Perancangan Media Informasi Interaktif di Museum Batik Pekalongan

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI INTERAKTIF MUSEUM BATIK PEKALONGAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh :

Joshua Abraham Athur 51910256

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Joshua Abraham A

Alamat : Jl.Bagusrangin I no 56 RT 03/07 kel.Lebak gede Kec.Coblong Bandung 40132

Telepon/E-mail : 085642800007/joshua.a.athur@gmail.com Tempat/Tgl. Lahir : Surabaya, 17 April 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Status : Mahasiswa

Latar Belakang Pendidikan

1997 – 2003 Sekolah Dasar Negeri 02 Sampangan

2003 – 2006 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pekalongan 2006 – 2010 Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS ... ii

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 4

I.4 Batasan Masalah... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II MUSEUM BATIK II.1 Pengertian Multimedia ... 5

II.1.1 Sejarah Multimedia ... 6

II.1.2 Kelebihan komunikasi via multimedia ... 6

II.1.3 Multimedia Linear ... 7

II.1.4 Multimedia Interaktif ... 7

II.1.5 Jenis Mutimedia Interaktif ... 8

II.2 Museum ... 8

II.2.1 Pengertian Museum ... 8

II.2.2 Sejarah Museum ... 9

II.2.3 Fungsi Museum ... 12

II.2.4 Jenis-jenis Museum ... 12


(6)

II.2.1 Pengertian Batik ... 13

II.3.2 Sejarah Batik ... 14

II.3.3 Jenis Batik ... 18

II.4 Museum Batik ... 20

II.4.1 Museum Batik Yogyakarta ... 20

II.4.2 Museum Ullen Sentalu ... 21

II.4.3 House of Danar Hadi ... 21

II.4.3 Museum Batik Pekalongan ... 22

II.5 Analisis SWOT ... 26

II.5.1 Target Audiens ... 27

II.6 Permasalahan... 27

II.7 Solusi Permasalahan ... 28

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 29

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 29

III.1.1.1 Pendekatan Visual ... 29

III.1.1.2 Pendekatan Verbal ... 30

III.1.2 Strategi Kreatif ... 30

III.1.3 Strategi Media ... 30

III.1.4 Strategi Distribusi ... 32

III.2 Konsep Visual ... 33

III.2.1 Format Desain ... 33

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 33

III.2.3 Tipografi ... 34

III.2.4 Ilustrasi ... 35

III.2.5 Warna ... 38

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Teknis Media ... 40


(7)

IV.2.1 Media Penunjang ... 43

IV.2.1.1 X-Banner ... 43

IV.2.1.2 Poster Cetak ... 44

IV.2.1.3 Buku Panduan... 45

IV.2.1.4 Stiker ... 46

IV.2.1.4 Flyer... 47


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa Yumaladini.2008. Museum Batik Yogyakarta. Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung.

Anonim. 2010 (23 Oktober). Pengertian museum dan museologi. Tersedia di:

http://sasadarahayunira.com/2010/10/pengertian-museum-dan-museologi.html[24 juni 2013]

Asrori, Mohammad. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Calvin Nainggolan. 2009 (18 April). Sejarah Museum. Tersedia di: http://godangisina.com[2 Juli 2013]

Direktorat Museum. 2009. Ayo Kita Mengenal Museum

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. (2002). Instructional media and technology for learning, 7th edition. NewJersey: Prentice Hall, Inc. Helen Ishwara.,Supriyanto Yahya.L.R.,Xenia Moeis. (2011) Batik Pesisir.Pustaka

Indonesia.

Ironayan. 2009 (15 Juli). Jenis-jenis batik. Tersedia di: http://pesonabatikindonesia.com[16 Agustus 2013]

Mustofa. 2009 (24 Juni). House of Danar Hadi. Tersedia di: http://houseofdanarhadi.com[11 Desember 2013]

Pranata, Hamdan G. (2002). Hubungan Antara Penggunaan Multimedia Dalam Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Ruhimat, Toto. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah rahmat dan hidayah-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir yang berjudul "Perancangan Media Informasi Interaktif Museum Batik Pekalongan".

Penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Akhir untuk jenjang pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing, membantu, mengarahkan, serta dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun Laporan Pengantar Tugas Akhir ini.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penyajian isi materi. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga Laporan Pengantar Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, April 2014


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia pariwisata memegang peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi. Dari hasil devisa sektor pariwisata ini telah menjadi sumber pendapatan nomer tiga setelah komoditi minyak dan gas bumi serta kelapa sawit. Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Hal ini terjadi karena memang Indonesia dikenal dengan potensi alam dan budayanya yang menjadi faktor penarik dari kepariwisataan di Indonesia.

Kekayaan alam yang ada di Indonesia memang benar-benar unik dan khas yang tidak dapat dijumpai di negara manapun. Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga memiliki beribu-ribu pulau dan masih banyak pulau yang belum dihuni. Semua potensi alamini benar-benar menarik untuk dikunjungi. Pantai, taman laut, taman nasional, dan pegunungan merupakan contoh dari wisata alam yang dapat di kunjungi oleh para wisatawan yang datang. Indonesia juga kaya dengan warisan budaya yang juga layak untuk di kunjungi. Keanekaragaman suku, bangsa dan bahasa serta artefak budaya yang ada semakin menambah kekayaan wisata Indonesia. Wisata budaya juga ditawarkan melalui museum dan tempat-tempat bersejarah di Indonesia lainnya.

Museum adalah salah satu tempat wisata yang menawarkan wisata edukasi mengenai sejarah atau keilmuan, hingga saat ini banyak sekali museum-museum didirikan di Indonesia guna mempermudah khalayak untuk mendapatkan pengetahuan di masa lampau juga saat ini. Banyak sekali ilmu sejarah ataupun budaya peninggalan leluhur yang bisa didapatkan di museum. Museum dapat ditemui di berbagai kota di Indonesia, salah satunya adalah kota Pekalongan .

Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di Jawa Tengah yang memiliki kawasan wisata yang cukup potensial. Kota Pekalongan mempunyai sejarah batik yang cukup panjang sehingga lebih dikenal sebagai kota batik dan sebagian besar


(11)

penduduknya menggantungkan mata pencarian hidupnya sebagai pengrajin batik. Pencitraan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik di perkuat dengan adanya ikon-ikon sarana promosi batik salah satunya adalah Museum Batik Pekalongan.

