HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH

  IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: SYAEKODIN NIM 11407199 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2009

HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH

  IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: SYAEKODIN NIM 11407199 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2009

  DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  website:

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Pengajuan Naskah skripsi

  Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga

  Di Salatiga A ssalam u’alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama : Syaekodin NIM : 11407199 Jurusan / Progdi : TARBIYAH / PAI

PERILAKU KEAGAMAAN

  Judul : HUBUNGAN

  ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian

  W assalam u’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 19 Agustus 2009

  JAKA SISWANTA. M.Pd NIP.

  li

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  n. Tentara Pelajar

02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga

  

PENGESAHAN KELULUSAN

  

Skripsi Saudara: SYAEKODIN dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11407199

yang berjudul HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA

  DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBT1DAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu yang bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I.).

  0 . .

  08 Ramadhan 1430 H Salatiga,--------------------------

  29 Agustus 2009 M

  

Panitia Ujian

Drs. H. M. Zulfa, M.Ag Drs. Taufigul Mu’in, M.Ag NIP. 19520430 197703 1 001 NIP. 19631205 199203 1 001

  

Jaka Siswanta, M.Pd

NIP. 19710219 20003 1 002

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Syaekodin NIM :11407199 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 19 Agustus 2009

  

IV

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO s , S * ‘ ' t A o o *

  A)U*oje«<»j j l & \ \ y / 9 j ) ^ 'o f j i j * ^

  2jy jr

’’Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya lahyang

pada akhirnya menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau M ajusi” ( H.R. Muslim )

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tua yang sangat aku sayangi dan aku cintai, karena dengan semangat dan dukungannya aku bisa bertahan untuk tetap selalu menjadi yang terbaik walaupun saya masih banyak kekurangannya dan perlu atau masih wajib belajar lebih giat lagi. Kakak-kakak tercinta (Qoni’ah, dan Slamet Widodo sekeluarga) yang telah mendukungku baik secara moral maupun materi, adik-adikku (Ipul dan Fat) yang sangat aku cintai dan aku harap adik-adikku dapat menjadi yang terbaik dan menjadi anak-anak yang soleh seperti harapan orang tua.

  Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. yang telah bersabar dalam mengarahkan dan memberi masukan-masukan dengan jurus jitunya kepada penulis, rekan-rekan seperjuangan di MI Darussalam Bancak (Pak Sholeh, Pak Khubet, Lek War,

  Alimin, serta rekan-rekan yang tidak dapat saya sebut satu persatu) selamat berjuang semoga sukses selalu, teman-teman senasib seperjuangan khususnya Pak Ketua kelas AB1 (Pak Asko) yang telah memberi semangat dengan info- info pentingnya, saya ucapkan terima kasih. Dan semua teman-temanku yang selalu aku banggakan dan dengan penuh harapan semua teman-teman dapat menjalin tali persaudaraan dihari kepannya, semua dosen beserta semua karyawan STAIN Salatiga, dan Keluarga besar As@Kom (Mas Fatur, dan Ibu sekeluarga) yang telah setia mendampingi,membantu dan rela menerima sebagian beban pikiranku dalam menyusunan skripsi ini saya ucapkan banyak- banyak terima kasih dan jangan kapok ya Mas Fat...! kalau suatu saat aku ajak lembur lagi...!

  

v

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang beijudul “HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009”, untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Tarbiyah.

  Penulis mengucapkan penghargaan yang tak terhingga kepada:

  1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah menyetujui pembahasan skripsi ini

  2. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

3. Para Dosen dan Staf Pengajar di lingkungan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga menyelesaikan skripsi ini.

  4. Kepala MI Darussalam Bancak, Bapak Muh. Sholeh, S.Ag yang telah memberikan ijin pada penelitian ini

5. Ibu, Bapak tercinta yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil.

  Semoga amal baik dan bantuannya tersebut mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya. Amiin.

  

vi

  

ABSTRAK

  Syaekodin. 2009. Hubungan Perilaku Keagamaan Orang Tua dengan Akhlak

  Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2009. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.

  Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd

  Kata Kunci: perilaku keagamaan orang tua, akhlak siswa Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai akhlak pada diri anak. Karena keteladanan adalah hal yang paling baik untuk membentuk pribadi anak yang berakhlak mulia, orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan keagamaannya, perilaku keagamaannya dan selalu memberikan contoh yang baik kepada anak. Penulis menemukan bahwa di lingkungan pendidikan MI Darussalam tersebut banyak guru yang berpendapat bahwa akhlak siswa-siswi di MI Darussalam mulai menurun. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Tahun 2009 dan hubungannya dengan akhlak siswa. Penelitian dilakukan di MI Darussalam Bancak, Bancak, pada bulan Juli-Agustus 2009. Populasi penelitian sejumlah 170 siswa, pengambilan sampel sejumlah 81 siswa diperoleh dengan metode

  nonprobability sampling yaitu dengan purposive sampling.

  Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku keagamaan orang tua, bagaimana akhlak siswa dan apakah terdapat hubungan diantara keduanya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang termasuk dalam penelitian kuantitatif dan dilaksanakan dengan metode angket.

  Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Tahun 2009/2010 tergolong tinggi, didukung data 38 responden (46,9%) menjawab pada kategori tinggi, sedangkan 9 responden (11,1%) dan 34 responden (42,0%) menjawab pada kategori rendah dan sedang. Adapun akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Tahun 2009/2010 tergolong tinggi, didukung data 33 responden (40,7%) menjawab pada kategori tinggi. Uji hipotesis menunjukkan ada hubungan antara perilaku keagamaan dengan akhlak siswa, didukung nilai koefisien korelasi 0,557.

  Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif dan kuat antara perilaku keagamaan dengan akhlak siswa. Penulis menyarankan agar dilakukan tindak lanjut atas temuan orang tua yang perilaku keagamaannya masih rendah dan siswa yang akhlaknya masih kurang oleh pemuka agama dan guru.

  

vii

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

viii

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

  

ix

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keadaan Guru dan Karyawan MI Darussalam Bancak............ 47Tabel 3.2 Keadaan Siswa MI Darussalam Bancak Tahun 2009............... 48Tabel 3.3 Jawaban Angket Orang Tua Siswa MI Darussalam Bancak..... 48Tabel 3.4 Jawaban Angket Siswa MI Darussalam Bancak Tahun 2009... 50Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Keagamaan Orang Tua.............. 54Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Akhlak Siswa........................................... 57Tabel 4.3 Tabel Kerja Koefisien Korelasi antara Variabel X Dan Y........ 61

  x

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Komite Sekolah MI Darussalam............. 45

  

xi

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Angket Untuk Orang Tua

  Lampiran 2 : Angket Untuk Siswa Lampiran 3

  : Hasil Uji Validitas Variabel X Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas Variabel Y Lampiran 5

  : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X Lampiran 6

  : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Y Lampiran 7

  : Statistik Deskriptif Variabel X Lampiran 8

  : Penggolongan Perilaku Keagamaan Orang Tua Lampiran 9

  : Statistik Deskriptif Variabel Y Lampiran 10 : Penggolongan Akhlak Siswa Lampiran 11 : Tabel Value of R Product Moment

  XU

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Melihat catatan sejarah bahwa Nabi Muhammad saw. diturunkan ke bumi dengan membawa misi yaitu “sebagai penyempurna akhlak manusia”.

  Masyarakat yang semula tidak tenang dan terombang-ambing hidupnya, penuh ketakutan berubah menjadi masyarakat yang penuh kedamaian dan keselamatan sehingga membawa suasana yang penuh kebahagiaan. Karena sikap atau perbuatan yang luhur dari pribadi Nabi Muhammad saw, maka sedikit demi sedikit beliau berhasil membangun masyarakat dan menanamkan akhlak mulia dan beriman hanya kepada Allah swt. Sebagaimana sabda Nabi saw : Artinya : “Sesungguhnya aku diutus Allah swt. Untuk menyempurnakan

  (memperbiki) akhlak manusia” ( H.R. Ahm ad).(Multahim, dkk, : 2006:192)

  Dari hadis di atas, kita dapat memahami bahwa sangatlah penting akhlak bagi diri seorang muslim. Oleh karena pendidikan akhlak sudah seharusnya ditanamkan dalam jiwa anak sejak kecil.

