BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SOPPENG - DOCRPIJM 1480560433BAB III RPIJM FIX

BAB III RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SOPPENG 3.1. Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Soppeng Berdasarkan Rancangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah ( RTRW Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

  disusun untuk mengembangkan struktur dan pola ruang wilayah dalam tataran kabupaten melalui rencana struktur dan pemanfaatan ruang maupun rencana pengembangan prasarana wilayah. Selain itu Review RTRW Kabupaten Soppeng juga menjadi pedoman bagi pemerintah kabupaten untuk menata ruang wilayah agar terwujud struktur dan pola ruang wilayah yang sinergis dan terpadu dalam sistem tata ruang wilayah Kabupaten Soppeng. Sesuai dengan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, RTRW Kabupaten Soppeng juga mengacu pada tataran yang lebih makro yaitu RTRW Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi dan RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2014

3.1.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

  Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:  Peningkataan akses perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah secara merata dan hierarkis;  Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Soppeng.

  

3.1.2. Strategi Untuk Peningkatan Akses Pelayanan Perkotaan dan Pusat

Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

   Menjaga interkoneksi antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta antar kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;  Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensiil dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting;  Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya.

  

3.1.3. Strategi Untuk Peningkatan Kualitas dan Jangkauan Pelayanan Jaringan

Prasarana

   Meningkatkan jaringan energi dengan lebih menumbuh-kembangkan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang ramah lingkungan dalam sistem kemandirian energi area mikro, dibanding pemanfaatan sumber daya yang tak terbarukan, serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan  Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

  3.1.4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya; dan  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis kabupaten.

  3.1.5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

` Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi

wilayah meliputi

   Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, laut maupun udara, termasuk di dalam bumi; dan  Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

  Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan sistem ekologi wilayah meliputi:

   Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi wilayah;  Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan / atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;  Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan / atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;  Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;  Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;  Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi sistem

   Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

  Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya

  

a. Strategi untuk perwujudkan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar

kegiatan budidaya meliputi:

   Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kabupaten untuk memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat, laut, dan udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;  Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan;  Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;  Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan kabupaten;

  

b. Strategi untuk mengendalikan perkembangkan kegiatan budidaya agar tidak

melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, meliputi:

   Membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.  Menumbuhkembangkan fisik pusat kota dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak, asri dan lestari  Menumbuhkembangkan agropolitan yang memadukan agroindustri, agrobisnis, agroedukasi serta model rumah kebun di klaster sentra-sentra produksi komoditas pertanian unggulan;  Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan; dan  Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.

  Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategi Kabupaten

  Kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten ini meliputi:  Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

   Pemanfaatan sumberdaya alam dan atau perkembangan iptek secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;  Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal yang beragam.

   Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer; dan  Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan sosekbud antar kawasan.

  

a. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup, meliputi:

   Menetapkan kawasan strategis kabupaten berfungsi lindung;  Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan;  Membatasi pemanfatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan.

   Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;  Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan  Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional, provinsi maupun kabupaten.

  

b. Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan bagi pertahanan dan keamanan negara,

meliputi:

   Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;  Mendukung kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan, dan  Mendukung pengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.

  

c. Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam

pengembangan perekonomian kabupaten meliputi:

   Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan

   Mengintensifkan promosi peluang investasi bagi kegiatan ramah lingkungan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, dan  Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

  

d. Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan atau teknologi tinggi secara

optimal, meliputi:

   Mengembangkan kegiatan penunjang dan atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi.  Meningkatkan keterkaitan pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan / turunannya, dan  Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.

  e. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa, meliputi:

   Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap nilai budaya lokal yang mencerminkan jati diri komunitas lokal yang berbudi luhur.  Mengembangkan penerapan ragam nilai budaya lokal dalam kehidupan masyarakat; dan  Melestarikan situs warisan budaya komunitas lokal yang beragam.

  

f. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai

warisan dunia, meliputi:

   Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangkan ekosistemnya;  Meningkatkan kepariwisataan kabupaten, provinsi dan nasional;  Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni; dan  Menjaga kualitas, keasrian dan kelestarian eksistensi sistem ekologi wilayah;

  g. Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal, meliputi:

   Memanfaatkan sumber daya alam lokal secara optimal dan berkelanjutan;  Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dengan pusat pertumbuhan wilayah;  Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi rakyat;  Meningkatkan akses rakyat ke sumber pendanaan; dan  Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

3.1.6. Visi Kabupaten Soppeng

  Sejalan dengan visi pembangunan Kabupaten Soppeng yang berorientasi jangka panjang maka ditetapkan visi Pemerintah Kabupaten Soppeng sebagai berikut:

  “Terwujudnya masyarakat sejahtera dan pemerintahan yang adil, jujur, perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.

