BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Penjaminan Mutu Internal di SMK Pembangunan Ampel
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam berbagai pengalaman dan kajian menunjukkan bahwa pendidikan telah memberikan manfaat yang luas bagi kehidupan bangsa. Pendidikan telah melahirkan masyarakat yang terpelajar dan berakhlak mulia yang menjadi tonggak dalam membangun masyarakat yang sejahtera. Pendidikan mampu menyadarkan masyarakat dalam kehidupan yang harmoni dan toleransi dalam kemajemukan, sehingga memperkuat hubungan sosial dalam mewujudkan masyarakat yang demokratis.
Di sisi lain, pendidikan telah terbukti memberikan sumbangan yang nyata dalam pertumbuhan perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai akan memberikan kontribusi pada peningkatan produktifitas nasional. Hal ini menunjukkan betapa penting arti pendidikan bagi pembentukan sumber daya manusia yang bermutu bagi suatu bangsa.
Dalam lingkungan sistem pendidikan, penjaminan mutu (quality assurance) menjadi sebuah tuntutan. Hal ini disebabkan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu merupakan akuntabilitas publik. Setiap komponen pemangku kepentingan pendidikan, baik itu orang tua, masyarakat, dunia kerja, maupun pemerintah dalam peranan dan kepentingannya masing-masing mempunyai kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Menurut Amri (2013 : 36) penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan memerlukan standar mutu,dilakukan dalam satu prosedur tata kerja yang jelas, strategis, kerjasama dan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan (continuous quality improvement). Pemerintah dewasa ini terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui rencana dan tindakan secara sistematis. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dalam Peraturan pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh Indonesia. SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan nasional yang bermutu. Lingkup SNP tersebut meliputi 8 standar, yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
Dasar pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pada pasal 19 “setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan”. Penjaminan mutu pendidikan tersebut mempunyai tujuan untuk memenuhi atau melampaui SNP yang telah ditetapkan. Penjaminan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. Dengan demikian, penting bagi setiap satuan pendidikan untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dengan sebaik mungkin.
Sistem penjaminan mutu pendidikan dikembangkan agar sistem penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik pada segala lapisan pengelolaan pendidikan. Sistem penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah terdiri dari dua
komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal
(SPME). SPME adalah sistem penjaminan mutu yang
dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
lembaga akreditasi dan lembaga standardisasi
pendidikan. SPMI adalah sistem penjaminan mutu
yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan
dijalankan oleh seluruh komponen di dalam satuan
pendidikan (Kemendikbud : 2016 : 4).Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
merupakan suatu siklus yang berkelanjutan yang
dilaksanakan oleh tiap satuan pendidikan dalam
menjamin peningkatan mutu dan membangun
budaya mutu di sekolah. Dalam menjalankan
penjaminan mutu, tiap sekolah melibatkan seluruh
komponen pemangku kepentingan, yang meliputi
kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan
komite sekolah.Dalam implementasinya SPMI
(Kemendiknas:2016:9) mengikuti siklus kegiatan
yang terdiri atas: (1) Pemetaan mutu pendidikan
yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan
berdasarkan Standar nasional Pendidikan (SNP)
dengan menggunakan dokumen Evaluasi Diri
Sekolah (EDS); (2) Pembuatan rencana peningkatan
mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah
(RKS); (3) Pelaksanaan pemenuhan mutu, baik dalam
pengelolaan maupun proses pembelajaran; (4)
Monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan
pemenuhan mutu yang telah dilakukan; (5)
Penetapan standar baru dan penyusunan strategi
peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan
evaluasi.Berdasarkan siklus diatas, guna mengetahui
capaian sekolah dalam hal mutu pendidikan pada
saat akan menjalankan SPMI, langkah utama dan
pertama adalah melakukan pemetaan mutu dengan
menggunakan dokumen EDS yang mengacu pada
SNP. Menurut Sani (2015:16) identifikasi pencapaian
mutu pendidikan dilakukan melalui Evaluasi Diri
Sekolah. Setiap sekolah dituntut untuk mengevaluasi
kemajuan mereka sendiri dan mendorong sekolah
untuk memprioritaskan peningkatan mutu sekolah.Kegiatan EDS dilakukan berbasis sekolah,
dengan mengacu instrumen yang direkomendasikan
oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).
