, yang
akan meninggalkan kotoran berwarna coklat (blotong) yang melekat pada
permukaan drum. Untuk pencucian ,blotong disiprot dengan air, lalu engan
scraper dilepas dari permukaan saringan, melalui conveyer dibawah kabin blotong
dan dimasukkan kedalam truk untuk ditimbang dan dibuang keluar pabrik.
Blotong ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Filtrat hasil saringan tadi kemuian
dipompakan ketangki nira tertimbang untuk proses ulang.
2.5.4. Stasiun Penguapan (Evapurator Station)
Tujuan dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang
terdapapt pada nira encer agar diperoleh nira yang lebih kental, dengan kentalan
Universitas Sumatera Utara
62 - 65°brix. Penguapan ini dilakukan pada temperatur 65 - 115°C dengan empat
tahap yang disebut “Quadruple Effect Evaporator”, dengan menggunakan cara
forward feed. Steam masuk evaporator dengan tekanan 0.8 cmHg dan suhu
120°C.
Evaporator yang ada dalam system ini berjumlah lima buah tetapi yang
dipakai hanya empat buah, yang satu lagi dipakai apabila terjadi kerusakan pada
salah satu evaporator atau apabila salah satu evaporator dibersihkan. Titik didih
larutan diturunkan dengan menurunkan tekanana dalam badan evaporator , dimana
tekanan pada badan IV ±65 cmHg vacuum, pada badan III ±45 cmHg vacuum,
pada badan II ±15 cmHg vacuum, pada badan I ±0.8 cmHg vacuum.
Perbedaan tekanan pada masing-masing evaporator akan mengakibatkan
nira mengalir sacara otomatis dari badan I ke badan berikutnya. Nira yang masuk
pada tiap-tiap badan evaporator akan bersirkulasi hingga mencapai kepekatan
tertentu. Kemudian secara otomatis katub (valve) akan terbuka dan nira mengalir
kebadan berikutnya. Demikian seterusnya sampai pada badan evaporator terakhir
dengan kepekatan 65°brix.
Nira kental yang telah melewati proses penguapan (evapurating) ini
kemudian dialirkan ke stasiun toladura. Sedangkan kondensasi yang berasal dari
badan evaporator I dan II ditampung untuk digunakan sebagai air pengisi ketel
kondensat dan yang berasal dari badan II dan IV di tarik dengan pompan
kondensat ke tangki kondensat.
Universitas Sumatera Utara
2.5.5. Stasiun Talodura
Nira kental dari stasiun penguapan (evapurator) masuk kestasiun toladura
dengan tujuan untuk meningkatkan kemurnian nira kental dengan mengapungkan
kotoran-kotoran koloidal (halus) untuk dipisahkan. Dengan memanaskan nira
kental pada suhu 80°C kemudian direaksikan dengan talofloc, talofloate, asam
phospat (H3PO4) dan susu kapur (Ca(OH)2). Dengan reaksi ini diperolehlah
apungan darikotoran yang bersifat koloidal tadi. Kotoran ini kemudian dipisahkan
dari nira kental dan dikembalikan ketangki nira mentah tertimbanguntuk diproses
ulang. Sedangkan nira kental yan sudah bersih dari kotoran (murni), dipompakan
ke stasiun masakan.
2.5.6. Stasiun Masakan
Pada stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi dengan tujuan agar
kristal gula mudah dipisahkan dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga
didapatkan hasil yang memiliki kemurnian tinggi, membentuk kristal gula yang
sesuai dengan standart kualitas yang ditentukan dan adalah perlu untuk mengubah
saccarosa
dalam
larutan
menjadi
kristal
agar
pengambilan
gula
sebanyakbanyaknya dan sisa gula dalam larutan terakhir (tetes) sedikit mungkin.
Dalam proses kristalisasi di PGSS ada 3 tingkat proses masakan yaitu :
1. Masakan A, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) A dan
Stroop A, stroop A ini masih mengandung sukrosa . Pada masakan A
terdapat 2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 68% dari nira
kental masuk.
Universitas Sumatera Utara
2. Masakan B yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) B dan
Stroop B, dengan menggunakan bahan dasar stroob A. Pada masakan B
terdapat 1 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 62% dari nira
kental masuk
3. Masakan C, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) C dan
Klare C, dengan menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B dan Klare
C . Pada masakan C terdapat 2 buah pan masakan yang dapat
mengkristalkan ± 58% dari nira kental masuk.
Langkah – langkah pengkristalan dapat diuraikan sebagai berikut :
Nira kental dimasak pada vaccum pan A akan menghasilkan masakan A
yang terdiri dari gula A dan stroop A, setelah dipisahkan pada putaran A,Stroop A
dimasak kembali pada vaccum pan B menghasilkan masakan B, dilanjutkan pada
putaran B dan menghasilkan gula B dan stroop B, stroop B dimasak kembali pada
vaccum pan D , ketika dilanjutkan keputaran D menghasilkan gula D1 dan tetes.
Gula D1 kemudian di putar kembali untuk meningkatkan kemurniannya sehingga
menghasilkan gula D2 dan klare D,(disebut klare kerena mengalami 2 kali\
putaran. Gula D2 ini merupakan bibit untuk membesarkan kristalnya pada
masakan A dan masakan B, sedangkan Klare D dimasak ulang pada masakan D.
Gula A dan gula B dicampur dan dicuci dengan air untuk membersihkan
sisa - sisa larutan (stroop) yang ada pada kristal dengan cara diputar pada putaran
SHS, hasil putaran inilah yang disebut dengan gula SHS dan klare SHS. klare SHS
kemudian dimasak ulang bersama nira kental pada vaccum pan A. Sedangkan gula
SHS diproses lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
2.5.7. Stasiun Putaran
Tujuan pemutaran pada stasiun putaran ini adalah memisahkan kristal gula
dengan larutan (stroop) yang masih menempel pada kristal gula. Putaran bekerja
dengan gaya centripugal yang menyebabkan masakan terlempar jauh dari titik
(sumbu) putaran, dan menempel pada dinding putaran yang telah dilengkapi
dengan saringan yang menyebabkan kristal gula tertahan pada dinding putaran dan
larutan (stroop) nya keluar dari putaran dengan menembus lubang–lubang
saringan, sehingga terpisah larutan (stroop) tersebut dari kristal gulanya.
2.5.8. Stasiun Penyelesaian (dryer and cooler)
Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan proses pengeringan gula yang
berasal dari stasiun putaran sehingga benar-benar kering. Pengeringan dilakukan
dengan penyemprotan uap panas dengan suhu ± 70°C , kemudian didinginkan
kembali karena gula tidak tahan pada temperature yang tinggi. Tujuan
pengeringan adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh
microorganisme, dan agar gula tahan lama selama proses penyimpanan sebelum
disalurkan kepada konsumen. Setelah kering gula dianggkut dengan elevator dan
disaring pada saringan vibrating screen. Gula dengan ukuran standart SHS
diangkut dengan sugar conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator
untuk menarik logam (besi) yang terikat pada kristal gula.
Universitas Sumatera Utara
2.5.9. Stasiun Pengemasan
Gula yang telah bersih dari besi yang terikut didalamnya masuk kedalam
sugar bin. Sugar bin menampung gula dan sugar weigher mengisi dan
menimbang gula dengan berat @50 Kg kedalam karung secara otomatis.
Kemudian karung gula dijahit dengan menggunakan conveyor untuk disimpan.
Apabila ada yang membeli maka gula akan dikeluarkan dari gudang.
TEBU
CANE HANDLING
Tebu
Air Imbibisi 20-24%
STASIUN GILINGAN
Ampas 30-40%
Nira mentah
Ca(OH)2 0,17%
SO20,055%
STASIUN PEMURNIAN
Biotong 4%
Nira encer
Air injeksi
STASIUN PENGUAPAN
Air kondensat
Nira kental
STASIUN MASAKAN
Air kondensat
Masakan
Stroop
STASIUN PUTARAN
Tetes
Gula 6-7%
Leburan
PENGEMASAN DAN
PENYIMPANAN
GULA KRISTAL PITIH
(GKP)
Gambar 2.2 Bagan alir pengolahan tebu
Universitas Sumatera Utara
2.6.
Standart Mutu Bahan / Produk
Produk utama utama yang dihasilkan pabri ini adalah gula pasir yang
tergolong kepada gula GKP (Gula Kristal Putih) dikemas dalam karung putih
dengan berat masing-masing adalah 50 kg, dengan standart warna larutan
ICUMSA (International Commision For Uniform Methods of Sugar Analysis)
anatara 80-300 IU (max) dan kadar bahan tambahan makanan (Belerang dioksida
(SO2)) 30 mg (max). Produk sampingan dari pabrik adalah tetes (Melase).
2.7.
Bahan Yang Digunakan
2.7.1. Bahan Baku
Bahan baku utama dalam pembuatan gula adalah tebu yang tergolong
kepada genus saccharum, dan diantara genus saccharum itu pada abad XVII
species saccharum offcinarum telah dibudidayakan karena mengandung nira dan
kadar serat yang cukup sehingga dapat diolah menjadi gula. Tanaman tebu dapat
hidup didaerah tropis dan sub tropis bahkan sampai pada ketinggian 1400 m dari
per mukaan laut. Pertumbuhan dan kualitas tanaman tebu amat dipengaruhi oleh :
1. Keadaan iklim
2. Keadaan tanah
3. Pengairan
4. Pembibitan
5. Penyakit tebu
6. Cara penanaman tebu
7. Pemakaian pupuk
Universitas Sumatera Utara
Tanaman tebu ini dipanen setelah tanaman memiliki kadar gula yang
cukup tinggi (umur 11 – 13 bulan). Tebu yang telah dipanen dapat menunggu
untuk diperas selama maksimal 24 jam, apabila lebih dari 24 jam maka akan
terjadi perubahan rasa tebu menjadi asam dan kadar sukrosa yang ada dalam tebu
akan berkurang. Komponen penyusutan tebu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Data penyusutan batang tebu
No Komponen
Persentase (%)
1
Gula Reduksi
0.5 – 1.5
2
Bahan organik
0.5 – 1.5
3
Sabut (selulosa, pentosa)
4
Asam organic
5
Sukrosa
11- 19
6
Air
65 – 75
7
Bahan lain (lilin, zat warna)
11 -19
0.5
8-9
Sumber : Data Laboratorium Pabrik Gula Sei Semayang
Kadar gula dalam tebu sangat dipengaruhi oleh varietas tebu, cara tanam,
struktur tanah dan iklim.
2.7.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan ialah bahan yang ditambahkan secara langsung ke dalam
proses produksi dan merupakan komposisi produk untuk memudahkan dan
menyempurnakan produk.
Universitas Sumatera Utara
Bahan tambahan yang digunakan antara lain :
1. Susu kapur (Ca(OH)2)
Susu kapur dibuat dari pembakaran batu kapur sehingga berubah menjadi
kapur tohor, baru kemudian disiram dengan air panas, sehingga menghasilkan
susu kapur. Pemberian susu kapur bertujuan untuk pemurnian air nira.
Air panas ini berasal dari dari proses kondensasi uap evaporator, yaitu air
bersih dengan temperature 600C yang berfungsi sebagai:
a. Pelarut kapur yang mempercepat terjadinya larutan (Ca(OH)2).
b. Air imbibisi pada stasiun gilingan untuk meningkatkan nira yang
dihasilkan, dimana volume air yang dipakai adalah 20% dari kapasitas
produksi.
c. Siraman pada saringan hampa udara.