Museum yang di resmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 ini sudah mengalami banyak kemajuan dan juga mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai Best Practise Internasional, yang telah diterima bertepatan dengan diakuinya Batik Sebagai Warisan Tak Benda dari Indonesia, 2 Oktober 2009. Penghargaan tersebut diberikan UNESCO karena museum Batik Pekalongan dinilai sebagai tempat yang mampu memberikan pelajaran pelestarian batik sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia. Bahkan rencananya, UNESCO akan datang langsung ke Kota Pekalongan untuk memantau perkembangan terhadap penghargaan yang telah diberikan, apa dapat dijaga dengan baik atau justru mengalami penurunan setelah menerima penghargaan Best Practise. Sebab setelah mendapat predikat tersebut, Museum Batik menjadi binaan Unesco dan selalu diikutsertakan pada kegiatan-kegiatan bertaraf internasional.

Museum Batik Pekalongan juga memiliki kegiatan kunjungan rutin dari sekolah-sekolah mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kunjungan dari sekolah-sekolah dasar adalah kunjungan yang cukup rutin karena Museum Batik Pekalongan ingin menanamkan pengetahuan mengenai batik untuk anak-anak sejak usia dini atau sekolah tingkat dasar, akan tetapi melihat jumlah tenaga kerja yang tidak banyak serta area museum yang tidak terlalu luas terkadang membuat pengunjung menunggu, hal ini bisa menimbulkan rasa kurang nyaman saat berkunjung.

Pada Oktober 2012, Museum Batik Nasional direnovasi. Selama renovasi itu, Museum Batik Nasional ditutup untuk pengunjung. Renovasi Museum Batik Nasional sudah selesai pada Desember 2012. Sepanjang Januari hingga Oktober 2012. Saat ini Museum Batik Pekalongan sudah mengalami perubahan secara visual namun masih belum maksimal karena terdapat beberapa area yang belum difungsikan dengan


(12)

optimal, serta media informasi yang terdapat di museum yang kurang dikemas dengan informatif, baik fungsi dan manfaat media tersebut.

Beberapa media informasi yang seharusnya dapat mempermudah pengunjung yang datang ke museum untuk hanya sekedar berkunjung maupun mencari informasi mengenai sejarah yang terdapat di museum seperti tidak maksimal fungsinya, sehingga pengunjung yang datang ke museum sendiri tidak medapatkan informasi yang cukup saat berada di museum.

Hal ini sangat disayangkan apabila melihat prestasi dari Museum Batik Pekalongan sendiri yang juga menjadi pegawasan UNESCO, serta banyaknya informasi yang bisa didapatkan melalui museum sebagai sarana edukasi dan informasi yang tentang sejarah kebudayaan indonesia terutama budaya batik yang ada di kota Pekalongan ini kepada masyarakat luas.

Apabila melihat pada data yang ada Museum Batik Pekalongan masih perlu mengembalikan fungsi beberapa area yang terdapat di museum serta memperjelas informasi yang ada kepada masyarakat secara informatif dan edukatif, karena sangat disayangkan apabila minat pengunjung yang ingin berwisata dan mencari informasi tidak bisa mendapatkan informasi yang cukup, baik itu berupa data sejarah ataupun informasi seputar museum itu sendiri. Serta perlunya pengoptimalan media-media informasi yang terdapat di museum agar pesan yang ingin disampaiakan dapat diterima tepat sasaran.

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah melihat latar belakang yang di paparkan, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain :

1. Informasi yang terdapat di museum kurang dikemas secara informatif dan edukatif.

2. Manfaat dan fungsi dari media-media informasi dan area museum yang belum optimal untuk menginformasikan kepada pengunjung Museum Batik Pekalongan.


(13)

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang di ambil yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana mengemas informasi yang terdapat di museum secara informatif dan edukatif.

2. Bagaimana pelaksanaan pengoptimalan fungsi dari beberapa media dan area yang disediakan di museum sebagai sarana informasi dan edukasi.

1.4 Batasan Masalah

Media yang terdapat di Museum Batik Pekalongan saat ini masih kurang informatif dan edukatif terutama apabila melihat banyaknya kunjungan dari tingkat pelajar sekolah dasar.. Maka permasalahannya dibatasi pada mengoptimalkan fungsi media informasi Museum Batik Pekalongan khususnya pada pelajar tingkat dasar yang mengunjungi museum batik, agar lebih informatif dan edukatif.

1.5 Tujuan Perancangan

Tujuan yang ingin dicapai pada perancangan ini adalah sebagai berikut yang muncul antara lain :

1. Memberikan informasi tentang Museum Batik Pekalongan yang lebih informatif dengan tujuan informasi yang disampaikan dapat tersampaikan dengan tepat sasaran di sesuaikan dengan pengunjung Museum Batik Pekalongan.

2. Mengemas media-media informasi yang terdapat di museum dengan baik dan menarik untuk mengoptimalkan fungsi media dan area yang terdapat di Museum Batik Pekalongan.


(14)

BAB II

MULTIMEDIA INTERAKTIF MUSEUM BATIK PEKALONGAN II.1 Pengertian Multimedia

Secara etimologis multimedia berasal dari bahasa latin multi yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Sehingga multimedia dapat diartikan sebagai media yang menggabungkan dua unsur atau lebih yang terdiri dari teks, gambar, grafis, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi.

Berikut merupakan pengertian multimedia menurut beberapa ahli :

a. Menurut Turban (seperti dikutip Pranata, 2007) Kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output. Media ini dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik, dan gambar.

b. Menurut Robin dan Linda (seperti dikutip Pranata, 2007) Alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video.

c. Menurut Hofstetter (seperti dikutip Pranata, 2007) Multimedia dalam konteks komputer adalah: pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video, dengan menggunakan tool yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.

d. Menurut Wahono (seperti dikutip Pranata, 2007) Multimedia sebagai perpaduan antara teks, grafik, sound, animasi, dan video untuk menyampaikan pesan kepada publik.

e. Menurut Zeembry (seperti dikutip Pranata, 2007) Multimedia merupakan kombinasi dari data text, audio, gambar, animasi, video, dan interaksi.

f. Menurut Zeembry (seperti dikutip Pranata, 2007) Multimedia (sebagai kata sifat) adalah media elektronik untuk menyimpan dan menampilkan data-data multimedia.


(15)

II.1.1 Sejarah Multimedia

Istilah multimedia berawal dari teater, bukan komputer. Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu medium seringkali disebut pertunjukan multimedia. Sistem multimedia dimulai pada akhir 1980-an dengan diperkenalkannya Hypercard oleh Apple pada tahun 1987 dan pengumuman oleh IBM pada tahun 1989 mengenai perangkat lunak audio visual connection (AVC) dan video adhapter card ps/2.

Pada tahun 1994 diperkerkirakan ada lebih dari 700 produk dan sistem multimedia di pasaran. Multimedia memungkinkan pemakai komputer untuk mendapatkan output dalam bentuk yang jauh lebih kaya dari pada media table dan grafik konvensional. Pemakai dapat melihat gambar tiga dimensi, foto, video bergerak atau animasi, dan mendengar suara stereo, perekaman suara atau alat musik. Beberapa sistem multimedia bersifat interaktif, memungkinkan pemakai memilih output dengan mouse atau kemampuan layar sentuh untuk mendapatkan dan menjalankan aplikasi itu.