Dengan demikian, pelaksanaan EDS bertujuan agar
sekolah mengevaluasi mutu pendidikan yang
diberikan berdasarkan indikator kunci untuk dapat
mengetahui kelebihan sekolah dan mengidentifikasi
bidang yang membutuhkan perbaikan. Analisis hasil
EDS merupakan dasar peningkatan mutu dan
sebagai sumber informasi untuk penyusunan
perencanaan strategis pendidikan.SMK Pembangunan Ampel merupakan salah
satu lembaga pendidikan menengah kejuruan swasta
di Kabupaten Boyolali. SMK Pembangunan Ampel
mempunyai visi mewujudkan sekolah yang
berkualitas, profesional, serta mampu berkompetensi
di era global. Untuk mewujudkan visi tersebut,
sekolah ini telah melakukan upaya peningkatan
mutu sekolah secara berkelanjutan. Salah satu
upaya yang telah dilakukan adalah dengan
mengimplementasikan Sistem Penjaminan Mutu
Internal.Berdasarkan pra penelitian, tahapan siklus
Sistem Penjaminan Mutu Internal yang pernah
dilalui SMK Pembangunan Ampel adalah melakukan
pemetaan mutu melalui dokumen Evaluasi Diri
Sekolah (EDS) yang secara serentak dan seragam
disosialisasikan oleh Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP) lewat Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS) SMK se Kabupaten Boyolali.
Menurut wawancara pra penelitian dengan Kepala
Sekolah, menyatakan bahwa dokumen EDS tersebut
berupa program aplikasi exel dengan instrumen
pemenuhan SNP menggunakan skor 1 sampai
dengan 2.55
8 Standar Penilaian 1,50 75 1,55 77,5 1,60
79
7 Standar Pembiayaan 1,56 78 1,63 81,5 1,58
6 Standar Pengelolaan 1,45 72,5 1,42 71 1,39 69,5
5 Standar Sarpras 1,56 78 1,73 86,5 1,85 92,5
91
4 Standar PTK 1,20 60 1,76 88 1,82
58 1,17 58,5 1,10
Melalui pra penelitian dengan studi dokumen,
3 Standar kompetensi Lulusan 1,16
73
2 Standar Proses 1,30 65 1,35 67,5 1,46
1 Standar Isi 1,76 88 1,91 95,5 1,91 95,5
No Standar Th.2014/2015 Th.2015/2016 Th.2016/2017 Rating % Rating % Rating %
SMK Pembangunan Ampel
Tabel 1.1. Rekapitulasi Hasil EDS
hasil EDS SMK Pembangunan Ampel tiga tahun
terakhir menunjukkan hasil sebagai berikut :80 Rata - Rata 1,44 72 1,57 78,5 1,59 79,5 Sumber : Dokumen RKS SMK Pembangunan Ampel, Diolah Dari data tersebut dapat dilihat bahwa selama
tiga tahun terakhir hasil EDS terhadap pemenuhan SNP secara prosentase pada tiap standar tidak stabil artinya tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan masih berada dibawah SNP. Menurut Sani (2015; ) peningkatan mutu di satuan pendidikan dapat diidentifikasi melalui naiknya pemenuhan SNP secara signifikan dan secara bertahap memenuhi standar mutu diatas SNP.
