BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Fungsi Genkan Pada Arsitektur Rumah Masyarakat Jepang

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Kata “ kebudayaan “ dan “ culture “ berasal dari bahasa Sansekerta

  

budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi, yang berarti budi atau akal. Dengan

demikian kebudayaan berarti hal – hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.

  Menurut Pasurdi Suparlan, kebudayaan adalah keseluruhan pengtahuan manusia yang dimiliki sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan Kita akan melihat satu per satu wujud kebudayaan sebagaimana dilukiskan oleh Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (1974:5-8).

  1. Wujud Ideal Wujud ideal adalah wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud ini disebut ideal, karena sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto.

  2. Sistem Sosial Manusia tidak hanya berfikir dam mencetuskan ide-ide. Manusia juga tidak hanya berharap dan mencita-citakan sesuatu yang baik. Manusia pun berusaha mewujudkan apa yang dipikirkan dan dicita-citakannya. Untuk itu dia harus melakukan berbagai aktivitas. Dia tidak melakuan aktivitas-aktivitas secara individual, melainkan secara sosial. Manusia dengan segala norma yang dimilikinya merupakan dasar aktivitas manusia. Dalam suatu tatanan sosial, manusia melakukan berbagai aktivitas budaya. Dibandingkan dengan wujud ideal, wujud kebudayaan yang disebut sistem sosial itu lebih konkret.

  3. Kebudayaan Fisik Kebudayan fisik meliputi semua benda atau objek fisik hasil karya manusia, seperti rumah, gedung-gedung perkantoran, jalan, jembatan, mesin-mesin, dan sebagainya. Karena itu sifatnya paling konkret, mudah diobservasi, diraba. Kebudayaan fisik merupakan hasil dari aktivitas sosial manusia.

  Menurut Yulianto Sumalyo dalam bukunya Arsitektur Klasik Eropa, arsitektur adalah bagian dari kebudayaan, yang berkaitan dengan berbagai segi karena itu, ada beberapa pengertian tentang arsitektur berdasarkan batasan- batasannya, tergantung dari segi mana memandangnya.

  Dipandang dari segi seni, arsitektur adalah bangunan, termasuk bentuk dan ragam hiasanya. Dari segi teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan, termasuk proses perancangan kontruksi, struktur, dan dalam hal ini juga menyangkut aspek dekorasi dan keindahan. Dari segi ruang arsitektur adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau kelompok manusia untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Sedangkan dari segi sejarah, kebudayaan dan geografi, arsitektur dipandang sebagai ungkapan fisik peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan waktu dan tempat tertentu ( Sumalyo, 1997:1).

  Menurut teori “Ideal Schemata, bangunan pada awalnya berfungsi sebagai tempat tinggal berteduh, serta berlindung bagi manusia yang biasa disebut “shelter”, sebagai fungsi utama bangunan. Pada perkembangan berikutnya, fungsi utama bangunan. Pada perkembangan berikutnya, fungsi utama tersebut melembaga menjadi suatu fenomena budaya. Karena kemampuan manusia berkembang, maka manusia sanggup membedakan serta memilah-milah ruang, misalnya: ruang pertemuan, ruang tamu, serta ruang tidur yang privasinya tinggi. Kemampuan membedakan serta memilah-milah ruang tersebut bermula dari proses kognitif yang berakar dari schemata (kerangka) dalam pikiran manusia.

  Kemampuan tersebut diwujudkan dalam bentuk bangunan dan ruang.

  Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan tempat bekerja. rasa aman dan nyaman.

  Salah satu ciri rumah masyarakat Jepang adalah genkan. Genkan adalah tempat dimana orang melepas sepatu mereka. Dari sudut prespektif arsitektur

  

genkan adalah ruang kecil yang ketinggiannya sama dengan daratan diluar rumah.

  Kedudukan genkan dalam tata ruang rumah masyarakat Jepang tampaknya merupakan bagian ruangan yang harus ada di dalam keseluruhan ruang lingkup struktur banguan Jepang, baik berupa rumah biasa, rumah susun, maupun apartemen bergaya modern. Genkan sudah menjadi bagian ruangan yang wajib ada dalam rumah tinggal mereka, sehingga setiap pintu masuk pada rumah Jepang memiliki ruang genkan. Dari keadaan ini dapat diketahui bahwa genkan memiliki kedudukan dan fungsi penting dalam tata ruang tempat tinggal mereka.

  Istilah genkan ( 玄関 ) dalam bahasa Jepang ditulis dengan menggabungkan dua buah karakter kanji, gen () merupakan istilah lain dari langit dan kan () penghubung dan juga merupakan istilah lain dari pos pemeriksaan. Jadi, dapat diartikan sebagai serambi, jalan masuk, atau ruang gerbang.

  Walaupun sebagian masyarakat Jepang menganggap bahwa genkan bukan merupakan hal yang besar dan perlu dipermasalahkan lebih lanjut, namun sesungguhnya genkan sudah menjadi bagian dari ruangan yang wajib ada dalam rumah tinggal mereka. Selain itu, dalam bukunya yang berjudul Japanese

  

Lanscape : Where Land and Culture Merge, Shigeru Iijima dkk menyatakan

  bahwa :“ bentuk dari rumah tradisional, terutama pintu masuknya mampu merefleksikan aspek psikologi dari masyarakat Jepang”. mampu merefleksikan aspek psikologi dari orang yang tinggal di tempat tersebut, demikian halnya dengan genkan.

  Dilihat dari sudut pandang konsep secara tata ruang, genkandan uchi-soto memiliki suatu hubungan erat yang tidak terlepaskan dari fungsi keduanya terhadap perkembangan psikologi masyarakat Jepang, baik dalam diri mereka sebagai seorang individu pribadi, dalam berkeluarga maupun bermasyarakat. Hal ini mampu menjelaskan mengapa di rumah Jepang harus dilengkapi dengan suatu bagian ruang yang bernama genkan.

  Selain itu, dilihat dalam sudut pandang religi genkan juga memiliki fungsi sebagai pembagi antara hare ( )dan kegare (). Hare dan kegare merupakan suatu cara pandang terhadap fungsi genkan secara religi dalam pengertian uchi- soto yang mengacu pada keadaan suci dan tidak suci.

  Untuk mengetahui genkan dan fungsinya dalam tata ruang rumah masyarakat Jepang. Maka penulis memilih judul penelitian : ANALISIS FUNGSI

GENKAN PADA ARSITEKTUR RUMAH MASYARAKAT JEPANG.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mencoba mengangkat beberapa permasalahan dalam penulisan skripsi ini yang dikelompokan menjadi dua : 1.

  Bagaimana kedududkan genkan dalam rumah masyarakat Jepang ? Bagaimana falsafah genkan?

  1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

  Dari pemasalahan yang ada maka diperlukan adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh sehingga masalah yang akan dikemukakan dapat lebih terarah dalam penulisan nantinya.

  Ruang lingkup pembahasan ini terfokus pada analisis fungsi genkan pada arsitektur rumah masyarakat Jepang dari sudut Perspektif Uchi-Soto dan Perspektif Religi.

  1. 4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

  Setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik. Oleh karena itu, melalui karya seni seperti karya seni bangunan, manusia dapat mengekpresikan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, serta perasaan-perasaannya. Karya-karya seni merupakan media komunikasi, sehingga seorang seniman dapat mengkomunikasikan suatu permasalahan maupun suatu pengalaman batin kepada orang lain. Karena itu, arsitektur adalah seni yang merupakan bagian dari kebudayaan, yang memiliki kaitan dengan usaha manusia dalam menyelenggarakan hidupnya. (Raga, 2000 : 46 ).

  Arsitektur merupakan suatu karya manusia untuk manusia, berarti sesungguhnya arsitektur tidak dapat dinilai hanya sebagai seni bangunan saja, tetapi harus selalu dalam konteks manusianya. Suatu karya arsitektur baru dapat fisik selesai. (Poedio, 1986 : 2)

  Secara umum, genkan berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Diluar fungsi umun genkan sebagai pintu masuk rumah/bangunan, genkan juga merupakan suatu ruang yang menjadi pembatas antara bagian dalam rumah dan luar rumah. Genkan adalah wilayah peralihan antara dunia luar kepura-puraaan sosial dan bisnis dan dunia batin dari rumah dimana satu dapat santai dan asli. ( Lebra 1976 :112 ).

2. Kerangka Teori

  Sebagai rancangan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, kerangka teori merupakan salah satu unsur dalam prosedur penelitian yang tak kalah pentingnya dengan hal yang menjadi fokus dalam suatu penelitian dalam hal ini semua teori-teori yang akan ditampilkan mengacu kepada objek yang dibahas ataupun dijelaskan secara terperinci. Dimana penjelasan tersebut dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan dalam suatu penelitian.

  Dalam penelitian ini teori yang penulis gunakan adalah teori Orientasi Nilai Budaya ‘Theory Oreantation Value of Culture’. Yang dikemukakan oleh Kluckhon dan Strodberck. Menurut Kluckhon dan Strodberck soal-soal yang paling tinggi nilainya dalam kehidupan manusia dan yang ada dalam tiap kebudayaan di dunia ini menyangkut paling sedikit lima hal, yakni (1) Human

  

Nature atau makna hidup manusia; (2) Man Nature atau persoalan hubungan

  manusia dengan alam sekitarnya; (3) Persoalan Waktu, atau persepsepsi manusia terhadap waktu; (4) Persoalan Aktivitas ‘Activity’, persoalan mengenai pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia; dan (5) Persoalan Relasi ‘Relationality’ atau

  Pada penulisan penelitian ini penulis lebih mengacu pada point yang kelima dari teori Orientasi Nilai Budaya yaitu, Persoalan Relasi ‘Relationality’ atau hubungan manusia dengan manusia lainnya. Karena pada saat penerimaan tamu di genkan dapat kita temui persoalan relasi antara tamu dengan pemilik rumah/penerima tamu.

  Selanjutnya pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan mitopoik. Teori mitopoik dianggap teori yang paling pluralis sebab memasukkan hampir semua unsur kebudayaan, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi, agama, filsafat, dan kesenian ( Ratna, 2004:67 ). Dalam pendekatan mitopoik ini, penulis harus sadar bahwa data harus dipahami secara metodelogis sehingga diperoleh makna yang tunggal.

1.5 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang fungsi

  

genkan dalam kebudayaan Jepang dan memberikan gambaran tentang genkan dalam arsitektur bangunan rumah masyarakat Jepang. Hal ini dikarenakan genkan merupakan bagian dalam tata ruang rumah Jepang, yang sepertinya tidak ditinggalkan, walaupun kecilnya tempat tinggal mereka. Genkan adalah bagian dari ciri khas kebudayaan tradisional Jepang yang tidak pernah tertelan zaman.

  Tujuan lainnya adalah menambah pengetahuan tetang kebudayaan Jepang, khususnya tentang arsitektur tata ruang rumah Jepang.

  1. 6 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan agar nantinya bermanfaat bagi pihak-pihak 1.

  Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan arsitektur Jepang.

  2. Bagi masyarakat luas pada umumnya dan para pelajar/mahasiswa bahasa maupun sastra Jepang khususnya, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Genkan pada arsitektur rumah Jepang.

1.7 Metode Penelitian

  Penelitian diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan data dengan metode atau teknik tertentu guna mencari jawaban atas permasalahan yang ada. Sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut (Sinaga dkk, 1997:8).

  Metode penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu unsur yang paling penting. Metode yang dalam bahasa Yunani disebut

  

methodos adalah cara jalan. Secara ilmiah, metode merupakan cara kerja untuk

  dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Ginting dalam Gulo ( 2007: 12 ), metode penelitian adalah prosedur atau langkah- langkah teratur yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk dijadikan ilmu.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subjek atau objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya ( Sinaga dkk, 1997: 9 ). yaitu sebuah penelitian yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Dalam penelitian deskriptif ini untuk memecahkan masalah dilakukan pengumpulan, penyusunan, pengkajian dan penginterprestasian data.

  Dalam pengumpulan data-data dan bahan-bahan yang berhubungan dengan topik penelitian ini, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan

  

( liberary research ). Beberapa aspek penting yang perlu dicari dan digali dalam

  studi kepustakaan antara lain lain masalah yang ada, teori-teori, konsep-konsep, dan penerikan kesimpulan, serta saran ( Nasution, 2001: 14 ). Perpustakaan yang menjadi sumber bahan bacaan adalah : Perpustakaan Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Konsulat Jenderal Jepang di Medan, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara-Medan, koleksi peribadi penulis, dan sumber literatur lainnya baik media cetak maupun elektronik yang mendukung penelitian ini.