II.1.2 Kelebihan komunikasi via multimedia

Menurut Suyanto (seperti dikutip Periangan 2011), kelebihan komunikasi via multimedia adalah:

a. Interaktif

Pengguna secara aktif berinteraksi dengan alat, sehingga terjadi timbal balik antara pengguna dan piranti / perangkat yang dipakai.

b. Bebas dan repetitif

Pengguna multimedia memperoleh kebebasan dalam mengakses informasi, dan dapat melompat – lompat.

c. Pengekalan ingatan

Multimedia melibatkan banyak media baik input (piranti),maupun output hasil dari gambar, teks, suara. Animasi, suara,maka hal ini dapat memperbesar ingatan khalayak pengguna komputer terhadap apa yang disampaikan. Karena menurut lembaga riset dan penerbitan komputer, Computer TechnologyResearch (CTR) menyatakan bahwa orang hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat, dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang


(16)

mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, kelebihan dari komunikasi menggunakan multimedia adalah untuk menyampaikan pesan sekaligus, digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan menggabungkan beberapa atau banyak media, secara langsung atau timbal balik, dimana penggunas ecara aktif, akan memperoleh kebebasan, dalam mengakses pesan yang diperlukan.

II.1.3 Multimedia Linier

Multimedia Linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna, multimedia ini sekuensial (berurutan),contohnya TV dan Film.

II.1.4 Multimedia Interaktif

Multimedia interaktif adalah media yang menggabungkan teks, grafik, video, animasi dan suara. Untuk menyampaikan suatu pesan dan informasi, melalui media elektronik seperti komputer dan perangkat elektronik lainnya.

Pengertian Multimedia Interaktif menurut beberapa ahli dijelaskan sebagai berikut : a. Menurut Robin dan Linda (seperti dikutip Benardo, 2011)

Multimedia interaktif adalah alat yang dapat menciptakan persentasi yang dinamis dan interaktif, yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video.

b. Menurut Hofstetter (seperti dikutip Benardo, 2011)

Multimedia interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berintraksi, berkreasi dan berkomunikasi.


(17)

II.1.5 Jenis-jenis Multimedia Interaktif

Menurut Suyanto (seperti dikutip Benardo, 2011) jenis multimedia interaktif terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Multimedia Interaktif Online

Multimedia interaktif online adalah media interaktif yang cara penyampaiannya melalui jalur/kawat/saluran/jaringan. Contohnya situs Web, Yahoo Messengers, dan lain sebagainya.Jenis media ini termasuk media lini atas, yang komunitas sasarannya luas, dan mencakup masyarakat luas.

b. Multimedia Interaktif Offline

Multimedia interaktif offline adalah media interaktif yang car penyampainnya tidak melalui jalur/kawat/saluran/jaringan. Contohnya CD interaktif. Media ini termasuk media lini bawah karena sasarannya, tidak terlalu luas dan hanya mencakup masyarakat pada daerah tertentu saja.

II.2 Museum

II.2.1 Pengertian Museum

Menurut Perpem Nomor 19/1995 Museum adalah lembaga penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti material manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum adalah sebuah lembaga yang rumah dan peduli untuk koleksi artefak dan benda-benda lain yang penting ilmiah, seni, atau sejarah dan membuat mereka tersedia untuk dilihat publik melalui pameran yang mungkin permanen atau sementara.Adapun pengertian kata Museum menurut beberapa ahli permuseuman mengemukakan bahwa:

a. Menurut Advanced Dictionary,“Museum ialah sebuah gedung dimana di dalamnya dipamerkan benda-benda yang menggambarkan tentang seni, sejarah, ilmu pengetahuan, dan sebagainya”.

b. A. C. Parker (Ahli Permuseuman Amerika)

“Sebuah Museum dalam pengertian modern ialah sebuah lembaga yang secara aktif melakukan tugas, menjelaskan dunia, manusia dan alam”.


(18)

c. Museum Association of Great Britain, membuat rumusan sebagai berikut“Museum adalah sebuah lembaga yang mengumpulkan, mendokumentasikan, merawat, memamerkan, dan menjelaskan benda-benda pembuktian dan informasi yang ada kaitannya untuk keuntungan pengunjung”.

d. ICOM (International Council of Museum), merupakan definisi museum dalam General Assembly of ICOM ke XI di Copenhagen 1974, sebagai berikut“Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu museum bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai Hari Museum Internasional”. (Anonim, 2010)

II.2.2 Sejarah Museum

Kata “Museum” berasal dari bahasa Yunani Kuno, “Mouseion” yang artinya, “Kuil atau rumah ibadah tempat menyembah 9 Dewi Muze, Dewa Utama dalam Pantheon Yunani Klasik”. Kuil atau tempat ibadah pemujaan Dewi-Dewi Muze inilah yang disebut “Muzeum”. Dengan demikian kata Museum pada awalnya berasal dari kata “Muze”, kemudian dalam bahasa Yunani menjadi “Mouseion” lalu ditransfer ke dalam bahasa latin dan Inggris menjadi kata “Museum”.

Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani,mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Museum awal dimulai sebagai koleksi pribadi orang kaya, keluarga atau lembaga-lembaga seni dan benda-benda alam yang jarang atau penasaran dan artefak. Ini sering ditampilkan dalam apa yang


(19)

pribadi, tetapi pada kehendak pemilik dan stafnya. Seperti museum tertua di bukti adalah museum Ennigaldi-Nanna itu, berasal dari 530 SM dan dikhususkan untuk Mesopotamia antik, itu tampaknya memiliki lalu lintas yang cukup untuk surat perintah label untuk koleksi memerintahkan.

Gambar 2.1 museum Ennigaldi-Nanna

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Ennigaldi-Nanna%27s_museum (5 mei 2013)


(20)

Gambar 2.2 Museum Capitoline

Sumber : http://www.inaresort.com/rome-capitoline-museum/capitoline-hill-pictures-rome-italy/ (18 April 2013)

Gambar 2.3 Museum Vatican


(21)

Museum publik tertua di dunia dibuka di Roma selama Renaissance. Namun, museum yang signifikan di dunia itu tidak didirikan sampai abad ke-18 dan Abad Pencerahan adalah Museum Capitoline, koleksi publik seni tertua di dunia, dimulai pada 1471 ketika Paus Sixtus IV menyumbangkan sekelompok patung kuno penting bagi orang-orang Roma. Museum Vatikan, museum tertua kedua di dunia, jejak asal-usulnya ke koleksi patung publik ditampilkan dimulai pada 1506 oleh Paus Julius II. (Calvin Nainggolan, 2009)

II.2.3 Fungsi Museum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 : dalam (Pedoman Museum Indoneisa,2008). museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu :

a. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

· Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.

· Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi.

· Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.

b. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian.

· Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.

· Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.

II.2.4 Jenis-jenis Museum

Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melaui beberapa jenis klasifikasi (Direktorat Museum ; 2009), yakni sebagai berikut :


(22)

a. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis : · Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material

manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

· Museum Khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

b. Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis :

· Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

· Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada.

· Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.

II.3 Batik

II.3.1 Pengertian Batik

Batik adalah penulisan gambar pada media apapun sehingga terbentuk sebuah corak dan seni. Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Batik bisa mengacu pada dua hal, yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan Batik


(23)

budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity 2009.

Hingga saat ini adapun pengertian kata Batik menurut beberapa ahli dan lembaga mengemukakan bahwa ,

a. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Batik merupakan corak atau gambar pada kain yang pembuatannya menggunakan malam (lilin) dan pengolahannya melalui proses tertentu.

b. Menurut (Yudoseputro, 2000 : 98) Batik adalah gambar yang ditulis pada kain dengan mempergunakan malam sebagai media sekaligus penutup kain batik. c. Menurut (Widodo, 1983:1) Batik merupakan hasil kebudayaan bangsa

Indonesia yang tinggi nilainya.

d. Menurut Kuswadji, batik berasal dari kata “Mbatik”, yaitu ‘mbat’ (ngembat: melemparkan) dan ‘tik’ (titik). Dalam artian sederhana, yang dimaksud dengan kata batik atau mbatik adalah melemparkan titik berkali-kali pada kain.

II.3.2 Sejarah Batik

Sejarah batik di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerjaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Dari zaman kerajaan Mataram Hindu sampai masuknya agama demi agama ke Pulau Jawa, sejak datangnya para pedagang India, Cina, Arab, yang kemudian disusul oleh para pedagang dari Eropa, sejak berdirinya kerajaan Mataram Islam yang dalam perjalanananannya memunculkan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, batik telah hadir dengan corak dan warna yang dapat menggambarkan zaman dan lingkungan yang melahirkan.

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih


(24)

didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motik abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari pohon mengkudu, tinggi, soga, nila dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Kerajinan Batik ini, di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke XVIII atau awal abad ke XIX.

Gambar 2.4 Bangsawan Jawa dalam busana adat keraton mengenakan kain Batik. Sumber :Comite voor het Triwiendoe Gedenkboek, Supplement op het Triwindoe, Gedenkboek Mangku Negoro VII,

secretariat :Kestalanweg 201,Soerakarta, 1940 Batik Indonesia,1999:64 ( 22 mei 2013)


(25)

Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing.

Kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Namun di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.


(26)

Gambar 2.5 Pembatik yang menggunakancanting

Sumber : http://lumbungdesa.net/sragen/pajak-ke-desa-jaga-nilai-jual-batik/ (22 mei 2013)

Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.


(27)

Gambar 2.6 Pembatik yang menggunakan alat cap batik

Sumber : http://www.batiktulis.net/perbedaan-batik-tulis-batik-cap-dan-batik-printing/ (22 mei 2013)

Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri di Pekan tahun 1895 bagi menghasilkan batik, kain pelangi, dan kain telepok.

II.3.3 Jenis Batik

Batik yang terdapat di Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan daerah pembuatan juga cara pembuatanya. Berdasarkan daerah pembuatan batik terdapat batik pedalaman serta batik pesisiran. Batik pedalaman adalah batik yang terdapat di Solo dan Jogja, dan batik pesisiran ialah batik yang banyak dihasilkan disepanjang daerah pantai atau pesisiran. Motif seni batik keraton banyak yang


(28)

mempunyai arti filosofi, sarat dengan makna kehidupan. Gambarnya rumit/halus dan paling banyak mempunyai beberapa warna, biru, kuning muda atau putih. Motif kuno keraton seperti pola panji (abad ke-14), gringsing (abad 14), kawung yang diciptakan Sultan Agung (1613-1645), dan parang, serta motif anyaman seperti tirta teja. Kemudian motif batik pesisir memperlihatkan gambaran yang lain dengan batik keraton. Sedangkan Batik pesisir lebih bebas serta kaya motif dan warna. Mereka lebih bebas dan tidak terikat dengan aturan keraton dan sedikit sekali yang memiliki arti filosofi. Motif batik pesisir banyak yang berupa tanaman, binatang, dan ciri khas lingkungannya.

Berdasarkan cara pembuatannya, batik dibedakan menjadi dua jenis yaitu batik tulis dan batik cap. Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. Bentuk gambar pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata khusus bagi batik tulis yang halus. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan). Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.

Batik Cap dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar


(29)

lebih besar dibandingkan dengan batik tulis. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.( Ironayan, 2009 )

II.4 Museum Batik

Indonesia sendiri memiliki beberapa museum batik yang terletak di beberarapa kota yang erat dikaitkan dengan kesenian batiknya. Diantaranya adalah,

II.4.1 Museum Batik Yogyakarta

Museum batik pertama di Yogyakarta ini didirikan atas prakarsa Hadi Nugroho, pemilik museum. Museum swasta ini terletak di Jalan Dr. Sutomo, Kota Yogyakarta. Bangunan ini dikelola sendiri oleh pasangan suami istri Dewi dan Hadi Nugroho. Pada 12 Mei 1977, museum ini baru diresmikan oleh Kanwil P&K Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini mendiami area seluas 400 m2 dan sekaligus dijadikan tempat tinggal pemiliknya. Pada tahun 2000, museum ini memperoleh penghargaan dari MURI atas karya 'Sulaman Terbesar', batik berukuran 90 x 400 cm2. Kemudian pada tahun 2001, museum ini memperoleh penghargaan kembali dari MURI sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.(Annisa Yumaladini, 2008)


(30)

II.4.2 Museum Ullen Sentalu

Museum Ullen Sentalu terletak di daerah Pakem, Kaliurang (bagian utara kota Yogyakarta) adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan putrid/wanita Keraton Yogyakarta beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Solo). Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja (Sultan) di keraton Yogyakarta beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya. Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “Ulating blencong Sejatine Tataraning Lumaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan segala aturannya. Keadaan museum yang dibangun dengan baik. ( Sartono Kartodirjo, 1992).

