Efek Larvasida Infusa Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.) terhadap Culex sp.

(1)

iv

ABSTRAK

EFEK LARVASIDA INFUSA

DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

TERHADAP CULEX sp.

Elisabeth Vabiola S. P., 2013. Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt

Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., MSc

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Wuchereria bancrofti yang ditularkan melalui cucukan Culex sp. Penyebaran filariasis dapat diantisipasi dengan memutus rantai hidup Culex sp. pada stadium larva. Penggunaan larvasida sinstetis berlebihan berdampak negatif terhadap lingkungan, sehingga sebagai alternatif dapat digunakan larvasida nabati yang ramah lingkungan, salah satunya daun tembakau (Nicotiana tabacum L.). Tujuan penelitian untuk menilai efek dan potensi larvasida Infusa Daun Tembakau (IDT) terhadap Culex sp. dibandingkan dengan temefos.

Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan. Larva dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan masing-masing diberi IDT dosis 0.075%, 0.150%, 0.300%, 0.600%, akuades dan temefos. Data yang diukur jumlah larva paralisis dan mati setelah diberi perlakuan 12 jam. Analisis data persentase larva paralisis dan mati menggunakan ANAVA, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α=0.05,

kemaknaan berdasarkan nilai p<0.05, menggunakan perangkat lunak komputer. Hasil penelitian rerata larva paralisis dan mati IDT 0.075% (4.23%), 0.150% (6.02%), 0.300% (7.82%) dan 0.600% (9.51%), dibandingkan dengan kontrol negatif (1.82%), berbeda sangat bermakna (p<0.01). dan potensi larvasida IDT 0.600% (9.51%) setara (p>0.05) dengan temefos (9.34%).

Simpulan penelitian adalah infusa daun tembakau berefek sebagai larvasida dan IDT 0.600% potensinya setara dengan temefos.


(2)

v

ABSTRACT

EFFECTS OF

TOBACCO LEAF INFUSION (Nicotiana tabacum L.)

AS LARVICIDES OF CULEX sp.

Vabiola Elisabeth S. P., 2013. Supervisor I: Rosnaeni, Dra., Apt

Supervisor II: Rita Tjokropranoto, dr., MSc

Filariasis is a disease caused by an infection of Wuchereria bancrofti and transmited by Culex sp. bite. The Spread can be anticipated by breaking down the chain of life of Culex sp. at larval stage. Excessive use of synthetic larvicides can have negative impact on the environment; therefore an alternative is needed. Environmentally friendly biological larvicides can be used as substitutes; one of them is tobacco leaf (Nicotiana tabacum L.). The purpose of this research is to assess potential effects of Tobacco Leaf Infusion (IDT) against Culex sp. compared to temefos.

True experimental research is applied. Larvae were divided into six treatment groups were each given a dose IDT 0.075%, 0.150%, 0.300%, 0.600%, distilled water and temefos. Data measured is the number larval paralysis and death after 12 hours of treatment. The research uses ANOVA for data analysis, followed by Tukey HSD test with α = 0.05 significance based on the value of p <0.05, using computer software.

The mean obtained from larval paralysis and death IDT 0.075% (4.23%), 0.150% (6.02%), 0.300% (7.82%) and 0.600% (9.51%), compared to the negative control (1.82%), differed significantly (p <0:01). IDT larvicidal potential 0.600% (9.51%) is equivalent to temefos (9.34%). The research concludes that tobacco leaf infusion has larvicidal effect and IDT 0.600% potential is equivalent to temefos.


(3)

viii

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURATPERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATAPENGANTAR ... vi

DAFTARISI ... viii

DAFTARTABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTARLAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Landasan Pemikiran dan Hipotesis ... 3

BABII TINJAUANPUSTAKA ... 5

2.1 Biologi Umum Nyamuk ... 5

2.1.1 Morfologi Umum Nyamuk ... 5

2.1.2 Siklus Hidup Nyamuk ... 7

2.1.3 Perilaku Nyamuk... 8

2.1.4 Patogenitas ... 8

2.2 Culex sp. ... 9

2.2.1 Toksonomi Nyamuk Culex sp. ... 9

2.2.2 Morfologi Culex sp. ... 9


(4)