  Dalam hal ini orang tua mempunyai peranan yang sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai akhlak pada diri anak. Karena orang tua dalam lingkungan keluarga merupakan sarana pendidikan yang utama dan pertama bagi anak, disinilah anak mulai dikenalkan dengan agama, moral serta

  

1 bagaimana berinteraksi terhadap sesama. Selain itu, orang tua berperan untuk menciptakan persahabatan, kecintaan rasa aman, hubungan antar pribadi yang bersifat kontinu, semua itu merupakan dasar bagi perkembangan kepribadian anak (Ahmadi, 1982:155). Peran itu tidak hanya memberi fasilitas hidup, perhatian, bimbingan dan nasehat, justru amat sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan kepribadian atau akhlak anak (Ahmad, 1987:19).

  Setiap manusia diciptakan oleh Allah swt. dalam keadaan fitrah (suci), sehingga orang tuanyalah yang akan membentuk kepribadian anaknya, baik dari segi moral, aqidah maupun intelektual anak tersebut. Dalam hal ini Rosulullah saw. Bersabda:

  <0 j \ <01 j f o \ o j i a i J l J i ”

  Artinya : "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang

  tuanyalah yang pada akhirnya menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi” ( H.R. Muslim) (Mustofa, 1993:587)

  Di dalam hadits tersebut dinyatakan dengan jelas, bahwa setiap anak terlahir ke dunia dalam keadaan suci, belum memiliki ilmu sedikitpun, dan oleh karena itu, belum memiliki dosa. Kata fitrah juga dapat diartikan bahwa anak tersebut ketika lahir sebenarnya telah beragama Islam, orang tuanya lah yang nantinya menyebabkan dia beragama Yahudi, Nasrani atau pun Majusi. Orang tua yang membentuk kepribadian anak pertama kali. Secara lebih luas, maka keluargalah yang membentuk kepribadian anak selanjutnya.

  Keluarga sebagai peletak dasar perilaku anak, memiliki tanggung jawab yang besar dalam memperkuat pondasi akhlak anak. Keluarga adalah lingkungan pertama tempat anak menimba pengetahuan, sehingga peran orang

  2 tua sangat vital dalam membentuk pondasi yang kokoh bagi terbentuknya akhlak anak yang mulia. Oleh karena itu, orang tua harus benar-benar memperhatikan bagaimana cara meletakkan dasar-dasar akhlak mulia yang kokoh bagi putra-putrinya.

  Kepedulian orang tua terhadap pembentukan pondasi yang kokoh bagi akhlak anak harus dimulai dari dirinya sendiri. Karena keteladanan adalah hal yang paling baik untuk membentuk pribadi anak yang berakhlak mulia. Oleh karena itu orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan keagamaannya, perilaku keagamaannya dan selalu memberikan contoh yang baik kepada anak. Disinilah perilaku keagamaan orang tua berperan dalam pembentukan akhlak anak. Jika keteladanan orang tua telah bagus, kemudian anak memperoleh pondasi yang kokoh tentang akhlak yang mulia, maka akan terbentuk sebuah masyarakat yang berakhlak, akhirnya bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju.

  Sebuah bangsa tidak mungkin dapat bergerak maju ke depan, kecuali dengan disertai gerak majunya akhlak mereka yang mulia. Bangsa dengan generasi muda yang pintar tanpa disertai akhlak yang mulia hanya akan menjadi bangsa yang sombong dan takabur, akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri dan berada dalam kemunduran. Budi pekerti yang buruk jelas merupakan kerusakan akhlak dari generasi muda dan tiap-tiap orang dalam masyarakat yang perlu diperangi melalui pendidikan. Hal lain yang juga sangat penting adalah adanya pendidikan yang teratur dan rapi dalam

  3 memelihara terjaminnya ketertiban hukum dan terlaksananya kesadaran bernegara dalam tubuh bangsa bersangkutan (al Ghalayaini, 1976:72-73).

