Nadhiva Kurnia Sari F 3108062

(1)

commit to user

PROSES STUFFING PRODUK FURNITURE

PADA CV. ARYASENA ART & FURNITURE

DI SUKOHARJO

Tugas Akhir

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program D III Bisnis Internasional

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh:

Nama : Nadhiva Kurnia Sari F 3108062

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

v MOTTO

Miracles are called miracles because they were once not believed!! So, DREAM, BELIEVE, AND MAKE IT HAPPEN!!

(Agnes Monica)

When haters were busy talkin’, I was busy making it happen.. When they were busy mocking, I was busy walking.. When they were busy laughing, I was busy running.. And they’re STILL wondering why they’re left behind…

(Agnes Monica)

Critism is given not to make you down but it’s in a way directed to help improve you to be better!..

(Agneztadiva)

Whatever happens in your life, whatever your pain, there will always be sunshine after the rain!

(Agneztadiva)

I always feel happy.. U know why? Because I don’t expect anything from anyone!! Expectations always hurt..


(5)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk :

v Allah SWT

v Papa and beloved Mom

v Adik-adikku, Nadhitya dan Nadhiana yang selalu memberikan semangat

agar tidak mudah menyerah.

v My dearest idol, Agnes Monica.. the best sista!!, thanks for inspiring me,

really glad and proud of you!!

v Sahabatku (NEZindaCLUB, divasious, 44 Militan Jiwa Muda, Esbatoe

Community, and Chocobee) Terimakasih untuk semuanya. Kalian telah membuat aku ada.

v Puput Cenat-Cenut, Phoni ayun-ayunan, Maya Olala, Marlina Selalu

Merona, Intandutz, Peppy Sundari, Terimakasih untuk semua cinta, tawa, dan semangatnya!! Love y’all…

v My JupyLopely, the best soulmate yang tak kenal lelah membawaku

kemana-mana.


(6)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Proses Stuffing Produk Furniture pada CV. Aryasena Art & Furniture di Sukoharjo”.

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi masyarakat pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan Tugas Akhir ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, mengarahkan, dan memberikan dorongan bagi penulis sehingga tersusunnya Tugas Akhir ini sampai selesai. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Hari Murti, M.Si selaku ketua program D III Bisnis Internasional

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Mulyadi, S.E selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

memberikan waktu dan bimbingannya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

4. Bapak Arif Rahman Hakim, S.E yang telah memberikan dukungan moral dan

menyalurkan ilmu dalam perkuliahan.

5. Bapak Ana Shohibul, M.A, S.E yang telah memberikan dukungan moral dan


(7)

commit to user

viii

6. Bapak Sarjiyanto, S.E yang telah memberikan dukungan moral dan

menyalurkan ilmu dalam perkuliahan.

7. Seluruh dosen yang mengajar di D III Bisnis Internasional.

8. Seluruh staff dan karyawan D III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

9. Direktur Utama CV. Aryasena Art & Furniture yang telah memberikan ijin

untuk melakukan magang kerja dan penelitian.

10.Ibu Reza, Ibu Astuti, dan Bapak Yossie serta seluruh staff karyawan CV.

Aryasena Art & Furniture yang telah memberikan informasi yang diperlukan penulis.

11.Teman-teman Bisnis Internasional’08 yang secara kompak telah saling

mendukung suksesnya studi kita.

12.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu hingga terselesainya penulisan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan Tugas Akhir ini.

Surakarta, Juli 2011


(8)

commit to user

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metode Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 1. Perdagangan Internasional ... 8


(9)

commit to user

x

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 32

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 32

2. Tujuan Perusahaan ... 33

3. Lokasi Perusahaan ... 33

4. Struktur Organisasi ... 34

5. Jam Kerja ... 38

6. Produk yang dihasilkan ... 38

7. Proses Produksi ... 39

8. Pemasaran Produk ... 41

9. Volume Penjualan ... 41

B. Pembahasan ... 42

1. Proses stuffing pada CV. Aryasena Art & Furniture ... 42

2. Cara memaksimalkan pemuatan dan penataan barang dalam container pada CV. Aryasena Art & Furniture ... 46

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(10)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jam Kerja CV. Aryasena Art & Furniture ... 38


(11)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. General Purpose Container ... 18

Gambar 2.2. Open Side Container ... 18

Gambar 2.3. Open Top Container ... 19

Gambar 2.4. Ventilated Container ... 19

Gambar 2.5. Insulated Container ... 20

Gambar 2.6. Reefer Container ... 20

Gambar 2.7. Heated Container ... 21

Gambar 2.8. Tank ... 21

Gambar 2.9. Dry Bulk ... 22

Gambar 2.10. Fixed and Type ... 22

Gambar 2.11. Collapsible Type ... 23

Gambar 2.12. Platform Based Container ... 23

Gambar 2.13. Specials ... 24

Gambar 2.14. Status Petikemas FCL ... 26

Gambar 2.15. Status Petikemas LCL ... 27

Gambar 2.16. Handling Symbol Shipping Mark ... 31

Gambar 3.1. Struktur Organisasi CV. Aryasena Art & Furniture ... 37


(12)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan

2. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

3. Shipping Instruction

4. Bill of Lading (B/L)

5. Surat Keterangan Asal (SKA)

6. Nota Pelayanan Ekspor (NPE)

7. Certificate of Fumigation

8. Gas Clearence Certificate

9. Quarantine Declaration For Containers

10.Packing List

11.Invoice

12.Detail Payment

13.Faktur Pajak

14.Foto Kegiatan Stuffing


(13)

commit to user

ii ABSTRAKSI

Proses Stuffing Produk Furniture pada CV. Aryasena Art & Furniture di Sukoharjo

Nadhiva Kurnia Sari F3108062

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lebih

mendalam dan pemahaman mengenai Proses Stuffing pada CV. Aryasena Art &

Furniture sebagai perusahaan ekspor yang bergerak di bidang furniture. Stuffing

bertujuan untuk mengoptimalkan pemuatan barang dalam sebuah kontainer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, karena mengambil satu obyek tertentu untuk dianalisa secara mendalam dengan

memfokuskan pada satu masalah yaitu tentang proses stuffing pada CV. Aryasena

Art & Furniture. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung pada bagian ekspor dan karyawan CV. Aryasena Art & Furniture. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian, seperti buku-buku penunjang teori ekspor

dan stuffing serta melalui media internet.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain, langkah pada waktu proses

stuffing adalah melakukan pemeriksaan kontainer, melakukan penutupan rongga

udara dalam kontainer, pengeringan kontainer jika perlu dan memulai penataan

barang dalam kontainer. Kemudian kegiatan penyemprotan (fumigasi) dan

sealing. Perusahaan melakukan pemaksimalan pemuatan barang ke kontainer

dengan beberapa langkah yaitu menghitung perbandingan antara volume kontainer dengan volume barang dan menentukan pengaturan posisi barang di

dalam kontainer dengan mempertimbangkan persyaratan stuffing yang baik.

Dalam penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa menghitung perbandingan antara volume kontainer dengan volume barang dan menentukan pengaturan posisi barang di dalam kontainer dengan mempertimbangkan

persyaratan stuffing yang baik merupakan hal penting dalam mengambil

keputusan metode stuffing di perusahaan. Maka saran yang dapat diajukan

hendaknya CV. Aryasena membentuk tim khusus dalam kegiatan stuffing yang

sesuai dengan persyaratan dan kriteria dalam kegiatan stuffing untuk memperoleh

hasil yang efektif dan efisien.


(14)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan globalisasi di segala bidang kehidupan seperti dengan adanya kemajuan teknologi dan pertumbuhan industri yang semakin berkembang pesat membuat arus perdagangan luar negeri semakin mudah, hal ini membuat para pengusaha lokal tertarik untuk mengembangkan wilayah pemasaran perdagangannya sampai ke negara-negara tetangga. Dengan adanya pengembangan wilayah pemasaran maka keuntungan yang diperoleh pengusaha juga akan meningkat. Kegiatan perdagangan lintas negara ini sering disebut dengan kegiatan ekspor impor, didalam perdagangan ekspor impor pihak-pihak yang bertransaksi mempunyai latar belakang yang berbeda-beda baik itu dari segi kebudayaan, agama, bahasa, dan masih banyak lagi sehingga rasa saling percaya mempunyai peranan yang paling penting dalam kelancaran transaksi perdagangan.