ix

2.2.4 Siklus Hidup Nyamuk Culex sp. ... 10

2.2.5 Filariasis ... 11

2.3 Insektisida ... 13

2.4 Larvasida ... 14

2.4.1 Larvasida Sintetik... 14

2.4.2 Larvasida Alami ... 14

2.5 Tembakau ... 15

2.5.1 Taksonomi Tembakau ... 15

2.5.2 Morfologi Tanaman Tembakau ... 16

2.5.3 Kandungan Kimiawi dan Khasiat Tembakau ... 17

2.5.4 Tembakau Sebagai Larvasida ... 18

BAB III BAHANDANMETODEPENELITIAN ... 19

3.1 Bahan, Alat dan Subjek Penelitian ... 19

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian... 19

3.1.2 Subjek penelitian... 20

3.2 Metode Penelitian ... 20

3.2.1 Desain Penelitian ... 20

3.2.2 Besar Pengulangan/Replikasi ... 20

3.2.3 Variabel Penelitian ... 20

3.2.3.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 20

3.2.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 21

3.3 Prosedur Kerja ... 21

3.3.1 Persiapan Bahan Uji ... 21

3.3.1.1 Pembuatan Simplisia ... 21

3.3.1.2 Pembuatan Infusa Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.)... 22

3.3.2 Cara Pemeriksaan ... 23

3.4 Metode Analisis ... 23


(5)

x

BABIV HASILDANPEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 25

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 30

BABV SIMPULANDANSARAN ... 31

5.1 Simpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTARPUSTAKA ... 32

LAMPIRAN ... 35


(6)

xi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4.1 Rerata Larva Hidup, Paralisis, dan Mati setelah 12 Jam ... 25 Tabel 4.2 Jumlah Larva yang Paralisis dan Mati Setelah 12 Jam ... 26 Tabel 4.3 Rerata Persentase Larva Paralisis dan Mati Sebelum dan Sesudah Transformasi ke Fungsi SQRT ... 27 Tabel 4.4 Hasil ANAVA Larva Paralisis dan Mati ... 27 Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Persentase Rerata Tukey HSD Efek Larvasida

Infusa Daun Tembakau Setelah 12 Jam ... 28 Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Probit Infusa Daun Tembakau Terhadap Larva


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Perbedaan Aedes, Anopheles dan Culex ... 6

Gambar 2.2 Anatomi Nyamuk Betina Dewasa ... 7

Gambar 2.3 Siklus Hidup Nyamuk ... 8

Gambar 2.4 Cara Nyamuk Mencucuk... 9

Gambar 2.5 Culex sp. ... 10

Gambar 2.6 Siklus Hidup Culex sp. ... 11

Gambar 2.7 Siklus Hidup Wuchereria bancrofti ... 12

Gambar 2.8 Tembakau (Nicotiana tabacum L.) ... 16

Gambar 3.1 Alat-alat Penelitian ... 19

Gambar 3.2 Irisan Simplisia Daun Tembakau ... 22


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Determinasi Tumbuhan ... 35

Lampiran 2 Hasil Uji Pendahuluan ... 36

Lampiran 3 Perhitungan Dosis ... 37

Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov Test ... 39

Lampiran 5 Uji Anava Satu Arah ... 40

Lampiran 6 Homogenous Subset ... 42

Lampiran 7 Uji Probit ... 43


(9)

35

LAMPIRAN 1


(10)

36

LAMPIRAN 2

HASIL UJI PENDAHULUAN

Dosis IDT Replikasi N

Jumlah larva

Hidup Paralisi (P) Mati (M) P dan M

0,625% 1 30 2 1 27 28

2 30 3 2 25 27

1,25% 1 30 1 0 29 29

2 30 0 2 28 30

2,5% 1 30 0 0 30 30

2 30 0 0 30 30

5% 1 30 0 0 30 30

2 30 0 0 30 30

10% 1 30 0 0 30 30

2 30 0 0 30 30

Keterangan:


(11)

37

LAMPIRAN 3

PERHITUNGAN DOSIS

1. Infusa daun tembakau dengan perhitungan : a. IDT 0,6% =

Untuk membuat IDT 1500ml diperlukan daun tembakau (DT) sebanyak: DT =

9 gram daun tembakau ditambah akuades 1500ml Ambil untuk IDT

Sisa 500ml digunakan untuk IDT 0,15% dan IDT 0,075% dengan cara pengenceran.

b. IDT 0,6% sebanyak 500ml diencerkan 4x sampai 2000ml maka diperlukan 1500 ml akuades.

Digunakan untuk IDT

Sisa 1000ml IDT 0,15% + 1000ml akuades, sehingga didapatkan IDT 0,075%.