  Sejarah selalu mencatat bahwa kehancuran sebuah negara selalu didahului oleh rusaknya akhlak generasi mudanya. Kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Umayah maupun Abasiyah Islam pun hancur karena penguasanya mabuk akan kekayaan, akhirnya praktik mengingkari janji yang merupakan akhlak utama bangsa Arab diabaikan. Akhirnya umat menjadi lemah dan saat musuh datang, negara tidak lagi dapat mempertahankan diri.

  Masa anak-anak adalah masa kritis awal yang harus diperhatikan secara saksama. Masa ini adalah peletak dasar pertama terhadap perkembangan selanjutnya di masa remaja. Dra. Hj. Endang Poerwanti dan Drs. Nur Widodo menyebut hal ini sebagai perkembangan awal lebih kritis dari perkembangan selanjutnya. Perkembangan merupakan proses kontinum, dimana perkembangan sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya, maka kesalahan ataupun gangguan pada perkembangan awal akan terus mempengaruhi perkembangan-perkembangan berikutnya.

  Faktor keteladanan orang tua tidak dapat dikesampingkan. Hal ini karena keteladanan merupakan masalah utama karena manusia belajar dengan meneladani. Disamping hal itu, proses pembelajaran sesungguhnya berawal dari keluarga. Orang tua adalah teladan pertama dan paling utama bagi anak dalam hidupnya. Orang tua adalah peletak dasar-dasar kepribadian seorang anak. Apabila perilaku keagamaan dan keteladanan orang tua tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka hal itu juga akan ditiru oleh anak. Dalam hal ini,

  4 Dr. Zakiyah Daradjat mengatakan, “Orang tua adalah pembina dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sedikitnya masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh (Daradjat, 1976:76)

  MI Darussalam merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang terletak di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang yang penduduknya mayoritas bermata pencaharian petani dan beragama Islam. Dari data yang berhasil penulis kumpulkan dari MI Darussalam, sebagian besar orang tua dari siswa yang sekolah di lembaga tersebut bermata pencaharian petani. Mereka rata-rata berpendidikan dasar dan menengah. Bahkan tidak sedikit yang tidak mengenyam pendidikan formal.

  Kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh orang tua dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan, khususnya mengenai ilmu agama.

  Didukung oleh kurangnya ilmu agama, maka praktek keagamaan yang mereka jalankan pun kurang.

  Penulis menemukan bahwa di lingkungan pendidikan MI Darussalam tersebut banyak guru yang berpendapat bahwa akhlak siswa-siswi di MI Darussalam sangat kurang. Banyak siswa yang tidak ngajeni kepada guru, terlihat dari penggunaan bahasa yang kurang sopan, kurang patuh jika diarahkan, dan perilaku berbohong yang banyak ditemukan pada diri siswa.

  Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam.

  5 Apakah benar bahwa perilaku keagamaan mereka rendah? Selain itu, penulis juga ingin meneliti mengenai akhlak siswa di MI Darussalam.

  Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KEAGAMAAN

  ORANG TUA DENGAN AKHLAK ANAK DI MI DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam

  Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009?

2. Bagaimanakah akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak

  Kabupaten Semarang tahun 2009?

  3. Apakah ada hubungan antara perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di M3 Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan pokok masalah, maka yang menjadikan tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

  

6

1. Untuk mengetahui perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam

  Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009

2. Untuk mengetahui akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan

  Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009

  3. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2009

D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah ”suatu jawaban yang bersifat sementara sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto, 1984:62) atau jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti (Sarwono, 2006:65). Dengan kata lain hipotesis adalah merupakan praduga yang mungkin benar dan mungkin juga salah (Hadi, 1981:63). Menurut Prof. Dr. S. Nasution, hipotesis adalah ’’pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”.

  Dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis bahwa ”ada hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak siswa di MI Darussalam Bancak, Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009”.

  

7

E. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini memiliki kegunaan yang dikategorikan dalam dua jenis, yaitu dalam bidang teoretis dan dalam bidang praktis. Dalam bidang teoritis, penulis berharap agar hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu khususnya dalam disiplin ilmu tarbiyah dan dalam bidang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam arti yang lebih umum.

  Secara praktis, penulis berharap penelitian ini dapat membantu orang tua untuk lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak anaknya. Salah satunya adalah faktor keteladanan yang berasal dari orang tua sendiri, yaitu perilaku keagamaan orang tua. Hal ini penting diketahui karena orang tua adalah peletak dasar akhlak bagi anak mereka di masa mendatang, sedangkan anak, adalah pribadi yang masih mencari figur yang dapat dicontoh. Sesuai dengan pendapat Prof. dr. Zakiah Daradjat (1976:76) bahwa “orang tua adalah pembina dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan....”, maka baik buruknya akhlak anak merupakan tanggung jawab dari orang tua, sebagai figur pertama yang mereka contoh. Kemudian apabila dari lingkungan keluarga dapat terbentuk pribadi-pribadi baru yang berakhlak mulia, maka Indonesia, secara lebih luas, akan memiliki generasi-generasi yang tangguh dan dapat diandalkan. Dari sinilah diketahui bahwa penelitian ini perlu dilaksanakan.

  8 Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak, baik dalam bidang keilmuwan maupun dalam bidang kehidupan praktis di masyarakat.

  Dalam bidang keilmuwan, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para pengajar, dosen, pelajar, dan mahasiswa sebagai sumber pengembangan keilmuwan islam khususnya tarbiyah. Sedangkan dalam bidang kehidupan praktis, dapat dipakai sebagai pegangan bagi orang tua untuk mendidik anak berakhlak mulia.

F. Definisi Operasional

  Dalam sebuah istilah banyak menimbulkan penafsiran yang berbeda- beda, maka sangatlah penting penulis menjelaskan beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Hal ini penulis maksudkan untuk menghindari teijadinya kesalah fahaman dalam penafsiran terhadap istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh

  Artinya daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Depdikbud, 1995:747)

2. Perilaku Keagamaan

a. Perilaku

  Artinya tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005:859).

  

9

b. Keagamaan

  Artinya yang berhubungan dengan agama (Depdiknas, 2005:12).

  Selanjutnya arti perilaku keagamaan adalah suatu tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dalam beragama, khususnya yang berhubungan dengan ibadah dan muamalah.

  Indikator perilaku keagamaan orang tua antara lain : 1) Rajin melaksanakan ibadah shalat wajib tepat waktu

  2) Rajin melaksanakan ibadah shalat wajib berjamaah 3) Rajin melaksanakan shalat sunat rawatib 4) Rajin melaksanakan puasa bulan ramadhan sebulan penuh 5) Mengganti segera mungkin puasa ramadhan yang ditinggalkan karena adanya halangan.

  6) Rajin mengeluarkan zakat fitrah setelah selesai melaksanakan puasa bulan ramadhan.

  7) Rajin membaca Al-Qur’an dalam setiap hari. 8) Sering berkunjung ke rumah kerabat untuk menjalin silaturrahmi 9) Rajin mengikuti kegiatan Keagamaan di masyarakat.

  10) Berusaha sekuat tenaga agar mampu menunaikan ibadah haji.

  10

3. Akhlak

  Pengertian akhlak akan lebih jelas, apabila kita lihat secara etimologis dan sekaligus secara terminologis, pengertian tersebut ialah:

a. Etimologis

  Kata akhlak adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab Al-Akhlak.

  Ini merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khuluq yang berarti budi pekerti tabiat atau watak, selanjutnya arti ini sering disepadankan (disinonimkan) dengan kata: Etika, moral, kesusilaan, tata krama, atau sopan santun (Halim, 2000:8).

b. Terminologis

  Akhlak ialah perbuatan-perbuatan seseorang yang telah mempribadi, dilakukan secara berulang atas kesadaran jiwanya tanpa memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa adanya unsur pemaksaan dari pihak lain (Halim, 2000:12).