  2. Pemerintahan yang adil mengandung makna yaitu antara Eksekutif dan Legislatif dalam menjalankan roda pemerintahan tidak memihak, tidak diskriminatif dan tidak condong pada satu pihak, tetapi untuk kepentingan masyarakat. Selain dari itu tersedianya berbagai pilihan dalarn semua aspek kehidupan (choice) dan kemandirian dalarn menentukan pilihan (Voice) dengan memperkuat sinergi pencapaian tujuan pemerintah, masyarakat, dan swasta.

  3. Jujur bermakna bahwa pemerintahan itu menjadi suatu amanah yang dapat dipercaya, lurus hati, ikhlas, tulus dan berkata apa adanya.

  4. Profesional bermakna tanggap dan mempunvai skill sehingga mampu menyelesaikan tugas secara cepat, tepat dan taat azas dalam menjalankan pemerintahan.

  5. Bertanggung jawab bermakna pertanggung-jawaban tentang efektifitas, efisiensi dan keberlanjutan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan hukum yang berlaku, serta kepada masyarakat dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3.1.7. Misi Kabupaten Soppeng

  Misi Pembangunan Kabupaten Soppeng 2005 — 2010 dengan motto

  Yassisoppengi Soppeng “Berubah Untuk Maju” Yang dimaknai sebagai suatu

  tekad bersama untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih maju di masa yang akan datang; dengan penjabaran, sebagai berikut:

  1. Mewujudkan kelembagaan dan manajemen pemerintahan yang bersih. berkeadilan, efektif dan profesional.

  2. Mewujudkan terselenggaranya sistem pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang nomor : 33 Tahun 2004.

  3. Mewujudkan tatanan sosial masyarakat yang Bersih, Aman, Serasi, Adil dan Sejantera Serta Indah dan Nyaman (BERASAS IMAN) lahir batin yang diridhoi oleh Allah SWT.

  4. Mengoptimalkan pengelolaan segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Kabupaten Soppeng dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

  5. Mengupayakan terwujudnya otonomi Desa tahun 2015. akan dilakukan. Adapun strategi tersebut terdiri atas empat penggarisan sebagai berikut:

  1. Sidongiri Temmatipa

  Strategi ini dimaknai sebagai pertumbuhan ekonomi, dengan strategi ini dimaksudkan agar seluruh proses pembangunan baik langsung maupun tidak langsung terarah pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng.

  Strategi ini dipandang penting bahwa tanpa pertumbuhan ekonomi daerah maka baik untuk keperluan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang akan menyulitkan untuk melakukan akselerasi pembangunan yang diimplementasikan dalam:

  a. Revitalisasi pertanian

  b. Pengembangan budaya dan pariwisata

  c. Pembangunan perdesaan

  d. Pembangunan infrastruktur f. Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

  2. Sisalipuri Temmadinging

  Strategi ini dimaknai sebagai optimalisasi partisipasi. Dengan strategi mi dimaksudkan agar seluruh elemen masyarakat mempunyai pengertian, pemahaman dan kesadaran serta tanggung jawab bersama untuk membangun Kabupaten Soppeng sesuai dengan fungsi dan kedudukannya masing-masing.

  Strategi ini dipandang penting dengan pertimbangan bahwa tanpa persatuan, kebersamaan dan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, maka pembangunan Kabupaten Soppeng akan berjalan lambat dan akan menghadapi berbagai kendala yang diimplementasikan dalam:

  a. Peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas.

  b. Pembenahan dan peningkatan kesadaran hukum.

  c. Peningkatan rasa saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masyarakat.

3. Siwessei Temmakapa

  Strategi ini dimaknai sebagai pemerataan hasil pembangunan. Dengan strategi ini dimaksudkan agar seluruh elemen masyarakat Kabupaten Soppeng dapat menikmati hasil Pembangunan. Strategi ini dipandang penting dengan pertimbangan bahwa partisipasi masyarakat akan tumbuh dan berkembang jika masyarakat dapat merasakan manfaat dan pembangunan yang dilakukan, yang

4. Strategi Dinamika yang Terkendali

  Strategi ini dirnaksudakan agar seluruh elemen masyarakat memiliki daya tanggap terhadap berbagai perubahan untuk melakukan penyesuaian dengan tetap berpijak pada kesadaran sebagaibagian dan masyarakat Kabupaten Soppeng yang sadar hukum, berbudaya dan bertakwa kepada Allah SWT. Strategi ini dipandang penting dengan pertimbangan bahwa di era otonomi daerah, dinamika pembangunan masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisinya merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan. Tetapi dinamika tersebut tentu harus berada pada batas- batas kedudukan Kabupaten Soppeng sebagai bagian dan negara kesatuan RI yang berkedaulatan hukum dan dengan masyarakatnya yang memiliki nilai-nilai budaya serta sebagai masyarakat yang beragama yang dimplementasikan dalam : a. Mewujudkan tata pemerintahan yang profesional.

  b. Pemantapan desentralisasi otonomi daerah dan desa.

  c. Peningkatan peran lembaga dan kehidupan demokrasi.