Hasil analisis EDS kemudian akan dipakai acuan untuk menyusun rencana pemenuhan mutu berupa Rencana Kerja Sekolah (RKS). Berdasarkan hasil pra penelitian melalui wawancara dengan wakil kepala sekolah SMK Pembangunan Ampel diperoleh informasi bahwa dalam menyusun RKS, tim pengembang sekolah tidak paham mengenai prosedur dan teknis yang jelas dalam menyusun RKS. Hal ini teridentifikasi melalui proses penyusunan RKS yang tidak konsisten. Dalam menyusun RKS tidak menggunakan hasil EDS sebagai acuan penyusunan perencanaan program, hal ini mengakibatkan perencanaan yang tersusun tidak konsisten dengan hasil EDS, sehingga RKS yang tersusun tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Dalam pengorganisasian penjaminan mutu internal, SMK Pembangunan Ampel telah membentuk Tim Pengembang Sekolah (TPS). Tim ini bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan penjaminan mutu internal. Dalam
implementasinya hanya beberapa personil saja yang
melaksanakan tugas TPS ini. Hal ini menjadi kendala, karena seluruh tugas dan peran seharusnya dikerjakan secara tim, bukan hanya beberapa personil saja, akibatnya kinerja TPS tidak efektif. Selain itu, dalam pelaksanaan program untuk memenuhi SNP, sekolah ini kurang memperhatikan unsur prioritas sehingga keterpenuhan kebutuhan sekolah tidak optimal.
Kegiatan pengawasan dan evaluasi penjaminan mutu internal sekolah menjadi tanggungjawab kepala sekolah. Monitoring dan evaluasi proses
pelaksanaan pemenuhan mutu dalam bentuk audit
internal yang digunakan untuk menilai kinerja
program. Berdasarkan wawancara dengan kepala
sekolah, sekolah ini belum menerapkan audit
internal penjaminan mutu.Berkaitan dengan efektifitas pelaksanaan siklus penjaminan mutu internal, fakta dilapangan menunjukkan bahwa penjaminan mutu internal di SMK Pembangunan Ampel kurang efektif. Menurut Husaini Usman (2006 : 418) penjaminan mutu sekolah yang efektif, meliputi seluruh kegiatan yang terencana, sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan yang diterapkan dalam manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa seluruh proses telah melalui standar mutu dan aturan yang telah ditetapkan, sehingga sasaran mutu sekolah akan terwujud.
Pelaksanaan penjaminan mutu yang kurang efektif juga berdampak pada alumni atau lulusan. Melalui studi dokumen tentang penelusuran tamatan dua tahun terakhir, masih terdapat sekitar 37% lulusan menganggur, 49% lulusan bekerja tetapi tidak sesuai dengan kompetensi kejuruannya, dan sisanya 14% meneruskan kuliah. Mutu sekolah yang rendah mengakibatkan lulusan kurang dapat terserap dalam dunia kerja, sehingga perlu adanya penjaminan mutu internal yang efektif untuk menjawab semua permasalahan diatas.
Selain masalah lulusan, mutu sekolah juga berdampak pada tingkat perpindahan siswa. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, dalam tahun berjalan, ada beberapa siswa yang mengundurkan diri untuk memilih bekerja, dan ada yang pindah ke SMK lain. Beberapa alasan disampaikan oleh wali murid berkaitan dengan ini, diantaranya adalah layanan pendidikan yang kurang baek terutama masalah kedisiplinan, dan pembelajaran mata pelajaran kejuruan yang lebih banyak teori daripada praktek.
Mutu sekolah juga berdampak pada kuantitas siswa. Dari data Program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), selama 3 tahun terakhir kuantitas siswa semakin menurun. Pada tahun pelajaran ini, total kuantitas siswa sejumlah 123 siswa, terbagi dalam 3 tingkat dan 3 jurusan. Idealnya tiap kelas berisi 32 siswa, jika terdapat 9 kelas, maka kuantitas siswa seharusnya berjumlah 288 siswa. Dengan demikian kuantitas siswa jauh dibawah standar. Melalui wawancara dengan salah satu panitia PPDB, lulusan SMP di Ampel dan sekitarnya lebih memilih sekolah di SMK Negeri atau SMK swasta yang mutunya lebih bagus, dan mampu menerima siswa dalam jumlah yang besar.