2. Gas Sulfit (SO2)
Gas sulfit diperoleh dari pembakaran belerang di dalam tobong belerang,
dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja dinyalakan, kemudian
selanjutnya secara terus-menerus dialirkan udara kering.
Tujuan pemberian gas sulfit ini adalah:
a. Menetralkan kelebihan air kapur pada nira yang terkapur, sehingga pH
mencapai 7,2 – 7,4 dan untuk membantu terbentuknya endapan
Ca(SO3)2.
b. Untuk memucatkan warna larutan nira kental yang akan berpengaruh
pada warna Kristal dari gula.
Universitas Sumatera Utara
3. Flokulat
Penambahan flokulat adalah dengan membentuk flok dari partikel kotoran
terlarut yang terdapat pada nira sehingga lebih mudah disaring.
4. Phospat
Pemberian phospat bertujuan untuk meningkatkan kadar phospat yang
terdapat pada nira jika kadar phospat dalam nira mentah lebih kecil dari 300 ppm,
akan tetapi jika kadar phospat lebih dari 300 ppm maka tidak perlu lagi
ditambahkan phospat.
5. Bockom
Manfaat bockom antara lain adalah:
a. Sebagai pengawet pada nira yang belum diolah.
b. Untuk memisahkan butiran gula dengan yang lain.
c. Untuk membuat Kristal gula lebih gampang dipisahkan.
6. Campuran NaCl, NaOH, Na2SO4
Campuran ini digunakan untuk membersihkan heating tube di stasiun
evaporator (penguapan).
2.7.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan secara tidak langsung
dalam produk, dan bukan merupakan komposisi produk, tetapi digunakan sebagai
pelengkap produk. Adapun bahan penolong antara lain:
1. Karung plastik yang digunakan dalam proses pengarungan gula.
2. Benang jahit yang digunakan untuk menjahit karung plastik.
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Mesin Dan Peralatan
Pada Pabrik Gula Sei Semayang di dalam melaksanakan kegiatan
produksinya menggunakan teknologi, yaitu selain menggunakan tenaga mesin
juga menggunakan tenaga manusia.
2.8.1. Mesin Produksi
Spesifikasi mesin yang digunakan pada Pabrik Gula Sei Semayang dapat
dilihat pada Lampiran 1.
2.8.2. Peralatan (Equipment)
Spesifikasi peralatan yang digunakan pada Pabrik Gula Sei Semayang
dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.8.3. Utilitas
Utilitas adalah unit pendukung yang amat penting dalam melakukan proses
produksi terutama pada perusahan manufaktur. Sesuai dengan istilahnya, fungsi
sarana pendukung ini adalah mendukung dan membantu kelancaran proses
produksi serta mempermudah jalannya kegiatan manufaktur. Utilitasi yang
digunakan pada pabrik gula Sei Semayang adalah:
1. Uap (Steam)
Uap adalah salah satu unit pendukung dibagian produksi. Uap yang
digunakan dihasilkan dari boiler dan seluruhnya digunakan dibagian produksi. Di
pabrik terdapat 2 unit boiler dengan kapasitas 16 ton/jam, tetapi hanya satu unit
yang beroperasi
Universitas Sumatera Utara
Spesifikasi boiler tersebut ialah :
-
Nama : Yoshimine Water Tube Boiler
-
Type : H 1600 S
-
Maks. Design Press : 24 kg/cm
-
Steam temperatur : 325° C
-
Heating Surface : 1600 m
-
Actual Evaporator : 60.000 kg/hr
-
Serial Number : 2314
-
Year : 1981
2. Air (water)
Air memegang peranan penting dalam kelangsungan proses produksi.
Kegunaan air di perusahaan adalah :
a. Keperluan proses produksi
b. Keperluan laboratorium
c. Keperluan boiler
d. Keperluan karyawan
e. Keperluan injeksi kondensor
f. Sebagai zat pendingin dan pembersih
Air yang digunakan pabrik berasal dari sungai belawan, yang berjarak
sekitar 5 km dari pabrik.
3. Listrik
Pada pabrik gula Sei Semayang sumber listrik menggunakan pembangkit
tenaga diesel dengan kapasitas 400 kva. Mesin diesel ini digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
melayani beban seperti perumahan staff dan karyawan. Pemakaian energi listrik
dibedakan atas 2 periode yaitu: DMG dan LMG
a. Dalam masa gilingan (DMG)
Digunakan turbin dengan kecepatan 5500 rpm dengan pengggeraknya
tenaga uap dari boiler sebesar lebih kurang 30 ton/jam dengan tekanan
lebih kurang 20 kg/cm.
b. Luar Masa Gilingan (LMG)
Memakai diesel 2 unit @ 500 kva, menggunakan bahan baker solar
46,251/jam yang menghasilkan 1180 kva dengan rata-rata pemakaian 145
kwh. Beban maksimal alternatornya adalah 140 kw/14 A dengan voltage
6000 volt .
4. Work Shop
Work Shop adalah pelayanan teknis ,produksi dan pelayanan jasa. Pabrik
Gula Sei Semayang memiki bagian ini yang bertugas melayani perbaikan dan
perawatan peralatan. Operator biasanya mendatangi bagian pabrik yang rusak atau
diper baiki di work shop .
5. Laboratorium
Laboratorium memiliki peranan yang amat penting dalam hal pengawasan
dan penentuan mutu hasil produksi yang merupakan tujuan utama dari seluruh
produksi. Pengawasan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Analisa dan proses
1) Tebu meliputi persentase dari pada sabut, brix, pol, kadar air, dan
kotoran.
Universitas Sumatera Utara
2) Nira gilingan I sampai dengan IV, meliputi persentase brix, pol,
hasil kemurnian (HK)
3) Ampas meliputi pol, zat kering, kadar air
4) Nira mentah meliputi persentase brix, HK, gula reduksi, sacarosa,
dan kotoran
5) Nira encer meliputi persentase pol, brix, HK, kadar kapur, kadar
phospat
6) Blotong meliputi persentase pol, zat kering, air, ampas
7) Kapur meliputi persentase CaO aktif, derajat baume, kotoran
8) Nira kental meliputi persentase brix, pol, HK, gula reduksi,
sacarosa , pH
9) Masakan gula D1, D2, A, B, SHS, meliputi persentase brix, pol,
HK, warna
10) Tetes meliputi persentase brix, pol, HK, sacarosa, abu, gula
reduksi
b. Analisa pada utilitas meliputi :
1) Pengelolaan air (water treatment)
2) Air boiler
3) Air pengisi ketel
2.8.4. “Safety And Fire Protection”
Keselamatan kerja merupakan serana utama dalam pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakan kerja ini dapat menghambat kelangsungan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
yang merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan
peralatan kerja,terhentinya sesaat proses produksi dapat menyebabkan kerugian
dikarenakan biaya produksi yang amat tinggi. Jadi salah satu cara untuk
memperkecil biaya produksi ialah dengan memperhatikan aspek-aspek K3 dengan
baik dan dijalankan dengan benar.
Masalah K3 ini amat penting diperhatikan dari saat perancangan dan bukan
baru dipikirkan setelah pabrik dibangun, namun pada saat pabrik telah dibangun
,perencanan amat penting untuk mencapai standart K3. terdapat beberapa prinsip
dalam perencanaan keselamatan dan efisiensi produksi yaitu :
1. Ciptakan keadaan yang aman untuk berjalan dilantai, tangga – tempat dan
daerah kerja lainnya.
2. Usahakan pengolahan material dan bahan dengan kontak yang sedikit
mungkin.
3. Sediakan lantai yang cukup bagi mungkin dan peralatan.
4. Adakah keselamatan bagi pekerjaan-pekerjaan yang melakukan perawatan
dan perbaikan, seperti pembersihan kaca dan jendela pada gedung-gedung
yang bertingkat tinggi.
5. Upayakan pencapaian seaman mungkin ke setiap tempat yang menjadi
tujuan setiap tenaga kerja.
6. Fasilitas trasportasi yang harus disertai perlengkapan kselamatannya.
7. Tersedianya peralatan pemadam kebakaran yang memadai pada berbagai
tempat yang rawan kebakaran.
8. Pengisolasian tempat-tempat berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
Cara
mencegah
terjadinya
kecelakaan
dapat
dilakukan
dengan
menggnakan alat pelindung diri, penggunaannya harus merupakan solusi terakhir
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Adapun beberapa alat pelindung diri yang dapat digunakan yaitu :
1.
Perlindungan terhadap pernapasan dapat berupa masker yang melindungi
dari bau tak sedap dari bahan kimia di laboratorium,debu yang berasal dari
belerang.
2. Topi/helm yang digunakan untuk melindungi bagian kepala dari benda
yang jatuh dari atas.
3. Sepatu karet untuk mencegah terpeleset karena lantai yang licin.
4. Sarung tangan khusus untuk melindungi dari benda panas, tajam, runcing,
bahan kimia, aliran listrik.
5. Kaca mata, biasanya digunakan pada bagian pengelasan untuk melindungi
mata dari api dan cahaya yang berlebihan.
6. Pelindung telinga untuk mengurangi paparan kebisingan dari suara mesin
pabrik.
Untuk instalasi listrik penempatannya dilakukan pada daerah-daerah yang
gampang dijangkau dan terlindungi. Kabel disusun dengan rapi agar idak terjadi
konslet dan kesemerautan sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dapat segera diatasi.
Universitas Sumatera Utara
Pabrik Gula Sei Seamayang menerapkan sistem pengamanan kebakaran
dengan mengacu kepada :
1. Instruksi no.2/V/inst/PA/1972 tgl 25-2-5-1972 tentang penerbitan alat-alat
kebakaran :
a. Tiap pintu 2 tabung busa
b. Tiap gudang harus ada 3 buah CO2
c. Tiap gudang harus memiliki alat bantu.
2. Instruksi no.6/VI/PA/1974 tanggal 1 juni 1974 tentang peningkatan upaya
kesiagaan
dan
kewaspadaan
pencegahan
kebakaran
penerbitan
penyelidikan dan pemakaian alat-alat pemadam kebakaran di tentukan :
a. Penyediaan alat-alat persediaan kebakaran berdasarkan luas gedung
masingmasing standart :
1) Tiap 80 m2 disediakan 1 alat pemadam kebakaran
2) Tiap pintu gudang disediakan 1 grup alat bantu
b. Standart penyediaan alat pemadam api pada kantor-kantor jawatan
instansi/perusahaan disediakan yang sesuai diatas ditempat-tempat
rawan, vital.
2.8.5. “Waste Treatment”
Setiap perusahaan memiliki limbah hasil pengolahan dimana limbah ini
harus diperhatikan dalam hal pengendalian dan permasalahannya, limbah yang
dihasilkan dapat berupa limbah padat maupun limbah cair. Masing-masing limbah
harus dikelola dengan baik dan benar sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak
menimbulkan permasalahan terhadap habitat tempat limbah dibuang.