3.1.9 Rencana Strategi Pengembangan Wilayah

  Secara umum pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan pemerintahan berada di kawasan perkotaan. Secara umum pula kebutuhan hasil pertanian diproduksi di kawasan perdesaan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Soppeng dan wilayah luarnya, baik berupa bahan mentah maupun barang siap konsumsi. Begitu juga sebaliknya kebutuhan barang hasil industri manufaktur diproduksi di atau disalurkan melalui kawasan perkotaan. Agar interkoneksitas antar pusat kegiatan, serta pelayanan prasarana wilayah efisien dan efektif maka perlu diwujudkan sistem interkoneksitas antar kawasan perkotaan dan perdesaan yang berdaya guna besar. Sistem perkotaan Kabupaten Soppeng dibangun dengan beberapa pusat kegiatan seperti pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal maupun sub pusat kegiatan lokal, serta kawasan perkotaan berupa kota, ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan kawasan pusat pertumbuhan industri dan perdagangan yang padat dengan kegiatan pekotaan dan fasilitas permukiman.

3.1.9.1. Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Perkotaan

  Rencana pusat-pusat permukiman dilakukan untuk mengetahui arah perkembangan wilayah, sehingga dapat memberikan gambaran pola struktur tata ruang pada wilayah Kabupaten Soppeng.

  Rencana pusat-pusat permukiman di Kabupaten Soppeng didasarkan pada hasil analisis penentuan pusat pelayanan, sehingga dapat ditentukan wilayah yang merupakan pusat perkembangan permukiman dengan skala primer maupun skala sekunder.

  a. Pengembangan Kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) (Kota Watansoppeng)

  Pusat Kegiatan Lokal (PKL) mempunyai skala pelayanan wilayah Kabupaten Soppeng dalam klaster ruang di sekitarnya dan diarahkan pada: Penataan ruang kota melalui perencanaan detail tata ruang kota (RDTR dan RTRK), pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kota.

   Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota, serta peningkataan ketersediaan prasarana dan sarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.

   Peningkatan prasarana komunikasi antar wilayah pengembangan yang ada di Kabupaten Soppeng.  Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan sistem transportasi yang memadai.  Peningkatan fungsi kota sebagai penyangga fungsi ibukota kabupaten.

  b. Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) (Kota Kecamatan Lainnya)

  Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) mempunyai skala pelayanan di wilayah kecamatan sekitarnya, dan diarahkan pada:  Peningkatan aksesibilitas ke wilayah PPK dan Ibukota Kabupaten.  Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan.

   Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.  Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi tentang RTRWN dan Perda Sulsel No.9 Tahun 2009 tentang RTRWP Sulawesi Selatan. Adapun rencana hirarki kota secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.1

  Tabel 3.1

  Rencana Hirarki Kota-kota di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

  1 Hirarki Kota (1) (2) (3) 1 Pusat kegiatan Lokal (PKL) Kota Watansoppeng, Kec.

  Lalabata (Wilayah Efektif Perkotaan)

  2 Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK)

  • Marioriwawo - Lilirilau - Marioriawa - Ganra - Donri-Donri
  • Liliriaja - Citta

  Sumber:Review 2009

  Berdasarkan rencana hirarki kota-kota tersebut diatas, maka dapat ditentukan struktur tata ruang Kabupaten Soppeng. Adapun rencana struktur tata ruang Kabupaten Soppeng lebih jelasnya sebagaimana pada tabel 3.2

  

Tabel 3.2

  Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

  No Pusat Kota Fungsi Kota Wilayah Pengaruh (1) (2) (3) (4)

  1 Watansoppeng Kec.Lalabata

  Ibukota kabupaten (PKL)

  Seluruh wilayah Kabupaten 2. Marioriawa PPK Wilayah Kecamatan Lilirilau PPK Wilayah Kecamatan Marioriwawo PPK Wilayah Kecamatan Ganra PPK Wilayah Kecamatan Donri-Donri PPK Wilayah Kecamatan Kecamatan Kecamatan

  Lokal Lokal

  Kota Watansoppeng * * * * *

  6 Ganra Donri-Donri

  Kecamatan Kecamatan Kecamatan

  Lokal Lokal Lokal

  4 Marioriawa Lilirilau Marioriwawo

  3

  2

  1 Lalabata Regional Kabupaten

  Rencana fungsi kota bertujuan untuk mengetahui fungsi yang diemban oleh tiap kota, oleh karena itu pengembangan kota diarahkan sebagai pusat-pusat pelayanan regional.

  Skala pelayanan A B C D E (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  Pusat Permukiman

  Rencana Pusat-Pusat Pelayanan di Kabupaten Soppeng No

  Tabel 3.3

   Fungsi pusat komunikasi dan hubungan dilihat dari keberadaan transportasi utama (terminal kendaraan darat) dan akses jaringan transportasi utama.  Fungsi pusat kegiatan industri dilihat dari perkembangan dan dominasi kegiatan sektor dimasing-masing wilayah dan kemudahan hubungan ke pusat komunikasi dan perhubungan.

  Penentuan fungsi kota didasari oleh kelengkapan fasilitas pusat pelayanannya yang akan dikembangkan ditiap kota. Adapaun fungsi kota didasari oleh alasan tertentu, yaitu:  Fungsi pusat pelayanan sosial dan ekonomi bagi wilayah belakang dari keberadaan kota sebagai pusat pengumpul atau simpul kegiatan perdagangan.

   Pusat administrasi wilayah kabupaten  Pusat perdagangan, jasa dan pemasaran  Pusat perhubungan dan komunikasi  Pusat produksi industri pengolahan  Pusat pelayanan sosial. Selanjutnya kelengkapan dalam penyediaan sarana dan prasarana baik sosial maupun ekonomi pada dasarnya bergantung pada hirarki kota yang bersangkutan. Selain itu terdapat fungsi kota sebagai pusat administrasi pemerintah yang mempunyai sifat pelayanan hirarki menurut status administrasi (Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan).

  • 5
A = Pusat Pemerintahan B = Pusat perdagangan jasa dan pengelolaan C = Pusat perhubungan dan komunikasi D = Pusat produksi dan pemasaran E = Pusat pelayanan sosial

  Untuk menetapkan sistem kota-kota di Kabupaten Soppeng sesuai dengan masing- masing pusat pelayanan yang direncanakan dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang, maka perlu arahan fungsi masing-masing kota di Kabupaten Soppeng sampai dengan akhir tahun perencanaan. Disamping fungsi pusat pelayanan pada umumnya, terdapat pula kota- kota kecamatan yang akan diberi beban khusus menjadi pusat pemerintahan/ibukota kabupaten.

3.2.1. Kriteria PKN, PKW, PKL dan PPK

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  PKN minimal memenuhi fungsinya sebagai: 1. pusat jasa pelayanan keuangan / perbankan yang cakupan pelayanannya berskala nasional atau beberapa provinsi; 2. pusat pengolahan / pengumpul barang secara nasional / beberapa provinsi, 3. simpul transportasi skup pelayanan nasional / beberapa provinsi; 4. jasa pemerintahan nasional / beberapa provinsi; 5. jasa publik lainnya yang skup pelayanannya nasional / beberapa provinsi; 6. berdaya dorong pertumbuhan wilayah sekitarnya; 7. potensiil menjadi pintu gerbang internasional.

  Ketersediaan minimal fasilitas umum:  Perhubungan : pelabuhan udara (primer), dan atau pelabuhan laut (utama) dan atau terminal tipe A.

   Ekonomi : pasar induk antar wilayah, perbankan skup nasional dan internasional.  Kesehatan : rumah sakit umum tipe A.  Pendidikan : perguruan tinggi.

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  PKW minimal berfungsi sebagai:

   Ekonomi : pasar induk regional, perbankan skup provinsi dan nasional.  Kesehatan : rumah sakit umum tipe B.  Pendidikan : perguruan tinggi.

  PKW untuk Kabupaten Soppeng berada di Kota Watanpone Kabupaten Bone dengan indikator andalan bandara, terminal tipe A, stasiun KA antar provinsi, kota transit, pusat agro industry dan agro bisnis.

  c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

  PKL minimal berfungsi sebagai: 1. pusat pengolahan / pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga; 2. simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga; 3. jasa pemerintahan kabupaten / kota; serta 4. pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga.

  Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKL:  Perhubungan : terminal bis tipe C.  Ekonomi : pasar induk kabupaten/kota, perbankan skup kabupaten / kota.

   Kesehatan : rumah sakit umum tipe C.  Pendidikan : SLTA

  PKL untuk Kabupaten Soppeng berada di Kecamatan Lalabata dengan indikator andalan pusat administrasi kabupaten, rumah sakit, terminal bus, pasar induk kabupaten, SLTA..

  d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

  PPK minimal berfungsi sebagai: 1. pusat pengolahan / pengumpulan barang yang melayani beberapa kecamatan kabupaten tetangga; 2. simpul transportasi yang melayani beberapa kecamatan; 3. jasa pemerintahan kecamatan; serta 4. pusat pelayanan publik lainnya untuk bebarapa kecamatan.

  Fasilitas minimal yang harus tersedia di SPKL:  Perhubungan : terminal angkot.  Ekonomi : pusat perbelanjaan (pasar/pertokoan) kecamatan  Kesehatan : Puskesmas. Transportasi Nasional, Sistem struktur Pulau Sulawesi, dan sistem perkotaan Kabupaten Soppeng.

