DUKUNGAN KELUARGA PADA ANAK TUNA WICARA DI SLB-B PERTIWI KOTA MOJOKERTO

  

DUKUNGAN KELUARGA PADA ANAK TUNA

WICARA DI SLB-B PERTIWI

KOTA MOJOKERTO MOH. BADRUS Z.

  

11001031

Subject : Dukungan, keluarga, Tuna Wicara

Description

  Tuna wicara merupakan mereka yang mengalami gangguan bicara sehingga tidak dapat berbicara dengan jelas. Bisu disebabkan oleh gangguan pada organ organ seperti tenggorokan, pita suara, paru- paru, mulut, lidah dan sebagainya. Bisu umumnya diasosiasikan dengan tuli. Hal ini perlu mendapat dukungan dari keluarga. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan keluarga pada anak tuna wicara.

  Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi sebanyak 48 responden, teknik sampling menggunakan purposive sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 35 responden. Sampel yang diambil sebanyak 48 yaitu keluarga anak tuna wicara yang berada di SLB B Pertiwi kota mojokerto pada 27 Mei – 03 Juni 2015. Data penelitian ini menggunakan kuisoner dukungan keluarga. Setelah ditabulasi menggunakan skor T.

  Hasil penelitian berdasarkan dukungan informasional didapatkan sebagian besar responden memiliki dukungan negatif terhadap anak tuna wicara yaitu sebanyak 17 responden (48,5%).

  Berdasarkan indikator dukungan emosional didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan yang positif terhadap anak tuna wicara sebanyak 21 responden (60%). Berdasarkan indikator dukungan penghargaan didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan positif terhadap anak tuna wicara sebanyak 20 responden (57,1%). Berdasarkan dukungan instrumental didapatkan bahwa sebagian besar responden memberikan dukungan yang positif pada anak tuna wicara yaitu sebanyak 28 responden (80%).

  Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Simpulan dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga pada anak tuna wicara positif. Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya dukungan keluarga pada anak tuna wicara di SLB B Pertiwi Kota Mojokerto. Kepada keluarga diharapkan dapat memainkan perannya yaitu mendukung atau memberikan support pada anak tuna wicara dapat mengasuh dan mengembangkan ketrampilan, berkomunikasi dan berinteraksi anak dengan orang lain.

  

Abstract

Speech impaired are those with impaired speech and so they can not speak

clearly. Mute is caused by disturbances in organs such as the throat, vocal cord,

lungs, mouth, tongue and so on. Generally, it is associated with deaf mute. This

needs the support of the family. The aim of this study was to determine family

  The design of this research used descriptive method. The population was 48

respondents, and the sampling used purposive sampling technique to obtain a

sample of 35 respondents. Samples taken were as many as 48 families of speech

impaired children at SLB-B Pertiwi Mojokerto from May 27 – June 3, 2015. This

reseach data used questionnaires regarding family support. Arterward, the scores

were tabulated by using T value.

  The results based on informational support suggest that the majority of

respondents have negative support for speech impaired children as many as 17

respondents (48.5%).

  Based on indicators of emotional support, it is suggested that most

respondents have positive support for speech impaired children as many as 21

respondents (60%). Based on the award-support indicators, it is suggested that

most respondents have positive support for speech impaired children as many as

20 respondents (57.1%). Based on instrumental support, it was found that most

respondents gave positive support to mute children as many as 28 respondents

(80%). Family support is an attitude, actions and acceptance of the family

members. The conclusions in this research were that family support for speech

impaired children was positive. Regarding these results, it is necessary that family

supports their speech impaired children at SLB-B Pertiwi Mojokerto. The family

is expected to play a role that supports or provides support on speech impaired

children to nurture and develop the skills, comunication and interaction with

other children.