Perdagangan Internasional akan membawa bangsa-bangsa untuk memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan melalui spesialisasi dalam barang-barang dikarenakan masing-masing memiliki keunggulan komparatif. Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan adanya perdagangan internasional bagi suatu negara adalah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional negara. Demikian pula dengan Indonesia, dengan adanya transaksi ekspor maka dapat menambah cadangan


(15)

commit to user

devisa negara. Perdagangan Internasional merupakan perdagangan barang-barang dari suatu negeri ke negeri di luar batas negara (Amir M.S, 1973: 2).

Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Roselyne Hutabarat, 1996:306). Ekspor berperan sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan dan dapat membantu pemerintah dalam pembangunan ekonomi di suatu negara. Ekspor juga mempunyai tendensi mengurangi dampak penurunan penjualan dalam negeri yang disebabkan daur hidup komoditas di pasar ekspor berjalan lebih lambat dibanding pasar dalam negeri (Amir M.S, 2002: 2).

Kegiatan ekspor bertujuan untuk berusaha mendapatkan keuntungan yang maksimal dan meminimalkan biaya. Seiring dengan perkembangan zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka salah satu cara yang tepat adalah dengan cara optimasi. Penerapan optimasi dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan pengisian atau pemuatan dalam sebuah

container. Untuk mengetahui optimal atau tidaknya pengisian barang tersebut,

dapat dilakukan dengan melihat dari banyaknya volume barang yang dapat

masuk ke dalam container atau dapat juga dilihat dari sisa ruang yang ada di

dalam container. Oleh karena itu, dapat diperhatikan dalam proses

pemuatannya atau yang sering disebut dengan stuffing. Stuffing merupakan

kegiatan memasukkan barang ekspor yang telah di packing ke dalam

container (Suyono, 2003:198). Tujuan stuffing sendiri adalah untuk

mengoptimalkan pemuatan barang dalam sebuah container. Stuffing sangat


(16)

commit to user

karena itu, perusahaan-perusahaan khususnya yang bergerak di bidang ekspor

impor harus mempunyai cara stuffing tersendiri dan yang sesuai dengan

komoditi ekspornya.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis ingin mengangkat

permasalahan tersebut menjadi pokok permasalahan dalam penelitian yang berjudul ”Proses Stuffing Produk Furniture pada CV. Aryasena Art & Furniture di Sukoharjo”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cepat dan tepat sesuai dengan prinsip suatu penelitian yang ilmiah. Dengan perumusan masalah diharapkan dapat mengetahui objek-objek yang diteliti, serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas dan terarah pada hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Wahyu Agung Setyo dan Hari Murti, 2004: 47).

Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahaman tentang

proses stuffing maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana proses stuffing pada CV. Aryasena Art & Furniture?

2. Bagaimana cara memaksimalkan pemuatan, penataan barang dalam


(17)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar penelitian tersebut dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui proses stuffing pada CV. Aryasena Art & Furniture.

2. Mengetahui cara memaksimalkan pemuatan atau penataan barang dalam

kontainer pada CV. Aryasena Art & Furniture.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan dan Instansi

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat mengambil langkah kebijakan yang

lebih baik dalam melakukan proses stuffing.

2. Bagi Penulis

Merupakan penerang ilmu ekonomi di bidang ekspor impor

khususnya tentang proses stuffing dan dapat dijadikan referensi tambahan

untuk melakukan penelitian kegiatan yang sama.

3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca lainnya

Memberikan tambahan bacaan dan referensi khususnya bagi mahasiswa jurusan Manajemen Perdagangan yang tertarik untuk menyusun Tugas Akhir dengan pokok permasalahan yang sama.


(18)

commit to user

E. Metode Penelitian

Suatu penelitian pada dasarnya adalah bagian mencari, mendapatkan data untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Supaya proses tersebut dapat berjalan lancar serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode penelitian (Wahyu Agung Setyo dan Hari Murti, 2004: 48).

Metode penelitian mengemukakan secara tertulis tata kerja dari suatu penelitian. Metode ini terdiri dari :

1. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah studi kasus, karena mengambil satu obyek tertentu yaitu tentang proses stuffing pada CV. Aryasena Art & Furniture untuk dianalisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah.

2. Jenis dan Alat Pengumpul Data

a. Jenis Data

1) Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari penelitian ini. Data ini diperoleh dengan cara wawancara secara langsung pada bagian ekspor dan karyawan CV. Aryasena Art &

Furniture. Misalnya data Control List.

2) Data Sekunder

Merupakan data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian, melalui studi pustaka yang berupa fakta, media internet, buku maupun sumber bacaan lain


(19)

commit to user

waktu perkuliahan, buku-buku penunjang teori ekspor dan stuffing,

serta modul transportasi ekspor impor dan tatalaksana kepabeanan.

b. Metode Pengumpulan Data

1) Wawancara

Pengumpulan data dengan cara ini adalah dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada karyawan atau staff dari CV. Aryasena Art & Furniture dengan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh penulis.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses stuffing

produk furniture yang dilakukan oleh CV. Aryasena Art & Furniture.

2) Observasi

Merupakan teknik pengumpulan dengan cara mengadakan pengamatan langsung mengenai kegiatan yang dilakukan oleh Aryasena Art & Furniture yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis melihat secara langsung

kegiatan stuffing mulai dari langkah memeriksa container,

melakukan stuffing dengan baik dengan memaksimumkan

kapasitas container, memperhatikan peraturan-peraturan umum

dalam pemuatan barang, seperti muatan yang berbahaya harus diperhatikan, barang yang berbobot ringan di atas dan yang berat di bawah, kemasan yang mudah pecah jangan tertekan di dinding, serta hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengurangi

kondensasi, seperti mempergunakan silica gel, container harus


(20)

commit to user

3) Studi Pustaka

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku atau referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yaitu modul transportasi ekspor impor

dan tata laksana kepabeanan, serta file hard copy yang diberikan

pada waktu perkuliahan yang berguna sebagai referensi tambahan/pelengkap informasi yang diperoleh dari data primer.


(21)

commit to user

8 BAB II

LANDASAN TEORI

1. Perdagangan Internasional

a. Pengertian

Perdagangan Internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar sukarela dan saling menguntungkan. Perdagangan Internasional adalah proses transaksi bisnis yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama, yang meliputi baik swasta/perusahaan maupun pemerintah (GudangMateri.com).

Perdagangan Internasional didefinisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan dari suatu negara asal yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan yang dilakukan oleh perusahaan multinasional untuk melakukan perpindahan barang dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan teknologi, dan perpindahan merk dagang (Waluyo, 2003: 3).

Perdagangan Internasional adalah suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela yang dilakukan antar negara yang satu

dengan yang lain melalui ekspor impor (Hand Out Teori Perdagangan

Internasional).

Perdagangan Internasional merupakan perdagangan barang-barang dari suatu negeri ke lain negeri di luar batas negara (Amir M.S, 1973: 2).

Dari definisi diatas, Perdagangan Internasional itu sendiri berkaitan dengan beberapa kegiatan yaitu:


(22)

commit to user

1. Perdagangan Internasional melalui perpindahan barang, jasa dari suatu

negara ke negara yang lainnya yang biasa disebut (transfer of goods and

service).

2. Perdagangan Internasional melalui perpindahan modal melalui investasi

asing dari luar negeri kedalam negeri atau yang disebut (transfer of

capital).

3. Perdagangan Internasional melalui perpindahan tenaga kerja yang

berpengaruh terhadap pendapatan negara melalui devisa dan juga perlunya

pengawasan mekanisme perpindahan tenaga kerja (transfer of labour).

4. Perdagangan Internasional melalui perpindahan teknologi yaitu dengan

cara mendirikan pabrik-pabrik di negara lain atau yang biasa disebut

(transfer of technology).

5. Perdagangan Internasional yang dilakukan dengan penyampaian informasi

tentang kepastian adanya bahan baku dan pangsa pasar atau yang disebut (transfer of data).

b. Pengertian Ekspor

Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean (UU Kepabeanan No.10 th 1995).

Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dengan valuta asing (Wahyu Agung S & Ana Shohibul MA, 2007: 2).


(23)

commit to user

Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Roselyne Hutabarat, 1996:306).

Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean (UU Kepabeanan No.17 th 2006).