3.1.2. Kawasan Andalan

  Berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kabupaten Soppeng masuk dalam Kawasan andalan Bulukumba-Watampone dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan dan perdagangan.

3.2.2. Kriteria Kawasan Andalan

  Kawasan andalan minimal memenuhi fungsinya sebagai: (i) tempat aglomerasi pusat-pusat permukiman perkotaan; (ii) pusat kegiatan produksi dan atau pusat pengumpulan / pengolahan komoditas wilayahnya dan wilayah sekitarnya; (iii) kawasan yang memiliki sektor-sektor unggulan berdasarkan potensi sumber daya alam kawasan.

3.3. Rencana Sistem Transportasi

  Transportasi merupakan hal pokok bagi aktivitas dan mobilitas masyarakat yang dapat berpengaruh terhadap lokasi permukiman, penyediaan barang dan jasa, kebutuhan konsumsi, serta kualitas hidup. Sistem transportasi yang ada di Kabupaten Soppeng belum menunjukkan adanya pengelolaan yang maksimal, dimana dipengaruhi terbatasnya sarana dan prasarana transportasi, sehingga perlu adanya perencanaan pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang dapat mendukung kelancaran pola interaksi antar maupun inter wilayah.

3.3.1. Konsep Sistem Transportasi

  Transportasi mempunyai peranan penting dalam mempercepat pertumbuhan wilayah dan mempengaruhi kondisi perekonomian wilayah. Kabupaten Soppeng mempunyai wilayah terbagi dalam 3 (tiga) dimensi, yakni; pegunungan, dataran tinggi, dan dataran rendah. Untuk itu diperlukan strategi sistem transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat pertumbuhan wilayah.

  Pengembangan sistem transportasi darat dimaksud untuk memudahkan interaksi antar dan inter wilayah Kabupaten Soppeng. Adapun strategi yang dapat dilakukan adalah; 1). Pelebaran jalan arteri yang merupakan jalan negara (poros regional) yang memanjang dari arah Selatan ke Utara, minimal 3 lajur diluar kawasan perkotaan dan 4 lajur didalam

  4). Terminal yang dibutuhkan Kabupaten Soppeng adalah terminal lokal, yang melayani armada angkutan lokal dan pedesaan.

  a. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Sistem Transportasi Fungsi utama sistem prasarana transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan manusia dan barang dari suatu tempat ketempat lain. Sistem transportasi berfungsi untuk menjembatani keterkaitan fungsional antar kegiatan sosio-ekonomi di Kabupaten Soppeng. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka kebijakan pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk menunjang pengembangan wilayah di Kabupaten Soppeng, tujuan pengembangan sistem transportasi adalah sebagai berikut: a.

  Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah Kabupaten Soppeng agar dapat berkembang dengan serasi bersama-sama dengan wilayah yang ada di sekitarnya dimana sasarannya adalah:

   Membuka daerah-daerah yang terisolasi dalam wilayah Kabupaten Soppeng.  Meningkatkan interaksi antar dan inter wilayah Kabupaten Soppeng.  Menunjang perkembangan sektor-sektor kegiatan utama di Kabupaten Soppeng b. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk mendukung pemerataan pembangunan, yaitu dengan sasaran:

   Memperlancar koleksi dan distribusi arus barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas penduduk di Kabupaten Soppeng.  Meningkatkan keterhubungan ke wilayah-wilayah potensi yang masih terisolasi.

  c.

  Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pariwisata, yaitu dengan sasaran: meningkatkan hubungan kawasan pariwisata dengan dunia luar (asing maupun domestik).

  d.

  Mempertinggi aksesibilitas dan mobilitas pergerakan penumpang dan barang.

b. Pola Pergerakan

  Transportasi memiliki peran yang sangat penting dalam menghubungkan satu wilayah pusat pertumbuhan tertentu dengan wilayah pusat pertumbuhan lain. Transportasi mempunyai peran penting dalam menghubungkan tempat-tempat atau kawasan. Hubungan fungsional dapat dikelompokkan ke dalam ketegori: (i) hubungan eksternal, (ii) hubungan antar pusat, dan (iii) hubungan pusat dan wilayah belakangnya (hinterland).

  1.Hubungan Eksternal perkembangan hubungan eksternal, maka jaringan jalan yang menghubungkan dengan wilayah sekitarnya harus ditingkatkan.

  2. Hubungan Antar Pusat (Antar Ibukota Kecamatan) Hubungan antar pusat (kota-kota kecamatan) di wilayah Kabupaten Soppeng umumnya memiliki hubungan fungsional yang relatif kuat dengan Kota Watansoppeng yang merupakan pusat pertumbuhan dan pusat pengembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Soppeng secara keseluruhan.