  Keywords : family support , speech impaired. Contributor : 1. Eka Diah K., SKM., M.Kes

  2. Sunyoto, S. Kep. Ns

  Date : 29 Juni 2015 Type Material : Laporan Penelitian Permanen Link : Right : open document Summary : Latar Belakang

  WHO 2007, prevalensi gangguan pada anak tuna wicara di Indonesia diperkirakan sebesar 4,2%. Menurut data yang diperoleh Deputi Bidang Perlindungan Perempuan pada Seminar Hari Internasional Penyandang Cacat 2011 dikatakan bahwa penyandang tuna rungu wicara 602.784 jiwa (Simanjorang, 2014). Kementrian Sosial RI memperkirakan populasi penyandang Cacat Indonesia sebesar 3,11%, sementara WHO menyampaikan jumlah penyandang cacat dari negara-negara berkembang yaitu sebesar 10% (Kemsos RI, 2015). Sedangkan di SLB-B Pertiwi Kota Mojokerto terdapat 58 anak yang mengalami tuna rungu wicara, meliputi TK sebanyak 15 anak (25,8%), SD sebanyak 20 anak (34,4%), SMP sebanyak 14 anak (24,1%)dan SMA sebanyak 10 anak (17,2%) (SLB-B Pertiwi kota Mojokerto 2014/2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di SLB-B Pertiwi Kota Mojokerto dengan menggunakan lembar kuesioner yang berjumlah 12 item pertanyaan. Dari keluarga yang positif dan sebanyak 5 responden (50%) memiliki dukungan keluarga yang negatif terhadap anak tuna wicara. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan dukungan keluarga pada anak tuna wicara di SLB-B Pertiwi kota Mojokerto masih belum sepenuhnya baik.

  Kondisi di atas dalam sudut pandang perkembangan anak dipandang kurang menguntungkan terutama pada pemenuhan hak-hak anak secara umumnya. Suatu asumsi terganggunya pemenuhan hak-hak anak dengan kecacatan rungu wicara juga akan berdampak pada keberadaan dan masa depan anak itu sendiri. Sehingga perlindungan terhadap anak dengan kecacatan rungu wicara menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya penanganan anak dan peningkatan kesejahteraannya (Simanjorang, 2014). Orang tua sering tidak memberikan dukungan kepada anak tuna wicara dikarenakan kurangnya optimisme keluarga bahwa anak tuna wicara masih dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus hanya merepotkan dan tidak mempunyai masa depan yang cerah seperti anak-anak lainnya, akibatnya ketika anak tuna wicara tidak mendapatkan dukungan dari orang tuanya maka anak tersebut akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa sehingga sulit dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain (Oktavallyan, ٢ ٠ ١ ٣ ).

  Orang tua sangat berperan dalam pengembangan diri anak dalam pembentukan kepribadian kearah positif. Peran orang tua terhadap anak sangat dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan baik secara fisik, psikis, maupun sosial, ini akan jelas terlihat dalam cara mengasuh dan dalam mengembangkan pola hubungan antara orang tua dan anak. Peran orang tua hendaknya dipahami oleh setiap orang tua ketika mereka membentuk sebuah keluarga dan memiliki anak (Farida, 2004). Jika lingkungan rumah secara keseluruhan memupuk perkembangan sikap sosial yang baik, kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi yang baik. Pentingnya dukungan keluarga terhadap hal tersebut dilakukan supaya dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial dan mencegah adanya perkembangan perilaku negative pada anak tuna wicara (Dian, 2011).

  Peran tenaga kesehatan khususnya perawat dalam mendukung keluarga terhadap anak yang menderita tuna wicara diharapkan lebih aktif lagi dalam upaya meningkatkan kepedulian orang tua dalam mengasuh anaknya, melalui pemberian penyuluhan, konseling kepada keluarga untuk lebih berperan dalam pengembangan diri anak tuna wicara dalam pembentukan kepribadian kearah positif. Disamping hal tersebut keluarga juga diharapkan dapat mengasuh dan mengembangkan ketrampilan, berkomunikasi dan berinteraksi anak dengan orang lain (Yudina, 2014). Berdasarkan permasalahan diatas maka peneiti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul dukungan keluarga pada anak tuna wicara di SLB-B kota Mojokerto.