Dari beberapa definisi ekspor diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ekspor adalah perdagangan atau penjualan barang dan jasa melewati daerah pabean kepada konsumen yang berada diluar negeri atau keluar batas negara dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Tujuan kegiatan ekspor dapat dilihat dari dua pengertian, yaitu secara makro ekonomi dan secara mikro ekonomi (Wahyu Agung S & Ana Shohibul MA, 2007: 2).

Secara makro ekspor bertujuan untuk mendapatkan devisa. Sedangkan secara mikro, ekspor bertujuan :

1. Meningkatkan laba atau keuntungan perusahaan melalui perluasan

pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih tinggi

(optimalisasi laba).

2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik

(membuka pasar ekspor).

3. Memanfaatkan kapasitas terpasang (idle capacity).

4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih

dalam persaingan global yang ketat dan terhindar dari sebutan ”jago


(24)

commit to user

5. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Tahapan - Tahapan Ekspor

Tahapan - tahapan ekspor menurut (Hamdani, 2003: 50) adalah sebagai berikut :

1. Korespondensi

Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir luar negeri untuk menawarkan dan menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya. Dalam surat penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang, mutunya, harganya, syarat-syarat pengiriman, dan sebagainya.

2. Pembuatan kontrak dagang

Apabila importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir maka importir dan eksportir membuat dan menandatangani kontrak dagang. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal yang disepakati bersama.

3. Penerbitan Letter of Credit (L/C)

Setelah kontrak dagang ditanda tangani maka importir membuka L/C melalui bank korespondensi di negaranya dan mengirim L/C tersebut ke bank devisa di negara eksportir. Kemudian bank devisa yang ditunjuk memberitahukan diterimanya L/C atas nama eksportir kepada eksportir.

4. Eksportir menyiapkan barang ekspor

Dengan diterimanya L/C tersebut eksportir mempersiapkan barang-barang yang dipesan importir. Keadaan barang-barang yang


(25)

commit to user

dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan L/C.

5. Eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Selanjutnya eksportir medaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke bank devisa dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila barang ekspornya terkena pajak.

6. Pemesanan ruang kapal

Eksportir memesan ruang kapal dengan mengirim Shipping

Instruction ke perusahaan pelayaran. Perusahaan pelayaran melakukan

pengecekan kesediaan ruang kapal, kemudian memberikan Delivery

Order D/O untuk mengambil kontainer di depo kontainer yang di

tunjuk. Sedangkan untuk Less Than Container Load (LCL) barang

dikirimkan ke Container Freight Station (CFS).

7. Pengiriman barang ke pelabuhan

Eksportir sendiri dapat mengirim barang ke pelabuhan. Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan ke kapal dapat

juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang (freight

forwarding/EMKL). Dokumen-dokumen ekspor disertakan dalam

pengiriman barang ke pelabuhan dan ke kapal.

8. Pemerikasaan Bea Cukai

Dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila diperlukan barang-barang yang akan di ekspor diperiksa juga oleh Bea Cukai. Apabila barang dan dokumen telah sesuai dengan ketentuan


(26)

commit to user

maka Bea Cukai menandatangani persyaratan persetujuan muat yang ada pada PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang).

9. Pemuatan barang ke kapal

Setelah pihak Bea Cukai menandatangani PEB maka barang telah dapat dimuat ke atas kapal. Segera setelah barang dimuat dikapal,

pihak pelayaran menerbitkan Bill of Lading (B/L) yang kemudian

diserahkan kepada eksportir.

10.Surat Keterangan Asal Barang (SKA)

Eksportir sendiri atau freight forwarding atau EMKL/EMKU

memfiat pemuatan barangnya dan mengajukan permohonan ke Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk memperoleh SKA apabila diperlukan.

11.Pencairan Letter of Credit (L/C)

Setelah barang dikapalkan, maka eksportir dapat ke bank untuk

mencairkan L/C. Bila At Sight L/C dokumen-dokumen yang

diserahkan adalah Bill of Lading (B/L), Comercial Invoice, Packing

List, PEB, dan lain-lain.

12.Pengiriman barang ke importir

Barang dalam perjalanan denagn kapal dari negara eksportir ke pelabuhan di negara importir.


(27)

commit to user

2. Stuffing

a. Pengertian

Stuffing merupakan proses pemindahan produk yang sudah di

packing ke dalam container dengan diberi kode-kode yang ditentukan dan

dihitung untuk pembuatan packing list (Suyono, 2003: 198)

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat persiapan

pemuatan barang/stuffing (Sudijono & Sarjiyanto, 2007: 8) :

1. Memeriksa container :

Light test, bersih, bebas bau, kering dan bebas hama, pintu

dapat ditutup dengan baik dan atap tidak berkarat.

2. Stuffing yang baik (Sudijono & Sarjiyanto, 2007: 9) :

a. Memaksimumkan kapasitas container

b. Berat terbagi rata

c. Peraturan umum pemuatan barang dalam karton

d. Yang ringan di atas yang berat di bawah

e. Ruang kosong harus di dunnage (diganjal)

f. Kemasan mudah pecah jangan tertekan di dinding

g. Susunan jangan runtuh menimpa pintu container

h. Peraturan special cargo harus diperhatikan

i. Muatan berbahaya harus diperhatikan

3. Mengurangi kondensasi :

a. Harus ditata di tempat yang lebih lapang

b. Container harus kering


(28)

commit to user

d. Dunnage harus kering

e. Besi telanjang harus dicat atau dibungkus pipa PVC

Ada beberapa cara stuffing container (Suyono, 2003:198)

1. Untuk peti karton

Bila berat peti atau karton tidak sama, maka peti atau karton yang lebih berat diletakkan dan disusun di bawah. Bila susunan peti kartonnya seragam, maka tumpukan pertama disusun dari kanan ke kiri dan tumpukan dua dari kiri ke kanan.

2. Untuk muatan drum/barrels

Drum atau barrel harus selalu disusun berdiri, selang satu baris

dipergunakan dunnage, mulai dari kiri ke kanan atau dari depan ke

belakang. Pergunakan dunnage di atas tumpukan atau susunan pertama

untuk memulai tumpukan atau susunan kedua. Untuk mengurangi

broken space, gunakan alas papan pada baris urutan ganjil agar

benjolan drum tidak saling bersentuhan.

3. Untuk muatan yang dipalet

Muatan di atas palet harus diikat kuat menggunakan ban, ikatan baja atau plastic, dan diikat pada palet. Bila petikemas hanya diisi dengan satu atau dua palet saja maka letakkan susunan palet di

tengah-tengah petikemas dan diperkuat letaknya dengan ganjal (chocking)

agar muatan palet tidak bergoyang.

4. Untuk muatan karung yang tidak dapat dipalet

Susunlah karung pada tumpukan pertama dengan baris melintang petikemas dan paling ujung membujur petikemas.


(29)

commit to user

Selanjutnya, pada tumpukan kedua, dua baris melintang dimulai dari atas yang membujur dan yang paling ujung disusun membujur.

5. Untuk long length cargo

Lebih baik menggunakan petikemas jenis flat-rack atau

open-top untuk memudahkan pemuatan dan pembongkarannya. Pasang

chocking di ujung-ujung petikemas. Agar mudah mengeluarkan

muatan, gunakan dunnage agar sling dapat mudah dimasukkan atau

di-presling dahulu.

b. Petikemas

1. Pengertian Petikemas

Petikemas adalah Suatu peti empat persegi panjang, tahan cuaca, digunakan untuk mengangkut dan menyimpan sejumlah muatan kemasan dan barang-barang curah yang melindungi isinya dari kehilangan dan kerusakan, dapat dipisahkan dari alat transportasi, diperlakukan sebagai satuan muat dan jika pindah kapal tanpa harus dibongkar isinya (Sudijono & Sarjiyanto, 2007:7).

Petikemas (container) adalah suatu kemasan yang dirancang

secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada di dalamnya (Suyono, 2003:179).

