KINERJA KEPALA SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN : Upaya Membangun Manajemen Mutu Terpadu pada SMU Negeri di Kota Bandung.
KINERJA KEPALA SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
(Upaya Membangun Manajemen Mutu Terpadu
pada SMU Negeri di Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikar
Bidang Administrasi Pendidikan
ft
A-
Oleh:
H.M. MUSADIRDJA
MM. 999496
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002
-I
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBMBING:
Pembimbing I
i/7^^,^3^*-*^^^
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.
NIP. 130 321 112
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Pi am'an Satori. M.A.
NIP. 130 367 129
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDD3nCAN
Prof. Dr. H. ^bin Svamsuddin Makmun, M.A
130188J92
ABSTRAK
Masalah penelitian ini adaiah bagaimanakah kinerja kepala
sekolah menengah umum negeri dalam peningkatan mutu
pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mendeskripsikan kinerja kepala sekolah menengah umum negeri
dalam peningkatan mutu pendidikan, sebagai upaya membangun
mutu terpadu pada SMU Negeri di kota Bandung.
Teori-teori yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan
penelitian ini terutama mengenai kinerja kepala sekolah, gaya
kepemimpinan, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, dan total
quality management, dalam kaitannya dengan peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode deskriptif. Data yang terkumpul melalui angket, diolah
dengan komputer melalui program SPSS, dengan rumus regresi,
selanjutnya ditafsirkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima hipotesis kerja yang
diajukan seluruhnya diterima, dan didukung oleh data empirik,
sehingga dapat ditafsirkan bahwa kinerja kepala sekolah, sebagai
pendidik, manajer, administrator, maupun supervisor pendidikan, baik
secara terpisah maupun secara bersama-sama berpengaruh
terhadap mutu pendidikan.
Dari hasil penelitian disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1)
kinerja kepala sekolah sebagai pendidik memberikan pengaruh positif
yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan pada SMU Negeri
di Kota Bandung; (2) Kinerja kepala sekolah sebagai manajer
memberikan pengaruh positif yang besar terhadap peningkatan mutu
pendidikan pada SMU Negeri di Kota Bandung; (3) kinerja kepala
sekolah sebagai administrator memberikan pengaruh positif yang
rendah (kecil) terhadap peningkatan mutu pendidikan pada SMU
Negeri di Kota Bandung; (4) kinerja kepala sekolah sebagai
supervisor memberikan pengaruh positif yang sangat besar terhadap
peningkatan mutu pendidikan pada SMU Negeri di Kota Bandung;
dan (5) kinerja kepala sekolah sebagai pendidik, manajer,
administrator, dan supervisor secara terpadu memberikan pengaruh
positif yang sangat besar terhadap peningkatan mutu pendidikan
pada SMU Negeri di Kota Bandung. Sehubungan dengan itu,
direkomendasikan
kepada
berbagai pihak/lembaga
untuk
meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan sebagai upaya membangun manajemen mutu terpadu.
in
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
i
PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
lii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR 1ST..
DAFTAR GAMBAR
,
viii
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah Penelitian
6
C. Tujuan Penelitian
BAB II
xii
,
9
D. Manfaat Penelitian
10
E. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
10
TINJAUANPUSTAKA
A. Kepemimpinan
16
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah
27
C. Kinerja
34
D. Total Quality Management
E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
BAB III
,..,„...
,
,
,.,.,.,.,.,.,.,
51
55
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
59
B. Metode Penelitian yang Digunakan
59
C. Populasi dan Sampel
63
D. Teknik Pengumpulan Data
65
vni
E. Reliabilitas dan Validitas Instrumen
67
F. Teknik Analisis Data dan Rancangan Uji Hipotesis
74
G. Proses Pengolahan DataMelalui SPSS
82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Analisis Univariate Variabel yang Diteliti
..,.....,.,.. 85
B. Deskripsi Analisis Bivariate tentang Pengaruh Kinerja
Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
C. Rangkumati Hasil Analisis Data
98
D. Pembahasan
BAB V
90
102
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Tmplikasi ,,..,..,
116
.,.,.,.,,,.,
C. Rekomendasi
.
• 118
120
DAFTAR PUSTAKA
124
LAMPTRAN-LAMPIRAN
128
IX
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.1 Skema Kerangka Berpikir .,
Halaman
,...,.,.,...,.,.,...,.,
..,.,.,.,.,.,
, 13
2.1 Kontinum Pengaruh Prosedur Keputusan
24
2.2 KerangkaKonseptual Kinerja Leadership
37
2.3 ManajemenProses Sekolah
46
2.4 Lima Pilar TQM
.,.,.,
,
53
2.5 Model Konstelasi Penelitian
62
3.2 Tahap Pengambilan Sampel
65
4.1 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
101
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
3.1 Operasionalisasi Variabel
61
3.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kepala Sekolah Sebagai Pendidik
3.3 Hasil Uji Reliabilitas Item Kepala Sekolah Sebagai Manajer
,.,.,
69
70
3.4 Hasil Uji Reliabilitas Item Kepala Sekolah
sebagai Administrator
71
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Item Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
72
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Item Peningkatan Mutu Pendidikan
73
XI
DAFTAR LAMPIRAN
Nom or
Hal am an
1. Data Penelitian
129
2. hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
137
2. Hasil Analisis Regresi
141
3. Instrumen Penelitian
145
4. PermohonanIjin Penelitian
152
xn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Later Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) disebutkan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Hal ini dituangkan pula dalam GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 pada Bab m B bagian 10;
dikatakan bahwa misi negara adaiah mewujudkan sistem dan iklim pendidikan
nasional yang demokratis dan bermutu. Arab, kebijakannya di antaranya adaiah
mengupayakan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai suatu sistem, Pendidikan Nasional
haruslah dikelola dengan tepat agar dapat melaksanakan fungsi, misi dan
kebijakan tersebut.
Berkenaan dengan pengelolaan Pendidikan Nasional, Tilaar (1994: 11)
mengemukakan bahwa manajemen sistem pendidikan nasional merupakan suatu
proses sosial yang direkayasa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara
efektif dan efisien dengan mengikutsertakan, kerjasama serta partisipasi seluruh
masyarakat. Fungsi, misi dan kebijakan pendidikan nasional untuk menghasilkan
sumber daya manusia (SDM) yang bermutu memerlukan pengelola sistem
pendidikan secara keseluruhan dan berorientasi kepada mutu ini dikenal dengan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT). Istilah itu sendiri telah lebih populer dalam
dunia bisnis dan industri dengan istilah Total Quality Management (TQM),
Dari hasil observasi lapangan, berdasarkan indikator yang ada, yaitu dari
pencapaian hasil belajar siswa yang masih rendah dalam evaluasi belajar tahap
akhir nasional (EBTANAS), dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan pada
tingkat SMU di Kota Bandung masih periu ditingkatkan. Upaya peningkatan mutu
ini harus melibatkan semua pihak, dimulai dari perbaikan manajemen sekolah di
bawah kendali Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah dituntut mempunyai kemampuan: (a) memandang bahwa
sumber daya manusia yang ada adaiah guna menyediakan fasilitas, sarana, dan
prasarana serta memberikan motivasi bagi guru, (b) mencurahkan banyak waktu
untuk pengelolaan dan koordinasi proses belajar mengajar, dan (c) berkomunikasi
secara teratur dengan staf, orangtua, siswa dan anggota masyarakat lainnya.
Berdasarkan kondisi persekolahan di Indonesia, dapat diklasifikasikan
sekolah yang maju, sedang dan kurang. Demikian pula di Kota Bandung,
pengklasifikasian tersebut dapat berlaku, sehingga diperkirakan ada tiga tingkatan
model sekolah, yaitu sekolah yang dapat memberlakukan manajemen mutu
terpadu secara penuh, sekolah dengan manajemen mum terpadu sedang, dan
sekolah dengan manajemen mutu terpadu secara minimal. Kriteria dari masingmasing tingkatan tersebut ditentukan oleh sejumlah indikator.
Satori (1999: 5) mengemukakan bahwa aspek penting yang turut
membentuk budaya sekolah adaiah kepemimpinan sekolah. Kepemimpinan
sekolah yang efektif merupakan sumber nilai dan semangat, sumber tatanan dan
3
perilaku kelembagaan yang berorientasi ke arah dan sejalan dengan pencapaian
visi serta misi sekolah,
Peran kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan refleksi dari kemampuan
dan keterampilan manajerial, sehingga secara fisik dan psikologis dapat dilihat
dan dirasakan oleh semua pihak yang terkait, baik guru, pustakawan, laboran,
teknisi dan tenaga administrasi sebagai pelanggan internal, maupun siswa,
orangtua, pemerintah dan masyarakat sebagai pelanggan eksternal yang
merupakan pelanggan primer dan sekunder serta pemakai atau penerima lulusan
(perguruan tinggi dan dunia usaha) yang merupakan pelanggan terties.
Sejalan dengan konsep Manajemen Mutu Terpadu, Kepala Sekolah diberi
kebebasan dalam pengelolaan sekolahnya sebagai penghasil jasapendidikan, yaitu
dengan dimulainya pelaksanaan desentralisasi pendidikan pada tahun 2001
dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah {School Based Management)
yang pada akhirnya memberikan otonomi sepenuhnya kepada Kepala Sekolah
untuk melaksanakan segala upaya perbaikan mutu pendidikan di sekolahnya.
Keberadaan Kepala Sekolah yang memimpin, mempunyai latar belakang
pendidikan, pengalaman dan masa kerja yang bervariasi dari persyaratan minimal
dan maksimal. Secara formal, Kepala Sekolah adaiah guru yang diberi tugas
tambahan dalam menyelenggarakan pendidikan di lingkungannya.
Dari sejumlah pengamatan terhadap beberapa SMU Negeri yang ada di
kota Bandung menunjukkan penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan
SMU Negeri yang ada di kabupaten. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya adaiah kepemimpinan Kepala Sekolahnya dalam mengoptimalkan
sumber-sumber daya yang ada sebagai potensi kekuatan yang dapat meningkatkan
penampilannya,
Jacobson (1973: 19) mengemukakan bahwa: "The leader behaviour school
principal is one determinant ofthe ability a school to attaint its stated educational
goals". Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap tingkah laku Kepala Sekolah
sebagai pemimpin pendidikan diarahkan untuk membantu pencapaian tujuan
pendidikan, sehingga kemampuan Kepala Sekolah dapat menciptakan inovasi dan
perubahan-perubahan di sekolah.
Menyinggung soal peran kepemimpinan Kepala Sekolah lebih dalam lagi
dengan melihat pada segi dan fungsi tugasnya. Malcom dan Knowles yang dikutip
oleh Abdurrahman, mengemukakan sebagai berikut.
1. Pemimpin
membantu
menciptakan
suatu
iklim
sosial
yang
dapat
mengembangkan suatu kepribadian kelompok yang antara lain dikarakterisir
dengan adanya suatu kesatuan yang demokratis dan tanggung jawab bersama,
2.
Pemimpin membantu supaya kelompok mengorganisir dirinya sendiri dengan
memberikan bantuan dalam menentukan atau memberikan kejelasankejelasan dari tujuan-tujuan dan membantu orang mengenal masing-masing
tugas dalam rangka tujuan yang ditentukan itu,
3.
Pemimpin membantu kelompok untuk menentukan prosedur-prosedur kerja
yang tepat untuk mendapatkan efisiensi dalam pelaksanaan.
4.
Pemimpin mengusahakan dan bertanggung jawab bahwa pengambilan
keputusan selalu dibuat bersama-sama dengan kelompok, dengan usaha mana
ia mengakui bahwa kelompok mempunyai hak untuk membuat kesalahan dan
dengan demikian dapat mencapai kedewasan oleh karena kelompok itu
bertanggungjawab sepenuhnya atas keputusan yang diambilnya,
5. Pemimpin membantu anggota kelompok untuk belajar dari pengalamanpengalaman dengan melatih mereka mengerjakan pekerjaannya.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka seorang pemimpin memiliki
sejumlah fungsi yang harus direalisasikan dalam perannya, Dengan demikian,
kepemimpinan adaiah sejumlah kemampuan untuk mewujudkan perannya sebagai
seorang pemimpin. Terdapat sejumlah aspek berkaitan dengan kepemimpinan
Kepala Sekolah, yaitu: kemampuan memotivasi, kemampuan dalam mengambil
keputusan, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan mengkoordinasi.
Lipham (1993:39) mengemukakan bahwa: "The importance of leadership
in the process of innovation and change within an educational organizations is
widely a knowledged". Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting
untuk terjadinya inovasi dan perubahan di sekolah.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa peranan dan fungsi Kepala
Sekolah sangat penting dalam rangka perubahan, serta pembaharuan di sekolah
dan lingkungannya yang akan mengarah kepada peningkatan mutu pendidikan.