Digunakan untuk IDT c. IDT 0,3% sebanyak 1500m

Digunakan sebanyak :


(12)

38

3. Kontrol positif yang menggunakan temefos, dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Abate® mengandung 1% temefos. Dengan menggunakan dosis 1 ppm temefos

dalam air sebanyak 250 ml, maka berat sediaan abate yang diperlukan untuk tiap wadah adalah:

1 ppm (0,0001%) = 1 gr temefos / 1.000.000 ml air untuk 250 ml air dibutuhkan temefos =

x 1 gr temefos = 0,00025 gr temefos

1 gr Abate ® mengandung 0,01 gr temefos

memperoleh 0,00025 gr temefos dibutuhkan Abate® =

x 1gr

= 0,025 gr = 25 mg Abate®


(13)

39

LAMPIRAN 4

HASIL UJI NORMALITAS KOLMOGOROV

SMIRNOV TEST

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Transformasi (SQRT+0.5)

N 24.00

Normal Parametersa,,b Mean 6.46

Std. Deviation 2.86

Most Extreme Differences Absolute 0.16

Positive 0.12

Negative -0.16

Kolmogorov-Smirnov Z 0.79

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.57

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(14)

40

LAMPIRAN 5

UJI ANAVA SATU ARAH

Descriptives

Transformasi (SQRT+0.5)

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

IDT 0.075% 4 4.23 .39 .19 3.62 4.84 3.72 4.53

IDT 0.150% 4 6.02 .42 .21 5.35 6.68 5.52 6.36

IDT 0.300% 4 7.82 .55 .27 6.95 8.69 7.34 8.59

IDT 0.600% 4 9.51 .32 .16 9.00 10.02 9.16 9.86

Akuades 4 1.82 .82 .41 0.52 3.13 .71 2.68

Temefos 4 9.34 .15 .07 9.10 9.57 9.16 9.51

Total 24 6.46 2.86 .58 5.25 7.66 .71 9.86

Test of Homogeneity of Variances

Transformasi (SQRT+0.5)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.36 5 18 .28

ANOVA

Transformasi (SQRT+0.5)

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 184.259 5 36.85 155.97 0.00

Within Groups 4.253 18 0.24


(15)

41

Multiple Comparisons

Transformasi (SQRT+0.5) Tukey HSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

IDT 0.075%

IDT 0.150% -1.787* .344 .001 -2.880 -0.695

IDT 0.300% -3.588* .344 .000 -4.680 -2.495

IDT 0.600% -5.280* .344 .000 -6.372 -4.187

Akuades 2.405* .344 .000 1.312 3.497

Temefos -5.106* .344 .000 -6.198 -4.014

IDT 0.150%

IDT 0.075% 1.787* .344 .001 0.695 2.880

IDT 0.300% -1.800* .344 .001 -2.893 -0.708

IDT 0.600% -3.492* .344 .000 -4.585 -2.400

Akuades 4.192* .344 .000 3.100 5.284

Temefos -3.319* .344 .000 -4.411 -2.226

IDT 0.300%

IDT 0.075% 3.588* .344 .000 2.495 4.680

IDT 0.150% 1.800* .344 .001 0.708 2.893

IDT 0.600% -1.692* .344 .001 -2.784 -0.600

Akuades 5.992* .344 .000 4.900 7.085

Temefos -1.518* .344 .004 -2.611 -0.426

IDT 0.600%

IDT 0.075% 5.280* .344 .000 4.187 6.372

IDT 0.150% 3.492* .344 .000 2.400 4.585

IDT 0.300% 1.692* .344 .001 0.600 2.784

Akuades 7.684* .344 .000 6.592 8.777

Temefos .174 .344 .995 -0.919 1.266

Akuades

IDT 0.075% -2.405* .344 .000 -3.497 -1.312

IDT 0.150% -4.192* .344 .000 -5.284 -3.100

IDT 0.300% -5.992* .344 .000 -7.085 -4.900

IDT 0.600% -7.684* .344 .000 -8.777 -6.592

Temefos -7.511* .344 .000 -8.603 -6.418

Temefos IDT 0.075% 5.106*

.344 .000 4.014 6.198

IDT 0.150% 3.319* .344 .000 2.226 4.411

IDT 0.300% 1.518* .344 .004 0.426 2.611

IDT 0.600% -.174 .344 .995 -1.266 0.919

Akuades 7.511* .344 .000 6.418 8.603


(16)

42

LAMPIRAN 6

HOMOGENOUS SUBSET

Transformasi (SQRT+0.5)

Tukey HSDa

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

Akuades 4 1.82

IDT 0.075% 4 4.23

IDT 0.150% 4 6.02

IDT 0.300% 4 7.82

Temefos 4 9.34

IDT 0.600% 4 9.51

Sig. 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.