2. Ukuran Petikemas

Menurut (Sudijono & Sarjiyanto, 2007:7), ukuran-ukuran petikemas sebagai berikut :

Panjang : 20’(kaki) : Twenty Footer


(30)

commit to user

Perkembangan terakhir 45’, 48’ dan 53’

Lebar : 8’

Tinggi : Standar 8’6”

High Cube = 9’ dan 9’6”

Kapasitas : a. 20’ (20 feet ) - Cubic Capacity : 33 Cbm

Pay load : 22,1 ton

b. 40’ (40 feet) - Cubic Capacity : 67,3 Cbm

Pay load : 27,396 ton

c. 40’ High Cube - Cubic Capacity : 76 Cbm

Pay load : 29,6 ton

Ukuran muatan dalam pemuatan kapal petikemas dinyatakan

dalam TEU (Twenty Footer Equivalent Unit). Oleh karena itu ukuran

standar dari petikemas dimulai dari panjang 20’ (20 feet), maka suatu

petikemas 20 feet dinyatakan sebagai 1 TEU dan petikemas 40 feet

dinyatakan dengan 2 TEU atau sering dinyatakan dalam FEU (Forty

Footer Equivalent Unit).

c. Jenis-Jenis Tipe Container

1) General Cargo Container

Merupakan jenis petikemas yang digunakan untuk mengangkut muatan umum, seperti kain, kayu dan lain-lain.


(31)

commit to user

a) General Purpose Container

Merupakan petikemas yang digunakan untuk mengangkut barang-barang muatan umum, barang yang tidak perlu penanganan khusus dalam pengiriman.

Gambar 2.1

General Purpose Container

b)Open-side Container

Merupakan petikemas yang bagian sampingnya dapat dibuka untuk memasukkan dan mengeluarkan barang yang karena ukuran atau beratnya lebih mudah dimasukkan atau dikeluarkan melalui samping petikemas.

Gambar 2.2


(32)

commit to user

c) Open-top Container

Merupakan petikemas yang bagian atasnya dapat dibuka agar barang dapat dimasukkan dan dikeluarkan lewat atas. Petikemas ini diperlukan untuk mengangkut barang berat yang

hanya dimasukkan lewat atas dengan menggunakan Derek (crane).

Gambar 2.3

Open-top Container

d) Ventilated Container

Merupakan petikemas yang memiliki ventilasi agar terjadi sirkulasi udara dalam petikemas yang diperlukan oleh muatan tertentu, khususnya muatan yang mengandung kadar air tinggi.

Gambar 2.4


(33)

commit to user

2) Thermal Container

Merupakan petikemas yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk muatan tertentu. Petikemas yang termasuk dalam kelompok thermal antara lain :

a) Insulated Container

Merupakan petikemas yang bagian dalamnya diberi isolasi agar udara dingin dalam petikemas tidak merembes keluar.

Gambar 2.5

Insulated Container

b) Reefer Container

Merupakan petikemas yang dilengkapi mesin pendingin untuk mendinginkan udara dalam petikemas sesuai dengan suhu yang diperlukan untuk barang yang mudah busuk, seperti sayuran, buah-buahan dan daging.

Gambar 2.6


(34)

commit to user

c) Heated Container

Merupakan petikemas yang dilengkapi dengan pemanas agar udara di dalam petikemas dapat diatur pada suhu panas sesuai yang diinginkan.

Gambar 2.7

Heated Container

3) Tank

Tank Container adalah tangki yang ditempatkan dalam kerangka

petikemas yang digunakan untuk muata cair (bulk liquid) maupun gas

(bulk gas).

Gambar 2.8

Tank

4) Dry Bulk

Dry bulk adalah general purpose container yang dipergunakan


(35)

commit to user

muatannya dengan cara melalui lubang bagian atas petikemas sedangkan untuk mengeluarkan muatannya dengan melalui lubang atau pintu di bagian bawah petikemas.

Gambar 2.9

Dry Bulk

5) Platform

Platform Container adalah petikemas yang terdiri dari lantai

dasar. Pertikemas yang termasuk dalam jenis platform adalah :

a) Flat Rack Container

Flat Rack Container adalah petikemas yang terdiri dari

lantai dasar dengan dinding pada ujungnya. Flat Rack Container

dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

(1) Fixed and type : dinding pada ujungnya tidak dapat dibuka atau

dilipat.

Gambar 2.10


(36)

commit to user

(2) Collapsible type : dinding pada ujungnya dapat dilipat agar

dapat menghemat ruangan saat diangkut dalam keadaan kosong.

Gambar 2.11

Collapsible type

b) Platform Based Container

Platform Based Container atau juga disebut artificial tween

deck adalah petikemas yang hanya terdiri dari lantai dasar saja dan

apabila diperlukan dapat dipasang dinding. Biasanya digunakan untuk muatan yang mempunyai lebar dan tinggi yang melebihi petikemas yang standar.

Gambar 2.12


(37)

commit to user

6) Specials

Specials Container adalah petikemas yang khusus dibuat untuk

muatan tertentu, seperti petikemas untuk muatan ternak (cattle

container) atau muatan kendaraan (car container).

Gambar 2.13

Specials

d. Pengepakan Petikemas

Dalam pengangkutan petikemas dari suatu negara ke negara lainnya, petikemas memiliki 2 (dua) pola pengepakan (Sudijono & Sarjiyanto, 2007: 9) yaitu :

1. Pola FCL (Full Container Load)

FCL adalah Shipper dan Consignee bertanggungjawab untuk

mengisi dan membongkar petikemas. Program pengepakan FCL adalah :

a. Petikemas yang di supply oleh carrier atau dipinjam dari container

kering di Stuffing oleh shipper di gudang shipper atau tempat lainnya.

Setelah itu petikemas disegel oleh Bea Cukai.

b. Petikemas yang disegel dibawa oleh shipper atau oleh Freight


(38)

commit to user

c. Di pelabuhan bongkar, carrier mengurus pengangkatan dari petikemas

yang dibongkar dari C.Y (Container Yard) dari pelayaran atau C.Y

(Container Yard) lain yang ditunjuk oleh carrier atas biaya carrier.

d. Dari C.Y (Container Yard) consignee atau freight forwarder mengirim

muatannya dalam petikemas di Bea Cukai untuk mengangkat petikemas kemudian ke gudangnya untuk di stripping atas biaya

consignee.

Tanggungjawab Shipper :

Semua biaya untuk mengangkut petikemas kosong ke gudang

shipper, stuffing petikemas dan mengangkat ke C.Y (Container Yard) dari

carrier menjadi beban shipper.

Tanggung jawab carrier :

a. Bertanggungjawab terhadap petikemas dan isinya setelah

menerimanya dari shipper di C.Y (Container Yard) carrier/pelabuhan.

b. Bertanggungjawab memuat petikemas ke atas kapal.

c. Di pelabuhan bongkar, bertanggungjawab penuh membongkar

petikemas dari kapal dan mengangkut ke C.Y (Container Yard)

carrier atau C.Y (Container Yard) pelabuhan .

d. Tanggungjawab carrier berhenti setelah menyerahkan petikemas


(39)

commit to user

Gambar 2.14 Status Petikemas FCL FCL / FCL

Sumber : (Modul Transportasi Ekspor Impor dan Tatalaksana Kepabeanan)

1. Pola LCL (Less Than Container Load)

LCL adalah Shipper mengkonsolidasi/mencampur barangnya

dengan barang shipper lain dalam satu petikemas.

Prosedur pengepakan LCL adalah :

a. Muatan dari beberapa shipper yang akan dikirim ke berbagai

consignee diterima oleh carrier di CFS (Container Freight Station).

b. Carrier/EMKL mengurus stuffing dari parcel muatan ke dalam

petikemas atas biaya carrier.

c. Carrier memuat petikemas yang telah diisi oleh berbagai shipper (oleh

shipper tunggal) ke atas kapalnya.

d. Di pelabuhan tujuan, petikemas yang sudah dibongkar dari kapal

dibawa oleh pelayaran ke CFS (Container Freight Station) untuk di

stripping.

e. Barang-barang secara parcel dapat diambil oleh berbagai consignee

atau dikirim ke dalam muatannya.

Tanggungjawab Shipper :

Shipper bertanggungjawab sampai barangnya masuk CFS

(Container Freight Station) dari carrier.

Shipper FCL FCL Consignee

CY CY

Moda Angkutan


(40)

commit to user

Tanggungjawab Carrier :

a. Bertanggungjawab atas barang sejak waktu barang diterima dari

shipper.

b. Bertanggungjawab untuk stuffing dari kiriman barang jenis LCL ke

dalam petikemas atas biayanya dan memasukkan petikemas ke atas kapal.

c. Di tempat tujuan, carrier bertanggungjawab untuk membawa

petikemas yang dibongkar dari kapal ke CFS (Container Freight

Station) shipper dan memberi muatan LCL ke masing-masing

consignee atas biaya carrier.