II.4.3 House of Danar Hadi

House of Danar Hadi atau yang biasa disingkat HDH adalah sebuah kompleks wisata tentang batik yang terletak di kota Solo di Jawa Tengah. HDH didirikan oleh perusahaan batik asal Solo PT Batik Danar Hadi pada tahun 2008 dan mengkhususkan Batik beserta aspek-aspek budayanya sebagai obyek wisata utamanya. HDH terletak di dalam sebuah kompleks bangunan kuno yang merupakan cagar budaya, Museum Batik Kuno Danar Hadi ini adalah obyek wisata utama di kompleks HDH dan telah dibuka terlebih dahulu pada tahun 2002 oleh Wapres Megawati Soekarnoputri. Museum ini menyimpan koleksi kain batik yang mencapai 10,000 helai dan diakui oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak. Kain batik yang dipajang di museum ini berasal dari periode dan pengaruh kultur serta lingkungan yang


(31)

berbeda-beda. Salah satu koleksi terpenting di museum ini adalah koleksi batik belanda, yaitu batik yang dipengaruhi oleh budaya Eropa dan dibuat oleh orang-orang Belanda yang menetap di Indonesia pada zaman kolonial. Koleksi kain-kain ini adalah koleksi pribadi dari H. Santosa Doellah, pendiri PT Batik Danar Hadi yang juga merupakan pencetus kompleks HDH. Di belakang Museum terdapat kompleks pabrik batik tulis dan cap yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan.(Mustofa, 2009)

II.4.4 Museum Batik Pekalongan

Museum ini diresmikan langsung oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 12 Juli 2006. Menempati sebuah bangunan berarsitektur Belanda. Di museum ini anda dapat melihat berbagai jenis batik dari waktu ke waktu. Kita dapat mengamati perkembangan batik mulai jaman Belanda, pengaruh Jepang pada saat perang dunia kedua dengan motif Jawa Hokokai, ada pula batik dari luar Jawa khususnya Sumatera yang bayak dipengaruhi oleh budaya islam yang tampak dari motif yang menyerupai kaligrafi tulisan Arab. Koleksi museum ini cukup menarik, kita dapat melihat batik antik yang usianya mencapai 100 tahun lebih. Ada pula kebaya encim yang biasa dipakai oleh wanita tionghoa di Indonesia. Masih banyak koleksi menarik yang lain dapat anda lihat di museum ini. Selain itu museum ini juga memiliki tempat workshop sebagai pembelejaran kepada pengunjung museum apabila ingin menetahui cara pembuatan dan proses pembuatan secara langsung hingga mejadi batik.

Setelah diresmikannya Museum Batik oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 Juli 2006 maka ditetapkan visi dan misi Museum Batik sebagai berikut :

 Visi:

Terwujudnya Museum Batik di Kota Pekalongan sebagai wadah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya


(32)

bangsa Indonesia serta pusat informasi yang perlu dikembangkan, dibina dan dipelihara keberadaannya.

 Misi :

1. Mendorong masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap keberadaan Museum Batik di kota Pekalongan sebagai wujud turut serta dalam pelestarian budaya Indonesia.

2. Mendorong minat pengusaha / perajin batik untuk terus menggali dan melestarikan motif lama dan menciptakan motif baru.

3. Melakukan kegiatan dokumentasi, penelitian dan penyajian informasi serta mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas.

4. Memperluas lapangan kerja dan pemasaran.

 Tujuan :

1. Terwujudnya Museum Batik di kota Pekalongan menjadi tempat pelestarian batik sebagai warisan budaya Indonesia.

2. Terwujudnya Museum Batik sebagai tempat tujuan wisata.

3. Terwujudnya tampilan pameran batik yang informatif dan edukatif .4. Terwujudnya informasi batik yang dapat diakses oleh masyarakat. 5. Terwujudnya minat masyarakat terhadap budaya batik Indonesia. 6. Terbentuknya hubungan kerjasama dalam lingkungan internasional.

 Fasilitas

Ruang Koleksi Batik dibagi dalam tiga ruang koleksi yang masing-masing mempunyai tema sendiri-sendiri, pergantian koleksi batik dilakukan setiap 4 bulan sekali, hal ini dilakukan untuk menghindari supaya pengunjung tidak jenuh.


(33)

 Ruang Perpustakaan

Museum Batik di Pekalongan mewujudkan upaya untuk menjadi pusat segala informasi tentang batik, oleh karenanya sudah menjadi rencana semenjak awal untuk menyediakan perpustakaan bagi para pengunjung. Hingga bulan Maret 2008 perpustakaan Museum Batik di Pekalongan telah memiliki lebih dari 1000 buah koleksi buku yang terdiri atas buku – buku batik, pengetahuan umum, sejarah, ekonomi, sosial & kebudayaan, teknologi, dan lain sebagainya.

 Kedai Batik ( Batik Shop ) adalah salah satu fasilitas di Museum Batik Pekalongan yang menyediakan berbagai produk komoditi batik yang dijual kepada pengunjung. Pada tahap awalnya kedai batik menampung produk – produk batik dari beberapa pengrajin batik yang ada di kota Pekalongan. Namun pada saat ini museum telah mampu memproduksi sendiri beberapa produk batik seperti selendang, taplak, syal, hiasan dinding dan post card dan lain sebagainya.

 Workshop Batik

Merupakan suatu fasilitas yang dapat dijadikan tempat pelatihan serta praktek secara langsung oleh pengunjung. Workshop yang ada di Museum Batik kota Pekalongan juga seringkali dijadikan alternatif tempat praktek membatik bagi siswa – siswi SD hingga SLTA guna memenuhi tugas – tugas mata pelajaran muatan lokal batik yang kini diajarkan disekolah – sekolah di lingkungan kota Pekalongan. Selama tahun 2007 tercatat 12.723 pelajar melakukan kegiatan praktik membatik di workshop Museum Batik, yang terdiri dari tingkat SD sebanyak 7.956 siswa, tingkat SLTP sebanyak 3.197 siswa dan tingkat SLTA sebanyak 1.570 siswa. Umumnya mereka melakukan praktek secara kelompok diluar jam pelajaran ataupun secara langsung didampingi oleh guru pembimbing dari sekolah masing – masing.Berdasar data pengunjung yang menunjukkan makin bertambahnya pihak yang ingin mengikuti pelatihan pembatikan, maka rencana kedepannya lokasi workshop akan dikembangkan


(34)

agar lebih luas dan nyaman bagi peserta pelatihan. Dilain hal, workshop Museum Batik di Kota Pekalongan kini mulai aktif memproduksi beberapa produk batik seperti selendang, taplak, syal, hiasan dinding dan post card dan lain sebagainya .

 Ruang pertemuan

Ruang pertemuan dimanfaatkan untuk menyambut tamu / pengunjung museum yang hadir secara rombongan. Sebelum mengelilingi dan menyaksikan seluruh ruang koleksi yang ada, tamu – tamu tersebut akan terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai sejarah singkat Museum Batik di kota Pekalongan, koleksi – koleksi yang dipamerkan, tahapan dan proses batik serta penjelasan mengenai peraturan yang harus dipatuhi selama berada di dalam museum. Ruang pertemuan yang ada di Museum Batik juga kerapkali digunakan oleh dinas tertentu untuk melaksanakan suatu kegiatan. Guna terus mempromosikan Museum Batik, Walikota Pekalongan melalui kebijakannya mengarahkan kepada para tamu dari luar kota agar kegiatan kunjungan / study banding diarahkan ke Museum Batik sebagai salah satu ajang promosi.