  Hubungan fungsional antar kota (kota kecamatan) di wilayah Kabupaten Soppeng masih relatif kecil, kecuali pada kota-kota yang sudah tersentuh dengan jaringan transportasi. Hubungan fungsional yang relatif kecil disebabkan oleh tingkat perkembangan kota yang masih lambat dan keberadaan sarana dan prasarana transportasi belum memadai serta kendala fisik wilayah Kabupaten Soppeng.

  3. Hubungan antara pusat dan wilayah belakangnya.

  Hubungan fungsional antar pusat (kota) dan wilayah belakangnya di Kabupaten Soppeng terutama berkaitan erat dengan fungsi dan peran kota sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, pusat perdagangan, pusat koleksi dan distribusi, dan pusat jasa pelayanan untuk wilayah pengaruh kota bersangkutan (hinterland). Hubungan antar kota dan wilayah belakangnya di wilayah Kabupaten Soppeng masih relatif rendah. Hal ini disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana transportasi, selain itu pola sebaran desa-desa yang menyebar dan jarak antar kota serta topografi wilayah Kabupaten Soppeng yang berbukit-bukit yang merupakan salah satu faktor kendala untuk pembangunan jaringan transportasi.

  Berdasarkan pola pergerakan yang terjadi di wilayah Kabupaten Soppeng, maka konsep pengembangan sistem transportasi di wilayah Kabupaten Soppeng harus didasarkan pada konsep integrasi sistem transportasi intermoda khususnya moda angkutan darat, dimana pergerakan eksternal (dalam kaitannya dengan hubungan eksternal) menggunakan sistem transportasi darat. Sedangkan untuk pergerakan internal (dalam kaitannya dengan hubungan antar pusat dan antara pusat dengan wilayah belakangnya), agar tercapai efisiensi dan murah, maka terutama dikembangkan sistem transportasi darat.

1. Rencana Jaringan Jalan Rencana jaringan jalan akan dikembangkan untuk menghubungkan antar pusat kegiatan.

  Dengan mengacu pada peraturan pemerintah No.34 Tahun 2006 tentang jalan. Jaringan jalan dibagi menjadi jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Jaringan jalan primer menghubungkan antara PKN, PKW, PKL PPK sampai PPL dan menghubungkan pusat

   Peningkatan jalan alternatif dari Lajjoa via Citta sampai ke perbatasan Kabupaten Bone.  Peningkatan jalan poros Labessi – Kota Watansoppeng  Peningkatan jalan alternatif poros Soppeng- Barru, melalui Kecamatan Donri-donri sampai keperbatasan Kabupaten Barru, dengan panjang jalan 22,5 Km.

  Tebel 3.4

  Klasifikasi Jaringan Jalan Sistem Jaringan Klasifikasi Instansi

  Klasifikasi Fungsional Jalan Administrasi Berwenang

  (1) (2) (3) (4) Arteri

  Kementerian Jalan Nasional

  Pek. Umum Kelas I

  Kelas II Pemerintah Kolektor Jalan Provinsi

  Sistem Primer Kelas III Provinsi Kelas IV Pemerintah

  Jalan Kabupaten Lokal Kabupaten

  Arteri Pemerintah

  Sistem Sekunder Kolektor Jalan kota Kota

  Lokal

  Sumber: Roads In Indonesia, 1995

  Catatan : Kolektor kelas I : Menghubungkan Ibukota Provinsi dan Ibukota Provinsi Kolektor kelas II : Menghubungkan Ibukota Provinsi dan Ibukota Kabupaten Kolektor kelas III : Menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/Kota

  Kolektor kelas IV : Menghubungkan Ibukota Kabupaten/Kota dan Ibukota

  Tebel 3.5

  Klasifikasi Fungsional dan Kelas Teknik Jalan Kota

  TIPE I

  LHR Kelas Kecepatan (V) Fungsi

  Keterangan (Smp/jam) Teknik (km/jam)

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Primer

  1. Arteri T.A.K I 80-100  Standar tertinggi antar

  LHR Kelas Kecepatan(V) Fungsi

  Keterangan (Smp/jam) Teknik (km/jam)

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Primer

  1. Arteri T.A.K

  I 60  Standar teritinggi 4 lajur antar/inter

  2. Kolektor >10.000

  I 60  Idem untuk kelas I <10.000

  II 50-60  Standar tinggi 4 lajur antar/dalam kota/distrik Sekunder Arteri >20.000

  I 60  Idem untuk kelas I Kolektor <20.000

  II 50-60  Idem untuk kelas II Lokal >6.000 I 50-60  Idem untuk kelas III

  >8.000

  III 30-40  Standar sedang 2 jalur antar distrik >5.000

  III 30-40  Idem untuk kelas III >5.000

  IV 20-30  Standar rendah 1 jalur akses kepemilikan tanah di sisi jalan

  Sumber: Hasil Analisis Tim,2006

4. Fasilitas Terminal

  Fasilitas terminal yang dibutuhkan di Kabupaten Soppeng adalah terminal lokal, yaitu terminal yang melayani angkutan kota dan angkutan perdesaan, sedangkan angkutan antar kota terutama ke Kota Makassar, masih memungkinkan di pusat kota lama. Lokasi terminal lokal diarahkan berdampingan dengan pasar sentral di Lapajung.

3.3.2. Kriteria Sistem Jaringan Transportasi Prinsip sistem transportasi adalah lancar, aman dan nyaman dengan biaya terjangkau.

  Dalam konteks tata ruang, sistem prasarana transportasi harus tahan dan mampu melayani jenis maupun ukuran sarana transportasi serta intensitas dan waktu pemakaian yang direncanakan. Kriteria pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Soppeng adalah sebagai berikut:

  Jaringan jalan arteri primer dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan

  antar antar PKN, antar PKW dan antar kota yang melayani kawasan berskala besar dan atau cepat berkembang dan atau pelabuhan-pelabuhan utama. Dengan demikian, kriteria jalan arteri primer adalah: a. Jalan arteri primer dalam kota yang merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.

  b. Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer; g. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 m.

  h. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu-lintasnya. i. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu-lintas rata- rata. j. Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang lain. k. Kegiatan berhenti dan parkir kendaraan pada badan jalan tidak diijinkan. l. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu-lintas, lampu penerangan jalan, dan lainnya. m. Jalur khusus harus disediakan yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya. n. Jalan arteri primer harus dilengkapi dengan median.

  Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan

  kota-kota besar pusat kegiatan nasional, antar pusat kegiatan wilayah dan/atau kawasan- kawasan berskala kecil. Berdasarkan pengertian tersebut maka kriteria jalan kolektor primer adalah: a. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.

  b. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.

  c. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 Km/jam.

  d. Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 9 m.

  e. Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan masuk / akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.

  f. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.

  g. Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu-lintasnya.

  h. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas lebih besar dari volume lalu-lintas rata-rata. i. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk. j. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup, seperti: rambu, marka, lampu pengatur lalu-lintas dan lampu penerangan jalan. k. Besarnya lalu-lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer. l. Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan

   Peningkatan pelayanan akan kebutuhan prasarana listrik untuk masa yang akan datang harus diupayakan mencapai 100% guna memberi penerangan kepada masyarakat dan meningkatkan produksi industri bagi pengguna jasa listrik.

   Peningkatan jangkauan pelayanan dapat dilakukan dengan distribusi melalui PLN ranting, sub-ranting dan listrik desa, sehingga mampu melayani jumlah desa secara keseluruhan.

  Sumber energi yang digunakan di wilayah Kabupaten Soppeng bersumber dari PLTA Bakaru. Sistem jaringan listrik dengan pola linear yang mengikuti pola jalan yang ada dan telah menjangkau wilayah Kabupaten Soppeng meskipun masih adanya kawasan yang belum terlayani. Prediksi pertumbuhan ekonomi wilayah yang lebih kondusif akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan energi listrik sebagai energi utama yang dipergunakan untuk aktivitas produktif wilayah. Dengan estimasi tersebut, maka diperlukan upaya penyiapan energi cadangan baik energi listrik maupun energi lain dapat dimanfaatkan. Disisi lain peningkatan kebutuhan energi listrik harus dibarengi dengan perluasan jaringan pelayanan dan peningkatan kualitas sehingga keterbelakangan dan isolasi daerah terhadap energi listrik dapat terlayani.

  Adapun standar yang digunakan untuk rencana kebutuhan adalah:

  • Perumahan dengan golongan tipe A adalah 450 Va/Watt, tipe B adalah 900 Va/Watt dan tipe C sebesar 1.300 VA/Watt.
  • Fasilitas perdagangan dan perkantoran membutuhkan suplay energi listrik sesuai standar yakni 60 watt/m

  

2

atau 25 % dari kebutuhan rumah tangga.

  • Fasilitas sosial dan pelayan umum untuk kegiatan pendidikan, kesehatan dan peribadatan dan pelayanan umum meliputi pos keamanan dan balai pertemuan. Standar kebutuhan energi listrik untuk fasilitas tersebut adalah 60 watt/m

  2 atau 25 % dari kebutuhan rumah tangga.