Pengkajian terhadap upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan masih menjadi suatu persoalan, bahkan tidak terlepas dari keterkaitan
yang ada, yaitu dari proses pemilihan calon Kepala Sekolah, penempatan, serta
kemampuan dan keterampilan dalam mengelola dan memimpin sekolah.
B. Masalah Penelitian
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, kepemimpinan Kepala Sekolah
sangatlah kompleks dari pengelolaan sumber daya baik ketenagaan, sarana
prasarana serta keuangan, proses belajar mengajar, pengelolaan lingkungan
sekolah dan berbagai kegiatan lainnya, baik yang menyangkut di dalam sekolah
maupun di luar sekolah. Dengan demikian,
secara rutinitas Kepala Sekolah
tampak berorientasi kepada tugas administratif, sehingga kebutuhan dan
pembinaan keahliannya sering terabaikan.
Selama ini telah terjadi refleksi kekuasaan dari pejabat pendidikan yang
sentralistik, Kepala Sekolah juga tidak dapat dihindarkan dari suatu pola
kepemimpinan yang selalu menunggu petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk
teknis (juknis), sehingga kurang dapat menumbuhkembangkan sikap mandiri dan
demokratis.
Lazaruth (1987: 60) mengemukakan dua alasan yang merupakan peran
Kepala Sekolah, yaitu (1) berkewajiban memelihara hubungan kerjasama dengan
guru, personil lain, siswa dan orangtua, (2) mempunyai pengaruh yang langsung
terhadap program pengajaran, rencana dan pelaksanaan pendidikan.
Dalam rangka mengkaji kinerja Kepala Sekolah, antara lain dapat dilihat
dari lima key areas (bidang pokok) peningkatan mutu pendidikan, yaitu (1) the
curriculum, (2) the role of teachers, (3) school organization, (4) assesment,
appraisal and monitoring, (5) resources.
Bertolak dari uraian tersebut, maka dipandang periu adanya suatu uraian
analisis ilmiah dan pengujian konseptual mengenai kinerja Kepala Sekolah
7
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu peneliti mencoba
mengidentifikasi perilaku dan penampilan Kepala Sekolah dengan menganalisis
pengaruhnya terhadap kinerja dalam rangka penerapan manajemen mutu terpadu.
Sehubungan dengan itu, dalam penelitian ini perumusan masalahnya
sebagai berikut: "Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam upaya peningkatan
mutupendidikanpada SMU Negeri di Kota Bandung".
Mengingat masalah tersebut sangat luas, maka selanjutnya dirinci menjadi
pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam hal pengelolaan:
a.
Siswa
b.
Kurikulum
c. Sarana-prasarana
d. Anggaran
e. Hubungan masyarakat
2. Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam bidang organisasi:
a. Pengaturan tugas
b.
Kesesuaian
c. Pengawasan (span ofcontrol)
3.
Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam bidang selfassesment dan internal
monitoring:
a. Supervisi
b.
Evaluasi
Mengingat pennasalahan yang akan diungkapkan sangat luas
mendapatkan hasil yang rasional, aplikatif dan ilmiah, maka periu adanya
pembatasan masalah yakni sebagai berikut:
-
Kinerja Kepala Sekolah digunakan indikator yang dikembangkan oleh
Depdiknas yang meliputi komponen; Educator, Manager, Administrator, dan
Supervisor.
-
Wilayah penelitian di lingkungan Sekolah Menengah Umum Negeri yang ada
di Kota Bandung.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, selanjutnya dikemukakan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMU Negeri di Kota Bandung?
2. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai manajer terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMU Negeri di Kota Bandung?
3. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai administrator
terhadap peningkatan mutu pendidikan
dalam konteks manajemen mutu
terpadu pada SMU Negeri di Kota Bandung?
4. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMU Negeri di Kota Bandung?
5. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik, manajer,
administrator dan supervisor secara bersama-sama terhadap peningkatan mutu
pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada SMU Negeri di
Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adaiah untuk menemukan gambaran
tentang kinerja Kepala Sekolah di SMU Negeri dalam konteks manajemen mutu
terpadu pada SMU Negeri diKota Bandung.
Secara khusus tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut
1. Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMUNegeri di Kota Bandung.
2. Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai manajer terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMU Negeri di Kota Bandung.
3. Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai administrator
terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu
terpadu pada SMU Negeri di Kota Bandung.
4. Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor
terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu
terpadu pada SMU Negeri di Kota Bandung.
*^END«v£l*
V-
5 Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik'jAn^^S'iS^
administrator dan supervisor secara bersama-sama terhadap peningkatan niuTO
pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada SMU Negeri di
Kota Bandung?
D. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, sebagai berikut.
1. Bagi pengembangan model kepemimpinan, karena diangkat dari kondisi
objektif di lapangan sehingga penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
pengembangan model kepemimpinan berikutnya.
2. Bagi Kepala Sekolah, dengan mengetahui karakteristik, kemampuan dan
kinerjanya, yaitu tumbuhnya budaya quality control dan quality assurance.
3. Bagi dunia penelitian dan peneliti sendiri, penelitian ini dapat menjadi dasar
bagi penelitian lanjutan terhadap aspek lainnya yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Umum.
E. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Dalam memasuki abad millenium ketiga, kita akan dihadapkan dengan
berbagai gejala ketidakpastian, yang merupakan suatu indikasinya adaiah bentuk
persaingan antara suatu organisasi perekonomian dalam merebut pangsa pasar di
berbagai belahan dunia. Dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan
persaingan, maka organisasi harus dapat merespon sesuai dengan tuntutan
masyarakat luas yang disebabkan oleh perubahan yang sangat cepat. Sehingga
tiang utama dalam menghadapi hal ini adaiah peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui jalur pendidikan.
Salah satu pendekatan yang periu menjadi perhatian setiap organisasi
sekarang ini adaiah, strategi Total Quality Management atau Manajemen Mutu
Terpadu (MMT). Inti startegi ini adaiah usaha sistematis dan terkoordinasi untuk
secara terus-menerus memperbaiki kualitas pelayanan, sehingga fokusnya
diarahkan ke pelanggan dalam hal ini siswa, orangtua siswa, pemakai lulusan,
gum, karyawan, pemerintah dan masyarakat,
Ada lima sifat layanan yang harus diwujudkan agar pelanggan puas
meliputi :
-
Keterpercayaan (reliability); layanan sesuai dengan yang dijanjikan.
-
Keterjaminan (assurance); mampu menjamin kualitas layanan yang diberikan,
-
Penampilan (tangible); situasi sekolah tampak baik.
-
Perhatian (emphaty); memberikan perhatian penuh kepada pelanggan.
-
Ketanggapan (responsiveness); cepat tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
Dari sifat layanan tersebut di atas, maka Kepala Sekolah dapat mengambil
langkah dalam penerapannya, yaitu dengan:
-
Mengambil pola pikir dari sekolah sebagai unit produksi menjadi unit layanan
jasa.
-
Fokus perhatian diletakkan pada proses secara sistemik.
-
Pemikiran j angka panjang.
12
-
Komitmen kepada mutu.
-
Mementingkan pengembangan sumber dayamanusia.
Mutu pendidikan merupakan kajian yang unik dan rumit, mengingat dalam
prosesnya sangat kompleks. Persoalan mutu pendidikan dapat dilihat dari mutu
proses layanan jasa, sedangkan mutu produk tidak seluruhnya hasil proses
pembelajaran. Oleh karena itu produk pendidikan merupakan jasa pendidikan.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan pada Sekolah Menengah Umum yakni melalui kegiatan pemlaian
kinerja sekolah, dimana indikator keberhasilannya terdiri dari delapan komponen
yang dinilai dengan berbagai aspek indikator kinerja sekolah yang meliputi;
a. Ketercapaian tujuan;
b. Organisasi dan manajemen;
c. Kegiatan belajar mengajar (KBM);
d. Tenaga kependidikan;
e. Lingkungan sekolah;
f.
Fasilitas sekolah;
g. Kesiswaan;
h, Hubungan kerjasama sekolah.
Kinerja merupakan suatu hasil yang diperoleh seseorang pekerja
didasarkan atas kerja aktual sesuai dengan peran dan fungsi jabatannya. Setiap
pekerja akan sangat beraneka ragam dalam melaksanakan tugasnya, tetapi
walaupun demikian ada standar-standar tertentu yang akan dikerjakan sehingga
akan dapat mencapai kesamaan.
Walker (1992: 258) menyampaikan bahwa kinerja tidak dapat dipisahkan
dari perilaku pekerja berkenaan dengan motivasi, kemampuan berpikir dan
keterampilan dari jabatan yang diembannya, tetapi diharapkan perilaku yang akan
mengarah pada terbentuknya kinerja yang sesuai dengan kriteria dan standar.
Uraian tersebut memperlihatkan adanya saling keterkaitan antara kinerja
dan proses layanan yang digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut:
- it' *ff''M*s jj*?^'.'^}' j'H M\&t.4f\ y$Y> $$&$$•• !**"L:"•*-" •-
FAKTA LAPANGAN
TUNTUTAN
STAKEHOLDER
Prestasi lulusan rendah
Prestasi sekolah rendah
Terwujudnya penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu
^
PERILAKU
Kinerja Kepala Sekolah
KEPEMIMPINAN
Motivasi
Pengambilan keputusan
3
untuk meningkatkan mutu
pendidikan di SMU ?
Komunikasi
- Bidang tugas pengelolaan sekolah
- Bidang pengelolaan organisasi
- Bidang Self Assesment dan Internal Monitoring
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
PADA SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI
DT KOTA BANDUNG
Gam bar 1.1 Skema Kerangka Berpikir
i
14
2. Hipotesis
Dalam penelitian ini, penulis bertolak dari postulat sebagai berikut:
a. Kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
b. Kinerja
Kepala
Sekolah sebagai manajer berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
c. Kinerja Kepala Sekolah sebagai administrator berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
d. Kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
Adapun hipotesis yang diajukan adaiah:
a. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik
terhadap peningkatan mum pendidikan. Dengan kata lain, makin baik
kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik, maka makin baik pula
peningkatan mutu pendidikan.
b. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai manajer
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan kata lain, makin baik
kinerja Kepala Sekolah sebagai manajer, maka makin baik pula
peningkatan mutu pendidikan.
c. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai administrator
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan kata lain, makin baik
kinerja Kepala Sekolah sebagai administartor, maka makin baik pula
peningkatan mutu pendidikan.
15
d. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan kata lain, makin baik
kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor, makin baik pula peningkatan
mutu pendidikan.
e. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik,
manajer, administrator dan supervisor secara bersama-sama terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini, bertitik tolak dari suatu persoalan manajerial pada
persekolahan khususnya di SMU Negeri, dipandang dari teori serta konsep
berkenaan dengan kinerja maka diduga akan berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pendidikan. Objek yang diindentifikasi merapakan informasi umum dan
karakteristik manajerial SMU Negeri yang ada di kota Bandung. Informasi
diindentifikasi dari aktivitas kepala sekolah dalam tagas sehari-hari dipandang
dari dimensi kepemimpinannya.
B. Metode Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian digunakan dengan tujuan untuk dapat mengungkapkan
permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian mengenai kinerja Kepala Sekolah
Menengah Umum Negeri dalam peningkatan mutu pendidikan ini digunakan
metode deskriptifkuantitatif.
Metode deskriptif, menurut Nazir (1985:65) adaiah suatu metode untuk
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, serta kondisi dan sistem
pemikiran pada masa sekarang. Tujuannya adaiah membuat gambaran secara
sistematis, faktaal dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diteliti.
59
60
Metode kuantitatif dilakukan melalui pendekatan korelasional yang
digunakan untuk proses pengujian atas hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu
sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya.
Metode penelitian yang digunakan ini diharapkan mampu mengungkapkan
permasalahan yang diteliti secara sistematis, sehingga dapat diperoleh kebenaran
atas permasalahan yang diteliti.
1. Operasionalisasi Variabel
Variabel-variabel yang akan diteliti dindentifikasi berdasarkan tujuan
penelitian, studi pustaka mengenai kinerja kepala sekolah dalam peningkatan
muta pendidikan yang pada dasarnya kinerja kepala sekolah dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Dalam penelitian ini difokuskan kepada perilaku kepemimpinan
dari kepala sekolah.
Variabel penelitian ini terbagi ke dalamduajenis, yaitu:
1. Variabel bebas atau variabel pengaruh (independent variable), yaitu Kinerja
Kepala Sekolah.
2. Variabel terikat atau variabel terpengaruh (dependent variable), yaitu Mutu
Pendidikan.
