Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksadana
didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi,
dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham
kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga
nilai aktiva bersihnya.
Undang-Undang

Nomor

8

Tahun

1995

tentang


Pasar

Modal

menyebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Definisi manajer investasi menurut Undang-Undang tentang Pasar
Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah pihak yang kegiatannya mengelola
portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi
kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana
pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Reksadana
didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya siinvestasikan dalam portofolio
efek oleh manajer investasi.
Dilihat dari segi perdagangan efek, reksadana adalah suatu produk
yang diperdagangkan, sedangkan manajer investasi sebagai pengelola

12

Universitas Sumatera Utara

produk tersebut. Reksadana dapat berupa Investment Companies dan Unit
Investment Trust (Kontrak Investasi kolektif). Sementara, bank custodian
akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor
serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana.
Reksadana

merupakan

sarana investasi

bagi

investor

untuk

dapat


berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar.
Melalui reksadana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio
investasinya sendiri (Eko Pratomo, 2005:39).
Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan,

yaitu

kebutuhan investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa
depannya dan kebutuhan perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan
dana bagi pembiayaan kegiatan ekonomi jangka panjang. Reksadana akan
menciptakan permintaan (demand) dari sisi investor akan surat berharga
sebagai instrumen investasi, sekaligus menciptakan supply (dari sisi
perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan surat-surat berharga, yang
akan menjadi lahan investasi bagi investor. Selain itu, dengan adanya
reksadana akan membuat pasar investasi lebih likuid. Instrumen investasi
yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan (mudah untuk
dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme yang
transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan
meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi (Eko Pratomo,
2005:43).

Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berarti kelola atau

13
Universitas Sumatera Utara

pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang
sesuai dengan

Islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah

yang

dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi
serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah
ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79).
Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di
Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan
istilah investment trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai
Unit trust. Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an

investment scheme that pools from many investors who share similar
financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad
Rodoni, 2009:80).
2.1.1 Pengertian Reksadana Syariah
Reksadana Syariah mengacu pada syariat islam baik dari cara
pengelolaan, kebijakan investasi, akad, pelaksanaan investasi, maupun
dari segi pembagian keuntungan sejalan dengan prinsip-prinsip syariah.
Selain itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam turut
mendorong perkembangan reksadana syariah, karena memenuhi
kebutuhan sekelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan
dengan cara yang halalan- toyyibah.
Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara

14
Universitas Sumatera Utara

Pemodal sebagai Pemilik harta (Shahibul Maal atau Rabbul Maal)
dengan Manajer Investasi sebagai wakil Shahibul Maal, maupun antara
Manajer Investasi sebagai wakil Shahibul Maal dengan pengguna

investasi.
Dengan demikian, Reksadana syariah adalah Reksadana yang
pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah islam.
Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada
obligasi dari

perusahaan

yang

pengelolaan

atau

produknya

bertentangan dengan syariat misalnya industri peternakan babi, jasa
keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya dan bisnis yang
mengandung maksiat.
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 20/DS MUI/IX/2000 ini

memuat antara lain :
1.

Dalam Reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang
bertentangan dengan syariah baik dari segi akad, pelaksanaan
investasi maupun dari segi pembagian keuntungan.

2.

Investasi hanya dapat dilakukan pada instrument keuangan yang
sesuai dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah sudah
melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan
pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bank
umum syariah dan surat utang yang sesuai dengan syariah.

3.

Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah antara lain tidak
boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada


15
Universitas Sumatera Utara

lembaga keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta
memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barangbarang atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat.
Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan
prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsure yang tidak jelas
(gharar). Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu,
penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading atau
menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi
untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan
investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya lebih dominan
dari modalnya.
4.

Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam Reksadana
syariah jika struktur utang terhadap modal sangat tergantung
pada pembiayaan dari utang, yang pada intinya merupakan
pembiayaaan yang mengandung unsur riba, emiten memiliki
nisbah utang terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%, modal

55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip
usaha yang islami.

5.

Mekanisme operasional Reksadana syariah terdiri dari: wakalah,
antara manager investasi dan pemodal, serta mudharabah antara
manager investasi dengan pengguna investasi.

6.

Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut:
(1) Pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh

16
Universitas Sumatera Utara

manager investasi) dan pengguna invests berdasarkan pada
proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah ditentukan
bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu

kepada si pemodal;
(2) Pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah
diberikan; dan
(3) Manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung
risiko kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan
karena kelalaian.
7.

Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam Reksadana
syariah adalah:
(a) Dari saham dapat berupa:
a)

Deviden yang merupkan bagi hasil atas keuntungan yang
dibagi dari laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai
maupun dalam bentuk saham;

b)

Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih

dulu yang diberikan oleh emiten; dan

c)

Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh
dari jual beli saham di pasar modal.

(b) Dari obligasi yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang
diterima secara periodik dari laba emiten.
(c) Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan syariah:
bagi hasil yang diterima oleh issuer.

17
Universitas Sumatera Utara

Peraturan

Bapepam

mengenai

pengelolaan

reksadana

jelas

menjamin terhindarnya kondisi gharar dan maysir. Jadi, cara
perolehannya sudah jelas halal. Kemudian, portofolio Reksadana
syariah hanya boleh berisi efek syariah, sehingga zat-nya juga sudah
halal. Kebersamaan pemodal dalam Reksadana dan juga memberi
manfaat dalam mencapai diversifikasi portofolio yang optimal dan
dapat membawa kemaslahatan bersama Sehingga melalui Reksadana
syariah diharapkan pemodal mendapat hasil yang optimal dan halal.
2.1.2 Jenis-jenis Reksadana Syariah
Dalam memilih konsetrasi portofolio Reksadana yang dikelola
oleh manager investasi, maka investor dapat memilihnya berdasarkan
jenis Reksadana yang ditawarkan. Konsentrasi portofolio Reksadana,
antara lain:
1. Reksadana pasar uang
Reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek yang
jatuh tempo kurang dari satu tahun, disini Reksadana syariah dapat
berinvestasi pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah, deposito
syariah dan sertifikat

deposito syariah,

Sertifikat

Investasi

Mudharabah Antarbank, dan surat berharga lain yang berjangka
kurang dari 1 tahun yang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Reksadana pendapatan tetap
Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktivitasnya dalam bentuk efek berbentuk obligasi syariah, yaitu

18
Universitas Sumatera Utara

obligasi syariah yang tercatat di Jakarta Islamic Index BEI.
3. Reksadana saham.
Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dalam efek bersifat ekuitas (saham) syariah, yaitu saham yang
tercatat di Jakarta Islamic Index BEI.
4. Reksadana Campuran
Reksadana yang melakukan investasi dalam efek yang bersifat
ekuitas (saham) syariah dan efek yang bersifat obligasi syariah yang
prbandingannya tidak termasuk dalam kategori yang disebut di atas.
5. Reksadana Index
Reksadana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan utama
menghasilkan kinerja yang mengikuti kinerja Indeks tertentu
(misalnya, S&D 500, Dow Jones 30, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), atau Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan biaya
minimal. Nama-nama saham maupun bobot masing-masing saham
investasinya akan mirip dengan indeks. Selain biaya rendah,
reksadana ini reltif lebih transparan karena komposisi portofolionya
jelas, mirip indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika ada
perubahan komposisi indeks yang diikuti.
6. Reksadana Terproteksi
Reksadana yang memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai
investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku.
Kerena memberikan jaminan proteksi, Reksadana ini cenderung

19
Universitas Sumatera Utara

diinvestasikan pada instrument pasar modal dan pasar uang yang
lebih aman, misalnya dalam obligasi yang termasuk dalam kategori
layak investasi.
2.1.3 Bentuk-bentuk Reksadana Syariah
Berdasarkan ketentuan pasal 18 Undang Undang Pasar Modal No.
8 Tahun 1995, ada dua bentuk Reksadana, yaitu berbentuk perseroan
dan berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) :
1. Badan Hukum Perseroan (PT)
Reksadana perseroan (PT) merupakan badan hukum tersendiri
yang didirikan untuk melakukan kegiatan Reksadana. Sebagaimana
halnya suatu badan hokum PT, maka Reksadana yang berbentuk
perseroan memiliki suatu anggaran dasar, pemegang saham,
pengurus atau direksi, kekayaan sendiri dan kewajiban. Ciri-ciri
Reksadana PT antara lain:
1)

Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT)

2)

Pengelola kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antara
Direksi Perusahaan dengan Manajer Investasi yang ditunjuk.

3)

Penyimpanan kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak
antara manajer investasi dengan kustodian.

2. Kontrak Investasi Kolektif
Resadana KIK pada prinsipnya bukanlah badan hokum
tersendiri. Reksadana melakukan kegiatannya berdasarkan kontrak
yang dibuat oleh manajer investasi dan bank kustodian. Investor
secara kolektif mempercayakan dananya kepada manajer investasi
20
Universitas Sumatera Utara

untuk dikelola. Dana yang terhimpun tersebut disimpan dan
diadministrasikan pada bank kustodian. Selanjutnya secara bersamasama dikelola oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio
adalah milik investor secara bersama- sama dan proporsional.
Hal ini sangat berbeda dengan pembentukan Reksadana
perseroan, dimana pendiri harus terlebih dahulu mendirikan PT
kemudian menunjuk manajer investasi dan bank kustodian,
Reksadana KIK pembentukannya lebih sederhana. Perusahaan efek
atau pihak lain yang telah memperoleh izin investasi mengajukan
pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum Reksadana
KIK kepada Bapepam dengan menyampaikan dokumen sebagai
berikut, kontrak investasi kolektif yang dibuat oleh manajer
investasi dengan bank Kustodian secara notarial, prospektus,
pendapat konsultan hokum dan laporan keuangan awal.
Ciri-ciri Reksadana KIK, antara lain:
1.

Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

2.

Pengelolaan Reksadana dilakukan oleh manajer investasi
berdasarkan kontrak.

3.

Penyimpanan kekayaan kolektif dilaksanakan oleh bank
kustodian berdasarkan kontrak.

4.

Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada
investor yang membeli.

5.

Unit penyertaan tidak dicatat di bursa.

21
Universitas Sumatera Utara

6.

Investor dapat menjual kembali (redemption) unit penyertaan
yang dimilikinya kepada manajer investasi yang mengelola.

7.

Hasil penjualan atau pembayaran kembali unit penyertaan akan
dibebankan kepada Reksadana.

8.

Harga jual atau beli unit penyertaan didasarkan atas Nilai
Aktiva Bersih (NAB) per unit dihitung oleh Bank Kustodian
secara harian.

2.1.4 Kelebihan Reksadana Syariah
Pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur,
yaitu return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa
keuntungan dalam berinvestasi melalui Reksadana, yaitu:
1. Diversifikasi Investasi
Diversifikasi yang berwujud dalam bentuk portofolio akan
menurunkan tingkat risiko. Reksadana melakukan diversifikasi
dalam berbagai instrument efek, sehingga dapat menyebarkan risiko
atau memperkecil risiko. Investor walaupun tidak memiliki dana
yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek
sehingga dapat memperkecil risiko. Hal ini berbeda dengan
pemodal individual yang misalnya hanya dapat membeli satu atau
dua jenis efek saja.
2. Kemudahan Investasi
Reksadana mempermudah investor untuk melakukan investasi
di pasar modal. Kemudahan investasi tercermin dari kemudahan

22
Universitas Sumatera Utara

pelayanan administrasi dalam pembelian maupun penjualan kembali
unit penyertaan.

Kemudahan

juga

diperoleh

investor

dalam

melakukan reinvestasi pendapatan yang diperolehnya sehingga unit
penyertaannya dapat terus bertambah.
3. Efisiensi biaya dan waktu
Reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor,
maka biaya investasinya akan lebih murah bila dibandingkan
dengan investor melakukan transaksi secara individual di bursa.
Pengelolaan yang dilakukan manajer investasi secara professional,
tidak perlu bagi

investor untuk memantau sendiri kinerja

investasinya tersebut.
4. Tingkat likuiditas yang baik
Artinya kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar
dari Reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah Reksadana
untuk saham-sahamyang telah dicatatkan dibursa di mana transaksi
terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat
deposito berjangka periode tertentu. Selain itu, pemodal dapat
mencairkan kembali saham atau unit penyertaan setiap saat sesuai
dengan ketetapan yang di buat masing-masing Reksadana sehingga
memudahkan investor untuk mengelola kasnya.
5. Manajer Profesional
Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia
mencari peluang investasi yang paling baik untuk Reksadana

23
Universitas Sumatera Utara

tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk
meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham atau unit
Reksadana. Adapun pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh
tujuan investasi dari Reksadana tersebut.
6. Pelayanan bagi pemegang saham
Reksadana biasanya menawarkan daya tarik kepada pemegang
sahamnya

misalnya

dengan

menjanjikan untuk melakukan

reinvestasi terhadap deviden dan capital again secara otomatis yang
seharusnya diterima oleh nasabah.
2.1.5 Risiko Reksadana Syariah
Di samping keuntungan-keuntungn yang akan mereka dapatkan,
terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui
Reksadana, antara lain:
1. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik.
Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia

sangat

rentan terhadap perubahan ekonomi internasional. Perubahan kondisi
perekonomian dan politik di dalam maupun di luar negeri atau
peraturan khususnya di bidang Pasar Uang dan Pasar Modal
merupakan factor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaanperusahaan yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia, yang secara
tidak langsung akan mempengaruhi kinerja portofolio Reksadana.
2. Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
Nilai Unit Penyertaan Reksadana data berfluktuasi akibat

24
Universitas Sumatera Utara

kenaikan atau penurunan

Nilai

Aktiva

Bersih

Reksadana.

Penurunan dapat disebabkan oleh, antara lain:
a. Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya.
b. Biaya-biaya yang dikenakan setiap hari pemodal melakukan
pembelian dan penjualan.
3. Risiko Wanprestasi oleh Pihak-pihak Terkait.
Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi
gagal memenuhi kewajibannya. Rean usaha dapat termasuk tetapi
tidak terbatas pada emiten, pialang, bank custodian dan agen
penjualan.
4. Risiko Likuiditas.
Penjualan kembali (pelunasan) tergantung kepada likuiditas dari
portofolio atau kemampuan dari manajer investasi untuk membeli
kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai.
5. Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada saat
Pengajuan Klaim Asuransi.
Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat
berharga dan asset Reksadana yang disimpan di bank kustodian,
Bank Kustodian dilindungi oleh asuransi yang akan menanggung
biaya penggantian surat- surat
tenggang waktu penggantian

berharga

tersebut.

Selama

tersebut, manajer investasi tidak

dapat melakukan transaksi investasi atas surat- surat berharga
tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi investasi ini

25
Universitas Sumatera Utara

dapat berpengaruhi terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) per Unit
penyertaan.
6. Risiko Pasar
Hal ini terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang
berfluktuatif sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum.
Terjadinya fluktuasi di pasar efek akan berpengaruh langsung pada
nilai bersih portofolio, terutama jika terjadi korelasi atau pergerakan
negative.
7. Risiko Inflasi.
Terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real
return investasi pendapatan yang diterima dari investasi dalam
Reksadana bias jadi tidak dapat menutup kehilangan karena
menurunnya daya beli (loss of purchasing power).
8. Risiko Nilai Tukar
Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri daam
portofolio yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi
nilai sekuritas yang termasu Foreign Invesment setelah dilakukan
konversi dalam mata uang domestik.
9. Risiko Spesifik.
Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki.
Di samping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas
mempunyai risiko sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun
nilainya jika kinerja perusahaannya sedang tidak bagus atau juga

26
Universitas Sumatera Utara

adanya kemungkinan mengalami default, tidak dapat membayar
kewajibannya.

2.2 Inflasi
Inflasi adalah peningkatan dalam seluruh tingkat harga (Mankiw, 2005).
Kadang-kadang

kenaikan

harga

ini

berlangsung

terus-menerus

dan

berkepanjangan. Menurut Mankiw (2005), inflasi adalah suatu fenomena
moneter yang terjadi dimanapun. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
menyebabkan kenaikan) kepada barang lainnya. Adapun indikator yang
sering digunakan dalam mengukur tingkat inflasi adalah sebagai berikut:
1. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI)
merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan
pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat.
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakkan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah.
3. Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga
barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi didalam suatu
ekonomi (negara). Deflator PBD dihasilkan dengan membagi PDB atas
dasar harga nominal dengan PDB atas harga konstan.
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-

27
Universitas Sumatera Utara

menerus. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli
masyarakat karena secara riil tingkat pendapatan
inflasi

juga menurun. Tingkat

adalah perubahan atau naik turunnya angka inflasi yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dihitung tiap bulan dalam satuan
persen (%). Indikator inflasi
Konsumen

yang digunakan adalah

Indeks Harga

(IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan

daya beli Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari
bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut:

INF = (IHKt – IHKt-1) x 100 %
IHKt-1

Keterangan:
INF

= Inflasi

IHKt

= Indeks Harga Konsumen pada periode t

IHKt-1

= Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t

2.3 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama
dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai dengan PBI Nomor
10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah. SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
waktu pendek dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Adapun karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) adalah:
1)

Menggunakan akad Ju’alah;

28
Universitas Sumatera Utara

2)

Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);

3)

Berjangka jangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan;
Diterbitkan tanpa warkat (scripless);

4)

Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan

5)

Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder.
Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) melalui

lelang yang melibatkan:
1.

Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang
yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan

2.

BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak
langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi

kesulitan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah.
SBIS bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi,
sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia di Bank Konvensional. Dalam
prakteknya, SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu
instrument operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter
yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dan akad yang digunakan
adalah akad jualah.

2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Peningkatan atau penurunan harga saham yang direflesikan oleh Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan pekembangan

29
Universitas Sumatera Utara

perusahaan atau industry suatu negara. Perubahan IHSG bahkan bisa
dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara.
Artinya maju mundurnya suatu negara bias dilihat dari Indeks Harga Saham
Gabungan suatu negara tersebut.
Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan
dengan naik-turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena
nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik turunnya indeks
ini. Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak
searah dengan pergerakan indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi
variabel-vaiabel makro seperti suku bunga bebas risiko, kurs mata
uang,surplus neraca perdagangan, cadangan devisa dan inflasi.
Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih banyak
masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan
menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs USD dalam rupiah
menurun. Sebagian modal asing itu akan ditanamkan dalam portofolio saham
sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan indeksnya.
Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham
yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga

dapat

dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisanya berupa
perubahan harga saham, dari waktu ke waktu. IHSG atau Indeks Harga
Saham Gabungan menunjukkan pasar efek secara umum karena G adalah
gabungan dari seluruh saham.
Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini, kita harus

30
Universitas Sumatera Utara

menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung
IHSG adalah sebagai berikut:

���� =

∑ ��
� 100%
∑ ��

dimana:
∑ �� = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku

∑ �� = Total harga semua saham pada tahun dasar

IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan. Angka

positif yang menyertai perubahan IHSG mnunjukkan kenaikan dari IHSG
sebelumnya. Angka negative menunjukkan IHSG turun dibanding IHSG
sebelumnya. Jika Indeks Harga Saham tidak berubah menunjukkan bahwa
kondisi stabil. Indeks menggambarkan trend pergerakan pasar dan
menjadi indicator yang sangat penting bagi pelaku di pasar modal khususnya
pasar saham.

2.5 Nilai Tukar Rupiah
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau
nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara
lain. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik
yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
Kurs mata uang Indonesia saat ini biasanya dinyatakan terhadap USD.
Sehingga ketika USD menguat terhadap Rupiah maka nilai tukar mata
uang rupiah menurun (depreciated) ataupun sebaliknya. Perubahan ini

31
Universitas Sumatera Utara

besarnya tidak proporsional untuk setiap mata uang asing sebab banyak
faktor yang bepengaruh terhadap kuat lemahnya mata uang suatu negara.
Turunnya nilai rupiah terhadap USD membuat para investor ragu akan
kinerja emiten dapat berkembang dengan baik. Selain itu, sulitnya untuk
mengantisipasi gerak fluktuasi rupiah membuat para investor bimbang.
Hal tersebut dapat menyebabkan indeks-indeks di bursa efek Jakarta yang
terus menerus berfuktuasi tersebut cenderung turun dengan tajam.
Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu
unit mata uang terhadap mata uang negara lain. besarnya jumlah mata
uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing
disebut dengan Kurs Mata Uang Asing. Apabila kondisi ekonomi suatu
negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai
tukar secara substansional.
Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh
perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang
negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing
dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi
resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut.
Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) sistem nilai tukar, yaitu: pertama, sistem
nilai tukar tetap (Fixed Exchanged Rate), kedua, sistem nilai tukar
mengambang (Floating Exchanged Rate), ketiga, sistem nilai tukar
mengambang terkendali (Managed Floatig Exchanged Rate).

32
Universitas Sumatera Utara

2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian – penelitian

tentang

Pengaruh

Inflasi,

Sertifikat

Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah telah banyak
dilakukan sebelumnya. Berikut merupakan uraian dari beberapa hasil
penelitian terdahulu mengenai Reksadana syariah:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penulis

1.

Rahmi
Hifdzia
(2012)

Variabel
Penelitian
Variabel
Independen: BI
Rate, Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi
dan Jumlah Uang
yang Beredar

Kesimpulan

Terdapat pengaruh
negatif antara BI
Rate dan Nilai
Tukar Rupiah
terhadap NAB
reksadana syariah,
sedangkan Inflasi
Variabel
Dependen: NAB dan Jumlah Uang
Beredar tidak
Reksadana
memiliki
Syariah
pengaruh terhadap
NAB reksadana
syariah.

Perbedaan

Penulis menggunakan
variabel independen :
Inflasi, SBIS, IHSG
dan Nilai Tukar Rupiah.
Sedangkan variabel
dependen yaitu : Nilai
Aktiva Bersih Danareksa
Syariah.
Tempat penelitian: seluruh
Reksadana Syariah yang
terdaftar di Bapepam
periode 2011-2014.

33
Universitas Sumatera Utara

2.

Layaly
Rahmah
(2011)

3.

Annisa
Sholihah
(2008)

Variabel
Independen:
SBIS, IHSG dan
Nilai Tukar
Rupiah

Secara bersamasama ada
pengaruh yang
signifikan antara
Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
Variabel
Dependen: NAB (SBIS), Indeks
Harga Saham
Reksadana
Gabungan
Syariah
(IHSG), dan Nilai
Tukar
Rupiah/USD
terhadap Nilai
Aktiva Bersih
(NAB) Danareksa
Syariah
Berimbang
Periode 31
Januari – 31
Oktober 2010.
Variabel
Variabel JII dan
Inflasi
Independen:
berpengaruh
JII, SWBI,
secara signifikan
IHSG, dan
terhadap kinerja
Inflasi
reksa dana
Variabel
syariah. Dan
Dependen :
Inflasi menjadi
Kinerja
variabel yang
Reksa Dana
paling dominan
Syariah
dalam SWBI dan
IHSG tidak
memiliki
pengaruh.
mempengaruhi
kinerja reksa
dana syariah.
Sedangkan
SWBI dan IHSG
tidak memiliki
pengaruh.

Penulis menggunakan
variabel independen :
Inflasi, SBIS, IHSG
dan Nilai Tukar Rupiah.
Sedangkan variabel
dependen yaitu : Nilai
Aktiva Bersih Danareksa
Syariah.
Tempat penelitian: seluruh
Reksadana Syariah yang
terdaftar di Bapepam
periode 2011-2014.

Penulis menggunakan
variabel independen :
Inflasi, SBIS, IHSG
dan Nilai Tukar Rupiah.
Sedangkan variabel
dependen yaitu : Nilai
Aktiva Bersih Danareksa
Syariah.
Tempat penelitian:
seluruh Reksadana
Syariah yang terdaftar di
Bapepam periode 20112014.

34
Universitas Sumatera Utara

4.

Audry S
Timisela
(2010)

Variabel
Independen: JII

Hasil penelitian
terdapat
hubungan linear
Variabel
antara Indeks JII
Dependen: NAB dengan tingkat
Reksadana
pertumbuhan
Syariah
Nilai Aktiva
Bersih
Danareksa
Syariah
Berimbang. RSquare = 84,7%
dipengaruhi oleh
indeks JII, dan
15.3%
dipengaruhi oleh
factor lain di luar
variabel JII.

Penulis menggunakan
variabel independen :
Inflasi, SBIS, IHSG
dan Nilai Tukar Rupiah.
Sedangkan variabel
dependen yaitu : Nilai
Aktiva Bersih Danareksa
Syariah.
Tempat penelitian:
seluruh Reksadana
Syariah yang terdaftar di
Bapepam periode 20112014.

5.

Prantik
Ray dan
Vina
Vani
(2005)

Variabel
Independen:
Tingkat Suku
Bunga, Jumlah
Uang beredar,
Inflasi dan Pasar
Ekuitas

Penulis menggunakan
variabel independen :
Inflasi, SBIS, IHSG
dan Nilai Tukar Rupiah.
Sedangkan variabel
dependen yaitu : Nilai
Aktiva Bersih Danareksa
Syariah.
Tempat penelitian:
seluruh Reksadana
Syariah yang terdaftar di
Bapepam periode 20112014.

Variabel Tingkat
Suku Bunga,
Jumlah Uang
Beredar, Inflasi
dan Pasar
Ekuitas memiliki
pengaruh yang
cukup besar
Variabel
Dependen: NAB dalam
pergerakan NAB
Reksadana
pada periode
Syariah
1999-2004,
sedangkan
Output Nasional
yang
dicerminkan
dalam Indeks
Produksi Industri
memiliki
pengaruh yang
sangat diabaikan
pada return
reksadana.

35
Universitas Sumatera Utara

6

Putratama
(2007)

Variabel
Independen:
Jumlah Uang
yang Beredar,
Real Exchange
Rate, inflasi dan
JII

Variabel jumlah
uang beredar, Real
Exchange Rate,
inflasi, dan JII
berpengaruh
signifikan dalam
jangka
pendek maupun
Variabel
Dependen: NAB jangka panjang
terhadap NAB
Reksadana
reksa dana
Syariah
syariah

Penulis menggunakan
variabel independen :
Inflasi, SBIS, IHSG
dan Nilai Tukar Rupiah.
Sedangkan variabel
dependen yaitu : Nilai
Aktiva Bersih Danareksa
Syariah.
Tempat penelitian: seluruh
Reksadana Syariah yang
terdaftar di Bapepam
periode 2011-2014.

7

Arisandi
(2009)

Variabel
Independen:
Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi,
JII dan Jumlah
unit reksadana
syariah

Penulis menggunakan
variabel independen :
Inflasi, SBIS, IHSG
dan Nilai Tukar Rupiah.
Sedangkan variabel
dependen yaitu : Nilai
Aktiva Bersih Danareksa
Syariah.
Tempat penelitian: seluruh
Reksadana Syariah yang
terdaftar di Bapepam
periode 2011-2014..

Hasil penelitian
mengindikasikan
variabel nilai tukar
rupiah, inflasi,
Jakarta Islamic
Index
(JII), dan jumlah
unit reksadana
Variabel
Dependen: NAB syariah memiliki
hubungan positif
Reksadana
dengan NAB reksa
Syariah
dana syariah.
Sedangkan
variabel SWBI
memiliki
hubungan negatif
dengan NAB reksa
dana syariah.

Sumber : Kumpulan penelitian terdahulu

36
Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konseptual
Menurut Iskandar (2008 : 54) kerangka konseptual yaitu “menjelaskan
secara teoritis model konseptual variabel - variabel penelitian, tentang
bagaimana pertautan teori - teori yang berhubungan dengan variabel variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel
terikat”. Beberapa faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah diantaranya Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah.
Setiap variabel memiliki pengaruh atau tidak memiliki pengaruh terhadap
pembiayaan murabahah.
Situasi ekonomi seperti kondisi ekonomi makro yang mempengaruhi
NAB

Reksadana Syariah

kenaikan

adalah

inflasi. inflasi

adalah

gejala

harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus.

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi dari pada
harga periode sebelumnya. Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat
dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga
secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum
akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu
perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat
umum dan terus-menerus. Menurut Ali dan Beik (2012), inflasi
berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek dengan korelasi positif
terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini terjadi karena ketika inflasi

37
Universitas Sumatera Utara

mengalami peningkatan, maka bank sentral akan merespon dengan
menaikkan suku bunga dan bonus SBIS untuk mengurangi jumlah uang
beredar. Kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi para
investor yang menginginkan return yang tinggi, untuk berinvestasi pada
reksadana

syariah,

sehingga

NAB

reksadana

syariah

mengalami

peningkatan. Inflasi berpengaruh secara negatif apabila dilihat dari dampak
inflasi yaitu ketika inflasi mengalami peningkatan maka akan mengurangi
konsumsi dan daya beli masyrakat yang mengakibatkan berkurangnya minat
masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada reksadana syariah.
Umumnya suku bunga SBIS berhubungan negatif dengan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) reksadana syariah. Bila pemerintah mengumumkan suku
bunga SBIS akan naik maka investor akan menjual unit penyertaannya dan
memilih untuk berinvestasi melalui SBIS. Menurut Virlandana dan
Hermana (2005), hubungan NAB dengan SBIS menunjukkan korelasi
kuat negatif. Jadi jika SBIS menurun maka NAB meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa NAB merupakan alternatif investasi yang lebih
menarik pada saat tingkat suku bunga bank syariah menurun. Jika tingkat
SBIS menurun akan mempengaruhi iklim investasi di pasar modal dan
pasar uang syariah. Dengan turunnya SBIS, maka investasi akan berpindah
ke instrumen-instrumen yang memberikan tingkat keuntungan/bagi hasil
yang lebih tinggi di pasar modal, misalnya reksadana syariah.
IHSG menjadi barometer kesehatan pasar modal

yang dapat

menggambarkan kondisi bursa efek. Umumnya IHSG berhubungan negatif

38
Universitas Sumatera Utara

dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah . Peningkatan IHSG
mencerminkan kinerja perusahaan di pasar modal konvensional yang
meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih
besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan kenaikan
return bagi para pemegang saham. oleh karena itu masyarakat akan menarik
dananya dari reksadana syariah dan menginvestasikan dananya melalui
perusahaan yang tercatat di dalam IHSG dengan harapan memperoleh
return yang lebih besar, sehingga NAB reksadana syariah akan menurun.
Menurut Layaly Rahmah (2011), Setelah dilakukan penelitian terhadap
Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang menunjukkan bahwa
variabel IHSG menjadi variabel yang paling dominan dan memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah, hal ini
dikarenakan banyaknya para pemodal yang portofolio investasinya juga
menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi dengan ditunjukkan oleh
meningkatnya IHSG.
Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat berpengaruh
terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata
uang asing khususnya dollar AS sehingga terjadi aliran modal masuk
(capital inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah.
Capital Inflow kemudian akan meningkatkan NAB reksa dana syariah.
Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:8), fluktuasi nilai
rupiah terhadap mata uang asing yang stabil sangat mempengaruhi

39
Universitas Sumatera Utara

iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya
apresiasi kurs rupiah terhadap

dollar

misalnya

akan memberikan

dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar
negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara
tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan
karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor, sebaliknya
akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya
neraca pembayaran Negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa,
berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor
terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak
negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal. Keadaan ini, bagi
investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal. Dalam hal ini
menyebabkan menurunnya NAB reksadana syariah karena pengelolaan
dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada saham
mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan dananya
pada reksadana syariah akan melakukan penarikan modal sehingga NAB
reksadana syariah pun mengalami penurunan.
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat kerangka konseptual pada
penelitian ini, yaitu:

40
Universitas Sumatera Utara

Inflasi
(X1)
Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS)
(X2)

Nilai Aktiva
Bersih Reksadana
Syariah
(Y)

Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
(X3)
Nilaai Tukar Rupiah
(X4)
Sumber : Telaah Peneliti
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan :
Y

= Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

X1

= Inflasi

X2

= Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

X3

= Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

X4

= Nilai Tukar Rupiah

Kerangka konseptual diatas menjelaskan bahwa yang akan diuji di
dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh
variabel Inflasi (X1) terhadap NAB Reksadana Syariah, variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X2) terhadap NAB Reksadana
Syariah, variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (X3) terhadap
NAB Reksadana Syariah dan variabel Nilai Tukar Rupiah (X4) terhadap
NAB Reksadana Syariah Serta secara bersama-sama apakah ada pengaruh
keempat variabel tersebut terhadap NAB Reksadana Syariah.

41
Universitas Sumatera Utara

2.8 Hipotesis
Menurut Indriantoro, Bambang (1999 : 73) hipotesis menyatakan
“hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam
rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris”. Dari penjelasan
kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1

: Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana syariah.

H2

: Sertifikat Bank Indonesia Syariah berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.

H3

: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.

H4

: Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara parsial terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.

H5

: Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga
Saham (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara
simultan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah.

.

42
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh pendaftaran nilai aktiva bersih (NAB) portofolio produk unit link campuran terhadap tingkat pendapatan nasabah pada PT. BNI Life Insurance divisi Syariah (priode Januari 2008-Juni 2010)

0 5 122

Pengaruh risiko infasi dan nilai tukar terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada reksa dana syariah studi pada PT. Danareksa Investment Management Tahun 2007- 2012

2 7 121

Analisis variabel makroekonomi dan indeks syariah terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah

4 11 132

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

4 85 159

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

10 32 105

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 1 12

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 2

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 11

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 3 3

Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

0 0 6