(17)

43

LAMPIRAN 7

UJI PROBIT

Confidence Limits

Probability 95% Confidence Limits for Kadar 95% Confidence Limits for log(Kadar) a Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound PROBIT .010 .021 .013 .030 -1.669 -1.878 -1.517

.020 .028 .018 .038 -1.554 -1.741 -1.419 .030 .033 .022 .044 -1.481 -1.655 -1.356 .040 .037 .026 .049 -1.427 -1.589 -1.308 .050 .041 .029 .054 -1.382 -1.536 -1.270 .060 .045 .032 .058 -1.344 -1.491 -1.237 .070 .049 .035 .062 -1.311 -1.452 -1.208 .080 .052 .038 .066 -1.281 -1.417 -1.182 .090 .056 .041 .069 -1.254 -1.384 -1.158 .100 .059 .044 .073 -1.229 -1.355 -1.136 .150 .075 .058 .090 -1.126 -1.234 -1.046 .200 .090 .073 .106 -1.045 -1.138 -.973 .250 .106 .088 .123 -.974 -1.056 -.909 .300 .123 .104 .141 -.911 -.984 -.851 .350 .140 .121 .160 -.853 -.919 -.797 .400 .160 .139 .180 -.797 -.857 -.744 .450 .180 .159 .204 -.744 -.800 -.691 .500 .204 .180 .230 -.691 -.744 -.637 .550 .230 .204 .262 -.638 -.691 -.582 .600 .260 .230 .299 -.584 -.638 -.525 .650 .296 .261 .344 -.529 -.584 -.464 .700 .339 .296 .400 -.470 -.529 -.398 .750 .392 .338 .471 -.407 -.471 -.327 .800 .460 .391 .568 -.337 -.408 -.245 .850 .556 .463 .708 -.255 -.335 -.150 .900 .705 .570 .937 -.152 -.244 -.028 .910 .746 .600 1.003 -.127 -.222 .001 .920 .794 .633 1.079 -.100 -.198 .033 .930 .850 .672 1.171 -.070 -.172 .068 .940 .918 .719 1.282 -.037 -.143 .108 .950 1.002 .775 1.422 .001 -.111 .153 .960 1.110 .847 1.606 .045 -.072 .206 .970 1.258 .945 1.867 .100 -.024 .271 .980 1.488 1.093 2.280 .173 .038 .358 .990 1.937 1.372 3.126 .287 .137 .495


(18)

44

LAMPIRAN 8

FOTO

FOTO PENELITIAN

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

Simplisia daun tembakau


(19)

45

Larva Culex sp.

Panci infusa


(20)

46

Pembuatan infusa daun tembakau

Kontrol negatif (akuades) dan kontrol positif (temefos)


(21)

47

IDT 0,075% IDT 0,150%


(22)

48

Larva paralisis dan mati


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filariasis merupakan salah satu masalah kesehatan dunia, terutama untuk negara yang beriklim tropis termasuk Indonesia. Menurut RISKEDAS 2008 filariasis tersebar di seluruh Indonesia dengan prevalensi klinis sebesar 1,1‰. Terdapat delapan provinsi yang mempunyai prevalensi filariasis melebihi prevalensi nasional,

yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (6,4‰), Papua Barat (4,5‰), Papua (2,9‰), Nusa Tenggara Timur (2,6‰), Kepulauan Riau (1,5‰), DKI Jakarta dan Sulawesi Tengah (1,4‰) serta Gorontalo sebesar 1,2‰ (Kementrian Kesehatan RI, 2008)

Penyebaran filariasis dapat diantisipasi dengan memutus siklus perkembangan

Culex sp. mulai dari stadium telur, larva/nimfa, pupa, nyamuk dewasa. Pada stadium larva dapat dicegah perkembangannya dengan menggunakan larvasida, baik menggunakan larvasida sintetis maupun larvasida nabati (Hoedojo, 1992; Dadang & Djoko Prijono, 2008).

Larvasida sintetis yang populer digunakan adalah temefos (Abate®),

Dichlorodiphenhyltricholoethane (DDT), Diethyltoluamide (DEET), Propoxur dan produk kimia lainnya. Penggunaan larvasida sintetis yang berlebihan dan terus-menerus dapat menimbulkan masalah baru, yaitu tercemarnya lingkungan serta mengganggu kesehatan (Dadang & Djoko Prijono, 2008).