  Indikator akhlak anak yaitu: 1) Sopan santun dalam bicara kepada orang tua

  2) Mengucapkan salam terlebih dahulu ketika masuk rumah 3) Minta ijin orang tua jika akan meninggalkan rumah

  4) Mencium tangan orang tua jika pergi dari rumah 5) Berani mengakui kesalahan dan minta maaf pada orang tua

  6) Sopan santun dalam bicara kepada tetangga 7) Bersabar dalam menghadapi masalah dengan tetangga

  8) Tidak suka memandang rendah orang lain

  11

  9) Mengucapkan salam bila bertemu teman 10) Sopan santun dalam bicara pada teman

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

  Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan studi korelasional. Sedangkan penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif termasuk ke dalam kategori penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya (Subana, 2005:26). Dalam penelitian ini penulis bermaksud meneliti mengenai hubungan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak anak. Penulis terdorong untuk mencari tahu apakah ada hubungan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak anak. Dengan kata lain, apakah akhlak anak berhubungan dengan perilaku keagamaan orang tua mereka dalam kehidupan sehari- hari.

  Penelitian ini mengarah pada studi korelasional sejajar dengan teknik angket. Variabel yang penulis teliti bukanlah variabel sebab-akibat hasil eksperimen, melainkan hanya variabel dengan hubungan sejajar saja.

  Studi korelasional berarti studi yang hanya mencari hubungan antara dua variabel atau lebih saja, dengan tanpa memberikan perlakuan khusus pada salah satu variabel. Penulis hanya mencari hubungan antara variabel x,

  

12 yaitu perilaku keagamaan orang tua dengan variabel y, yaitu akhlak siswa. Penulis tidak memberikan perlakuan khusus pada salah satu variabel, oleh karena itu penelitian ini termasuk studi korelasional sejajar.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009.

3. Populasi dan Sampel

  a. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri- cirinya akan diduga (Singarimbun, 1995:152). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah 170 Siswa.

  b. Sampel Sampel adalah proses menarik sebagian subjek, objek, atau gejala yang ada pada populasi (Sudjana, 1988:71).

  Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini termasuk dalam golongan

  nonprobability sampling.

  Dalam metode nonprobability sampling, peneliti mengambil sampel tidak dengan cara acak {random).

  13

  Purposive sampling sendiri memiliki arti bahwa “sampel diambil

  dengan maksud atau tujuan tertentu” (Mustofa, 2000). Teknik

  nonprobability sampling

  ini penulis terapkan karena adanya beberapa kendala dalam pengambilan sampel. Kendala tersebut adalah; adanya kesulitan yang disebabkan oleh perbedaan umur yang tinggi dan kemampuan akademis siswa yang berbeda dari kelas 1 hingga kelas 6 akan mempersulit penulis memperoleh data melalui angket. Selain itu, karena lingkup penelitian penulis adalah mengenai akhlak, maka siswa yang lebih tepat untuk diambil sebagai subjek penelitian adalah kelas 4, 5 dan 6 karena pada tingkatan ini, siswa dinilai telah baligh menurut Islam dan telah dikenai hukum syariat. Jumlah sampel seluruhnya dari kelas 4, 5 dan 6 adalah 81 siswa.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

  Yaitu metode ilmiah sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1995:136) atau pengertian yang digunakan adalah suatu metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki (Hadi, 1986:136).

  Metode ini digunakan sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data kondisi secara umum mengenai MI Darussalam Bancak, seperti letak geografis, data berupa bagan, struktur organisasi dan lain sebagainya.

b. Metode Interview

  Metode interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan dengan telinga sendiri (Hadi, 1995:192). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi mengenai sejarah MI Darussalam Bancak serta data-data khusus yang mendukung latar belakang diadakannya penelitian seperti pendapat para guru dan orang tua mengenai akhlak siswa.

c. Metode Angket

  Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya atau suatu daftar yang berisikan pertanyaan mengenai suatu hal atau bidang tertentu (Ningrat, 1977:179).

  Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kec.

  Bancak Kab. Semarang.

d. Metode Dokumentasi

  Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada Subjek penelitian. Dokumentasi dapat berupa catatan pribadi, buku, notulen rapat, catatan khusus (Sukandarrumudi, 2004:100). Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

  15 yang bersifat dokumentasi, misalnya biodata siswa, biodata orang tua siswa, guru dan karyawan.

5. Instrumen Penelitian

  Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis membuat sebuah instrumen penelitian yang di dalamnya mengandung pertanyaan-pertanyaan tentang variabel-variabel yang ingin diteliti dan diketahui datanya.

  Instrumen penelitian yang penulis gunakan adalah berupa angket. Angket adalah salah satu instrumen penelitian nontes. Selain angket, penulis juga menggunakan instrumen penelitian yang lain berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.

  Karakteristik instrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaklah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas (Subana, 2005:127).

  Pemenuhan syarat validitas dan reliabilitas tersebut biasanya dilakukan dengan pengujicobaan instrumen jika instrumennya dibuat sendiri oleh peneliti. Alangkah baiknya jika instrumen yang dipakai sudah teruji valid dan reliabel oleh peneliti-peneliti sebelumnya, sehingga menjadi instrumen baku dan dapat dipergunakan oleh siapapun dan kapan pun.

  Instrumen yang penulis gunakan penulis buat sendiri, sehingga perlu diuji mengenai validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji tingkat kelayakan (validitas dan reliabilitas) angket diberikan kepada responden {sample) yang terlebih dulu diujicobakan kepada 50 responden. Untuk menguji validitas instrumen, penulis menggunakan cara seperti yang dikemukakan oleh Azuar Juliandi (2007), yaitu dengan metode validitas konstruk memanfaatkan program Microsoft Exel. Menurut beliau, “untuk menguji validitas dapat menguji ’’korelasi skor- skor setiap item angket dengan skor total variabelnya”. Kriterianya adalah suatu item instrumen valid jika nilai korelasinya adalah ’’positif’ dan “lebih besar atau sama dengan r tabel”. Nilai r tabel untuk n=50 adalah 0,279. Nilai korelasi tiap item pertanyaan dengan item total harus lebih dari 0,279 untuk dapat dikatakan bahwa item pertanyaan itu valid. Hasil uji validitas konstruk ini menyatakan bahwa semua item pertanyaan baik variabel x maupun variabel y pada angket yang penulis buat adalah valid.

  Nilai korelasinya berturut-turut dari pertanyaan 1 sampai pertanyaan 10 untuk variabel x adalah : 0,385; 0,525; 0,473; 0,416; 0,657; 0,739; 0,403; 0,459; 0,491; 0,443. Sedangkan nilai korelasi item pertanyaan 1 sampai 10 variabel y berturut-turut adalah: 0,528; 0,580; 0,400; 0,481; 0,691; 0,428; 0,420; 0,584; 0,449; 0,530 (hasil uji validitas terlampir).

  Untuk uji reliabilitas instrumen penelitian, penulis juga menggunakan teknik yang dijelaskan oleh Azuar Juliandi, yaitu dengan metode Split Half. Metode ini mensyaratkan bahwa nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item angket yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas. Karena item pertanyaan penulis semua valid, maka semuanya penulis masukkan untuk diuji. Juliandi (2007) mengutip pendapat dari Ghozali bahwa “Kriterianya,

  17 instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,60.” Uji reliabilitas instrumen variabel x dengan metode Split Half ini menghasilkan nilai korelasi 0,673. Nilai tersebut lebih dari 0,60 sehingga instrumen penelitian variabel x dinyatakan valid.

  Sedangkan untuk variabel y menghasilkan nilai 0,614 sehingga dikatakan instrumen ini pun reliabel (hasil perhitungan reliabilitas terlampir).

a. Spesifikasi Angket

  Langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan angket adalah spesifikasi data yaitu disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuannya. Spesifikasi data dilakukan dengan cara menyusun kisi-kisi angket yang terdiri dari:

  1) Menentukan konsep tentang perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa.

