BAB II GAMBARAN POLITIK PEMBANGUNAN SERTA PROFIL MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO DAN DENG XIAOPING II.1 Biografi Kepemimpinan dan Perjalanan Karir Soeharto - Politik Pembangunan Indonesia-Cina (Studi Kasus : Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan

  BAB II GAMBARAN POLITIK PEMBANGUNAN SERTA PROFIL MASA

PEMERINTAHAN SOEHARTO DAN DENG XIAOPING

II.1 Biografi Kepemimpinan dan Perjalanan Karir Soeharto Jenderal TNI Purnawirawan H.M Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia yang kedua. Lahir di desa Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta pada

  tanggal 8 Juni 1921 dari pasangan Kertosudiro (ayah) dan Sukirah (ibu). Soeharto dari keluarga petani miskin, yang kedua orang tuanya bercerai. Kemudian, ia dititipkan kepada bulik dan pamannya, Prawirodihardjo, yang adalah seorang pegawai mantri tani di kawedan Wuryantoro. Soeharto disekolahkan dan dibesarkan bersama dengan saudara-saudaranya, putra Pak Prawirodihardjo.

  Sewaktu masih di Kemusuk, sebagaimana juga anak-anak desa lainnya, Soeharto saat kecil sangat senang bermain disawah. Ia pandai menangkap belut dan tak pernah melewatkan kesempatan mencicipi nikmatnya belut panggang.

  Permainan kesukaanya dimasa kanak-kanak ialah plinteng dan bandil, bikinannya sendiri.

  Soeharto menikah dengan Siti Hartinah yang lebih dikenal dengan nama Ibu Tien pada tanggal 26 Desember 1947, di Solo. Pasangan ini dikarunia tiga orang putra dan tiga orang putri yaitu: Siti Hardijanti Hastuti (Tutut), Sigit Harjojudanto (Sigit), Bambang Trihatmodjo (Bambang), Siti Hediati Harjadi (Titik), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih

  31 (Mamiek). 31                                                              Dewi Ambar Sari. 2006. Beribu Alasan Rakyat Mencintai Soeharto. Jakarta Citra. Hal. 26

     

  Pendidikan umum yang pernah ditempuh Soeharto adalah Sekolah Dasar (Ongko Loro), di Kemusuk (1929-1931), Sekolah Rakyat di Wuryantoro (1931- 1935), SMP di Yogyakarta (1935-1939), dan SMA di Semarang (1956).

  Jalan panjang dan berliku memang dilalui Soeharto. Karirnya dimulai dari lapis terbawah hinggah kelapis tertinggi. Riwayat pekerjaan dan jabatan Soeharto begitu panjang, bahkan sempat pula bekerja sebagai pegawai saat belum memasuki militer yang kemudian membawanya kejenjang karirnya yang lebih tinggi, yaitu pada tahun 1940, Soeharto bekerja sebagai pembantu klerk bank desa di Wuryantoro.

  Kemudian karir Soeharto Sebagai militer dimulai ketika jaman Belanda, ia memasuki Sekolah Dasar Militer (1940), Sekolah Kader Kopral (1940), Sekolah Kader Sersan (1941), kemudian dijaman jepang menjadi Anggota Kepolisian di Yogyakarta (1942), Shodancho PETA (1943), Tjudancho PETA (1944). Selama tahun 1945-1950, Soeharto terlibat secara langsung dalam perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia.

  Selama kurun waktu itu, Soeharto memegang jabatan sebagai Komandan Kompi, Komandan Batalion A, Komandan Brigade, Komandan WK (Wehr Kreise) Yogyakarta. Pada tahun 1950 Soeharto menjabat sebagai Komandan

  32 Brigade Pragola Solo (1951-1953) dan Komandan Resimen 15 (1953-1956).

  Pada tahun 1956 Soeharto menjabat sebagai Perwira Menengah yang diperbantukan Kastaf untuk mengikuti Planning SUAD. Kemudian Soeharto ditunjuk untuk menjabat sebagai Kepala Staf Teritorial IV, Semarang (1956). Jabatan selanjutnya adalah Pejabat Panglima Teritorial IV/Png Terr.IV Semarang (1956-1959) sekaligus merangkap sebagai Dewan Kurator AMN (1957-1959), Deputy I Kasad (1960-1961), Deputy I Kasad merangkap Ketua Adhoc Retolong Depad, merangkap Panglima Korsp Tentara I Tjaduad. Merangkap Panglima 32                                                             

  Dewi Ambar Sari. Op.cit. Hal. 28     Konud AD (1961), Panglima Konud AD (1961). Panglima Mandala (1962-1963), Panglima KOSTRAD (1963-1965). Menteri Pangad/Kastaf KOTI dan Menteri Panglima AD pada tanggal 1 Juli 1966.

  Usai menangani pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965, Soeharto tampil bagaikan sebuah sinar terang. Karena keberaniannya, seluruh bangsa Indonesia pada waktu itu melihat Soeharto sebagai sosok yang layak dan pantas untuk menjadi pemimpin bangsa. Soeharto pun akhirnya menuju kepuncak karirnya, setelah melewati kepemimpinan secara tahap demi tahap. Langkah demi langkah, penuh perjuangan yang tidak mudah, namun ia lakoni terus dengan bijak.

  Pada Tanggal 12 Maret 1967 Soeharto dipercaya menjabat sebagai pejabat Presiden RI sampai tanggal 27 Maret 1968, sebelum kemudian dipercaya menjadi Presiden RI secara definitip. Pada pemilihan umum berikutnya, tahun 1971, Soeharto kembali dipercaya rakyat untuk memimpin bangsa sebagai Presiden RI.