  • Penerangan jalan membutuhkan 10% energi listrik dari total kebutuhan rumah tangga.
  • Perkiraan kehilangan energi listrik dalam transmisi diperkirakan 30 % dari total energi listrik yang dibutuhkan.

  a. Rencana Kebutuhan Energi Listrik untuk Fasilitas Perumahan Beradasarkan hasil estimasi, rencana kebutuhan energi listrik hingga tahun 2019 yaitu untuk jenis rumah tipe A membutuhkan energi listrik 62.327.700 watt, rumah tipe B 62.325.000 watt, dan jenis rumah tipe C yaitu 30.009.200 watt. Sedangkan hasil estimasi hingga tahun perencanaan 2029, maka direncanakan penambahan energi listrik sesuai dengan jenis tipe rumah yaitu tipe A 65.372.850 watt, tipe B 65.374.200 watt dan tipe C

  2029 adalah untuk sarana wilayah seperti fasilitas perdagangan dan perkantoran dibutuhkan energi listrik sebanyak 40.173.075 watt, fasilitas sosial dan pelayanan umum yaitu 40.173.075 watt dan penerangan jalan 16.069.230 watt. Sehingga secara keseluruhan rencana kebutuhan energi listrik di Kabupaten Soppeng hingga tahun 2010- 2029 yaitu 96.415.380 watt. Untuk lebih jelasnya tingkat kebutuhan energi listrik menurut kecamatan adalah sebagaimana pada tabel 3.6.

  Tabel 3.6

  Rencana Kebutuhan Energi Listrik Fasilitas Perumahan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2029

  Kebutuhan Listrik Untuk Perumahan (2010-2029) Jumlah Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Listrik (Watt) Kebutuhan (Unit) Kebutuhan Listrik (Watt)

  No Kecamatan Penduduk Tahun 2010-2029 Tahun 2010-2029 Tahun 2010-2029 Tahun 2010-2029

  (Jiwa) Tipe A Tipe B Tipe C Tipe A Tipe B Tipe C Tipe A Tipe B Tipe C Tipe A Tipe B Tipe C

  2010-2029 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

  1 Mario Riwawo 54.767 27.176 13.585 4.528 12.229.200 12.226.500 5.886.400 28.319 14.160 4.720 12.743.550 12.744.000 6.136.000

  2 Lalabata 50.687 25.609 12.804 4.268 11.524.050 11.523.600 5.548.400 26.693 13.346 4.449 12.011.850 12.011.400 5.783.700

  3 Lili Riaja 30.653 15.556 7.778 2.593 7.000.200 7.000.200 3.370.900 16.847 8.423 2.808 7.581.150 7.580.700 3.650.400

  4 Ganra 14.078 7.178 3.589 1.196 3.230.100 3.230.100 1.554.800 7.493 3.748 1.249 3.371.850 3.373.200 1.623.700

  5 Lili Rilau 46.443 24.142 12.071 4.024 10.863.900 10.863.900 5.231.200 25.352 12.676 4.225 11.408.400 11.408.400 5.492.500

  6 Donri-Donri 25.592 16.161 8.080 2.694 7.272.450 7.272.000 3.502.200 17.150 8.575 2.858 7.717.500 7.717.500 3.715.400

  7 Mario Riawa 31.613 17.227 8.614 2.871 7.752.150 7.752.600 3.732.300 17.710 8.855 2.952 7.969.500 7.969.500 3.837.600

  8 Citta 10.483 5.457 2.729 910 2.455.650 2.456.100 1.183.000 5.709 2.855 952 2.569.050 2.569.500 1.237.600

  19 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

KAB.SOPPENG 2013-2017

  Jumlah 270.147 138.506 69.250 23.084 62.327.700 62.325.000 30.009.200 145.273 72.638 24.213 65.372.850 65.374.200 31.476.900

  Sumber : Review 2009

  20 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

KAB.SOPPENG 2013-2017

  

Tabel 3.7

  Rencana Kebutuhan Energi Listrik Fasilitas Wilayah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Soppeng Tahun 2009-2029

  Jumlah Kebutuhan Listrik Untuk Sarana Wilayah 2010-20329 (watt) Penduduk

  No Kecamatan Perdag.& Fas.sosial & Penerangan Jumlah

  (Jiwa) Perkantoran Pel. Umum Jalan

  (1) (2) (3) (4) (5) (8) (9)

  1 Marioriwawo 54.767 7.585.525 7.585.525 3.034.210 18.205.260

  2 Lalabata 50.687 7.149.012 7.149.012 2.859.605 17.157.629

  3 Liliriaja 30.653 5.850.325 5.850.325 2.340.130 14.040.780

  4 Ganra 14.078 2.003.750 2.003.750 801.500 48.090.00

  5 Lilirilau 46.443 6.739.750 6.739.750 2.695.900 16.175.400

  6 Donri-Donri 25.592 4.511.763 4.511.763 1.804.705 10.828.231

  7 Marioriawa 31.613 4.809.263 4.809.263 1.923.705 11.542.231

  8 Citta 10.483 1.523.687 1.523.687 609.475 3.656.849 Jumlah 270.147 40.173.075 40.173.075 16.069.230 96.415.380

  Sumber: Review 2009

  3.4.1. Kriteria Sistem Jaringan Energi

  Kapasitas pelayanan sistem prasarana energi sampai menjangkau: a. Desa-desa yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau jaringan listrik.