Universitas Sumatera Utara
Limbah pabrik berupa gas adalah asap buangan dari Boiler yang banyak
mengandung abu ketel yang terbawa angin sampai puluhan kilometer dan
membuat hitam apa pun yang terkena, sangat mengganggu kesehatan terutama
masyarakat yang berada di sekitar pabrik. Upaya yang dilakukan pabrik untuk
mengatasinya antara lain dengan pemasangan wet scrubber pada gas duck boiler
dan perbaikan air heater (misalnya diganti)
Limbah padat tidak ada hanya berupa sisa bahan baku atau ampas sisa
perasan tebu di alirkan ke boiler untuk menjadi bahan bakar dimana kelebihan dari
ampas ini akan disimpan di gudang untuk dialirkan lagi ke boiler apabila
diperlukan. Blotong di angkut keluar pabrik diletakkan pada tempat khusus,
namun blotong ini dapat di buat untuk pupuk.
Limbah cair yang ada berasal dari bahan kimia campuran pada saat proses
produksi dimana masalah yang ditimbulkan dari limbah tersebut terhadap pabrik
adalah Aerator pada kolom oksidasi rusak (roda gigi aus, rumah roda gigi retak).
Limbah tersebut akan dialir ke bagian pengolahan limbah, di bagian ini limbah
diolah kembali sebelum di buang ke lingkungan. Ada pun skema proses
pengolahanlimbah:
1. Kolam Pemisah
Fungsinya : Memisahkan minyak dari air limbah
2. Kolam Segitiga
Fungsinya : Untuk mengendapkan padatan-padatan yang terbawa air
limbah dan disaring
Universitas Sumatera Utara
3. Kolam Ekualisasi (Equalizing pond)
Volume 1400 m3, kedalaman 2m, waktu pakai 24 jam, pada klam
dipasang 2 buah aerator permukaan masing-masing 5 dan 6 kw, dan
berfungsi untuk menurunkan COD
4. Kolam Parit Oksidasi (oxsidation Ditch)
Volume 2000 m3, kedalaman 3,05 m. Pada kolamini terjadi proses
actidated stude (Lumpur aktif) serta nitrifikasi
5. Kalrifier
Dengan panjang 6,3 m,lebar 6,29 m, tinggi 3,05 m. Klifier ini
menghasilkan pengendapan hasil reaksi atom proses biokimia pada parit
oksidasi hasil pengendapan yang dipompakan ke bak pasir, sedangkan air
bersih overflow keluar ke sungai
6. Bak pasir (Sand bed drying)
Terdiri dari tiga buah kolam yang masing-masing berukuran 30,5 x 0,5 m.
pengeluaran sludge dari parit oksidasi ke bak pasir dengan menggunakan
screw pomp dan setelah kering dari bak pasir digunakan sebagai pupuk
tanaman.
Data hasil pengujian air limbah di Pabrik Gula Sei Smayang dapat dilihat
pada Tabel 2.3. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Hasil Pengujian Air Limbah PG. Sei Semayang
No
Parameter
Hasil Analisa
1
PH
6,78
2
BOD
71,2
Mg/L
Jis k - 0102 - 21
3
COD
116
Mg/L
Colorimetrik
Satuan
Acuan Metode
Potensiometri
Determination
4
TSS
51
Mg/L
Gravimetri
5
Minyak dan Lemak
3,7
Mg/L
Jis k - 0102 - 24,2
Sumber : Data Laboratorium Pabrik Gula Sei Semayang
2.9.
Struktur Organisasi
Suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
menumbuhkan perusahaan, diperlukan suatu wadah organisasi. Organisasi dalam
perusahaan merupakan alat untuk melaksanakan rencana kerja guna mencapai
tujuan yang ditetapkan. Melalui suatu struktur organisasi yang baik maka
pelaksanaan pekerjaan akan lancar, efektif dan efisien. Bagi setiap perusahaan
struktur organisasi yang digunakan tidaklah sama satu dan yang lainnya, sebab
pada hakekatnya struktur organisasi perusahaan dirancang dengan kondisi,
kebutuhan, fungsi serta tujusn dari perusahaan tersebut.
Struktur organisasi pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah merupakan
struktur organisasi garis dan fungsional, dimana wewenang dari pucuk pimpinan
dilimpahkan pada suatu organisasi dibawahnya dalam suatu bidang kerja.
Adapun struktur oganisasi dalam pabik gula sei semayang, dapat dilihat
pada gambar 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Manajer
Staff
Dinas
Teknik
Ast
Boiler
Ast
Mill
Ast
Listrik/
Instrum
ent
Ast
Word
Shop
Ast
Cane
Yeard
Staff
Las
Ast
Lab
Ast
Timbang
Kep. Tata usaha
Ast
Tpai
K. Dinas
BAPAM
K
p
H
a
n
s
i
p
Krani
Dinas
Teknik
Koordinator
Koordinator
Mandor
Mandor
Operator
Krani
Dinas
Teknik
Operator
S
a
t
p
a
m
Ast
Kantor
Ast Umum
S
e
k
e
t
a
r
i
a
t
S
t
a
f
f
S
D
M
P
e
n
s
i
u
n
S
t
a
f
f
P
e
r
u
m
/
S
o
s
i
a
l
P
e
r
s
o
n
a
l
i
a
S
t
a
f
f
K
o
p
e
r
a
s
i
S
t
a
f
f
A
k
u
t
a
n
s
i
S
t
a
f
f
B
e
n
d
a
h
a
r
a
S
t
a
f
f
P
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
Kep. Pengolahan
Ast
Gudang
S
t
a
f
f
P
e
n
g
u
p
a
h
a
n
S
t
a
f
f
S
u
p
e
r
v
i
s
o
r
S
t
a
f
f
K
o
m
p
u
t
e
r
Ast
Pemurnian
S
u
p
e
r
v
i
s
o
r
M
a
t
e
r
i
a
l
S
u
p
e
r
v
i
s
o
r
G
u
d
a
n
g
H
a
s
i
l
Ast
Penguapan
Ast Masakan
M
a
n
d
o
r
Ast
Putaran
Ast
Mekanik
Staff TU DP
Kep. Dinas
Laboratorium
Kep. Teknik
Koordinator
Mandor
Hansip
Karyawan
Krani/Opas
Karyawan
Krani/Opas
Karyawan
KTT
Operator
Krani DP
Gambar 2.3. Struktur Organisasi PT. Nusantara II Sei Semayang
Universitas Sumatera Utara
2.10.
Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada Pabrik Gula Sei
Semayang dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.11.
Tenaga Kerja Dan Jam Kerja
2.11.1. Tenaga Kerja
Dalam melaksanakan kegiatan produksinya Pabrik Gula Sei Semayang
mempekerjakan 673 orang karyawan. Tenaga kerja terbagi atas 5 tingkatan, yaitu :
1. Pegawai Staff.
2. Pegawai Non Staff.
3. Karyawan Harian Tetap.
4. Karyawan Musiman.
5. Karyawan Lepas.
Tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita, dimana
jumlah tenaga kerka pria lebih banyak dibandingkan tenaga kerja wanita. Dalam
hal ini bagian teknis dan pengolahan didominasi oleh tenaga kerja pria, sedangkan
pada bagian pengemasan/ pengepakan didominasi tenaga kerja wanita. Jumlah
tenaga kerja pada Pabrik Gula Sei Semayang dapat dilihat pada tabel 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 2.4. perincian jumlah tenaga kerja PGSS Tahun 2013
Staff
No
Bagian
1
Keuangan umum
Tuk/umum
Gudang hasil
Gudang material
Opas
Dinas teknik
Tu
St. Boiler
St. Mill
St. Work shop
Cane yeard
Emplasment
Dinas pengolahan
Tu
Pabr belakang
Pabr tengah
pengolahan
Laboratorium
Tu
Keamanan
MBT
Tetap
P
2
3
4
5
6
Jlh
Peg. Bulanan
Karyawan
Harian
2
W
Jlh
P
W
Jlh
2
17
13
9
2
12
1
2
P W Jlh
Kerja tetap
P
W
Jlh
29
14
11
2
19
13
9
2
12
1
2
31
14
11
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
7
58
49
69
29
11
3
10
56
49
69
29
11
8
57
50
70
29
11
3
11
57
50
70
29
11
1
1
3
1
1
1
1
3
1
1
4
47
41
49
29
1
5
48
44
50
30
1
14
29
2
510
5
47
49
49
36
1
29
2
537
6
48
44
50
37
1
29
2
551
14
7
1
27
Karyawan
Jumlah Tenaga
29
2
524
7
1
27
Tenaga Kerja Lain - Lain
Musiman
P
W
Jlh
42
2
44
1
7
12
5
1
7
12
5
Honor
staff
Non staff
Karyawan
harian lepas
P
W
Jlh
Jumlah
Keseluruhan
P
W
Jlh
19
55
9
2
12
3
2
31
58
11
2
9
64
62
75
48
11
3
12
64
62
75
48
11
1
18
6
72
44
50
65
1
30
2
673
6
18
24
25
3
28
5
54
44
50
55
121
30
2
623
68
23
10
1
50
Universitas Sumatera Utara
2.11.2. Jam Kerja
Pada awalnya Pabrik ini di desain dengan kapasitas 4000 ton/ hari pada
masa giling. Pabrik beroperasi 24 jam terdiri dari 3 shift kerja, masing-masingshift
adalah sebagai berikut :
1.
Kantor
Untuk pekerja di bagian kantor, jam kerja dapat kita lihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 2.5. Jadwal Kerja Untuk Bagian Kantor
No Hari
1
Pukul
Keterangan
Senin – Kamis dan Sabtu 08.00-12.00 Bekerja
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.00 Bekerja
2
2.
Jumat
08.00-12.00 Bekerja
Pabrik
Untuk pekerja yang bertugas di pabrik pada masa gilingan, jam kerjanya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. Jadwal Kerja Untuk Bagian Pabrik
No Shift Pukul
1
I
Keterangan
08.00-12.00 Bekerja
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.00 Bekerja
2
II
15.00-18.00 Bekerja
18.00-19.00 Istirahat
19.00-23.00 Bekerja
3
III
23.00-02.00 Bekerja
02.00-03.00 Istirahat
03.00-07.00 Bekerja
Diluar masa giling jam kerja pabrik sama dengan jam kantor.
3.
Security (keamanan)
Khusus untuk karyawan security dikelompokkan dalam tiga kelompok, yang
setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Untuk setiap kelompok dilakukan
penggantian selama 12 jam.
2.12. Sistem Pengupahan dan Fasilitas
Pembayaran upah kepada karyawan pada Pabrik Gula Sei Semayang
dilakukan sekali setiap bulan. Besarnya upah atau gaji yang dibayarkan
perusahaan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan
Menteri Pertanian. Bagi karyawan yang bekerja diluar jam kerja normal akan
diberikan upah lembur.
Universitas Sumatera Utara
Selain gaji pokok dan upah lembur, karyawan juga mendapat tunjangan
kesejahteraan dan jaminan social.
1. Gaji dan Tunjangan Pegawai Bulanan
a. Gaji
b. Premi/ Lembur
c. Sewa Rumah
d. Biaya Pemondokan
e. Tunjangan Air
f. Tunjangan Listrik
g. Tunjangan Bahan Bakar
h. Tunjangan Cuti
i. Tunjangan Beras (Catu Beras)
2. Biaya Sosial
a. Biaya Pengobatan dan Perawatan
b. Biaya Pengangkutan
c. Biaya Hiburan Keselamatan
d. Biaya Hari Raya dan Tahun Baru
e. Biaya Iuran Pensiun
f. Biaya Jasa Produksi
g. Sewa Rumah
h. Biaya Pendidikan
i. Biaya Iuran untuk Rumah Sakit
j. Biaya Hari-hari Sosial
Universitas Sumatera Utara
k. Biaya Pemakaman/Kematian
l. Kemalangan
m. Biaya Uang Pesangon
3. Perhitungan
a. Iuran Askes
Keterangan : Jaminan Kecelakaan Kerja 0,54% dari gaji sebulan
Jaminan Hari Tua 5,7% dari gaji sebulan
Jaminan Kematian 0.3% dari gaji sebulan
Jaminan Kesehatan 6% dari gaji sebulan
b. Iuran Hari Tua
3,7% oleh pengusaha
2% oleh tenaga kerja
4. Santunan kematian antar karyawan Rp. 150,00 dari gaji bulanan
5. Beras (sama untuk semua golongan)
a. Untuk pekerja :15 Kg
b. Istri : 9Kg
c. 1 anak : 7.5 Kg
d. 2 anak : 15 Kg
e. 3 anak : 22.5 Kg
6. Tunjangan Air (50% dari Sewa rumah)
a. Air : 10 %
b. Listrik : 25 %
c. BBM : 15 %
Universitas Sumatera Utara
7. Tunjangan Khusus : Tunjangan Struktural 50 % dari gaji pokok dan
fungsional
Sesuai dengan kesepakatan antara manager PTPN II dengan serikat
pekerja PTPN II tingkat perusahaan upah karyawan, yang didasarkan kepada
UMP tahun 2005, dalam rangka meningkatkan kinerja dan penghasilan karyawan
sesuai dengan kemampuan perusahaan :
a. Struktur pengupahan mengacu kepada UU No. 13 tahun 2003 tentang
UU ketenagakerjaan RI, yaitu Upah terdiri dari 75% upah pokok dan
25% tunjangan tetap.
b. Tunjangan tetap merupakan pengganti dari tunjangan air, listrik, bahan
bakar,tunjangan khusus dan tunjangan beras pekerja (15Kg).
c. Pedoman upah karyawan Golongan IA sampai IVD
d. Karyawan yang menempati rumah dinas yang selama ini mendapat
tunjangan listrik dan air dari perusahaan, tidak lagi mendapat
tunjangan air dan listrik.
e. Karyawan yang tidak mendapatkan rumah dinas diberikan tunjangan
sewa rumah sebesar 25% gaji pokok.
f. Premi karyawan administrasi/ umum diberikan berdasarkan klasifikasi
premi.
g. Karyawan golongan IA sampai IID, diberikan lembur maksimal 3
jam/hari atau 14 jam/minggu.
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1.
Sejarah Umum Perusahaan
Berdirinya PTPN Nusantara II diawali dengan pendirian pendirian
perusahaan bangsa Belanda dengan nama N. V. Veronigde Deli Maatscnappij.
Pada tanggal 11 Januari 1958an seluruh perusahaan bangsa Belanda diambil alih
oleh kepemilikannya termasuk perusahaan perkebunan Belanda berdasarkan
Undang - Undang No. 86 tahun 1958 tentang normalisasi perusahaan milik
Belanda N.V VDM yang terdiri dari 34 perkebunan.
Perusahaan Belanda diubah namanya menjadi Perkebunan Nusantara Baru,
cabang Sumatera Utara yang melakukan perkembangan dengan merubah kebun
menjadi 39 perkebunan dengan luas area 101633 Ha.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 143 tahun 1961, maka pada tanggal
1 juni 1961 Perusahaan Perkebunan Nusantara Baru diubah menjadi perusahaan
perkebunan Nusantara I yang bergerak khusus dalam pengembangan tembakau.
Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1968, Perusahaan Perkebunan
Sumatera Utara I dirubah menjadi Perusahaan Nusantara Perkebunan IX yang
terdiri dari 23 perkebunan dengan luas areal 58.319,75 Ha.
Setelah memenuhi ketentuan–ketentuan perubahan pengalihan bentuk
perusahan maka jenis perusahaannya menjadi perusahaan Perseroan. Perubahan
status ini dilakukan dengan akte No. 6 tanggal 1 April 1979, sehingga berubah
Universitas Sumatera Utara
nama menjadi PT.Perkebunan IX (PTP IX) dan pada bulan April 1994 diubah lagi
menjadi PT. Perkebunan II, sehingga PT. Perkebunan Nusantara II.
Sebelum berdirinya Pabrik Gula Sei Semayang, PTP IX sebagai pengelola
hanya memanfaatkan areal perkebunan ini untuk menanam tembakau sebagai
komoditi eksport utama. Proyek pengembangan industri gula (PPIG) dilakukan
karena adanya berbagai permasalahan dalam hal pengusahaan tembakau dipasaran
serta pemanfaatan tanah secara khusus pada selang waktu penanaman tembakau.
Dirjen Perkebunan melakukan penanaman tebu pada tahun 1975 diperkebunan
percobaan yang terletak di Tanjung Morawa, Batang Kuis, dan Sei Semayang
walaupun daerah tersebut bukan daerah pemetaan tebu.
Pada tahun 1978 dilakukan Feasibility Study dan diperoleh ijin
pembangunan proyek gula PTP IX. Akhirnya pada tahun 1982 didirikan Pabrik
Gula Sei Semayang, yang hingga sekarang merupakan pabrik gula terbesar di
Sumatera selain pabrik gula di Kuala Madu.
2.2.
Ruang Lingkup Bidang Usaha
Pabrik Gula Sei Semayang merupakan industri manufaktur yang
memproduksi gula pasir. Bahan baku utama dari produk tersebut adalah tebu yang
berasal dari penyedian bahan baku. Perusahaan ini dalam masa operasinya, sering
disebut dengan masa giling gula, yaitu apabila bahan baku (tebu), mengalami
masa panen yang cukup untuk digiling dalam produksi.
Berdasarkan pengelompokan gula negara, Pabrik Gula Sei semayang
dikategorikan dalam D pengelompokan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.59/
Universitas Sumatera Utara
Kpst / EKKU / 10 /1977 yang mengompokan pabrik gula berdasarkan kapasitas :
1. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton
2. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton
3. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton
4. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton
Produk gula yang dihasilkan sampai sekarang hanya untuk memenuhi
kebutuhan gula dalam negeri saja, khususnya daerah yang terdapat di pulau
Sumatera.
2.3.
Lokasi Perusahaan
Pabrik Gula Sei Semayang berlokasi kira-kira 12,5km dari kota Medan,
terletak di daerah Sei Semayang desa Mulyarejo Kecamatan Sunggal, Kabupaten
Deli Serdang sebelah barat kota Medan, yang bersebelahan dengan Jalan Utara
dan jalur kereta api Medan-Binjai.
Secara Geografis areal pabrik Sei Semayang terletak diantara 98° Bujur
Timur dan diantara garis 3° Lintang Utara. Ketinggian tempat antara 9-125 diatas
permukaan laut. Ada denah lokasi pabrik dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. 1. Denah Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Daerah Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang amat penting
selain aspek teknis, manajemen, organisasi, sosial dan lingkungan dalam
menjalankan kelangsungan hidup dari perusahaan.
Pasar ialah tempat dimana produsen dan konsumen melakukan proses
transaksi atas suatu barang atau jasa.
Pemasaran ialah suatu fungsi yang mencermikan cara bagaimana
memperlakukan pasar dan produk, sehingga dapat memenuhi tujuan dalam
memuaskan kebutuhan konsumen. Adapun sistem pemasaran yang dilakukan pada
Pabrik Gula Sei Semayang :
2.4.1. Saluran Distribusi
Agar produk gula dapat sampai ketangan konsumen dalam kondisi yang
baik, maka peranan distributor amatlah penting agar distribusi barang dapat
berjalan dengan baik. Distributor adalah badan usaha atau lembaga perantara yang
melakukan kegiatan distribusi. Adapun distribusi barang yang terjadi dapat
dengan berbagai cara yaitu :
1. Produsen
Konsumen (level 0)
2. Produsen
Konsumen
3. Produsen
Grosir
Pengecer
4. Produsen
Agen
Grosir
Pengecer (level 1)
Konsumen (level 2)
Konsumen (level 3)
Universitas Sumatera Utara
Adapun distribusi yang dilakukan pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah:
Produsen
Distributor
Grosir
Konsumen
Perusahaan tidak menjual langsung pada konsumen namun terhadap
distributor yang terdapat pada masing - masing wilayah. Penyebaran produk
merupakan beban yang dipikul oleh pihak grosir untuk menjual ke pasar inilah
yang akan dibeli oleh konsumen.
Daerah pemasaran Pabrik Gula Sei Semayang saat ini adalah wilayah
Sumatera dan Jawa.
2.4.2. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yaitu rencana menyeluruh, terpadu dan menyatu
dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan
dijalankan untuk mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan. Berhasil tidaknya
dalam mencapai tujuan perusahaan diperlukan kerjasama yang baik antar setiap
elemen yang terdapat pada perusahaan. Ada 4 hal yang dilakukan Pabrik Gula Sei
Semayang dalam melaksanakan strategi pemasarannya, yaitu :
1. Produk
Pabrik Gula Sei Semayang adalah pabrik yang bergerak dalam bidang
manufaktur yang mana hasil produknya berupa gula pasir. Yang merupakan
kebutuhan sehari-hari yang amat vital .
2. Harga
Pertimbangan yang cermat dan tepat dalam penetapan harga akan
menghasilkan penjualan yang optimal. Harga gula yang ditetapkan disesuaikan
Universitas Sumatera Utara
dengan membandinkan biaya pengeluaran selama masa produksi dengan
banyaknya produksi yang dihasilkan dan juga melihat kemampuan beli pasar.
3. Promosi
Pabrik Gula Sei Semayang tidak melakukan promosi melalui iklan media
elektronik maupun cetak, namun pabrik menentukan sendiri distributor yang
bersedia memasarkan produk gula.
4. Pasar
Produk gula PGSS dipasarkan di wilayah Sumatera dan Jawa.
2.4.3. Data-data Penjualan
Harga produk bisa mengalami perubahan tergantung kepada kenaikan
harga bahan baku, biaya produksi, dan distribusi. Adapun data penjualan gula
pada tahun 2004 - 2007 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Data penjualan gula tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007(Kg)
No
Bulan
2004
2005
2006
2007
1
Januari
201,650
0
900
0
2
Februari
109.472
3.752.400
50.158
616
3
Maret
12.280.524
4.765.300
178.862
3.064.237
4
April
6.701.298
189.639
1.138.200
3.532.223
5
Mei
115.495
11.894.048
877.614
2.061.670
6
Juni
3.152.864
67.863
10.009.799
1.771.501
7
Juli
1.231
1.056.206
544.832
2.294.227
8
Agustus
4.001.950
1.6954
37.952
1.520.551
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Data penjualan gula tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007(Kg)
(Lanjutan)
No
Bulan
2004
2005
2006
2007
9
September
1,800
500
1000
0
10
Oktober
2.15
713
400
213.86
11
November
891.132
1,360
5300
442000
12
Desember
0
0
1300
350
Sumber : Data penjualan Pabrik Gula Sei Semayang
2.5.