Gambar 2.15 Status Petikemas LCL FCL / FCL

LCL / FCL

LCL/LCL

Sumber : (Modul Transportasi Ekspor Impor dan Tatalaksana Kepabeanan)

Shipper FCL LCL Consignee

CY CFS

Moda Angkutan

Consignee

Consignee

Shipper LCL FCL Consignee

CFS CY

Moda Angkutan Shipper

Shipper

Shipper LCL LCL Consignee

CFS CFS

Moda Angkutan Shipper Shipper Consignee Consignee


(41)

commit to user

2. Packing

Packing merupakan kegiatan membungkus barang ekspor dengan

menggunakan berbagai jenis alat bungkus sesuai dengan kebutuhan keamanan barang (Suyono, 2003:162). Syarat pengiriman/penerimaan barang yang diharapkan dapat memenuhi 3K yaitu: Keamanan, Keaslian, Kepuasan (Tidak mengalami perubahan bentuk sifat atau rupa, tidak kurang jumlah, tidak berkeringat, basah, dan lainnya).

Untuk memenuhi tuntutan seperti tersebut diatas, maka jenis bungkusan suatu barang tergantung dari (Sudijono & Sarjiyanto, 2007: 36) :

1. Sifat dan jenis barang yang akan dibungkus

2. Volume

3. Berat

4. Jenis barang

5. Jumlah barang

6. Cara pengiriman

7. Tujuan terakhir barang yang diangkut

Untuk memilih jenis pembungkusan, kepentingan yang harus diperhatikan adalah :

1. Untuk kepentingan pengiriman (shipper) :

Perlindungan, keaslian, penampilan dalam ekspor dari barangnya sebagai tujuan utama dan uang tambang yang serendah mungkin.

2. Untuk kepentingan pengangkutan (carrier) :

Bungkus berfungsi sebagai pelindung dari kehilangan, pencurian, kerusakan, serta optimalisasi daya muat kapal.


(42)

commit to user

Penggunaan palet

Untuk mempertahankan pengiriman, lebih baik dilakukan sebagai

unit atau unit load. Muatan unit adalah muatan yang dalam pembungkus

aslinya dikelompokkan atau disusun menjadi satu. Biasanya disusun di

atas palet agar mudah diangkat dengan forklift (Sudijono & Sarjiyanto,

2007: 35).

3. Palet menurut macam ukuran, dibagi menjadi :

a. Stevendore Palet : Palet umum

b. Shipper Palet : Palet pengapalan

c. Werehouse Palet : Palet penggudangan

d. Factory Palet : Palet sesuai pabrik

4. Palet sesuai standar ISO (International Standard Organization) :

a. 100 x 80 cm (40” x 32”)

b. 120 x 80 cm (48” x 32”)

c. 120 x 100 cm (48” x 40”)

d. 120 x 160 cm (48” x 64”)

e. 120 x 180 cm (48” x 72”)

5. Palet sesuai dengan bentuknya, dibagi menjadi :

a. Single face : Hanya satu permukaan bagi muatan.

b. Double face : Menggunakan dua permukaan secara berganti

muatan.

6. Palet sesuai handlingnya oleh forklift, dibagi menjadi :

a. Two Ways Palet : Forklift hanya dapat mengangkat dari dua sisi.


(43)

commit to user

Secara umum jenis bungkusan untuk barang muatan antara lain (Sudijono & Sarjiyanto, 2007: 36) :

1. Karung

Bahan karung dapat menekan isi yang dalam tetapi tidak melindungi kerusakan yang datang dari luar.

2. Fiber dan Karton

Bahan fiber dan karton relatif murah, dapat menahan tekanan dan bantingan.

3. Peti kayu

Bahan dari peti kayu merupakan bungkus yang terbaik, dan sesuai untuk pengangkutan barang secara konvensional, tahan terhadap panas atau kelembaban.

3. Shipping Mark

Shipping mark merupakan tanda pengenal barang ekspor (Suyono,

2003:163). Tujuan dari shipping mark adalah agar barang bisa lebih mudah

untuk dikenal, untuk cepat mengenal barang dank arena itu dapat cepat sampai tujuan (Sudijono, 2007: 35). Maka penulisan pada pembungkusan harus jelas.


(44)

commit to user

Gambar 2.16

Handling Symbol Shipping Mark


(45)

commit to user

32 BAB III

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

CV. Aryasena Art & Furniture merupakan salah satu perusahaan ekspor yang bergerak di bidang ekspor mebel furniture yang berdiri pada tanggal 9 September 2001, CV. Aryasena Art & Furniture didirikan oleh seorang pengusaha yang berasal dari Surakarta, yaitu Bapak Unggul Kartiko. Perusahaan ini telah melakukan kegiatan ekspor kurang lebih selama 7 tahun.

Dari awal berdiri, wilayah pemasaran perusahaan ini hanya untuk memenuhi permintaan pasar lokal, perusahaan hanya melayani pesanan lalu menyuplainya. Karena semakin meningkatnya permintaan pasar akan produk yang dihasilkan, CV. Aryasena Art & Furniture pada tahun 2004 mulai membuka pasar internasional. Pada awalnya, proses pembuatan mebel masih dalam bentuk yang sederhana dan menggunakan alat-alat yang sederhana pula. Kemudian untuk menunjang proses produksinya, perusahaan menambahkan peralatan mesin yang digunakan, dan memberikan pelatihan penggunaan alat bagi para karyawan perusahaan sehingga tercipta tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Selain peningkatan dalam proses produksi, CV. Aryasena Art & Furniture juga melakukan peningkatan dalam hal pemasaran produknya, seperti ikut serta dalam kegiatan pameran dagang, pembuatan

website dan katalog produk. Sehingga CV. Aryasena Art & Furniture dapat


(46)

commit to user

Zealand, Spain, USA, UK, Italy, Canada, Germany, Kuwait dan Brunai Darusalam.

2. Tujuan Perusahaan

CV. Aryasena Art & Furniture mempunyai visi yaitu mengembangkan produk lokal ke dunia internasional. Artinya, CV. Aryasena Art & Furniture berusaha memperluas wilayah pemasarannya dengan meningkatkan kualitas dan mutu produk yang dihasilkan, serta ketepatan waktu pengiriman barang, sehingga terjalin hubungan baik dengan konsumen.

Selain visi, CV. Aryasena juga mempunyai misi membuka lapangan pekerjaan disemua lini perusahaan. Artinya, CV Aryasena Art & Funiture berperan serta dalam pemberantasan pengangguran.

3. Lokasi Perusahaan

CV. Aryasena Art & Furniture mempunyai luas bangunan factory ±

1.300m² yang beralamatkan di daerah Pengembangan Industri Kecil (PIK), Jamur RT 01 RW 08 Trangsan Sukoharjo-Jawa Tengah. Di lokasi inilah tahap

finishing dilakukan dari produk mebel setengah jadi yang diterima dari

supplier. Sedangkan untuk kantornya beralamatkan di Griyan Baru no.86

Baturan Solo 57171 dengan luas bangunan ± 200m². CV. Aryasena Art &

Furniture juga mempunyai website untuk memasarkan produknya ke dunia

internasional, yaitu www.aryasena.com.

Kesuksesan perusahaan dalam menjalankan usahanya sangat


(47)

commit to user

terletak di Sukoharjo dikarenakan atas beberapa pertimbangan antara lain,

lokasi yang cukup luas dan supply bahan baku yang memadai.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan masalah yang penting untuk setiap perusahaan, karena organisasi merupakan sarana yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien.

Perusahaan merupakan organisasi teratur yang lebih dari sekedar menyediakan barang dan jasa, tetapi juga kegiatan yang dilaksanakan terus menerus dan dilakukan secara terbuka. Struktur organisasi merupakan kerangka yang menggambarkan kerja pada kelompok-kelompok tugas dan wewenang serta tanggung jawab. Struktur organisasi akan tergantung kepada tahap pengembangan organisasi dan kemampuan sumber daya manusianya.

Struktur organisasi CV. Aryasena Art & Furniture merupakan struktur organisasi yang berbentuk sederhana dimana tenaga ahli yang bertugas rangkap.