  2) Menentukan aspek dan indikator yang diukur dari variabel perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa.

  3) Menyusun butir-butir pertanyaan

b. Cara Pemberian Skor

  Untuk mengukur tanggapan responden terhadap masing- masing variabel digunakan skor pada skala likert dengan kategori: jawaban sangat setuju diberi skor 5, jawaban setuju diberi skor 4, jawaban netral diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi skor 2, jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1.

  18 Angket terdiri dari dua kelompok pertanyaan. Kelompok pertama adalah pertanyaan untuk mengukur variabel perilaku keagamaan orang tua, beijumlah 10 butir, dan kelompok kedua adalah untuk mengukur variabel akhlak siswa, beijumlah 10 butir.

  Skor maksimal untuk variabel perilaku keagamaan orang tua didapat jika responden menjawab seluruh pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (tertinggi) yaitu beijumlah 50 dan skor minimal didapat jika responden menjawab seluruh pertanyaan dengan jawaban sangat tidak setuju (terendah) yaitu berjumlah 10. Sedangkan skor maksimal dan minimal untuk variabel akhlak siswa berturut-turut adalah 50 dan

  10 .

6. Analisis Data

a. Analisis Pendahuluan

  Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing variabel, sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing penelitian.

  Analisis ini digunakan rumusan Prosentase : P = — : 100%

  N

  Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi Mentah N = Jumlah Total Responden

  19

b. Analsis Lanjutan

  Analsis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kec. Bancak Kab. Semarang dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Penulis menggunakan product

  moment

  dengan rumusan sebagai berikut:

  R x y = ____ ___ —i

  N*y-<Z*yx.y) J { N Z x - G . x ) ) { N l y - ( L y ) )

  Keterangan: Rxy = Koefisiean antara variable x dan variable y

  N = Banyaknya data X = Variabel pengaruh Y

  = Variabel terpengaruh

  x = Jumlah skor dalam distribusi x Z

  = Jumlah skor dalam distribusi y Is

  = Jumlah kuadrat skor x

  l x

  = Jumlah kuadrat skor y

H. Sistematika Penulisan

  Bab I Pendahuluan, bab ini menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang menjadi landasan keija awal penelitian yaitu; latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, dan metodologi penelitian serta sistematika penulisan skripsi. Bagian ini merupakan kerangka dasar yang menjadi pangkal pijak dan mengarahkan aktivitas peneliti.

  

20

  BAB n KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Keagamaan Orang Tua

1. Perilaku

  Seperti yang telah dijabarkan pada bab di depan, perilaku mempunyai pengertian yaitu tanggapan reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

  Masalah perilaku ini memperoleh perhatian yang cukup besar dari al-Mawardi. Menurut Fakhry (1996:86), “Bagian ketiga dari karya al-Mawardi Adab al-Dunya wa al-Din juga berhubungan dengan

  ‘perilaku individu’....” Masih dalam Fakhry, perhatian al-Mawardi sangat besar dalam hal analisis mengenai kebaikan-kebaikan manusia, seperti kerendahan hati, sikap yang baik, kesederhanaan, kontrol diri, amanat dan terbebas dari iri hati serta kebaikan-kebaikan sosial, seperti ucapan yang baik dan menjaga rahasia, iffah, sabar dan tabah, memberi nasehat baik, menjaga kepercayaan dan kepantasan. Namun penjelasan yang terakhir ini lebih berisikan mengenai akhlak,

a. Pengertian Perilaku Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs.

  Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang beijalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini

  22 mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku.

  Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada di balik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia.

  Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekeija, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003:114).

  Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

  23

  (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini teijadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S - O - R” atau Stimulus - Organisme - Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

1) Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

  Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.

  Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal

  misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya. 2) Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon.

  Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya

  24

  (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

b. Bentuk Perilaku

  Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup {covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. 2) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek {practice).

c. Domain Perilaku

  Telah dituliskan sebelumnya bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

  25

  1) Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007: 139)

d. Proses Terjadinya Perilaku

  Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut teijadi proses yang berurutan, yakni.