Variabel-variabel penelitian tersebut secara operasional dapat dipaparkan
sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
OPERASIONALISASI VARIABEL
Variabel
1. Kinerja Kepala
Sekolah sebagai
Pendidik (X,)
Kinerja
Kepala
Sekolah
(X)
Indikatoi
Subvariabel
2. Kinerja Kepala
Sekolah sebagai
Manajer (X2)
membimbing guru
membimbing karyawan
mengembangkan staf
mengikuti perkembangan Iptek
memberi contoh mengajar
menyusun program
menyusun organisasi/personalia
menggerakkan staf
mengoptimalkan sumberdaya sekolah
3. Kinerja Kepala
Sekolah sebagai
Administrator (X3)
mengelola KBM dan BK
mengelola administrasi siswa
mengelola administrasi ketenagaan
mengelola
administrasi
saranaprasarana
mengelola administrasi kearsipan
4. Kinerja Kepala
Sekolah sebagai
Supervisor (X4)
1. Peningkatan Mutu
Pendidikan melalui
Pengelolaan
menyusun program supervisi
melaksanakan supervisi
memanfaatkan hasil supervisi
siswa
kurikulum
sarana-prasarana
anggaran
hubungan masyarakat
2. Peningkatan Mutu
Mutu
pengaturan tugas
Pendidikan
Pendidikan melalui
kesesuaian
(Y)
Penataan Organisasi
Peningkatan Mutu
pengawasan
Pendidikan melalui
evaluasi program sekolah
supervisi pengajaran
SelfAssesment/
Internal Monitoring
Dari operasionalisasi variabel di atas, teriihat bahwa variabel bebas dalam
penelitian ini terdiri dari empat variabel yakni Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Pendidik (Xi), Kinerja Kepala Sekolah sebagai Manajer (X2), Kinerja Kepala
62
Sekolah sebagai Administrator (X3) dan Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Supervisor (X4). Sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adaiah
Peningkatan MutuPendidikan. Keterikatan antara variabel-variabel tersebut dapat
digambarkan melalui bagan berikut.
1—>
Xi
\('x1,y)
—•
x2
(Ix1x2x3x4,y/
**-^
Y
—•
X3
—•
x4
y = P,i+Pi^i+Si
"-^^rX3,y) /
; '=1,2.3,4
Gambar 3.1 Model Konstelasi Penelitian
Keterangan:
Xi
: Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik
X2
: Kinerja Kepala Sekolah sebagai Manajer
X3
: Kinerja Kepala Sekolah sebagai Administrator
X4
: Kinerja Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Y
: Peningkatan Muta Pendidikan
rxiy
: besamya pengaruh xj terhadap y
(1)
63
rX2,y
: besarnya pengaruh x2 terhadap y
rX3;y
: besarnya pengaruh X3 terhadap y
rX4jV
: besarnya pengaruh X4 terhadap y
rxix2x3,x4,y : besarnya pengaruh xi, x2, X3 danx4 secara bersama-sama terhadap y
2. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh, selaras dengan operasionalisasi variabel baik ditinjau
dari ukuran dan skala, maupun jenisnya. Maka data ini dapat dikelompokkan pada
data jenis data deskrit kontinu. Oleh sebab ita setiap data yang diperoleh terlebih
dahulu diklasifikasi dan diolah menjadi satu kelas data interval.
Sumber data dalam penelitian ini, diambil dari sumbernya dengan dua cara
yaitu, langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) sebagai informasi
tambahan atau pelengkap yang diambil dari pihak-pihak berwenang dan
kompeten.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adaiah semua unit analisis yang ingin diteliti dalam suatu
penelitian, baik lembaga atau institusi maupun dalam wuiud manusia. Sugiyono
(1997:57), menyatakan bahwa: "Populasi adaiah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan."
64
Populasi penelitian ini adaiah guru SMU Negeri di lingkungan kota
Bandung. Adapun keseluruhan dari populasi tersebut diklasifikasi pada tingkat
distribusi wilayah Barat, Utara, Timur dan Selatan.
2. Sampel
Sampel adaiah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 1997:57), Penentuan sampel sebagai responden penelitian
menggunakan pendekatan statistik dengan rancangan sampel Master bertahap
ganda (Multi Stage Cluster Sample). Oleh sebab itu diperiukan pengambilan
sampel tertentu secara bertahap, Secara lebih jelas, penentuan sampel sebagai
responden di wilayah yang akan diteliti yakni di Kota Bandung dapat diuraikan
sebagai berikut:
Dari keempat wilayah di Kota Bandung (Barat, Utara, Timur dan Selatan),
diambil masing-masing dua SMUN sebagai sampel secara acak (random), dimana
ditentukan untuk tiap-tiapwilayah adaiah sebagai berikut:
-
Bandung Barat: SMUN 2 dan 9
-
Bandung Utara : SMUN 1 dan 20
-
Bandung Timur : SMUN 22 dan 24
-
Bandung Selatan : SMUN 7 dan 11
Selanjutnya dari masing-masing SMUN yang dijadikan sampel penelitian
dipilih tiga orang gura sebagai responden, kecuali untuk SMUN 1 yakni sejumlah
empat orang. Dengan demikian didapatkan jumlah sampel sebagai responden
65
sebanyak 25 orang guru. Tahap pengambilan sampel tersebut secara skematis
dapat digambarkan sebagai berikut.
KOTA
BANDUNG
BANDUNG
BARAT
BANDUNG
TIMUR
BANDUNG
UTARA
SMUN
SMUN
SMUN
2
9
1
SMUN
20
SMUN
22
SMUN
24
3
orang
3
orang
4
orang
3
orang
3
orang
3
orang
BANDUNG
SELATAN
SMUN
SMUN
7
11
3
3
orang
orang
25
ORANG
Gambar 3,2 Tahap Pengambilan Sampel
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang
berkaitan dengan penelitian, maka diperiukan suatu teknik pengumpulan data.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adaiah
sebagai berikut:
66
1. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan, yaitu upaya untuk memperoleh keterangan ilmiah yang
bersumber dari buku-buku karya para ahli, dokumen-dokumen, karya ilmiah
dan Iain-lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2, Studi Lapangan
Studi lapangan merapakan penelitian yang dilakukan secara langsung ke
lapangan. Dalam penelitian ini, studi lapangan dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan kuesioner/angket. Dari tiga metode tersebut, dalam
pelaksanaannya kuesioner/angket merapakan alat pengumpul datayang paling
utama.
a. Observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kondisi nyata objek dan kegiatan yang
dilakukan.
b. Wawancara, penulis melakukan wawancara secara langsung dengan para
pelaku yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti guna
mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh dari observasi ataupun
dokumen. Untuk keperluan wawancara tersebut digunakan instrumen
penelitian berupa pedoman wawancara,
c. Kuesioner/angket,
yaitu suata
metode
pengumpulan
data yang
dilaksanakan dengan penyebaran kuesioner/angket, dimana penulis
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan alternatif
jawaban yang sudah tersedia.
T1
T
67
/."
E. Reliabilitas dan Validitas Instrumen
Reliabilitas instrumen penelitian dihitung dengan metode parohan (split-
halfmethod), dengan cara mengkorelasikan item-item yang bernomor genap dan
ganjil, sehingga diperoleh satu angka r (reliabilitas) (Kerlinger, dalam Arikunto,
1989). Angka r hasil perhitungan tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga
kritik atau r tabel, apabila r hitung lebih besar dari r tabel, maka dapat dinyatakan
bahwa instrumen tersebut reliable. Dengan N 25 pada derajat kepercayaan 95%
diperoleh harga r tabel sebesar0,396. Hal ini dapatjuga dilakukandengan melihat
Cronbach Alpha, apabila mendekati 1 berarti reliable. Sedangkan uji validitas
instrumen digunakan perhitungan dengan menggunakan ramus product moment,
untuk mengetahui korelasi antara setiap item dengan skor total. Dalam
pelaksanaannya, perhitungan validitas dan reliabilitas ini dilakukan melalui
pesawat komputer, melalui SPSS dan Microsoft Excel.
1. Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
koefisien reliabilitas setiap
kelompok instrumen penelitian sebagai berikut.
a. Koefisien reliabilitas untuk instrumen kinerja kepala sekolah sebagai pendidik
adaiah r^t = 0,649 > 0,396 rtab, dengan Cronbach Alpha: 0,925. Hal tersebut
berarti bahwa instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel.
b. Koefisien reliabilitas untuk instrumen kinerja kepala sekolah sebagai manajer
adaiah rhlt = 0,490 > 0,396 rtab, dengan Cronbach Alpha: 0,868. Hal tersebut
berarti bahwa instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel.
68
c. Koefisien reliabilitas untuk instrumen kinerja kepala sekolah sebagai
administrator adaiah rhit = 0,730 > 0,396 rtab, dengan Cronbach Alpha: 0,942.
Hal tersebut berarti bahwa instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel.
d. Koefisien reliabilitas untuk instrumen kinerja kepala sekolah sebagai
supervisor adaiah rWt = 0,573 > 0,396 rtab> dengan Cronbach Alpha: 0,920. Hal
tersebut berarti bahwa instrumentersebut dapat dinyatakanreliabel.
e. Koefisien reliabilitas untuk instrumen peningkatan muta pendidikan adaiah r^t
= 0,545 > 0,396 r^b, dengan Cronbach Alpha: 0,888. Hal tersebut berarti bahwa
instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel,
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa seluruh instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kinerja kepala
sekolah dalam peningkatan muta pendidikan reliable.
2. Hasil Uji Validitas
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa uji validitas dihitang
dengan menggunakan ramus product moment. Selanjutnya untuk mengetahui
derajat keterandalan dari setiap koefisien korelasi (r) yang diperoleh ditafsirkan
dengan berpedoman pada pendapat Snhino (1987-11 5^ sebapai heriknt
Kurang dari 0,20 : hampir tidak ada
0,20 - 0,40
: derajat keterandalan rendah
0,40 - 0,70
: derajat keterandalan sedang
0,70 - 0,90
: derajat keterandalan tinggi
0,90 - 1,00
: derajat keterandalan tinggi sekali
69
Adapun hasil uji reliabilitas untuk masing-masing instramen disajikan
pada tabel 3.2 sampai dengan tabel 3,6 sebagai berikut.
Tabel 3.2
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENDIDIK
No
Item
Koef
Derajat
Validitas
Keterandalan
1
0,63
sedang
0
0,71
tinggi
3.
3
0,78
tinggi
4.
4
0,84
tinggi
5.
5
0,59
sedang
6.
6
0,83
tinggi
7.
7
0,78
tinggi
8.
8
0,47
sedang
9.
9
0,52
sedang
10.
10
0,83
tinggi
11.
11
0,83
tinggi
12
12
0,72
tinggi
ij
0,56
sedang
14.
14
0,72
tinggi
15.
15
0,72
tinggi
1.
Dari tabel di atas, nampak bahwa koefisien validitas item instrumen
kepala sekolah sebagai pendidik berada pada derajat keterandalan sedang (lima
item) dan tinggi (10 item). Dengan demikian instrumen tersebut dapat dinyatakan
valid, dan dapat langsung digunakan sebagai alat pengukur data.
70
Tabel 3.3
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MANAJER
No
Item
Koef
Derajat
validitas
Keterandalan
1.
1
0,55
Sedang
2.
2
0,56
Sedang
3.
3
0,56
Sedang
4.
4
0,58
sedang
5
5
0,51
sedang
6.
6
0,63
sedang
7.
7
0,65
sedang
8.
8
0,78
tinggi
9.
9
0,80
tinggi
10.
10
0,63
sedang
11.
11
0,63
sedang
12
12
0,65
sedang
13
13
0,57
sedang
14.
14
0,54
sedang
15.
15
0,83
tinggi
Dari tabel di atas, nampak bahwa koefisien validitas item instramen
kepala sekolah sebagai manajer beradapadaderajatketerandalan sedang (12 item)
dan tinggi (tiga item). Dengan demikian instrumen tersebut dapat dinyatakan
valid, dan dapat langsungdigunakan sebagai alat pengukur data
71
Tabel 3.4
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR
No
Item
Koef
Derajat
validitas
Keterandalan
1.
1
0,80
tinggi
2.
2
0,80
tinggi
3.
3
0,39
rendah
4.
4
0,83
tinggi
5.
5
0,65
sedang
6.
6
0,86
tinggi
7.
7
0,65
sedang
8.
8
0,86
tinggi
9.
9
0,81
tinggi
10.
10
0,65
sedang
11.
11
0,81
tinggi
12
12
0,42
sedang
13
13
0,54
sedang
14.
14
0,75
sedang
15.