  Selanjutnya secara berturut-turut pada pemilu tahun 1977, pemilu tahun 1982, pemilu tahun 1987, pemilu tahun 1992 dan pemilu tahun 1997 terpilih sebagai Presiden RI hinggah akhirnya, ia mengundurkan diri secara konstitusional sebagai

33 Presiden RI pada 21 Mei 1998.

  II.2 Gambaran Politik Pembangunan Soeharto

  Pembangunan merupakan usaha kita untuk hidup terhormat sebagai manusia dan sebagai bangsa yang berada di tengah-tengah kehidupan dan pergaulan antar bangsa. Karena itu usaha kita bukan sekedar perwujudan sikap pragmatis melainkan benar-benar merupakan perwujudan semangat idealisme. Dengan demikian, apa yang kita lakukan bukan dimaksudkan hanya untuk mempertahankan hidup melainkan untuk mengisi dan memberi makna pada hidup kita , baik sebagai manusia maupun sebagai bangsa. 33                                                             

  Dewi Ambar Sari. Ibid. Hal. 29

  Ungkapan pandangan yang falsafi ini diutaraan oleh Soeharto kepada tokoh-tokoh pemuda perserta penataran p4 tingkat nasional di jakarta pada tanggal

  27 Juni 1978.

  Dalam pandangan Soeharto diatas terdapat beberapa esensi pembangunan bangsa kita. Pertama, kehormatan sebagai manusia dan sebagai bangsa. Kedua, pragmatisme dan idealisme. Ketiga, mengisi dan memberi makna hidup manusia dan bangsa Indonesia. Pembangunan adalah usaha manusia di muka bunmi untuk mencapai tujuan hidupnya. Kesejahteraan lahir dan batin. Bagi bangsa Indonesia , hal ini telah dengan sadar dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

  34 1945 sebagai salah satu tujuan nasionalnya mewujudkan kesejahteraan umum.

II.2.1 Trilogi Pembangunan

  Untuk membangun bangsa indonesia dari keterpurukan, Soeharto tentu memiliki konsep dasar sebagai landasan ia bekerja. Untuk itu, Soeharto memperkenalkan konsep Trilogi Pembangunan pada awal pelita I.

  Soeharto membangun fondasi pembangunan Indonesia yang dikenal dengan “Akselarasi Pembangunan 25 tahun dengan 8 jalur pemerataan” dengan konsep dasar Trilogi Pembangunan, yaitu Stabilitas Nasional, Pertumbuhan

  Ini artinya, stabilitas nasional mutlak diperlukan bila Ekonomi dan Pemerataan. pertumbuhan ekonomi akan digalakkan atau dilaksanakan. Bila pertumbuhan ekonomi berjalan, maka pemerataan pembangunan menjadi tujuan dan dapat dilaksanakan. Karena itu bagi Soeharto, rehabilitasi politik dalam rangka stabilitas nasional menjadi perlu. Berikutnya, mengacu kepada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di segala bidang, hinggah bermuara pada pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi seluruh bangsa Indonesia. 34                                                             

  Abdul Gafur. 1987. Pak Harto Pandangan dan Harapannya. Jakarta: Pustaka Kartini. Hal. 307

  Soeharto menetapkan Trilogi pembangunan, yaitu: 1.

  Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya akan menuju tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

  2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

  3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis pada gilirannya berbuah pada kemajuan bangsa dan rakyat Indonesia secara keseluruhan.

  Soeharto meletakkan dasar-dasar pembangunan berkelanjutan melalui Pelita, dan menetapkan Trilogi Pembangunan sebagai starategi untuk tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera. Stabilitas nasional dibutuhkan agar bisa dilakukan pembangunan (pertumbuhan ekonomi) dan setelah adanya pertumbuhan ekonomi maka dapat dilakukan pemerataaan. Maka menurut Soeharto, stabilitas nasional diperlukan untuk kelancaran pembangunan, juga untuk menarik minat para investor asing guna ikut menggerakkan roda ekonomi dan membuka lapangan kerja. Sebab, tanpa pertumbuhan ekonomi tidak akan ada pemerataan hasil-hasil pembangunan.

  Trilogi Pembangunan, Stabilitas Nasional, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan, adalah memang strategi kunci pembangunan yang dilaksanakan dalam pemerintahan Soeharto. Hal ini juga ditiru oleh negara-negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia yang sangat efektif dalam melaksanakan demokrasi. Karena itu kedua negara tersebut hinggah kini terus mengalami kemajuan.

  Di Singapura, misalnya, pada awal pertumbuhannya hanya terdapat sebuah koran saja guna mengamankan stabilitas di dalam negeri. Sementara itu, Malaysia di bawah kepemimpinan Mahatir Mohammad sangat mengutamakan stabilitas nasional dan pembangunan ekonomi. Bahkan, dengan berani tegas demi menjaga stabilitas ia berani memecat wakil perdana Menteri Anwar Ibrahim yang diam-

  35 diam akan melakukan “reformasi” di negara jiran, Malaysia.

II.2.2 Membuat Konsep GBHN

  Soeharto adalah pemimpin yang bekerja berdasarkan konsep. Selain itu juga berdasarkan mekanisme dan peraturan yang ada. Karena itu, kebijaksanaan pembangunan Soeharto selalu dibekali oleh Tap-Tap MPRS, antara lain, melaksanakan pembangunan lima tahun pertama, menyederhanakan partai-partai politik dalam kehidupan Demokrasi Pancasila, dan melaksanakan Pemilu sebagai wujud dari pembangunan demokrasi di negeri ini. Karena Soeharto menyadari , selaku pimpinan nasional ia memperoleh mandat dari MPR.

  Maka berdasarkan mandat tersebut, disusun perencanaan pembangunan lima tahun pertama dari 1969/1970 sampai 1973/1974. Strategi Soeharto, pembangunan pertanian dengan dukungan industri, dengan sasaran, cukup pangan, cukup sandang, cukup papan, cukup lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendidikan serta kebudayaan sesuai dengan kemampuan. Bappenas menyusun perencanaan pembangunan makro, sedangkan departemen dan lembaga melaksanakannya.

  Didalam pidato lisannya di Pasar Klewer, Solo (9 Juni 1971), Soeharto memaparkan bahwa masyarakat adil dan makmur hanya bisa terwujud bilamana melakukan serangkaian pembangunan dalam segala bidang. Untuk sampai ketujuan tersebut diperlukan waktu yang bertahun-tahun dan dilakukan secara bertahap. 35                                                             

  Dewi Ambar Sari. Ibid. Hal. 147

  Kalau setiap tahap diperlukan lima tahun, maka untuk lima tahap diperlukan waktu 25 tahun. Dalam tempo sepanjang itu, baru akan sampai pada .

  landasan penting; yaitu perkembangan industri dan pertanian yang seimbang

  Pemikiran Soeharto di Pasar Klewer inilah kemudian dirumuskan dan dijadikan konsep GBHN yang diajukan di dalam Sidang Umum MPR hasil Pemilu 1971. Titik tolaknya, apa yang ada di dalam UUD 1945, bahwa Presiden diangkat oleh MPR untuk waktu 5 tahun dan boleh dipilih kembali.

  Didalam pidatonya itu pula, Soeharto dengan tegas menolak setiap teror keagamaan. Indonesia bukan negara sekuler, bukan pula negara teokratis, tetapi

36 Negara berdasarkan Pancasila.

II.2.3 Melaksanakan Repelita

  Rencana Pembangunan Lima Tahun diterapkan Soeharto dalam kepemimpinannya. Dalam pelaksanaan pembangunan yang telah berjalan mulai dan dicanangkan mulai 1 April tahun 1969, dapat dilihat prioritas dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan Soeharto.

  Dilancarkannya Trilogi Pembangunan merupakan kebijaksanaan umum pembangunan. Kita dapat melihat secara pokok perkembangan dan kemajuan dari Pelita satu ke Pelita lain dengan membandingkan prioritas dan program tiap Kabinet Pembangunan yang melaksanakan pembangunan pada tahap

  37 bersangkutan.

  Pemerintah Orde Baru mengawali kerjanya dengan mencanangkan program akselerasi (percepatan) modernisasi pembangunan 25 tahun, program ini sering diceramahkan oleh asisten pribadi (Aspri) Presiden yaitu Mayjen Ali Moertopo. Dalam jangka 25 tahun (1971-1996) direncanakan pendapatan 36                                                              37 Dewi Ambar Sari. 2006. op.cit. Hal. 149 Op.cit. Hal. 158 perkapita penduduk Indonesia naik 3 kalilipat dan pendapatan nasional rata-rata naik 8 persen/tahun. Jelas program ini mendorong penyusunan strategi dan sasaran pembangunan baik secara konsep pemikiran maupun konsep-konsep proyeknya. Adanya sasaran yang lengkap dengan cara pencapaiannya jelas sangat menolong penyusunan perencanaan tahunan.

  Maka Soeharto segera mengumpulkan para tehnokrat baik dari kalangan perguruan tinggi khususnya dari Universitas Indonesia Prof Widjojo cs yang dikenal sebagai CSIS (Centre For Strategic and Internasional Studies), dimana Ali Mortopo ikut memimpinnya

  Sub program yang terpenting adalah program pembangunan lima tahun (PELITA), tiap usai pembentukan kabinet baru maka disusunlah Rencana Pelita (Repelita) yang dirinci dalam rencana pembangunan tahunan sesuai dengan RAPBN (Rencana Anggaran Pembangunan Dan Belanja Negara). Repelita dan RAPBN disamping menghasilkan proyek-proyek yang bermanfaat namun juga menumbuhkan jaringan korupsi dan kolusi dalam pengajuan DUP (Daftar Usulan proyek) dan DIP (Daftar Isian Proyek) yang diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dilaksanakan di daerahnya. Sistem Repelita ini berhasil mengamankan proyek, kalau jaman Orde Lama yang dikorupsikan seluruh batang tubuh proyek sehinggah proyek gagal atau setelah beberapa bulan ambruk, maka pada jaman Repelita orang tidak berani merusak proyek artinya yang dikorupsikan sebagian

  38 berlangsung terus menerus.

II.2.4 Delapan Jalur Pemerataan

  Kebijaksanaan politik pemerintah dalam masalah keadilan sosial dilihat menurut perspektif peranan negara dalam kehidupan masyarakat, meliputi aspek- 38                                                             

  M.J. Kasiyanto. 1999. Mengapa Orde Baru Gagal?. Jakarta: Yayasan Tri Mawar. Hal. 14 aspek hakekat, sifat, tujuan dan lapangan , tugas negara dalam teori dan praktek, serta kegiatan-kegiatan pemerintah untuk mencapai tujuannya. Hal ini jelas tersurat dan tersirat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “ Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”.

  Perhatian pemerintah untuk mewujudkan keadilan sosial dalam pembangunan, ditekakan dalam Repelita IV yang dijelaskan oleh Soeharto: “Secara keseluruhan, maka keadilan sosial akan mendapat tempat utama dalam Repelita IV dengan melanjutkan, memperluas dan memberi kedalaman-kedalaman pada pelaksanaan 8 (delapan) jalur pemerataan yang selama ini telah kita tempuh” Adapun delapan jalur pemerataan yang dimaksud oleh Soeharto adalah: 1.

  Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sadang, pangan dan perumahan.

  2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan

  3. Pemerataan pembagian pendapatan 4.

  Pemerataan pembagian kesempatan kerja 5. Pemerataan kesempatan berusaha 6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita

  7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh tanah air 8.

  Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan Dari sini sangat jelas keberpihakan Soeharto pada rakyat melalui 8

  (delapan) jalur pemerataan yang dimaksud. Artinya semua memang untuk kepentingan rakyat.

  Akan tetapi kemudian, 8 Jalur pemerataan itu dirubah karena dalam keadaan bangsa Indonesia yang masih miskin, berbagai usaha pemerataan memang sulit terwujud. Ibarat membagi kue, apa yang mau dibagi? Karena memang kuenya tidak ada. Pada waktu itu Bung Hatta berpendapat, sebaiknya memang membuat kue lebih dahulu. Sesudah kue itu ada baru kemudian dibagi.

  Usaha membuat kue, dilanjutkan dengan membangun industri, pembagian kue-nya adalah pembagian lapangan pekerjaan. Untuk membagi kue yang besar diperlukan ketenangan kerja. Maka tumbuh lah Trilogi Pembagunan. Dahulu Trilogi pembangunan pertama diutamakan pada pemerataan, baru kemudian pembangunan dan stabil. Namun, Trilogi terakhir yang diutamakan adalah stabilitas nasional dimana dalam membangun diperlukan stabilitas politik dan keamanan agar investor dalam dan luar negeri memperoleh ketenangan kemudian pembangunan dan terkahir pemerataan. Karena itu, stabilitas menjadi kunci bagi

  39 langkah pembangunan dan pemerat dari hasil pembangunan itu.

II.3 Bidang Politik

  Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan. dan MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus didasarkan pada kepentingannasional, seperti pembangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan. Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keputusan untuk kembali menjadi anggota PBB dikarenakan pemerintah sadar bahwa banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota pada tahun 1955-1964. 39                                                             

  Dewi Ambar Sari. 2006. Ibid. Hal. 162

  Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB disambut baik oleh negara- negara Asia lainnya bahkan oleh PBB sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa siding tahun 1974. Dan Indonesia juga memulihkan hubungan dengan sejumlah negara seperti India, Thailand, Australia, dan negara negara lainnya yang sempat

  40 renggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.

II.4 Biografi Kepemimpinan dan Perjalanan Karir Deng Xiaoping

  Deng Xiaoping dilahirkan dalam sebuah keluarga etnis Hakka Han di desa Paifang , di kotapraja Xiexing provinsi Sichuan, sekitar 160 km (99 mi) dari Chongqing. Nenek moyang Deng Xiaooping dapat ditelusuri kembali ke Mei County, Guangdong, daerah leluhur terkemuka untuk orang-orang Hakka, dan telah menetap di Sichuan selama beberapa generasi. Deng memiliki nama Deng Xiansheng, dengan nama yang diberikan berarti "awal/pertama" "sage/suci." Semua saudara-saudaranya telah memberikan nama yang diawali dengan "xian." ayah Deng Xiaoping , Deng Wenming, adalah seorang tuan tanah tingkat menengah dan pernah belajar di Universitas Hukum dan Ilmu Politik di Chengdu. Ibunya, bermarga Dan, meninggal di awal kehidupan Deng Xiaoping, tiga bersaudara dan tiga saudara perempuan.

  Pada usia lima tahun, Deng Xiaoping dikirim ke Cina sekolah dasar tujuh tahun. Istri pertama Deng Xiaoping, salah satu teman sekolahnya dari Moskow, meninggal ketika dia masih umur 24 tahun, beberapa hari setelah melahirkan anak pertama Deng, seorang bayi perempuan, yang juga meninggal. Istri keduanya, Jin Weiying, meninggalkan dirinya setelah Deng diserang politik pada tahun 1933. Istri ketiganya, Zhuo Lin, adalah putri dari seorang industrialis di Provinsi Yunnan. 40                                                             

  

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281966-1998%29/ Diakses 07 Juli 2014 Pukul 11.00 Wib

  Deng Xiaoping menjadi anggota Partai Komunis pada tahun 1938, dan menikah setahun kemudian Deng di depan gua hunian Mao di Yan'an. Mereka memiliki lima anak: tiga anak perempuan (Deng Lin, Deng Nan dan Deng Rong) dan dua anak (Deng Pufang dan Deng Zhifang). Deng Xiaoping, 22 Agustus 1904

  • 19 Februari 1997) adalah seorang politikus Cina dan pemimpin reformis dari Republik Rakyat China yang, setelah kematian Mao Zedong, memimpin negaranya menuju ekonomi pasar. Sementara Deng pernah menjabat sebagai kepala negara, kepala pemerintahan atau Sekretaris Jenderal Partai Komunis China (posisi tertinggi di China Komunis), ia tetap adalah "pemimpin tertinggi" dari Republik Rakyat China 1978-1992 . sebagai inti dari para pemimpin generasi kedua, Deng berbagi kekuasaan dengan beberapa politisi tua kuat umumnya dikenal sebagai Delapan Sesepuh. Lahir dalam latar belakang petani di Guang'an, Deng belajar dan bekerja di Perancis pada tahun 1920, di mana ia dipengaruhi oleh Marxisme-Leninisme. Ia bergabung dengan Partai Komunis Cina pada tahun 1923.

  Sekembalinya ke China ia bekerja sebagai komisaris politik di daerah- daerah pedesaan dan dianggap sebagai "veteran revolusioner" dari Long March. Setelah berdirinya Republik Rakyat Cina pada 1949, Deng bekerja di Tibet dan wilayah barat daya lainnya untuk mengkonsolidasikan kontrol Komunis. Deng berperan dalam rekonstruksi ekonomi China menyusul Lompatan Jauh ke Depan di awal 1960-an. - ekonominya, bagaimanapun, bertentangan dengan ideologi Kebudayaan, tetapi kembali menonjol pada tahun 1978 oleh manuver penerus Mao dipilih, Hua Guofeng. Mewarisi sebuah negara penuh dengan kesengsaraan sosial dan kelembagaan yang dihasilkan dari Revolusi Kebudayaan dan gerakan politik massa lainnya dari era Mao, Deng menjadi inti dari "generasi kedua" kepemimpinan Cina. Dia dianggap "arsitek" dari merek baru pemikiran sosialis, setelah dikembangkan "sosialisme dengan karakteristik China" dan memimpin reformasi ekonomi China melalui sintesis teori yang dikenal sebagai "ekonomi pasar sosialis". Deng membuka China untuk investasi asing, pasar global dan persaingan terbatas swasta. Dia biasanya dikreditkan dengan mengembangkan China menjadi salah satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia selama lebih dari 30 tahun dan meningkatkan standar hidup ratusan juta Cina.

  Deng Xiaoping adalah seorang pemimpin komunis China dan tokoh paling kuat di Republik Rakyat China dari akhir 1970-an sampai kematiannya pada tahun 1997. Deng Xiaoping lahir pada 22 Agustus 1904 di Guang'an, naik melalui jajaran politik untuk menjadi pemimpin komunis yang memerintah China dari akhir 1970-an hingga 1997. Ia meninggalkan banyak doktrin komunis dan elemen yang tergabung dari sistem perusahaan bebas ke dalam perekonomian . Deng direkayasa reformasi di hampir semua aspek kehidupan politik, ekonomi dan sosial China, memulihkan negeri untuk stabilitas dalam negeri dan pertumbuhan ekonomi setelah ekses dari Revolusi Kebudayaan meskipun penyemenan kesenjangan ketimpangan juga. Rezimnya juga ditandai dengan 1989 pembantaian para demonstran di Lapangan Tiananmen. Xiaoping meninggal pada tanggal 19 Februari 1997

  Deng Xiaoping bergabung revolusi komunis berkembang China, yang dipimpin oleh Mao Zedong, sebagai penyelenggara politik dan militer. Dia memotong gigi revolusioner pada dongeng "Long March" dari 1934-1935 ketika gerakan bibit Komunis China lolos penangkapan oleh Tentara Nasionalis China. Perang pecah melawan Jepang pada tahun 1937 dan menjabat sebagai pemimpin Deng pendidikan Tentara Revolusioner Cina, membantu tumbuh menjadi sebuah Deng Xiaoping untuk keterampilan organisasi, tetapi ia jatuh dari nikmat pada tahun 1960 selama Revolusi Kebudayaan. Penekanan Deng pada kepentingan diri individu tidak duduk dengan baik dengan egaliter Mao. Deng akhirnya dilucuti semua posting dan, bersama keluarganya, diasingkan ke provinsi Jiangxi pedesaan untuk menjalani pendidikan ulang. Sebuah Jatuh dari Grace dan Return to Power Pada tahun 1973, Perdana Menteri Cina Zhou Enlai merasa China membutuhkan keterampilan organisasi Deng untuk meningkatkan perekonomian. Deng telah dipulihkan dan dilaksanakan reorganisasi besar dari pemerintah. Dia segera diangkat ke Politbiro. Deng secara luas dianggap sebagai penerus Zhou. Namun, setelah kematian Zhou, Geng Empat berhasil membersihkan Deng dari kepemimpinan.

  Setelah kematian Mao pada tahun 1977, Kelompok Empat itu sendiri dibersihkan dan Deng Xiaoping membuat comeback politik. Dia menurunkan warisan Mao, menghancurkan lawan-lawannya dan dilarang "tidak resmi" organisasi. Sebagai kekuasaannya dipadatkan, Deng dengan cepat menerapkan ekonomi baru membuka China untuk perdagangan internasional dan investasi. Hal ini menyebabkan perjanjian damai dengan Jepang, meningkatkan hubungan dengan Uni Soviet, pengakuan resmi oleh Amerika Serikat, dan kembali kontrol atas British Colony of Hong Kong. Reformis ekonomi Pada pertengahan 1980-an, Deng telah memperkenalkan reformasi ekonomi di bidang pertanian dan industri, menyediakan untuk manajemen yang lebih lokal, dan melembagakan radikal "satu anak per pasangan" untuk mengendalikan populasi berkembang China. Dalam semua reformasi ini, Deng menegaskan China tetap menjadi negara sosialis dengan kontrol pusat. Reformasi meningkatkan kualitas hidup untuk semua tetapi

  41 juga menciptakan kesenjangan kesenjangan besar antara kelas.

  II.5 Gambaran Politik Pembangunan Deng Xiaoping

  Setelah berhasil kembali menduduki posisi penting dalam bidang politik dan pemerintahan, Deng Xiaoping mulai merealisasikan mimpi-mimpi besarnya menjadi visi yang jelas, negara Cina yang kaya, makmur, modern dan kuat. Untuk mengubah visinya menjadi visi bersama, ia sering dan berulang-ulang menyerukan kepada rakyat Cina perlu melakukan modernisasi, menjadi bangsa 41                                                             

  http://en.wikipedia.org/wiki/Deng_Xiaoping/ Diakses 07 Juli 2014 Pukul 12.00 Wib yang bisa berdiri sejajar, yang layak mendapat pengakuan, dihormati, dan dihargai oleh bangsa-bangsa diseluruh dunia.

  Untuk melakukan modernisasi seperti apa yang dicanangkan, Deng Xiaoping mulai menyingkirkan kebijkan lama, sistem kolektif dimana setiap orang menerima hasil yang sama dari suatu proses produksi, dengan konsep ekonomi pasar. Suatu sistem dimana masyarakat memiliki kesempatan sebesar- besarnya untuk mengelolah usaha sendiri, baik sektor perdagangan maupun perindustrian. Mereka yang bekerja lebih keras atau memberikan kontribusi lebih besar bisa menikmati hasil yang lebih banyak juga. Deng Xiaoping yakin dengan adanya orang-orang yang mempunyai standar hidup yang lebih baik atau yang lebih sukses, hal itu bisa memotivasi dan menjadi pemicu bagi orang-orang lainnya untuk lebih berprestasi.

  Ditambah ucapannya yang sangat terkenal, Menjadi kaya itu mulia. Petuah ini sangat populer dan berhasil menginspirasi rakyat Cina. Mereka semua terdorong untuk segera bangkit dan mendayagunakan potensi dan keahlian secara optimal terutama dalam bidang ekonomi untuk tumbuh, maju, dan hidup sejahtera. Oleh sebab itu, bermunculah banyak perusahaan yang bergaya kapitalis yang menjadi lokomotif bagi modernisasi ekonomi Cina.

  Arah kebijaksanaan yang tepat, disertai dengan budaya keras bangsa Cina, memberikan hasil yang sangat luar biasa. Coba bayangkan, naga yang sebelumnya tertidur pulas, tiba-tiba bangun dan “menguncang dunia”. Hanya dalam waktu yang relatif singkat, mereka mampuh mengejar bangsa-bangsa lain yang lebih dulu maju. Bahkan, banyak dari mereka dibuat kelabakan dengan competive

  

advantage Cina dalam memproduksi barang-barang yang terkenal dengan istilah

the China price , harga murah namun kualitas bersaing.

II.5.2 Strategi Pembangunan

  Pada awalnya Deng Xiaoping tidak mempunyai cara atau model yang tepat dan teruji sebagai rujukan untuk membawa Cina keluar dari keterpurukan, namun ia mempunyai visi yang jelas. Deng Xiaoping tahu arah dan tujuan yang ingin ditempuhnya untuk membawa Cina yang miskin, dan terisolasi dari dunia luar, untuk berubah, membuka diri, tumbuh dan bangkit di panggung ekonomi dunia. Walaupun harus menyeberang sungai dengan meraba-raba batu dengan kaki agar tidak jatuh. Seperti pepatah Deng yang cukup dikenal Sambil jalan, Sambil belajar. Deng Xiaoping berhasil menemukan strategi yang tepat sebagai kendaraan yang membawanya sampai ke tujuan.

