95 Teknik Grafika dan Industri Grafika Jilid 3

TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA

JILID 3

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang

TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA

JILID 3 Untuk SMK

Penulis

: Antonius Bowo Wasono

Romlan Sujinarto

Perancang Kulit

: TIM

Ukuran Buku

: 17,6 x 25 cm

WAS WASONO, Antonius Bowo t

Teknik Grafika dan Industri Grafika Jilid 2 untuk SMK /oleh Antonius Bowo Wasono, Romlan, Sujinarto---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen

Pendidikan Nasional, 2008. iii, 131 hlm Daftar Pustaka : Lampiran. A Daftar Istilah

: Lampiran. B

ISBN : 978-979-060-067-6 ISBN : 978-979-060-070-6

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh ( download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerahNya buku yang berjudul “Teknik Grafika dan Keberhasilan Industri Grafika” dapat terselesaikan dengan lancar. Buku ini disusun karena minimnya buku-buku pelajaran mengenai ke-grafikaan yang mengungkap secara utuh dan relevan digunakan dalam kurun waktu yang agak lama.

Penyusun menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini. Semoga buku ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi siswa dan guru, khususnya yang bergelut di bidang grafika. Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan yang dimiliki, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penyusunan ini masih banyak terdapat kekeliruan, baik dalam penulisan tata bahasa dan materi.

Kritik dan saran dari pembaca demi kelengkapan isi dari buku ini penyusun harapkan, agar dapat diadakan revisi untuk terbitan yang akan datang. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan yang telah memberi kesempatan pada penyusun untuk menuangkan materi pengetahuan bidang grafika dalam bentuk buku dan kepada semua rekan kerja saya di SMK Negeri 11 Semarang yang telah memberikan dukungan pada penyusun. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua.

Penulis

Halaman

Daftar Isi

Kata Pengantar

BAB 1 Pehdahuluan

1 1. Ruang Lingkup teknologi Grafika

1 2. Perkembangan teknologi Grafika

BAB 2 Kertas, Tinta cetak, Warna, Densitometry, dan Colorimetrics

9 1. Kertas

9 2. Tinta Cetak

12 3. Warna

27 4. Reproduksi Warna Dalam Mencetak

BAB 3 Pekerjaan Desain Hingga Bentuk File Siap Film

118 1. Peranan Desainer Grafis dalam Produksi Cetak

118 2. Pekerjaan Menyiapkan Perwajahan (desain) Buku

147 3. Komputer dan Perangkat Pendukungnya

152 4. Imposisi

BAB 4 Foto Reproduksi (Film Making) dan Plate Making

171 1. kamera Vertikal dan Kamera Horisontal

172 2. Menyetel ketajaman Bayangan

187 3. Perbandingan Reproduksi

187 4. Bahan Peka

189 5. Bahan-bahan Kimia Untuk Fotografi

193 6. Cara Kerja Filter

201 7. Pemisahan Warna dengan Raster

203 8. Montase Film

208 9. Drum Scanner dan Film Processor

213 10. Pelat cetak Offset

216 11. Pelat cetak daur ulang

BAB 5 Kalkulasi Grafika

228 1. Tugas Estimator

229 2. Proses Produksi

232 3. Toeslagi/Biaya Gudang

241 4. Biaya Ekspedisi

242 5. Matriks Kertas Cetak

BAB 6 Acuan Cetak Fleksografi dan PAD Preinting

246 1. Acuan Cetak Photopolymer Flexography

246 2. Acuan Cetak Photopolymer Pad Printing

BAB 7 Macam-Macam Teknik cetak

276 1. Sejarah Cetak-mencetak

276 2. Prinsip dan Proses cetak

BAB 8 Penyelesaian Grefika/Purna Cetak

456 1. Teknik melipat Kertas secara manual dan dengan mesin 456 2. Penjilidan buku

BAB 9 Pekerjaan Laminasi dan UV Varnish

534 1. Laminasi dengan system panas (thermal)

535 2. Laminasi dengan system dingin (cool)

539 3. Melakukan pekerjaan UV Varnish

BAB 10 Melakukan Pekerjaan Pon, Ril dan Emboss

549 1. Pekerjaan Pon

549 2. Pekerjaan Ril

554 3. Pekerjaan Emboss

BAB 11 Kegiatan Pendukung Keberhasilan Industri Grafika

559 1. keselamatan dan kesehatan kerja

560 2. Hubungan Kerja

3. Strategi Komunikasi dalam Mengikat Pelanggan 596

4. Strategi Pemasaran

605

5. Faktor - faktor

612

6. Menerapkan standar kualitas

615

7. Mengirimkan hasil Cetakan (ekspedisi)

617

BAB 12 Penutup

620

Lampiran A Daftar Pustaka

a1

Lampiran B Daftar Istilah

b1

BAB IX

PEKERJAAN LAMINASI dan UV VARNISH

Pekerjaan laminasi merupakan pekerjaan purna cetak, seperti dibahas pada bab sebelumnya, laminasi diklasifikasikan dalam 2 (dua) macam bentuk cara pengerjaannya, yaitu (1) bentuk menutup benda kerja membentuk sudut/envelop (pouch) dan (2) bentuk gulungan (roll). Sedangkan metode pengerjaannya dengan sistem panas (thermal) dan sistem dingin (cold). Jenis laminating ada 2 (dua) yaitu gloss dan dob. Gloss memancarkan kesan mengkilap sedangkan dob menampilkan kesan redup/ teduh.

Tujuan laminasi adalah agar benda cetak mempunyai kesan arstistik, kesan tersebut bisa mengkilap atau dob, selain itu juga dapat melindungi dan membuat awet benda cetak. Ditinjau dari hasil pengerjaannya, laminasi ada 2 (dua) jenis, yaitu laminasi yang hasilnya kaku dan laminasi yang hasilnya lentur. Laminasi kaku sering dijumpai pada usaha foto kopi yang oplagnya rendah, digunakan untuk melaminasi benda-benda

Gambar 9.1. Bahan laminasi bentuk pouch dan roll

berharga, misalnya ijasah, sertifikat, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk laminasi lentur banyak digunakan untuk pekerjaan massal atau beroplag besar, misalnya etiket, dos roti, leaflet, poster, undangan, dll.