Proses Produksi
2.5.1. Proses Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan
Setelah tebu ditebang dikebun, kemudian tebu di antar kepabrik secepat
mungkin dengan tenggang waktu 24 jam dengan tujuan untuk menjaga kualitas
tebu. Karena bila lewat 24 jam kualitas tebu akan ber kurang dikarenkan
penguraian sukrosa yang terdapat dalam tebu oleh mikroorganisme sehingga kadar
gula dalam tebu akan menurun dan tebu akan terasa asam.
Setelah truk pengangkut tebu memasuki areal pabrik, truk beserta tebu
yang ada didalamnya ditimbang , dan sebelum truk kosong keluar dari halaman
pabrik setelah tebu di bongkar, hal ini dilakukan untuk mengetahui berat netto dari
tebu yang dibongkar tadi.
Tebu dari truk pengangkutan dijungkitkan dengan menggunakan tenaga
pompa hidrolik, sehingga tebu jatuh kedalam cane carrier ,sebagian lain tebu
yang diangkut dengan truk dibongkar dilantai dengan menggunakan cane striker
tebu yang disorong ke cane carrier. Tebu sebagian lain dibongkar dengan cane
Universitas Sumatera Utara
lifter hilo. Dimana kabel hilo dihubungkan dengan salah satu sisi truk sehingga
tebu tumpah ke cane feeding table lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur
sedemikian rupa sehingga memenuhi kapasitas gilingan yang direncanakan.
Oleh cane carrier tebu dibawa masuk kedalam cane leverler untuk
pengaturan masuk tebu kedalam cane cutter 1. pada cane cutter1 tebu
dipotongpotong secara horizontal, kemudian selanjutnya cane carrier membawa
tebu ke cane cutter 2 untuk dicacah lebih halus lagi.
2.5.2. Stasiun Gilingan (Mill Station )
Pada stasiun gilingan ini dilakukan pemerasan tebu dengan tujuan untuk
mendapatkan nira sebanyak-banyaknya. Pemerasan dilakukan dengan 5 set three
roll mill yaitu unit gilingan I sampai V dimana setiap unit gilingan terdapat 3 roll
yang diatur sedemikian rupa membentuk sudut 120°, dan pada masing-masing
gilingan terjadi 2 kali pemerasan.
Nira hasil perasan digilingan I dan II ditampung ditangki nira mentah yang
kemudian dipompakan menuju timbangan nira mentah. Ampas dari gilingan I
dilanjutkan ke gilingan II, demikian seterusnya sampai ke gilingan V. Sampai
kebelakang ampas tebu akan semakin kering sehingga nira yang diperas benar
benar maksimal. Nira yang dihasilkan oleh gilingan III merupakan nira imbibisi
untuk gilingan II, begitu juga nira gilingan IV akan menjadi nira imbibisi III, dan
nira hasil gilingan V merupakan nira imbibisi untuk gilingan IV. Sedangkan pada
gilingan V menggunakan air panas sebagai air imbibisi.
Universitas Sumatera Utara
Setelah gilingan V praktis nira yang terikut dalam ampas (bagasse) tebu
hampir tidak ada. Bagasse dari pemerasan akhir ini dibakar di boiler sehingga
menghasilkan uap air untuk menggerakan turbin. Dan yang tidak terpakai di boiler
dikirim ke bagasse house (gudang penyimpanan ampas tebu).
Sedangkan ampas yang terikat pada tangki nira mentah disaring melalui
plat saringan dan dibawa oleh srew conveyor ke ampas gilingan I untuk digiling
kembali ke gilingan II. Dan ampas yang terikut pada hasil gilingan III, IV, dan V
diangkut oleh juice strainer untuk digiling kembali pada gilingan III. Nira yang
telah bebas ampas dari stasiun gilingan I dan II dipompakan ke stasiun pemurnian.
2.5.3. Stasiun Pemurnian
Tujuan proses stasiun pemurnian dalah untuk menghilangkan kotoran
(unsure bukan gula) dalam nira tanpa merusak kadar gulanya. Banyak proses yang
dilakukan dalam proses pemurnian dari proses secara kimia yaitu dengan
memberikan bahan kimia yang kemudian bereaksi dengan kotoran membentuk
endapan, proses secara fisika dengan menggunakan pemanasan, pengandapan,
pengapungan dan penyaringan, serta proses kimia fisika yaitu dengan mengubah
sifat fisik suatu komponen sehingga mudah dipisahkan. Pelaksanaan prose
pemurnian harus dilakukan tanpa mengabaikan waktu, suhu, pH.
Universitas Sumatera Utara
Pada proses pemurnian diperlukan 4 bahan penolong yaitu, susu kapur, gas
sulfit, phospat dan talosep (A6XL). Dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penyaringan I
Nira mentah dari tangki nira mentah dialirkan melalui pipa kesaringan
DSM. Kemudian dialirkan ke timbangan “Maxwell Boulogne” yang menimbang
nira mentah secara otomatis.
2. Pemanasan I (Juice Heater I)
Nira mentah ditimbang dialirkan kepemanasan I, dan dipanaskan sampai
ketemperatur 75°C dengan mengalirkan steam. Pemanasan ini dilakukan dengan
waktu sesingkat mungkin untuk mencegah gula terpecah menjadi unsur yang lebih
sederhana.
3. Defekasi (defecation)
Tujuan prose defikasi adalah untuk membersihkan kompone-komponen
bukan gula dan meningkatkan harkat kemurnian (HK). Bahan yang dipakai pada
prose ini adalah susu kapur dengan pH 9.0 – 9.5. pemakaian susu dalam prose
defikasi ini belum dapat digantikan dengan bahan lain tapi tidak bisa
ditingggalkan.
4. Sulfitasi nira mentah
Nira yang telah terkapur masuk kedalam tangki sulfitasi.dalam proses ini
terjadi penurunan pH nira menjadi 7.0 – 7.2. Sulfitasi ini dilakukan pada suhu 70 75°C. penambahan SO2 tidak boleh berlebihan karena akan menyebabkan
penurunan pH menjadi terlalu rendahdan terbentuknya senyawa Calsium
Hidrosulfida (CaHSO3) yang larut dalam nira.
Universitas Sumatera Utara
5. Netralisasi (Neutralizing)
Nira nentah tersulfitasi mengalir ketangki netralisasi . kemudian
ditambahkan lagi susu kapur sehingga pH netral (berkisar antara 7.0 – 7.2).
6. Pemanasan II (Juice heater II)
Nira yang telah dinetralkan pHnya kemudian dialirkan ketangki
pemanasan II, disini nira dipanaskan dengan steam pada temperature yang lebih
panas daripada pemanasan I yaitu 105°C. dimana temperature ini adalah suhu
yang mempunyai isoelektris yaitu yang dapat mengumpulkan zat-zat tertentu,
membunuh bakteri-bakteri dalam nira dan menurunkan kepekatan (viscositas)
sehingga kotoran lebih mudah mengendap.
7. Pengeluaran gas dan pengendapan
Sebelum dilakukannya pengendapan gas-gas yang terdapat dalam nira
harus dibebaskan kedalam tangki pengembangan (flash tank) agar tidak
mengganggu proses pengandapan. Dari flash tank nira dialirkan ke tangki
pengendapan (compatrement door clarifier) yang berfungsi untuk mengendapkan
kotoran hasil pemurnian dengan menambahkan flokulat (Tolasep (A6XL)), yang
berfungsi mempercepat pengendapan kotoran dalam nira. Pada tangki ini terdapat
proses pemisahan nira jernih atau nira encer dari nira kotor. Nira jernih dialirkan
secara over flow sedangkan nira kotor keluar melalui bagian bawah di pompakan
ke tangki nira kotor. pada nira kotor terjadi perlakuan penyaringan, sedangkan nira
jernih diteruskan ke prose pengentalan.
Universitas Sumatera Utara
8. Penyaringan II
Nira encer disaring dengan saringan DSM dan dialirkan kestasiun
penguapan (evaporator). Nira jernih secara over flow keluar dari door clarifier,
sedangkan nira kotor dipompakan keluar dan ditampung kedalam sebuah bak dan
kemudian diteruskan ke mud feed mixer. Pada mud feed mixer ini nira kotor
dicampurkan dengan ampas halus dari gilingan V. ampas tebu berguna sebagai
media filtrasi agar nira kotor tersaring. Setelah tercampurnya ampas tebu dengan
nira kotor kemudian diteruskan ke vacuum filter(saringan hampa). Di vacuum
filter inilah nira kotor akan ter saring untuk memperoleh filtrate sebanyak-
banyaknya. Vacuum filter ini prisip perbedaaan tekanan pada dua tempat
dipisahkan olh media penyaringan. Dengan dua bua drum yang berputar dan
permukaan yang berlubang dengan kecepatan berputar 0.15 – 0.35 rpm nira ditarik
melalui media penyaringan dengan tekanan hampa antara 35 – 45 cm Hg, yang
akan meninggalkan kotoran berwarna coklat (blotong) yang melekat pada
permukaan drum. Untuk pencucian ,blotong disiprot dengan air, lalu engan
scraper dilepas dari permukaan saringan, melalui conveyer dibawah kabin blotong
dan dimasukkan kedalam truk untuk ditimbang dan dibuang keluar pabrik.
Blotong ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Filtrat hasil saringan tadi kemuian
dipompakan ketangki nira tertimbang untuk proses ulang.
2.5.4. Stasiun Penguapan (Evapurator Station)
Tujuan dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang
terdapapt pada nira encer agar diperoleh nira yang lebih kental, dengan kentalan
Universitas Sumatera Utara
62 - 65°brix. Penguapan ini dilakukan pada temperatur 65 - 115°C dengan empat
tahap yang disebut “Quadruple Effect Evaporator”, dengan menggunakan cara
forward feed. Steam masuk evaporator dengan tekanan 0.8 cmHg dan suhu
120°C.
Evaporator yang ada dalam system ini berjumlah lima buah tetapi yang
dipakai hanya empat buah, yang satu lagi dipakai apabila terjadi kerusakan pada
salah satu evaporator atau apabila salah satu evaporator dibersihkan. Titik didih
larutan diturunkan dengan menurunkan tekanana dalam badan evaporator , dimana
tekanan pada badan IV ±65 cmHg vacuum, pada badan III ±45 cmHg vacuum,
pada badan II ±15 cmHg vacuum, pada badan I ±0.8 cmHg vacuum.
Perbedaan tekanan pada masing-masing evaporator akan mengakibatkan
nira mengalir sacara otomatis dari badan I ke badan berikutnya. Nira yang masuk
pada tiap-tiap badan evaporator akan bersirkulasi hingga mencapai kepekatan
tertentu. Kemudian secara otomatis katub (valve) akan terbuka dan nira mengalir
kebadan berikutnya. Demikian seterusnya sampai pada badan evaporator terakhir
dengan kepekatan 65°brix.
Nira kental yang telah melewati proses penguapan (evapurating) ini
kemudian dialirkan ke stasiun toladura. Sedangkan kondensasi yang berasal dari
badan evaporator I dan II ditampung untuk digunakan sebagai air pengisi ketel
kondensat dan yang berasal dari badan II dan IV di tarik dengan pompan
kondensat ke tangki kondensat.