15
0,84
tinggi
Dari tabel di atas, nampak bahwa koefisien validitas item instramen
kepala sekolah sebagai administrator berada pada derajat keterandalan sedang
(enam item), tinggi (delapan item), dan rendah (satu item). Dengan demikian
instrumen tersebut dapat dinyatakan valid, dan dapat langsung digunakan sebagai
alat pengukur data. Meskipun demikian, terhadap butir item yang memiliki derajat
keterandalan rendah terlebih dahulu diadakan perbaikan.
72
Tabel 3.5
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR
No
Item
Koef
Derajat
validitas
Keterandalan
1.
1
0,84
tinggi
2.
2
0,94
tinggi
3.
3
0,87
tinggi
4.
4
0,87
tinggi
5.
5
0,75
sedang
6.
6
0,81
tinggi
7.
7
0,75
sedang
8.
8
0,74
tinggi
9.
9
0,76
tinggi
10.
10
0,88
tinggi
Dari tabel di atas, nampak bahwa koefisien validitas item instramen
kepala sekolah sebagai supervisor berada pada derajat keterandalan sedang (dua
item) dan tinggi (delapan item). Dengan demikian instramen tersebut dapat
dinyatakan valid, dan dapat langsung digunakan sebagai alat pengukur data.
Selanjutnya, dalam Tabel 3.6 di bawah ini, nampak bahwa koefisien
validitas item instramen
peningkatan muta pendidikan berada pada derajat
keterandalan sedang (tiga item), tinggi (lima item), dan sangat tinggi (tujuh item).
Dengan demikian instrumen tersebut dapat dinyatakan valid, dan dapat langsung
digunakan sebagai alat pengukur data.
73
Tabel 3.6
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
No
Item
Koef
Derajat
validitas
Keterandalan
1.
1
0,91
sangat tinggi
2.
2
0,91
sangat tinggi
3.
3
0,81
tinggi
4.
4
0,81
tinggi
5.
5
0,91
sangat tinggi
6.
6
0,58
sedang
7.
7
0,72
tinggi
8.
8
0,72
tinggi
9.
9
0,55
sedang
10.
10
0,83
tinggi
11.
11
0,57
tinggi
12
12
0,76
tinggi
13
13
0,74
sedang
14.
14
0,90
sangat tinggi
15.
15
0,90
sangat tinggi
Secara umum dapat dinyatakan bahwa seluruh item instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini layak (valid dan reliable) untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data tentang kinerja kepala sekolah menengah umum negeri
dalam peningkatan muta pendidikan (upaya membangun muta terpadu pada SMU
Negeri di kota Bandung).
74
F. Teknik Analisis Data dan Rancangan Uji Hipotesis
1. Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya dianalisis. Tahap ini merupakan
tahapyang sangat penting dan sangat menentukan. Padatahap analisis, data diolah
serta diproses menjadi kelompok-kelompok, diklasifikasikan, dikategorikan dan
dimanfaatkan untuk memperoleh kebenaran sebagai jawaban dari masalahmasalahdalam hipotesis yangdiajukandalam penelitian.
Penelitian yang dilakukan ini bermaksud untuk mengungkapkan adanya
hubungan/pengarah antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel
terikat (dependent variable). Dalam statistika, metode analisis yang sesuai dengan
permasalahan tersebut adaiah analisis regresi, dimana satu variabel terikat
dipengaruhi oleh beberapa variabel bebasnya.
Variabel bebas adaiah variabel yang memberikan pengaruh pada variabel
terikat, sehingga variabel terikat tidak mungkin akan muncul tanpa adanya
variabel bebas. Variabel terikat adaiah variabel yang diasumsikan hanya muncul
karena pengaruh variabel bebas tersebut. Pada bagian sebelumnya telah
ditentukan bahwa variabel terikat pada penelitian ini adaiah Peningkatan Mutu
Pendidikan (Y) sedangkan variabel bebasnva adaiah Kineria Keoala Sekolah vane
meliputi Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Xi), Kinerja Kepala Sekolah
sebagai Manajer (X2), Kinerja Kepala Sekolah sebagai Administrator (X3) dan
Kinerja Kepala Sekolah sebagai Supervisor (X4).
75
Secara matematis, hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dan
masing-masing variabel-variabel bebas Xu X2, ,,., Xk dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Y= pQi+piXi+£i ; /= 1,2,3,4
(l)
Persamaan di atas disebut dengan model regresi linier midtipel (Berganda).
Dikatakan linier karena semua variabel yang terlibat pangkataya sata dan
dikatakan multipel karena variabel bebasnya lebih dari sata. Ada beberapa
tahapan pengerjaan dalam proses analisis regresi linier multipel ini di antaranya:
a. Menghitung b0, bi,,., , bk
Hubungan fungsional antara variabel Y dengan variabel Xi, X2, ... , Xk
dinyatakan dalam persamaan (1). Model persamaan tersebut dinamakan
dengan model populasi, sedangkan model sampelnya adaiah:
Y= b
0/
+b X +£
7
i
i
/ =i,2,3,4
(2)
v '
Keterangan :
bG disebut koefisien intercept yaitu yang menyatakan berapa besarnya
rata-rata Y jika X; = 0
bi sebagai koefisien regresi parsial antara Y atas X{ yang menunjukkan
besarnya perubahan harga rata-rata Y jika Xi berubah persatuan unit.
76
Untuk menghitung nilai-nilai bo, b], ... , bk dapat dihitung atas dasar
"Least Square Method", yaitu dengan mencari hubungan linier variabel
terikat dan bebas yang akan meminimalkan jumlah kuadrat deviasi dari
garis linier yang terbentuk dengan titik-titik yang terobservasi, dan
perhitungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui matriks dan
prosedur Doolittle-Gauss.
b. Pengujian Koefisien Regresi
Hipotesis statistik yang dipergunakan adaiah:
- Ho
: b;= 0, i = 1,2,,.,, k; tidak terdapat pengaruh secara signifikan
- Hi
: bi * 0, i = 1,2,..., k; terdapat pengaruhsecara signifikan
Untuk menguji hipotesis di atas dipergunakan uji t (student) dengan ramus;
b,
'*=y-
(3)
dimana:
e2 n
s;.\2...k
s*l(zvra
(4)
Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adaiah;
-
Tolak Ho jika t; > ttabci dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dengan tingkat
signifikan a = 0,05.
-
Terima Ho jika t; < thitung dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
77
c.
Koefisien Korelasi Parsial Product Moment
Analisis korelasi (correlation analysis), yaitu suatu analisa yang
dipergunakan untuk mengetahui kuatnya korelasi (hubungan) antara variabel
X terhadap variabel Y. Koefisien korelasi (coefficient of correlation), yaitu
suatu nilai yang menjelaskan kuatnya korelasi yang diberi notasi r dan nilainya
berkisar antara -1 < r < 1. Koefisien korelasi = -1 menyatakan korelasi
negatif, r = 0 menyatakan tidak ada korelasi dan r = 1 menyatakan korelasi
positif.
Untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas (X) dengan variabel
terikat (Y) berlaku rumusan koefisien korelasi product moment sebagai
berikut:
n^XJ -£X V7
(5)
[«Z^2-(Z^)2][«Z^2-(En2]
dimana:
r»Y
= koefisien korelasi antara Variabel X dan Y
Xi
= variabel bebas
Y
= variabel terikat
n
= jumlah sampel
d. Koefisien Determinasi (Koefisien Penenta)
Untuk mengukur seberapa besar suatu variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan suatu besaran yang disebut
dengan koefisien determinasi, yang biasanya dinyatakan dalam prosentase (%)
dan dinotasikan dengan R~ yaitu:
78
R' = l-^—>0
X—\
(6)
Tt-7
i=l
dimana;
n
= Jumlah sampel (data pengamatan)
R2 = Koefisien determinasi (koefisien penenta)
Besarnya koefisien determinasi R2 x 100% dapat diinterpretasikan sebagai
besarnya pengaruh variabel-variabel bebas yang ada dalam persamaan
terhadap variabel terikat. Apabila R2 mendekati 100% maka pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat adaiah besar, dan persamaan regresi yang
diperoleh merapakan persamaan yang baik karena dapat menjelaskan variabel
terikat secara kuat, demikian pula sebaliknya apabila R2 mendekati 0%.
e.
Standard Error
Standard error merapakan alat ukur untuk mengetahui besarnya
penyimpangan nilai sebenarnya (Y) terhadap nilai-mlai Y pada garis
regresinya (Yr).
""'•*'
i(Y-Y)2
X>~\ n-k
{"
Selain besarnya koefisien determinasi, standard error dapat dijadikan
ukuran untuk menilai seberapa baik persamaan regresi yang telah diperoleh.
Semakin kecil standard error semakin baik.
79
2. Rancangan Uji Hipotesis
a. Hipotesis Statistik
Penelitian yang dilakukan adaiah untuk menguji:
1. Apakah terdapat pengaruh Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan.
2. Apakah terdapat pengarah Kinerja Kepala Sekolah sebagai Manajer terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan.
3. Apakah terdapat pengaruh Kinerja Kepala Sekolah sebagai Admimstrator
terhadap Peningkatan MutaPendidikan.
4. Apakah terdapat pengarah Kinerja Kepala Sekolah sebagai Supervisor
terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan.
5. Apakah terdapat pengaruh Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik,
Manajer, Administrator dan Supervisor secara bersama-sama terhadap
Peningkatan Muta Pendidikan,
Adapun hipotesis statistik yang akan dilakukan untuk menguji hipotesishipotesis penelitian di atas adaiah:
Hipotesis Statistik I
Ho : Pyxi ^0, Tidak terdapat pengarah positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Pendidik terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hi: pyxi >0,
Terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Pendidik terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hipotesis Statistik II
Ho : pYX2 ^ 0,
tidak terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Manajer
terhadap
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
secara
signifikan
Hi: pyx2 > 0,
terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Manajer
terhadap
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
secara
signifikan
Hipotesis Statistik HI
Ho : Pyx2 ^ 0, tidak terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Administrator terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hi: pyx2 > 0,
terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Adminsitrator terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hipotesis Statistik IV
Ho : pYX2 ^ 0, tidak terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Supervisor terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hi:pyx2>0,
terdapat pengarah positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Supervisor terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
81
Hipotesis Statistik V
Ho:R2 = 0,
tidak terdapat pengaruh Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Pendidik, Manajer, Administrator dan Supervisor secara
bersama-sama terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
Hi :R2 * 0,
terdapat pengarah Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik,
Manajer, Admimstrator dan Supervisor secara bersama-sama
terhadap PeningkatanMutu Pendidikan
b. Statistik Uji
Statistik uji yang dipergunakan untuk menguji hipotesis statistik I, n, HI
dan IV adaiah dengan uji t (student) dengan ramus:
"r\f^
(8)
Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adaiah;
- Tolak Ho jika thitung > Wi dengan derajat kebebasan dk = n - 2 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
- Terima Ho jika Wi < tutung dengan derajat kebebasan dk = n - 2 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
Sedangkan statistik uji yang dipergunakan untuk menguji hipotesis
statistik Vadaiah dengan uji F. Untuk menguji apakah sekumpulan variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat secara signifikan, Nosanchuk dan Erickson
(1977) mengemukakan cara pengujian hipotesis untuk menguji bahwa Ho :R =0
82
terhadap H| : R2 * 0 ; dengan menghitung nilai F yang memiliki rumus sebagai
berikut;
^
F =
R2 (n-k-1
—,
—
(l-R2)(k-l)
(9)
dimana,
k
=
banyaknya koefisien regresi yang ada dalam persamaan tidak termasuk
koefisien intercept,
Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adalah:
-
Tolak Ho jika Fwtung > Ftabei dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
-
Terima Ho jika Fhitung ^ Ftabei dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
G. Proses Pengolahan Data Melalui SPSS for Windows
Pengujian hipotesis dilakukan dengan memanfaatkan pesawat komputer,
melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows, dan
Microsoft Excel, dengan rumus sebagaimana telah dikemukakan di atas.
Proses pengolahan data melalui SPSS for Windows, dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
83
1. Memeriksa data yang telah disusun dalam tabel utama, sesuai dengan
kebutuhan SPSS. Hal ini dilakukan barangkali ada kesalahan ketik/tulis
yang dapat mengganggu proses kerja SPSS.
2. Memasukan data ke dalam SPSS berdasarkan kelompok variabel masingmasing.
3. Menafsirkan hasil pengola
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
(Upaya Membangun Manajemen Mutu Terpadu
pada SMU Negeri di Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikar
Bidang Administrasi Pendidikan
ft
A-
Oleh:
H.M. MUSADIRDJA
MM. 999496
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002
-I
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBMBING:
Pembimbing I
i/7^^,^3^*-*^^^
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.
