BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Proses industrialisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan peralatan kerja mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini menyebar ke lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis.

  Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat di tempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2009) .

  Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari suatu mesin atau benda bergerak merupakan sesuatu hal yang tidak disukai,tidak dikehendaki.Ketika mesin atau benda yang bergerak dirancang dan dibuat,biasanya telah dijadikan pertimbangan sejauh mana mesin atau benda bergerak tersebut menimbulkan getaran mekanis. Pada dasarnya getaran mekanis yang terjadi oleh karena beroperasinya mesin atau peralatan yang bergerak bukan bagian dari lingkungan kerja yang sengaja direncanakan atau diciptakan. Selain tidak disukai atau adanya getaran getaran mekanis di luar kehendak manusia,getaran mekanis ternyata dapat menyebabkan efek buruk kepada kesehatan dan mengganggu pelaksanaanpekerjaan.Untuk melindungi kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, perlu ditentukan batas paparan getaran mekanis sehingga aman bagi tenaga kerja (Suma’mur,2009).

  Transportasi darat merupakan salah satu sektor yang terus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan jenis kendaraan yang semakin banyak dan arus lalu lintas yang semakin padat. Inovasi dalam bidang ini berjalan terus menerus sesuai kebutuhan manusia akan daya jangkau dan jelajah yang semakin besar. Namun, disisi lain apabila tidak ditangani dengan baik teknologi ini dapat berubah menjadi mesin pembunuh yang sangat berbahaya (Wibowo, 2011).

  Ada beberapa faktor dalam lingkungan kerja, salah satunya adalah faktor fisik yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana transportasi darat berupa bus adalah paparan getaran yang berasal dari mesin bus. Getaran ini memapari tubuh pekerja. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/Menaker/1999 Menyatakan tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, getaran mekanis adalah gerakan yang teratur dari benda atu sebuah media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Hand Arm Vibration atau getaran tangan dan lengan pada umumnya dihubungkan dengan penggunaan pekakas yang bergetar, dan (2) Whole Body Vibration atau getaran seluruh tubuh, pada umumnya dialami oleh supir atau operator yang duduk pada suatu mesin yang bergetar seperti sarana angkutan yangdigunakan di pertanian, transportasi, pertambangan, dan kehutanan (Joubert, 2001).

  Angkutan umummerupakan salah satu alat transportasidarat yang menggunakan mesin. Mesin pada angkutan umum letaknya tepat dibawah tempat duduk supir yang merupakan sumber getaran. Angkutan umum yang beroperasi pada trayek tetap di kota Medan terdiri atas mobil penumpang umum (angkutan kota) ,bus kecil , bus sedang dan bus besar. Untuk angkutan umum yang tidak bertrayek dilayani oleh taksi danbecak mesin.Angkutan kota tertua di kota Medan disebut sudako. Sudako awalnya adalah jenis minibus daihatsu S38, lalu muncul daihatsu hijet 55 wide dan diikuti daihatsu hijet 1.000. Karena faktor usia perlahan jenis daihatsu S38 menghilang dan digantikan dengan minibus keluaran lebih baru (Asal usul angkot medan yang disebut suda

  Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan,Armansyah lubis menegaskan, operasional angkutan kota tua di Medan tidak ada izinnya, karena Dishub Medan tidak pernah lagi mengeluarkan perpanjangan speksi, bahkan angkutan kota ini tidak pernah melakukan pengujian kendaraan berkala. Seharusnya pengujian angkutan kota dilakukan 6 bulan sekali secara berkala dan diperiksa kelayakan angkutan tersebut mulai dari mesin, rem hingga pengujian emisinya. Hal ini bertujuan untuk kenyamanan supir dan penumpang serta menghindari kecelakaan lalu lintas akibat masih menumpuknya angkutan tua yang sudah tidak layak untuk beroperasi(Angkot Tua Tetap Beroperasi, Sumutpos. Co / angkot-tua-tetap-beroperasi).

  Kenyamanan transportasi tidak lepas dari getaranyangditimbulkan oleh kondisi kendaraan dan kondisi jalan yang dilalui.Getaran yang berasal dari kendaraan di pindahkan ke tubuh manusia melalui kaki, pada saat berdiri maupun duduk,bokong pada saat duduk atau tempat

  • – tempat penyangga pada sandaran kursi. Keseluruhan media getaran diatas, dapat menyebabkan getaran seluruh tubuh(Adhy, 2008).

  Pemaparan pada vibrasi dapat menyebabkan akibat negatif yang permanen bila dibiarkan tidak diperiksa dan tidak ditangani. Progress pengaruh negatif dari getaran terhadap kesehatan bersifat lambat, pada awalnya mulai terasa nyeri,saat pemaparan vibrasi berlangsung kontiniu, rasa nyeri berkembang menjadi luka atau penyakit. Nyeri adalah kondisi awal yang diamati dan harus diarahkan dalam rangka menghentikan akibat negatif(Soedirman,2014).

  Menurut Kvarnstrom (2003) nyeri yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap berbagai aspek dalam hidup, termasuk diantaranya psikologis dan kapasitas fungsi kehidupan sehari-hari. Nyeri dan derajat beratnya nyeri memiliki hubungan yang bermakna dengan gangguan fisik, fungsi emosional, fungsi peran sosial, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup (Jensen, 2007).

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adhy Dharma Adly pada tahun 2007, didapatkan hasil pengukuran getaran yang memapari tubuh

  2

  2 helper rata-rata sebesar 7,24 m/det dan salesmen sebesar 6,12 m/det .

  Menurut standar reaksi kenyamanan angka yang diperoleh dapat menyebabkan reaksi yang sangat tidak nyaman bagi pekerja. Besarnya keterpaparan helper disebabkan rambatan getaran mesin langsung diterima melalui tempat duduk sebelum merambat menuju tempat duduk salesmen( Adli, 2007).

  Pada efek mekanis,sel - sel jaringan mungkin akan rusak atau metabolismenya terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada sistim autonom. Kedua mekanisme ini terjadi secara bersama-sama. Getaran seperti ini dapat mengganggu kenikmatan kerja, pekerjaan terganggu karena kelelahan dan dapat berbahaya terhadap kesehatan seperti neuropati perifer pada nervus medianus didalam terowongan karpal pada pergelangan tangan (Suma’mur, 1996).

  Insiden neuropati perifer pada penduduk Amerika diperkirakan diatas 20 juta. Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8-9% penderita yang berobat ke fasilitas kesehatan di Amerika memiliki neuropati perifer baik sebagai diagnosis primer maupun sekunder. Biaya tahunan yang dikeluarkan pemerintah Amerika dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap kerusakan saraf ini mencapai 3,5 miliar dolar ( Wiryana, 2013 ).

  Menurut Bennet (1978) dan Tolisson (1998), di Amerika serikat terdapat kira-kira 75-80 juta penderita nyeri kronik, dengan 25 juta diantaranya penderita artritis. Diperkirakan ada 600.000 penderita artritis baru setiap tahunnya. Jumlah penderita nyeri neuropati lebih kurang 1% dari total penduduk diluar nyeri punggung bawah. Untuk nyeri punggung bawah sendiri diperkirakan 15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995).

  Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum diketahui, tetapi diperkirakan operasi dan trauma penyebab utama nyeri akut (Loeser, 1999).

  Di Cina, Chen dkk (2012) melaporkan sebanyak 126 (45,8%) dari 275 pasien pernah mengalami nyeri neuropati dengan durasi bervariasi antara antara 3 bulan sampai 30 tahun. Sebagian besar pasien mengeluhkan intensitas nyeri berat (55,5%) dan intensitas sedang (38,9%), dengan karakteristik nyeri seperti rasa kesemutan (54,8%), rasa seperti terbakar (24,6%), rasa seperti tersetrum listrik (9,5%), rasa seperti ditekan (8,7%) dan seperti tersayat (2,4%) (Patricia,2014).

  Berdasarkan penelitian Ernesta Patricia Ginting pada tahun 2014, ada hubungan yang bermakna antara nyeri neuropati dengan terganggunya kualitas hidup penderita Morbus Hansen. Karakteristik nyeri neuropati pada penderita Morbus Hansen didapatkan dengan tipe nyeri terbanyak adalah rasa kesemutan (89,3%), intensitas nyeri terbanyak adalah intensitas ringan (60,7%), lokasi nyeri terbanyak pada telapak tangan dan kaki (75%), dan dengan rata-rata durasinya 5,5 bulan ( Patricia, 2014 ).

  Saraf perifer memiliki fungsi yang sangat khusus pada bagian tertentu tubuh, hal ini menyebabkan timbulnya beragam gejala apabila terjadi kerusakan.Penderita akan mengalami rasa kaku, dingin, pedas, gatal, kebas- kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan diatas kapas, rasa tersandung waktu berjalan dan tidak stabil pada kaki. Penderita lainnya mungkin akan merasakan gejala yang lebih ekstrem seperti nyeri terbakarterutama pada malam hari ( Wiryana, 2013).

  Angkutan kota trayek 95 merupakan salah satu jenis angkutan umum tertua yang ada di kota Medan, beradadibawah naungan PU. Gajah Mada yang beralamat di jalan Veteran No.15 Pulo Brayan Bengkel Baru. Angkutan kota trayek 95 adalah minibus jenis daihatsu hijet 1000. Angkutan kota trayek 95 terdiri dari 30 unit dan mulai beroperasi pada tahun 1984.Penumpang angkutan kota trayek 95 terdiri dari anak sekolah dan ibu – ibu yang pergi berbelanja ke pajak.

  Angkutan kota trayek 95 memiliki 40 pekerja(supir). Supir angkutan kota trayek 95 mulai mengendarai angkutan kota pukul 05.00-18.00 WIB, berarti supir terpapar dengan getaran selama 13 jam dalam sehari. Jumlah ini berakumulasi setiap harinya. Padahal, lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-8 jam. Rute daripada angkutan kota trayek 95 ini adalah:Pasar IV

  • – Metal – Alumunium –Pasar bengkel – Brayan – Simpang BW(Cemara).Dari survey pendahuluan yang dilakukan, kondisi dari angkutan kota trayek 95 sebenarnya sudah tidak layak beroperasi.Dilihat dari kondisi bantalan tempat duduk supir yang tipis, setir yang sudah tidak memiliki kulit pelapis, pijakan kaki dankondisi mesin yang tidak baik. Hal ini tentu akan memperbesarpemaparan getaran terhadap tubuh supir angkutan kota trayek 95. Disamping itu kondisi jalan yang tidak rata dan berlubang mempengaruhi pemaparan getaran tersebut.
Semakin lama waktukerja dan masa kerja seseorang dengan terpapar getaran berarti jumlah paparan getaran yang dialami akan berakumulasi setiap harinya, yang akan menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan. Dengan melihat permasalahan diatas peneliti ingin melihatapakahada hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Masalah dianggap penting untuk diteliti, karena dampak getaran yang mungkin tidak disadari oleh supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan, yang mengakibatkan gangguan kesehatan, kemungkinan salah satunya adalah

  

neuropati perifer yang waktu ke waktu akan mempengaruhi derajat

kesehatan supir sesuai dengan lama dan masa kerjanya.

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Mengetahui hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan Tahun 2015.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui tingkat getaran pada tempat duduk supir dan setir pada angkutan kota trayek 95.

  2. Untuk mengetahui intensitas nyeri pada supir angkutan kota trayek 95.

  3. Untuk mengetahui proporsi nyeri neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95.

  4. Untuk mengetahui tipe nyeri terbanyak yang dialami supir angkutan kota trayek 95.

  1.4 Hipotesis Penelitian

  1. Ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

  2.Ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.

  1.5Manfaat Penelitian

  1. Untuk menginformasikan kepada supir dan memberi masukan upaya pencegahan dampak negatif pemaparan getaran terhadap kesehatan.

  2. Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.

  3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentangpenyakit akibat kerja khususnya tentang neuropati perifer.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 0 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Kerja 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja - Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 0 10

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

0 2 16

1. Dapur Rumah Responden - Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

1 2 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1 Definisi Diare - Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

0 4 48

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

0 0 9

HUBUNGAN KEPADATAN LALAT, PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PAYA PASIR KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2015

0 0 17

Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Getaran 2.1.1 Pengertian getaran - Hubungan Lama Kerja dan Masa Kerja dengan Neuropati Perifer Pada Supir Angkutan Kota Trayek 95 di Kota Medan Tahun 2015

0 0 21