Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Produksi di PT. Jaya Beton Indonesia Medan Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Revolusi industri yang terjadi pada abad ke 18 memberikan dampak yang

signifikan terhadap penerapan teknologi dan menggunakan bermacam-macam
bahan pada industri-industri di dunia. Penggunaan mesin dalam industri dapat
menambah kuantitas dan kualitas dari industri tersebut. Namun, di sisi lain
penggunaan mesin dalam industri juga dapat memberikan berbagai dampak yang
merugikan baik bagi pekerja maupun lingkungan. Dampak kepada pekerja dapat
berupa resiko kecelakaan dan timbulnya berbagai macam penyakit akibat kerja.
Untuk mengurangi dampak tersebut perlu dilaksanakan syarat keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja (Budiono, 2003).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu pilar penting
ekonomi makro maupun mikro, karena keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa
dipisahkan dari produksi barang dan jasa. Untuk itu perusahaan harus menekan
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, karena kecelakaan akan
menyebabkan kelambatan produksi, padahal ketepatan waktu dapat menghemat

biaya yang besar, sebaliknya ketidaktepatan dalam memenuhi jadwal dapat
berakibat kerugian yang besar pada perusahaan dan pelanggan (Depnaker RI,
1996).
Dalam setiap bidang kegiatan manusia selalu terdapat kemungkinan
terjadinya kecelakaan, tidak ada satu bidang kerjapun yang dapat memperoleh

1
Universitas Sumatera Utara

2

pengecualian. Kecelakaan merupakan kejadian yang berlangsung secara tiba-tiba,
tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan
sampai yang berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan dan berpotensi terjadi
dimana saja (Hadiguna, 2009).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban
yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan

kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang
tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Jumlah kerugian materi yang timbul
akibat kecelakaan kerja juga sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan
National Safety Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika
Serikat. Di Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian
bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah
seiring dengan berkembangnya dunia industri di Amerika (Saehu, 2009).
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, ILO
mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun dan pada tahun 2013, 1 pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami
sakit akibat kerja (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Berdasarkan

data

Badan

Penyelenggara


Jaminan

Sosial

(BPJS)

Ketenegakerjaan, hingga akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak

Universitas Sumatera Utara

3

105.182 kasus. Sementara itu untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan
kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Untuk
total jumlah kecelakaan tiap tahunnya mengalami peningkatan hingga 5%,
sedangkan untuk kecelakaan kerja berat peningkatannya cukup besar yakni 5%10% setiap tahunnya. Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih
rendahnya kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di kalangan indutri dan
masyarakat. Selama ini penerapan K3 sebagai beban biaya, bukan sebagai
investasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja (BPJS Ketenagakerjaan,
2016).

Dalam meminimalisir kecelakaan kerja, Pemerintah telah menetapkan
Undang-Undang tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan dan
perundang-undangan tidak hanya berisi mengenai hak dan kewajiban perusahaan
sebagai wadah yang menaungi pekerja, tetapi juga mengenai hak dan kewajiban
pekerja.
Berpedoman kepada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Pemerintah pada tahun 2012 telah mengeluarkan Peraturan
terbaru tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu PP
No.50 Tahun 2012, di dalam peraturan ini ditekankan bahwa setiap perusahaan
wajib menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
di perusahaan. SMK3 sendiri bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur

Universitas Sumatera Utara

4

dan terintegrasi. Diharapkan dengan adanya peraturan tersebut dapat menekan
angka kejadian kecelakaan kerja di Indonesia.

Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan
kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi
lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi
secara bersamaan. Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya
pengetahuan

dan

pelatihan,

kurangnya

pengawasan,

kompleksitas

dan

keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja
keselamatan dalam industri konstruksi (Effendy, 2009).

Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja menurut ILO (1998) yaitu : faktor
pekerja berupa usia, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan, pengetahuan,
ketrampilan, jam kerja, shift kerja, sikap, perilaku, kelelahan, dan kondisi fisik
pekerja; faktor manajemen berupa kebijakan organisasi atau manajemen,
sosialisasi K3, SOP, pelatihan dan pengawasan; dan faktor lingkungan berupa
housekeeping, pencahayaan, ventilasi, kebisingan dan warna peringatan, tanda
label. Bird and Germain yang dikutip oleh Budiono (2003), menjelaskan bahwa
suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan
seperti terdapat dalam Loss Causation Model yang terdiri dari : Lack of Control
(kurang kendali), Basic Causes (penyebab dasar), dan Immediate Causes
(penyebab langsung).
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya beberapa faktor yang
telah disebutkan diatas berhubungan dengan kecelakaan kerja. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2014), pengetahuan, sikap, kepatuhan

Universitas Sumatera Utara

5

terhadap prosedur, pengawasan dan


housekeeping

berhubungan dengan

kecelakaan ringan pada pekerja di PT. Aqua Golden Mississippi Bekasi. Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Swaputri (2009), faktor risiko yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja di PT. Jamu Air Mancur Semarang
adalah usia, masa kerja, pelatihan K3, alat pelindung diri, sikap pekerja, pelindung
mesin serta kondisi jalan yang dilalui.
Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan produk-produk
beton di Sumatera Utara adalah PT. Jaya Beton Indonesia. PT. Jaya Beton
Indonesia merupakan perusahaan yang didirikan oleh PT. Pembangunan Jaya
pada tahun 1978. PT Jaya Beton Indonesia terinspirasi untuk ikut andil dalam
proses pembangunan modern pada sektor industri dan infrastruktur. PT. Jaya
Beton Indonesia menghasilkan produk beton pracetak seperti tiang pancang,
dinding penahan tanah, tiang listrik, dan sebagainya. Sampai saat ini, PT. Jaya
beton Indonesia telah memiliki 4 pabrik yang terletak di Medan, Tangerang,
Purwakarta dan Surabaya. Proyek besar yang menggunakan produk dari PT Jaya
Beton Indonesia antara lain adalah PT INALUM, Asean Aceh Fertilizer Plant,