NIP. 130 321 112
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Pi am'an Satori. M.A.
NIP. 130 367 129
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDD3nCAN
Prof. Dr. H. ^bin Svamsuddin Makmun, M.A
130188J92
ABSTRAK
Masalah penelitian ini adaiah bagaimanakah kinerja kepala
sekolah menengah umum negeri dalam peningkatan mutu
pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mendeskripsikan kinerja kepala sekolah menengah umum negeri
dalam peningkatan mutu pendidikan, sebagai upaya membangun
mutu terpadu pada SMU Negeri di kota Bandung.
Teori-teori yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan
penelitian ini terutama mengenai kinerja kepala sekolah, gaya
kepemimpinan, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, dan total
quality management, dalam kaitannya dengan peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode deskriptif. Data yang terkumpul melalui angket, diolah
dengan komputer melalui program SPSS, dengan rumus regresi,
selanjutnya ditafsirkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima hipotesis kerja yang
diajukan seluruhnya diterima, dan didukung oleh data empirik,
sehingga dapat ditafsirkan bahwa kinerja kepala sekolah, sebagai
pendidik, manajer, administrator, maupun supervisor pendidikan, baik
secara terpisah maupun secara bersama-sama berpengaruh
terhadap mutu pendidikan.
Dari hasil penelitian disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1)
kinerja kepala sekolah sebagai pendidik memberikan pengaruh positif
yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan pada SMU Negeri
di Kota Bandung; (2) Kinerja kepala sekolah sebagai manajer
memberikan pengaruh positif yang besar terhadap peningkatan mutu
pendidikan pada SMU Negeri di Kota Bandung; (3) kinerja kepala
sekolah sebagai administrator memberikan pengaruh positif yang
rendah (kecil) terhadap peningkatan mutu pendidikan pada SMU
Negeri di Kota Bandung; (4) kinerja kepala sekolah sebagai
supervisor memberikan pengaruh positif yang sangat besar terhadap
peningkatan mutu pendidikan pada SMU Negeri di Kota Bandung;
dan (5) kinerja kepala sekolah sebagai pendidik, manajer,
administrator, dan supervisor secara terpadu memberikan pengaruh
positif yang sangat besar terhadap peningkatan mutu pendidikan
pada SMU Negeri di Kota Bandung. Sehubungan dengan itu,
direkomendasikan
kepada
berbagai pihak/lembaga
untuk
meningkatkan kinerja kepala sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan sebagai upaya membangun manajemen mutu terpadu.
in
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
i
PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
lii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR 1ST..
DAFTAR GAMBAR
,
viii
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah Penelitian
6
C. Tujuan Penelitian
BAB II
xii
,
9
D. Manfaat Penelitian
10
E. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
10
TINJAUANPUSTAKA
A. Kepemimpinan
16
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah
27
C. Kinerja
34
D. Total Quality Management
E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
BAB III
,..,„...
,
,
,.,.,.,.,.,.,.,
51
55
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
59
B. Metode Penelitian yang Digunakan
59
C. Populasi dan Sampel
63
D. Teknik Pengumpulan Data
65
vni
E. Reliabilitas dan Validitas Instrumen
67
F. Teknik Analisis Data dan Rancangan Uji Hipotesis
74
G. Proses Pengolahan DataMelalui SPSS
82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Analisis Univariate Variabel yang Diteliti
..,.....,.,.. 85
B. Deskripsi Analisis Bivariate tentang Pengaruh Kinerja
Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
C. Rangkumati Hasil Analisis Data
98
D. Pembahasan
BAB V
90
102
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Tmplikasi ,,..,..,
116
.,.,.,.,,,.,
C. Rekomendasi
.
• 118
120
DAFTAR PUSTAKA
124
LAMPTRAN-LAMPIRAN
128
IX
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.1 Skema Kerangka Berpikir .,
Halaman
,...,.,.,...,.,.,...,.,
..,.,.,.,.,.,
, 13
2.1 Kontinum Pengaruh Prosedur Keputusan
24
2.2 KerangkaKonseptual Kinerja Leadership
37
2.3 ManajemenProses Sekolah
46
2.4 Lima Pilar TQM
.,.,.,
,
53
2.5 Model Konstelasi Penelitian
62
3.2 Tahap Pengambilan Sampel
65
4.1 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
101
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
3.1 Operasionalisasi Variabel
61
3.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kepala Sekolah Sebagai Pendidik
3.3 Hasil Uji Reliabilitas Item Kepala Sekolah Sebagai Manajer
,.,.,
69
70
3.4 Hasil Uji Reliabilitas Item Kepala Sekolah
sebagai Administrator
71
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Item Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
72
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Item Peningkatan Mutu Pendidikan
73
XI
DAFTAR LAMPIRAN
Nom or
Hal am an
1. Data Penelitian
129
2. hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
137
2. Hasil Analisis Regresi
141
3. Instrumen Penelitian
145
4. PermohonanIjin Penelitian
152
xn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Later Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) disebutkan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Hal ini dituangkan pula dalam GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 pada Bab m B bagian 10;
dikatakan bahwa misi negara adaiah mewujudkan sistem dan iklim pendidikan
nasional yang demokratis dan bermutu. Arab, kebijakannya di antaranya adaiah
mengupayakan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai suatu sistem, Pendidikan Nasional
haruslah dikelola dengan tepat agar dapat melaksanakan fungsi, misi dan
kebijakan tersebut.
Berkenaan dengan pengelolaan Pendidikan Nasional, Tilaar (1994: 11)
mengemukakan bahwa manajemen sistem pendidikan nasional merupakan suatu
proses sosial yang direkayasa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara
efektif dan efisien dengan mengikutsertakan, kerjasama serta partisipasi seluruh
masyarakat. Fungsi, misi dan kebijakan pendidikan nasional untuk menghasilkan
sumber daya manusia (SDM) yang bermutu memerlukan pengelola sistem
pendidikan secara keseluruhan dan berorientasi kepada mutu ini dikenal dengan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT). Istilah itu sendiri telah lebih populer dalam
dunia bisnis dan industri dengan istilah Total Quality Management (TQM),
Dari hasil observasi lapangan, berdasarkan indikator yang ada, yaitu dari
pencapaian hasil belajar siswa yang masih rendah dalam evaluasi belajar tahap
akhir nasional (EBTANAS), dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan pada
tingkat SMU di Kota Bandung masih periu ditingkatkan. Upaya peningkatan mutu
ini harus melibatkan semua pihak, dimulai dari perbaikan manajemen sekolah di
bawah kendali Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah dituntut mempunyai kemampuan: (a) memandang bahwa
sumber daya manusia yang ada adaiah guna menyediakan fasilitas, sarana, dan
prasarana serta memberikan motivasi bagi guru, (b) mencurahkan banyak waktu
untuk pengelolaan dan koordinasi proses belajar mengajar, dan (c) berkomunikasi
secara teratur dengan staf, orangtua, siswa dan anggota masyarakat lainnya.
Berdasarkan kondisi persekolahan di Indonesia, dapat diklasifikasikan
sekolah yang maju, sedang dan kurang. Demikian pula di Kota Bandung,
pengklasifikasian tersebut dapat berlaku, sehingga diperkirakan ada tiga tingkatan
model sekolah, yaitu sekolah yang dapat memberlakukan manajemen mutu
terpadu secara penuh, sekolah dengan manajemen mum terpadu sedang, dan
sekolah dengan manajemen mutu terpadu secara minimal. Kriteria dari masingmasing tingkatan tersebut ditentukan oleh sejumlah indikator.
Satori (1999: 5) mengemukakan bahwa aspek penting yang turut
membentuk budaya sekolah adaiah kepemimpinan sekolah. Kepemimpinan
sekolah yang efektif merupakan sumber nilai dan semangat, sumber tatanan dan
3
perilaku kelembagaan yang berorientasi ke arah dan sejalan dengan pencapaian
visi serta misi sekolah,
Peran kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan refleksi dari kemampuan
dan keterampilan manajerial, sehingga secara fisik dan psikologis dapat dilihat
dan dirasakan oleh semua pihak yang terkait, baik guru, pustakawan, laboran,
teknisi dan tenaga administrasi sebagai pelanggan internal, maupun siswa,
orangtua, pemerintah dan masyarakat sebagai pelanggan eksternal yang
merupakan pelanggan primer dan sekunder serta pemakai atau penerima lulusan
(perguruan tinggi dan dunia usaha) yang merupakan pelanggan terties.
Sejalan dengan konsep Manajemen Mutu Terpadu, Kepala Sekolah diberi
kebebasan dalam pengelolaan sekolahnya sebagai penghasil jasapendidikan, yaitu
dengan dimulainya pelaksanaan desentralisasi pendidikan pada tahun 2001
dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah {School Based Management)
yang pada akhirnya memberikan otonomi sepenuhnya kepada Kepala Sekolah
untuk melaksanakan segala upaya perbaikan mutu pendidikan di sekolahnya.
Keberadaan Kepala Sekolah yang memimpin, mempunyai latar belakang
pendidikan, pengalaman dan masa kerja yang bervariasi dari persyaratan minimal
dan maksimal. Secara formal, Kepala Sekolah adaiah guru yang diberi tugas
tambahan dalam menyelenggarakan pendidikan di lingkungannya.
Dari sejumlah pengamatan terhadap beberapa SMU Negeri yang ada di
kota Bandung menunjukkan penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan
SMU Negeri yang ada di kabupaten. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya adaiah kepemimpinan Kepala Sekolahnya dalam mengoptimalkan
sumber-sumber daya yang ada sebagai potensi kekuatan yang dapat meningkatkan
penampilannya,
Jacobson (1973: 19) mengemukakan bahwa: "The leader behaviour school
principal is one determinant ofthe ability a school to attaint its stated educational
goals". Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap tingkah laku Kepala Sekolah
sebagai pemimpin pendidikan diarahkan untuk membantu pencapaian tujuan
pendidikan, sehingga kemampuan Kepala Sekolah dapat menciptakan inovasi dan
perubahan-perubahan di sekolah.
Menyinggung soal peran kepemimpinan Kepala Sekolah lebih dalam lagi
dengan melihat pada segi dan fungsi tugasnya. Malcom dan Knowles yang dikutip
oleh Abdurrahman, mengemukakan sebagai berikut.
1. Pemimpin
membantu
menciptakan
suatu
iklim
sosial
yang
dapat
mengembangkan suatu kepribadian kelompok yang antara lain dikarakterisir
dengan adanya suatu kesatuan yang demokratis dan tanggung jawab bersama,
2.
Pemimpin membantu supaya kelompok mengorganisir dirinya sendiri dengan
memberikan bantuan dalam menentukan atau memberikan kejelasankejelasan dari tujuan-tujuan dan membantu orang mengenal masing-masing
tugas dalam rangka tujuan yang ditentukan itu,
3.
Pemimpin membantu kelompok untuk menentukan prosedur-prosedur kerja
yang tepat untuk mendapatkan efisiensi dalam pelaksanaan.
4.
Pemimpin mengusahakan dan bertanggung jawab bahwa pengambilan
keputusan selalu dibuat bersama-sama dengan kelompok, dengan usaha mana
ia mengakui bahwa kelompok mempunyai hak untuk membuat kesalahan dan
dengan demikian dapat mencapai kedewasan oleh karena kelompok itu
bertanggungjawab sepenuhnya atas keputusan yang diambilnya,
5. Pemimpin membantu anggota kelompok untuk belajar dari pengalamanpengalaman dengan melatih mereka mengerjakan pekerjaannya.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka seorang pemimpin memiliki
sejumlah fungsi yang harus direalisasikan dalam perannya, Dengan demikian,
kepemimpinan adaiah sejumlah kemampuan untuk mewujudkan perannya sebagai
seorang pemimpin. Terdapat sejumlah aspek berkaitan dengan kepemimpinan
Kepala Sekolah, yaitu: kemampuan memotivasi, kemampuan dalam mengambil
keputusan, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan mengkoordinasi.
Lipham (1993:39) mengemukakan bahwa: "The importance of leadership
in the process of innovation and change within an educational organizations is
widely a knowledged". Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting
untuk terjadinya inovasi dan perubahan di sekolah.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa peranan dan fungsi Kepala
Sekolah sangat penting dalam rangka perubahan, serta pembaharuan di sekolah
dan lingkungannya yang akan mengarah kepada peningkatan mutu pendidikan.
Pengkajian terhadap upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan masih menjadi suatu persoalan, bahkan tidak terlepas dari keterkaitan
yang ada, yaitu dari proses pemilihan calon Kepala Sekolah, penempatan, serta
kemampuan dan keterampilan dalam mengelola dan memimpin sekolah.
