Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Arachis hipogaea L.) Di Kabupaten Tapanuli Utara(Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)

(1)

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH

(Arachis hipogaea L.) DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

(Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)

SKRIPSI LISKA SIMAMORA

080304036 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH

(Arachis hipogaea L.) DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

(Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)

SKRIPSI OLEH

LISKA SIMAMORA 080304036 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ir. Thomson Sebayang, MT) (

Ketua Anggota

Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

RINGKASAN

Liska Simamora (080304036/Agribisnis), dengan judul skripsi “ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH” , studi kasus Desa Banuaji IV, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, yang dilakukan pada tahun 2012. Penelitian ini di bawah bimbingan bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. A.T. Hutajulu,MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian; untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah penggunaan bibit, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk Phonska, pupuk TSP, pupuk ZA dan tenaga kerja terhadap tingkat produksi usahatani kacang tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis pengaruh biaya bibit, biaya pupuk, biaya penyusutan, dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian serta untuk menganalisis kelayakan pelaksanaan kegiatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dengan metode penentuan sampel secara simple random sampling dengan sampel 30 KK dari populasi 225 KK. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian adalah membandingkan sistem usahatani kacang tanah di lokasi penelitian dengan sistem usahatani anjuran sesuai dengan literatur; metode analisis untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan data deskriptif; metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian adalah model regresi linier berganda metode OLS dan fungsi produksi Cobb-Douglass, dan untuk menganalisis faktor biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah model regresi linier berganda metode OLS; metode analisis untuk menganalisis kelayakan pengembangan kegiatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan rasio R/C.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian belum sesuai dengan sistem usahatani anjuran; tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian tergolong rendah; faktor luas lahan, jumlah bibit, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk Phonska, pupuk TSP, pupuk ZA dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi kacang tanah sedangkan secara parsial yang berpengaruh nyata hanya jumlah bibit. Faktor yang berpengaruh nyata secara serempak terhadap pendapatan usahatani kacang tanah adalah biaya bibit, biaya pupuk, biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga kerja, sedangkan yang berpengaruh nyata secara parsial adalah biaya bibit dan biaya penyusutan peralatan; usahatani kacang tanah di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang memampukan penulis menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Arachis hipogeal L) di kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus: Desa Banuaji IV Kecamatan Adiankoting)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing memberikan motivasi dan arahan untuk melakukan penelitian serta menulis skripsi ini. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Ibu Ir. A.T. Hutajulu MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu DR. Ir. Salmiah, MS Selaku Ketua Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

2. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis khususnya dan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara umumnya

3. Bapak kepala desa Banuaji IV dan bapak sekretaris desa Banuaji IV yang telah membantu dalam pengambilan data serta wawancara dengan responden

4. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan bersedia untuk wawancara


(5)

Medan, Januari 2013


(6)

DAFTAR ISI RINGKASAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ...vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 6

Landasan Teori ... 11

Fungsi Produksi ... 11

Usahatani ... 13

Kerangka Pemikiran ... 17

Hipotesis Penelitian ... 19

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

Metode Penentuan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data ... 22

Definisi dan Batasan Operasional ... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

Luas dan Letak Geografis ... 29

Luas dan Jenis Penggunaan Lahan ... 29

Pemerintahan Desa ... 30

Keadaan Penduduk ... 30


(7)

Karakteristik Petani Sampel ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Usahatani Kacang Tanah di Daerah Penelitian ... 34

Tingkat Produksi Kacang Tanah ... 37

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian ... 38

Uji Asumsi Klasik ... 39

Multikolinearitas ... 39

Heterokesdastisitas ... 40

Uji Kesesuaian (Test Goodness Of Fit) ... 42

Analisis Kesesuaian Determinasi (R-Square) ... 42

Uji Serempak (Uji-F) ... 42

Uji Parsial (Uji-t) ... 43

Penerimaan Usahatani Kacang Tanah ... 48

Pendapatan Bersih Usahatani Petani Kacang Tanah ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 52

Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2006-2010

3

2 Varietas Unggul Kacang Tanah 9

3 Luas Panen, Produksi, Produktivitas Kacang Tanah Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2010

20

4 Luas Panen, Produksi, Produktivitas Kacang Tanah Kecamatan Adiankoting tahun 2010

21

5 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan 29

6 Distribusi Penduduk Desa Banuaji IV Berdasarkan Jenis Kelamin

30

7 Distribusi Penduduk Desa Banuaji IV Berdasarkan Mata Pencaharian

31

8 Sarana dan Prasarana Desa Banuaji IV 31

9 Karakteristik Petani Sampel 32

10 Sistem Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian 37

11 Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian 40

12 Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

41

13

14

Tabel Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

42


(9)

15 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

45

16 Produksi dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV Kec. Adiankoting Tahun 2011

49

17

18

19

Komponen Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah (Satu Kali Musim Tanam)

Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV

Rasio R/C Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV Kec. Adiankoting Tahun 2011 (Satu Kali Musim Tanam)

50

51


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Fungsi Produksi 12

2 Titik Impas (BEP) 16

3 Kerangka Pemikiran 18

4a Hubungan Antara Prediksi dan Residu Pada Variabel Faktor Produksi

41

4b Hubungan Antara Prediksi dan Residu Pada Variabel Faktor Pendapatan


(11)

RINGKASAN

Liska Simamora (080304036/Agribisnis), dengan judul skripsi “ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH” , studi kasus Desa Banuaji IV, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, yang dilakukan pada tahun 2012. Penelitian ini di bawah bimbingan bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. A.T. Hutajulu,MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian; untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah penggunaan bibit, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk Phonska, pupuk TSP, pupuk ZA dan tenaga kerja terhadap tingkat produksi usahatani kacang tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis pengaruh biaya bibit, biaya pupuk, biaya penyusutan, dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian serta untuk menganalisis kelayakan pelaksanaan kegiatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dengan metode penentuan sampel secara simple random sampling dengan sampel 30 KK dari populasi 225 KK. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian adalah membandingkan sistem usahatani kacang tanah di lokasi penelitian dengan sistem usahatani anjuran sesuai dengan literatur; metode analisis untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan data deskriptif; metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian adalah model regresi linier berganda metode OLS dan fungsi produksi Cobb-Douglass, dan untuk menganalisis faktor biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah model regresi linier berganda metode OLS; metode analisis untuk menganalisis kelayakan pengembangan kegiatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan rasio R/C.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian belum sesuai dengan sistem usahatani anjuran; tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian tergolong rendah; faktor luas lahan, jumlah bibit, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk Phonska, pupuk TSP, pupuk ZA dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi kacang tanah sedangkan secara parsial yang berpengaruh nyata hanya jumlah bibit. Faktor yang berpengaruh nyata secara serempak terhadap pendapatan usahatani kacang tanah adalah biaya bibit, biaya pupuk, biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga kerja, sedangkan yang berpengaruh nyata secara parsial adalah biaya bibit dan biaya penyusutan peralatan; usahatani kacang tanah di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.


(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai negara agraris sedang mengalami kesulitan dalam mempertahankan ketahanan pangan dimana pangan pokok yang dikenal masyarakat Indonesia adalah bersumber dari produk pertanian. Berdasarkan rumusan musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tahun 2006, arah kebijakan pembangunan pertanian tahun 2005 – 2009 dilaksanakan melalui tiga program, yaitu (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan agribisnis, dan (3) Program peningkatan kesejahteraan petani. Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman dan halal di setiap daerah setiap saat dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan. Pembangunan sub sektor tanaman pangan akan difokuskan pada akselerasi peningkatan produktivitas di daerah yang tingkat produktivitasnya masih rendah (Warsana, 2007).

Seperti diketahui bersama bahwa penelitian mengenai peningkatan ketahanan pangan telah banyak dilakukan peneliti terutama diversifikasi pangan tetapi tetap saja masalah kerawanan pangan terjadi di Indonesia. Bahkan masalah semakin rumit lagi dimana semakin banyaknya jumlah impor yang mengakibatkan masalah baru di bidang pertanian salah satunya terjadi penurunan pendapatan petani. Menurut BPS jumlah komoditas tanaman pangan di Indonesia ada 7 jenis yakni padi, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu.

Di Indonesia angka produksi kacang tanah, diantara jenis kacang-kacangan lainnya, menempati urutan kedua setelah kedelai. Meskipun demikian tanaman ini memiliki kendala untuk peningkatan produksinya. Kendala tersebut berupa pengolahan tanah yang kurang


(13)

optimal sehingga drainasenya buruk dan struktur tanah padat, pemeliharaan tanaman yang kurang optimal, serangan hama dan penyakit (bercak daun, karat, virus, dan layu bakteri), penanaman varietas yang berproduksi rendah, mutu benih yang rendah dan kekeringan

(Suprapto, 2000).

Komoditas tanaman pangan kacang tanah telah dimanfaatkan sebagai salah satu substitusi bahan baku minyak goreng. Menurut AAK (2000) setiap 100 Kg kacang tanah, dapat menghasilkan minyak antara 40-60 liter.

Kacang tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai bahan sayuran, saus, dan digoreng atau direbus. Sebagai bahan industri dapat dibuat keju, mentega, sabun, dan minyak. Daun kacang tanah dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk. Hasil sampingan dari pembuatan minyak berupa bungkil dapat dijadikan oncom dengan bantuan fermentasi jamur (Suprapto, 2000).

Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40-50%), protein (20%), karbohidrat serta vitamin (A,B,C,D,E dan K). Disamping itu, juga mengandung bahan-bahan mineral antaralain Ca, Cl, Fe, Mg, P, K dan S (Suprapto, 2000).

Pemanfaatan kacang tanah yang beraneka ragam tersebut diakibatkan semakin meningkatnya pengolahan terhadap produk kacang tanah. Akan tetapi bila diperhatikan penurunan luas lahan untuk kacang tanah terus terjadi mulai tahun 2006-2010. Seperti yang terlihat pada tabel 1 berikut bahwa setiap tahun terjadi penurunan pada luas panen dan produksi kacang tanah


(14)

Tabel 1: Luas panen (Ha), Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2006-2010

Tahun Luas Panen(Ha) Produksi(Ton) Produktivitas(Ku/Ha)

2006 706.753 838.096 11,86

2007 660.480 789.089 11,95

2008 633.922 770.054 12,15

2009 622.616 777.888 12,49

2010 620.563 779.228 12,56

Sumber: www.bps.go.id

Pengurangan luas lahan yang setiap tahun terjadi menimbulkan besar kemungkinan pengaruhnya terhadap pengurangan produksi ke tahun-tahun berikutnya dan tidak menutup kemungkinan untuk jumlah kacang tanah impor pun terus meningkat dan hingga kini sudah menguasai 60% pasar kacang tanah di dalam negeri (Anonimous1, 2011).

Dilihat dari selera konsumen, di Sumatera Utara konsumen lebih suka produk lokal daripada produk impor karena rasanya yang gurih dan manis walaupun ukuran butir kacang lokal tergolong kecil dibandingkan kacang tanah impor, akan tetapi konsumen lebih memilih untuk membeli kacang tanah produk impor karena harganya lebih murah.

Peningkatan impor kacang tanah secara khusus di Sumatera Utara terjadi juga akibat penurunan produksi kacang tanah mulai tahun 2009- 2011 yaitu 16.771 ton tahun 2009 16.449 ton tahun 2010, menjadi 10.550 ton tahun 2011. Penurunan produksi tersebut terjadi akibat berkurangnya areal budidaya kacang tanah dari tahun 2009 seluas 14.294 hektar menjadi 10.375 hektar pada tahun 2011 (Anonimous2, 2011).

Hal yang mengakibatkan penurunan produksi di dalam negeri dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan) yang digunakan oleh petani. Dalam mengusahakan usahataninya petani selalu berusaha


(15)

menggunakan sumber daya yang dimilikinya (lahan, tenaga kerja, alat pertanian, dan modal) seefisien mungkin.

Salah satu daerah di wilayah provinsi Sumatera Utara yang potensial dikembangkan untuk menjadi sentra produksi kacang tanah lokal adalah Kabupaten Tapanuli utara. Karena di daerah ini ada ditemukan makanan khas yang terbuat dari kacang tanah antara lain kacang

sihobuk. Luas panen kacang tanah pada tahun 2007 di kabupaten Tapanuli utara 2.711 Ha sementara pada tahun 2009 berkurang menjadi 2.198 Ha, demikian juga hal nya dengan produksi tahun 2007 sebanyak 4.801 ton dan tahun 2009 menjadi 3.891 ton (BPS, 2009). Angka-angka di atas menunjukkan penurunan luas lahan dan produksi di Kabupaten Tapanuli Utara dengan demikian penulis menetapkan judul yakni untuk menganalisis produksi dan pendapatan usahatani petani kacang tanah dan Kabupaten Tapanuli Utara menjadi daerah penelitian.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian?. 2. Bagaimana tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian?.

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan usahatani kacang tanah kacang tanah di. daerah penelitian?.

4. Apakah usahatani kacang tanah adalah usahatani yang menguntungkan dan layak untuk dikembangkan secara finansial?.

Tujuan Penelitian


(16)

1. Untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian. 2. Untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian.

4. Untuk menganalisis pendapatan usahatani dan kelayakan usahatani kacang tanah. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijaksanaan bidang analisis ekonomi usahatani kacang tanah

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para petani mengenai kelayakan usahatani kacang tanah di daerah penelitian.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA , LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong dalam famili leguminoceae

sub-famili papilionoideae, genus Arachis dan Hypogeae. Tanaman kacang tanah membentuk polong (buah) dalam tanah. Kacang tanah sebagai salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan lezat rasanya, termasuk jenis tanaman pangan yang telah memasyarakat dan disukai oleh banyak orang sehingga perlu dikembangkan dan ditingkatkan produksinya. Usaha untuk meningkatkan produksi kacang tanah ini akan bisa tercapai, apabila para petani menggunakan teknologi pertanian modern dan sekaligus menguasai ketrampilan (AAK, 2000).

Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandung protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mempunyai rasa yang manis dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue. Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dinyatakan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah bekerja meningkatkan kemampuan pompa jantung dan menurunkan resiko penyakit jantung koroner (Anonimous3, 2011).


(18)

Sistem pertanaman kacang tanah menurut anjuran Suprapto (2000) adalah sebagai berikut

a. Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah biasanya dilakukan dengan cangkul, bajak, atau traktor sampai kedalaman 20-30 cm

dari permukaan tanah. Pengolahan lahan dengan bajak sebaiknya diulang dua kali, kemudian

diteruskan dengan penggaruan agar bongkahan tanah menjadi remah. b. Cara Penanaman

Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam (40 x 15) cm atau (30 x 20) cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat (40 x 10) cm atau (20 x 20 ) cm. Lubang tanamnya dibuat sedalam 3 cm dengan cara ditugal. Ke dalam setiap lubang tanam dimasukkan satu biji kacang tanah lalu ditutup dengan tanah halus.

c. Pemupukan

Untuk kacang tanah, pupuk yang banyak dipakai adalah pupuk nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Pemberian pupuk nitrogen dilakukan sehari sebelum tanam atau bersamaan dengan saat tanam. Dosis pupuk nitrogen yang diberikan 15-20 Kg N/ha dan dipendam sejauh 5 cm dari tanah. Pemberian pupuk fosfat (P) dilakukan beberapa waktu sebelum tanam, sebagai pupuk dasar dan bersamaan dengan waktu tanam. Dosis pupuk fosfat 45 kg/ha. Pemberian pupuk kalium yang cukup akan membuat polong tumbuh baik dan berisi penuh. Pupuk kalium (K2O) dapat diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar sebanyak 50-60 kg/ha.


(19)

d. Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berbunga dengan cara mengored tanah di antara barisan-barisan tanaman. Pada saat bunga berumur 4-6 minggu sebaiknya tidak dilakukan penyiangan karena akan merusak bunga dan mengganggu pertumbuhan polong.

e. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Dilakukan dengan penanaman varietas unggul, pengadaan rotasi tanaman, pemberantasan serangga vektor, penyemprotan dengan pestisida.

f. Panen

Kacang tanah dapat dipanen apabila sebagian besar daun pada pertanaman mulai mengering dan luruh. Penentuan waktu panen dapat juga didasarkan pada umur varietas yang ditanam. g. Pencucian polong kacang tanah dilakukan setelah polong tersebut dicabut kemudian dijemur

di bawah terik matahari sampai polongnya kering.

Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan berbahan baku kacang tanah. Varietas yang paling lama dikenal adalah Gajah dan Banteng. Beberapa varietas yang saat ini banyak ditanam antara lain kelinci, jerapah, Anoa, Tapir, Panter, Kacang Garuda Tiga, Kacang Garuda Dua. Menurut Purwono dan Purnawati, (2009) berikut keunggulan dari beberapa varietas unggul tersebut.


(20)

Tabel: 2 Varietas Unggul Kacang Tanah

Varietas Keunggulan

Banteng Umur panen 100-110 hari, Produksi 1,2-1,8 ton/ha

Gajah

Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, tahan layu

Kijang

Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, tahan layu

Macan

Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, tahan layu

Anoa Umur panen 100-110 hari, produksi 1,8 ton/ha, tahan layu, tahan karat daun, dan tahan bercak cokelat daun

Tapir

Umur Panen 95-100 hari, produksi 1,8-2 ton, tahan layu

Kacang garuda Tiga

Umur panen 85-90 hari, produksi 2,25 ton/ha, tahan layu

Kacang Garuda Dua

Umur panen 85-90 hari, produksi 2,3 ton/ha, tahan layu

Bison

Umur panen 90-95 hari, potensi hasil 3,6 ton/ha, agak tahan A.Flafus, agak tahan karat, agak tahan bercak daun, toleranpenaungan intensitas 25%, toleran kahat Fe, dan adaptif di alfisol alkalis

Domba Umur panen 90-95 hari, potensi hasil 3,6 ton/ha, agak tahan A.Flafus, agak tahan karat, agak tahan bercak daun,toleran kahat Fe, dan adaptif di alfisol alkalis


(21)

Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Pupuk dan pestisida (obat-obatan pertanian) adalah sarana produksi pertanian utama yang paling banyak diperlukan petani dalam kegiatan pertanian. Pupuk dalam hal ini terdiri dari pupuk organik (kompos, kotoran hewan, kasting, dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, SP36 dan KCL). Sedangkan pestisida meliputi, herbisida, insektisida, fungisida, dan lainnya (Purwono dan Purnawati, 2009).

Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih (Anonimous, 2009).

Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak berumur 12 tahun sudah merupakan tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Dengan cara begini tidak ada upah uang yang harus dibayar dan ini dapat menekan biaya tenaga kerja (Mubyarto, 1987).

Pada usahatani kacang tanah, pemakaian tenaga kerja terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan HPT, panen dan penjemuran. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam membudidayakan kacang


(22)

tanah yang paling banyak diperlukan adalah saat kegiatan penyiangan dan panen (Safrina, 2010).

Soekartawi mengelompokan modal dalam dua jenis yakni barang yang tidak habis dalam sekali produksi misalnya lahan pertanian, bangunan dan peralatan pertanian dimana penyusutannya dihitung setahun sekali. Satu lagi modal menurut Soekartawi adalah barang yang langsung habis dalam proses produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan dan sarana produksi lainnya (Soekartawi, 1995).

Landasan Teori Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu ramuan faktor-faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu. Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f(Q) dimana P adalah total produksi dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).

Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi. Yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut:

Y= f(x1, x2,....xn) Dimana:

Y = Hasil produksi fisik (output)

x1 , x2...xn = faktor-faktor produksi (input)

Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktor produksi itu salah


(23)

y

x

satu faktor produksi dianggap variabel (berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan. Berikut ini gambar fungsi produksi .

output

Gambar 1: Fungsi Produksi Input

Hubungan fungsional seperti digambarkan di atas berlaku untuk semua faktor produksi misalnya tenaga kerja, luas lahan, sarana produksi dan input lainnya (Mubyarto, 1987).

Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas dari peranan faktor-faktor produksi atau input untuk menaikkan jumlah output yang diproduksi dalam perekonomian. Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output). Disebut faktor produksi karena bersifat mutlak, supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk.

Fungsi produksi yang dipakai dalam penelitian ini adalah fungsi produksi cobb-douglass. Kelebihan model ini dibandingkan dengan fungsi lain yaitu pertama perubah-perubah yang diamati adalah perubah-perubah harga output dan input, sehingga lebih sesuai dengan kerangka pengambilan keputusan produsen yang memperhitungkan harga sebagai faktor penentu, kedua dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi ekonomi, teknik dan harga,


(24)

ketiga fungsi penawaran Output dan permintaan input dapat diduga bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit. Pada ketiga kelebihan tersebut juga terdapat keterbatasan

dalam menginterpretasikan hasil elastisitas yang diperoleh Keterbatasanya antara lain: (1) dugaan, elastisitas permintaan harga sendiri akan selalu elastis, (2) dugaan elastisitas permintaan silang akan selalu negatif, yang berarti hubungan antara input akan selalu komplementer (Anonimous4, 2007).

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi produksi cobb-douglass sebagai berikut:

1. Pengamatan variabel penjelas (X) tidak ada yang sama dengan nol, karena logaritma dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

2. Diasumsikan tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan dalam fungsi produksi. Apabila fungsi produksi Cobb-Douglas dipakai sebagai model suatu pengamatan dan jika diperlukan analisis yang membutuhkan lebih dari 1 model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan terletak pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

3. Setiap variabel X adalah perfect competation.

4. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y).

5. Perbedaan lokasi sudah tercakup dalam faktor kesalahan. Usahatani

Usahatani adalah usaha yang tidak terlepas dari biaya-biaya. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua yakni biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (Variable cost). Jumlah dari kedua biaya tersebut dikenal dengan biaya total (Total Cost).


(25)

TC= TFC + TVC.

Penerimaan petani pada dasarnya juga terdiri atas dua bagian yakni penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil pertanian. Penerimaan ini diperoleh dengan perhitungan jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga atau:

TR= Q.P Dimana:

TR= Total penerimaan kotor Q= Jumlah Hasil Produksi P= Harga produksi

Selain penerimaan kotor dikenal istilah penerimaan bersih yaitu penerimaan yang diperoleh dari hasil perhitungan penjualan hasil produksi pertanian setelah dikurangi dengan biaya produksi yang digunakan. Atau:

Π= TR – TC Dimana:

Π= Penerimaan Bersih TR= Penerimaan kotor

TC= Total Biaya produksi yang dikeluarkan

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran


(26)

Pada analisis ekonomi usaha, data penerimaan biaya dan pendapatan usaha sangat perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat ini. Sedangkan biaya usaha adalah semua pengeluaran yang dipergunakan baik mempengaruhi ataupun tidak mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran.

Analisis R/C singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagi berikut:

a = R/ C

dimana: R (Revenue)=Py.y : C (Cost) = FC +VC Sehingga a = {(Py.y)/(FC+VC)} Keterangan:

R= Penerimaan C= Biaya

Py= Harga output

Y= Output

FC= Biaya Tetap (Fixed Cost)

VC= Biaya Variabel (Variabel Cost)

FC biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang besar-kecilnya tidak tergantung dari besar-besar-kecilnya output yang diperoleh. Misalnya iuran irigasi, pajak, alat-alat pertanian, sewa lahan, dan mesin. Selanjutnya VC biasanya diartikan sebagai


(27)

R

biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perolehan

output misalnya sarana produksi dan tenaga kerja.

Secara teoritis dengan rasio R/C= 1 artinya tidak untung dan tidak rugi (Break even

Point). Namun karena adanya biaya usahatani yang kadang-kadang

tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan peneliti (Soekartawi, 1995). BEP (Break Even Point) usahatani atau sering disebut dengan titik impas, yaitu dimana suatu keadaan ketika total biaya yang dikeluarkan sama dengan jumlah penerimaan; TC = TR seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:


(28)

0 y A

Gambar 2: Titik Impas (BEP)

Pada gambar 2 dapat dilihat pada tingkat produksi berapa suatu usahatani mencapai titik impas atau break Even point (BEP). Bila produksi mencapai titik di sekitar OY1, maka usahatani tersebut rugi karena R<TC; sebaliknya bila produksi berada di OY maka usahatani itu untung karena R> TC (Soekartawi, 2000).

Kerangka Pemikiran

Usahatani kacang tanah di Kabupaten Tapanuli Utara merupakan suatu usaha di bidang pertanian tanaman pangan yang menjadi pilihan bagi petani karena dianggap sebagai komoditas yang berpotensi dan cocok dengan kondisi alam yang ada. Untuk meningkatkan usahatani kacang tanah yang diperlukan adalah bagaimana mengalokasikan faktor-faktor produksi usahatani pada lahan agar lebih efisien. Tingkat efisien penggunaan faktor-faktor produksi kacang tanah berpengaruh pada output dan pendapatan petani kacang tanah di Kabupaten Tapanuli Utara. Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

FC

VC TC R


(29)

Keterangan: Ada pengaruh Ada hubungan Gambar 3: Kerangka pemikiran

Usahatani Kacang Tanah

Input Variabel:

- Sarana produksi pertanian - Tenaga kerja

Input tetap: -Luas lahan -Sewa lahan/ PBB -Penyusutan alat

Produksi

Penerimaan

Pendapatan usaha tani

R= Q x P

R= Penerimaan Q=Jumlah hasil

Produksi P= Harga Produksi

Biaya Produksi

Kelayakan usahatani Sistem usahatani kacang tanah mulai dari pengolahan lahan sampai panen


(30)

Dari gambar 3 di atas bahwa keuntungan ditentukan oleh besarnya produksi sementara produksi sangat dipengaruhi oleh kedua input yakni input variabel yang terdiri dari input tetap.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang sempurna, dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti luas masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

1. Sistem usahatani kacang tanah dilakukan petani sesuai dengan aturan budidaya tanaman kacang tanah yang dianjurkan

2. Tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian tergolong rendah

3. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah adalah sarana produksi, luas lahan, modal, penggunaan alat mesin pertanian dan jumlah tenaga kerja 4. Usahatani kacang tanah adalah usaha tani yang menguntungkan dan layak


(31)

METODE PENELITIAN Metode Penentuan daerah penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Banuaji IV, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Peneliti menentukan daerah penelitian tersebut secara sengaja karena daerah ini merupakan sentra produksi kacang tanah di kabupaten Tapanuli Utara ditinjau dari luas panen dan produksi yang paling tinggi diantara kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 3: Luas Panen, Produksi, Produktivitas kacang tanah kabupaten Tapanuli Utara

tahun 2010

No Kecamatan Luas Panen

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kw/Ha))

1 PARMONANGAN 120 214.40 17.70

2 ADIANKOTING 421 745.17 17.70

3 SIPOHOLON 335 589.60 17.60

4 TARUTUNG 113 199.45 17.65

5 SIATAS BARITA 65 114.40 17.60

6 PAHAE JULU 15 26.18 17.45

7 PAHAE JAE 66 115.17 17.45

8 PURBATUA 26 45.63 17.55

9 SIMANGUMBAN 18 31.59 17.55

10 PANGARIBUAN 111 195. 92 17.65

11 GAROGA 61 109.50 17.95

12 SIPAHUTAR 54 96.39 17.85

13 SIBORONG-BORONG 409 730.07 17.85

14 PAGARAN 235 415.95 17.70

15 MUARA 202 358.55 17.75

JUMLAH 2.143 3.891,28 17,71 Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka, BPS Sumatera Utara, 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Adiankoting merupakan kecamatan yang memiliki luas lahan dan produksi kacang tanah yang lebih tinggi dibandingkan kecamatan yang lainnya. Tabel berikut ini menunjukkan produksi dan luas lahan kacang tanah setiap desa di kecamatan Adiankoting.