Larvasida nabati memiliki keuntungan karena mudah terurai di alam (biodegradable) sehingga ramah lingkungan serta aman untuk kesehatan. Larvasida nabati yang secara empiris digunakan masyarakat antara lain tanaman srikaya (Annona squamosa L.), tanaman sirih (Piper betle L.), tanaman sereh (Cymbopogan nardus), cengkeh (Syzygium aromaticum L.), bawang putih (Allium sativum L.), tanaman sirsak (Anona muricata L.) dan tanaman tembakau, yang dalam bahasa latin dikenal dengan sebutan Nicotianatabacum L. (Dadang & Djoko Prijono, 2008).


(24)

2

Daun tembakau (Nicotianae folium) merupakan simplisia daun yang dikeringkan di udara terbuka berasal dari tanaman tembakau. Simplisia ini merupakan bahan utama produk rokok modern maupun tradisional yang sampai saat ini tetap digunakan. Selain itu, tembakau juga memiliki dampak positif di bidang pertanian yang dimanfaatkan sebagai pestisida (Dadang & Djoko Prijono, 2008).

Daun tembakau sebagai pestisida dibuat dengan cara merendam daun tembakau dengan air selama 24 jam, kemudian air rendaman tersebut disaring dan disemprot ke tanaman (Lukitaningsih, 2009). Tembakau memiliki efek insektisida yang cepat dan mampu membunuh serangga dalam waktu beberapa jam karena sistem respirasi terganggu yang menyebabkan kelumpuhan akhirnya menimbulkan kematian (Dadang & Djoko Prijono, 2008). Ekstrak daun tembakau dapat digunakan sebagai insektisida bagi lalat rumah (Musca domestica) pada dosis 15,5% (Mendasari, 2011).

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian efek infusa daun tembakau sebagai larvasida terhadap Culex sp. dengan menggunakan tembakau varietas Virginia. Pemilihan varietas ini sebagai bahan uji dengan pertimbangan jenis tembakau tersebut banyak terdapat di Jawa Barat, terutama Garut yang merupakan sentra penanaman tembakau varietas Virginia. Bentuk sediaan yang digunakan adalah infusa, dengan pertimbangan menyesuaikan penggunaan di masyarakat yang lebih mudah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah infusa daun tembakau berefek larvasida terhadap Culex sp.

2. Apakah potensi larvasida infusa daun tembakau terhadap Culex sp. setara dengan temefos.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian


(25)

3

Tujuan penelitian : Untuk menilai efek larvasida infusa daun tembakau terhadap

Culex sp. dan membandingkan potensi larvasida infusa daun tembakau dengan temefos terhadap larva Culex sp.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis

Menambah pengetahuan tentang parasitologi insekta dan farmakologi tanaman obat, khususnya yang berefek larvasida.

Manfaat praktis

Infusa daun tembakau dapat diaplikasikan untuk menekan perkembangbiakan larva yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah nyamuk dewasa.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kerangka Pemikiran

Temefos merupakan salah satu larvasida yang banyak digunakan untuk memutus rantai hidup nyamuk Culex sp. pada stadium larva yang merupakan vektor penyakit filariasis dengan menyebarkan mikrofilaria pada saat nyamuk betina mencucuk manusia (Brown, 1979).

Temefos bekerja dengan cara menghambat enzim kolinesterase, sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas saraf akibat tertimbunnya asetilkolin pada ujung saraf. Efek toksik temefos dapat menyebabkan gelisah, hipereksitasi, tremor dan konvulsi, kemudian kelumpuhan dan kematian (US Enviromental Protection Agency, 2002; Nurnasari & Subiyakto, 2011).

Daun tembakau mengandung senyawa alkaloid antara lain nikotin. Nikotin merupakan racun saraf yang bekerja sebagai antagonis reseptor nikotin asetil kolin dan dapat menstimulasi sistem saraf pusat serta dapat pula bertindak sebagai racun kontak, yang menyebabkan keracunan dan kematian larva karena sistem respirasi larva terganggu sehingga menyebabkan kelumpuhan yang akhirnya mengalami


(26)

4

kematian dalam waktu yang cepat (Dadang & Djoko Prijono, 2008; Nurnasari & Subiyakto, 2011). Infusa daun tembakau memiliki sifat racun yang sama dengan temefos dan waktu yang diperlukan untuk membunuh larva sangat cepat. Hal ini menunjukkan bahwa infusa daun tembakau memiliki potensi yang setara dengan temefos.

Hipotesis

1. Infusa daun tembakau berefek larvasida terhadap larva Culex sp. 2. Potensi infusa daun tembakau setara dengan temefos.


(27)

31

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian ini diperoleh simpulan bahwa:

1. Infusa daun tembakau berefek larvasida terhadap Culex sp.

2. Potensi infusa daun tembakau dosis 0,600% setara dengan temefos terhadap larva Culex sp.

5.2 Saran

Penelitian efek larvasida infusa daun tembakau terhadap Culex sp., perlu dilanjutkan dengan :

1. Menggunakan larva genus lain, seperti Aedes dan Anopheles

2. Dilanjutkan menggunakan bahan uji dengan bentuk sediaan lain, seperti ekstak

3. Efek larvasida daun tembakau kering dibandingkan dengan efek larvasida daun tembakau basah

4. Interval pengamatan lebih singkat, pengamatan dilakukan setiap satu jam 5. Menggunakan tembakau varietas lain, seperti tembakau burley, tembakau


(28)

32

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Cahyono. 2011. Untung Selangit dari Usaha Bertanam Tembakau.

Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka. h. 1-7,18-20, 116-136.

Brown, H. W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT Gramedia. p. 223-236, 415-431.

Center for Disease Control and Prevention, 2013. Malaria. wwwcdc.gov/malaria/about/biology/mosquitoes/femele_diagram.html Diakses tanggal 11 Juli 2013

Center for Disease Control and Prevention. 2013. Parasites - Lymphatic Filariasis. http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html

Diakses tanggal 12 Juli 2013

Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Parasites - Lymphatic Filariasis. http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/disease.html Diakses tanggal 5 Oktober 2013

Collier Mosquito Control District. 2012. Biology. www.cmcd.org/biology.php Diakses tanggal 11 Juli 2013

Dadang & Djoko Prijono. 2008. Insektisida Nabati. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman. h. 88-90, 146-148, 152-153.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi 4. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Djaenudin Natadisastra. 2009. Dasar-dasar Parasitologi Kedokteran. Dalam: Djaenudin Natadisastra, & Ridad Agoes, Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. h. 55

Djakaria, S. 1992. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Srisasi Gandahusada, Herry D Ilahuda & Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran, edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 200-201.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1992. Parasitologi kedokteran, edisi 2. Srisasi Gandahusada, Herry D. Ilahude, Wita Pribadi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Harborne, J. 1988. Introduction to Ecological Biochemistry, edisi 3. London: Academic Press.


(29)

33

Hasan, M. 2013. Akhir Era Abatisasi. Dari: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Makassar: http://bbpkmakassar.or.id/index.php/Umum/Informasi-Umum/AKHIR-ERA-ABATISASI.phd Diakses tanggal 28 September 2013

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. h. 1724-1725, 1740-1742.

Hoedojo, R. 1992. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Srisasi Gandahusada, Herry D Ilahuda & Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran, edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 185-187, 194-196.

Illinois Department of Public Health. 2005. www.idph.state.il.us Diakses tanggal 11 Juli 2013

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementrian Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2008. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan, Republik Indonesia.

Lukitaningsih, D. 2009. Macam-macam Pestisida Nabati dan Cara Pemnbuatannya. http://www.lukki2blog.wordpress.com/2009/01/06/macam-macam-pestisida-nabatialami-dan-cara-pembuatannya/ Diakses tanggal 5 September 2013.

Mendasari, I. 2011. Pengaruh Ekstrak Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum) Menggunakan Metode Maserasi Terhadap Angka Fertilitas Dan Daya Hidup Lalat Rumah (Musca domestica). Diakses dari: Diponegoro University Intitutional Repository: http://eprints.undip.ac.id/32565/

Naturae, T. T. 2000. Taxon: Genus Culex Linnamus

http://www.taxonomy.nl/taxonomicon/TaxonTree.aspx?id-28507-43k- Diakses tanggal 6 july 2013.

Nurnasari, E., & Subiyakto. 2011. Komposisi Kimia Minyak Atisiri Pada Beberapa Tipe Daun Tembakau. Berita Biologi .

Porcher, M. H. 2012. Multilingual Multiscript Plant Name Database. Dari: The University of Melbourne.

http://www.plantnames.unimelb.edu.au/Sorting/Nicotiana.html Diakses tanggal 4 Oktober 2013.

Ridad Agoes. 2009. Peran Nyamuk Dalam Ilmu Kedokteran. Dalam: D. Natadisastra, & R. Agoes, Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang.


(30)

34

Rozendaal, J. A. 1997. World Health Organization.

http://www.who.int/water_sanitation_health/resources/vector007to28.pdf Diakses tanggal 15 September 2013.

Russell, R. C. 1999. Diakses dari: NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program:

www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photo/mpsquitophotos_culex.htm Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran. Bandung: Yrama Widya.

Sumali Wiryowidagdo. 2007. Kimia & Farmakolodi Bahan Alam, Edisi 2. Jakarta: EGC. h. 296-297.

Tini Rusmartini. 2009. Penyakit oleh Nematoda Darah. Dalam: D. Natadisastra, & R. Agoes, Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang.

Jakarta: EGC. h. 149-161.

Tirtosastro, S., & Murdiyati, A. S. 2009. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok.

Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Indusrti 2(1) .

US Enviromental Protection Agency. 2002. Temephos Facts. US Enviromental Protection Agency .

World Health Organization. 2013. Filariasis. http://www.who.int/topics/filariasis/en/. Diakses tanggal 12 Juli 2013.


(1)

3

Tujuan penelitian : Untuk menilai efek larvasida infusa daun tembakau terhadap Culex sp. dan membandingkan potensi larvasida infusa daun tembakau dengan temefos terhadap larva Culex sp.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis

Menambah pengetahuan tentang parasitologi insekta dan farmakologi tanaman obat, khususnya yang berefek larvasida.

Manfaat praktis

Infusa daun tembakau dapat diaplikasikan untuk menekan perkembangbiakan larva yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah nyamuk dewasa.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kerangka Pemikiran

Temefos merupakan salah satu larvasida yang banyak digunakan untuk memutus rantai hidup nyamuk Culex sp. pada stadium larva yang merupakan vektor penyakit filariasis dengan menyebarkan mikrofilaria pada saat nyamuk betina mencucuk manusia (Brown, 1979).

Temefos bekerja dengan cara menghambat enzim kolinesterase, sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas saraf akibat tertimbunnya asetilkolin pada ujung saraf. Efek toksik temefos dapat menyebabkan gelisah, hipereksitasi, tremor dan konvulsi, kemudian kelumpuhan dan kematian (US Enviromental Protection Agency, 2002; Nurnasari & Subiyakto, 2011).

Daun tembakau mengandung senyawa alkaloid antara lain nikotin. Nikotin merupakan racun saraf yang bekerja sebagai antagonis reseptor nikotin asetil kolin dan dapat menstimulasi sistem saraf pusat serta dapat pula bertindak sebagai racun kontak, yang menyebabkan keracunan dan kematian larva karena sistem respirasi larva terganggu sehingga menyebabkan kelumpuhan yang akhirnya mengalami


(2)

kematian dalam waktu yang cepat (Dadang & Djoko Prijono, 2008; Nurnasari & Subiyakto, 2011). Infusa daun tembakau memiliki sifat racun yang sama dengan temefos dan waktu yang diperlukan untuk membunuh larva sangat cepat. Hal ini menunjukkan bahwa infusa daun tembakau memiliki potensi yang setara dengan temefos.

Hipotesis

1. Infusa daun tembakau berefek larvasida terhadap larva Culex sp. 2. Potensi infusa daun tembakau setara dengan temefos.


(3)

31

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian ini diperoleh simpulan bahwa:

1. Infusa daun tembakau berefek larvasida terhadap Culex sp.

2. Potensi infusa daun tembakau dosis 0,600% setara dengan temefos terhadap larva Culex sp.

5.2 Saran

Penelitian efek larvasida infusa daun tembakau terhadap Culex sp., perlu dilanjutkan dengan :

1. Menggunakan larva genus lain, seperti Aedes dan Anopheles

2. Dilanjutkan menggunakan bahan uji dengan bentuk sediaan lain, seperti ekstak

3. Efek larvasida daun tembakau kering dibandingkan dengan efek larvasida daun tembakau basah

4. Interval pengamatan lebih singkat, pengamatan dilakukan setiap satu jam 5. Menggunakan tembakau varietas lain, seperti tembakau burley, tembakau


(4)

32

Bambang Cahyono. 2011. Untung Selangit dari Usaha Bertanam Tembakau. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka. h. 1-7,18-20, 116-136.

Brown, H. W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT Gramedia. p. 223-236, 415-431.

Center for Disease Control and Prevention, 2013. Malaria. wwwcdc.gov/malaria/about/biology/mosquitoes/femele_diagram.html Diakses tanggal 11 Juli 2013

Center for Disease Control and Prevention. 2013. Parasites - Lymphatic Filariasis. http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html

Diakses tanggal 12 Juli 2013

Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Parasites - Lymphatic Filariasis. http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/disease.html Diakses tanggal 5 Oktober 2013

Collier Mosquito Control District. 2012. Biology. www.cmcd.org/biology.php Diakses tanggal 11 Juli 2013

Dadang & Djoko Prijono. 2008. Insektisida Nabati. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman. h. 88-90, 146-148, 152-153.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi 4. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Djaenudin Natadisastra. 2009. Dasar-dasar Parasitologi Kedokteran. Dalam: Djaenudin Natadisastra, & Ridad Agoes, Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. h. 55

Djakaria, S. 1992. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Srisasi Gandahusada, Herry D Ilahuda & Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran, edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 200-201.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1992. Parasitologi kedokteran, edisi 2. Srisasi Gandahusada, Herry D. Ilahude, Wita Pribadi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Harborne, J. 1988. Introduction to Ecological Biochemistry, edisi 3. London: Academic Press.


(5)

33

Hasan, M. 2013. Akhir Era Abatisasi. Dari: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Makassar: http://bbpkmakassar.or.id/index.php/Umum/Informasi-Umum/AKHIR-ERA-ABATISASI.phd Diakses tanggal 28 September 2013

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. h. 1724-1725, 1740-1742.

Hoedojo, R. 1992. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Srisasi Gandahusada, Herry D Ilahuda & Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran, edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 185-187, 194-196.

Illinois Department of Public Health. 2005. www.idph.state.il.us Diakses tanggal 11 Juli 2013

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementrian Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2008. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan, Republik Indonesia.

Lukitaningsih, D. 2009. Macam-macam Pestisida Nabati dan Cara Pemnbuatannya. http://www.lukki2blog.wordpress.com/2009/01/06/macam-macam-pestisida-nabatialami-dan-cara-pembuatannya/ Diakses tanggal 5 September 2013.

Mendasari, I. 2011. Pengaruh Ekstrak Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum) Menggunakan Metode Maserasi Terhadap Angka Fertilitas Dan Daya Hidup Lalat Rumah (Musca domestica). Diakses dari: Diponegoro University Intitutional Repository: http://eprints.undip.ac.id/32565/

Naturae, T. T. 2000. Taxon: Genus Culex Linnamus

http://www.taxonomy.nl/taxonomicon/TaxonTree.aspx?id-28507-43k- Diakses tanggal 6 july 2013.

Nurnasari, E., & Subiyakto. 2011. Komposisi Kimia Minyak Atisiri Pada Beberapa Tipe Daun Tembakau. Berita Biologi .

Porcher, M. H. 2012. Multilingual Multiscript Plant Name Database. Dari: The University of Melbourne.

http://www.plantnames.unimelb.edu.au/Sorting/Nicotiana.html Diakses tanggal 4 Oktober 2013.

Ridad Agoes. 2009. Peran Nyamuk Dalam Ilmu Kedokteran. Dalam: D. Natadisastra, & R. Agoes, Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. h. 302-307, 313-315


(6)

Rozendaal, J. A. 1997. World Health Organization.

http://www.who.int/water_sanitation_health/resources/vector007to28.pdf Diakses tanggal 15 September 2013.

Russell, R. C. 1999. Diakses dari: NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program:

www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photo/mpsquitophotos_culex.htm Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran. Bandung: Yrama Widya.

Sumali Wiryowidagdo. 2007. Kimia & Farmakolodi Bahan Alam, Edisi 2. Jakarta: EGC. h. 296-297.

Tini Rusmartini. 2009. Penyakit oleh Nematoda Darah. Dalam: D. Natadisastra, & R. Agoes, Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. h. 149-161.

Tirtosastro, S., & Murdiyati, A. S. 2009. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Indusrti 2(1) .

US Enviromental Protection Agency. 2002. Temephos Facts. US Enviromental Protection Agency .

World Health Organization. 2013. Filariasis. http://www.who.int/topics/filariasis/en/. Diakses tanggal 12 Juli 2013.