B. Masalah Penelitian
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, kepemimpinan Kepala Sekolah
sangatlah kompleks dari pengelolaan sumber daya baik ketenagaan, sarana
prasarana serta keuangan, proses belajar mengajar, pengelolaan lingkungan
sekolah dan berbagai kegiatan lainnya, baik yang menyangkut di dalam sekolah
maupun di luar sekolah. Dengan demikian,
secara rutinitas Kepala Sekolah
tampak berorientasi kepada tugas administratif, sehingga kebutuhan dan
pembinaan keahliannya sering terabaikan.
Selama ini telah terjadi refleksi kekuasaan dari pejabat pendidikan yang
sentralistik, Kepala Sekolah juga tidak dapat dihindarkan dari suatu pola
kepemimpinan yang selalu menunggu petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk
teknis (juknis), sehingga kurang dapat menumbuhkembangkan sikap mandiri dan
demokratis.
Lazaruth (1987: 60) mengemukakan dua alasan yang merupakan peran
Kepala Sekolah, yaitu (1) berkewajiban memelihara hubungan kerjasama dengan
guru, personil lain, siswa dan orangtua, (2) mempunyai pengaruh yang langsung
terhadap program pengajaran, rencana dan pelaksanaan pendidikan.
Dalam rangka mengkaji kinerja Kepala Sekolah, antara lain dapat dilihat
dari lima key areas (bidang pokok) peningkatan mutu pendidikan, yaitu (1) the
curriculum, (2) the role of teachers, (3) school organization, (4) assesment,
appraisal and monitoring, (5) resources.
Bertolak dari uraian tersebut, maka dipandang periu adanya suatu uraian
analisis ilmiah dan pengujian konseptual mengenai kinerja Kepala Sekolah
7
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu peneliti mencoba
mengidentifikasi perilaku dan penampilan Kepala Sekolah dengan menganalisis
pengaruhnya terhadap kinerja dalam rangka penerapan manajemen mutu terpadu.
Sehubungan dengan itu, dalam penelitian ini perumusan masalahnya
sebagai berikut: "Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam upaya peningkatan
mutupendidikanpada SMU Negeri di Kota Bandung".
Mengingat masalah tersebut sangat luas, maka selanjutnya dirinci menjadi
pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam hal pengelolaan:
a.
Siswa
b.
Kurikulum
c. Sarana-prasarana
d. Anggaran
e. Hubungan masyarakat
2. Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam bidang organisasi:
a. Pengaturan tugas
b.
Kesesuaian
c. Pengawasan (span ofcontrol)
3.
Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam bidang selfassesment dan internal
monitoring:
a. Supervisi
b.
Evaluasi
Mengingat pennasalahan yang akan diungkapkan sangat luas
mendapatkan hasil yang rasional, aplikatif dan ilmiah, maka periu adanya
pembatasan masalah yakni sebagai berikut:
-
Kinerja Kepala Sekolah digunakan indikator yang dikembangkan oleh
Depdiknas yang meliputi komponen; Educator, Manager, Administrator, dan
Supervisor.
-
Wilayah penelitian di lingkungan Sekolah Menengah Umum Negeri yang ada
di Kota Bandung.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, selanjutnya dikemukakan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMU Negeri di Kota Bandung?
2. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai manajer terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMU Negeri di Kota Bandung?
3. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai administrator
terhadap peningkatan mutu pendidikan
dalam konteks manajemen mutu
terpadu pada SMU Negeri di Kota Bandung?
4. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMU Negeri di Kota Bandung?
5. Bagaimanakah pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik, manajer,
administrator dan supervisor secara bersama-sama terhadap peningkatan mutu
pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada SMU Negeri di
Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adaiah untuk menemukan gambaran
tentang kinerja Kepala Sekolah di SMU Negeri dalam konteks manajemen mutu
terpadu pada SMU Negeri diKota Bandung.
Secara khusus tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut
1. Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMUNegeri di Kota Bandung.
2. Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai manajer terhadap
peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada
SMU Negeri di Kota Bandung.
3. Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai administrator
terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu
terpadu pada SMU Negeri di Kota Bandung.
4. Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor
terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam konteks manajemen mutu
terpadu pada SMU Negeri di Kota Bandung.
*^END«v£l*
V-
5 Mendeskripsikan pengaruh kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik'jAn^^S'iS^
administrator dan supervisor secara bersama-sama terhadap peningkatan niuTO
pendidikan dalam konteks manajemen mutu terpadu pada SMU Negeri di
Kota Bandung?
D. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, sebagai berikut.
1. Bagi pengembangan model kepemimpinan, karena diangkat dari kondisi
objektif di lapangan sehingga penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
pengembangan model kepemimpinan berikutnya.
2. Bagi Kepala Sekolah, dengan mengetahui karakteristik, kemampuan dan
kinerjanya, yaitu tumbuhnya budaya quality control dan quality assurance.
3. Bagi dunia penelitian dan peneliti sendiri, penelitian ini dapat menjadi dasar
bagi penelitian lanjutan terhadap aspek lainnya yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Umum.
E. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Dalam memasuki abad millenium ketiga, kita akan dihadapkan dengan
berbagai gejala ketidakpastian, yang merupakan suatu indikasinya adaiah bentuk
persaingan antara suatu organisasi perekonomian dalam merebut pangsa pasar di
berbagai belahan dunia. Dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan
persaingan, maka organisasi harus dapat merespon sesuai dengan tuntutan
masyarakat luas yang disebabkan oleh perubahan yang sangat cepat. Sehingga
tiang utama dalam menghadapi hal ini adaiah peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui jalur pendidikan.
Salah satu pendekatan yang periu menjadi perhatian setiap organisasi
sekarang ini adaiah, strategi Total Quality Management atau Manajemen Mutu
Terpadu (MMT). Inti startegi ini adaiah usaha sistematis dan terkoordinasi untuk
secara terus-menerus memperbaiki kualitas pelayanan, sehingga fokusnya
diarahkan ke pelanggan dalam hal ini siswa, orangtua siswa, pemakai lulusan,
gum, karyawan, pemerintah dan masyarakat,
Ada lima sifat layanan yang harus diwujudkan agar pelanggan puas
meliputi :
-
Keterpercayaan (reliability); layanan sesuai dengan yang dijanjikan.
-
Keterjaminan (assurance); mampu menjamin kualitas layanan yang diberikan,
-
Penampilan (tangible); situasi sekolah tampak baik.
-
Perhatian (emphaty); memberikan perhatian penuh kepada pelanggan.
-
Ketanggapan (responsiveness); cepat tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
Dari sifat layanan tersebut di atas, maka Kepala Sekolah dapat mengambil
langkah dalam penerapannya, yaitu dengan:
-
Mengambil pola pikir dari sekolah sebagai unit produksi menjadi unit layanan
jasa.
-
Fokus perhatian diletakkan pada proses secara sistemik.
-
Pemikiran j angka panjang.
12
-
Komitmen kepada mutu.
-
Mementingkan pengembangan sumber dayamanusia.
Mutu pendidikan merupakan kajian yang unik dan rumit, mengingat dalam
prosesnya sangat kompleks. Persoalan mutu pendidikan dapat dilihat dari mutu
proses layanan jasa, sedangkan mutu produk tidak seluruhnya hasil proses
pembelajaran. Oleh karena itu produk pendidikan merupakan jasa pendidikan.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan pada Sekolah Menengah Umum yakni melalui kegiatan pemlaian
kinerja sekolah, dimana indikator keberhasilannya terdiri dari delapan komponen
yang dinilai dengan berbagai aspek indikator kinerja sekolah yang meliputi;
a. Ketercapaian tujuan;
b. Organisasi dan manajemen;
c. Kegiatan belajar mengajar (KBM);
d. Tenaga kependidikan;
e. Lingkungan sekolah;
f.
Fasilitas sekolah;
g. Kesiswaan;
h, Hubungan kerjasama sekolah.
Kinerja merupakan suatu hasil yang diperoleh seseorang pekerja
didasarkan atas kerja aktual sesuai dengan peran dan fungsi jabatannya. Setiap
pekerja akan sangat beraneka ragam dalam melaksanakan tugasnya, tetapi
walaupun demikian ada standar-standar tertentu yang akan dikerjakan sehingga
akan dapat mencapai kesamaan.
Walker (1992: 258) menyampaikan bahwa kinerja tidak dapat dipisahkan
dari perilaku pekerja berkenaan dengan motivasi, kemampuan berpikir dan
keterampilan dari jabatan yang diembannya, tetapi diharapkan perilaku yang akan
mengarah pada terbentuknya kinerja yang sesuai dengan kriteria dan standar.
Uraian tersebut memperlihatkan adanya saling keterkaitan antara kinerja
dan proses layanan yang digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut:
- it' *ff''M*s jj*?^'.'^}' j'H M\&t.4f\ y$Y> $$&$$•• !**"L:"•*-" •-
FAKTA LAPANGAN
TUNTUTAN
STAKEHOLDER
Prestasi lulusan rendah
Prestasi sekolah rendah
Terwujudnya penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu
^
PERILAKU
Kinerja Kepala Sekolah
KEPEMIMPINAN
Motivasi
Pengambilan keputusan
3
untuk meningkatkan mutu
pendidikan di SMU ?
Komunikasi
- Bidang tugas pengelolaan sekolah
- Bidang pengelolaan organisasi
- Bidang Self Assesment dan Internal Monitoring
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
PADA SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI
DT KOTA BANDUNG
Gam bar 1.1 Skema Kerangka Berpikir
i
14
2. Hipotesis
Dalam penelitian ini, penulis bertolak dari postulat sebagai berikut:
a. Kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
b. Kinerja
Kepala
Sekolah sebagai manajer berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
c. Kinerja Kepala Sekolah sebagai administrator berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
d. Kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
Adapun hipotesis yang diajukan adaiah:
a. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik
terhadap peningkatan mum pendidikan. Dengan kata lain, makin baik
kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik, maka makin baik pula
peningkatan mutu pendidikan.
b. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai manajer
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan kata lain, makin baik
kinerja Kepala Sekolah sebagai manajer, maka makin baik pula
peningkatan mutu pendidikan.
c. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai administrator
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan kata lain, makin baik
kinerja Kepala Sekolah sebagai administartor, maka makin baik pula
peningkatan mutu pendidikan.
15
d. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan kata lain, makin baik
kinerja Kepala Sekolah sebagai supervisor, makin baik pula peningkatan
mutu pendidikan.
e. Terdapat pengaruh positif kinerja Kepala Sekolah sebagai pendidik,
manajer, administrator dan supervisor secara bersama-sama terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini, bertitik tolak dari suatu persoalan manajerial pada
persekolahan khususnya di SMU Negeri, dipandang dari teori serta konsep
berkenaan dengan kinerja maka diduga akan berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pendidikan. Objek yang diindentifikasi merapakan informasi umum dan
karakteristik manajerial SMU Negeri yang ada di kota Bandung. Informasi
diindentifikasi dari aktivitas kepala sekolah dalam tagas sehari-hari dipandang
dari dimensi kepemimpinannya.
B. Metode Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian digunakan dengan tujuan untuk dapat mengungkapkan
permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian mengenai kinerja Kepala Sekolah
Menengah Umum Negeri dalam peningkatan mutu pendidikan ini digunakan
metode deskriptifkuantitatif.
Metode deskriptif, menurut Nazir (1985:65) adaiah suatu metode untuk
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, serta kondisi dan sistem
pemikiran pada masa sekarang. Tujuannya adaiah membuat gambaran secara
sistematis, faktaal dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diteliti.
59
60
Metode kuantitatif dilakukan melalui pendekatan korelasional yang
digunakan untuk proses pengujian atas hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu
sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya.
Metode penelitian yang digunakan ini diharapkan mampu mengungkapkan
permasalahan yang diteliti secara sistematis, sehingga dapat diperoleh kebenaran
atas permasalahan yang diteliti.
1. Operasionalisasi Variabel
Variabel-variabel yang akan diteliti dindentifikasi berdasarkan tujuan
penelitian, studi pustaka mengenai kinerja kepala sekolah dalam peningkatan
muta pendidikan yang pada dasarnya kinerja kepala sekolah dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Dalam penelitian ini difokuskan kepada perilaku kepemimpinan
dari kepala sekolah.
Variabel penelitian ini terbagi ke dalamduajenis, yaitu:
1. Variabel bebas atau variabel pengaruh (independent variable), yaitu Kinerja
Kepala Sekolah.
2. Variabel terikat atau variabel terpengaruh (dependent variable), yaitu Mutu
Pendidikan.
