Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Arachis hipogaea L.) Di Kabupaten Tapanuli Utara(Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)

  

TINJAUAN PUSTAKA , LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

  Kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong dalam famili leguminoceae sub-famili papilionoideae, genus Arachis dan Hypogeae. Tanaman kacang tanah membentuk polong (buah) dalam tanah. Kacang tanah sebagai salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan lezat rasanya, termasuk jenis tanaman pangan yang telah memasyarakat dan disukai oleh banyak orang sehingga perlu dikembangkan dan ditingkatkan produksinya. Usaha untuk meningkatkan produksi kacang tanah ini akan bisa tercapai, apabila para petani menggunakan teknologi pertanian modern dan sekaligus menguasai ketrampilan (AAK, 2000).

  Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandung protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium.

  Kandungan protein dalam kacang tanah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mempunyai rasa yang manis dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue. Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dinyatakan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah bekerja meningkatkan

  3

  kemampuan pompa jantung dan menurunkan resiko penyakit jantung koroner (Anonimous , 2011).

  Sistem pertanaman kacang tanah menurut anjuran Suprapto (2000) adalah sebagai berikut a.

  Pengolahan Lahan

  Pengolahan tanah biasanya dilakukan dengan cangkul, bajak, atau traktor sampai kedalaman 20-30 cm dari permukaan tanah. Pengolahan lahan dengan bajak sebaiknya diulang dua kali, kemudian diteruskan dengan penggaruan agar bongkahan tanah menjadi remah. Cara Penanaman b.

  Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam (40 x 15) cm atau (30 x 20) cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat (40 x 10) cm atau (20 x 20 ) cm. Lubang tanamnya dibuat sedalam 3 cm dengan cara ditugal. Ke dalam setiap lubang tanam dimasukkan satu biji kacang tanah lalu ditutup dengan tanah halus.

  c.

Pemupukan

  Untuk kacang tanah, pupuk yang banyak dipakai adalah pupuk nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Pemberian pupuk nitrogen dilakukan sehari sebelum tanam atau bersamaan dengan saat tanam. Dosis pupuk nitrogen yang diberikan 15-20 Kg N/ha dan dipendam sejauh 5 cm dari tanah. Pemberian pupuk fosfat (P) dilakukan beberapa waktu sebelum tanam, sebagai pupuk dasar dan bersamaan dengan waktu tanam. Dosis pupuk fosfat 45 kg/ha. Pemberian pupuk kalium yang cukup akan membuat polong tumbuh baik dan berisi penuh. Pupuk kalium (K2O) dapat diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar sebanyak 50-60 kg/ha. d.

  Penyiangan Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berbunga dengan cara mengored tanah di antara barisan-barisan tanaman. Pada saat bunga berumur 4-6 minggu sebaiknya tidak dilakukan penyiangan karena akan merusak bunga dan mengganggu pertumbuhan polong.

  e.

  Pemberantasan Hama dan Penyakit Dilakukan dengan penanaman varietas unggul, pengadaan rotasi tanaman, pemberantasan serangga vektor, penyemprotan dengan pestisida.

  f.

  Panen Kacang tanah dapat dipanen apabila sebagian besar daun pada pertanaman mulai mengering dan luruh. Penentuan waktu panen dapat juga didasarkan pada umur varietas yang ditanam.

  g.

Pencucian polong kacang tanah dilakukan setelah polong tersebut dicabut kemudian dijemur di bawah terik matahari sampai polongnya kering

  Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan berbahan baku kacang tanah. Varietas yang paling lama dikenal adalah Gajah dan Banteng. Beberapa varietas yang saat ini banyak ditanam antara lain kelinci, jerapah, Anoa, Tapir, Panter, Kacang Garuda Tiga, Kacang Garuda Dua. Menurut Purwono dan Purnawati, (2009) berikut keunggulan dari beberapa varietas unggul tersebut.

  Tabel: 2 Varietas Unggul Kacang Tanah Varietas Keunggulan

  Banteng Umur panen 100-110 hari, Produksi 1,2-1,8 ton/ha Gajah

  Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, tahan layu Kijang

  Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, tahan layu Macan

  Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, tahan layu Anoa

  Umur panen 100-110 hari, produksi 1,8 ton/ha, tahan layu, tahan karat daun, dan tahan bercak cokelat daun Tapir

  Umur Panen 95-100 hari, produksi 1,8-2 ton, tahan layu Kacang garuda

  Tiga Umur panen 85-90 hari, produksi 2,25 ton/ha, tahan layu

  Kacang Garuda Dua

  Umur panen 85-90 hari, produksi 2,3 ton/ha, tahan layu Bison

  Umur panen 90-95 hari, potensi hasil 3,6 ton/ha, agak tahan A.Flafus, agak tahan karat, agak tahan bercak daun, toleranpenaungan intensitas 25%, toleran kahat Fe, dan adaptif di alfisol alkalis

  Domba Umur panen 90-95 hari, potensi hasil 3,6 ton/ha, agak tahan A.Flafus, agak tahan karat, agak tahan bercak daun,toleran kahat Fe, dan adaptif di alfisol alkalis

  

Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor yang sangat penting

  dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Pupuk dan pestisida (obat-obatan pertanian) adalah sarana produksi pertanian utama yang paling banyak diperlukan petani dalam kegiatan pertanian. Pupuk dalam hal ini terdiri dari pupuk organik (kompos, kotoran hewan, kasting, dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, SP36 dan KCL). Sedangkan pestisida meliputi,

  herbisida, insektisida, fungisida, dan lainnya (Purwono dan Purnawati, 2009).

  Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih (Anonimous, 2009).

  Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak berumur 12 tahun sudah merupakan tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Dengan cara begini tidak ada upah uang yang harus dibayar dan ini dapat menekan biaya tenaga kerja (Mubyarto, 1987).

  Pada usahatani kacang tanah, pemakaian tenaga kerja terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan HPT, panen dan penjemuran. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam membudidayakan kacang tanah yang paling banyak diperlukan adalah saat kegiatan penyiangan dan panen (Safrina, 2010).

  Soekartawi mengelompokan modal dalam dua jenis yakni barang yang tidak habis dalam sekali produksi misalnya lahan pertanian, bangunan dan peralatan pertanian dimana penyusutannya dihitung setahun sekali. Satu lagi modal menurut Soekartawi adalah barang yang langsung habis dalam proses produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan dan sarana produksi lainnya (Soekartawi, 1995).

  Landasan Teori Fungsi Produksi

  Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu ramuan faktor-faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu. Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f(Q) dimana P adalah total produksi dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).

  Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi. Yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut: Y= f(x1, x2,....xn) Dimana: Y = Hasil produksi fisik (output) x1 , x2...xn = faktor-faktor produksi (input)

  Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa satu faktor produksi dianggap variabel (berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan. Berikut ini gambar fungsi produksi .

  y

  output

  x Gambar 1: Fungsi Produksi Input

  Hubungan fungsional seperti digambarkan di atas berlaku untuk semua faktor produksi misalnya tenaga kerja, luas lahan, sarana produksi dan input lainnya (Mubyarto, 1987).

  Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas dari peranan faktor-faktor produksi atau input untuk menaikkan jumlah output yang diproduksi dalam perekonomian. Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output). Disebut faktor produksi karena bersifat mutlak, supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk.

  Fungsi produksi yang dipakai dalam penelitian ini adalah fungsi produksi cobb-

  douglass . Kelebihan model ini dibandingkan dengan fungsi lain yaitu pertama perubah-

  perubah yang diamati adalah perubah harga output dan input, sehingga lebih sesuai dengan kerangka pengambilan keputusan produsen yang memperhitungkan harga sebagai faktor

  

ketiga fungsi penawaran Output dan permintaan input dapat diduga bersama-sama tanpa harus

  membuat fungsi produksi yang eksplisit. Pada ketiga kelebihan tersebut juga terdapat keterbatasan dalam menginterpretasikan hasil elastisitas yang diperoleh Keterbatasanya antara lain: (1) dugaan, elastisitas permintaan harga sendiri akan selalu elastis, (2) dugaan elastisitas permintaan silang akan selalu negatif, yang berarti hubungan antara input akan selalu komplementer (Anonimous

  4 , 2007).

  Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi produksi cobb-

  douglass sebagai berikut: 1.

  Pengamatan variabel penjelas (X) tidak ada yang sama dengan nol, karena logaritma dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

  2. Diasumsikan tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan dalam fungsi

  produksi. Apabila fungsi produksi Cobb-Douglas dipakai sebagai model suatu pengamatan dan jika diperlukan analisis yang membutuhkan lebih dari 1 model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan terletak pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

  3. Setiap variabel X adalah perfect competation.

  4. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y).

  5. Perbedaan lokasi sudah tercakup dalam faktor kesalahan.

  Usahatani

  Usahatani adalah usaha yang tidak terlepas dari biaya-biaya. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua yakni biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (Variable cost).

  Jumlah dari kedua biaya tersebut dikenal dengan biaya total (Total Cost).

  TC= TFC + TVC.

  Penerimaan petani pada dasarnya juga terdiri atas dua bagian yakni penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil pertanian. Penerimaan ini diperoleh dengan perhitungan jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga atau: TR= Q.P Dimana: TR= Total penerimaan kotor Q= Jumlah Hasil Produksi P= Harga produksi

  Selain penerimaan kotor dikenal istilah penerimaan bersih yaitu penerimaan yang diperoleh dari hasil perhitungan penjualan hasil produksi pertanian setelah dikurangi dengan biaya produksi yang digunakan. Atau: Π= TR – TC Dimana: Π= Penerimaan Bersih TR= Penerimaan kotor TC= Total Biaya produksi yang dikeluarkan

  Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik- baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

  Pada analisis ekonomi usaha, data penerimaan biaya dan pendapatan usaha sangat perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat ini. Sedangkan biaya usaha adalah semua pengeluaran yang dipergunakan baik mempengaruhi ataupun tidak mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran.

  Analisis R/C singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagi berikut: a = R/ C dimana: R (Revenue)=Py.y : C (Cost) = FC +VC Sehingga a = {(Py.y)/(FC+VC)} Keterangan: R= Penerimaan C= Biaya Py= Harga output Y= Output FC= Biaya Tetap (Fixed Cost)

  VC= Biaya Variabel (Variabel Cost) FC biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang besar- kecilnya tidak tergantung dari besar-kecilnya output yang diperoleh. Misalnya iuran irigasi, pajak, alat-alat pertanian, sewa lahan, dan mesin. Selanjutnya VC biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output misalnya sarana produksi dan tenaga kerja.

  Secara teoritis dengan rasio R/C= 1 artinya tidak untung dan tidak rugi (Break even

  

Point) . Namun karena adanya biaya usahatani yang kadang-kadang

tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan peneliti (Soekartawi, 1995).

  BEP (Break Even Point) usahatani atau sering disebut dengan titik impas, yaitu dimana suatu keadaan ketika total biaya yang dikeluarkan sama dengan jumlah penerimaan; TC = TR seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

  R

  R TC A

  VC FC y

   Gambar 2: Titik Impas (BEP)

  Pada gambar 2 dapat dilihat pada tingkat produksi berapa suatu usahatani mencapai

  1

  titik impas atau break Even point (BEP). Bila produksi mencapai titik di sekitar OY , maka usahatani tersebut rugi karena R<TC; sebaliknya bila produksi berada di OY maka usahatani itu untung karena R> TC (Soekartawi, 2000).

  Kerangka Pemikiran

  Usahatani kacang tanah di Kabupaten Tapanuli Utara merupakan suatu usaha di bidang pertanian tanaman pangan yang menjadi pilihan bagi petani karena dianggap sebagai komoditas yang berpotensi dan cocok dengan kondisi alam yang ada. Untuk meningkatkan usahatani kacang tanah yang diperlukan adalah bagaimana mengalokasikan faktor-faktor produksi usahatani pada lahan agar lebih efisien. Tingkat efisien penggunaan faktor-faktor produksi kacang tanah berpengaruh pada output dan pendapatan petani kacang tanah di Kabupaten Tapanuli Utara. Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

  • Luas lahan
  • Sewa lahan/ PBB
  • Penyusutan alat Produksi Penerimaan Pendapatan usaha tani
  • Sarana produksi pertanian
  • Tenaga kerja

  Keterangan: Ada pengaruh Ada hubungan Gambar 3: Kerangka pemikiran

  Usahatani Kacang Tanah Input Variabel:

  Input tetap:

  R= Q x P R= Penerimaan Q=Jumlah hasil

  Produksi P= Harga Produksi

  Biaya Produksi Kelayakan usahatani

  Sistem usahatani kacang tanah mulai dari pengolahan lahan sampai panen

  LAYAK TIDAK LAYAK Dari gambar 3 di atas bahwa keuntungan ditentukan oleh besarnya produksi sementara produksi sangat dipengaruhi oleh kedua input yakni input variabel yang terdiri dari input tetap.

  Hipotesis Penelitian

  Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang sempurna, dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti luas masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

  1. Sistem usahatani kacang tanah dilakukan petani sesuai dengan aturan budidaya tanaman kacang tanah yang dianjurkan

  Faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah adalah sarana produksi, luas lahan, modal, penggunaan alat mesin pertanian dan jumlah tenaga kerja

  4. Usahatani kacang tanah adalah usaha tani yang menguntungkan dan layak dikembangkan di lokasi penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo)

16 141 105

Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Arachis hipogaea L.) Di Kabupaten Tapanuli Utara(Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)

22 161 102

Analisis Pendapatan Keluarga Nelayan Buruh Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Tapanuli Tengah (Studi Kasus: Desa Lubuk Tukko Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah)

0 47 111

Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Bayam (Studi Kasus: Desa Kolam, Kec. Percut. Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara)

27 107 71

Prospek Pengembangan Industri Kecil Kacang Garing dalam Meningkatkan Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja (Studi Kasus: Kabupaten Tapanuli Utara)

0 19 82

Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara)

5 63 88

Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.)

0 24 120

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

9 114 109

Potensi Dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

15 58 89

Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

11 106 98