Struktur organisasi CV. Aryasena Art & Furniture antara lain :

a. Direktur Utama/Pimpinan

Direktur utama perusahaan merupakan orang yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan. Disamping itu direktur utama mempunyai tanggung jawab, antara lain :

1) Bertanggung jawab atas pengawasan jalannya perusahaan.

2) Mengepalai seluruh departemen yang ada dalam perusahaan.


(48)

commit to user

4) Mengontrol jalannya perusahaan.

5) Memberikan modal jika perusahaan memerlukan.

b. Wakil Direktur/Asisten

Wakil direktur merupakan pengganti pimpinan jika pimpinan perusahaan sedang tidak ada ditempat. Wakil direktur mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Memberikan masukan kepada pimpinan dalam membuat kebijakan

untuk perusahaan.

2) Mengontrol departemen yang berada dibawah kekuasaannya.

3) Memberikan kebijakan bagi departemen-departemennya.

c. Manajer Produksi

1) Membuat sistem perencanaan yang efektif tentang produksi dan

organisasi, koordinasi dengan semua divisi dalam menjalankan operasional produksi perusahaan, mengawasi jalannya stuffing.

2) Memotivasi team work mampu bekerjasama dan menciptakan iklim

yang kondusif, serta mampu mengambil keputusan yang berkaitan dengan produksi.

d. Manajer Keuangan

Bagian ini memiliki tugas sebagai berikut :

1) Memberikan informasi laporan keuangan atau anggaran perusahaan.

2) Mengontrol jalannya keuangan perusahaan.


(49)

commit to user

e. Manajer Pemasaran

Manajer Pemasaran merupakan bagian yang menentukan jalannya perusahaan. Tugasnya antara lain :

1) Bertanggung jawab atas pemasaran produk-produk.

2) Mengontrol dan mengawasi jalannya pemasaran.

3) Menciptakan peluang pasar, membuat strategi marketing yang efektif,

melakukan transaksi dan negosiasi bisnis dengan buyer.

f. Export Departement

Export Departement merupakan bagian yang mengatur dan merencanakan proses ekspor. Tugasnya antara lain :

1) Membuat perencanaan dan menjadwal distribusi angkutan serta

transportasi.

2) Koordinasi dengan manajer produksi untuk memonitor status

perkembangan order berjalan dan dalam pelayanan pelaksanaan

transportasi bisnis dengan buyer.

g. Quality Control

1) Bertanggungjawab terhadap manajer produksi dengan memberikan

laporan kualitas dan kuantitas barang.

2) Koordinasi dengan Manajer Keuangan untuk tagihan jatuh tempo

barang yang lolos uji.

3) Memberi masukan yang signifikan kepada Manajer Produksi tentang


(50)

commit to user

h. Bagian Gudang

Bagian gudang merupakan bagian yang melakukan penyimpanan barang-barang hasil produksi, tugasnya antara lain :

1) Penyimpanan dan pengecekan barang hasil produksi.

2) Memberikan informasi kepada bagian pemasaran mengenai stock

barang.

3) Bertanggung jawab terhadap barang hasil produksi yang disimpan.

i. Karyawan

Melaksanakan operasional perusahaan sesuai dengan instruksi, menaati peraturan dan etika perusahaan sesuai dengan kebijakan Direktur Utama.

Gambar 3.1

Struktur Organisasi CV. Aryasena Art & Furniture Tahun 2011

Sumber : CV. Aryasena Art & Furniture Tahun 2011 Direktur

Utama

Wakil Direktur / Asisten

Manajer Produksi

Manajer keuangan

Manajer Pemasaran

Ekspor Departemen

Quality Control


(51)

commit to user

5. Jam Kerja

Untuk memudahkan dan memperlancar pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan setiap harinya, dan agar mencapai efisiensi dan efektivitas kerja maka perlu adanya peraturan jam kerja. Adapun kebijakan jam kerja CV. Aryasena Art & Furniture adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jam Kerja CV. Aryasena Art & Furniture Tahun 2011

Hari Jam Kerja Jam Istirahat

Senin 08.00 – 16.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

Selasa 08.00 – 16.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

Rabu 08.00 – 16.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

Kamis 08.00 – 16.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

Jumat 08.00 – 16.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

Sabtu 08.00 – 15.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

Sumber : CV. Aryasena Art & Furniture Tahun 2011

Jam kerja pada CV. Aryasena Art & Furniture adalah hari Senin sampai dengan hari Sabtu. CV. Aryasena Art & Furniture tidak menerapkan sistem lembur, sehingga proses produksinya hanya dilakukan pada jam kerja biasa.

6. Produk yang dihasilkan

a. Jenis bahan baku yang digunakan CV. Aryasena Art & Furniture dalam

komoditinya terdiri dari :

- kayu mahoni

- kayu mindi


(52)

commit to user

- alumunium

b. Jenis produk yang dihasilkan :

1) Livingroom furniture

Contoh produk yang dihasilkan seperti : Sofa, Cabinet, Buffet, Book

rack, Mirror

2) Diningroom furniture

Contoh produk yang dihasilkan seperti : Table, Chair, Cabinet

3) Bedroom furniture

Contoh produk yang dihasilkan seperti : Bed, Bedside, Cabinet,

Wardrobe, Trunk

4) Officeroom furniture

Contoh produk yang dihasilkan seperti : Chair, Buffet, Cabinet, Book

case, Desk

7. Proses Produksi

Dalam proses produksi, CV. Aryasena Art & Furniture tidak melakukan produksi sendiri melainkan melakukan kerjasama dengan para

supplier dari beberapa pengrajin mebel di sekitar wilayah Surakarta dan

Sukoharjo. Perusahaan biasanya mengambil produk dari barang setengah jadi,

yang belum dilakukan proses finishing, kemudian diproses menjadi barang

jadi yang siap untuk di ekspor.

a. Proses produksi dari barang setengah jadi menjadi barang jadi


(53)

commit to user

Barang setengah jadi dari supplier sesuai dengan instruksi dari

manajer produksi berdasar atas production order, kemudian barang

setengah jadi tersebut dikumpulkan di gudang untuk di sortasi di

bawah tanggung jawab quality control,kegiatannya meliputi pemilihan

produk yang sesuai dengan standar perusahaan atau pesanan. Meliputi ketepatan ukuran, kualitas kayu dan kekeringan kayu.

2) Proses Penggosokan

Dalam proses penggosokan, kegiatan yang dilakukan adalah pemberian minyak tanah dan tiner pada produk setengah jadi yang bertujuan untuk membunuh kuman atau bakteri yang ada pada kayu.

3) Proses Pewarnaan

a. Pemberian warna dasar, dengan menggunakan cat warna yang

sesuai dengan warna produk yang di inginkan buyer, untuk warna

dasar tidak sama untuk semua produk.

b. Pemberian warna bening mengkilat, dengan menggunakan

melamin dan tiner atau yang sering disebut Top Cut.

4) Proses Pemberian Assesoris

Memberikan perhiasan terhadap produk misal dengan pemberian sepatu pada kaki kursi atau meja, pemberian assesoris

disesuaikan jenis produk dan pesanan buyer.

5) Proses Packing

Proses packing dilakukan dengan menggunakan carton box,


(54)

commit to user

dibungkus dengan foamsit/sterofom guna untuk menjaga keamanan

barang.

8. Pemasaran Produk

Pemasaran adalah proses merencanakan dan melaksanakan

konsekuensi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran perorangan dan organisasi (Carl McDaniel, 2001).

Tujuan pemasaran setiap perusahaan adalah pemasaran internasional, perusahaan dapat mengembangkan pemasaran perdagangannya secara global atau mendunia dan tidak hanya tergantung pada pasar domestik atau lokal saja.

Hal tersebut yang mendasari CV. Aryasena Art & Furniture untuk terus mengembangkan wilayah pemasaran pedagangannya ke negara-negara tetangga dan terus mencari pangsa pasar yang baru. Oleh karena itu, produk-produk yang dihasilkan merupakan produk-produk-produk-produk yang berkualitas tinggi yang dapat memenuhi selera konsumen.

Negara-negara yang telah berhasil diraih CV. Aryasena Art & Furniture antara lain : Australia, New Zealand, Spain, USA, UK, Italy, Canada, Germany, Kuwait dan Brunai Darusalam.