Universitas Sumatera Utara
2.5.5. Stasiun Talodura
Nira kental dari stasiun penguapan (evapurator) masuk kestasiun toladura
dengan tujuan untuk meningkatkan kemurnian nira kental dengan mengapungkan
kotoran-kotoran koloidal (halus) untuk dipisahkan. Dengan memanaskan nira
kental pada suhu 80°C kemudian direaksikan dengan talofloc, talofloate, asam
phospat (H3PO4) dan susu kapur (Ca(OH)2). Dengan reaksi ini diperolehlah
apungan darikotoran yang bersifat koloidal tadi. Kotoran ini kemudian dipisahkan
dari nira kental dan dikembalikan ketangki nira mentah tertimbanguntuk diproses
ulang. Sedangkan nira kental yan sudah bersih dari kotoran (murni), dipompakan
ke stasiun masakan.
2.5.6. Stasiun Masakan
Pada stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi dengan tujuan agar
kristal gula mudah dipisahkan dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga
didapatkan hasil yang memiliki kemurnian tinggi, membentuk kristal gula yang
sesuai dengan standart kualitas yang ditentukan dan adalah perlu untuk mengubah
saccarosa
dalam
larutan
menjadi
kristal
agar
pengambilan
gula
sebanyakbanyaknya dan sisa gula dalam larutan terakhir (tetes) sedikit mungkin.
Dalam proses kristalisasi di PGSS ada 3 tingkat proses masakan yaitu :
1. Masakan A, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) A dan
Stroop A, stroop A ini masih mengandung sukrosa . Pada masakan A
terdapat 2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 68% dari nira
kental masuk.
Universitas Sumatera Utara
2. Masakan B yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) B dan
Stroop B, dengan menggunakan bahan dasar stroob A. Pada masakan B
terdapat 1 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 62% dari nira
kental masuk
3. Masakan C, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) C dan
Klare C, dengan menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B dan Klare
C . Pada masakan C terdapat 2 buah pan masakan yang dapat
mengkristalkan ± 58% dari nira kental masuk.
Langkah – langkah pengkristalan dapat diuraikan sebagai berikut :
Nira kental dimasak pada vaccum pan A akan menghasilkan masakan A
yang terdiri dari gula A dan stroop A, setelah dipisahkan pada putaran A,Stroop A
dimasak kembali pada vaccum pan B menghasilkan masakan B, dilanjutkan pada
putaran B dan menghasilkan gula B dan stroop B, stroop B dimasak kembali pada
vaccum pan D , ketika dilanjutkan keputaran D menghasilkan gula D1 dan tetes.
Gula D1 kemudian di putar kembali untuk meningkatkan kemurniannya sehingga
menghasilkan gula D2 dan klare D,(disebut klare kerena mengalami 2 kali\
putaran. Gula D2 ini merupakan bibit untuk membesarkan kristalnya pada
masakan A dan masakan B, sedangkan Klare D dimasak ulang pada masakan D.
Gula A dan gula B dicampur dan dicuci dengan air untuk membersihkan
sisa - sisa larutan (stroop) yang ada pada kristal dengan cara diputar pada putaran
SHS, hasil putaran inilah yang disebut dengan gula SHS dan klare SHS. klare SHS
kemudian dimasak ulang bersama nira kental pada vaccum pan A. Sedangkan gula
SHS diproses lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
2.5.7. Stasiun Putaran
Tujuan pemutaran pada stasiun putaran ini adalah memisahkan kristal gula
dengan larutan (stroop) yang masih menempel pada kristal gula. Putaran bekerja
dengan gaya centripugal yang menyebabkan masakan terlempar jauh dari titik
(sumbu) putaran, dan menempel pada dinding putaran yang telah dilengkapi
dengan saringan yang menyebabkan kristal gula tertahan pada dinding putaran dan
larutan (stroop) nya keluar dari putaran dengan menembus lubang–lubang
saringan, sehingga terpisah larutan (stroop) tersebut dari kristal gulanya.
2.5.8. Stasiun Penyelesaian (dryer and cooler)
Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan proses pengeringan gula yang
berasal dari stasiun putaran sehingga benar-benar kering. Pengeringan dilakukan
dengan penyemprotan uap panas dengan suhu ± 70°C , kemudian didinginkan
kembali karena gula tidak tahan pada temperature yang tinggi. Tujuan
pengeringan adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh
microorganisme, dan agar gula tahan lama selama proses penyimpanan sebelum
disalurkan kepada konsumen. Setelah kering gula dianggkut dengan elevator dan
disaring pada saringan vibrating screen. Gula dengan ukuran standart SHS
diangkut dengan sugar conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator
untuk menarik logam (besi) yang terikat pada kristal gula.
Universitas Sumatera Utara
2.5.9. Stasiun Pengemasan
Gula yang telah bersih dari besi yang terikut didalamnya masuk kedalam
sugar bin. Sugar bin menampung gula dan sugar weigher mengisi dan
menimbang gula dengan berat @50 Kg kedalam karung secara otomatis.
Kemudian karung gula dijahit dengan menggunakan conveyor untuk disimpan.
Apabila ada yang membeli maka gula akan dikeluarkan dari gudang.
TEBU
CANE HANDLING
Tebu
Air Imbibisi 20-24%
STASIUN GILINGAN
Ampas 30-40%
Nira mentah
Ca(OH)2 0,17%
SO20,055%
STASIUN PEMURNIAN
Biotong 4%
Nira encer
Air injeksi
STASIUN PENGUAPAN
Air kondensat
Nira kental
STASIUN MASAKAN
Air kondensat
Masakan
Stroop
STASIUN PUTARAN
Tetes
Gula 6-7%
Leburan
PENGEMASAN DAN
PENYIMPANAN
GULA KRISTAL PITIH
(GKP)
Gambar 2.2 Bagan alir pengolahan tebu
Universitas Sumatera Utara
2.6.
Standart Mutu Bahan / Produk
Produk utama utama yang dihasilkan pabri ini adalah gula pasir yang
tergolong kepada gula GKP (Gula Kristal Putih) dikemas dalam karung putih
dengan berat masing-masing adalah 50 kg, dengan standart warna larutan
ICUMSA (International Commision For Uniform Methods of Sugar Analysis)
anatara 80-300 IU (max) dan kadar bahan tambahan makanan (Belerang dioksida
(SO2)) 30 mg (max). Produk sampingan dari pabrik adalah tetes (Melase).
2.7.
Bahan Yang Digunakan
2.7.1. Bahan Baku
Bahan baku utama dalam pembuatan gula adalah tebu yang tergolong
kepada genus saccharum, dan diantara genus saccharum itu pada abad XVII
species saccharum offcinarum telah dibudidayakan karena mengandung nira dan
kadar serat yang cukup sehingga dapat diolah menjadi gula. Tanaman tebu dapat
hidup didaerah tropis dan sub tropis bahkan sampai pada ketinggian 1400 m dari
per mukaan laut. Pertumbuhan dan kualitas tanaman tebu amat dipengaruhi oleh :
1. Keadaan iklim
2. Keadaan tanah
3. Pengairan
4. Pembibitan
5. Penyakit tebu
6. Cara penanaman tebu
7. Pemakaian pupuk
Universitas Sumatera Utara
Tanaman tebu ini dipanen setelah tanaman memiliki kadar gula yang
cukup tinggi (umur 11 – 13 bulan). Tebu yang telah dipanen dapat menunggu
untuk diperas selama maksimal 24 jam, apabila lebih dari 24 jam maka akan
terjadi perubahan rasa tebu menjadi asam dan kadar sukrosa yang ada dalam tebu
akan berkurang. Komponen penyusutan tebu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Data penyusutan batang tebu
No Komponen
Persentase (%)
1
Gula Reduksi
0.5 – 1.5
2
Bahan organik
0.5 – 1.5
3
Sabut (selulosa, pentosa)
4
Asam organic
5
Sukrosa
11- 19
6
Air
65 – 75
7
Bahan lain (lilin, zat warna)
11 -19
0.5
8-9
Sumber : Data Laboratorium Pabrik Gula Sei Semayang
Kadar gula dalam tebu sangat dipengaruhi oleh varietas tebu, cara tanam,
struktur tanah dan iklim.
2.7.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan ialah bahan yang ditambahkan secara langsung ke dalam
proses produksi dan merupakan komposisi produk untuk memudahkan dan
menyempurnakan produk.
Universitas Sumatera Utara
Bahan tambahan yang digunakan antara lain :
1. Susu kapur (Ca(OH)2)
Susu kapur dibuat dari pembakaran batu kapur sehingga berubah menjadi
kapur tohor, baru kemudian disiram dengan air panas, sehingga menghasilkan
susu kapur. Pemberian susu kapur bertujuan untuk pemurnian air nira.
Air panas ini berasal dari dari proses kondensasi uap evaporator, yaitu air
bersih dengan temperature 600C yang berfungsi sebagai:
a. Pelarut kapur yang mempercepat terjadinya larutan (Ca(OH)2).
b. Air imbibisi pada stasiun gilingan untuk meningkatkan nira yang
dihasilkan, dimana volume air yang dipakai adalah 20% dari kapasitas
produksi.
c. Siraman pada saringan hampa udara.
2. Gas Sulfit (SO2)
Gas sulfit diperoleh dari pembakaran belerang di dalam tobong belerang,
dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja dinyalakan, kemudian
selanjutnya secara terus-menerus dialirkan udara kering.
Tujuan pemberian gas sulfit ini adalah:
a. Menetralkan kelebihan air kapur pada nira yang terkapur, sehingga pH
mencapai 7,2 – 7,4 dan untuk membantu terbentuknya endapan
Ca(SO3)2.
b. Untuk memucatkan warna larutan nira kental yang akan berpengaruh
pada warna Kristal dari gula.
Universitas Sumatera Utara
3. Flokulat
Penambahan flokulat adalah dengan membentuk flok dari partikel kotoran
terlarut yang terdapat pada nira sehingga lebih mudah disaring.
4. Phospat
Pemberian phospat bertujuan untuk meningkatkan kadar phospat yang
terdapat pada nira jika kadar phospat dalam nira mentah lebih kecil dari 300 ppm,
akan tetapi jika kadar phospat lebih dari 300 ppm maka tidak perlu lagi
ditambahkan phospat.
5. Bockom
Manfaat bockom antara lain adalah:
a. Sebagai pengawet pada nira yang belum diolah.
b. Untuk memisahkan butiran gula dengan yang lain.
c. Untuk membuat Kristal gula lebih gampang dipisahkan.
6. Campuran NaCl, NaOH, Na2SO4
Campuran ini digunakan untuk membersihkan heating tube di stasiun
evaporator (penguapan).
2.7.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan secara tidak langsung
dalam produk, dan bukan merupakan komposisi produk, tetapi digunakan sebagai
pelengkap produk. Adapun bahan penolong antara lain:
1. Karung plastik yang digunakan dalam proses pengarungan gula.
2. Benang jahit yang digunakan untuk menjahit karung plastik.
Universitas Sumatera Utara
2.8.
Mesin Dan Peralatan
Pada Pabrik Gula Sei Semayang di dalam melaksanakan kegiatan
produksinya menggunakan teknologi, yaitu selain menggunakan tenaga mesin
juga menggunakan tenaga manusia.
2.8.1. Mesin Produksi
Spesifikasi mesin yang digunakan pada Pabrik Gula Sei Semayang dapat
dilihat pada Lampiran 1.
2.8.2. Peralatan (Equipment)
Spesifikasi peralatan yang digunakan pada Pabrik Gula Sei Semayang
dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.8.3. Utilitas
Utilitas adalah unit pendukung yang amat penting dalam melakukan proses
produksi terutama pada perusahan manufaktur. Sesuai dengan istilahnya, fungsi
sarana pendukung ini adalah mendukung dan membantu kelancaran proses
produksi serta mempermudah jalannya kegiatan manufaktur. Utilitasi yang
digunakan pada pabrik gula Sei Semayang adalah:
1. Uap (Steam)
Uap adalah salah satu unit pendukung dibagian produksi. Uap yang
digunakan dihasilkan dari boiler dan seluruhnya digunakan dibagian produksi. Di
pabrik terdapat 2 unit boiler dengan kapasitas 16 ton/jam, tetapi hanya satu unit
yang beroperasi
Universitas Sumatera Utara
Spesifikasi boiler tersebut ialah :
-
Nama : Yoshimine Water Tube Boiler
-
Type : H 1600 S
-
Maks. Design Press : 24 kg/cm
-
Steam temperatur : 325° C
-
Heating Surface : 1600 m
-
Actual Evaporator : 60.000 kg/hr
-
Serial Number : 2314
-
Year : 1981
2. Air (water)
Air memegang peranan penting dalam kelangsungan proses produksi.
Kegunaan air di perusahaan adalah :
a. Keperluan proses produksi
b. Keperluan laboratorium
c. Keperluan boiler
d. Keperluan karyawan
e. Keperluan injeksi kondensor
f. Sebagai zat pendingin dan pembersih
Air yang digunakan pabrik berasal dari sungai belawan, yang berjarak
sekitar 5 km dari pabrik.
3. Listrik
Pada pabrik gula Sei Semayang sumber listrik menggunakan pembangkit
tenaga diesel dengan kapasitas 400 kva. Mesin diesel ini digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
melayani beban seperti perumahan staff dan karyawan. Pemakaian energi listrik
dibedakan atas 2 periode yaitu: DMG dan LMG
a. Dalam masa gilingan (DMG)
Digunakan turbin dengan kecepatan 5500 rpm dengan pengggeraknya
tenaga uap dari boiler sebesar lebih kurang 30 ton/jam dengan tekanan
lebih kurang 20 kg/cm.
b. Luar Masa Gilingan (LMG)
Memakai diesel 2 unit @ 500 kva, menggunakan bahan baker solar
46,251/jam yang menghasilkan 1180 kva dengan rata-rata pemakaian 145
kwh. Beban maksimal alternatornya adalah 140 kw/14 A dengan voltage
6000 volt .
4. Work Shop
Work Shop adalah pelayanan teknis ,produksi dan pelayanan jasa. Pabrik
Gula Sei Semayang memiki bagian ini yang bertugas melayani perbaikan dan
perawatan peralatan. Operator biasanya mendatangi bagian pabrik yang rusak atau
diper baiki di work shop .
5. Laboratorium
Laboratorium memiliki peranan yang amat penting dalam hal pengawasan
dan penentuan mutu hasil produksi yang merupakan tujuan utama dari seluruh
produksi. Pengawasan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Analisa dan proses
1) Tebu meliputi persentase dari pada sabut, brix, pol, kadar air, dan
kotoran.
Universitas Sumatera Utara
2) Nira gilingan I sampai dengan IV, meliputi persentase brix, pol,
hasil kemurnian (HK)
3) Ampas meliputi pol, zat kering, kadar air
4) Nira mentah meliputi persentase brix, HK, gula reduksi, sacarosa,
dan kotoran
5) Nira encer meliputi persentase pol, brix, HK, kadar kapur, kadar
phospat
6) Blotong meliputi persentase pol, zat kering, air, ampas
7) Kapur meliputi persentase CaO aktif, derajat baume, kotoran
8) Nira kental meliputi persentase brix, pol, HK, gula reduksi,
sacarosa , pH
9) Masakan gula D1, D2, A, B, SHS, meliputi persentase brix, pol,
HK, warna
10) Tetes meliputi persentase brix, pol, HK, sacarosa, abu, gula
reduksi
b. Analisa pada utilitas meliputi :
1) Pengelolaan air (water treatment)
2) Air boiler
3) Air pengisi ketel
2.8.4. “Safety And Fire Protection”
Keselamatan kerja merupakan serana utama dalam pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakan kerja ini dapat menghambat kelangsungan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
yang merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan
peralatan kerja,terhentinya sesaat proses produksi dapat menyebabkan kerugian
dikarenakan biaya produksi yang amat tinggi. Jadi salah satu cara untuk
memperkecil biaya produksi ialah dengan memperhatikan aspek-aspek K3 dengan
baik dan dijalankan dengan benar.
Masalah K3 ini amat penting diperhatikan dari saat perancangan dan bukan
baru dipikirkan setelah pabrik dibangun, namun pada saat pabrik telah dibangun
,perencanan amat penting untuk mencapai standart K3. terdapat beberapa prinsip
dalam perencanaan keselamatan dan efisiensi produksi yaitu :
1. Ciptakan keadaan yang aman untuk berjalan dilantai, tangga – tempat dan
daerah kerja lainnya.
2. Usahakan pengolahan material dan bahan dengan kontak yang sedikit
mungkin.
3. Sediakan lantai yang cukup bagi mungkin dan peralatan.
4. Adakah keselamatan bagi pekerjaan-pekerjaan yang melakukan perawatan
dan perbaikan, seperti pembersihan kaca dan jendela pada gedung-gedung
yang bertingkat tinggi.
5. Upayakan pencapaian seaman mungkin ke setiap tempat yang menjadi
tujuan setiap tenaga kerja.
6. Fasilitas trasportasi yang harus disertai perlengkapan kselamatannya.
7. Tersedianya peralatan pemadam kebakaran yang memadai pada berbagai
tempat yang rawan kebakaran.
8. Pengisolasian tempat-tempat berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
Cara
mencegah
terjadinya
kecelakaan
dapat
dilakukan
dengan
menggnakan alat pelindung diri, penggunaannya harus merupakan solusi terakhir
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Adapun beberapa alat pelindung diri yang dapat digunakan yaitu :
1.
Perlindungan terhadap pernapasan dapat berupa masker yang melindungi
dari bau tak sedap dari bahan kimia di laboratorium,debu yang berasal dari
belerang.
2. Topi/helm yang digunakan untuk melindungi bagian kepala dari benda
yang jatuh dari atas.
3. Sepatu karet untuk mencegah terpeleset karena lantai yang licin.
4. Sarung tangan khusus untuk melindungi dari benda panas, tajam, runcing,
bahan kimia, aliran listrik.
5. Kaca mata, biasanya digunakan pada bagian pengelasan untuk melindungi
mata dari api dan cahaya yang berlebihan.
6. Pelindung telinga untuk mengurangi paparan kebisingan dari suara mesin
pabrik.
Untuk instalasi listrik penempatannya dilakukan pada daerah-daerah yang
gampang dijangkau dan terlindungi. Kabel disusun dengan rapi agar idak terjadi
konslet dan kesemerautan sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dapat segera diatasi.
Universitas Sumatera Utara
Pabrik Gula Sei Seamayang menerapkan sistem pengamanan kebakaran
dengan mengacu kepada :
1. Instruksi no.2/V/inst/PA/1972 tgl 25-2-5-1972 tentang penerbitan alat-alat
kebakaran :
a. Tiap pintu 2 tabung busa
b. Tiap gudang harus ada 3 buah CO2
c. Tiap gudang harus memiliki alat bantu.
2. Instruksi no.6/VI/PA/1974 tanggal 1 juni 1974 tentang peningkatan upaya
kesiagaan
dan
kewaspadaan
pencegahan
kebakaran
penerbitan
penyelidikan dan pemakaian alat-alat pemadam kebakaran di tentukan :
a. Penyediaan alat-alat persediaan kebakaran berdasarkan luas gedung
masingmasing standart :
1) Tiap 80 m2 disediakan 1 alat pemadam kebakaran
2) Tiap pintu gudang disediakan 1 grup alat bantu
b. Standart penyediaan alat pemadam api pada kantor-kantor jawatan
instansi/perusahaan disediakan yang sesuai diatas ditempat-tempat
rawan, vital.
2.8.5. “Waste Treatment”
Setiap perusahaan memiliki limbah hasil pengolahan dimana limbah ini
harus diperhatikan dalam hal pengendalian dan permasalahannya, limbah yang
dihasilkan dapat berupa limbah padat maupun limbah cair. Masing-masing limbah
harus dikelola dengan baik dan benar sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak
menimbulkan permasalahan terhadap habitat tempat limbah dibuang.
Universitas Sumatera Utara
Limbah pabrik berupa gas adalah asap buangan dari Boiler yang banyak
mengandung abu ketel yang terbawa angin sampai puluhan kilometer dan
membuat hitam apa pun yang terkena, sangat mengganggu kesehatan terutama
masyarakat yang berada di sekitar pabrik. Upaya yang dilakukan pabrik untuk
mengatasinya antara lain dengan pemasangan wet scrubber pada gas duck boiler
dan perbaikan air heater (misalnya diganti)
Limbah padat tidak ada hanya berupa sisa bahan baku atau ampas sisa
perasan tebu di alirkan ke boiler untuk menjadi bahan bakar dimana kelebihan dari
ampas ini akan disimpan di gudang untuk dialirkan lagi ke boiler apabila
diperlukan. Blotong di angkut keluar pabrik diletakkan pada tempat khusus,
namun blotong ini dapat di buat untuk pupuk.
Limbah cair yang ada berasal dari bahan kimia campuran pada saat proses
produksi dimana masalah yang ditimbulkan dari limbah tersebut terhadap pabrik
adalah Aerator pada kolom oksidasi rusak (roda gigi aus, rumah roda gigi retak).
Limbah tersebut akan dialir ke bagian pengolahan limbah, di bagian ini limbah
diolah kembali sebelum di buang ke lingkungan. Ada pun skema proses
pengolahanlimbah:
1. Kolam Pemisah
Fungsinya : Memisahkan minyak dari air limbah
2. Kolam Segitiga
Fungsinya : Untuk mengendapkan padatan-padatan yang terbawa air
limbah dan disaring
Universitas Sumatera Utara
3. Kolam Ekualisasi (Equalizing pond)
Volume 1400 m3, kedalaman 2m, waktu pakai 24 jam, pada klam
dipasang 2 buah aerator permukaan masing-masing 5 dan 6 kw, dan
berfungsi untuk menurunkan COD
4. Kolam Parit Oksidasi (oxsidation Ditch)
Volume 2000 m3, kedalaman 3,05 m. Pada kolamini terjadi proses
actidated stude (Lumpur aktif) serta nitrifikasi
5. Kalrifier
Dengan panjang 6,3 m,lebar 6,29 m, tinggi 3,05 m. Klifier ini
menghasilkan pengendapan hasil reaksi atom proses biokimia pada parit
oksidasi hasil pengendapan yang dipompakan ke bak pasir, sedangkan air
bersih overflow keluar ke sungai
6. Bak pasir (Sand bed drying)
Terdiri dari tiga buah kolam yang masing-masing berukuran 30,5 x 0,5 m.
pengeluaran sludge dari parit oksidasi ke bak pasir dengan menggunakan
screw pomp dan setelah kering dari bak pasir digunakan sebagai pupuk
tanaman.