Pelabuhan Panjang, LNG Bontang, Jakarta Outer Ring Road (JORR) dan
Matahari Tower. Bahkan PT. Jaya Beton Indonesia mengekspor produknya ke
Guam, Hawaii, dan Brunei Darussalam untuk proyek Royal Brunei Air Force.
Secara teknis, unit kerja di PT. Jaya Beton Indonesia Medan terbagi atas 6
unit, yaitu : cutting heading dan forming, setting, concreting, spinning,
remoulding, dan arrangement. Proses produksi dimulai dari persiapan tulangan,
pembuatan sangkar (cage forming), pemasangan plate, perakitan sangkar dengan

Universitas Sumatera Utara

6

cetakan, pembuatan adukan beton (concrete mixing), pengecoran adukan beton,
penutupan cetakan dan penarikan PC Bar (tensioning), pemutaran cetakan
(spinning), pengeringan (steam curing), pembukaan cetakan (remoulding) dan
yang terakhir adalah penyimpanan (storage). Peralatan kerja seperti mesin, alat
berat, bahan-bahan pembuatan beton dan sebagainya dapat berisiko tinggi bagi
pekerja yang memiliki pengetahuan dan sikap kerja yang tidak mendukung.
Berdasarkan informasi yang didapat dari PT. Jaya Beton Indonesia Medan,
terdapat masalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan

kesehatan kerja belum diterapkan secara optimal. Setiap pekerja memang diawasi
oleh pengawas, namun masih ada pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri
diperbolehkan masuk di area kerja dan tetap bekerja. Pihak Manajemen juga tidak
rutin dalam memberikan penjelasan mengenai alat pelindung diri seperti helm,
sepatu pelindung, dan lain-lain.
Pada tahun 2014 telah terjadi 7 kasus kecelakaan kerja dengan jenis
kecelakaan sebagai berikut : terjatuh, jari tangan terjepit, terpeleset, terpukul atau
tertumbuk benda, dan jari kaki terjepit. Sedangkan pada tahun 2015 telah terjadi 6
kasus kecelakaan kerja dengan jenis kecelakaan sebagai berikut : terjatuh,
tersandung, tertimpa material, terpukul atau tertumbuk peralatan kerja dan jari
tangan terjepit. Dan pada tahun 2016 telah terjadi 3 kasus kecelakaan kerja dengan
jenis kecelakaan sebagai berikut : terjepit dan terkena peralatan kerja.
Demikian juga wawancara singkat dengan beberapa pekerja dan diantaranya
ada yang pernah mengalami kecelakaan, diperoleh gambaran mengenai perilaku
pekerja yang tidak aman seperti tidak berhati-hati, tidak menggunakan alat

Universitas Sumatera Utara

7


pelindung diri karena pekerja tersebut kurang memahami cara penggunaan alat
pelindung diri dan merasa lebih nyaman saat tidak menggunakan alat pelindung
diri selama bekerja karena alat pelindung diri tersebut dapat mengganggu gerakan
selama bekerja, bercanda dengan rekan kerja saat bekerja serta tidak menjalankan
prosedur kerja yang ditetapkan oleh manajemen atau perusahaan. Perilaku kerja
yang tidak aman seperti ini dapat berakibat fatal terhadap terjadinya suatu
kecelakaan kerja.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti “FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja di PT. Jaya Beton Indonesia
Tahun 2017”
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kecelakaan
kerja pada pekerja produksi di PT. Jaya Beton Indonesia tahun 2017.
1.3

Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan

kerja pada pekerja produksi di PT. Jaya Beton Indonesia Medan.
1.3.2

Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan faktor pekerja (usia, masa kerja, pengetahuan, sikap,
dan kepatuhan terhadap prosedur) dengan kecelakaan kerja pada pekerja
produksi di PT. Jaya Beton Indonesia Medan.

Universitas Sumatera Utara

8

2. Mengetahui hubungan faktor manajemen (pengawasan) dengan kecelakaan
kerja pada pekerja produksi di PT. Jaya Beton Indonesia Medan.
3. Mengetahui hubungan faktor lingkungan (lingkungan kerja) dengan
kecelakaan kerja pada pekerja produksi di PT. Jaya Beton Indonesia Medan.
1.4

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara usia dengan kecelakaan kerja di PT. Jaya Beton
Indonesia Medan.
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja di PT. Jaya Beton
Indonesia Medan.
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja di PT. Jaya Beton
Indonesia Medan.
4. Ada hubungan antara sikap dengan kecelakaan kerja di PT. Jaya Beton
Indonesia Medan.
5. Ada hubungan antara kepatuhan terhadap prosedur dengan kecelakaan kerja di
PT. Jaya Beton Indonesia Medan.
6. Ada hubungan antara pengawasan dengan kecelakaan kerja di PT. Jaya Beton
Indonesia Medan.
7. Ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kecelakaan kerja di PT. Jaya
Beton Indonesia Medan.

Universitas Sumatera Utara

9

1.5

Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada perusahaan yaitu PT. Jaya Beton Indonesia
Medan maupun pekerja mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian kecelakaan kerja.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara