IMPLEMENTASI INTERNET SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN DEMOKRASI.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan.

Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan bergesernya peranan guru, termasuk guru PKn sebagai penyampai pesan/informasi. Ia tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber terutama dari media massa, apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), komputer pribadi, dan internet.

Dalam dunia pendidikan, penggunaan teknologi merupakan bagian dari teknologi pendidikan. Penggunaan teknologi dalam pendidikan yang sudah dikenal dalam dunia pendidikan antara lain penggunaan alat-alat bantu belajar seperti slide, OHP, LCD Proyektor, penggunaan komputer (computer assisted) dan penggunaan alat-alat laboratorium. Sejalan dengan


(2)

berkembangnya inovasi bidang teknologi komputer yang terakses ke internet pada awal dekade 90-an, sumber-sumber belajar atau pengetahuan menjadi sangat mudah diperoleh.

Hasil pengamatan penulis ke beberapa sekolah yang ada di Kota Cimahi, hampir setiap sekolah memiliki sarana komputer, bahkan ada sebagian sekolah telah menyambungkan dengan internet. Seperti halnya SMKN 1 Cimahi telah memiliki laboratorium komputer yang sudah tersambungkan dengan internet. Di sekolah tersebut komputer merupakan pelajaran wajib yang harus diikuti oleh setiap siswa.

Hasil studi pendahuluan penulis di SMK Negeri 1 Cimahi ditemukan permasalahan bahwa para siswa hanya menggunakan komputer pada waktu pelajaran komputer dan pelajaran Bahasa Inggris. Kemudian diperoleh informasi bahwa pada waktu kegiatan belajar mengajar sumber untuk pelajaran PKn khususnya tentang demokrasi masih terbatas.

Realitas empirik selama ini di tingkat persekolahan memperlihatkan, dalam proses pembelajaran PKn, guru kurang optimal baik di dalam memanfaatkan maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran PKn cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered), textbook centered, dan monomedia. Tidak dapat dipersalahkan apabila banyak siswa mengganggap proses pembelajaran PKn sebagai sesuatu yang membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan, kurang variatif, dan pelbagai keluhan lainnya.


(3)

pelajaran PKn. Melalui internet dapat dengan mudah mencari sumber-sumber pembelajaran PKn. Di internet terdapat beribu-ribu bahkan berjuta-juta situs yang dapat diakses oleh setiap orang sebagai sarana informasi dan komunikasi sebagai sumber pembelajaran.

“Electronic Learning (E-learning) adalah kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang tersambungkan ke internet dimana peserta belajar berupaya memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.” (Dong, dalam Hanny Kamarga, 2002:53)

Lebih jauh Kamarga, (2002:53-54) menjelaskan bahwa :

E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online; E-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi; E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi pendidikan.

Dalam posisi ini, E-learning adalah menggunakan teknologi internet sebagai sumber informasi, sehingga siswa akan dengan mudah mendapatkan informasi untuk mendukung mata pelajaran yang sedang dipelajarinya, dengan cara mengakses situs-situs yang diinginkan.

Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, musieum, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi,


(4)

rekaman, laporan, data statistik, atau kutipan yang berkaitan dengan PKn Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts).

Internet dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran dalam mengajarkan PKn khususnya di bidang pembelajaran demokrasi, sehingga siswa dapat dengan mudah untuk mencari sumber dari internet ketimbang dari buku-buku atau majalah.

Berdasarkan uraian di atas, dapatlah ditarik problematika penelitian sebagai berikut : Bagaimana menggunakan internet sebagai sumber pembelajaran di SMKN 1 Cimahi khususnya untuk pembelajaran demokrasi sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai-nilai demokrasi. Adapun pokok bahasan yang akan menjadi fokus penelitian adalah Pengembangan Nilai-nilai Demokrasi.

B. Rumusan dan Fokus Masalah Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanan mengimplementasikan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi ?

Dari masalah tersebut penulis akan memfokuskan penelitian pada hal-hal berikut ini :

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru PKn untuk mengimplementasikan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi?


(5)

2. Bagaimana proses belajar mengajar demokrasi dengan mengimplementasikan internet sebagai sumber pembelajarannya ?

3. Bagaimana kendala dan persoalan yang ditemukan dalam mengimplementasikan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi?

4. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengimplementasikan internet dalam pembelajaran demokrasi ?

5. Bagaimana implikasi yang dapat dianalisis dari pelaksanaan pembelajaran demokrasi dengan menerapkan internet sebagai sumber pembelajarannya ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang implementasi internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran demokrasi. Tujuan akhir ialah berupa optimalisasi dan efektivitas sumber pembelajaran elektronik yaitu internet dalam proses pembelajaran demokrasi di SMK. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui perencanaan yang dilakukan guru PKn untuk mengimplementasikan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi. 2. Mengetahui proses belajar mengajar demokrasi dengan

mengimplementasikan internet sebagai sumber pembelajarannya.


(6)

internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi.

4. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengimplementasikan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi.

5. Mengetahui implikasi pembelajaran demokrasi dengan menerapkan internet sebagai sumber pembelajarannya.

Kegunaan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

a. Memberikan pengetahuan tentang tingkat ketergantungan informasi terhadap internet di kalangan siswa.

b. Memberikan wawasan tentang pengaruh terapan internet bagi perkembangan kognitif siswa.

c. Mengetahui efektivitas internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai-nilai demokrasi. d. Mengetahui jenis-jenis situs apa saja yang paling banyak dimanfaatkan

sebagai sumber pembelajaran demokrasi.

e. Memberikan kontribusi sosulsi alternatif dalam proses pembelajaran PKn, khususnya dalam pemberdayaan sumber pembelajarannya.

f. memberikan kontribusi model penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi.

D. Verifikasi Konsep

Guna menghindari kesalahtafsiran terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, di bawah ini akan diterangkan secara operasional beberapa istilah teknis yang dipandang penting untuk diketahui kejelasannya.


(7)

1. Internet

Pengertian internet dapat dirumuskan sebagai “a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources” (Williams, 1999 dalam Siahaan, 2001). Tampaklah bahwa pengertian internet tidak hanya terbatas pada aspek perangkat keras (infrastruktur) berupa seperangkat komputer yang saling berhubungan satu sama lain dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan data, baik berupa teks, pesan, grafis, maupun suara. Dengan kemampuan yang demikian ini, maka dapat dikatakan bahwa internet merupakan suatu jaringan komputer yang saling terkoneksi dengan jaringan komputer lainnya ke seluruh penjuru dunia.

Menurut Prebian, (2003:3) menyatakan bahwa:

Internet singkatan dari Interconnection Networking bisa diartikan sebagai global network of computer networks atau jaringan komputer dalam skala global/mendunia. Jaringan komputer ini berskala internasional yang dapat membuat masing-masing komputer saling berkomunikasi. Network ini membentuk jaringan inter-koneksi (inter-connected network) yang terhubung melalui protokol TCP/IP. Dikembangkan dan diuji coba pertama kali pada tahun 1969 oleh US Departemen of Defense dalam proyek ARPAnet. ARPAnet adalah merupakan singkatan dari Advanced Research Projects Agency Network. Jaringan yang menjadi cikal bakal terbentuknya internet. Internet sebenarnya mengacu kepada istilah untuk menyebut sebuah jaringan, bukannya suatu aplikasi tertentu. Karenanya, internet tidaklah memiliki manfaat apa-apa tanpa adanya aplikasi yang sesuai. Internet menyediakan beragam aplikasi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Setiap aplikasi berjalan diatas sebuah protokol tertentu. Istilah


(8)

"protokol" di internet mengacu pada satu set aturan yang mengatur bagaimana sebuah aplikasi berkomunikasi dalam suatu jaringan. Sedangkan software aplikasi yang berjalan diatas sebuah protokol disebut sebagai aplikasi client.

Pemanfaatan internet artinya penggunaan software aplikasi dalam sebuah jaringan network sebagai sumber pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya tentang demokrasi. Seperti halnya diungkapkan oleh Simon (2003:76) yang menyatakan bahwa: “internet membantu mengembangkan kemampuan demokrasi dan institusi demokrasi. Bahkan dikatakan pengembangan sambungan internet adalah arena yang sempurna untuk membangun koalisi pro-pembangunan antar negara, perusahaan secara multilateral.” Oleh karena itu penggunaan internet kini sudah mulai merambah ke negara-negara yang sedang berkembang bahkan negara-negara miskin sekalipun.

Internet dalam perkembangannya kini sudah mulai merambah ke sekolah-sekolah baik sebagai media belajar maupun sebagai sumber belajar. Lebih jauh Simon (2003) menjelaskan bahwa :

Internet kini sudah dikembangkan lewat komunitas lokal dan organisasi non pemerintah (NGO) melalui proyek-proyek seperti pengembangan program pelatihan komputer untuk guru, murid dan komunitas pemimpin. Pelatihan guru tak bisa ditawar-tawar karena salah satu halangan penggunaan internet di sekolah adalah para guru itu sendiri kurang melek-komputer, dan karena itu tidak bisa menjadi pemrakarsa penggunaan komputer.


(9)

jauh bagaimana penggunaan internet di sekolah baik sebagai media belajar maupun sebagai sumber belajar.

2. Pembelajaran Demokrasi

Demokrasi dipandang sebagai kerangka berpikir dalam melakukan pengaturan urusan umum atas dasar prinsip dari, oleh dan untuk rakyat diterima baik sebagai ide, norma, sistem sosial, maupun sebagai wawasan, sikap, perilaku individual yang secara kontektual diwujudkan, dipelihara dan dikembangkan. Menurut Gaffar, A. (2004:3-4) menjelaskan bahwa :

Dalam ilmu politik dikenal dua pemahaman tentang demokrasi yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik (procedural democracy). Dalam Pemahaman secara normatif, demokrasi merupakan sesuatu yang secara idiil hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara, seperti ungkapan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ungkapan normative tersebut biasanya diterjemahkan dalam konstitusi pada masing-masing Negara. Sedangkan pemahaman secara empirik melihat bagaimana demokrasi dalam perwujudannya dalam kehidupan politik praktis.

Melihat pernyataan tersebut maka penulis berusaha mengungkapkan pemahaman demokrasi secara normatif, kemudian nilai-nilai normatif tersebut dapat diwujudkan dalam kehidupan politik praktis, yang dalam hal ini bukan diwujudkan dalam tatanan pemerintahan akan tetapi diwujudkan dalam kegiatan belajar siswa di sekolah.

Pembelajaran PKn dituntut untuk mengembangkan sikap demokrasi yang bertujuan membentuk sikap dan perilaku siswa yang demokratis, sehingga suasana kelas menjadi semakin hidup tidak hanya guru yang


(10)

berkreasi, tetapi siswapun terlibat didalamnya, dengan demikian Guru PKn harus menampilkan kepribadian yang demokratis yaitu bersikap ramah, kekeluargaan tidak memaksakan kehendaknya kepada anak didiknya serta setiap siswa diperhatikan akan hak dan kewajibannya, menghargai pribadinya serta selalu menyatakan musyawarah untuk mufakat dalam penyelesaian suatu masalah.

Pembelajaran digambarkan sebagai aktivitas yang terjadi di kelas yang mencakup material atau sumber. Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisien tujuan pembelajaran.

Sumber pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu: sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yakni semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem intruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal; dan sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar.

Dengan demikian yang dimaksud sumber pembelajaran demokrasi adalah sumber belajar yang mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran demokrasi dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan kepada sumber pembelajaran yang berasal dari internet.


(11)

3. Electronik Learning (E-learning)

Electronic Learning (E-learning) merupakan suatu teknologi informasi yang relatif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua kata yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari elekronikal dan ‘learning’ yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Teknologi elektronik yang dapat digunakan diantaranya : internet, intranet, CD, VCD, kaset audio, kaset vidio, dll. Karena itu, e-learning sering disebut pula dengan on line course.

Menurut berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut : “we define e-learning as the delivery content via all electronic media, including the internet, intranets, extranets, satelite broadcast, audio/vidio tape, interactie tv, and CD-ROM” (e learnframe, 2000). Berdasarkan uraian tersebut menyatakan bahwa E-learning merupakan pembelajaran yang menggunakan media elektronik, mencakup internet, intranets, extranets, siaran satelite, audio/vidio tape, interactie teve, dan CD-ROM. Sedangkan menurut (Dong, dalam Kamarga, 2002:53) menyatakan bahwa “E-learning adalah kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang tersambungkan ke internet dimana peserta belajar berupaya memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya”. Lebih jauh Kamarga (2002:53-54) menjelaskan bahwa:

E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online; E-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab


(12)

tantangan perkembangan globalisasi; E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi pendidikan.

Dalam posisi ini, E-learning adalah menggunakan teknologi internet sebagai sumber informasi, sehingga siswa akan dengan mudah mendapatkan informasi untuk mendukung mata pelajaran yang sedang dipelajarinya, dengan cara mengakses situs-situs yang diinginkan.

E. Paradigma Penelitian

Penelitian ini berangkat dari semakin maraknya penggunaan teknologi di bidang elektronik, terutama komputer yang tersambungkan ke internet. Di setiap sekolah SMK dan SMA di Kota Cimahi hampir seluruhnya memiliki komputer baik untuk keperluan administrasi maupun sebagai sumber pembelajaran. Namun demikian sekolah yang memiliki Lab. Komputer dari 32 sekolah SMK dan SMA baik negeri maupun swasta yang ada di Cimahi hanya 12 sekolah yang memilikinya, sedangkan yang memiliki jaringan internet hanya 6 sekolah saja. Dengan tersedianya sarana komputer dan internet di sekolah-sekolah yang ada di Cimahi, pada umumnya hanya dipakai untuk pelajaran komputer saja. Padahal kalau internet digunakan sebagai sumber pembelajaran mata pelajaran yang lainnya akan mengefektifkan penggunaan internet.

Kurangnya sumber pembelajaran khususnya tentang demokrasi di sekolah diharapkan dapat diatasi dengan pemanfaatan internet sebagai


(13)

sarana dan sumber pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menetapkan paradigma penelitian tentang pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi. Paradigma penelitian digambarkan dalam bagan berikut :

Bagan 1.1 Paradigma Penelitian

Implementasi Internet sebagai Sumber Pembelajaran Demokrasi PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

PEMBELAJARAN DEMOKRASI

GURU

Pembelajaran Elektronik

(E-learning) melalui Internet

(Web Enhanced Course)

SISWA

INFORMASI

PEMAHAMAN SISWA TENTANG DEMOKRASI

SIKAP DAN PERILAKU DEMOKRASI


(14)

F. Pertanyaan Penelitian :

Guna lebih mengarahkan penelitian ini, maka penulis perlu untuk menentukan pertanyaan penelitian sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan. Fokus masalah dan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru PKn untuk menggunakan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi ?

Dari fokus masalah tersebut dikembangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran demokrasi yang dilakukan oleh guru PKn dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajarannya ?

b. Bagaimana mengalokasikan waktu untuk pembelajaran demokrasi dengan mengambil sumber dari internet ?

c. Bagaimana menyusun silabus/skenario pembelajaran untuk pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajarannya ?

2. Bagaimana proses belajar mengajar demokrasi dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajarannya ?

Dari fokus masalah tersebut dikembangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana guru dalam memilih materi untuk pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajarannya? b. Bagaimana pendekatan/metode yang cocok untuk kegiatan belajar


(15)

dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi ?

c. Bagaimana aktifitas guru dan siswa ketika pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet sebagai media dan sumber pembelajarannya ?

d. Bagaimana evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajarannya ?

3. Bagaimana kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan pemanfaatan internet dalam pembelajaran Demokrasi ?

Dari fokus masalah tersebut dikembangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

a. Apakah kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajaran ?

b. Kendala apa saja yang ditemukan dalam penyediaan internet sebagai sumber pembelajaran ?

c. Kendala apa saja yang ditemukan dalam mengadakan pelatihan internet untuk guru PKn dalam rangka melaksanakan pembelajaran elektronik ?

d. Bagaimana dampak negatif penggunaan internet sebagai media dan sumber pembelajaran ?


(16)

sumber pembelajaran demokrasi ?

Dari fokus masalah tersebut dikembangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

a. Upaya apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka penyediaan internet sebagai sumber pembelajaran ?

b. Bagaimana upaya guru dalam melaksanakan pembelajaran elektronik dengan internet ?

c. Bagaimana upaya orang tua siswa dalam rangka memenuhi tuntutan dari pembelajaran elektronik ?

d. Bagaimana upaya masyarakat dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran elektronik terutama penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi ?

5. Bagaimana implikasi yang dapat dianalisis dari pelaksanaan pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajarannya ?

Dari fokus masalah tersebut dikembangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

a. Bagaimana sikap dan perilaku siswa tentang nilai-nilai demokrasi setelah mengikuti pembelajaran elektronik melalui internet ?

b. Apakah manfaat yang dirasakan guru setelah pembelajaran elektronik dilakukan ?

c. Bagaimana implikasi pembelajaran elektronik melalui internet dalam hal mengatasi kesulitan sumber belajar ?


(17)

G. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di SMK Negeri 1 Cimahi yang terletak di Jl. Leuwigajah No.48 PO. BOX 117 Cimahi 40533 Kota Cimahi. Alasan dipilihnya SMK Negeri 1 Cimahi sebagai tempat penelitian karena di sekolah tersebut telah memiliki laboratorium komputer yang telah tersambung dengan internet. Kemudian di sekolah tersebut juga memiliki program studi teknik komputer dan jaringan serta rekayasa piranti lunak. Oleh karena itu dirasa sangat tepat apabila peneliti memilih lokasi penelitian di sekolah tersebut sesuai dengan masalah yang akan diteliti yaitu implementasi internet dalam pembelajaran demokrasi.

2. Subjek Penelitian

Menurut Nasution (1996:32), bahwa: “Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah sumber yang dapat memberikan informasi, dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi atau yang dapat diwawancarai”. Lebih lanjut Nasution (1996:32) mengemukakan, bahwa: “Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive (bertujuan), yaitu didasarkan pada tujuan tertentu, berupa kemampuan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan, dan jumlahnya kecil”.

Kemudian menurut Singarimbun (1989:86) menjelaskan bahwa : “Purposive Sampling adalah sampel yang diambil berdasarkan tujuan tertentu untuk mendapatkan informasi yang akurat dari orang yang mendapat


(18)

peran khusus atau orang yang terlibat”.

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka subjek penelitiannya dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kelompok subjek penelitian dari lapangan terdiri dari guru PKn, guru komputer, dan siswa. Untuk siswa diambil dari siswa kelas II yang telah menempuh pelajaran komputer di kelas I. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh data yang lengkap, akurat, dan representatif. b. Kelompok subjek penelitian dari pimpinan sekolah yaitu Kepala Sekolah,

dan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum. Informasi yang diperoleh dari Kepala Sekolah, dan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum ini diharapkan dapat melengkapi data yang diperoleh dari lapangan.

Jumlah subjek penelitian sebagai sumber data dan informasi dalam studi ini tidak dibatasi oleh ukuran-ukuran yang kaku, dalam arti disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan bagi terkumpulnya informasi dan ketuntasan pemunculan makna realitas alamiah.


(19)

91 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang baik ditentukan dahulu oleh metode yang akan dijadikan jalan guna keberhasilan penelitian. Peneliti dituntut terampil dalam menentukan metode penelitian yang akan dicapai. Metode penelitian ini disesuaikan dengan masalah dan tujuan yang akan diteliti.

Metode adalah jalan yang dilalui atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan, meggambarkan, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah sesuai dengan prosedur penelitian.

Metode dapat diartikan sebagai suatu cara kerja yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Sesuai dengan tujuannya penelitian ini merupakan usaha untuk menemukan dan mengembangkan terhadap kebenaran suatu peristiwa atau suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Cara kerja tersebut dalam penelitian disebut metode penelitian. Menurut Kartono, K. (1990:15), metode penelitian adalah : ‘Cara-cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik serta dengan mengadakan penelitian, dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian.’

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian kualitatif. Peneliti dituntut untuk mengamati secara mendalam dan berinteraksi dengan subjek penelitian, serta selalu menjalin hubungan yang ditandai oleh


(20)

kesesuain, kesepakatan, persetujuan yang membuat peneliti dekat dengan yang diteliti. Nasution (1992:5) menyatakan bahwa: “Metode kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.”

Sejalan dengan pendapat Nasutian, Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (1993:3): ‘Mengangartikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.’

Penelitian kualitatif penelitian yang berperan aktif dalam membuat rencana penelitian, proses dan pelaksanaannya serta menjadi paktor penentu dari keseluruhan proses dan hasil penelitian. Peneliti disini adalah sebagai instrumen utama agar data-data yang diperoleh benar-benar alamiah dan langsung diperoleh dari objek atau subjek penelitian. Nasution (1996:55) menyatakan bahwa:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus tidak ada peneliti lain, seperti yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yang dapat meyesuaikan diri dengan bermacam-macam situasi serupa itu.

3. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan, tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. Hanya sebagai instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk beluknya.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata, kita perlu melaksanakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita.


(21)

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan.

7. Dengan menusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menganalisis berbagai permasalahan berdasarkan data objektif yang diperoleh dari sumber data.

Selanjutnya dalam pengolahan data secara kualitatif, peneliti berpedoman kepada : 1) sumber data dicari secara langsung oleh peneliti, 2) data adalah data primer yang diperoleh secara langsung oleh peneliti, 3) data diharapkan secara deskriptif, 4) penekanan ditekankan kepada proses, 5) kebermaknaan data menurut tafsiran peneliti. (Bogdan, 1982:29)

Guna memahami secara mendalam terhadap penelitian ini, maka peneliti turun ke lapangan guna mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek penelitian, antara lain mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas bersama guru PKn dan siswa, wawancara dengan kepala sekolah, wawancara dengan wakasek bidang kurikulum dan wawancara dengan guru PKn.

Data yang diperoleh dari sumber data tersebut kemudian dipadukan dan dianalisis kemudian diteliti keabsahan dari data tersebut melalui kegiatan member chek, selanjutnya ditarik kesimpulan dan rekomendasi.


(22)

B. Lokasi, Subjek Penelitian dan Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam hal ini lokasi menunjukan pada pengertian “lokasi situasi sosial” yang dicirikan adanya tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan (Nasution, 1996:43). Dengan demikian yang dimaksud dengan lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Cimahi. Aspek pelaku adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan siswa SMK Negeri 1 Cimahi yang terlibat dalam interaksi belajar mengajar dan dari aspek kegiatan adalah proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Dasar pertimbangan memilih SMK Negeri 1 Cimahi yang terletak di Jl. Leuwigajah No.48 PO.BOX 117 Cimahi 40533 Bandung Telp (022)6629683, (022)6642513 adalah merupakan sekolah favorit yang ada di Kota Cimahi yang sudah memiliki sarana yang lengkap untuk melaksanakan pembelajaran elektronik yaitu laboratorium komputer yang telah tersambung dengan internet. Kemudian di sekolah tersebut juga memiliki program studi teknik komputer dan jaringan serta rekayasa piranti lunak. Oleh karena itu dirasa sangat tepat apabila peneliti memilih lokasi penelitian di sekolah tersebut sesuai dengan masalah yang akan diteliti yaitu implementasi internet dalam pembelajaran demokrasi.

2. Subjek Penelitian

Menurut (Hopkin 1993, Maleong 1997, Nasution 1996, Bogdan dan Biklen 1990) bahwa yang dimaksud dan dijadikan subjek penelitian hanyalah


(23)

sumber yang dapat memberikan informasi atau yang dapat membantu perluasan teori yang dikembangkan. Subjek penelitian dapat berupa hal peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi atau responden yang diwawancarai.

Subjek penelitian ini merupakan sumber informasi atau data yang ditarik dan dikembangkan secara purposif (Lincoln dan Guba, 1985:201), bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara tuntas (Nasution, 1988:32)

Sumber data merupakan subjek atau objek yang dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Menurut Arikunto (1993:103) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah:

Subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun lisan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakasek Kurikulum, Guru PKn serta Siswa SMK Negeri 1 Cimahi. yang mendukung terlaksananya penelitian. Menurut Rusidi. (1993:64) menyatakan bahwa: “Sumber data diuraikan tentang sumber-sumber data yang terpercaya terandalkan (reliable) atau sumber data yang refresentatif, relevan dengan data yang diperlukan.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka langkah yang dilakukan peneliti adalah :


(24)

Penulis berusaha untuk mengadakan observasi; wawancara dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, Guru PKn dan siswa; studi dokumentasi, serta studi literatur. Penelitian ini penulis lakukan mulai tanggal 16 Agustus 2005 sesuai dengan surat permohonan izin penelitian yang dikeluarkan oleh PPS UPI No. 1885/J33.7/PP.03.06/2005 serta surat izin yang dikeluarkan oleh SMK Negeri 1 Cimahi dengan No. 915/KP/SMKN-1/IX/K.2005. Adapun yang menjadi fokus penelitiannya sebagai berikut :

Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru PKn untuk menggunakan internet dalam pembelajaran demokrasi, untuk hal ini penulis melakukan wawancara dengan guru PKn di SMK Negeri 1 Cimahi yaitu Ibu Dra. Heni Nurida, fokus penelitiannya diarahkan kepada perencanaan pembelajaran yang menyangkut rumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi diklat yang telah ditetapkan dalam kurikulum SMK Edisi 2004; merumuskan materi diklat PKn khususnya tentang pengembangan sikap demokratis; merumuskan kegiatan pembelajaran khususnya mengenai media, pendekatan, dan metode yang digunakan; serta rumusan evaluasi yang dilakukan oleh guru PKn. Semua kegiatan yang dilakukan tersebut mulai dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi dirumuskan menjadi sebuah rencana pembelajaran atau dikenal dengan nama pola dan strategi pemelajaran.

Kemudian mengungkapkan kendala dan persoalan yang ditemukan dalam pelaksanaan pemanfaatan internet dalam pembelajaran Demokrasi.


(25)

Pada penelitian ini akan mengungkapkan tentang kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet, terutama di bidang kurikulumnya, hambatan apa saja yang ditemukan dalam penyediaan internet sebagai sumber pembelajaran, kendala apa saja yang ditemukan dalam mengadakan pelatihan internet untuk guru PKn dalam rangka melaksanakan pembelajaran elektronik; serta bagaimana hambatan dari lingkungan sekitar terhadap penggunaan internet sebagai media dan sumber pembelajaran.

Guna mengungkap permasalah tersebut maka penulis mengikuti secara langsung kegiatan pembelajaran yang dilakukan khususnya mengenai aktifitas siswa dan guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung sambil mengadakan pengamatan tentang penggunaan internet yang dilakukan pada pembelajaran tersebut.

Selanjutnya penulis mengadakan wawancara dengan Wakasek Kurikulum di SMK Negeri 1 Cimahi, hal ini sangat penting sekali karena beliaulah yang mengurus tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah tersebut. Wawancara difokuskan kepada permasalahan tentang pelaksanaan Kurikulum PKn 2004 khususnya tentang pelaksanaan pembelajaran elektronik; manfaat yang dirasakan dari pelaksanaan pembelajaran melalui internet; kendala/masalah yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan pembelajaran melalui internet; serta upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran elektronik khususnya pembelajaran dengan menggunakan internet.


(26)

Dalam mendukung data penelitian, penulis juga mengadakan wawancara dengan kepala sekolah khususnya tentang : pelaksanaan Kurikulum PKn 2004; pelaksanaan pembelajaran elektronik (e-learning); pengadaan sarana (komputer & internet ) untuk pembelajaran elektronik; kerjasama dengan pihak lain dalam rangka pengadaan sarana (komputer & internet) di sekolah; kendala/masalah yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan pembelajaran melalui internet; upaya dalam rangka pelaksanaan pembelajaran elektronik khususnya melalui internet; serta upaya untuk peningkatan sumber daya guru khususnya dalam rangka pelatihan komputer dan internet. Data tersebut kemudian akan disatukan dengan hasil wawancara dengan Wakasek Bidang Kurikulum dan Guru PKn di SMK Negeri 1 Cimahi.

Kemudian untuk mengungkapkan bagaimana pemahaman siswa tentang nilai-nilai demokrasi setelah pembelajaran melalui internet dilakukan, maka penulis juga melakukan wawancara dengan siswa kelas II yang telah ditentukan yaitu kelas II Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Penelitian difokuskan kepada bagaimana sikap dan perilaku demokrasi siswa setelah mengikuti pembelajaran elektronik melalui internet serta bagaimana implikasi pembelajaran elektronik melalui internet dalam hal mengatasi kesulitan sumber belajar. Data-data tersebut didukung pula oleh data-data lain yang menunjang terhadap penelitian ini, baik yang diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi (Kurikulum, Satuan Acara Pembelajaran) maupun data yang diperoleh dari studi literatur (buku-buku


(27)

yang berhubungan dengan pembelajaran elektronik (e-learning) khususnya pembelajaran dengan menggunakan internet serta buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan demokrasi.

3. Data Penelitian

Proses pengumpulan data pada penelitian ini disesuaikan dengan jenis penelitian. Menurut Bodgan dan Biklen (1990, 92), bahwa: “Data adalah bahan-bahan kasar (mentah) yang dikumpulkan peneliti dari lapangan yang ditelitinya; bahan-bahan itu berupa hal-hal khusus yang menjadi dasar analisis”. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh Maleong (1989:122) dan Nasution (1988:56), yaitu: “berupa kata-kata, tindakan, dokumen, situasi, dan peristiwa yang dapat diobservasi”. Sedangkan sumber data dari penelitian ini adalah subjek penelitian dalam kelompok data yang ditetapkan dan dikembangkan secara terus menerus “sirkuler” dari awal hingga akhir penelitian ini. Adapun rincian data dan sumber data sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Kata-kata, baik langsung atau tidak langsung yang diperoleh melalui teknik wawancara, partisipasi, dan observasi.

b. Tindakan, proses belajar mengajar, dan kegiatan lain yang diperoleh melalui partisipasi dan observasi.

c. Dokumen, berupa bahan tertulis, gambar/photo, tata tertib, program pendidikan, jadwal kegiatan, buku induk, daftar nilai, alat dan media yang berkaitan dengan masalah penelitian ini, yang dikumpulkan melalui studi


(28)

dokumentasi.

d. Peristiwa atau situasi, yang berhubungan dengan kegiatan subjek penelitian berkaitan dengan masalah penelitian, baik sebelum maupun pada saat penelitian berlangsung seperti dalam bentuk pembelajaran, situasi belajar, dan situasi lingkungan sekolah, yang diperoleh melalui partisipasi dan observasi.

C. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya dalam rancangan penelitian kualitatif, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama (human instrument) yang terjun ke lapangan khususnya dalam lingkungan sekolah. Peneliti sebagai instrumen pada penelitian ini didasarkan pada prinsip-prinsip serta asumsi bahwa “hanya manusialah yang mampu memahami, memberikan makna terhadap interaksi antara manusia gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan yang mereka lakukan (Nasution, 1996:55)

Menurut Guba dan Lincoln (1981:128) menjelaskan bahwa peneliti diperankan sekaligus sebagai instrumen. Peneliti berusaha untuk responsif dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan.

Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri riset kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bodgan dan Biklen (1990, 33-36), yaitu:


(29)

1. Riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya.

2. Riset kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata.

3. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. 4. Makna merupakan soal essensial untuk ancangan kualitatif.

Peneliti sebagai instrumen akan terlihat pelaksanaannya dalam pengamatan langsung dan proses wawancara yang mendalam, seperti yang banyak dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti secara langsung berhubungan dengan subjek penelitian sekaligus dengan peristiwa dan latar alamiahnya (setting naturalistic). Penelitian semacam ini tidak mungkin menggunakan instrumen berupa “benda mati”, yang dilakukan secara khusus untuk aspek tertentu seperti dalam penelitian kuantitatif (kuisioner, tes skala sikap, dan daftar isian). Tetapi walaupun demikian, agar penelitian ini terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti menyusun pedoman wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, sebagaimana tercantum dalam lampiran. Pedoman penelitian tersebut dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan realitas alamiah untuk mendapatkan data yang tepat, akurat, dan lengkap.

D. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data hasil penelitian ini dilakukan secara kualitatif, dengan cara mengkategorikan dan mengklasifikasikan berdasarkan analisis secara logis, kemudian ditafsirkan dalam konteks keseluruhan permasalahan penelitian. Dalam pengolahan dan analisis data, peneliti akan


(30)

berusaha untuk memunculkan makna dari setiap data yang diperoleh, sehingga data tidak hanya bersifat deskriptif akan tetapi menyentuh dimensi transenden. Untuk itu, maka pengolahan dan analisis data dikembangkan sesuai dengan perkembangan keadaan data yang diperoleh, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Kategorisasi dan Kodifikasi, pada tahap ini data yang terkumpul ditulis dalam bentuk kartu data, kemudian dikategorisasikan dengan pembubuhan kode. Pengkodean ini disesuaikan dengan pedoman kode yang dipersiapkan sebelumnya. Kategorisasi dan kodifikasi data diperlukan untuk memudahkan interpretasi dan verifikasi data selanjutnya. 2. Reduksi Data, pada tahap ini data yang telah terkumpul dari lapangan,

setelah dikategorikan kemudian dikodifikasi dituangkan dalam bentuk laporan yang rinci kemudian direduksi atau dirangkum, dipilih hal-hal pokok dan difokuskan dalam hal-hal penting. Data yang relevan dengan hal-hal yang tidak penting menurut penelitian ini direduksi dan dieliminir dari proses pengolahan selanjutnya. Sebelum direduksi, data tersebut terlebih dahulu dianalisis dan dicoba dibuat kategorisasi baru. Jika tidak memungkinkan karena tidak ada relevansinya maka data tersebut baru direduksi.

3. Display dan Klasifikasi Data, untuk dapat melihat gambaran data keseluruhan atau bagian-bagian tertentu, maka akan dilakukan klasifikasi dengan menggunakan beberapa matrik dan deskripsi secara rinci. Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan kode yang digunakan pada


(31)

tahapan kategorisasi.

4. Membuat Kesimpulan dan Verifikasi, membuat kesimpulan sementara, kemudian secara kontinu dikembangkan dan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dalam verifikasi ini penelitian berusaha mencari data baru atau memperdalam penelitian.

E. Validasi Data

Dalam penelitian naturalistik kredibilitas peneliti dan kemampuannya merupakan hal yang sangat penting dan menentukan pencapaian tujuan penelitian yang diharapkan. Ia sebagai human instrument yang harus mengonstruksi realitas secara langsung dan dinamis dari awal hingga akhir penelitian. Supaya proses dan hasil penelitian ini validitasnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai dengan prinsip paradigma penelitian alamiah (naturalistic inquiry), ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Perpancangan Observasi dan Keikutsertaan, seperti telah dikemukakan bahwa peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Oleh karena itu keikutsertaan peneliti sangat menentukan validitas dan kualitas data. 2. Pengamatan secara berkesinambungan, dilakukan oleh peneliti dengan

tekun supaya pengamatan berlangsung lebih cermat, terinci, dan mendalam. Kegiatan ini diperlukan untuk memperdalam penggalian makna dari data sehingga dapat menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dan situasi yang sangat relevan dengan persoalan pokok yang dicari.


(32)

3. Triangulasi, dilakukan untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan menggunakan sumber lain. Moleong (1989:195), “membedakan triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori dalam penelitian ke empat jenis ini, akan dilakukan secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan”. Antara lain membandingkan data hasil observasi dan hasil wawancara, hasil wawancara dengan studi dokumentasi; membandingkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, hingga diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal dari kebenaran ilmiah.

4. Menganalisis kasus negatif, dilakukan untuk meyakinkan adakah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu, yaitu yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi. Dalam penelitian ini kecenderungan infomasi ke arah gagasan konseptual dan operasional serta mengimplementasikan internet untuk pembelajaran demokrasi. 5. Menggunakan bahan referensi, untuk menjamin tingkat kepercayaan data,

akan digunakan bahan referensi seperti rekaman suara, foto, dan dokumen sesuai dengan kondisi latar alamiah.

6. Pengecekan Anggota (member check), dilakukan secara terus menerus selama penelitian. Hal ini dilaksanakan untuk menjamin tingkat kepercayaan data dalam hal kategori data, analisis, penafsiran, verifikasi, dan penarikan kesimpulan. Adapun yang dimaksud dengan anggota di sini adalah mereka yang terlibat dalam penelitian, dengan jalan membandingkan antar kelompok subjek penelitian, dan secara formal


(33)

dengan mengkomunikasikan hasil penelitian sementara kepada beberapa subjek penelitian, untuk memperoleh kritik, sanggahan atau koreksi serta tambahan infomasi. Tujuannya adalah agar diperoleh data yang benar dan memiliki validitas yang tinggi dan handal.

7. Uraian rinci (Thick Description), dilakukan berkenaan dengan “nilai transfer” dalam penelitian ini tidak dalam bentuk “generalisasi” seperti lazimnya dalam penelitian kuantitatif. Oleh karena itu hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk deskripsi uraian rinci dari proses penelitian, untuk memudahkan pihak lain yang ingin memanfaatkan hasil penelitian yang relevan dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prinsip dan kelaziman tahapan-tahapan kegiatan penelitian kualitatif, dilakukan dari awal hingga akhir secara “sirkuler”. Dilaksanakan secara alamiah tidak atas pola yang kaku dengan peneliti berperan sebagai instrumen penelitian, sehingga pengumpulan data dilakukan secara efektif. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Agustus 2005 sampai bulan Nopember 2005.

Peneliti menggunakan alat bantu penelitian, antara lain tape recorder, camera photo, pedoman observasi, pedoman studi dokumentasi, dan pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan. Semuanya digunakan tidak mengikat kegiatan peneliti sebagai instrumen. Digunakan hanya untuk memelihara fokus penelitian agar ketepatan dan kedalaman


(34)

penelitian terjamin. Menurut Nasution (1988:37) dan Moleong (1989:127), “Peneliti sebagai instrumen di lapangan mengembangkan sendiri sesuai dengan tuntutan latar alamiah penelitian, sehingga tidak mengganggu situasi alamiahnya”. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagaimana tertera di bawah ini.

Tahap Orientasi, dilakukan untuk mendapakan informasi awal untuk mempertajam masalah dan fokus masalah penelitian, yang sebelumnya secara umum belum diperoleh. Tahap ini amat penting sebab sebagai awal dan menentukan tahapan-tahapan berikutnya. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi pada lingkungan sekolah, melakukan studi dokumentasi, kemudian wawancara dengan pokok pertanyaan yang masih umum dan terbuka. Informasi yang diperoleh dikaji secara mendalam untuk memahami kondisi lapangan yang dapat memperjelas masalah, untuk mempertajam fokus bagi kemungkinan dilakukan penelitian secara mendalam. Perolehan dari pengumpulan data tahap ini, digunakan untuk mengembangkan paradigma penelitian dan mempertajam premis penelitian, sebagai dasar bagi pelaksanaan inkuiri dan eksplorasi pada tahap berikutnya.

Tahap Eksplorasi, dilakukan sehubungan dengan pengumpulan data pada tahap orientasi telah diperoleh paradigma dan premis penelitian yang semakin terarah dengan kejelasan fokus penelitian. Kondisi ini memberikan arah yang semakin jelas bagi dilakukannya teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, bahkan pada tahap ini dapat


(35)

dilakukan teknik partisipasi secara terarah. Pada tahap ini pula subjek penelitian mulai berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan informasi, subjek penelitian bertambah, begitu pula teknik-teknik pengumpulan data semakin beragam, prinsip “triangulasi” mulai digunakan. Catatan lapangan (field notes) mulai dilakukan secara rinci sesuai dengan arahan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, serta paradigma penelitian.

Tahap “Member Check”, tahap ini dilakukan dengan lebih menitikberatkan pada upaya memperoleh tingkatan kredibilitas hasil penelitian. Esensinya bahwa setiap informasi yang diperoleh mesti mendapatkan pembenaran dari sumber informasinya atau sumber lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tahap member check ini dapat menentukan kualitas dari penelitian. Untuk itu pelaksanaannya dilakukan meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Informasi yang terkumpul dalam catatan lapangan melalui wawancara dikonfirmasikan secara langsung kepada respondennya, selain untuk memperoleh pembenaran juga untuk mendapatkan kritik dan respon lainnya yang memungkinkan informasi tersebut jadi lebih lengkap dan terjamin keabsahannya. Begitu pula hasil observasi disampaikan kepada subjek penelitian yang terlibat, untuk memperoleh konfirmasi dan kritiknya.

2. Kegiatan berikutnya mengkonfirmasikan hasil penelitian sementara kepada sumber data untuk memperoleh kebenaran data dan informasi, dan untuk mendekati ketuntasan bagi pengolahan data selanjutnya.


(36)

Berdasarkan uraian di atas, secara konseptual prosedur penelitian mengenai “Implementasi Internet sebagai Sumber Pembelajaran Demokrasi”, dituangkan dalam bentuk bagan sebagaimana tertera di bawah ini.

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian

Studi Pendahuluan

Analisis

Tahap Perencanaan

Mempertajam Rumusan Masalah dan

Pertanyaan Penelitian

Pelaksanaan Observasi/ Partisipasi, Wawancara

dan Studi Dokumentasi

Pengecekan Keabsahan

Data

Kesimpulan dan Rekomendasi Temuan

Penelitian Alat Bantu


(37)

169 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pembelajaran dengan menggunakan internet merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat kita lakukan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Informasi yang demikian luas dan keragaman data yang ada di internet dapat diakses dengan cepat, menjadikan internet sebagai sumber pembelajaran. Oleh karena itu SMK Negeri 1 Cimahi berupaya untuk menerapkan internet sebagai media dan sumber pembelajaran.

Berdasarkan temuan penelitian, pengolahan dan analisis data yang seksama tentang “Implementasi Internet sebagai Sumber Pembelajaran Demokrasi di SMKN 1 Cimahi”, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran PKn untuk SMK yang disusun oleh MGMP PKn SMK Kota Cimahi masih bersifat umum. Pengembangan rencana pembelajaran yang lebih operasional dengan menyertakan internet sebagai sumber pembelajaran dilakukan guru dengan cara mengklasifikasikan situs-situs yang akan dijadikan sumber pembelajaran demokrasi.

2. Pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajarannya di SMKN 1 Cimahi dapat meningkatkan aktivitas belajar


(38)

siswa, siswa aktif mencari situs-situs yang ada hubungannya dengan kegiatan dan proses demokrasi, sehingga siswa lebih memahami makna demokrasi dan dapat membedakan proses demokrasi yang benar. Kemudian siswa bisa melihat dengan jelas di internet bentuk-bentuk penyimpangan dari demokrasi. Penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi dapat memberikan contoh-contoh pelaksanaan demokrasi baik pelaksanaan demokrasi di Indonesia maupun pelaksanaan demokrasi di negara lain.

3. Sumber pembelajaran demokrasi dari buku teks lebih bersifat umum sementara sumber pembelajran demokrasi dari internet lebih bersifat aktual dan kontekstual. Sehingga materi ilmiah yang diterbitkan melalui internet cenderung lebih up to date dibandingkan yang diterbitkan dalam bentuk buku.

4. Kendala yang dihadapi dalam menggunakan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi adalah guru dituntut untuk memiliki kemahiran dalam menggunakan komputer dan internet. Diperlukan kehati-hatian dalam memilih situs yang ada di internet, karena tidak semua situs di internet dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan internet di kelas perlu dibimbing oleh guru dengan membuat kartu penggunaan internet bagi siswa.

5. Penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran mendapat pertimbangan-pertimbangan khusus dalam undang-undang hak cipta, yaitu adanya asas “fair use” yang menyatakan bahwa lembaga


(39)

pendidikan, sekolah-sekolah dan perpusatakaan diberikan kebebasan untuk meng-copy suatu hasil karya dari internet, (berupa artikel, jurnal, buku dan sejenisnya) karena untuk memajukan pendidikan dan pengetahuan siswa.

6. Dampak negatif penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran dapat diatasi dengan melakukan proteksi terhadap situs-situs yang kurang bermanfaat tentunya dengan bekerja sama dengan penyelenggara jaringan internet.

7. Upaya yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran demokrasi dengan menggunakan internet sebagai sumber pembelajarannya diantaranya sekolah berusaha untuk melengkapi sarana pembelajaran diantaranya laboratorium komputer yang tersambung dengan internet bekerjasama dengan provider sebagai penyelenggaran jaringan internet. Kemudian menyelenggarakan pelatihan komputer dan internet untuk guru. Khususnya guru di SMK Negeri 1 Cimahi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian tentang “Implementasi Internet sebagai Sumber Pembelajaran Demokrasi di SMKN 1 Cimahi” dan kesimpulan sebagaimana dikemukakan di atas, peneliti memandang perlu memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi dilihat dari aspek hukum, perlu adanya aturan yang jelas tentang penggunaan data dari internet, baik itu hanya sekedar membaca maupun mengkopinya.


(40)

Kemudian kita harus memperhatikan dampak positif dan negatif dari penggunaan internet bagi siswa. Dengan memperhatikan hal tersebut maka kita dapat membuat model pembelajaran elektronik dengan memanfaatkan internet sebagai sumber pembelajaran, sehingga hal ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat kita kembangkan. 2. Tantangan kehidupan ke depan akan semakin berat dan kompleks

sebagai dampak dari globalisasi kehidupan yang berkembang dengan pesat. SMKN 1 Cimahi sebagai lembaga pendidikan yang berbasis teknologi dan industri harus menyiapkan siswa untuk dapat menghadapi tantangan tersebut. Untuk menghadapi tantangan itu, maka pembelajaran dengan menggunakan internet sebagai salah satu sarana dan sumber pembelajaran modern merupakan keharusan dan kebutuhan, termasuk dalam pembelajaran demokrasi yang merupakan isu global. Untuk itu perlu dibangun dan ditingkatkan kesadaran para guru termasuk siswa akan pentingnya penggunaan internet sebagai salah satu media dan sumber pembelajaran.

3. Fasilitas internet yang memadai di SMKN 1 Cimahi merupakan faktor pendorong utama bagi penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran demokrasi. Untuk itu agar fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perlu ada dorongan yang kuat dari sekolah agar para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya menggunakan internet baik sebagai media


(41)

atau sumber pembelajaran. Demikian pula para guru dalam pemberian tugas-tugas kepada siswa dilakukan melalui jaringan internet.

4. Sekolah perlu membuat aturan penggunaan internet untuk siswa termasuk pengawasannya oleh guru dengan menggunakan lembar penilaian khusus yang dapat mengarahkan dan menuntut siswa dalam menggunakan internet secara baik dan benar.

5. Mengingat luasnya jaringan informasi yang dapat diakses melalui internet, maka dalam pembelajaran perlu ditanamkan nilai-nilai moral, sehingga kekhawatiran terjadinya value free (bebas nilai) dan dekadensi moral tidak akan terjadi. Hal ini penting, karena perilaku bebas nilai dan dekadensi moral tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi yang berbasis moral yang hendak dibangun dan ditumbuhkembangkan melalui pembelajaran PKn. 6. Para akademisi dan praktisi PKn (sebagai wadah formal pendidikan

demokrasi) perlu membuka mata lebar-lebar terhadap wacana pendidikan dengan menggunakan internet sebagai salah satu sarana pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran demokrasi. Akan terasa statis, jika pembelajaran PKn hanya menggunakan sumber dari buku saja yang cenderung bersifat konvensional, sementara PKn lebih bersifat dinamis, karena upaya membentuk warga negara yang baik (good citizen) sebagai misi utama PKn harus dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber baik yang bersifat konvensional maupun yang aktual termasuk internet. Demikian pula pendidikan IPS yang mengkaji masalah sosial yang selalu berubah sebagai kajian utamanya harus melakukan hal yang sama,


(42)

karena dengan menggunakan internet dalam pembelajaran, perubahan sosial yang terjadi dapat diakses secara cepat.

7. Akhirnya perlu peneliti kemukakan, bahwa kesimpulan di atas tidak dapat digeneralisir untuk kasus yang sama dengan objek yang berbeda, karena masing-masing sekolah memiliki potensi dan kakteristik yang berbeda. Untuk itu penelitian ini hanya merupakan kegiatan awal dari penelitian terhadap implementasi internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi di SMKN 1 Cimahi. Keterbatasan-keterbatasan, sebagaimana dipaparkan di atas, memberikan penegasan bahwa masih banyak hal lain yang dapat dikaji oleh peneliti-peneliti berikutnya, antara lain tentang peranan internet dalam meningkatkan wawasan siswa atau dampak dari penggunaan internet dalam pembelajaran terhadap perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.


(43)

175

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Idrus,. (2005). Pendidikan Demokrasi dalam Konteks Pembangunan Masyarakat Madani: Tinjauan Sosial Kultural, Bandung: National Seminar Civic Education.

Al Muchtar, S. (2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Al Muchtar, S. (2000). Pengantar Studi Sistem Politik Indonesia. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta ; PT. Rineka Cipta,

Bodgan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp. (1990). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods (Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode). Penerjemah: Munandir. Jakarta: Universitas Terbuka.

Budiardjo, M. (1988). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Djahiri, Achmad Kosasih dan Ma’mun, Fatimah (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS. Bandung: LPPP-IPS;FKIS IKIP Bandung.

Djiwandono, S., et al. (2003). Demokrasi: Panduan Bagi Pemula. Jakarta: The Ridep Institute.

Gaffar, Affan, (2004). Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandal, J.E. dan Finn,E.S. 1992. Education for Democracy, Calabasas: CCE. Hardjito, (2004) Internet Untuk Pembelajaran, Dipublikasi oleh webmaster

http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t10/10-3.htm

Kamarga, Hanny, (2002). Belajar Sejarah Melalui E-Learning. Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan, Jakarta: Intimedia.

Kartono, K. (1999). Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju.

Mansur, D. dan Gultom E, (2005), Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi. Bandung: PT. Refika Aditama.


(44)

Meyer, T. (2002). Demokrasi, Sebuah Pengantar untuk Penerapan. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung.

Moleong, L. (1988) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Prebian, Jack, (2003). Menggunakan Internet, Dilengkapi Situs Yang Menarik untuk Dikunjungi. Bandung: Informatika.

Rusidi. (1993). Dasar-Dasar Penelitian dalam Rangka Pengembangan Ilmu, Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Sanusi, A. (1998). Membudayakan Pilar-Pilar Demokrasi Konstitusional

Indonesia, Bandung: Panitia Seminar PPKN IKIP.

Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn, FPIPS UPI Bandung.

Siahaan, S. (2001). Penelitian Penjajagan tentang Kemungkinan Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran di SLTA di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya. (sumber dari website: http://www.diknas.go.id/

Simon, Leslie. et al. (2002) Demokrasi dan Internet, Kawan atau Lawan ? Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya. Alih Bahasa Tri Wibowo BS.

Singarimbun, (1989) Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. LP3ES.

Sitompul, Asril, (2004). Hukum Internet Pengenalan Menganai Masalah Hukum di Cyberspace. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Soekartawi. 2002a. “Prospek Pembelajaran Jarak Jauh Melalui Internet”. Invited Papers. Disajikan pada Seminar Nasional Teknologi Pendidikan pada tanggal 18-19 Juli 2002 di Jakarta.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sopandi, Dede. (2004). Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung: Informatika.

Sumaatmadja, Nursid. (1981). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni.


(45)

Sungkowo, M. (2002). Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Syafiie, I.K., (2003). Ilmu Pemerintahan, Bandung: Mandar Maju.

Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretaiat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.

Wahab, A.A. (1996). Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia Menuju Warganegara Global. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar tetap dalam Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Moral Pancasila, Kewarganegaran dan Hukum Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: IKIP.

Wahab, A.A. (2001). Implementasi dan Arah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) di Indonesia. Dalam Civicus No. 1 Tahun 2001. Bandung: Laboratorium PMPKn, FPIPS UPI Bandung. Waller, Vaughan and Wilson, Jim. (2001). A Definition for E-Learning” in

Newsletter of Open and Distance Learning Quality Control. October 2001. (sumber dari internet: 16 September 2002 http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html).

Wiriaatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional, dan Global. Bandung: Historia Utama Press.


(1)

172

Kemudian kita harus memperhatikan dampak positif dan negatif dari penggunaan internet bagi siswa. Dengan memperhatikan hal tersebut maka kita dapat membuat model pembelajaran elektronik dengan memanfaatkan internet sebagai sumber pembelajaran, sehingga hal ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat kita kembangkan. 2. Tantangan kehidupan ke depan akan semakin berat dan kompleks

sebagai dampak dari globalisasi kehidupan yang berkembang dengan pesat. SMKN 1 Cimahi sebagai lembaga pendidikan yang berbasis teknologi dan industri harus menyiapkan siswa untuk dapat menghadapi tantangan tersebut. Untuk menghadapi tantangan itu, maka pembelajaran dengan menggunakan internet sebagai salah satu sarana dan sumber pembelajaran modern merupakan keharusan dan kebutuhan, termasuk dalam pembelajaran demokrasi yang merupakan isu global. Untuk itu perlu dibangun dan ditingkatkan kesadaran para guru termasuk siswa akan pentingnya penggunaan internet sebagai salah satu media dan sumber pembelajaran.

3. Fasilitas internet yang memadai di SMKN 1 Cimahi merupakan faktor pendorong utama bagi penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran demokrasi. Untuk itu agar fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perlu ada dorongan yang kuat dari sekolah agar para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya menggunakan internet baik sebagai media


(2)

atau sumber pembelajaran. Demikian pula para guru dalam pemberian tugas-tugas kepada siswa dilakukan melalui jaringan internet.

4. Sekolah perlu membuat aturan penggunaan internet untuk siswa termasuk pengawasannya oleh guru dengan menggunakan lembar penilaian khusus yang dapat mengarahkan dan menuntut siswa dalam menggunakan internet secara baik dan benar.

5. Mengingat luasnya jaringan informasi yang dapat diakses melalui internet, maka dalam pembelajaran perlu ditanamkan nilai-nilai moral, sehingga kekhawatiran terjadinya value free (bebas nilai) dan dekadensi moral tidak akan terjadi. Hal ini penting, karena perilaku bebas nilai dan dekadensi moral tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi yang berbasis moral yang hendak dibangun dan ditumbuhkembangkan melalui pembelajaran PKn. 6. Para akademisi dan praktisi PKn (sebagai wadah formal pendidikan

demokrasi) perlu membuka mata lebar-lebar terhadap wacana pendidikan dengan menggunakan internet sebagai salah satu sarana pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran demokrasi. Akan terasa statis, jika pembelajaran PKn hanya menggunakan sumber dari buku saja yang cenderung bersifat konvensional, sementara PKn lebih bersifat dinamis, karena upaya membentuk warga negara yang baik (good citizen) sebagai misi utama PKn harus dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber baik yang bersifat konvensional maupun yang aktual termasuk internet. Demikian pula pendidikan IPS yang mengkaji masalah sosial yang selalu berubah sebagai kajian utamanya harus melakukan hal yang sama,


(3)

174

karena dengan menggunakan internet dalam pembelajaran, perubahan sosial yang terjadi dapat diakses secara cepat.

7. Akhirnya perlu peneliti kemukakan, bahwa kesimpulan di atas tidak dapat digeneralisir untuk kasus yang sama dengan objek yang berbeda, karena masing-masing sekolah memiliki potensi dan kakteristik yang berbeda. Untuk itu penelitian ini hanya merupakan kegiatan awal dari penelitian terhadap implementasi internet sebagai sumber pembelajaran demokrasi di SMKN 1 Cimahi. Keterbatasan-keterbatasan, sebagaimana dipaparkan di atas, memberikan penegasan bahwa masih banyak hal lain yang dapat dikaji oleh peneliti-peneliti berikutnya, antara lain tentang peranan internet dalam meningkatkan wawasan siswa atau dampak dari penggunaan internet dalam pembelajaran terhadap perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.


(4)

175

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Idrus,. (2005). Pendidikan Demokrasi dalam Konteks Pembangunan Masyarakat Madani: Tinjauan Sosial Kultural, Bandung: National Seminar Civic Education.

Al Muchtar, S. (2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Al Muchtar, S. (2000). Pengantar Studi Sistem Politik Indonesia. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta ; PT. Rineka Cipta,

Bodgan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp. (1990). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods (Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode). Penerjemah: Munandir. Jakarta: Universitas Terbuka.

Budiardjo, M. (1988). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Djahiri, Achmad Kosasih dan Ma’mun, Fatimah (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS. Bandung: LPPP-IPS;FKIS IKIP Bandung.

Djiwandono, S., et al. (2003). Demokrasi: Panduan Bagi Pemula. Jakarta: The Ridep Institute.

Gaffar, Affan, (2004). Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandal, J.E. dan Finn,E.S. 1992. Education for Democracy, Calabasas: CCE. Hardjito, (2004) Internet Untuk Pembelajaran, Dipublikasi oleh webmaster

http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t10/10-3.htm

Kamarga, Hanny, (2002). Belajar Sejarah Melalui E-Learning. Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan, Jakarta: Intimedia.

Kartono, K. (1999). Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju.

Mansur, D. dan Gultom E, (2005), Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi. Bandung: PT. Refika Aditama.


(5)

176

Meyer, T. (2002). Demokrasi, Sebuah Pengantar untuk Penerapan. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung.

Moleong, L. (1988) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Prebian, Jack, (2003). Menggunakan Internet, Dilengkapi Situs Yang Menarik untuk Dikunjungi. Bandung: Informatika.

Rusidi. (1993). Dasar-Dasar Penelitian dalam Rangka Pengembangan Ilmu, Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Sanusi, A. (1998). Membudayakan Pilar-Pilar Demokrasi Konstitusional

Indonesia, Bandung: Panitia Seminar PPKN IKIP.

Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn, FPIPS UPI Bandung.

Siahaan, S. (2001). Penelitian Penjajagan tentang Kemungkinan Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran di SLTA di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya. (sumber dari website: http://www.diknas.go.id/

Simon, Leslie. et al. (2002) Demokrasi dan Internet, Kawan atau Lawan ? Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya. Alih Bahasa Tri Wibowo BS.

Singarimbun, (1989) Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. LP3ES.

Sitompul, Asril, (2004). Hukum Internet Pengenalan Menganai Masalah Hukum di Cyberspace. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Soekartawi. 2002a. “Prospek Pembelajaran Jarak Jauh Melalui Internet”. Invited Papers. Disajikan pada Seminar Nasional Teknologi Pendidikan pada tanggal 18-19 Juli 2002 di Jakarta.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sopandi, Dede. (2004). Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Komputer. Bandung: Informatika.

Sumaatmadja, Nursid. (1981). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni.


(6)

Sungkowo, M. (2002). Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Syafiie, I.K., (2003). Ilmu Pemerintahan, Bandung: Mandar Maju.

Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretaiat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.

Wahab, A.A. (1996). Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia Menuju Warganegara Global. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar tetap dalam Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Moral Pancasila, Kewarganegaran dan Hukum Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: IKIP.

Wahab, A.A. (2001). Implementasi dan Arah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) di Indonesia. Dalam Civicus No. 1 Tahun 2001. Bandung: Laboratorium PMPKn, FPIPS UPI Bandung. Waller, Vaughan and Wilson, Jim. (2001). A Definition for E-Learning” in

Newsletter of Open and Distance Learning Quality Control. October 2001. (sumber dari internet: 16 September 2002 http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html).

Wiriaatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional, dan Global. Bandung: Historia Utama Press.