1. Laminasi dengan sistem panas (thermal)

Laminasi dengan sistem panas (thermal) untuk menempelkan plastik pada benda kerja terdapat 2 (dua) metode, yaitu (1) plastik yang sudah mengandung lem, dan (2) plastik yang belum mengandung lem. Plastik yang sudah mengandung lem cara penempelannya pada benda kerja dengan menggunakan pemanas atau heater, pada umumnya suhu

kerja di arahkan pada suhu 100 o C walaupun ada beberapa jenis plastik yang membutuhkan panas diatas suhu 100 o

C. Penyetelan suhu ini jangan lebih dari 120 o

C, karena dapat memperpendek umur rol karet silikon, sedangkan plastik yang belum mengandung lem, cara penempelannya selain dengan pemanas juga memakai solvent (cairan

kimia) sebagai media untuk merekatkan plastik dengan benda kerjanya. Metode yang menggunakan cairan kimia ini, jarang ditemui di Indonesia. Selain kurang ramah lingkungan menimbulkan bau yang cukup menyengat.

1.1. Struktur mesin dan prinsip kerjanya

Persyaratan teknis yang sebaiknya dipenuhi agar ketahanan dan produktivitas mesin tercapai, antara lain: (a)

suhu ruangan 15 o C sampai

Gambar 9.2. Mesin laminasi sistem panas (thermal)

40 C, (b) ruangan bebas debu, (c) kelembaban udara -20

buatan PAMOR – Behe Machinery Workshop buatan PAMOR – Behe Machinery Workshop

a. Pemasangan rol plastik

1. Masukkan roll plastik dan perhatikan sisi coating lem harus menghadap ke bawah.

2. Kencangkan penjepit core

3. Stel kekencangan rem dengan memutar penyetel.

4. Pasang Pisau perforator jaraknya 1mm dari penggir plastik.

5. Pasang pisau perforasi apabila diperlukan.

6. Pasang plastik ke panyanggah.

b. Pemasangan rol plastik ke mesin.

1. Masukkan plastik sesuai arah yang ditunjukkan pada gambar A.

2. Apabila pada kertas tipis hasilnya terlalu melengkung dapat juga arah plastik mengikuti arah yang ditunjukkan gambar B.

c. Pemasangan kertas

1. Naikkan selembar kertas yang akan delaminating ke atas conveyor. Geser samping pinggir register OS dan kemudian geser register GS sampai mendekati pinggir kertas (sisakan jarak 2 mm).

2. Geser register untuk menyesuaikan lebar kertas dengan plastik.

d. Penyetelan tekanan rol press heater

1. Tekan gagang penekan sebelah kiri dengan tangan kiri dan putar baut sampai menekan rol heater menyentuh rol bawah, kemudian lakukan hal yang sama pada gagang penekan sebelah kanan.

2. Tambah putaran baut apabila diperlukan.

3. Apabila kertas jalannya miring maka tekanan rol ini tidak seimbang dan kurangi tekanan rol sebelah kiri atau kanan sampai kertas jalannya lurus.

e. Penyetelan tekanan rol press puller

1. Tekanan rol puller distel dengan menurunkan gagang penekan rol puller

f. Penyetelan suhu rol heater

1. Seperti telah dijelaskan dimuka suhu kerja distel 100 o

C, walaupun kadang-kadang dijumpai plastik yang membutuhkan panas lebih.

Jangan menyetel suhu lebih 120 o

C, karena dapat memperpendek umur rol karet silikon.

2. Untuk mengubah suhu buka tutup panel digital, tekan tombol atas atau bawah untuk menaikkan atau menurunkan angka digital.

3. Tekan tombol run. Dalam keadaan stop heater tidak dapat dipanaskan. Putar potensio ke posisi nol (mesin kondisi tidak jalan).

g. Penyetelan speed mesin

1. Kecepatan mesin diatur oleh potensio meter di control panel.

2. Pada kondisi tertentu diperlukan pengaturan suhu dan kecepatan mesin yang berimbang terutama sewaktu mesin dipakai untuk mengerjakan bahan-bahan kertas yang tebal.

h. Penyetelan pisau perforator

1. Pisau perforator digunakan untuk memisahkan hasil laminating. Pasang posisinya +/- 2 mm dari pinggir plastik.

2. Tambahkan bandul apabila pemutusan plastiknya agak susah.

3. Angkat pisau sampai terkunci apabila tidak dipakai dan untuk menurunkan kembali tarik tombol plastik.

i. Penyetelan pisau slitter

1. Pisau slitter hanya digunakan apabila plastik lebih lebar dari kertas.

2. Putar excentic untuk mengatur kedalaman pisau potong dan selalu menyetel kedalaman pisau hanya memotong dua sampai tiga lapis plastik saja.

3. Angkat pisau sampai terkunci apabila tidak dipakai dan selalu pasang tutup plastik pengaman karena dapat melukai anggota tubuh dan untuk menurunkan kembali tarik tombol plastik.

j. Penggantian rol karet heater

1. Melepaskan rol karet - Matikan power mesin dan cabut kabel power dari stecker PLN. - Buka cover mesin kiri dan kanan. - Lepaskan kabel listrik dari lampu IR (heater) kiri dan kanan. - Lepaskan pengunci lampu IR dan keluarkan lampu IR dari rol

karet. - Lepaskan holder bearing sebelah control panel (tidak perlu melepaskan holder bearing yang ada di sebelah gigi) dan kemudian tarik rol karet ke arah control panel, angkat rol karet dan miringkan kearah gigi dan keluarkan rol karetnya.

2. Memasang rol karet - Masukkan rol karet baru dengan memiringkan rol dan masukkan ke lubang yang ada di sebelah control panal dan kemudian geser ke kanan untuk pasang ujung rolnya ke bearing.

- Pasang kembali holder bearing sebelah control panel. - Masukkan kembali lampu IR dan pasang penguncinya. - Pasang kembali kabel lampu IR kiri dan kanan. - Tekan rol karet dengan rol bawah stel tekanan press di belakang

mesin dan check sensor panas dan pastikan sensor menempel ke as rol sensor tidak akan bekerja dengan baik apabila tidak menempel/ kendor dan dapat menyebabkan over heating dan merusak rol karet.