 Ruang Konsultasi / Pelayanan HaKI

Adapun tujuan diadakannya fasilitas pelayanan HaKI adalah melindungi dan mematenkan hak cipta dari para desainer batik agar karyanya tidak ditiru oleh para pengusaha batik. HaKI sendiri merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas ( UPTD ) dibawah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi kota Pekalongan dan merupakan salah satu fasilitas yang mendampingi keberadaan Museum Batik di kota Pekalongan. UPTD HaKI bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya para pengusaha batik dalam menyelesaikan berbagai permasalahan seperti paten usaha, hak cipta cipta desain batik dan lain sebagainya. Pelayanan konsultasi dapat dilakukan dengan mendatangi langsung kantor HaKI yang berada disalah satu sudut kompleks


(35)

II.5. Analisis SWOT

Menurut Arega (2011) Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Hasil Analisis SWOT tentang multimedia interaktif Museum Batik Pekalongan.

a. Strenght (Kekuatan)

1. Mempelajari sejarah tentang batik menjadi lebih mudah

2. Belajar tidak akan cepat bosan

3. Bisa diulang-ulang sesuai keinginan

4. Dapat meningkatkan interaksi

b. Weakness (Kelemahan)

1. Akan mengurangi gerak aktif anak kalau tidak diatur penggunaanya.

c. Opportunity (Peluang)

1. Perkembangan teknologi yang terus berkembang dan menjadi kebutuhan sehari-hari juga bisa mempermudah multimedia interaktif untuk dapat diterima oleh masyarakat.


(36)

2. Multimedia interaktif ini bisa menjadi salah satu alternatif pembelajaran apabila pengunjung museum melebihi jumlah dari yang seharusnya, mengingat jumlah pemandu museum yang tidak terlalu banyak pula.

d. Threat (Ancaman)

1. Terbatasnya penggunaan multimedia interaktif karena pendistribusian yang hanya terdapat di Museum Batik Pekalongan saja.

2. Banyak produk sejenis yang menawarkan kemudahan belajar bagi anak

3. Mahalnya sarana dan prasarana yang menunjang media interaktif

II.5.1 Target Audiens

Agar perancangan ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebihmendalam maka diperlukan studi target audience

1. Demografi

Target audienceprimer (pengguna media) Target : Anak-anak

Gender : Laki-laki maupun perempuan Usia : 7-12 tahun

Pendidikan : SD 2. Geografi

Kota Pekalongan, Jawa tengah 3. Psikografi

Anak pada masa usia prasekolah kaya akan imajinasi, suka bermain,aktif dan perkembangannya pesat dalam berpikir.

II.6 Permasalahan

Museum Batik Pekalongan saat ini memiliki beberapa media yang terdapat di area museum sebagai media penyampaian informasi, namun beberapa informasi yang


(37)

sendiri tidak hanya orang dewasa melainkan banyak pelajar sekolah dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Hal ini yang yang menjadi masalah karena media informasi untuk pelajar tingkat dasar terlalu berat bobotnya dan bahasa serta visual yang digunakan tidak sesuai. Hal ini yang perlu disadari bahwa pengaruh visual pada media informasi untuk pelajar terutama sekolah dasar sangatlah penting untuk penyampaian pesan. Sehingga perlu mengoptimalkan beberapa media informasi yang sudah ada menjadi lebih informatif dan edukatif.

II.7 Solusi Permasalahan

Melihat permasalahan yang ada di Museum Batik Pekalongan dari berbagai perspektif dapat ditarik sebuah solusi yaitu perlunya mengoptimalkan media informasi yang sudah ada di museum ini dengan menggunakan pendekatan psikologis untuk anak dan tidak terlalu membosankan untuk orang dewasa, merupakan solusi yang dapat diambil. Sehingga, visual yang hadir dapat mewakili semua segmentasi umur.


(38)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN KONSEP DAN VISUAL III.1 Strategi Perancangan

Di dalam sebuah perancangan diperlukan strategi yang dapat menjadi pendukung dalam memenuhi tujuan dan perancangan tersebut. Museum Batik Pekalongan yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 adalah tempat wisata edukasi yang memberikan banyak informasi mengenai batik-batik yang ada di Indonesia. Sebagai sarana edukasi dan pembelajaran, Museum Batik Pekalongan perlu mengoptimalkan fungsi dari media informasi yang terdapat di Museum. Guna mempermudah pengunjung memperoleh informasi serta memberikan informasi yang informatif serta edukatif untuk kalangan pelajar sekolah dasar sebagai strategi perancangan.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan Komunikasi dalam perancangan ini meliputi pendekatan visual dan pendekatan verbal yang disesuaikan dengan psikologis untuk anak-anak. Adapun pendekatan visual dan verbal sebagai berikut :

III.1.1.1 Pendekatan Visual

Museum Batik Pekalongan adalah salah satu ikon pariwisata budaya di kota Pekalongan, sebagai sarana edukasi budaya untuk pelajar tingkat dasar maka dilakukan pendekatan visual yang ditandai dengan elemen-elemen visual yang di kemas dengan tampilan yang memiliki warna-warna yang cerah dan bentuk-bentuk kartun karena media kartun memiliki kedekatan dengan pelajar seusia tingkat dasar juga dipadukan dengan kebudayaan batik itu sendiri yang tidak akan menghilangkan ciri dari Museum Batik Pekalongan sendiri hilang.


(39)

III.1.1.2 Pendekatan Verbal

Museum Batik Pekalongan adalah museum sejarah kebudayaan yang mengangkat batik sebagai objek edukasi. Pendekatan verbal dilakukan dengan menggunakan nilai-nilai kebudayaan yang akan disisipkan kedalam media informasi disesuaikan dengan bahasa sehari-hari pelajar tingkat dasar, yang bertujuan meningkatkan pemahamanan informasi serta memepermudah penyampaian informasi yang akan disamapaikan dan tetap menanamkan rasa memiliki akan budaya itu sendiri.

III.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif informasi yang akan digunakan adalah dengan memunculkan beberapa motif batik yang menjadi kekhasan kota Pekalongan, dengan tujuan dapat mengenalkan motif-motif batik khas kota Pekalongan. Serta multimedia interaktif yang akan dirancang untuk mengedukasikan atau mengenalkan koleksi batik bersejarah Museum Batik Pekalongan kepada para pelajar yang berkunjung, dengan menampilkan foto-foto batik serta informasi tentang batik tersebut yang dianimasikan berpindah pada gambar lain atau keterangan informasi lain. Pada multimedia interaktif juga akan memunculkan proses membuat batik yang bisa memberikan pengetahuan pada pengunjung yang melihat media interaktir tersebut sebelum melakukan praktek membuat batik.