METODOLOGI PENELITIAN

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

  

deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti menggambarkan dukungan keluarga pada

  anak tuna wicara. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yaitu variabel tunggal yaitu dukungan keluarga pada anak tuna wicara. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga anak tuna wicara yang berada di SLB-B

  Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga anak tuna wicara yang berada di SLB-B Pertiwi Kota Mojokerto sejumlah 48 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara total sampling adalah pemilihan sampel dengan cara mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian yang dilaksanakan di SLB-B Pertiwi Kota Mojokerto menjelaskan bahwa lebih dari setengah responden memiliki dukungan positif yaitu sebanyak 20 responden (57,1%).

  Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004) merupakan bantuan / sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan (Setiadi,2008). Menurut Smet dalam Cristine (2010) dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkunganya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa bahwa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran dan kesan yang menyenangkan pada dirinya.

  Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lincoln Hlatywayo (2014) tentang studi keterlibatan orangtua dalam program liserasi untuk anak tuli (A

  

study into Involvement of Parent in Literacy Development Programmes for Dear

Learners) menunjukkan bahwa 30% dari responden atau orang tua membantu

  anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah, 10% orang tua mendapatkan dukungan dari sekolah dalam pembelajaran membaca pada anak tuli, 60% orang tua membawa atau mengajak anak pada setiap pertemuan sosial.

  Sebagian besar keluarga mendukung pada anak tuna wicara, hal ini ditunjukkan pada orang tua yang dapat memahami keadaan fisik anak yang kurang. Anak tuna wicara bukan hal lagi dianggap aib atau perasaan malu dan ketakutan akan kemungkinan dikucilkan oleh masyarakat. Keluarga sudah dapat menerima keadaan anak tuna wicara, dukungan keluarga sangatlah penting untuk masa depan anak. Partisipasi anggota keluarga dalam memberikan dukungan kepada anak tuna wicara untuk memanfaatkan fasilitas pendidikan khusus bagi anak tuna wicara.

  Berdasarkan indikator dukungan informasional keluarga mencari informasi terkait kesehatan anak melalui media masa atau elektronik dan keluarga melatih anak beberapa keterampilan seperti belajar makan sendiri, menggunakan pakaian sendiri didapatkan bahwa kurang dari setengah responden memiliki dukungan yang negatif terhadap anak tuna wicara yaitu sebanyak 17 responden (48,5%).

  Dukungan informasi merupakan jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberiin formasi (Sarafino dalam Crsitine, 2010).

  Kurang dari setengah keluarga anak tuna wicara kurang mendukung dalam memberikan informasi, hal ini dibuktikan bahwa keluarga kadang-kadang memberikan informasi tentang cara melatih anak dalam beberapa keterampilan bahasa, memberikan penjelasan kepada anak apa yang belum dimengerti, dan memberikan informasi tentang keadaan anak. Hal ini dapat menghambat dalam perkembangan anak tuna wicara.

  Berdasarkan indikator dukungan emosional keluarga memotivasi anak untuk berkomunikasi kepada teman-temannya, keluarga mendampingi anak saat belajar dirumah dan keluarga menanyakan perasaan anak selama disekolah didapatkan bahwa lebih dari setengah responden memberikan dukungan yang positif terhadap anak tuna wicara yaitu sebanyak 21 responden (60%).

  Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat (SarafinodalamCrsitine, 2010).

  Sebagian besar keluarga mendukung dalam pemberian dukungan emosional dalam meningkatkan harga diri anak tuna wicara, hal ini dibuktikan bahwa keluarga selalu mendengarkan keluhan-keluhan, memberikan kasih sayang dan perhatian serta keluarga selalu menyediakan atau memperhatikan segala kebutuhan yang di butuhkan seperti pendidikan, tempat istirahat dan lain sebagainya, sehingga hal ini menyebabkan anak tuna wicara merasa dihargai atau diperhatikan oleh keluarga.

  Berdasarkan indikator dukungan penghargaan keluarga memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan yang disenangi, keluarga menyemangati dan menghibur anak ketika merasa tidak diterima dilingkungan sekitar didapatkan bahwa lebih dari setengah responden memberikan dukungan yang positif terhadap anak tuna wicara yaitu sebanyak 20 responden (57,1%).

  Dukungan penghargaan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternative berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

  Sebagian besar keluarga mendukung dalam memberikan dukungan penghargaan atau penilaian, dimana hal ini dikarenakan motivasi keluarga dalam memberikan dukungan guna untuk meningkatkan harga diri anak tuna wicara, hal ini dibuktikan bahwa keluarga pernah membantu anakdalam berkomunikasi dengan orang lain, serta keluarga peduli terhadap perawatan kesehatan anak.

  Pada indikator dukungan instrumental keluarga menyediakan transportasi dan biaya berobat ketika anak sakit, keluarga meluangkan waktu untuk menjaga anak dirumah didapatkan bahwa sebagian besar responden memberikan dukungan yang positif pada anak tuna wicara yaitu sebanyak 28 responden (80%).

  Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan financial dan material berupa bantuan nyata(instrumental support

  

material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

  memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari- hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata (Sarafino dalam Crsitine, 2010).

  Sebagian besar keluarga anak tuna wicara mendukung dalam memberikan materi, seperti halnya keluarga memberikan fasilitas (kendaraan) saat penderita mengalami kesulitan karena jarak tempat tinggal dengan tempat sekolah terlalu jauh, disamping itu keluarga selalu membantu anak saat mengalami hambatan dari sekolah (membantu mengantarkan kesekolah) ketika anak berangkat sekolah.

  SIMPULAN

  Hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 27 Mei-03 Juni 2015 di SLB-B Pertiwi Kota Mojokerto didapatkan bahwa lebih dari setengah responden memiliki dukungan positif pada anak tuna wicara yaitu sebanyak 20 responden (57,1%).

  SARAN

  1. Bagi Peneliti Selanjutnya

  Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang hubungan konsep diri anak tuna wicara di SLB-B Pertiwi Kota Mojokerto

  2. Bagi Institusi Pendidikan

  Institusi pendidikan dipertimbangkan untuk melengkapi kurikulum asuhan pada anak tuna wicara di SLB-B Pertiwi Kota Mojokerto

  3. Bagi Tenaga Kesehatan

  Tenaga kesehatan khususnya perawat dalam mendukung keluarga terhadap anak yang menderita tuna wicara diharapkan lebih aktif lagi dalam upaya meningkatkan kepedulian orang tua dalam mengasuh anaknya, melalui pemberian penyuluhan, konseling kepada keluarga untuk lebih berperan dalam pengembangan diri anak tuna wicara dalam pembentukan kepribadian kearah positif.

  4. Bagi Keluarga

  Kepada keluarga diharapkan dapat memainkan perannya yaitu mendukung atau memberikan support pada anak tuna wicara dapat mengasuh dan mengembangkan ketrampilan, berkomunikasi dan berinteraksi anak dengan orang lain.

  Correspondensi : E-Mail : Jeshyjibi@gmail.com Alamat : Desa Jogoroto Kec. Jogoroto Kab. Jombang

Dokumen yang terkait

KETERATURAN IBU KE POSYANDU DENGAN KEMAMPUAN IBU MENILAI STATUS GIZI BALITA DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUGIO KABUPATEN LAMONGAN

0 0 6

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

0 0 6

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO 1212020023 SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa DESCRIPTION: Penyakit grastitismaag memang sudah mulai dialami oleh orang Indonesia dari

0 0 5

MEKANISME KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA DI DUSUN GAYAMAN DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

0 0 8

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER

0 0 6

HARGA DIRI ANAK USIA SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 YANG MENGALAMI KEGEMUKAN DI SDN PRAJURITKULON 1 KOTA MOJOKERTO

0 0 7

SIKAP MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO RENI DIAN TRI WULANDARI 1212010034 SUBJECT: Sikap, Pencegahan Demam Berdarah Dengue , Masyarakat Desa Gayaman DESCRIPTION: Kejadian demam berda

0 1 8

FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO

0 0 7

KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM PADA LANSIA HIPERTENSI DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KAB. MOJOKERTO

0 1 7

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA BARENGKRAJAN KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO

0 0 6