- 2. Laminasi dengan sistem dingin (cold) Laminasi dengan sistem dingin (cold) untuk menempelkan plastik pada benda kerja dengan menggunakan lem dengan basis air, untuk mencairkan lem sesuai dengan kelekatan yang diinginkan menggunakan air untuk mencampur. Laminasi sistem dingin ini tergolong ramah lingkungan, karena tidak beracun, tidak berbau dan tidak menyebabkan

polusi bagi lingkungan. Mesin laminasi ini dapat digunakan untuk melapisi benda kerja secara utuh dan melapisi benda kerja yang sebagian modelnya ada yang berlubang/ jendela (window), misalnya

Gambar 9.3. Mesin Laminasi SRFM 720

dos roti yang bagian tengahnya transparan yang berfungsi untuk dapat melihat benda yang ada dalam dos tersebut.

Mesin laminasi model SRFM 720 seperti terlihat pada gambar 8.2 digunakan untuk melaminasi secara utuh benda kerja atau tidak ber- window. Mesin ini memakai kecepatan awal yang dimasukkan yang diatur pembalik pada motor, mempunyai celah film, otomatis berhenti ketika kertasnya habis, menggulung ulang/kembali dan cepat dalam pemindahan, dll.

Tabel 9.1. Spesifikasi Mesin Laminasi SRM 720

Day

a Bera Ukuran/berat Mode

seluruhnya l

2000x1220x145 720

40 m/mmenit

220V 60HZ

2.1. Struktur mesin dan prinsip kerjanya

Mesin ini terdiri dari alas/dasar/kaki, unit pemasukan, unit pengeleman/penempelan,

5 12 Gambar 9.4. Unit Pemasukan

( meja aparat dan tombol

operasi)

9 7 alat-alat pengeleman, unit

8 laminasi, sistem kontrol listrik, cepat menggulung

ulang keluar, bagian celah, dll. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada gambar 8.3. Kertas diisi melalui meja aparat

Gambar 9.5. Bagan Mesin Laminasi SRM 720 Gambar 9.5. Bagan Mesin Laminasi SRM 720

Keterangan gambar : 1. Meja aparat

2. Rol gulungan plastik laminasi 3. Rol penghantar 4. Rol pengatur ketebalan lem 5. Rol distribusi lem 6. Tangki lem 7. Rol penggulung laminasi depan 8. Rol penggulung karet depan 9. Pisau pelobang/ penyobek

10. Rol penggulung karet belakang 11. Rol penggulung gulungan

Gambar 9.6. Rol gulungan plastik ulang

laminasi

Berikut diuraikan memasang instalasi dan langkah kerja melakukan pekerjaan laminasi, sebagai berikut: (cermati gambar 8.3.)

12. Rol penghantar

a. Bersihkan mesin tersebut hingga benar-benar bersih.

b. Letakkan mesin tersebut pada lantai yang datar, dan baca dengan seksma panduan penggunaannya.

c. Buka peti listrik kanan, dan hubungkan ke sumber tenaga dengan baik.

d. Unit Pengeleman, bersihkan tangki lem dan letakkan pada posisinya.

e. Pada mesin ini, pisau pemotong/ slitter berada tetap pada keadaan berdiri pada tangkai/batangnya. Kunci pisau itu diatas plastik oleh penjepit. Posisi kanan dan kiri pada pisau berdiri e. Pada mesin ini, pisau pemotong/ slitter berada tetap pada keadaan berdiri pada tangkai/batangnya. Kunci pisau itu diatas plastik oleh penjepit. Posisi kanan dan kiri pada pisau berdiri

f. Rol Penggulung, terdapat 4 (empat) penggulung gulungan ulang dan

4 (empat) truk pengirim. Letakkan penggulung pada truk, dorong truk tersebut ke mesin, jalankan penggulung ke celah, dan ujung dengan gigi yang mengarah pada celah mesin (mesin ini tingginya harus sama dengan truk). Gulung benda kerja (kertas) yang dilaminasi pada penggulung. Pada ujung mesin sebelah kanan, terdapat roda penghubung untuk mengatur tekanan gulungan, putaran yang searah dengan jarum jam berarti tekanannya besar, dan putaran yang

berlawanan dengan arah jarum jam berarti tekanannya kecil. Atur tekanan pada nilai yang sesuai. Setelah penggulung benar- benar dilepaskan, tarik pegangan pada truk dan

Gambar 9.7.. Tangkai/ batang pisau pemotong/

lepaskan truk, dan

perforator perforator

g. Setelah semuanya siap, langkah selanjutnya adalah menyetel kedudukan plastik pada rol-rol penghantar, jalankan plastik ini melalui batang tekanan penyeimbang nomor 3, rol nomor 4 dan nomor 5 untuk mengatur ketebalan lem, setel plastik pada rol penghantar nomor 12, kemudian menyetel ke rol penggulung gulungan ulang nomor 11, kemudian tekan rol penggulung laminasi kedepan dan belakang. Atur roda penghubung pada kedua sisi pada penggulung nomor 4 untuk mengatur ketebalan pengeleman, buat penggulung ini dekat dengan penggulung pengeleman nomor 5. Letakkan kertas pada meja aparat, jalankan motor, atur knop untuk mengatur kecepatan dan jalankan mesin pada kecepatan rendah. Buka roda penghubung kedua sisi pada penggulung nomor 4 untuk mengatur ketebalan pengeleman, atur ketebalan pengeleman dari tipis ke tebal, dan pengeleman ini bergantung pada hasil laminasi. Mengatur pipa termal, atur tegangan pada nilai yang sesuai (rata dan tidak keriput), hingga kecepatannya tinggi, mesin selanjutnya mulai bekerja pada keadaan normal. Jika kita hendak menghentikan mesin ini ketika mesin sedang berjalan, ingat bahwa waktu jeda tidak boleh terlalu lama, untuk menghindari lem pada penggulung kering. Selama operatornya istirahat, plastik harus di potong dan biarkan mesin ini berjalan dalam kecepatan rendah. Jika kita melihat ada satu sisi plastik yang lebih sempit dari pada sisi satunya, atur mur pada batang nomor 3 untuk menyeimbangkan kedua sisinya. Setelah pekerjaan ini selesai, pertama kali potonglah plastik dan biarkan plastik berjalan sampai selesai, kemudian letakkan tangki lem, nyalakan katup pada tangki, biarkan lem berhenti (mengalir ke teromol/penampung lem) dan biarkan mesin ini berjalan dengan g. Setelah semuanya siap, langkah selanjutnya adalah menyetel kedudukan plastik pada rol-rol penghantar, jalankan plastik ini melalui batang tekanan penyeimbang nomor 3, rol nomor 4 dan nomor 5 untuk mengatur ketebalan lem, setel plastik pada rol penghantar nomor 12, kemudian menyetel ke rol penggulung gulungan ulang nomor 11, kemudian tekan rol penggulung laminasi kedepan dan belakang. Atur roda penghubung pada kedua sisi pada penggulung nomor 4 untuk mengatur ketebalan pengeleman, buat penggulung ini dekat dengan penggulung pengeleman nomor 5. Letakkan kertas pada meja aparat, jalankan motor, atur knop untuk mengatur kecepatan dan jalankan mesin pada kecepatan rendah. Buka roda penghubung kedua sisi pada penggulung nomor 4 untuk mengatur ketebalan pengeleman, atur ketebalan pengeleman dari tipis ke tebal, dan pengeleman ini bergantung pada hasil laminasi. Mengatur pipa termal, atur tegangan pada nilai yang sesuai (rata dan tidak keriput), hingga kecepatannya tinggi, mesin selanjutnya mulai bekerja pada keadaan normal. Jika kita hendak menghentikan mesin ini ketika mesin sedang berjalan, ingat bahwa waktu jeda tidak boleh terlalu lama, untuk menghindari lem pada penggulung kering. Selama operatornya istirahat, plastik harus di potong dan biarkan mesin ini berjalan dalam kecepatan rendah. Jika kita melihat ada satu sisi plastik yang lebih sempit dari pada sisi satunya, atur mur pada batang nomor 3 untuk menyeimbangkan kedua sisinya. Setelah pekerjaan ini selesai, pertama kali potonglah plastik dan biarkan plastik berjalan sampai selesai, kemudian letakkan tangki lem, nyalakan katup pada tangki, biarkan lem berhenti (mengalir ke teromol/penampung lem) dan biarkan mesin ini berjalan dengan

2.2. Perawatan dan Pemeliharaan

Ketika mesin selesai bekerja, cuci setiap permukaan penggulung, tangki lem dan pipa yang berada didalam dengan menggunakan air. Jika lem pada penggulung kering, lem tidak dapat dibersihkan dengan air, anda harus membersihkan penggulung dengan alkohol mutlak.

Jangan gunakan alat-alat apapun yang berbentuk tajam untuk menggesek/menggarut permukaan gulungan, hindari permukaan penggulung ini rusak. Setelah mesin berhenti, pisahkan penggulung, hindari penggulung agar tidak rusak. Tabung bantalan penggulung gulungan ulang seharusnya dilumuri dengan minyak mesin 20# dengan menggunakan tangan. Agar tahan lembab, hindari mesin ini agar tidak berkarat.

3. Melakukan Pekerjaan UV Varnish

Hasil UV Varnish dengan laminasi gloss sepintas terlihat sama. Tetapi jika dicermati akan ada perbedaan, terutama pada ketebalan lapisan. Pada laminasi lebih tebal lapisannya, karena menggunakan plastik untuk melapisi cetakan, bila cetakan dilipat tajam cetakan tidak mudah rusak karena terlindungi oleh laminasi tersebut. Sedang hasil UV varnish ketebalan lapisan lebih tipis karena menggunakan bahan kimia dan penyinaran ultra-violet untuk melapisi cetakan, bila cetakan dilipat tajam cetakan lebih mudah sobek dibanding laminasi gloss.

Untuk membedakan apakah itu pekerjaan laminasi atau UV varnish, dapat menggunakan benda tajam (jarum, cutter, atau benda tajam lainnya) dengan menggoreskan pada cetakan. Jika lapisan mudah terluka, berarti itu hasil dari UV varnish, sedangkan laminasi gloss lebih tahan gores karena ada lapisan plastiknya. Fungsi dari UV varnish dan laminasi gloss sama, yaitu untuk menimbulkan kesan artistik atau mewah pada cetakan, melindungi cetakan dari polusi, basah, dan kepudaran warna.

Faktor yang sering dijadikan pertimbangan konsumen memilih cetakan di laminasi atau di UV varnish adalah biaya. Dengan kualitas penampilan yang relatif sama UV varnish biayanya lebih murah dibanding dengan laminasi gloss. Untuk ilustrasi perbandingan harga, dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 9.2. Perbandingan harga UV, gloss, dan

dob

No. Jenis Pekerjaan Harga Keterangan

Rp. 0,06,-

1. UV Varnish

2. Laminasi Gloss menyesuaikan

/cm

kondisi pasar

Rp. 0,38,-

3. Laminasi Dob

/cm

Gambar 9.8. Mesin UV (ultraviolet) Varnih seri ZHSG- 1200

Spesifikasi: Lebar maksimum kertas: 1150 mm Tebal maksimum kertas: 500 g/m2 Tebal minimum kertas: 80 g/m2 Kecepatan maksimum: 60 m/min Listrik UV: 16 kw Listrik Iraser: 22 kw Dimensi Mesin: 6800 x 1600 x 1400 mm Berat Mesin: 2800 kg

3.1. Keunggulan Cetak UV

Dalam cetak UV, tinta khusus dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menerima radiasi UV, yang berfungsi mengeraskan permukaan dan mematangkan lapisan coating diatas material cetak (kertas dan plastik). Ada 3 (tiga) keunggulan dari cetak UV, antara lain :

1. Printability Hasil dari cetak UV sangat mencengangkan secara visual yang mempunyai tingkat kilap yang sangat tinggi, atau lapisan coating yang dull (redup) tergantung jenis coating yang dipakai; warna cetak lebih kuat dan kontras yang menonjolkan detil gambar, bahkan mampu dilakukan pada kertas uncoated.

2. Runnability Yang paling terpenting buat perusahaan percetakan sendiri adalah cepatnya proses percetakan – turnaround – anda bisa langsung melakukan cetak kedua di sisi kedua tanpa harus menunggu, kemudian proses pemotongan, pelipatan dan pengiriman ke pelanggan dalam satu tarikan pekerjaan – tanpa ada waktu jeda yang berarti, ini disebabkan oleh cepatnya proses pengeringan.

3. Kualitas Premium Hasil akhir produk sendiri sangat bagus sebab material cetak tahan air dan tidak berbekas walau dipegang tangan yang yang lembab. Dengan memiliki cetak UV banyak perusahaan merasa mereka mempunyai suatu keunggulan usaha, sebab mereka dapat memposisikan sebagai percetakan papan atas, dimana pesaing tidak dapat melakukan apa yang mereka bisa tawarkan ke pelanggan.

Jenis pekerjaan yang dilakukan dengan cetak UV umumnya adalah pekerjaan cetak multicolor seperti annual reports, brosur, material marketing, poster display dari perusahaan ditoko-toko retail.

Untuk mengurangi biaya waktu dan pengulangan pekerjaan, perlu anda tetapkan standarisasi material dan semakin sedikit jumlah material juga lebih efisien dari biaya. Misalnya untuk material plastik tetapkan standar tingkat dyne yang tertentu dan tinggi untuk memastikan tidak adanya masalah tidak melekatnya tinta atau coating diatas plastik, apalagi bila anda mempunyai cetak UV hybrid yang sering gonta-ganti dari konvensional ke UV. Pastikan pula menguji setiap material yang diterima dari supplier tingkat dyne dan adhesi tinta.

Dengan kepastian material diatas, anda dapat dengan yakin dan memaksimalkan kelebihan cetak UV dari sisi turnaround. Karena bila material yang jelek digunakan akan menyebabkan anda tidak bisa memanfaatkan ketepatan perencanaan produksi.

BAB X MELAKUKAN PEKERJAAN PON, RIL dan EMBOSS

Usaha pon, ril, dan emboss banyak ditemui di industri rumah tangga (home industri), karena pelaksanaan pekerjaannya tidak memerlukan modal yang besar. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan ketekunan karena keterlibatan tenaga manusia dalam menghasilkan produknya masih cukup dominan, terlebih jika yang digunakan mesin yang masih manual atau semi otomatis, seperti hand press atau mesin degel yang belum mempunyai unit pengambilan kertas. Mesin cetak silinder juga sering digunakan untuk melakukan pekerjaan jenis ini. Produk yang dihasilkan antara lain, dos snack/ makanan, amplop, stopmap, kartu kredit, kartu nama, dan sebagainya. Berikut diuraikan, teknik mencetak pon, ril, dan emboss.

1. Pekerjaan Pon, adalah pekerjaan memotong atau mengerat kertas yang tidak mungkin dilakukan oleh mesin potong, karena bidang yang dipotong tidak beraturan atau sesuai dengan keinginan pemesan. Pekerjaan

Gambar 10.1. Acuan cetak pon dan ril Gambar 10.1. Acuan cetak pon dan ril

Acuan cetak pon (lihat gambar 10.1) yang sudah jadi diletakkan pada bantalan/ fudamen mesin degel, lakukan penyetelan

Gambar 10.2. Operator melakukan pengeponan dengan

kedudukan dan

kerataan tekanan cetak. Selanjutnya lakukan cetak coba, jika hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan, lakukan proses pengeponan (gambar 10.2). Dalam proses pengeponan usahakan kertas jangan tertebuk rangkap, karena akan menyebabkan kertas tidak terpotong sempurna, dan juga dapat menyebabkan pisau pon cepat rusak. Acuan pisau pon yang sudah selesai digunakan, tapi ada kemungkinan digunakan lagi, lakukan pelumasan seperlunya pada mata pisaunya. Hal ini mencegah terjadinya karat dan tumpulnya pisau karena lama tidak digunakan. Hindarkan terjadinya benturan pada pisau, yang dapat mengakibatkan pisau luka atau gompil sehingga kertas tidak dapat terpotong, karena luka pada pisau tersebut.

mesin

Setelah selesai melakukan pengeponan dan ril dengan mesin langkah berikutnya adalah melipat secara manual sesuai dengan pon dan ril yang terbentuk, lihat gambar 10.4.

Tabel 10.3. Operator menun jukkan cetakan yang telah dipon dan di ril dengan menggunakan mesin

Gambar 10.4. Cetakan yang telah di bentuk menjadi Dos Snack

1.1. Mengelem hasil pon secara manual dan mesin

Bentuk/ hasil pon tidak selamanya memotong putus kertas. Teknik mencetak pon juga melukai/ melubangi pinggiran cetakan, tujuannya adalah untuk memperkuat ikatan lem agar tidak mudah lepas, khususnys pada kertas tebal (karton/ duplek). Dengan adanya lubang-lubang berbentuk garis-garis terputus, memungkinkan lem bisa masuk kesela-sela kertas. Hal ini dapat dilihat pada pembungkus obat, makanan, mainan, dan lain sebagainya.

Untuk kertas tipis tidak perlu melakukan pelubangan pada bagian yang akan dilem, misalnya dalam pembuatan amplop. Menurut fungsinya amplop penting sebagai alat pelindung surat dan benda-benda kecil lainnya yang tidak berat. Dalam segi kerahasian sebagai pengaman, penyimpanan rahasian terjamin. Ditunjau dari segi estetika apabila penyimpanaan surat itu tersampul pertanda lebih hormat sebaagi tatakrama sopan santun. Lebih-lebih bila yang kita beri surat itu lebih tua atau lebih jabatannya. Dalam pemakaian sehari-hari memang ada yang tutup amplop itu tidak dilem atau terbuka.

1.1.1. Cara mengelem pinggiran amplop manual

Cara mengelem pinggiran amplop tidak dikerjakan secara lembar demi lembar pada waktu memoles lemnya. Apabila kita akan membuat amplop yang jumlahnya banyak bagi kita perlu mengejar waktu. Untuk pengeleman pinggir amplop agar mendapat hasil yang lebih cepat dan praktis mengerjakannya, adalah dengan menyusun lembaran-lembaran amplop yang telah dilipat tadi dengan cara penyusunan menurun. Setiap jalur susunan amplop yang akan dipoles dengan lem sebanyak 15 atau 20 lembar amplop, dijajarkan berhimpitan menurut batas yang akan dilem. Cara ini hanya untuk mengelem amplop surat pada bagian tutup bawahnya saja.