III.1.3 Strategi Media

Strategi media merupakan alat untuk menyampaikan pesan kepada target audien, agar pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan mudah, strategi media digunakan untuk menentukan media yang akan di aplikasikan kepada rancangan, baik itu berupa media utama maupun media pendukung. Adapun navigasi menjadi bagian dari strategi kreatif dimana navigasi dirancang untuk mempermudah akses.


(40)

Gambar III.1 Navigasi Media Interaktif Museum Batik Pekalongan A. Media utama

Media utama yang akan digunakan adalah Multimedia interaktif offline. karena media ini mampu menyampaikan pesan yang mengkombinasikan teks, suara, dan gambar melalui media komputer atau perangkat elektronik lainnya, di media ini akan terjadi interaksi antara alat yang akan di gunakan dan pengguna.

B. Media pendukung

Pada perancangan multimedia interaktif offline ini akan dilakukan pendekatan dengan menggunakan media-media pendukung yang meliputi:

1. X-banner

X-banner digunakan untuk memberitahukan kepada target audien, bahwa telah adanya multimedia interaktif offline Museum Batik Pekalongan. Media ini akan ditempatkan di lokasi acara berlangsung.


(41)

2. Poster

Poster digunakan sebagai media penunjang guna menginformasikan pesan yang akan disampaikan berupa ajakan untuk berkunjung ke Museum Batik Pekalongan. Media ini akan ditempatkan di beberapa institusi dan sekolah-sekolah terkait yang juga merupakan target audiens dari Museum Batik Pekalongan.

3. Buku Panduan

Buku Panduan digunakan untuk menginformasikan tata cara penggunaan multimedia interaktif museum batik, sehingga dapat mempermudah penggunaan dalam pengoperasian multimedia interaktif Museum Batik Pekalongan.

4. Stiker

Sticker merupakan media reminder, media ini diplih karena bisa di tempatkan di mana saja.

III.1.4 Strategi Distribusi

Strategi Pendistribusian media informasi ini akan disosialisasikan dan di distribusikan di tempat-tempat yang terkait atau berhubungan dengan Museum Batik Pekalongan seperti halnya institisusi sekolah-sekolah yang menjadi salah satu bagian dari program Museum Batik Pekalongan. Media interaktif ini akan publikasikan bertepatan dengan hari batik nasional pada tanggal 2 Oktober 2015.

Media Tempat /Lokasi

Waktu Penyebaran September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4

Poster Sekolah-sekolah dan Universitas


(42)

Flyer

Sekolah-sekolah dan Universitas dan kawasan car free day.

Media Interaktif

Museum Batik Pekalongan. x-banner,

Stiker dan Poster.

Museum Batik Pekalongan

Tabel III.1 Tabel distribusi III.2 Konsep Visual

Konsep visual merupakan merancangan penggayaan yang bertujuan untuk menyampaian pesan melalui visual, agar informasi yang ingin disampaikan mudah diterima dan dapat memperkuat kemampuan komunikasi dari pesan yang akan di sampaikan kepada target audien, Adapun diantaranya bagian dari konsep yang meliputi :

III.2.1 Format Desain

Format desain yang akan di pakai adalah menggunakan format landscape dan menggunakan bidang yang berukuran lebar 1280 pixel x tinggi 720 pixel, dan resolusi akan menggunakan 72 pixel/ inch.

III.2.2 Tata Letak

Tata letak (layout) adalah merupakan proses penataan, dan pengaturan teks atau grafik pada halaman layout meliputi penyusunan, pembagian, tempat dalam suatu halaman, pengaturan jarak spasi, pengelompokan teks dan grafik. Sesuai data yang akan banyak di gunakan. Maka, Penggunaan tata letak pada media interaktif ini menggunakan konsep dan penelitian yang dilakukan oleh dr. Mario R. Garcia dan


(43)

Pegie Stark yang mengatakan bahwa didaerah yang menggunakan bahasa latin umumnya manusia membaca dari sebelah kiri ke sebelah kanan, serta dari atas ke bawah. Selain itu gerak mata juga dipengaruhi oleh pembeda dalam suatu tata letak misalnya warna, ukuran, style.

Pola pembacaan lain misalnya membaca mengikuti pola seperti huruf Z, T, L, I, dan C. Maka tata letak yang akan digunakan dalam perancangan multimedia interaktif ini ialah pola huruf Z dan L karena setiap halaman yang ada pada media, akan diisi oleh gambar visual dan teks yang saling berhubungan.

Gambar III.2 Tampilan tata layout

III.2.3 Tipografi

Tipografi adalah seni huruf, meliputi pemilihan huruf, penentuan ukuran yang tepat, spasi jarak. Di perancangan media informasi interaktif ini akan menggunakan jenis huruf Familian Elder yang bersifat tidak terlalu serius, bermain dan ada beberapa unsur yang memiliki kemiripan dengan batik sehingga tepat apabila dimunculkan pada media interaktif untuk pelajar sekolah dasar yang memiliki kemiripan sifat.


(44)

Jenis huruf Familian Elder :

Gambar III.3 Jenis Huruf Familian Elder

Dan pada isi teks akan tetap menggunakan jenis font Familian Elder, karena jenis huruf ini memiliki tingkat keterbacaan yang cukup jelas sehingga mempermudah audiens memperoleh informasi yang akan disampaikan.

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang ditampilkan di multimedia interaktif offline ini, akan menggunakan gambar-gambar dengan gaya ilustrasi kartun yang berhubungan dengan Museum Batik Pekalongan seperti beberapa motif batik dan alat-alat membatik yang terdapat di Museum Batik Pekalongan.


(45)

Studi ikon

Di dalam laman utama, terdapat potongan gambar alat-alat membatik dan elemen batik. yang diharapkan dapat menarik perhatian dari target audien dengan tidak meninggalkan kesan Batik itu sendiri.

Gambar III.4 Jam pasir


(46)

Gambar III.6 Alat membatik

Gambar III.7 Tampilan ikon  Studi karakter

Karakter yang digunakan dalam media interaktif ini adalah seorang pembatik pria. Karakter pria dipilih karena pembatik asal kota pekalongan lebih banyak pembatik pria dewasa dibandingkan wanita. Karakter ini digunakan sebagai penunjang visual dalam proses membatik.


(47)

Studi properti

Gambar III.9 Gedung Museum Batik Pekalongan III.2.5 Warna

Warna yang akan digunakan di fokuskan ke perpaduan warna warna cerah. Mode warna dalam perancangan ini akan menggunakan mode warna RGB. RGB adalah warna utuk tampilan layar yang lebih baik, karena RGB merupakan suatu kumpulan warna cahaya yang berupa pixel.