(32)

Tabel 4: Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah di kecamatan AdiankotingTahun 2010

No

Desa

Luas Lahan (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

1 Dolok nauli 45 80.10 17.70

2 Banuaji I 75 141.75 18.90

3 Banuaji II 40 68.00 17.00

4 Banuaji IV 95 161.50 17.00

5 Pansurbatu 80 142.40 17.80

6 Pagaran Lambung I 35 59.50 17.00

7 Pagaran Lambung II 20 35.60 17.80

8 Pagaran Lambung III 21 37.38 17.80

9 Pagaran Lambung IV 10 17.78 17.78

Sumber: PPL kecamatan Adiankoting Tahun 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa desa Banuaji IV sebagai daerah sentra produksi dari seluruh desa yang terdapat di Kecamatan Adiankoting.

Metode Penentuan Sampel

Menurut BPS kecamatan Adiankoting dalam angka tahun 2011 desa Banuaji IV dihuni oleh 225 KK dimana semua penduduknya menanam kacang tanah. Dari sejumlah kepala keluarga ini, ditarik sampel penelitian. Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling.

Beberapa ahli percaya bahwa 30 subjek per kelompok dapat dipertimbangkan sebagai ukuran minimum (Sevilla, dkk, 1993).

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dalam hal ini jumlah sampel ditetapkan sebesar 30 KK.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan responden di


(33)

daerah penelitian sementara data sekunder diperoleh dari berbagai lembaga seperti BPS, PPL Kecamatan Adiankoting, dan kantor camat Kecamatan Adiankoting.

Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 yaitu sistem usahatani kacang tanah, dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses usahatani kacang tanah yang dilakukan petani di daerah penelitian. Dengan demikian bisa diketahui apakah kegiatan yang dilakukan sesuai atau tidak sesuai dengan yang dianjurkan menurut Suprapto (2000). Dalam analisisnya, untuk kegiatan yang dilakukan sesuai teknis budidaya yang dianjurkan diberikan skor tertinggi = 1 sementara untuk teknis budidaya yang tidak sesuai diberikan skor =0.

Untuk menguji hipotesis 2 diperlukan data deskriptif. Jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu hektar

produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering (Anonimous4, 2007).

Model analisis yang digunakan menguji hipotesis 3 adalah fungsi produksi Cobb- Douglas metode OLS. Fungsi produksi Cobb-Douglas ini adalah suatu fungsi yang melibatkan dua dan atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lainnya disebut variabel independen (X), penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah dengan cara regresi, dimana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X (Soekartawi, 1995).

Fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

dipergunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dari input terhadap produksi. Dalam menggunakan fungsi Cobb-Douglas ini dengan memasukkan input variabel dan input tetap. Adapun bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:


(34)

Y= A �1�1�2�2�3�3�4�4�5�5�6�6�7�7�8�8�9�9

Untuk memperoleh persamaan dalam bentuk linear, maka perlu dilakukan pengambilan logaritma dari persamaan di atas sehingga menjadi sebagai berikut:

Log Y= A+a1 log�1 +�2����2 +�3����3 +�4����4 +�5����5 +�6����6 +�7����7 +

�8����8 +�9����9 dimana : Y = produksi kacang tanah X1= Luas Lahan (Ha) X2 = Jumlah Benih (Kg)

X3=Pupuk Urea (Kg) X4=Pupuk NPK (Kg) X5= Pupuk PHONSKA (Kg) X6=Pupuk SS (Kg)

X7= Pupuk TSP (Kg) X8= Pupuk ZA (Kg) X9= Tenaga Kerja (HKP) a1...a9= koefisien input

Model yang sudah terbentuk adalah model persamaan regresi linear majemuk. Dalam regresi linear dikenal uji kesesuaian secara serempak maupun parsial dan juga uji asumsi klasik yang akan dibahas sebagai berikut.

Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)

Untuk menguji pengaruh input terhadap output digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:


(35)

�ℎ����� = �

2/

(1− �)(� − � −1)

Dengan keterangan: r2= Koefisien determinasi n= Jumlah sampel

k= Derajat bebas pembilang; Jumlah parameter yang diamati n-k-1= Derajat bebas penyebut

Uji F ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi koefisien secara serempak dengan kriteria uji hipotesis adalah:

Jika �ℎ����� > ������ maka terima Ho atau tolak H1

Jika �ℎ����� < ������ maka tolak Ho atau terima H1 (Sudjana, 2002)

Sementara untuk mengetahui apakah variabel berpengaruh secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t dengan kriteria uji hipotesisnya adalah:

t-hitung>t-tabel maka terima Ho atau tolak H1 t-hitung<t-tabel maka tolak Ho atau terima H1

Uji Asumsi Klasik

Dalam regresi linier majemuk ditemukan berbagai permasalahan. Digunakannya beberapa variabel bebas mengakibatkan berpeluangnya variabel bebas tersebut saling berkorelasi, atau yang dikenal dengan multikolinearitas diantara variabel bebas dan dikenal juga istilah heteroskedatisitasyaitu bila varian tidak konstan atau beruba-ubah. Bila kedua hal itu terjadi, maka akan mengganggu ketepatan model yang dibuat.

Multikolinearitas

Dalam membuat regresi berganda, variabel bebas yang baik adalah variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan variabel terikat, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan


(36)

variabel bebas lainnya sebab apabila ada variabel bebas yang memiliki hubungan dengan variabel bebas lainnya akan mengakibatan multikolinearitas. Adapun dampak dari multikolinearitas adalah sebagai berikut

1. Variasi dugaan OLS besar

2. Interval kepercayaan membesar (variasi yang besar menyebabkan standard eror besar, selanjutnya menyebabkan interval kepercayaan membesar)

3. Uji-t tidak signifikan

4. R2 tinggi, secara serempak pengaruh variabel bebas melalui uji F nyata, tetapi secara parsial tidak banyak variabel yang nyata dari uji-t.

5. Hasil dugaan parameter tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan interpretasi.

6. Hal lain yang terkadang terjadi adalah angka estimasi koefisien regresi yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, atau kondisi yang dapat diduga atau dirasakan dengan akal sehat, sehingga dapa menyesatkan interpretasi.

(Supriana, 2009) Heteroskedastisitas

Dalam praktiknya heterokesdastis banyak ditemui pada data cross-section karena pengamatan dilakukan pada individu-individu yang berbeda-beda pada saat yang sama akan tetapi bukan berarti tidak ada dalam data time series. Beberapa alasan mengapa heteroskesdastis menjadi begitu penting diperhatikan ketika mengestimasi koefisien regresi dengan OLS adalah karena ditemukan akibat dari varian koefisien regresi yang lebih besar, maka akan mengandung berbagai konsekuensi lain (Nachrowi dan Usman, 2006).


(37)

Uji hipotesis 4 yang menyatakan usahatani kacang tanah di lokasi penelitian adalah usaha yang layak dan menguntungkan diketahui dengan menggunakan metode analisis usahatani sebagai berikut:

Π= TR – TC Dimana Π= pendapatan

TR= Penerimaan total TC= Biaya total

Menurut (Soekartawi, 1995) bila R< TC maka usahatani tersebut rugi; sebalikya bila R>TC maka usahatani tersebut untung.

Defenisi dan Batasan Operasional

Supaya tidak terjadi perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna maka berikut dituliskan semua defenisi dari variabel dan batasan operasional.

Defenisi

1. Petani adalah yang mengusahakan kacang tanah mulai dari penanaman hingga panen

2. Usahatani adalah usaha untuk membudidayakan tanaman kacang tanah

3. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari penanaman kacang tanah dan siap untuk dijual

4. Sarana produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam melakukan proses produksi pada usahatani kacang tanah yang terdiri dari bibit, pupuk, pestisida, dan alsintan.


(38)

5. Tenaga kerja adalah orang yang ikut melakukan usahatani kacang tanah mulai dari proses penanaman sehingga penjemuran dan pencucian.

6. Biaya adalah sejumlah rupiah yang dikorbankan oleh petani untuk usahatani kacang tanah.

7. Pendapatan bersih adalah pendapatan total setelah dikurangi dengan biaya.

8. Pendapatan usahatani adalah pendapatan bersih usahatani ditambah dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga dan nilai input yang diusahakan sendiri oleh petani. 9. Penerimaan adalah harga jual komoditas kacang tanah dikali dengan jumlah

produksi.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah desa Banuaji IV Kecamatan Adiankoting kabupaten Tapanuli Utara

2. Sampel penelitian adalah petani yang membudidayakan kacang tanah 3. Waktu penelitian dilakukan tahun 2012.


(39)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Letak Geografis

Penelitian dilakukan di Desa Banuaji IV, yaitu salah satu desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara dengan luas wilayah 1787 Ha . Desa ini berada pada ketinggian 1200 M dari permukaan laut (dpl). Jarak desa ke ibukota Kecamatan Adiankoting kurang lebih 10 KM, jarak ke Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kota Tarutung kurang lebih 33 KM, dan jarak ke ibukota provinsi sekitar 300 KM. Luas dan Jenis Penggunaan Lahan

Tabel berikut menunjukkan luas dan jenis penggunaan lahan di Desa Banuaji IV Tabel 5 : Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Banuaji IV

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Tanah Sawah 139 7,78

2 Tanah Kering 1595 89,26

3 Bangunan Pekarangan 51 2,85

4 Lainnya 2 0,11

Jumlah 1787 100

Sumber: Kecamatan Adiankoting dalam Angka Tahun 2011

Dari tabel 6 di atas luas lahan yang paling luas adalah untuk tanah kering yaitu seluas 1.595 Ha (89,26%) menurut keterangan aparat desa, adapun bagian dari tanah kering ini adalah berupa perladangan dan hutan. Luas untuk tanah sawah seluas 139 Ha (7,78%). Masyarakat petani di Desa Banuaji IV melakukan kegiatan usahatani kacang tanah di tanah kering (ladang bukan hutan) dan juga di tanah sawah.


(40)

Bangunan pekarangan yang dimaksud adalah luas tanah yang digunakan untuk pemukiman, kandang ternak, bangunan sarana-sarana kesehatan, pendidikan dan lembaga-lembaga lain.

Pemerintahan Desa

Aparat pemerintahan desa yang ada di desa Banuaji IV hanya ada satu orang kepala desa dan satu orang sekretaris desa yang mengkoordinir setiap hal yang terdapat di Desa Banuaji IV antara lain administrasi kependudukan, memikirkan keamanan desa, penghubung masyarakat desa dengan lembaga-lembaga pemerintahan seperti penyuluh pertanian maupun dari lembaga kedinasan lain dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Keadaan Penduduk

Desa Banuaji IV terdiri dari 225 KK dengan jumlah penduduk 932 jiwa. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini

Tabel 6 : Distribusi Penduduk Desa Banuaji IV berdasarkan Jenis Kelamin No Distribusi Penduduk Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 453 48,60515

2 Perempuan 479 51,39485

Jumlah 932 100

Sumber: Kecamatan Adiankoting dalam Angka Tahun 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa di Desa Banuaji IV jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah laki-laki.

Mata pencaharian masyarakat Desa Banuaji IV adalah PNS dan petani berikut adalah pembagian jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.


(41)

Tabel 7 : Distribusi Penduduk Desa Banuaji IV Berdasarkan Mata Pencaharian No Distribusi Penduduk Jumlah (KK) Persentase (%)

1 PNS 11 4,88

2 Petani 214 95,11

Jumlah 225 100

Sumber: Wawancara dengan Aparat Pemerintahan Desa Banuaji IV, Tahun 2012

Sarana dan Prasarana Desa

Pada umumnya hal yang mendorong meningkatnya kesejahteraan suatu desa dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia. Desa Banuaji IV memiliki berbagai sarana dan prasarana seperti yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 8 : Sarana dan Prasarana di Desa Banuaji IV

No Sarana Prasarana Jumlah

1 Pendidkan SD 10

2 Kesehatan Posyandu, Pos Kesdes 2

3 Pasar Kedai 10

4 Peribadatan Gereja 4

6 Penerangan PLN 184

Sumber: Kecamatan Adiankoting dalam Angka 2011

Sarana pendidikan yang terdapat di lokasi penelitian masih sangat sedikit dimana sekolah yang ada hanya SD sehingga apabila penduduk akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP dan SMA harus ke desa lain ataupun ke ibukota kecamatan. Fasilitas kesehatan hanya terdapat POSYANDU dan POSKESDES. Menurut keterangan penduduk setempat jumlah fasilitas kesehatan ini sudah memadai. Masyarakat di


(42)

desa penelitian pada umumnya melakukan transaksi perdagangan hasil pertanian ataupun pembelian keperluan ke pasar kecamatan ataupun pasar kabupaten. Walaupun terdapat 10 kedai di desa namun belum bisa untuk membantu masyarakat untuk membeli keperluan yang diinginkan karena jenis-jenis barang yang dijual di warung tersebut masih dalam jenis dan jumlah yang sangat terbatas. Dari tabel di atas juga bisa disimpulkan bahwa masih banyak kepala keluarga yang belum mempergunakan listrik untuk penerangan di dalam rumah dimana jumlah kepala keluarga yang telah menggunakan listrik sebanyak 184 KK.

Karakteristik Petani Sampel

Petani yang menjadi sampel untuk penelitian ini adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani kacang tanah. Adapun karakteristik dari ke 30 sampel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 9 : Karakteristik Petani Sampel

No Uraian Range Rataan

1 Luas Lahan (Ha) 0,04 -1 0,52

2 Usia (Tahun) 25-79 52

3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 9

4 Lama Bertani (Tahun) 2-50 26

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 1)

Dari tabel 10 rata-rata luas lahan petani 0,52 dengan range 0,04 Ha sampai degan 1 Ha. Usia rata-rata petani adalah 52 tahun dengan range 25-79 tahun hal ini menunjukkan bahwa petani di lokasi penelitian masih tergolong usia produktif karena dari segi umur masih tergolong potensial untuk melakukan semua proses dalam usahatani kacang tanah. Sedangkan pada tingkat pendidikan, petani di lokasi penelitian hanya sampai tingkat SMP (9 tahun)


(43)

dengan range 6-12 tahun hal tersebut akan mempengaruhi petani untuk mengadopsi teknologi pertanian termasuk dalam hal penggunaan pupuk dan pestisida. Sementara lama bertani setiap petani di lokasi penelitian tergolong sudah lama (26 tahun) dengan range 2 – 50 tahun hal tersebut mempengaruhi keahlian petani dalam mengatasi berbagai masalah dalam usahatani kacang tanah.


(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Usahatani Kacang Tanah di Daerah Penelitian

Kegiatan usahatani kacang tanah di lokasi penelitian terdiri dari pengolahan lahan, penanaman, pemberian pupuk, penyiangan, panen dan kegiatan pasca panen yaitu pencucian dan penjemuran.

a. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolaha lahan meliputi kegiatan membersihkan gulma serta sisa-sisa tanaman seperti sisa-sisa jerami padi, menggemburkan tanah sehingga sesuai dengan kondisi yang diperlukan oleh perakaran kacang tanah yaitu tanah yang gembur. Adapun tahap kegiatan pengolahan lahan untuk penanaman kacang tanah di lokasi penelitian adalah mencangkul, kemudian pembabatan, penggemburan tanah atau penggaruan lahan dan sebagian melakukan pembentukan bedengan. b. Penanaman

Petani di lokasi penelitian melakukan penanaman dengan cara memasukkan 1 biji kacang tanah ke dalam tanah. Jarak tanam kacang tanah tidak terlalu diperhatikan, karena petani bisa memperkirakan jarak yang terbaik untuk jarak tanam kacang tanah. Pada umumnya jarak tanam kacang tanah di lokasi penelitian sekitar 10 – 15 cm.

c. Pemupukan

Budidaya tanaman kacang tanah di lokasi penelitian masih tergolong sangat sederhana, dilihat dari kebiasaan petani yang pada umumnya tidak melakukan pemupukan dasar. Hal tersebut karena lahan tergolong subur dan jumlah modal petani terbatas. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah tanaman kacang tanah berumur 3 minggu atau 1 bulan, dan kegiatan pemupukan hanya dilakukan sekali saja untuk satu musim tanam. Jenis pupuk yang sangat


(45)

umum dipakai oleh petani di lokasi penelitian adalah urea, NPK, SS, Phonska, TSP dan ZA. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ukuran dosis pupuk urea sebesar 13,10 kg/Ha, pupuk NPK sebesar 3,27 kg/Ha, pupuk SS 1,67 Kg/Ha, pupuk phonska sebesar 5,03 kg/Ha, pupuk TSP sebesar 4,06/Ha, dan pupuk ZA sebesar 0,13 kg/Ha. Uraian tersebut menunjukkan bahwa petani di lokasi penelitian belum memperhatikan ukuran dosis setiap pupuk.

d. Penyiangan

Kegiatan penyiangan dilakukan petani sebelum bunga kacang tanah mekar, hal ini bertujuan untuk menghindari rusaknya bunga kacang tanah. Kegiatan ini dilakuakan dengan cara melonggarkan tanah sekitar gulma dengan mennggunakan cangkul, lalu mencabut dengan tangan. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi banyak tidaknya gulma di areal usahatani kacang tanah. Umumnya penyiangan hanya sekali dalam satu kali musim tanam.

e. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Petani di lokasi penelitian tidak ada yang menggunakan zat-zat kimia untuk memberantas hama dan penyakit kacang tanah, karena yang menjadi musuh utama dalam membudidayakan kacang tanah di lokasi penelitian adalah hama tikus dan juga kera sehingga untuk mengatasi tikus petani cukup dengan membersihkan gulma di sekitar kacang tanah sementara untuk mengatasi kera, petani menghidupkan obor di sekitar lahan.

f. Panen

Pemanenan kacang tanah dilakukan setelah kacang tanah berusia 3 sampai 4 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah yang siap dipanen adalah daun tanaman kacang tanah sudah hampir kering dan luruh, dan usia kacang tanah juga menjadi petunjuk utama bagi petani untuk memanen kacang tanah. Bibit yang dipakai petani di lokasi penelitian adalah bibit varietas lokal yang memiliki usia panen 3,5 – 4 bulan.


(46)

g. Pencucian dan Penjemuran

Kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh petani adalah pencucian polong kacang tanah yaitu setelah kacang tanah dipanen, dilepaskan dari batangnya, kemudian dicuci dengan menggunakan keranjang bakul, kemudian dijemur. Kegiatan penjemuran pertama sekali dilakukan langsung dibawah terik matahari, kemudian di jemur di atas (langit-langit) rumah petani hingga kering, kemudian setelah sekitar 3 hari kacang tanah dimasukkan ke dalam goni lalu kacang tanah siap dijual. Kacang tanah yang siap dijual diangkut oleh pedagang pengumpul dimana jumlah pedagang pengumpul di daerah ini hanya terdapat 2 orang sehingga tingkat harga per kaleng sama.

Dikatakan sesuai anjuran apabila jumlah persentase skor sebesar 100 % dengan kata lain seluruh sampel melakukan sistem usahatani kacang tanah sesuai dengan sistem yang dianjurkan. Dari lampiran 9 total skor dari semua sistem usahatani kacang tanah yang dilakukan oleh 30 sampel penelitian sebanyak 246. Apabila sistem usahatani sesuai dengan yang dianjurkan maka skor semua kegiatan sebesar 570 dengan demikian persentase skor yang dimiliki oleh petani di lokasi penelitian adalah sebesar 43, 15 % sehingga hipotesis 1 yang menyatakan sistem usahatani kacang tanah dilakukan petani sesuai dengan aturan budidaya tanaman kacang tanah yang dianjurkan tidak berlaku di lokasi penelitian

Tingkat Produksi Kacang Tanah

Tingkat produksi kacang tanah adalah produksi kacang tanah yang dihasilkan pada setiap 1 Ha luas tanam kacang tanah. Tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:


(47)

Tabel 11 : Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

No Produksi Tingkat Produksi (Kaleng)

1 Per Petani 23,53

2 Per Ha 52,57

Keterangan: 1 Kaleng = 13 Kg Kacang tanah polong kering

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 7a, 7b)

Dari tabel tersebut dilihat bahwa tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian adalah 52,57 Kaleng/Ha yaitu sekitar 683,02 Kg/Ha. Sementara menurut Rukmana (2000) jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5 – 2,5 ton polong kering.

Dari uraian di atas maka hipotesis 2 yang menyatakan tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian tergolong rendah dapat diterima.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan usahatani kacang tanah dilakukan dengan uji regresi linier berganda yang memenuhi ketentuan uji asumsi klasik. Tabel berikut ini akan menunjukkan variabel-variabel yang diduga mempengaruhi produksi dan pendapatan.


(48)

Tabel 12 : Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

No Variabel Koefisien regresi

Standard Error

T

Hitung Signifikan Keterangan 1

Luas

Lahan 0,252 0,133 1,890 0,073 Tidak Nyata

2

Jumlah

Bibit 0,032 0,096 0,328 0,746 Tidak Nyata

3

Pupuk

Urea -0,065 0,044 -1,478 0,155 Tidak Nyata

4

Pupuk

NPK -0,031 0,052 -0,610 0,549

Tidak Nyata

5 Pupuk SS 0,039 0,066 0,591 0,561 Tidak Nyata

6

Pupuk

Phonska 0,149 0,050 2,943 0,008 Nyata

7 Pupuk TSP 0,153 0,061 2,499 0,021 Nyata

8 Pupuk ZA -0,147 0,291 -0,506 0,618 Tidak Nyata

9

Tenaga

Kerja 0,708 0,151 4,678 0,000 Nyata

Konstanta = 0,777 R2 = 0,926

F Hitung =27,823

Sumber: Data Hasil Output SPSS

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa ada 9 faktor produksi yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian.

Variabel yang dimasukkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini:


(49)

Tabel 14: Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

No Variabel Koefisien Regresi

Standard Error

T Hitung

Signifikansi Keter angan 1

Biaya Bibit (Rp) -7827,086 4274,793 -1,831

0,084 Tidak Nyata 2 Biaya Pupuk (Rp) -5022,697 2077,981 -2,417 0,026 Nyata 3 Biaya Penyusutan

(Rp) -0,994 0,397 -2,620 0,017 Nyata

4 Tenaga kerja (Rp) -43.361,27 1989,343 -21,79 0,00 Nyata Konstanta = 24906,985

R2 = 0,993 ; F Hitung = 512,124; Sig = 0,000

Sumber: Data Hasil Output SPSS (Lampiran 10)

Untuk menghindari adanya kesalahan pendugaan model yang dilakukan di atas maka dalam proses selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang mencakup uji multikolinearitas, heterokedastisitas, yang seterusnya dilanjutkan dengan uji kesesuaian model.

Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi apabila ada korelasi linear antar variabel bebas. Dalam data yang diolah pada penelitian ini, korelasi linier antar variabel bebas dapat dilihat pada lampiran 10a. Data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Adapun variabel bebas yang mengakibatkan multikolinearitas adalah variabel luas lahan (X1), pupuk urea (X3) dan variabel tenaga kerja (X9). Dengan demikian ke tiga variabel tersebut dikeluarkan dari model, sehingga diperoleh model yang tidak mengalami multikolinearitas seperti pada lampiran 10b dimana variabel yang diduga akan mempengaruhi produksi kacang tanah adalah jumlah bibit (X2), NPK (X4), SS (X5), Phonska (X6), TSP (X7), ZA (X8).

Multikolinearitas juga terjadi pada variabel bebas yang mempengaruhi pendapatan. Adapun variabel bebas yang mengakibatkan multikolinearitas adalah biaya tenaga kerja (X4)


(50)

seperti yang ditunjukkan pada lampiran 11a. Dengan demikian variabel bebas yang diduga mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah biaya bibit (X1), biaya pupuk (X2), penyusutan (X3). Ketiga variabel bebas tersebut tidak saling berkorelasi linear sehingga tidak terjadi multikolinearitas.

Heterokesdastisitas

Pada persamaan ini tidak terjadi heterokesdisitas karena varians daripada koefisien bersifat konstan. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokesdasitas dilakukan dengan uji grafik, dimana apabila terjadi heterokesdisitas, maka titik akan tersebar merata tanpa

membentuk pola tertentu. Kedua gambar berikut ini adalah gambar grafik yang menunjukkan sebaran titik untuk faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani di daerah penelitian.

Gambar 4a: Hubungan Antara Prediksi dan Residu Pada Variabel Faktor Produksi


(51)

Gambar 4b: Hubungan Antara Prediksi dan residu Pada Variabel Faktor Pendapatan

Dari gambar 4a dan 4b di atas titik-titik tersebar tanpa membentuk pola tertentu. Dari gambar juga bisa dilihat bahwa apabila nilai regression standardized residual semakin besar bukan berarti nilai regression standardized predicted value semakin besar atau semakin kecil dan sebaliknya. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa titik-titik tersebut tidak

membentuk pola tertentu sehingga dalam persamaan ini tidak ada heterokedastisitas.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik dan membuang variabel tertentu pada persamaan selanjutnya dianalisis ulang maka diperoleh model persamaan seperti pada tabel berikut:


(52)

Tabel 14: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Daerah Penelitian

Variabel B Std. Error t-hitung Sig

Jumlah Bibit (Kg) .579 .147 3.936 .001

Pupuk NPK (Kg) .077 .101 .767 .451

Pupuk SS (Kg) .038 .140 .272 .788

Pupuk Phonska (Kg) .181 .092 1.965 .062

Pupuk TSP (Kg) .072 .128 .561 .580

Pupuk ZA (Kg) .211 .637 .331 .744

Constanta = 1,640 F-Hit = 5, 08 t-hit= 2,62

R2 =0,570 Sig = 0,02

Sumber: Output SPSS (Lampiran 10c)

Tabel 14 di atas adalah tabel hasil regresi faktor produksi yang mempengaruhi

tingkat produksi tanpa multikolinearitas dan heterokedastisitas. Tabel 15 berikut ini tabel yang menunjukkan hasil regresi faktor biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah tanpa multikolinearitas dan heterokedastisitas.

Tabel 15: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di daerah Penelitian

Variabel B Std. Error Beta t-Hitung Sig

Biaya Bibit (Rp) 11.540 3.965 .459 2.911 .007

Biaya Pupuk (Rp) .275 2.323 .019 .118 .907

Penyusutan (Rp) 4.933 2.113 .370 2.335 .028

Constanta = -468141,059 R2 = 0,411, F-Hitung = 6,03; Sig =0,03; t-hit =2,06 Sumber: Output SPSS (Lampiran 11c)


(53)

Uji Kesesuaian (Test Goodneess of Fit)

Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)

Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi cobb-douglas. Dari tabel 14 diketahui nilai R2 = 0,57 faktor produksi jumlah bibit, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP, pupuk ZA mampu menjelaskan tingkat produksi kacang tanah sebesar 57% dan selebihnya sebesar 43% dijelaskan oleh faktor produksi lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Model fungsi yang digunakan untuk mengetahui faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani adalah model regresi linier berganda. Dari tabel 14 diketahui nilai R2 = 0,411 artinya bahwa faktor biaya bibit, biaya pupuk dan biaya penyusutan peralatan pertanian mampu menjelaskan pendapatan usahatani kacang tanah sebesar 41,1 % dan sebesar 58,1 % dijelaskan oleh faktor biaya lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Uji Serempak (Uji-F)

Nilai F-hitung fungsi produksi = 5,28 dengan nilai signifikansi=0,02. Nilai F-tabel (9,20) pada tingkat kepercayaan 0,05 = 2,3928. Dari uraian tersebut maka secara serempak jumlah bibit, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP dan pupuk ZA berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian karena nilai hitung > F-tabel dan nilai signifikan< 0,05. (terima Ho, tolak H1).

Nilai F-hitung pendapatan usahatani kacang tanah = 6,03 dengan nilai signifikansi= 0,03. Nilai F-tabel (5,18) pada tingkat kepercayaan 0,05 = 2,7729. Maka dari uraian tersebut diketahui bahwa biaya bibit, biaya pupuk dan biaya penyusutan peralatan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kacang tanah karena nilai F-hitung > F-tabel dan nilai signifikansi<0,05. (Terima Ho, tolak H1).


(54)

Uji Parsial (Uji-t)

a. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah

Pengaruh antara produksi kacang tanah dengan variabel independennya dapat dilihat secara parsial yaitu dengan menggunakan uji t. Dari hasil output SPSS 16 seperti yang ditunjukkan pada tabel 14 maka model persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sebagai berikut:

Ln Y = Ln 1,640 + 0,0579LnX2 +0,077 LnX4 + 0,038 LnX5 + 0,181 LnX6 + 0,072 LnX7 + 0,211LnX8

Maka model fungsi produksi Cobb-Douglass dari fumgsi persamaan penelitian ini adalah:

Y= 5,155�20,0579�40,077�50,038�60,181�70,072�80,0211

Interpretasi setiap variabel yang mempengaruhi faktor produksi secara parsial seperti berikut:

Nilai t-hitung variabel jumlah bibit (X2) sebesar 3,936 > t-tabel dan nilai signifikansi sebesar 0, 01 <0,05 dengan demikian maka variabel jumlah bibit secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah di daerah penelitian. (Terima Ho, tolak H1). Koefisien regresi variabel jumlah bibit sebesar 0,579 artinya, apabila dilakukan penambahan terhadap penggunaan bibit sebesar 1 % maka akan meningkatkan produksi sebesar 0,579%. Sesuai hasil wawancara dengan petani bahwa sebelum biji kacang tanah dijadikan bibit, maka petani terlebih dahulu melakukan penyortiran terhadap bibit yang baik untuk ditanam.

Variabel bebas (pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP dan pupuk ZA) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah di daerah penelitian karena nilai


(55)

t-hitung <t-tabel dan nilai signifikansi >0,05. Hasil wawancara dengan petani menjelaskan bahwa kacang tanah di daerah penelitian tidak harus dipupuk akan tetapi, petani memiliki kebiasaan menghabiskan pupuk sisa usahatani padi untuk tanaman kacang tanah.

Kondisi tanah di daerah penelitian tergolong subur, sehingga dalam aplikasi pupuk, petani kurang memperhatikan dosis yang sesuai dengan kebutuhan kacang tanah.

b. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah

Model persamaan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah sebagai berikut:

Y= -468141,059 +11.540X1 + 0,275 X2 + 4.933X3

Variabel bebas biaya bibit (X1) memiliki nilai t-hitung sebesar 2,911> t-tabel dan nilai signifikansi sebesar 0,07 dengan demikian bahwa biaya bibit barpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kacang tanah (Terima Ho. Tolak H1). Koefisien regresi jumlah bibit (X1) sebesar 11.540 artinya apabila terjadi peningkatan pada harga bibit sebesar Rp.1 maka akan mengurangi pendapatan usahatani kacang tanah sebesar Rp.11.540.

Variabel jumlah pupuk (X2) memiliki t-hitung sebesar 0,118< t-tabel dan nilai signifikansi sebesar 0,907>0,05 dengan demikian jumlah pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kacang tanah. (Tolak Ho, terimaH1).

Variabel penyusutan (X3) memiliki nilai t-hitung 2,335 > t-tabel dan nilai signifikansi 0,028 <0,05 dengan demikian bahwa biaya penyusutan memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kacang tanah. (Terima o, tolak h1). Koefisien regresi variabel penyusutan sebesar 4.993 artinya apabila terjadi penigkatan pada penyusutan sebanyak Rp.1 akan mengurangi pendapatan usahatani sebesar Rp. 4.933. Apabila ada jumlah barang atau


(56)

alat pertanian yang ditambahkan dalam usahatani, maka akan bertambah pula biaya pemeliharaan dan penyusutan dengan demikian pendapatan petani berkurang.

Penerimaan Usahatani Kacang Tanah

Penerimaan usahatani kacang tanah adalah nilai yang diperoleh dari perkalian antara banyaknya produksi kacang tanah dalam bentuk polong kering dengan harga jual per Kg di tingkat petani. Petani di Desa Banuaji IV menjual kacang tanah dalam bentuk polong kering dengan ukuran kaleng. Harga 1 kaleng kacang tanah dalam bentuk polong kering sekitar Rp.80.000 – Rp.85.000 Adapun berat 1 kaleng kacang tanah polong kering menurut petani seberat 13 kg. Maka harga polong kering per Kg pada tingkat petani adalah sebesar Rp. 6500. Tabel 16:Produksi dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah di

Desa Banuaji IV Kec. Adiankoting Tahun 2011

Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 7a, 7b)

Berdasarkan tabel 16 diketahui rata-rata penerimaan dalam usahatani kacang tanah dalam satu kali musim tanam sebesar Rp. 2.000.300 per petani dan penerimaan per Ha sebesar Rp. 4.468.600

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Grace A.J, dkk tahun 2011 yang berjudul pendapatan usahatani kacang tanah di desa Kanonang II kecamatan Kawangkoan, diperoleh hasil produksi kacang tanah 776 liter/petani dengan jumlah penerimaan per petani sebanyak Rp. 6.053.800. Bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh di daerah penelitian menunjukkan bahwa produksi dan penerimaan usahatani kacang tanah tergolong rendah.

No Uraian Produksi (Kaleng) Penerimaan (Rp)

1 Per Petani 23,53 2.000.333,3


(57)

Pendapatan Bersih Usahatani Petani Kacang Tanah

Pendapatan bersih usahatani diperoleh dengan cara mengurangi nilai total penerimaan dengan semua komponen biaya yang dikeluarkan petani. Tabel 17 di bawah ini menunjukkan komponen biaya produksi yang dikeluarkan petani untuk usahatani kacang tanah dalam satu kali musim tanam.

Tabel 17: Komponen Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah (Satu Kali Musim Tanam)

Jenis Biaya Rata-Rata/Petani (Rp)

Rata-Rata/Ha (Rp)

Persentase (%) Biaya Tetap

Penyusutan Peralatan

 Cangkul 15,433.33 39,822.22 1.09

 Garpu 1,833.33 4,669.44 0.13

 Parang 7,413.33 18,680.00 0.52

 Ember 2,000.00 5,388.89 0.14

 Goni 25,350.00 56,383.33 1.79

 Mesin Babat 15,666.67 23,333.33 1.11

 Bakul 8,416.67 22,387.50 0.59

Biaya Variabel

 Biaya Tenaga Kerja 1,227,198.33 2,968,066.67 86.61

 Pupuk 56,300.00 142,833.33 3.97

 Bibit 57,265.00 135,664.03 4.04

Biaya Total 1.416.843,30 3.457.692.04 100

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 3a,3b dan 8a,8b)

Dari tabel 17 di atas persentase untuk biaya paling tinggi hingga biaya paling rendah adalah biaya untuk tenaga kerja 96,54%, biaya penyusutan 1,99% dan biaya pupuk 1,46 %. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa biaya produksi yang paling tinggi adalah biaya tenaga kerja. Adapun biaya tenaga kerja yang termasuk menjadi biaya produksi adalah biaya tenaga kerja dalam dan luar keluarga.


(58)

Setelah mengetahui komponen biaya produksi dalam usahatani kacang tanah di lokasi penelitian maka diketahui pendapatan petani kacang tanah di lokasi penelitian seperti pada tabel 18 dibawah ini

Tabel 18: Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV

No Uraian Per Petani (Rp) Per Ha (Rp)

1 Penerimaan 2.000.333,33 4.468.638,89

2 Biaya Produksi 1.416.843,30 3.457.692,04

3 Pendapatan Bersih 583.490,03 1.010.946,85

Sumber: Data Primer diolah (Lampiran 8a,8b)

Dari tabel 18 dapat dilihat penerimaan per petani sebesar Rp. 2.000.300 dan biaya produksi per petani Rp. 1.416.800 diperoleh pendapatan bersih per petani Rp. 583.500 sedangkan rata-rata pendapatan bersih per Ha adalah sejumlah Rp. 1.011.000. pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani kacang tanah lebih kecil dari UMR saat ini (Rp.1.300.000) sehingga pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian tergolong rendah.

Untuk melihat kelayakan usahatani di lokasi penelitian dilakukan dengan analisis R/C. Analisis tersebut tujuannya untuk mengetahui apakah usahatani kacang tanah layak untuk diusahakan di Desa banuaji IV atau tidak layak.

Tabel 19:Rasio R/C Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV Kec. Adiankoting Tahun 2011 (Sekali Musim Tanam)

Kriteria Per Petani

R/C 1,41


(59)

Niai R/C ratio usahatani kacang tanah di daerah penelitian 1,41 Apabila nilai R/C > 1 maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan. Dari tabel 19 nilai R/C per petani > 1 menunjukkan bahwa di daerah penelitian , usahatani kacang tanah layak untu dilaksanakan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis keempat yang menyatakan usahatani kacang tanah di daerah penelitian adalah usaha tani yang layak diusahakan di daerah penelitian dapat diterima.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan terhadap produksi dan pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem usahatani kacang tanah di lokasi penelitian tidak sesuai dengan sistem usahatani yang dianjurkan.

2. Tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian tergolong rendah.

3. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian adalah jumlah bibit kacang tanah

4. Faktor biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan adalah biaya bibit kacang tanah dan biaya penyusutan peralatan pertanian.

5. Usahatani kacang tanah di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan Saran

1. Kepada para petani disarankan agar meminimalkan penggunaan pupuk dan peralatan serta penggunaan tenaga kerja yang efisien dalam rangka menekan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan usahatani kacang tanah.

2. Kepada peneliti agar lebih lanjut meneliti tingkat optimasi penggunaan lahan untuk berbagai jenis komoditas (diversifikasi)

3. Kepada pemerintah agar meningkatkan penyuluhan kepada petani dalam pembuatan pupuk organik dalam rangka mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2000. Kacang Tanah. Kanisius, Jakarta.

Anonimous2, 2011. Sumut tergantung dengan Kacang Tanah Impor.Surat Kabar Harian Analisa 22 November 2011.

Anonimous3. Tentang Budidaya Pertanian.http://warintek.ristek.go.id/pertanian/ kacang_tanah.pdf. 2011

BPS. 2011. Kecamatan Adiankoting Dalam Angka. BPS Sumatera Utara.

Grace, A.J, dkk. 2011. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Kanonang II Kecamatan Kawangkoan. e- Journal UNSRAT.

Diakses 4 Desember 2012.

Hs, Suprapto. 2000. Bertanam kacang Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya. Mubyarto. 1989.Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES ,Jakarta.

Nachrowi, D; Usman, H. 2006. Pendekatan Popular dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan keuangan. FE UI, Jakarta.

Purwono dan Purnawati, heni. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahmat, Rukmana. 2000. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Safrina, N. 2010. Analisis Ekonomi Usahatani Kacang Tanah (Studi Kasus: Desa Ambarisan dan Desa Manik Maraja, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun). Skripsi FP- USU,Medan.


(62)

Sevilla C, Ochave J.A., Punsalam T.G., Regala B.P., Uriarte G.G.1993. Pengantar Metode Penelitian. UI-Press, Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press , Jakarta. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito , Bandung.

Supriana, Tavi. 2009. Pengantar Ekonometrika Aplikasi Dalam Bidang Ekonomi Pertanian. FP-USU. Medan

Warsana. 2007. Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usahatani Jagung (Studi di kecamatan Randublatung Kabupaten Blora). Tesis S2. UNDIP. Semarang

Wibisono, Yusuf. 1999.Manual Matematika Ekonomi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta


(63)

Lampiran 1: Karakteristik Petani Sampel

No Sampel Umur

(Thn)

Lama Pendidikan (Thn)

Lama Bertani

(Thn) Luas Lahan (Ha)

1 52 9 30 0.25

2 35 6 2 0,25

3 50 9 20 0.25

4 40 9 10 0.25

5 81 2 70 0.25

6 45 9 20 0.25

7 54 6 30 0.25

8 59 6 30 0.25

9 38 12 10 0.50

10 37 12 10 0.50

11 79 1 50 1.00

12 42 12 10 1.00

13 51 6 30 0.60

14 52 9 30 0.50

15 40 9 20 0.50

16 46 9 15 1.00

17 39 12 10 1.00

18 42 9 20 0.50

19 40 12 10 0.60

20 53 9 30 0.25

21 72 6 45 1.00

22 42 9 20 0.50

23 42 6 18 0.50

24 65 9 40 0.50

25 50 9 25 0.25

26 52 9 30 0.50

27 46 9 20 0.25

28 28 12 5 0.50

29 50 9 30 0.16

30 41 12 10 1.00

Total 14.86


(1)

Lampiran 10c : OUTPUT SPSS (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Kacang Tanah)

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Pupuk ZA (Kg),

Pupuk TSP (Kg), Jumlah Bibit (Kg), Pupuk SS (Kg), Pupuk NPK (Kg), Pupuk Phonska (Kg)a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Produksi Kacang Tanah (Kaleng)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .755a .570 .458 .41817

a. Predictors: (Constant), Pupuk ZA (Kg), Pupuk TSP (Kg), Jumlah Bibit (Kg), Pupuk SS (Kg), Pupuk NPK (Kg), Pupuk Phonska (Kg) b. Dependent Variable: Produksi Kacang Tanah (Kaleng)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.338 6 .890 5.088 .002a

Residual 4.022 23 .175

Total 9.360 29

a. Predictors: (Constant), Pupuk ZA (Kg), Pupuk TSP (Kg), Jumlah Bibit (Kg), Pupuk SS (Kg), Pupuk NPK (Kg), Pupuk Phonska (Kg)


(2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.640 .288 5.693 .000

Jumlah Bibit (Kg) .579 .147 .586 3.936 .001

Pupuk NPK (Kg) .077 .101 .109 .767 .451

Pupuk SS (Kg) .038 .140 .039 .272 .788

Pupuk Phonska (Kg) .181 .092 .305 1.965 .062

Pupuk TSP (Kg) .072 .128 .082 .561 .580

Pupuk ZA (Kg) .211 .637 .047 .331 .744


(3)

Lampiran 11a

.

OUTPUT SPSS (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah)

Correlations

Control Variables

Biaya Bibit

(Rp)

Biaya Pupuk

(Rp)

Penyusutan

(Rp)

Biaya Tenaga

Kerja (Rp)

Pendapatan

Usahatani (Rp)

Biaya Bibit

(Rp)

Correlation

1.000

.182

-.100

.430

Significance

(2-tailed)

.

.346

.605

.020

df

0

27

27

27

Biaya

Pupuk (Rp)

Correlation

.182

1.000

.213

.165

Significance

(2-tailed)

.346

.

.267

.393

df

27

0

27

27

Penyusutan

(Rp)

Correlation

-.100

.213

1.000

.045

Significance

(2-tailed)

.605

.267

.

.818

df

27

27

0

27

Biaya

Tenaga

Kerja (Rp)

Correlation

.430

.165

.045

1.000

Significance

(2-tailed)

.020

.393

.818

.


(4)

Lampiran 11b: .

OUTPUT SPSS (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah)

Correlations

Control Variables

Biaya Pupuk

(Rp)

Penyusutan

(Rp)

Biaya Bibit

(Rp)

Pendapatan Usahatani

(Rp)

Biaya Pupuk

(Rp)

Correlation

1.000

.213

.182

Significance

(2-tailed)

.

.267

.346

df

0

27

27

Penyusutan (Rp) Correlation

.213

1.000

-.100

Significance

(2-tailed)

.267

.

.605

df

27

0

27

Biaya Bibit (Rp) Correlation

.182

-.100

1.000

Significance

(2-tailed)

.346

.605

.


(5)

Lampiran 11c: OUTPUT SPSS (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Usahatani Kacang Tanah)

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Penyusutan

(Rp), Biaya Bibit (Rp), Biaya Pupuk (Rp)a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Pendapatan Usahatani (Rp)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .641a .411 .343 5.64992E5

a. Predictors: (Constant), Penyusutan (Rp), Biaya Bibit (Rp), Biaya Pupuk (Rp)

b. Dependent Variable: Pendapatan Usahatani (Rp)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.782E12 3 1.927E12 6.037 .003a

Residual 8.300E12 26 3.192E11

Total 1.408E13 29

a. Predictors: (Constant), Penyusutan (Rp), Biaya Bibit (Rp), Biaya Pupuk (Rp) b. Dependent Variable: Pendapatan Usahatani (Rp)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -468141.059 270126.488 -1.733 .095

Biaya Bibit (Rp) 11.540 3.965 .459 2.911 .007

Biaya Pupuk (Rp) .275 2.323 .019 .118 .907

Penyusutan (Rp) 4.933 2.113 .370 2.335 .028


(6)

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Terhadap Pemberian Kompos Tandan Kosong kelapa Sawit Dan Unsur Hara P

0 31 83

Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Cekaman Kekeringan

0 27 113

Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

0 3 63

Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

0 1 12

Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 2

Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 4

Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

0 1 10

Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 2

Evaluasi Beberapa Karakteristik Kimia Pada Lahan Sawah Untuk Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di Desa Banuaji Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 11

Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Arachis hipogaea L.) Di Kabupaten Tapanuli Utara(Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)

1 1 14