Data hasil pengujian air limbah di Pabrik Gula Sei Smayang dapat dilihat
pada Tabel 2.3. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Hasil Pengujian Air Limbah PG. Sei Semayang
No
Parameter
Hasil Analisa
1
PH
6,78
2
BOD
71,2
Mg/L
Jis k - 0102 - 21
3
COD
116
Mg/L
Colorimetrik
Satuan
Acuan Metode
Potensiometri
Determination
4
TSS
51
Mg/L
Gravimetri
5
Minyak dan Lemak
3,7
Mg/L
Jis k - 0102 - 24,2
Sumber : Data Laboratorium Pabrik Gula Sei Semayang
2.9.
Struktur Organisasi
Suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
menumbuhkan perusahaan, diperlukan suatu wadah organisasi. Organisasi dalam
perusahaan merupakan alat untuk melaksanakan rencana kerja guna mencapai
tujuan yang ditetapkan. Melalui suatu struktur organisasi yang baik maka
pelaksanaan pekerjaan akan lancar, efektif dan efisien. Bagi setiap perusahaan
struktur organisasi yang digunakan tidaklah sama satu dan yang lainnya, sebab
pada hakekatnya struktur organisasi perusahaan dirancang dengan kondisi,
kebutuhan, fungsi serta tujusn dari perusahaan tersebut.
Struktur organisasi pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah merupakan
struktur organisasi garis dan fungsional, dimana wewenang dari pucuk pimpinan
dilimpahkan pada suatu organisasi dibawahnya dalam suatu bidang kerja.
Adapun struktur oganisasi dalam pabik gula sei semayang, dapat dilihat
pada gambar 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Manajer
Staff
Dinas
Teknik
Ast
Boiler
Ast
Mill
Ast
Listrik/
Instrum
ent
Ast
Word
Shop
Ast
Cane
Yeard
Staff
Las
Ast
Lab
Ast
Timbang
Kep. Tata usaha
Ast
Tpai
K. Dinas
BAPAM
K
p
H
a
n
s
i
p
Krani
Dinas
Teknik
Koordinator
Koordinator
Mandor
Mandor
Operator
Krani
Dinas
Teknik
Operator
S
a
t
p
a
m
Ast
Kantor
Ast Umum
S
e
k
e
t
a
r
i
a
t
S
t
a
f
f
S
D
M
P
e
n
s
i
u
n
S
t
a
f
f
P
e
r
u
m
/
S
o
s
i
a
l
P
e
r
s
o
n
a
l
i
a
S
t
a
f
f
K
o
p
e
r
a
s
i
S
t
a
f
f
A
k
u
t
a
n
s
i
S
t
a
f
f
B
e
n
d
a
h
a
r
a
S
t
a
f
f
P
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
Kep. Pengolahan
Ast
Gudang
S
t
a
f
f
P
e
n
g
u
p
a
h
a
n
S
t
a
f
f
S
u
p
e
r
v
i
s
o
r
S
t
a
f
f
K
o
m
p
u
t
e
r
Ast
Pemurnian
S
u
p
e
r
v
i
s
o
r
M
a
t
e
r
i
a
l
S
u
p
e
r
v
i
s
o
r
G
u
d
a
n
g
H
a
s
i
l
Ast
Penguapan
Ast Masakan
M
a
n
d
o
r
Ast
Putaran
Ast
Mekanik
Staff TU DP
Kep. Dinas
Laboratorium
Kep. Teknik
Koordinator
Mandor
Hansip
Karyawan
Krani/Opas
Karyawan
Krani/Opas
Karyawan
KTT
Operator
Krani DP
Gambar 2.3. Struktur Organisasi PT. Nusantara II Sei Semayang
Universitas Sumatera Utara
2.10.
Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada Pabrik Gula Sei
Semayang dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.11.
Tenaga Kerja Dan Jam Kerja
2.11.1. Tenaga Kerja
Dalam melaksanakan kegiatan produksinya Pabrik Gula Sei Semayang
mempekerjakan 673 orang karyawan. Tenaga kerja terbagi atas 5 tingkatan, yaitu :
1. Pegawai Staff.
2. Pegawai Non Staff.
3. Karyawan Harian Tetap.
4. Karyawan Musiman.
5. Karyawan Lepas.
Tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita, dimana
jumlah tenaga kerka pria lebih banyak dibandingkan tenaga kerja wanita. Dalam
hal ini bagian teknis dan pengolahan didominasi oleh tenaga kerja pria, sedangkan
pada bagian pengemasan/ pengepakan didominasi tenaga kerja wanita. Jumlah
tenaga kerja pada Pabrik Gula Sei Semayang dapat dilihat pada tabel 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 2.4. perincian jumlah tenaga kerja PGSS Tahun 2013
Staff
No
Bagian
1
Keuangan umum
Tuk/umum
Gudang hasil
Gudang material
Opas
Dinas teknik
Tu
St. Boiler
St. Mill
St. Work shop
Cane yeard
Emplasment
Dinas pengolahan
Tu
Pabr belakang
Pabr tengah
pengolahan
Laboratorium
Tu
Keamanan
MBT
Tetap
P
2
3
4
5
6
Jlh
Peg. Bulanan
Karyawan
Harian
2
W
Jlh
P
W
Jlh
2
17
13
9
2
12
1
2
P W Jlh
Kerja tetap
P
W
Jlh
29
14
11
2
19
13
9
2
12
1
2
31
14
11
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
7
58
49
69
29
11
3
10
56
49
69
29
11
8
57
50
70
29
11
3
11
57
50
70
29
11
1
1
3
1
1
1
1
3
1
1
4
47
41
49
29
1
5
48
44
50
30
1
14
29
2
510
5
47
49
49
36
1
29
2
537
6
48
44
50
37
1
29
2
551
14
7
1
27
Karyawan
Jumlah Tenaga
29
2
524
7
1
27
Tenaga Kerja Lain - Lain
Musiman
P
W
Jlh
42
2
44
1
7
12
5
1
7
12
5
Honor
staff
Non staff
Karyawan
harian lepas
P
W
Jlh
Jumlah
Keseluruhan
P
W
Jlh
19
55
9
2
12
3
2
31
58
11
2
9
64
62
75
48
11
3
12
64
62
75
48
11
1
18
6
72
44
50
65
1
30
2
673
6
18
24
25
3
28
5
54
44
50
55
121
30
2
623
68
23
10
1
50
Universitas Sumatera Utara
2.11.2. Jam Kerja
Pada awalnya Pabrik ini di desain dengan kapasitas 4000 ton/ hari pada
masa giling. Pabrik beroperasi 24 jam terdiri dari 3 shift kerja, masing-masingshift
adalah sebagai berikut :
1.
Kantor
Untuk pekerja di bagian kantor, jam kerja dapat kita lihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 2.5. Jadwal Kerja Untuk Bagian Kantor
No Hari
1
Pukul
Keterangan
Senin – Kamis dan Sabtu 08.00-12.00 Bekerja
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.00 Bekerja
2
2.
Jumat
08.00-12.00 Bekerja
Pabrik
Untuk pekerja yang bertugas di pabrik pada masa gilingan, jam kerjanya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. Jadwal Kerja Untuk Bagian Pabrik
No Shift Pukul
1
I
Keterangan
08.00-12.00 Bekerja
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.00 Bekerja
2
II
15.00-18.00 Bekerja
18.00-19.00 Istirahat
19.00-23.00 Bekerja
3
III
23.00-02.00 Bekerja
02.00-03.00 Istirahat
03.00-07.00 Bekerja
Diluar masa giling jam kerja pabrik sama dengan jam kantor.
3.
Security (keamanan)
Khusus untuk karyawan security dikelompokkan dalam tiga kelompok, yang
setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Untuk setiap kelompok dilakukan
penggantian selama 12 jam.
2.12. Sistem Pengupahan dan Fasilitas
Pembayaran upah kepada karyawan pada Pabrik Gula Sei Semayang
dilakukan sekali setiap bulan. Besarnya upah atau gaji yang dibayarkan
perusahaan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan
Menteri Pertanian. Bagi karyawan yang bekerja diluar jam kerja normal akan
diberikan upah lembur.
Universitas Sumatera Utara
Selain gaji pokok dan upah lembur, karyawan juga mendapat tunjangan
kesejahteraan dan jaminan social.
1. Gaji dan Tunjangan Pegawai Bulanan
a. Gaji
b. Premi/ Lembur
c. Sewa Rumah
d. Biaya Pemondokan
e. Tunjangan Air
f. Tunjangan Listrik
g. Tunjangan Bahan Bakar
h. Tunjangan Cuti
i. Tunjangan Beras (Catu Beras)
2. Biaya Sosial
a. Biaya Pengobatan dan Perawatan
b. Biaya Pengangkutan
c. Biaya Hiburan Keselamatan
d. Biaya Hari Raya dan Tahun Baru
e. Biaya Iuran Pensiun
f. Biaya Jasa Produksi
g. Sewa Rumah
h. Biaya Pendidikan
i. Biaya Iuran untuk Rumah Sakit
j. Biaya Hari-hari Sosial
Universitas Sumatera Utara
k. Biaya Pemakaman/Kematian
l. Kemalangan
m. Biaya Uang Pesangon
3. Perhitungan
a. Iuran Askes
Keterangan : Jaminan Kecelakaan Kerja 0,54% dari gaji sebulan
Jaminan Hari Tua 5,7% dari gaji sebulan
Jaminan Kematian 0.3% dari gaji sebulan
Jaminan Kesehatan 6% dari gaji sebulan
b. Iuran Hari Tua
3,7% oleh pengusaha
2% oleh tenaga kerja
4. Santunan kematian antar karyawan Rp. 150,00 dari gaji bulanan
5. Beras (sama untuk semua golongan)
a. Untuk pekerja :15 Kg
b. Istri : 9Kg
c. 1 anak : 7.5 Kg
d. 2 anak : 15 Kg
e. 3 anak : 22.5 Kg
6. Tunjangan Air (50% dari Sewa rumah)
a. Air : 10 %
b. Listrik : 25 %
c. BBM : 15 %
Universitas Sumatera Utara
7. Tunjangan Khusus : Tunjangan Struktural 50 % dari gaji pokok dan
fungsional
Sesuai dengan kesepakatan antara manager PTPN II dengan serikat
pekerja PTPN II tingkat perusahaan upah karyawan, yang didasarkan kepada
UMP tahun 2005, dalam rangka meningkatkan kinerja dan penghasilan karyawan
sesuai dengan kemampuan perusahaan :
a. Struktur pengupahan mengacu kepada UU No. 13 tahun 2003 tentang
UU ketenagakerjaan RI, yaitu Upah terdiri dari 75% upah pokok dan
25% tunjangan tetap.
b. Tunjangan tetap merupakan pengganti dari tunjangan air, listrik, bahan
bakar,tunjangan khusus dan tunjangan beras pekerja (15Kg).
c. Pedoman upah karyawan Golongan IA sampai IVD
d. Karyawan yang menempati rumah dinas yang selama ini mendapat
tunjangan listrik dan air dari perusahaan, tidak lagi mendapat
tunjangan air dan listrik.
e. Karyawan yang tidak mendapatkan rumah dinas diberikan tunjangan
sewa rumah sebesar 25% gaji pokok.
f. Premi karyawan administrasi/ umum diberikan berdasarkan klasifikasi
premi.
g. Karyawan golongan IA sampai IID, diberikan lembur maksimal 3
jam/hari atau 14 jam/minggu.
Universitas Sumatera Utara