  Hal itu, diawali dengan strategi gaigekaifang yaitu reformasi dan keterbukaan. Cina pun mulai melakukan perubahan yang sangat mendasar melalui transformasi ekonomi, dari sistem komunis (kepemilikan bersama) peninggalan mendiang Mao Zedong, menjadi ekonomi pasar, mengurangi peranan negara (terencana dari pusat) dalam ekonomi , sambil mempertahankan dan mengontrol ideologi negara secara ketat.

  Dengan cara ini, pemerintah bisa melakukan perubahan secara hati-hati dan berangsur-angsur untuk menjamin liberalisasi ekonomi, dan peran swasta, yang berpotensi menganggu stabilitas politik dan keamanan, tidak merusak tatanan yang ada. Dengan cara itu, pemerintah juga menjamin “kebebasan” yang diberikan tidak membuat negara yang begitu luas menjadi kolaps.

  Sebagai pembanding bisa kita melihat bagaimana Uni Soviet yang juga terjun ke “pasar bebas”, tetapi gagal. Hal itu terjadi karena Gorbachev melakukan keterbukaan dan restrukturisasi dengan cara yang dianggap terburu-buru dengan menerapkan Glasnot dan Perestroika di berbagai sektor kehidupan secara serentak. Akibatnya , negara USSR yang begitu dominan para era perang dingin harus berakhir dengan disintegrasi dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara.

  Negeri Tirai Bambu ini sangat hati-hati dan tidak memberikan tawar- menawar berkaitan dengan stabilitas politik. Lihat saja sikap Deng dengan ucapannya, stabilitas lebih penting daripada segala-galanya. Ketika para prodemokrasi melakukan demonstrasi di lapangan Tianamen tanggal 4 juni tahun 1989, tuntutan akan demokratisasi sistem politik, Deng Xiaoping mengambil sikap yang reaksioner dan mencap para demostran ingin menciptakan kehancuran. Hal ini mendorong militer Cina, yaitu, Tentara pembebasan rakyat, mengambil tindakan tegas. Sebagai akibatnya ribuan orang meninggal sia-sia dalam peristiwa yang dikenal sebagai tragedi Tianamen.

  Kejadian tersebut merupakan lembaran hitam sejarah dan sempat mencoreng muka Cina di dunia Internasional. Namun, berkat kemajuan ekonomi yang dicapai tampaknya rakyat yang kini hidup lebih sejahtera dan lebih berkonsetrasi pada masalah ekonomi ketimbang politik, bisa memaafkan pemerintahnya. Nama Deng Xiaoping tetap harum dimata rakyat Cina sampai

  42 akhir hayatnya.

II.5.3 Pembangunan RRC

  Republik Rakyat Cina (RRC) disanjung sebagai sebuah negara penerap eksperimen pembangunan sosialis yang berhasil. Negara tersebut kentara sekali dengan pengerahan tenaga kerja yang besar atau sistem padat karya dalam praktik pembangunannya, sehinggah diidentifikasikan sebagai model pembangunan yang mendukung partisipasi rakyat. Pemikir-pemikir studi pembangunan dari kalangan radikal, yang menilai makna penting partisipasi sebagai sudah terkandung dalam pengertian ekonomi dan merupakan bagian dari konsep pembangunan, telah menegaskan segi yang positif dari pendekatan yang digunakan negara RRC itu, karena mengandalkan proses pembangunan pada faktor sumber daya manusia dan peran serta anggota masyarakat, khususnya kaum petani di pedesaan dan kaum buruh di perkotaan. 42                                                             

  Leman Yap. 2009. The Best Of Chinese Heroic Leaders. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 138

  Strategi pembangunan berdikari RRC yang bersumber dari prinsip swadayanya Mao Zedong, dikenal secara umum oleh masyarakat dunia. Kamampuan RRC dalam mempertahankan independensi, memegang prakarsa di tangan sendiri dan dalam mengandalkan usaha sendiri, sertta dilain pihak dapat meminimalkan segala macam gagasan, pengaruh dan aspirasi asing, telah melahirkan kekaguman dikalangan pengamat, yang justru menyaksikan kenyataan yang berbeda di negara-negara Dunia Ketiga lainnya, yaitu pembangunan dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada pihak luar.

  Pembangunan RRC yang bertujuan dasar memberantas kemiskinan absolut, dengan memusatkan perhatian terhadap upaya pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan penciptaan kesempatan kerja penuh dalam ekonominya, ternyata berhasil mencapai tingkat pemerataan yang lebih baik dari negara sedang berkembang pada umumnya. Orientasinya adalah keadilan sosial, karena yang menjadi sasaran pembangunan berupa rakyat dari lapisan paling bawah, atau golongan termiskin dipedesaan dan perkotaan. Walaupun demikian, RRC masih sanggup menjangkau pertumbuhan ekonomi, baik dibidang pertanian maupun industri, sekalipun diukur dengan standar internasional. Jadi, tidak hanya dalam memerangi kepincangan pendapatan saja. Kalau dibandingkan dengan India, dari kriteria pemerataan pendapatan, keswadayaan dan pertumbuhan ekonomi, RRC masih lebih unggul dibidang-bidang itu.

  Perencanaan pembangunan yang terpadu haluannya untuk menjembatani kesenjangan antara kota-desa, buruh petani dan sektor industri-pertanian, pengalaman pembangunan desa yang mengesankan, misalnya politik mekanisasi pertanian, pembinaan industri kecil dan menengah, sistem pembetukan kapital dan gerakan swasembada lewat koperasi pemberian kesejahteraan sosial penuh kepada masyarakat, diantaranya pelayanan kesehatan dan pendidikan, pemakaian teknologi tepat guna dan pengawasannya yang seksama terhadap ekosisten adalah berbagai evaluasi yang diberikan kepada RRC. Kemudian lahirlah sebutan- sebutan model pembangunan spesifik, model pembangunan unik, kasus model

  

pembangunan khusus dan sebagainya untuk menggarisbawahi kesuksesan RRC

  43 dalam menerapkan eksperimen pembagunan sosialisnya.

II.5.4 Negara Dalam Industrialisasi.

  Kebangkitan Cina dalam tiga dasawarsa terakhir merupakan tantangan bagi klaim tentang ketidakberdayaan negara yang dajukan oleh kaum globalis ataupun tesis state retreat yang dipercaya kaum neoliberal. Pengalaman sejarah Cina menunjukkan bahwa negara tidak begitu saja kehilangan dayanya ketika harus berhadapan dengan pelbagai pengaruh maupun tekanan dari luar. Peran negara dalam menentukan strategi pembangunan maupun dalam mengornisasi serta memobilisasi potensi dan sumber daya yang ada tetaplah vital, khususnya, terkait dengan kepentingan pengolahan perekonomian domestik. Hal ini bisa dilihat dalam dua fase sejarah di Cina yakni pada era konservatisme komunisme (dibawah kepemimpinan Mao Zedong) dan era pragmatisme ekonomi (yang dipelopiri oleh Deng Xiaoping dan dilakukan oleh para penerusnya).

  Isolasionisme dan intervensionisme negara yang mewarnai pembangunan pada masa kepemimpinan Mao Zedong memang lebih banyak diliputi kegagalan program-program ekonomi dan keterpurukan kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Pada masa Mao, negara mempunyai kontrol yang sangat ketat terhadap sistem produksi dan sumber-sumber ekonomi dalam masyarakat industrialisasi berjalan dibawah sistem ekonomi komando, dimana hampir semua perusahaan adalah milik negara dan produksi ditentukan oleh wewenang pusat.

  Dibawah Deng Xiaoping, Cina memasuki era baru dalam pembangunan ekonominya. Stagnasi ekonomi dan perbaikan kondisi sosio-ekonomi masyarakat 43                                                             

  

Poltak Partogi Nainggolan. 1995. Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Pasar Bebas dan Kapitalisme di Hidupkan lagi . Jakarta: Pustaka Sinar Harpan. Hal. 17 yang tak kunjung tercapai, mendorong Deng Xiaoping melakukan reformasi ekonomi pada tahun 1978. Dengan semangat gaige kaifang, Cina pun mulai membuka diri terhadap mekanisme pasar meskipun kontro negara masih tetap kuat. Perekonomian pasar dianggap lebih efektif guna mempercepat pertumbuhan ekonomi dibanding sistem ekonomi komando. Tetapi bila pasar bekerja tanpa terkendali, hanya akan menguntungkan kelompok-kelompok tertentu sehinggah pemerataan kesejahteraan akan sulit terwujud. Oleh sebab itu, bekerjanya mekanisme pasar perlu dibarengi dengan kontrol dari negara agar mobilitas sumber daya produksi tetap terjaga demi kepentingan nasional.

  Pada masa kepemimpinannya, Deng Xiaoping menerapkan ideologi secara lebih inklusif, yakni mempertemukan semangat nasionalisme dengan kapitalisme yang kemudian lebih sering disebut sebagai pragmatisme ekonomi. Deng mendobrak kekakuan ideologi didalam sistem perekonomian Cina dan mulai memberi perhatian lebih besar kepada perbaikan aspek manajerial. Disinilah perkembangan kesadaran bahwa keterbukaan terhadap dunia luar mesti disertai dengan perencanaan dan perhitungan yang matang dalam pelaksanaan program pembangunan dan perbaikan dalam struktur maupun manajemen perekonomian. Bagaimanapun, sistem yang terbuka pada dasarnya rentan terhadap pengaruh eksternal ekonomi (pasar) global. Sebab itu, peran aktif negara diperlukan untuk

  44 mengantisipasi gejolak yang mungkin muncul dalam pasar.

II.5.5 Reformasi Negara Membuka Diri

  Sebagai negara berkembang terbesar, keberhasilan kinerja Cina sejak 1978 (Deng Xiaoping) berdampak kuat pada perekonomian global. keterbukaan menandakan suatu proses evolusioner atau gradual, termasuk liberalisasi kurs mata uang asing, perdagangan internasional, dan penanaman modal asing. 44                                                             

Nanda Akbar A. 2011. Transformasi Besar China, Dinamika Negara dalam Kebangkitan Ekonomi.

  Yogyakarta: Jogja Mediautama. Hal. 03

  Perlu kita mengkaji keberhasilan Cina sebagai model pembangunan yang dilandaskan pada keterbukaan dan investasi besar-besaran dalam modal manusia dan infrastruktur fisik? Cina, sebelum memasuki era reformasi ekonomi yang dicanangkan Deng Xiaoping tahun 1978an, menerapkan pengendalian ketat atas harga dan subtitusi impor sebagai startegi pembangunannya. Pada tahun 1982, PMA yang masuk ke Cina (sejak lahirnya reformasi ekonomi tahun 1978) masih berkisar US$ 0,64 milyar dan merambat naik mencapai US$ 4, 37 milyar pada

  45 tahun 1991.

  Strategi Cina membuka pasar untuk penanam modal asing sejalan dengan dan dimantapkan (reinforced) oleh upaya Cina meningkatkan ekspor. Sejak awal reformasi ekonomi, Cina memberikan tekanan bahwa perusahaan asing yang menanamkan modalnya (perusahaan milik asing, kemitraan dalam ekuitas, dan usaha kerjasama) diwajibkan menghasilkan sebagian besar produknya untuk ekspor. Konsekuensinya adalah bahwa sebagian besar perusahaan asing terkonstrasi di kawasan proses ekspor dan manufaktur dalam zona ekonomi

  46 khusus, kota-kota terbuka, juga pulau Hainan.

  “Gaige Kaifang” (reform and opening up policies) yang ditetapkan pada sidang Komite Sentral ke-11 bulan Desember 1978 merupakan tema sentral dalam perpolitikan Cina selama 20 tahun dan seterusnya. Dalam kongres Partai ke-4 Oktober 1992 Jiang Zemin dikukuhkan. Selanjutnya, ditunjuk Lipeng dan Zhu Rongji menjadi nakoda Cina dengan 1,2 milyar penumpang hinggah Maret 2003. Sejak kepemimpinan Jiang Zemin dengan dukungan Zhu Rongji dan Lipeng, makin dipertegas “roadmap” (arah jalanan) yang pragmatis yang tidak lepas dari kondisi geografis yang ada (actual). Dengan memantapkan , termasuk internasionalisasi sejak tahun 1978, tekad yang tidak lepas dari kendali adalah 45                                                             

  

Bob Widyahartono. 2004. Bangkitnya Naga Besar Asia, Peta Politik, Ekonomi, dan Sosial China Menuju

. Yogyakarta: Andi Offset. Hal. 12 46 China Baru Bob Widyahartono. Op.cit. Hal. 16

  memanage “kapal raksasa” (giant vessel) untuk mencapai “stable medium level stage of delopment” mulai awal abad ke-21.

  Dengan menelusuri perkembangan kebijaksanaan yang meliputi reformasi ekonomi sejak tahun 1978, tampak jelas wujud keberhasilan Cina menjadi ekonomi pasar sosialis yang menggantikan ekonomi terencana (planned

  ). Cina mempertegas langkah-langkah berupa memperbaiki sistem

  economy

  ekonom baru itu dengan menerapkan manajemen yang efesien dengan

  47 memisahkan fungsi pemerintah dari fungsi bisnis/perusahaan.

  Ketajaman visi Deng Xiaoping yang dilanjutkan oleh generasi berikutnya dibawah kepemimpinan Jiang Zemin/Zhurongji sampai memasuki abad ke-21 menggerakkan bangsa Cina untuk melihat ke depan. Masuknya Cina ke dalam WTO merupakan peluang sekaligus tantangan dalam membuka diri. Ternyata peluang lebih memiliki bobot ketimbang tantangan berupa hambatan dan masuknya modal asing. Tentunya Cina telah menyiapkan apa yang mereka sebut sebagai “Foreign Investment Guidelines”

  Penanaman Modal Asing (PMA) mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dalam negara tuan rumah dalam hal ini Cina, bukan hanya karena ikut menggerakkan pembentukan modal. PMA juga menyertakan aset tanpa wujud seperti keterampilan manajerial baru, teknologi baru, dan yang tidak kalah pentingnya adalah pasar ekspor baru. Negara-negara dengan pertumbuhan tingkat arus masuk PMA umumnya mencuatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Bagi investor, yang diperlukan adalah iklim investasi negara tuan rumah. Setiap negara termasuk Cina senantiasa berupaya menggulirkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dan tidak hanya untuk menarik investor baru, tetapi untuk mempertahankan yang sudah ada. 47                                                             

  Op.cit. Hal. 45

II.5.6 Pembangunan Dalam Reformasi Ekonomi

  Fenomena pertumbuhan ekonomi Cina RRC dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping telah menunkukkan berbagai perubahan yang dramatis Pendekatan liberalisasi ekonommi yang diterapkan Deng Xiaoping melalaui kombinasi penerapan politik yang otoriterianistis dan reformasi besar-besaran. Kini telah membawa perubahan-perubahan besar bagi kemajuan ekonomi Cina dalam beberapa tahun terakhir ini selama 16 tahun ekonomi Cina tumbuh rata-rata 12 persen prestasi yang gemilang tersebut dicapai sejak pertama kali Deng Xiaoping memperkenalkan pembaruan dasar-dasar berpijak bagi kelangsungan ekonomi Cina yang mengarah bagi kapitalistis.

  Terangkatnya nama Deng Xiaoping ke pusat kekuasaan politik Cina, adalah berawal setelah secara Deng berhasil menggeser posisi beberapa rival beratnya, semenjak meninggalkan Mao Zedong yang sedang semaraknya mengobarkan Revolusi Kebudayaan antara tahun 1966-1976. Ketika Mao sedang hidup, saat itu rakyat Cina dan para pakar politik lokal maupun dari kalangan internasional. Sudah asyik membuat berbagai perhitungan skenario yang menduga-duga mengenai perkembangan Cina di masa datang pasca Mao dan ketika Mao meninggal dunia, telah timbul berbagai tarik urat dari kelompok- kelompok yang berusaha untuk menduduki kekuasaan yang ditinggalkan Mao.

  Sejak keberhasilan Deng Xiaoping menyingkirkan lawan-lawan politiknya, program utama Deng adalah melakukan reformasi ekonomi Cina yang menakjubkan. Semboyan empat modernisasi diperkenalkan, pada awal tahun 1978, dan Deng berada dalam posisi yang strategis. Deng Xiaoping bertindak pragmatis, dan sangat toleran terhadap Barat. Investor asing diundang, dan RRC mulai aktif memasuki dunia dunia perdagangan bebas. Akhirnya dalam perkembangan selanjutnya perubahan-perubahan besar secara serentak terjadi hampir segala bidang, baik dalam pembaruan bidang pertanian, militer, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi di perkenalkan secara luas. Bahkan secara tidak diduga-duga Deng berani menyantak bahwa ajaran Marxisme sudah tidak relevan

  48 lagi diterapkan di negeri Cina.

Dokumen yang terkait

Politik Pembangunan Indonesia-Cina (Studi Kasus : Terhadap Perbandingan Masa Pemerintahan Soeharto dan Deng Xiaoping)

6 121 140

Pergeseran Pola Kekuasaan Rezimentasi: Suatu Studi Tentang Pengaturan Politik Hubungan Negara -Masyarakat Sipil Pada Rezim Soeharto dan Pengaturan Politik Hubungan Pusat-Daerah Pasca Rezim Soeharto

0 53 133

Soeharto Dan Mliter : Suatu Study Analisis Militer sebagai Penopang Utama Kekuasaan Soeharto Selama Berkuasa (Orde Baru)

0 38 152

Ideologi Dan Perubahan Politik Suatu Studi Terhadap Perubahan Politik Pada Era Politik Soeharto (1965- 1971)

13 132 112

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN 1945-1998

0 3 17

Politik hukum pemerintahan Soeharto tentang Demokrasi politik

0 5 84

BAB II Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Indonesia Masa Demokrasi Parlementer (1950-1959) - Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Indonesia Masa Demokrasi Parlementer (1950 1959)

1 14 30

BAB II PROFIL SUMATERA BARAT II.1 Sejarah Provinsi Sumatera Barat - Pola Budaya Matrilineal Dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)

0 0 40

BAB II KONFIGURASI POLITIK MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI 2001 – 2004 1 Konfigurasi Politik Megawati - Bisnis dan Politik (Suatu Studi terhadap Politik Pergulaan Masa Pemerintahan Megawati 2001 – 2004)

0 0 9

BAB II PELANGGARAN HAK SIPIL DAN POLITIK - Pelanggaran Hak Sipil dan Politik Warga Negara (Studi Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa Periode 1997 – 1998)

0 0 28