Variabel-variabel penelitian tersebut secara operasional dapat dipaparkan
sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
OPERASIONALISASI VARIABEL
Variabel
1. Kinerja Kepala
Sekolah sebagai
Pendidik (X,)
Kinerja
Kepala
Sekolah
(X)
Indikatoi
Subvariabel
2. Kinerja Kepala
Sekolah sebagai
Manajer (X2)
membimbing guru
membimbing karyawan
mengembangkan staf
mengikuti perkembangan Iptek
memberi contoh mengajar
menyusun program
menyusun organisasi/personalia
menggerakkan staf
mengoptimalkan sumberdaya sekolah
3. Kinerja Kepala
Sekolah sebagai
Administrator (X3)
mengelola KBM dan BK
mengelola administrasi siswa
mengelola administrasi ketenagaan
mengelola
administrasi
saranaprasarana
mengelola administrasi kearsipan
4. Kinerja Kepala
Sekolah sebagai
Supervisor (X4)
1. Peningkatan Mutu
Pendidikan melalui
Pengelolaan
menyusun program supervisi
melaksanakan supervisi
memanfaatkan hasil supervisi
siswa
kurikulum
sarana-prasarana
anggaran
hubungan masyarakat
2. Peningkatan Mutu
Mutu
pengaturan tugas
Pendidikan
Pendidikan melalui
kesesuaian
(Y)
Penataan Organisasi
Peningkatan Mutu
pengawasan
Pendidikan melalui
evaluasi program sekolah
supervisi pengajaran
SelfAssesment/
Internal Monitoring
Dari operasionalisasi variabel di atas, teriihat bahwa variabel bebas dalam
penelitian ini terdiri dari empat variabel yakni Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Pendidik (Xi), Kinerja Kepala Sekolah sebagai Manajer (X2), Kinerja Kepala
62
Sekolah sebagai Administrator (X3) dan Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Supervisor (X4). Sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adaiah
Peningkatan MutuPendidikan. Keterikatan antara variabel-variabel tersebut dapat
digambarkan melalui bagan berikut.
1—>
Xi
\('x1,y)
—•
x2
(Ix1x2x3x4,y/
**-^
Y
—•
X3
—•
x4
y = P,i+Pi^i+Si
"-^^rX3,y) /
; '=1,2.3,4
Gambar 3.1 Model Konstelasi Penelitian
Keterangan:
Xi
: Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik
X2
: Kinerja Kepala Sekolah sebagai Manajer
X3
: Kinerja Kepala Sekolah sebagai Administrator
X4
: Kinerja Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Y
: Peningkatan Muta Pendidikan
rxiy
: besamya pengaruh xj terhadap y
(1)
63
rX2,y
: besarnya pengaruh x2 terhadap y
rX3;y
: besarnya pengaruh X3 terhadap y
rX4jV
: besarnya pengaruh X4 terhadap y
rxix2x3,x4,y : besarnya pengaruh xi, x2, X3 danx4 secara bersama-sama terhadap y
2. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh, selaras dengan operasionalisasi variabel baik ditinjau
dari ukuran dan skala, maupun jenisnya. Maka data ini dapat dikelompokkan pada
data jenis data deskrit kontinu. Oleh sebab ita setiap data yang diperoleh terlebih
dahulu diklasifikasi dan diolah menjadi satu kelas data interval.
Sumber data dalam penelitian ini, diambil dari sumbernya dengan dua cara
yaitu, langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) sebagai informasi
tambahan atau pelengkap yang diambil dari pihak-pihak berwenang dan
kompeten.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adaiah semua unit analisis yang ingin diteliti dalam suatu
penelitian, baik lembaga atau institusi maupun dalam wuiud manusia. Sugiyono
(1997:57), menyatakan bahwa: "Populasi adaiah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan."
64
Populasi penelitian ini adaiah guru SMU Negeri di lingkungan kota
Bandung. Adapun keseluruhan dari populasi tersebut diklasifikasi pada tingkat
distribusi wilayah Barat, Utara, Timur dan Selatan.
2. Sampel
Sampel adaiah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 1997:57), Penentuan sampel sebagai responden penelitian
menggunakan pendekatan statistik dengan rancangan sampel Master bertahap
ganda (Multi Stage Cluster Sample). Oleh sebab itu diperiukan pengambilan
sampel tertentu secara bertahap, Secara lebih jelas, penentuan sampel sebagai
responden di wilayah yang akan diteliti yakni di Kota Bandung dapat diuraikan
sebagai berikut:
Dari keempat wilayah di Kota Bandung (Barat, Utara, Timur dan Selatan),
diambil masing-masing dua SMUN sebagai sampel secara acak (random), dimana
ditentukan untuk tiap-tiapwilayah adaiah sebagai berikut:
-
Bandung Barat: SMUN 2 dan 9
-
Bandung Utara : SMUN 1 dan 20
-
Bandung Timur : SMUN 22 dan 24
-
Bandung Selatan : SMUN 7 dan 11
Selanjutnya dari masing-masing SMUN yang dijadikan sampel penelitian
dipilih tiga orang gura sebagai responden, kecuali untuk SMUN 1 yakni sejumlah
empat orang. Dengan demikian didapatkan jumlah sampel sebagai responden
65
sebanyak 25 orang guru. Tahap pengambilan sampel tersebut secara skematis
dapat digambarkan sebagai berikut.
KOTA
BANDUNG
BANDUNG
BARAT
BANDUNG
TIMUR
BANDUNG
UTARA
SMUN
SMUN
SMUN
2
9
1
SMUN
20
SMUN
22
SMUN
24
3
orang
3
orang
4
orang
3
orang
3
orang
3
orang
BANDUNG
SELATAN
SMUN
SMUN
7
11
3
3
orang
orang
25
ORANG
Gambar 3,2 Tahap Pengambilan Sampel
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang
berkaitan dengan penelitian, maka diperiukan suatu teknik pengumpulan data.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adaiah
sebagai berikut:
66
1. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan, yaitu upaya untuk memperoleh keterangan ilmiah yang
bersumber dari buku-buku karya para ahli, dokumen-dokumen, karya ilmiah
dan Iain-lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2, Studi Lapangan
Studi lapangan merapakan penelitian yang dilakukan secara langsung ke
lapangan. Dalam penelitian ini, studi lapangan dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan kuesioner/angket. Dari tiga metode tersebut, dalam
pelaksanaannya kuesioner/angket merapakan alat pengumpul datayang paling
utama.
a. Observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kondisi nyata objek dan kegiatan yang
dilakukan.
b. Wawancara, penulis melakukan wawancara secara langsung dengan para
pelaku yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti guna
mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh dari observasi ataupun
dokumen. Untuk keperluan wawancara tersebut digunakan instrumen
penelitian berupa pedoman wawancara,
c. Kuesioner/angket,
yaitu suata
metode
pengumpulan
data yang
dilaksanakan dengan penyebaran kuesioner/angket, dimana penulis
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan alternatif
jawaban yang sudah tersedia.
T1
T
67
/."
E. Reliabilitas dan Validitas Instrumen
Reliabilitas instrumen penelitian dihitung dengan metode parohan (split-
halfmethod), dengan cara mengkorelasikan item-item yang bernomor genap dan
ganjil, sehingga diperoleh satu angka r (reliabilitas) (Kerlinger, dalam Arikunto,
1989). Angka r hasil perhitungan tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga
kritik atau r tabel, apabila r hitung lebih besar dari r tabel, maka dapat dinyatakan
bahwa instrumen tersebut reliable. Dengan N 25 pada derajat kepercayaan 95%
diperoleh harga r tabel sebesar0,396. Hal ini dapatjuga dilakukandengan melihat
Cronbach Alpha, apabila mendekati 1 berarti reliable. Sedangkan uji validitas
instrumen digunakan perhitungan dengan menggunakan ramus product moment,
untuk mengetahui korelasi antara setiap item dengan skor total. Dalam
pelaksanaannya, perhitungan validitas dan reliabilitas ini dilakukan melalui
pesawat komputer, melalui SPSS dan Microsoft Excel.
1. Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
koefisien reliabilitas setiap
kelompok instrumen penelitian sebagai berikut.
a. Koefisien reliabilitas untuk instrumen kinerja kepala sekolah sebagai pendidik
adaiah r^t = 0,649 > 0,396 rtab, dengan Cronbach Alpha: 0,925. Hal tersebut
berarti bahwa instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel.
b. Koefisien reliabilitas untuk instrumen kinerja kepala sekolah sebagai manajer
adaiah rhlt = 0,490 > 0,396 rtab, dengan Cronbach Alpha: 0,868. Hal tersebut
berarti bahwa instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel.
68
c. Koefisien reliabilitas untuk instrumen kinerja kepala sekolah sebagai
administrator adaiah rhit = 0,730 > 0,396 rtab, dengan Cronbach Alpha: 0,942.
Hal tersebut berarti bahwa instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel.
d. Koefisien reliabilitas untuk instrumen kinerja kepala sekolah sebagai
supervisor adaiah rWt = 0,573 > 0,396 rtab> dengan Cronbach Alpha: 0,920. Hal
tersebut berarti bahwa instrumentersebut dapat dinyatakanreliabel.
e. Koefisien reliabilitas untuk instrumen peningkatan muta pendidikan adaiah r^t
= 0,545 > 0,396 r^b, dengan Cronbach Alpha: 0,888. Hal tersebut berarti bahwa
instrumen tersebut dapat dinyatakan reliabel,
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa seluruh instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kinerja kepala
sekolah dalam peningkatan muta pendidikan reliable.
2. Hasil Uji Validitas
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa uji validitas dihitang
dengan menggunakan ramus product moment. Selanjutnya untuk mengetahui
derajat keterandalan dari setiap koefisien korelasi (r) yang diperoleh ditafsirkan
dengan berpedoman pada pendapat Snhino (1987-11 5^ sebapai heriknt
Kurang dari 0,20 : hampir tidak ada
0,20 - 0,40
: derajat keterandalan rendah
0,40 - 0,70
: derajat keterandalan sedang
0,70 - 0,90
: derajat keterandalan tinggi
0,90 - 1,00
: derajat keterandalan tinggi sekali
69
Adapun hasil uji reliabilitas untuk masing-masing instramen disajikan
pada tabel 3.2 sampai dengan tabel 3,6 sebagai berikut.
Tabel 3.2
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENDIDIK
No
Item
Koef
Derajat
Validitas
Keterandalan
1
0,63
sedang
0
0,71
tinggi
3.
3
0,78
tinggi
4.
4
0,84
tinggi
5.
5
0,59
sedang
6.
6
0,83
tinggi
7.
7
0,78
tinggi
8.
8
0,47
sedang
9.
9
0,52
sedang
10.
10
0,83
tinggi
11.
11
0,83
tinggi
12
12
0,72
tinggi
ij
0,56
sedang
14.
14
0,72
tinggi
15.
15
0,72
tinggi
1.
Dari tabel di atas, nampak bahwa koefisien validitas item instrumen
kepala sekolah sebagai pendidik berada pada derajat keterandalan sedang (lima
item) dan tinggi (10 item). Dengan demikian instrumen tersebut dapat dinyatakan
valid, dan dapat langsung digunakan sebagai alat pengukur data.
70
Tabel 3.3
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MANAJER
No
Item
Koef
Derajat
validitas
Keterandalan
1.
1
0,55
Sedang
2.
2
0,56
Sedang
3.
3
0,56
Sedang
4.
4
0,58
sedang
5
5
0,51
sedang
6.
6
0,63
sedang
7.
7
0,65
sedang
8.
8
0,78
tinggi
9.
9
0,80
tinggi
10.
10
0,63
sedang
11.
11
0,63
sedang
12
12
0,65
sedang
13
13
0,57
sedang
14.
14
0,54
sedang
15.
15
0,83
tinggi
Dari tabel di atas, nampak bahwa koefisien validitas item instramen
kepala sekolah sebagai manajer beradapadaderajatketerandalan sedang (12 item)
dan tinggi (tiga item). Dengan demikian instrumen tersebut dapat dinyatakan
valid, dan dapat langsungdigunakan sebagai alat pengukur data
71
Tabel 3.4
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR
No
Item
Koef
Derajat
validitas
Keterandalan
1.
1
0,80
tinggi
2.
2
0,80
tinggi
3.
3
0,39
rendah
4.
4
0,83
tinggi
5.
5
0,65
sedang
6.
6
0,86
tinggi
7.
7
0,65
sedang
8.
8
0,86
tinggi
9.
9
0,81
tinggi
10.
10
0,65
sedang
11.
11
0,81
tinggi
12
12
0,42
sedang
13
13
0,54
sedang
14.
14
0,75
sedang
15.