(48)

Warna mempunyai arti emosi yang melekat, yang bisa ditimbulkan dengan memperlihatkan keserasian warna dengan cara yang benar. Seperti warna yang akan di pakai di multimedia ini diantaranya yaitu :

Biru

Biru memberikan rasa kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan, damai, menyejukkan, spiritualitas, kontemplasi, misteri, dan kesabaran.

Hijau

Kesan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, pertumbuhan, kesuburan, harmoni, optimisme, kebebasan, dan keseimbangan.

Jingga

Warna jingga menunjukan kesan energi, kehangantan, kesegaran. Menekankan sebuah produk yang tidak mahal. warna ini paling banyak di pakai untuk menarik perhatian orang.

Merah

Merah merupakan simbol dari energi, gairah, action, kekuatan dan kegembiraan.


(49)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Teknis Media

Teknis media merupakan suatu cara untuk menyampaikan sesuatu pesan yang akan di sampaikan kepada target audien. Teknis media yang akan di gunakan di perancangan multimedia interaktif offline Museum Batik Pekalongan ini meliputi :

IV.1.1 Media Utama

Media utama ini media informasi ini akan menggunakan Multimedia interaktif offline. Teknis pembuatan pada media utama pada ”Perancangan Multimedia Interaktif Offline Museum Batik Pekalongan” menggunakan teknik fotografi, ilustrasi vektor dan 3Dimensi yang kemudian diolah di komputer menggunakan software Adobe Photoshop, Adobe Illustrator dan Cinema 4D dan di aplikasikan ke program Adobe Flash Professional. Adapun tampilan interface perancangan Multimedia interaktif Offline, seperti yang di tampilkan di bawah ini :


(50)

Gambar IV.2 Laman interface home Gambar IV.3 Laman interface sejarah museum


(51)

Gambar IV.4 Laman interface Koleksi Museum


(52)

Gambar IV. 6 Laman interface Workshop Museum

IV.2.1 Media Penunjang

Media penunjang yaitu media informasi yang digunakan dalam tahap persuasif, dan digunakan saat berlangsungnya acara-acara pengenalan media informasi ini kepada target audien. Adapun media penunjang ini yang meliputi :

IV.2.1.1 X-Banner

X-Banner akan ditempatkan di depan pintu di letakan samping pintu Museum Batik Pekalongan yang merupakan pintu utama masuk museum, yang banyak dilalui oleh target audien sehingga dapat dilihat oleh target audien. Diharapkan media ini dapat menarik perhatian target audien dan menumbuhkan rasa ingin tahu pada media interaktif Museum Batik Pekalongan.

Teknis produksi : Cetak offset separasi. Format : Portrait.


(53)

Gambar IV.7 Media Pendukung (X-Banner) IV.2.1.2 Poster Cetak

Poster akan didistribusikan di beberapa institusi-institusai yang terkait dengan Museum Batik Pekalongan sehingga dapat juga menginformasikan kepada target audiens untuk berkunjung ke Museum Batik Pekalongan.

Teknis produksi : Cetak offset separasi.

Ukuran : A3 ( Tinggi 420 cm x Lebar 297cm ) Format : Portrait.


(54)

Gambar IV.8 Media Pendukung (Poster)

IV.2.1.3 Buku Panduan

Pemberian panduan penggunaan multimedia interaktif agar dapat mempermudah pengoperasian multimeadia tersebut. Panduan ini diletakan pada kemasan cd pada

Teknis produksi : Cetak offset separasi. Format : Landscape.

Ukuran : 24 cm x 24 cm. Material : Art Paper 150 gr


(55)

Gambar IV.9 Media Pendukung (Buku Panduan) IV.2.1.4 Sticker

Pemberian stiker pada target, agar dapat mengingat Museum Batik Pekalongan. Stiker dapat ditempel dimana saja, sehingga dapat menjadi media pengingat pesan yang efektif.

Teknis produksi : Cetak offset separasi. Format : Landscape.

Ukuran : 7 cm x 7 cm. Material : Duratak stiker


(56)

Gambar IV.10 Media Pendukunng (Sticker)

IV.2.1.4 Flyer

Material : Kertas Sintetik 210 gram yang merupakan bahan kertas yang

Tipis dan ringan.

Ukuran : 10,5 cm x 14,8 cm (A5)


(57)

(1)

Gambar IV. 6 Laman interface Workshop Museum

IV.2.1 Media Penunjang

Media penunjang yaitu media informasi yang digunakan dalam tahap persuasif, dan digunakan saat berlangsungnya acara-acara pengenalan media informasi ini kepada target audien. Adapun media penunjang ini yang meliputi :

IV.2.1.1 X-Banner

X-Banner akan ditempatkan di depan pintu di letakan samping pintu Museum Batik Pekalongan yang merupakan pintu utama masuk museum, yang banyak dilalui oleh target audien sehingga dapat dilihat oleh target audien. Diharapkan media ini dapat menarik perhatian target audien dan menumbuhkan rasa ingin tahu pada media interaktif Museum Batik Pekalongan.

Teknis produksi : Cetak offset separasi.

Format : Portrait.

Ukuran : Tinggi 160 cm x lebar 60 cm.


(2)

Gambar IV.7 Media Pendukung (X-Banner)

IV.2.1.2 Poster Cetak

Poster akan didistribusikan di beberapa institusi-institusai yang terkait dengan Museum Batik Pekalongan sehingga dapat juga menginformasikan kepada target audiens untuk berkunjung ke Museum Batik Pekalongan.

Teknis produksi : Cetak offset separasi.

Ukuran : A3 ( Tinggi 420 cm x Lebar 297cm )

Format : Portrait.


(3)

Gambar IV.8 Media Pendukung (Poster)

IV.2.1.3 Buku Panduan

Pemberian panduan penggunaan multimedia interaktif agar dapat mempermudah pengoperasian multimeadia tersebut. Panduan ini diletakan pada kemasan cd pada Teknis produksi : Cetak offset separasi.

Format : Landscape.

Ukuran : 24 cm x 24 cm.


(4)

Gambar IV.9 Media Pendukung (Buku Panduan) IV.2.1.4 Sticker

Pemberian stiker pada target, agar dapat mengingat Museum Batik Pekalongan. Stiker dapat ditempel dimana saja, sehingga dapat menjadi media pengingat pesan yang efektif.

Teknis produksi : Cetak offset separasi.

Format : Landscape.

Ukuran : 7 cm x 7 cm.


(5)

Gambar IV.10 Media Pendukunng (Sticker)

IV.2.1.4 Flyer

Material : Kertas Sintetik 210 gram yang merupakan bahan kertas yang Tipis dan ringan.

Ukuran : 10,5 cm x 14,8 cm (A5)


(6)