9. Volume Penjualan

Volume penjualan pada CV. Aryasena Art & Furniture selama tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :


(55)

commit to user

Tabel 3.2

Penjualan Ekspor CV. Aryasena Art & Furniture Tahun 2010

Bulan Volume

Penjualan

Nilai Penjualan

US ($) Rupiah (Rp)

Januari 1 kontainer 2,225.00 20.025.000

Februari 2 kontainer 19,217.20 172.954.800

Maret 2 kontainer 20,237.26 182.135.340

April 3 kontainer 38,406.08 345.654.720

Mei 2 kontainer 18,769.82 168.928.380

Juni 2 kontainer 21,815.50 196.339.500

Juli 1 kontainer 4,151.70 37.365.300

Agustus 2 kontainer 19,214.65 172.931.850

September 3 kontainer 34,315.90 308.843.100

Oktober 1 kontainer 5,773.20 51.958.800

November 2 kontainer 23,121.15 208.090.350

Desember 3 kontainer 36,985.70 332.871.300

TOTAL 24 kontainer 244,233.16 2.198.098.440

Sumber : Bagian Pemasaran CV. Aryasena Art & Furniture

Dari tabel volume penjualan diatas dapat dilihat bahwa terjadi arus naik turun yang tidak stabil. Hal itu dikarenakan perusahaan hanya

memproduksi barang bila ada order yang diterima. Sedangkan tiap

bulannya order yang diterimanya tidak menentu. Tetapi CV. Aryasena Art

& Furniture memiliki buyer tetap, jadi tiap bulannya selalu ada kegiatan

ekspor meskipun hanya sedikit. Fluktuasi semacam itu juga dapat terjadi

karena musim dan situasi perdagangan global. Perubahan kurs mata uang

asing terhadap rupiah juga mempengaruhi kegiatan tersebut.

B. Pembahasan

1. Proses stuffing pada CV. Aryasena Art & Furniture

Stuffing merupakan kegiatan memasukkan barang ekspor yang


(56)

commit to user

sendiri adalah untuk mengoptimalkan pemuatan barang dalam sebuah

container.

a. Proses stuffing pada CV. Aryasena Art & Furniture adalah sebagai

berikut :

1) Pemeriksaan container seperti light test, bersih, bebas bau, kering,

bebas hama, pintu dapat ditutup dengan baik, dan atap tidak berkarat atau berlubang.

2) Penutupan rongga udara dalam container.

3) Pengeringan container jika perlu.

4) Memulai penataan barang dalam container.

b. Peralatan dan tenaga yang diperlukan dalam proses stuffing antara lain:

1) Peralatan yang diperlukan dalam proses stuffing yaitu buku/note

dan bolpoint untuk mencatat, serap air, lakban, dan gerobak dorong

2) Tenaga minimal yang dibutuhkan dalam stuffing adalah sebanyak 7

orang, dengan distribusi sebagai berikut

- 1 orang berperan sebagai pencatat

- 2 orang berperan sebagai petugas pengambil/pengangkat

barang ke atas container.

- 4 orang berada di dalam container (2 orang berperan sebagai

penyalur barang dan 2 orang sebagai penata barang dalam

container).

c. Waktu dan Biaya

Waktu yang diperlukan untuk pada saat proses stuffing


(57)

commit to user

- 20’ memerlukan waktu ± 1 jam

- 40’ standar memerlukan waktu ± 1,5 jam

- 40’ High Cube memerlukan waktu ± 2 jam

CV. Aryasena Art & Furniture biasa menggunakan container

40’ High Cube. Untuk biaya yang dikeluarkan pada saat stuffing

rata-rata adalah Rp 400.000,00

a. Stuffing yang baik (Sudijono & Sarjiyanto, 2007: 9) adalah sebagai

berikut :

j. Memaksimumkan kapasitas container

k. Berat terbagi rata

l. Peraturan umum pemuatan barang dalam karton

m. Penataan yang ringan di atas yang berat di bawah

n. Ruang kosong harus di dunnage (diganjal)

o. Kemasan yang mudah pecah jangan tertekan di dinding

p. Susunan jangan runtuh menimpa pintu container

q. Peraturan special cargo harus diperhatikan

r. Muatan berbahaya harus diperhatikan

b. Hasil dari stuffing

1) Penataan barang didalam container yang optimal.

2) Hasil dari perhitungan jumlah barang yang masuk ke dalam

container berupa tally sheet, yang digunakan untuk penyusunan

pembuatan invoice dan packing list. Selanjutunya invoice dan

packing list diserahkan kepada freight forwarding yang telah


(58)

commit to user

c. Kegiatan yang dilakukan setelah stuffing meliputi :

1) Fumigasi

Fumigasi adalah kegiatan penyemprotan gas kimia ke

dalam container berisi barang yang akan dikirim agar tidak ada

hama (serangga atau jamur) yang nantinya akan merusak barang, biasanya untuk jenis barang kayu atau kayu olahan (Yossie – Aryasena).

Fumigasi adalah pemberian suatu zat kimia methyl

bromide gas (CH3BR) ke dalam container yang berisi barang

ekspor untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh hama selama pengangkutan, biasa untuk ekspor dan bahan kayu.

Fumigasi bertujuan untuk membasmi hama seperti

serangga, rayap, jamur yang akan merusak barang/kayu-kayu

yang berada didalam container.

Fumigasi dilakukan setelah proses stuffing selesai,

waktu untuk fumigasi ± 20 menit. Untuk container 20’ FCL

diperlukan dosis 32 gram/m³ dengan temperature 29ºC selama

24 jam. Sedangkan untuk container 40’ High Cube diperlukan

dosis 48grams/m³ dengan temperature minimum 30ºC selama

24 jam. Untuk wilayah khusus Australia, CV. Aryasena Art &

Furniture menggunakan fumigasi AQIS (The Australian

Quarantine and Inspection Service) karena fumigasi AQIS


(59)

commit to user

2) Sealing

Sealing merupakan penguncian container dengan

menggunakan seal sekali pakai yang disertai kode/nomor,

misal MSC8817849. Tujuan melakukan sealing adalah untuk

menjaga keamanan barang dari pencurian. Sebab, apabila

kode/nomor seal berubah maka dapat diketahui bahwa pintu

container tersebut pernah dibuka.

2. Cara memaksimalkan pemuatan dan penataan barang dalam

container pada CV. Aryasena Art & Furniture

Dalam mengoptimalkan pengisian muatan barang pada container,

diperlukan penerapan suatu cara untuk mendapatkan pola penyusunan yang optimal. Untuk melihat optimal atau tidaknya pengisian barang tersebut, dapat dilihat dari banyaknya volume barang yang dapat masuk

dalam container atau juga dapat dilihat dari sisa ruang yang ada pada

container. Karena semakin banyak barang yang masuk atau semakin

sedikit sisa ruang di dalam container, maka semakin optimal pengisian

tersebut.

Berbagai cara sederhana yang digunakan CV. Aryasena Art & Furniture adalah sebagai berikut :

a. Menghitung perbandingan antara volume kontainer dengan volume

barang.

Perhitungan perbandingan antara volume kontainer dengan volume barang dapat menghasilkan suatu prediksi kemungkinan jumlah barang


(60)

commit to user

yang masuk ke dalam kontainer. Untuk perhitungannya dapat dihitung dengan rumus :

Jumlah Barang = Vk/Vb Keterangan :

Vk = Volume kontainer Vb = Volume barang/box

Dari perhitungan tersebut dapat juga digunakan sebagai dasar perusahaan dalam menentukan jenis kontainer yang paling sesuai dengan volume barang tersebut, apakah menggunakan kontainer 20

feet, 40 feet, atau 40 feet High Cube.

Contoh :

Muria Table Lamp, dengan size 45cm x 40cm x 70cm, cubic meter

(cbm) : 0,252m³/2pcs, gross weight : 15,75kg nett weight : 20kg,

sejumlah 500pcs (2pcs/box). Maka kontainer yang paling sesuai untuk

jumlah volume barang tersebut adalah : Hitungan :

Jumlah barang = Vk/Vb

250box = Vk/0,252

Vk = 0,252 x 250

Vk = 63 M³

Sesuai dengan hasil perhitungan volume kontainer di atas,

maka jenis kontainer yang digunakan adalah kontainer 40’ High Cube.