15
0,84
tinggi
Dari tabel di atas, nampak bahwa koefisien validitas item instramen
kepala sekolah sebagai administrator berada pada derajat keterandalan sedang
(enam item), tinggi (delapan item), dan rendah (satu item). Dengan demikian
instrumen tersebut dapat dinyatakan valid, dan dapat langsung digunakan sebagai
alat pengukur data. Meskipun demikian, terhadap butir item yang memiliki derajat
keterandalan rendah terlebih dahulu diadakan perbaikan.
72
Tabel 3.5
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR
No
Item
Koef
Derajat
validitas
Keterandalan
1.
1
0,84
tinggi
2.
2
0,94
tinggi
3.
3
0,87
tinggi
4.
4
0,87
tinggi
5.
5
0,75
sedang
6.
6
0,81
tinggi
7.
7
0,75
sedang
8.
8
0,74
tinggi
9.
9
0,76
tinggi
10.
10
0,88
tinggi
Dari tabel di atas, nampak bahwa koefisien validitas item instramen
kepala sekolah sebagai supervisor berada pada derajat keterandalan sedang (dua
item) dan tinggi (delapan item). Dengan demikian instramen tersebut dapat
dinyatakan valid, dan dapat langsung digunakan sebagai alat pengukur data.
Selanjutnya, dalam Tabel 3.6 di bawah ini, nampak bahwa koefisien
validitas item instramen
peningkatan muta pendidikan berada pada derajat
keterandalan sedang (tiga item), tinggi (lima item), dan sangat tinggi (tujuh item).
Dengan demikian instrumen tersebut dapat dinyatakan valid, dan dapat langsung
digunakan sebagai alat pengukur data.
73
Tabel 3.6
HASIL UJI VALIDITAS ITEM
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
No
Item
Koef
Derajat
validitas
Keterandalan
1.
1
0,91
sangat tinggi
2.
2
0,91
sangat tinggi
3.
3
0,81
tinggi
4.
4
0,81
tinggi
5.
5
0,91
sangat tinggi
6.
6
0,58
sedang
7.
7
0,72
tinggi
8.
8
0,72
tinggi
9.
9
0,55
sedang
10.
10
0,83
tinggi
11.
11
0,57
tinggi
12
12
0,76
tinggi
13
13
0,74
sedang
14.
14
0,90
sangat tinggi
15.
15
0,90
sangat tinggi
Secara umum dapat dinyatakan bahwa seluruh item instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini layak (valid dan reliable) untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data tentang kinerja kepala sekolah menengah umum negeri
dalam peningkatan muta pendidikan (upaya membangun muta terpadu pada SMU
Negeri di kota Bandung).
74
F. Teknik Analisis Data dan Rancangan Uji Hipotesis
1. Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya dianalisis. Tahap ini merupakan
tahapyang sangat penting dan sangat menentukan. Padatahap analisis, data diolah
serta diproses menjadi kelompok-kelompok, diklasifikasikan, dikategorikan dan
dimanfaatkan untuk memperoleh kebenaran sebagai jawaban dari masalahmasalahdalam hipotesis yangdiajukandalam penelitian.
Penelitian yang dilakukan ini bermaksud untuk mengungkapkan adanya
hubungan/pengarah antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel
terikat (dependent variable). Dalam statistika, metode analisis yang sesuai dengan
permasalahan tersebut adaiah analisis regresi, dimana satu variabel terikat
dipengaruhi oleh beberapa variabel bebasnya.
Variabel bebas adaiah variabel yang memberikan pengaruh pada variabel
terikat, sehingga variabel terikat tidak mungkin akan muncul tanpa adanya
variabel bebas. Variabel terikat adaiah variabel yang diasumsikan hanya muncul
karena pengaruh variabel bebas tersebut. Pada bagian sebelumnya telah
ditentukan bahwa variabel terikat pada penelitian ini adaiah Peningkatan Mutu
Pendidikan (Y) sedangkan variabel bebasnva adaiah Kineria Keoala Sekolah vane
meliputi Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Xi), Kinerja Kepala Sekolah
sebagai Manajer (X2), Kinerja Kepala Sekolah sebagai Administrator (X3) dan
Kinerja Kepala Sekolah sebagai Supervisor (X4).
75
Secara matematis, hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dan
masing-masing variabel-variabel bebas Xu X2, ,,., Xk dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Y= pQi+piXi+£i ; /= 1,2,3,4
(l)
Persamaan di atas disebut dengan model regresi linier midtipel (Berganda).
Dikatakan linier karena semua variabel yang terlibat pangkataya sata dan
dikatakan multipel karena variabel bebasnya lebih dari sata. Ada beberapa
tahapan pengerjaan dalam proses analisis regresi linier multipel ini di antaranya:
a. Menghitung b0, bi,,., , bk
Hubungan fungsional antara variabel Y dengan variabel Xi, X2, ... , Xk
dinyatakan dalam persamaan (1). Model persamaan tersebut dinamakan
dengan model populasi, sedangkan model sampelnya adaiah:
Y= b
0/
+b X +£
7
i
i
/ =i,2,3,4
(2)
v '
Keterangan :
bG disebut koefisien intercept yaitu yang menyatakan berapa besarnya
rata-rata Y jika X; = 0
bi sebagai koefisien regresi parsial antara Y atas X{ yang menunjukkan
besarnya perubahan harga rata-rata Y jika Xi berubah persatuan unit.
76
Untuk menghitung nilai-nilai bo, b], ... , bk dapat dihitung atas dasar
"Least Square Method", yaitu dengan mencari hubungan linier variabel
terikat dan bebas yang akan meminimalkan jumlah kuadrat deviasi dari
garis linier yang terbentuk dengan titik-titik yang terobservasi, dan
perhitungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui matriks dan
prosedur Doolittle-Gauss.
b. Pengujian Koefisien Regresi
Hipotesis statistik yang dipergunakan adaiah:
- Ho
: b;= 0, i = 1,2,,.,, k; tidak terdapat pengaruh secara signifikan
- Hi
: bi * 0, i = 1,2,..., k; terdapat pengaruhsecara signifikan
Untuk menguji hipotesis di atas dipergunakan uji t (student) dengan ramus;
b,
'*=y-
(3)
dimana:
e2 n
s;.\2...k
s*l(zvra
(4)
Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adaiah;
-
Tolak Ho jika t; > ttabci dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dengan tingkat
signifikan a = 0,05.
-
Terima Ho jika t; < thitung dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
77
c.
Koefisien Korelasi Parsial Product Moment
Analisis korelasi (correlation analysis), yaitu suatu analisa yang
dipergunakan untuk mengetahui kuatnya korelasi (hubungan) antara variabel
X terhadap variabel Y. Koefisien korelasi (coefficient of correlation), yaitu
suatu nilai yang menjelaskan kuatnya korelasi yang diberi notasi r dan nilainya
berkisar antara -1 < r < 1. Koefisien korelasi = -1 menyatakan korelasi
negatif, r = 0 menyatakan tidak ada korelasi dan r = 1 menyatakan korelasi
positif.
Untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas (X) dengan variabel
terikat (Y) berlaku rumusan koefisien korelasi product moment sebagai
berikut:
n^XJ -£X V7
(5)
[«Z^2-(Z^)2][«Z^2-(En2]
dimana:
r»Y
= koefisien korelasi antara Variabel X dan Y
Xi
= variabel bebas
Y
= variabel terikat
n
= jumlah sampel
d. Koefisien Determinasi (Koefisien Penenta)
Untuk mengukur seberapa besar suatu variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan suatu besaran yang disebut
dengan koefisien determinasi, yang biasanya dinyatakan dalam prosentase (%)
dan dinotasikan dengan R~ yaitu:
78
R' = l-^—>0
X—\
(6)
Tt-7
i=l
dimana;
n
= Jumlah sampel (data pengamatan)
R2 = Koefisien determinasi (koefisien penenta)
Besarnya koefisien determinasi R2 x 100% dapat diinterpretasikan sebagai
besarnya pengaruh variabel-variabel bebas yang ada dalam persamaan
terhadap variabel terikat. Apabila R2 mendekati 100% maka pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat adaiah besar, dan persamaan regresi yang
diperoleh merapakan persamaan yang baik karena dapat menjelaskan variabel
terikat secara kuat, demikian pula sebaliknya apabila R2 mendekati 0%.
e.
Standard Error
Standard error merapakan alat ukur untuk mengetahui besarnya
penyimpangan nilai sebenarnya (Y) terhadap nilai-mlai Y pada garis
regresinya (Yr).
""'•*'
i(Y-Y)2
X>~\ n-k
{"
Selain besarnya koefisien determinasi, standard error dapat dijadikan
ukuran untuk menilai seberapa baik persamaan regresi yang telah diperoleh.
Semakin kecil standard error semakin baik.
79
2. Rancangan Uji Hipotesis
a. Hipotesis Statistik
Penelitian yang dilakukan adaiah untuk menguji:
1. Apakah terdapat pengaruh Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan.
2. Apakah terdapat pengarah Kinerja Kepala Sekolah sebagai Manajer terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan.
3. Apakah terdapat pengaruh Kinerja Kepala Sekolah sebagai Admimstrator
terhadap Peningkatan MutaPendidikan.
4. Apakah terdapat pengarah Kinerja Kepala Sekolah sebagai Supervisor
terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan.
5. Apakah terdapat pengaruh Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik,
Manajer, Administrator dan Supervisor secara bersama-sama terhadap
Peningkatan Muta Pendidikan,
Adapun hipotesis statistik yang akan dilakukan untuk menguji hipotesishipotesis penelitian di atas adaiah:
Hipotesis Statistik I
Ho : Pyxi ^0, Tidak terdapat pengarah positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Pendidik terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hi: pyxi >0,
Terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Pendidik terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hipotesis Statistik II
Ho : pYX2 ^ 0,
tidak terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Manajer
terhadap
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
secara
signifikan
Hi: pyx2 > 0,
terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Manajer
terhadap
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
secara
signifikan
Hipotesis Statistik HI
Ho : Pyx2 ^ 0, tidak terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Administrator terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hi: pyx2 > 0,
terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Adminsitrator terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hipotesis Statistik IV
Ho : pYX2 ^ 0, tidak terdapat pengaruh positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Supervisor terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
Hi:pyx2>0,
terdapat pengarah positif Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Supervisor terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan secara
signifikan
81
Hipotesis Statistik V
Ho:R2 = 0,
tidak terdapat pengaruh Kinerja Kepala Sekolah sebagai
Pendidik, Manajer, Administrator dan Supervisor secara
bersama-sama terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
Hi :R2 * 0,
terdapat pengarah Kinerja Kepala Sekolah sebagai Pendidik,
Manajer, Admimstrator dan Supervisor secara bersama-sama
terhadap PeningkatanMutu Pendidikan
b. Statistik Uji
Statistik uji yang dipergunakan untuk menguji hipotesis statistik I, n, HI
dan IV adaiah dengan uji t (student) dengan ramus:
"r\f^
(8)
Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adaiah;
- Tolak Ho jika thitung > Wi dengan derajat kebebasan dk = n - 2 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
- Terima Ho jika Wi < tutung dengan derajat kebebasan dk = n - 2 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
Sedangkan statistik uji yang dipergunakan untuk menguji hipotesis
statistik Vadaiah dengan uji F. Untuk menguji apakah sekumpulan variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat secara signifikan, Nosanchuk dan Erickson
(1977) mengemukakan cara pengujian hipotesis untuk menguji bahwa Ho :R =0
82
terhadap H| : R2 * 0 ; dengan menghitung nilai F yang memiliki rumus sebagai
berikut;
^
F =
R2 (n-k-1
—,
—
(l-R2)(k-l)
(9)
dimana,
k
=
banyaknya koefisien regresi yang ada dalam persamaan tidak termasuk
koefisien intercept,
Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adalah:
-
Tolak Ho jika Fwtung > Ftabei dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
-
Terima Ho jika Fhitung ^ Ftabei dengan derajat kebebasan dk = n-k-1 dengan
tingkat signifikan a = 0,05.
G. Proses Pengolahan Data Melalui SPSS for Windows
Pengujian hipotesis dilakukan dengan memanfaatkan pesawat komputer,
melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows, dan
Microsoft Excel, dengan rumus sebagaimana telah dikemukakan di atas.
Proses pengolahan data melalui SPSS for Windows, dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
83
1. Memeriksa data yang telah disusun dalam tabel utama, sesuai dengan
kebutuhan SPSS. Hal ini dilakukan barangkali ada kesalahan ketik/tulis
yang dapat mengganggu proses kerja SPSS.
2. Memasukan data ke dalam SPSS berdasarkan kelompok variabel masingmasing.
3. Menafsirkan hasil pengola