Cara memoleskan kuas lem harus satu jalan, tidak boleh dibolak-balik berlawanan arah, kuas lem dipoleskan dari hadapan kita menuju ke arah luar. Waktu mengelem harus diberi alas kertas yang tidak terpakai, dan amplop bagian atas juga harus menggunakan tutup penghalang lem, kondisi lem harus cair supaya rata dipoleskan. Setelah dipoles dengan kuas baru direkatkan menjadi bentuk amplop dan cara mengerjakannya satu per satu, lalu ditekan lipatannya dengan tulang pelipat atau setelah disusun dan diband lalu dipres gunanya untuk menghilangkan udara yang berada didalam lipatan amplop. Agar lebih jelas kita ulangi, bahwa setelah dilem susunan amplop yang berhimpitan tadi lalu ambil satu-satu kemudian dilipat dan direkatkan lemnya.

Cara menyimpan amplop yang baru dilem, harus bertebaran, maksudnya agar cepat kering kena angin atau disusun pada rak khusus agar amplop cepat kering. Setelah amplop-amplop kering, segera disusun kira-kira 10 atau 15 amplop lalu ditekan lagi lipatannya. Begitu lipatannya rapi lalu disusun dan dihitung sebanyak dalam jumlah tertentu dan diikat dengan kertas (diban) kemudian dipres siap untuk dikemas.

1.1.2. Mengelem dengan menggunakan mesin

Produk yang dalam jumlah yang sangat besar dan dituntut pengerjaan yang cepat dan menuntut ketepatan dan ketelitian yang tinggi, sulit rasanya untuk dikerjakan manusia. Langkah yang tepat adalah dikerjakan dengan menggunakan mesin packaging yang memang diperuntukkan untuk ril, pon, melipat dan sekaligus melakukan pengeleman.

Lem yang digunakan untuk merekatkan, biasanya dalam bentuk pasta atau cair yang mempunyai daya rekat yang kuat, karena harus mengikuti kecepatan mesin. Hasil dari pengeleman dengan mesin, Lem yang digunakan untuk merekatkan, biasanya dalam bentuk pasta atau cair yang mempunyai daya rekat yang kuat, karena harus mengikuti kecepatan mesin. Hasil dari pengeleman dengan mesin,

2. Pekerjaan Ril

Mengeril adalah melakukan memberi garis lekuk / ril terlebih dahulu akan diperoleh lipatan yang rata dan tajam pada macam- macam karton yang sulit untuk dilipat secara biasa. Pekerjaan ril tidak melukai seperti pon, tapi menekan pada bagian yang akan

Gambar 10.5. Mesin Degel dapat untuk pon, ril, dan

dilipat dengan acuan

emboss

sehingga memudahkan untuk melakukan pelipatan. Disamping untuk mendapatkan hasil yang rapi, dengan melakukan ril terlebih dahulu kertas tidak akan rusak pada bagaian yang dilipat. Terutama pada karton cetak seni yang dilicinkan, pengerilan sangat diperlukan, untuk menghindarkan pecahnya lapisan kapur waktu melipat.

Melipat karton tebal, meskipun telah diril hanya akan berhasil baik bila arah serat sejajar dengan lipatan untuk membuat garis lekuk tergantung dari tebal karton, diperlukan garis kuningan jenis halus atau jenis tebal dari 2 point, dipasangkan lebih panjang dari pada panjang lipatan. Untuk garis ril yang panjang bisa dipotongkan dari garis baja setebal 2 point. Garis-garis ini diatur dalam bingkai diatas meja penutup. Jarak garis satu dengan lainnya reglat, besarnya jarak Melipat karton tebal, meskipun telah diril hanya akan berhasil baik bila arah serat sejajar dengan lipatan untuk membuat garis lekuk tergantung dari tebal karton, diperlukan garis kuningan jenis halus atau jenis tebal dari 2 point, dipasangkan lebih panjang dari pada panjang lipatan. Untuk garis ril yang panjang bisa dipotongkan dari garis baja setebal 2 point. Garis-garis ini diatur dalam bingkai diatas meja penutup. Jarak garis satu dengan lainnya reglat, besarnya jarak

3. Pekerjaan Emboss

Acuan cetak untuk pekerjaan ini terdiri dari 2 lempengan pelat dari baja atau kuningan setebal 16 s/d 18 mm atau bisa juga setinggi huruf (huruf Belanda tingginya 66, 047 point = ± 2, 476 cm). Bila dibuat lempengan setebal 16 mm, maka untuk menyamakan tingginya dengan tinggi huruf ditambahkan batang kayu dan karton. Untuk memperoleh gambar-gambar ini, model yang telah diproses menjadi film maka proses selanjutnya adalah pengetsaan dengan bahan-bahan kimia dan peralatan mesin frais. Acuan cetak yang dibutuhkan terdiri dari 2 klise yaitu stempel (gambar yang melekuk kedalam disebut juga klise betina) dan Patris (gambar yang menonjol disebut juga klise jantan), lihat gambar 10.6. Cetak emboss atau pengepringan disebut juga cetak relief, disebut juga cetak timbul dan mempunyai nama lain yaitu cetak buta, karena tidak menggunakan rol tinta atau tanpa penintaan.

Klise betina (stempel-nya) yang mempunyai gambar lekuk ke

Gambar 10.6. Bentuk klise emboss

dalam dibuat pada sebilah lempengan papan kayu yang sebelumnya dibuat gambar diatas papan tersebut. Kemudian gambar itu dikerat atau dipahat sehingga membentuk suatu acuan cetak dengan gambar yang melekuk ke dalam. Dengan memperbaiki cungkilan- cungkilan kayu melalui pahatan-pahatan yang diperhalus maka sudah siaplah acuan cetak betina atau stempel, yaitu salah satu acuan cetak untuk pekerjaan emboss.

Untuk selanjutnya maka kita akan menyiapkan patris atau cetakan lawan dari acuan cetak betina ini yang disebut juga sebagai acuan cetak jantan. Untuk mempersiapkan acuan cetak jantan, maka terlebih dahulu membersihkan degel dengan spiritus. Selanjutnya dengan perekat yang mengandung sedikit air direkatkan karton

Gambar 10.7. Hasil pabrikan teknik cetak emboss

manila setebal ± ½ mm, ukurannya lebih besar sedikit daripada stempelnya pada degel. Dua bagian kapur batu (gips) dan tig bagian kapur diaduk, lalu dicampurkan larutan gom arab kedalam adukan, sehingga terjadi campuran seperti bubur yang cukup kental. Lapisan campuran itu kira-kira setebal 3 mm diratakan diatas karton. Semuanya itu kemudian ditutup dengan kertas utra dan dioles sedikit minyak untuk mencegah bubur menempel pada stempel.

Klise betina ditutup pada bingkai dan dicetakkan tepat pada lapisan bubur dengan tekanan cetak berangsur-angsur dari tekanan ringan ke tekanan cetak berangsur-angsur dari tekanan ringan ke tekanan berat. Dalam pada itu bubur yang ditutup dengan kertas sutra tadi tertekan ke dalam bagian-bagian stempel yang mendalam dan terbentuklah suatu gambar cetak lawan (patris) daris

Gambar 10.8. Pengembossan dapat dilakukan dengan mesin degel

stempelnya. Pekerjaan ini disempurnakan dengan menambah bubur pada bagian-bagian yang kurang tajam, jangan lupa tutup lagi dengan kertas sutra, bila ketajaman sudah cukup, maka mesin didiamkan dalam keadaan mencetak dan disiamkan sampai bubur patris mengering. Bubur yang tak terpakai di pinggir-pinggir patri dibuang. Selesailah sudah pembuatan acuan cetak emboss.

BAB XI

KEGIATAN PENDUKUNG KEBERHASILAN INDUSTRI

GRAFIKA

Grafika dikatakan sebagai mother of culture, karena peradaban manusia saat itu dapat diketahui karena adanya sesuatu yang tercetak. Dimulai dengan pictograph (bahasa gambar), ideograph (bahasa simbol), dan bahasa phonetic (simbol bunyi), buku yang dibuat dengan tulisan tangan, buku yang dicetak hingga sekarang ke dunia internet, semuanya berawal dari grafika. Industri grafika mengisi peradaban manusia dari mulai buku, surat kabar, cetakan sekuritas, packaging, dan sebagainya. Permasalahan yang sering terjadi di Indonesia berkaitan dengan grafika dan penerbitan, antara lain : keterbatasan sumber daya manusia grafika dan penerbitan, minat baca kurang optimal (masih rendah), distribusi, daya beli masyarakat, perkembangan teknologi, pemerataan industri grafika dan penerbitan, dan arus globalisasi. Industri cetak di Indonesia dibanding dengan Negara Asia lainnya seperti Cina atau India sangat jauh tertinggal, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 11.1. Perbandingan jumlah industri cetak

No. Negara Jumlah Industri Keterangan

80% percetakan di

2. India 450.000 Indonesia memakai peralatan yang

3. Indonesia 7000 (25.000 sangat tua (>10 termasuk pengusaha

tahun)

percetakan stempel)

Persaingan usaha yang sangat ketat segala bidang, menyebabkan perusahaan/ industri grafika harus pandai-pandai menyiasati untuk dapat Persaingan usaha yang sangat ketat segala bidang, menyebabkan perusahaan/ industri grafika harus pandai-pandai menyiasati untuk dapat

Perusahaan yang tidak peduli kepada pelanggannya, dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mudah runtuh. Pengelolaan yang profesional sangat dibutuhkan, antara lain (1) pengelolaan administrasi perkantoran dan keuangan, (2) sumber daya mesin, alat, gedung, dan sebagainya, (3) pengelolaan sumber daya manusianya, (4) pelayanan kepada konsumen, (5) kualitas, kuantitas, harga produksi/jasa, dan (6) strategi pemasarannya. Pengelolaan profesional akan membawa implikasi positif bagi kemajuan perusahaan. Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan, agar suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik, antara lain :

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pertumbuhan dunia usaha yang semakin pesat ini, banyak perusahaan-perusahaan baru yang didirikan sehingga persaingan antar perusahaan-perusahaan sejenis semakin pesat. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perusahaan, manusia sebagai faktor tenaga kerja dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta aktif dan bersemangat dalam melaksanakan tugas, maka sangat penting dalam memberikan perhatian pada karyawannya. Salah satu upaya untuk mewujudkan perhatian tersebut adalah diterapkannya keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan, tetapi tanpa adanya perhatian dan pemeliharaan tenaga kerja, maka tujuan-tujuan Pertumbuhan dunia usaha yang semakin pesat ini, banyak perusahaan-perusahaan baru yang didirikan sehingga persaingan antar perusahaan-perusahaan sejenis semakin pesat. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perusahaan, manusia sebagai faktor tenaga kerja dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta aktif dan bersemangat dalam melaksanakan tugas, maka sangat penting dalam memberikan perhatian pada karyawannya. Salah satu upaya untuk mewujudkan perhatian tersebut adalah diterapkannya keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan, tetapi tanpa adanya perhatian dan pemeliharaan tenaga kerja, maka tujuan-tujuan

a. Melindungi teriaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Sebagai pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dapat merujuk pada Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam lingkungan perusahaan, masalah keselamatan kerja adalah penting karena dengan lingkungan kerja yang aman, tenang dan tentram, maka orang yang bekerja akan bersemangat dan dapat bekerja secara baik sehingga hasil kerjanyapun memuaskan. Didalam masyarakat yang sedang membangun dan salah satu aspek pembangun adalah bidang ekonomi dan sosial, maka keselamatan kerja lebih tampil kedepan lagi, dikarenakan cepatnya menerapkan teknologi dengan segala seginya. Dalam membangun tenaga kerja yang produktif, sehat, dan berkualitas perlu adanya manajemen yang baik, khususnya yang berkait dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Tujuan dari manajemen K3, antara lain (1) sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, (2) sebagai upaya Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam lingkungan perusahaan, masalah keselamatan kerja adalah penting karena dengan lingkungan kerja yang aman, tenang dan tentram, maka orang yang bekerja akan bersemangat dan dapat bekerja secara baik sehingga hasil kerjanyapun memuaskan. Didalam masyarakat yang sedang membangun dan salah satu aspek pembangun adalah bidang ekonomi dan sosial, maka keselamatan kerja lebih tampil kedepan lagi, dikarenakan cepatnya menerapkan teknologi dengan segala seginya. Dalam membangun tenaga kerja yang produktif, sehat, dan berkualitas perlu adanya manajemen yang baik, khususnya yang berkait dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Tujuan dari manajemen K3, antara lain (1) sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, (2) sebagai upaya