Sebagai catatan, untuk loadibility kontainer 20’: 29, 40’: 59, dan untuk


(61)

commit to user

b. Menentukan pengaturan posisi barang di dalam kontainer.

Dalam penelitian, CV. Aryasena Art & Furniture untuk packing

barang biasa menggunakan carton box dan single face. Untuk kemasan

carton box, maka barang akan berbentuk kotak, sehingga dapat

dimungkinkan untuk penentuan posisi permukaan barang dengan 6 posisi. Dapat di ilustrasikan dengan gambar sebagai berikut :

Gambar 3.2

Kemungkinan posisi permukaan barang di dalam kontainer

Sumber : Pengamatan lapangan di CV. Aryasena Art & Furniture Tahun 2011

(c) T container P container L container L P T (e) T container P container L container L P T (f) T container P container L container T P L (d) T container P container L container L P T (a) T container P container L container L P T (b) T container P container L container L P T


(62)

commit to user

Dari 6 kemungkinan posisi permukaan barang di dalam kontainer, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Posisi barang tidur dengan sisi L x P menempel pada lantai dasar

kontainer, dan sisi T x L menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

b) Posisi barang tegak dengan sisi P x T menempel pada lantai dasar

kontainer, dan sisi P x L menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

c) Posisi barang berdiri dengan sisi L x T menempel pada lantai dasar

kontainer, dan sisi P x L menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

d) Posisi barang tidur dengan sisi P x L menempel pada lantai dasar

kontainer, dan sisi P x T menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

e) Posisi barang tegak dengan sisi T x P menempel pada lantai dasar

kontainer, dan sisi L x T menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

f) Posisi barang berdiri dengan sisi T x L menempel pada lantai dasar

kontainer, dan sisi P x T menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

Jadi, peletakan carton box harus disusun sedemikian rupa

(semaksimal mungkin), sehingga dapat memperkecil ruangan yang kosong di dalam kontainer. Sebab diharapkan dengan adanya


(63)

commit to user

meningkatkan penghematan biaya pengiriman yang ada selama ini, serta dapat lebih banyak mengangkut barang dalam sekali pengiriman. Secara tidak langsung penghematan biaya pengiriman dapat memberikan hasil yang positif, yaitu harga jual produk dapat lebih murah.


(1)

commit to user

c. Kegiatan yang dilakukan setelah stuffing meliputi : 1) Fumigasi

Fumigasi adalah kegiatan penyemprotan gas kimia ke dalam container berisi barang yang akan dikirim agar tidak ada hama (serangga atau jamur) yang nantinya akan merusak barang, biasanya untuk jenis barang kayu atau kayu olahan (Yossie – Aryasena).

Fumigasi adalah pemberian suatu zat kimia methyl bromide gas (CH3BR) ke dalam container yang berisi barang ekspor untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh hama selama pengangkutan, biasa untuk ekspor dan bahan kayu.

Fumigasi bertujuan untuk membasmi hama seperti

serangga, rayap, jamur yang akan merusak barang/kayu-kayu yang berada didalam container.

Fumigasi dilakukan setelah proses stuffing selesai, waktu untuk fumigasi ± 20 menit. Untuk container 20’ FCL diperlukan dosis 32 gram/m³ dengan temperature 29ºC selama 24 jam. Sedangkan untuk container 40’ High Cube diperlukan dosis 48grams/m³ dengan temperature minimum 30ºC selama 24 jam. Untuk wilayah khusus Australia, CV. Aryasena Art & Furniture menggunakan fumigasi AQIS (The Australian Quarantine and Inspection Service) karena fumigasi AQIS diwajibkan untuk wilayah khusus Australia.


(2)

commit to user 2) Sealing

Sealing merupakan penguncian container dengan

menggunakan seal sekali pakai yang disertai kode/nomor, misal MSC8817849. Tujuan melakukan sealing adalah untuk menjaga keamanan barang dari pencurian. Sebab, apabila kode/nomor seal berubah maka dapat diketahui bahwa pintu container tersebut pernah dibuka.

2. Cara memaksimalkan pemuatan dan penataan barang dalam

container pada CV. Aryasena Art & Furniture

Dalam mengoptimalkan pengisian muatan barang pada container, diperlukan penerapan suatu cara untuk mendapatkan pola penyusunan yang optimal. Untuk melihat optimal atau tidaknya pengisian barang tersebut, dapat dilihat dari banyaknya volume barang yang dapat masuk dalam container atau juga dapat dilihat dari sisa ruang yang ada pada container. Karena semakin banyak barang yang masuk atau semakin sedikit sisa ruang di dalam container, maka semakin optimal pengisian tersebut.

Berbagai cara sederhana yang digunakan CV. Aryasena Art & Furniture adalah sebagai berikut :

a. Menghitung perbandingan antara volume kontainer dengan volume barang.

Perhitungan perbandingan antara volume kontainer dengan volume barang dapat menghasilkan suatu prediksi kemungkinan jumlah barang


(3)

commit to user

yang masuk ke dalam kontainer. Untuk perhitungannya dapat dihitung dengan rumus :

Jumlah Barang = Vk/Vb Keterangan :

Vk = Volume kontainer Vb = Volume barang/box

Dari perhitungan tersebut dapat juga digunakan sebagai dasar perusahaan dalam menentukan jenis kontainer yang paling sesuai dengan volume barang tersebut, apakah menggunakan kontainer 20 feet, 40 feet, atau 40 feet High Cube.

Contoh :

Muria Table Lamp, dengan size 45cm x 40cm x 70cm, cubic meter (cbm) : 0,252m³/2pcs, gross weight : 15,75kg nett weight : 20kg, sejumlah 500pcs (2pcs/box). Maka kontainer yang paling sesuai untuk jumlah volume barang tersebut adalah :

Hitungan :

Jumlah barang = Vk/Vb 250box = Vk/0,252 Vk = 0,252 x 250 Vk = 63 M³

Sesuai dengan hasil perhitungan volume kontainer di atas, maka jenis kontainer yang digunakan adalah kontainer 40’ High Cube. Sebagai catatan, untuk loadibility kontainer 20’: 29, 40’: 59, dan untuk 40’ High Cube : 68.


(4)

commit to user

b. Menentukan pengaturan posisi barang di dalam kontainer.

Dalam penelitian, CV. Aryasena Art & Furniture untuk packing barang biasa menggunakan carton box dan single face. Untuk kemasan carton box, maka barang akan berbentuk kotak, sehingga dapat dimungkinkan untuk penentuan posisi permukaan barang dengan 6 posisi. Dapat di ilustrasikan dengan gambar sebagai berikut :

Gambar 3.2

Kemungkinan posisi permukaan barang di dalam kontainer

Sumber : Pengamatan lapangan di CV. Aryasena Art & Furniture Tahun 2011 (c) T container P container L container L P T (e) T container P container L container L P T (f) T container P container L container T P L (d) T container P container L container L P T (a) T container P container L container L P T (b) T container P container L container L P T


(5)

commit to user

Dari 6 kemungkinan posisi permukaan barang di dalam kontainer, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Posisi barang tidur dengan sisi L x P menempel pada lantai dasar kontainer, dan sisi T x L menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

b) Posisi barang tegak dengan sisi P x T menempel pada lantai dasar kontainer, dan sisi P x L menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

c) Posisi barang berdiri dengan sisi L x T menempel pada lantai dasar kontainer, dan sisi P x L menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

d) Posisi barang tidur dengan sisi P x L menempel pada lantai dasar kontainer, dan sisi P x T menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

e) Posisi barang tegak dengan sisi T x P menempel pada lantai dasar kontainer, dan sisi L x T menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

f) Posisi barang berdiri dengan sisi T x L menempel pada lantai dasar kontainer, dan sisi P x T menempel pada dinding kontainer baik kanan atau kiri.

Jadi, peletakan carton box harus disusun sedemikian rupa (semaksimal mungkin), sehingga dapat memperkecil ruangan yang kosong di dalam kontainer. Sebab diharapkan dengan adanya pengoptimalan pengepakan tersebut, nantinya akan dapat


(6)

commit to user

meningkatkan penghematan biaya pengiriman yang ada selama ini, serta dapat lebih banyak mengangkut barang dalam sekali pengiriman. Secara tidak langsung penghematan biaya pengiriman dapat memberikan hasil yang positif, yaitu harga jual produk dapat lebih murah.