Dari beberapa masalah diatas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah hal utama untuk mempertahankan eksistensi sekolah. Sekolah harus mampu melaksanakan penjaminan mutu yang efektif. Penjaminan mutu yang baik akan dapat membentuk opini positif pada publik tentang kualitas sekolah. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah model prosedur penjaminan mutu yang efektif dan terstandar untuk dapat menjawab semua permasalahan yang dialami, sehingga sasaran mutu sekolah akan terwujud.
1.2. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan paparan latar belakang dan model penjaminan mutu internal yang selama ini dijalankan di SMK Pembangunan Ampel, dapat diidentifikasi bahwa: (1) dari segi perencanaan, proses penyusunan RKS tidak konsisten dengan hasil EDS; (2) dari segi pengorganisasian, tim pengembang sekolah tidak solid dalam menjalankan tugas; (3) dari segi pelaksanaan, tidak memperhatikan unsur prioritas, sehingga kebutuhan urgent tidak terpenuhi secara optimal; (4) dari segi evaluasi, belum menerapkan audit internal penjaminan mutu sekolah.
Dari paparan tersebut, terlihat bahwa model
penjaminan mutu internal yang telah dilaksanakan
di SMK Pembangunan Ampel tidak berjalan dengan
baik. Hal tersebut berdampak negatif bagi
peningkatan mutu sekolah. Dalam hal ini
dibutuhkan sebuah model penjaminan mutu internal
yang terkonsep mulai dari perencanaan sampai
dengan evaluasi secara konkret.1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
rumusan masalah untuk penelitian ini adalah bagaimanakah model penjaminan mutu internal yang lebih sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan mutu SMK Pembangunan Ampel.
1.4. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah penelitian,
maka tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh model penjaminan mutu internal yang lebih sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan mutu SMK Pembangunan Ampel.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
Melalui pengembangan ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dibidang model penjaminan mutu internal.
1.5.2. Manfaat Praktis
Bagi Kepala Sekolah, pengembangan model 1. penjaminan mutu internal ini dibutuhkan sebagai acuan pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) untuk meningkatkan mutu sekolah yang selama ini belum sesuai dengan SNP.
Bagi Tim Pengembang Mutu (TPM), model 2. penjaminan mutu internal ini akan memberikan acuan pelaksanaan SPMI melalui tahap-tahap dan komponen-komponen yang dikembangkan untuk kegiatan penjaminan mutu yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Bagi Guru dan pemangku kepentingan, model penjaminan mutu internal memberikan informasi mengenai program-program sekolah yang wajib dilaksanakan untuk meningkatkan mutu sekolah. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat 4. menjadi referensi bagi temuan baru dalam hal penjaminan mutu pendidikan sehingga dapat diteliti lebih lanjut apakah model penjaminan mutu internal ini dapat dterapkan pada lembaga pendidikan yang lain.
1.6. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan
Produk yang dikembangkan adalah model prosedural, dimana didalamnya terdapat rangkaian langkah kegiatan untuk mencapai tujuan. Model ini dikembangkan berdasarkan langkah-langkah pengembangan model dari Sugiono (2016). Model tersebut menjelaskan komponen penjaminan mutu internal berdasarkan teori manajemen yang dikemukakan oleh Terry (2013) yaitu mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi, dimana pada tiap tahap dilengkapi dengan komponen-komponen yang disediakan untuk kegiatan penjaminan mutu internal. Masing-masing tahapan terukur sesuai dengan hasil akhir yang diharapkan.
1.7. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi yang dibangun dalam penelitian dan pengembangan ini berdasarkan kajian teori mengenai penjaminan mutu pendidikan dan berdasarkan petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan oleh satuan pendidikan yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2016. Mengacu pada model penjaminan mutu internal ini, pihak sekolah diharapkan dapat mewujudkan visi sekolah, yaitu mewujudkan sekolah
yang berkualitas, profesional, serta mampu
berkompetensi di era global.Model ini penerapannya masih terbatas pada
pihak intern sekolah saja, belum melibatkan pihak
luar. Oleh karena keterbatasan waktu,
pengembangan model ini masih perlu diujicobakan baik secara terbatas maupun lebih luas.