Penerapan kesehatan kerja yang baik akan membuat karyawan nyaman dalam menjalankan tugasnya, sebaliknya apabila lingkungan kerja kurang baik misalnya ventilasi yang kurang baik, penerangan dan kebersihan yang kurang memadai, ruangan yang sangat padat, penataan mesin/alat yang semrawut, serta suhu yang sangat panas akan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja karyawan. Kesehatan kerja yang baik dapat membuat para karyawan merasa betah atau merasa nyaman dan terjamin kesehatannya, sehingga dapat melakukan atau melaksanakan pekerjaannya dengan baik serta di tunjang oleh keselamatan kerja yang baik pula, maka dapat dipastikan produktivitas kerja karyawan akan meningkat. Kesehatan dan keselamatan kerja yang disesuaikan dengan "sistem ergonomi" (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan kemampuan dan fisik pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan handal.

Dalam Undang-undang Nomor

23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa

Gambar 11.1. Pakailah sepatu

membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

Peningkatan produktivitas dalam perusahaan adalah bertujuan diantaranya untuk mencapai tujuan dalam perusahaan, disamping itu produktivitas akan dapat meningkatkan pendapatan. Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa, peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang sesuai dengan masukan tenaga kerja

Salah satu wujud dari memberi rasa nyaman kepada karyawan adalah dengan memberikan jaminan kepada karyawan perusahaan yang antara lain adalah : jaminan tentang pengobatan dan perawatan karena pekerjaan, tentang gaji selama sakit, tunjangan kecelakaan kerja dan lain-lain yaitu : asuransi dan tunjangan berupa uang, termasuk dengan memberikan program-program pendidikan dan pelatihan. Disamping itu perusahaan juga dapat menambah perlengkapan dan peralatan yang Salah satu wujud dari memberi rasa nyaman kepada karyawan adalah dengan memberikan jaminan kepada karyawan perusahaan yang antara lain adalah : jaminan tentang pengobatan dan perawatan karena pekerjaan, tentang gaji selama sakit, tunjangan kecelakaan kerja dan lain-lain yaitu : asuransi dan tunjangan berupa uang, termasuk dengan memberikan program-program pendidikan dan pelatihan. Disamping itu perusahaan juga dapat menambah perlengkapan dan peralatan yang

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya:

(1) Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain;

(2) Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, fume, awan, cairan, dan benda-benda padat; (3) Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh- tumbuhan; (4) Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja; (5) Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara

pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya. Untuk mencegah gangguan kesehatan dan daya kerja, ada

beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh/karyawan tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu;

(1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Kemudian pemeriksaan kesehatan calon pekerja untuk mengetahui, apakah calon tersebut serasi dengan pekerjaan yang akan diberikan kepadanya, baik fisik, maupun mentalnya;

(2) Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk evaluasi. Apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan- gangguan atau kelainan-kelainan kepada tubuh pekerja atau tidak;

(3) Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada para buruh

secara kontinu. Itu penting agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

(4) Penerangan sebelum bekerja, agar mereka mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan, dan lebih berhati-hati; (5) Pakaian pelindung, misalnya; masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu, topi pakaian, dan sebagainya; (6) Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan, misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk agar tidak menjadi gangguan. Contoh lain, ialah isolasi pencampuran bensin dengan tetra-etil-timah hitam;

(7) Ventilasi setempat (local exhauster), ialah alat untuk menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan dari suatu tempat dihisap dan dialirkan keluar.

(8) Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan

yang kurang bahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya Carbontetrachlorida diganti dengan trichlor etilen, dan

(9) Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan kedalam ruang kerja. Itu bertujuan, agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini bisa lebih rendah mencapai Nilai Ambang Batas (NAB).

Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja, tidak hanya pada perusahaan yang bergerak di bidang produksi/ pabrik atau yang berkaitan langsung dengan mesin atau alat-alat berat, tetapi juga untuk perusahaan jasa atau perkantoran. Perusahaan percetakan selain bersentuhan dengan mesin-mesin cetak, juga mempunyai divisi pra Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja, tidak hanya pada perusahaan yang bergerak di bidang produksi/ pabrik atau yang berkaitan langsung dengan mesin atau alat-alat berat, tetapi juga untuk perusahaan jasa atau perkantoran. Perusahaan percetakan selain bersentuhan dengan mesin-mesin cetak, juga mempunyai divisi pra

• Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode

pelaksanaannya, antara lain : - Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap

perencanaan). - Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang membahayakan seperti asbes dll. - Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya

penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan. - Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift dll, lampu darurat menuju exit door).

- jaringan elektrik dan komunikasi. • Kualitas udara. - Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan. - Kontrol terhadap polusi - Pemasangan Exhaust Fan (perlindungan terhadap

kelembaban udara). - Pemasangan stiker, poster "dilarang merokok". - Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang

(lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan (lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan

- Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor). - Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas

yang menimbulkan debu, bau dll. - Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll. - Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara

jika AC mati. - Pemasangan fan di dalam lift. • Kualitas pencahayaan.

- Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan

jenis pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)

- Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll. - Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja

dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).

- Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang. - Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang digunakan. - Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap

tangga. • Kebisingan.

- Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.

- Di depan pintu ruang rapat diberi tanda " harap tenang, ada

rapat ". - Dinding isolator khusus untuk ruang genset. - Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan

konstruksi gedung dan tata ruang. • Display unit (tata ruang dan alat).

- Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas

untuk perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi. - Konsep disain dan dan letak furniture. - Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap