Tinjauan Prosedur Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran Pada kantor Pusat Pelatihan Dan Pengembangan Kelautan (P3GL) Bandung

(1)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang ini kehidupan menjadi semakin sulit apalagi dengan

kondisi bangsa Indonesia yang sedang krisis ekonomi semua harga menjadi naik

baik itu bahan baku, bahan bakar sampai pakaian. Hal demikian bisa

menimbulkan penyelewengan uang perusahaan. Dengan kondisi yang seperti itu

perusahaan harus bisa mengatur keuangannya baik itu untuk biaya operasional

ataupun untuk gaji dan upah karyawan, karena hanya perusahaan yang bisa

mengatur keuangan yang akan terus eksis dan tetap berkembang.

Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah dilaksanakan

Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan

landasan hukum yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara, mengatur pemisahan fungsi pejabatpengelola keuangan

negara yang terdiri dari: Menteri Keuangan selaku Manajer Keuangan Negara

dan Bendahara Umum Negara, sementara Pimpinan Kementerian/Lembaga selaku

Pengguna Anggaran. Pelaksanaan anggaran selanjutnya secara teknis dilakukan

oleh kementerian dan lembaga terkait dengan menteri/pimpinan lembaga sebagai


(2)

Secara umum pengertian anggaran adalah rencana keuangan yang

mencerminkan pilihan kebijakan untuk suatu periode pada masa yang akan

datang. Sedangkan secara sempit anggaran adalah suatu pernyataan tentang

perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa kini

dan masa lalu. Sebagaimana telah diungkapkan bahwa semua tindakan pemerintah

yang mempunyai akibat keuangan sehingga negara dibebani kewajiban untuk

membayar dan negara mempunyai hak untuk menagih adalah termasuk kedalah

bidang keuangan negara. Untuk dapat menjabarkan pengertian keuangan negara

tersebut secara riil maka di perlukan adanya proses perencanaan dalam kaitannya

dengan APBN tentu berkaitan dengan perencanaan keuangan budgeting atau

penganggaran. (Arifin : 10)

Sebagai unit pelaksana teknis atau lembaga dalam pemerintah disebut

dengan satker (satuan kerja) yang berada di bawah naungan Kementrian Energi

dan Sumber Daya Mineral, tentunya Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL)

memerlukan suatu perencanaan untuk menjaga kelangsungan usahanya serta

sebagai alat control atas kegiatan yang telah diprogramkan dalam jangka satu

tahun. Bagi lembaga pemerintah pusat, perencanaan tersebut dituangkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), APBN yang telah ditetapkan

oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tersebut harus

dilaksanakan dengan tertib, efisien, transparan serta dipertanggungjawabkan

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku pada akhir tahun anggaran.

Pada awal tahun anggaran, langkah pertama yang dilakukan dalam tahap


(3)

penerbitan dan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebagai

dasar hukum pelaksanaan anggaran bagi masing-masing kementerian/lembaga

dan instansi pemerintah lainnya.

Pelaksanaan anggaran pada setiap instansi pemerintah didasarkan pada

sebuah dokumen yang disebut Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA

merupakan suatu daftar isian yang memuat uraian: sasaran yang hendak dicapai,

fungsi, program dan rincian kegiatan, rencana penarikan dana tiap-tiap bulan

dalam satu tahun serta pendapatan yang diperkirakan oleh kementerian/lembaga.

DIPA yang lengkap memuat uraian fungsi/sub fungsi, program, sasaran program,

rincian kegiatan/sub kegiatan, jenis belanja, kelompok mata anggaran keluaran

dan rencana penarikan dana serta perkiraan penerimaan kementerian

negara/lembaga.

Satker Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL) membuat Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang akan disahkan oleh Dirjen Anggaran atas

nama Mentri Keuangan. DIPA berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan

atau kegiatan yang telah tercantum dalam APBN dan agar kegiatan yang akan

dilakukan tidak keluar dari apa yang telah direncanakan. Dalam melaksanakan

program atau kegiatan yang tercantum dalam DIPA, tentunya Puslitbang Geologi

Kelautan (P3GL) akan membutuhkan dana untuk dapat merealisasikan program

atau kegiatan tersebut. Dana yang akan dipergunakan tersebut berasal dari

pemerintah. Pemerintah memberikan kepercayaan kepada Puslitbang Geologi

Kelautan (P3GL) untuk mengelola dana tersebut agar dapat bermanfaat dalam


(4)

dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan baik dan sesuai dengan fungsinya

masing-masing.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, materi tersebut dijadikan sebagai

tema utama dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek dengan judul “Tinjauan

Prosedur Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pada Kantor Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) “.


(5)

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Adapun maksud dari penulisan laporan ini agar mahasiswa dapat

mengembangkan pengetahuan keterampilan yang diperoleh di bangku kuliah

dengan kenyataan yang ada di lingkungan kerja. Ada pun tujuan yang lebih

mendasar dari kerja praktek ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui prosedur dalam dokumen isian pelaksanaan anggaran

pada kantor Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL)

2. Untuk mengetahui dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan

anggaran pada kantor Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL)

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Adapun kegunaan yang dapat di peroleh mahasiswa dengan adanya kerja praktek

ini, yaitu :

a. Bagi Penulis

1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan mahasiswa (calon

Ahli Madya) untuk mengaplikasikan seluruh ilmu pengetahuan secara

teoritis yang diperoleh selama perkuliahan ke dalam praktek di dunia

kerja yang sesungguhnya.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengeluaran

anggaran belanja pegawai pada Puslitbang Geologi Kelautan

3. Menerapkan kemampuan dan keterampilan akademis yang telah


(6)

b. Bagi Instansi

1. Memperoleh masukan guna memperbaiki kesalahan-kesalahan yang

terjadi dalam melaksanakan kegiatan perusahaan selama ini.

2. Membatu dalam berbagai aktivitas perusahaan

c. Bagi Pihak Lain

1. Sebagai bahan referensi dan acuan untuk pembaca dan penulis

selanjutnya

2. Sebagai bahan kajian dalam membandingkan antara bangku kuliah

dengan praktek di lapangan.

1.4 Metode Kerja Praktek

Metode yang di lakukan dalam membuat laporan kerja praktek adalah dengan

metode Blok Releas yaitu, penelitian yang di lakukan pada waktu tertentu dalam

waktu satu bulan. Sedangkan untuk metode penulisan laporan menggunakan

metode deskriptif yaitu Prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian

(perorangan, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun cara dalam

pengumpulan data dan informasi sebagai bahan pendukung dalam penyajian

laporan ini adalah :


(7)

Dimana dalam mencari informasi penulis melakukan wawancara

(interview) kepada pembimbing dan staf juga kepada bagian-bagian yang terkait secara langsung di lapangan.

2. Studi Pustaka

Penulis mencari informasi berdasarkan beberapa referensi yang

mendukung dalam membuat laporan kerja praktek, serta kesesuaian aturan

yang berlaku dalam pelaksanaan topik yang penulis tinjau di lapangan.

1. Wawancara (Interview)

Penulisan mengadakan wawancara langsung kepada pembimbing

mengenai data yang diperlukan penulis.

2. Studi Dokumenter

Penulis mempelajari dokumen – dokumen (Arsip) yang dipergunakan

di perusahaan khususnya di bagian penulis melakukan penelitian.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Dalam penyusunan kerja Praaktek ini, penulis melakukan kerja praktek di

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) yang beralamat di

Jl. Dr. Junjunan No.236 Bandung-40174, Indonesia, Telp. (022) 6032020 dan

Fax. (022) 6017887. Sedangkan waktu Kerja Praktek yang dilakukan dalam satu

periode yaitu dari tanggal 04 Juli 2011 sampai dengan 04 Agustus 2011. Hari

Kerja Praktek yang berlaku dari hari Senin sampai dengan Jumat dan waktu


(8)

Tabel 1.1

Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

NO

BULAN

KEGIATAN

JULI-AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan permohonan KP 2 Mencari tempat KP

3 Pelaksanaan KP

4 Mengajukan judul 5 Mencari data laporan KP

6 Pengelolaan data

7 Membuat laporan KP 8 Bimbingan laporan KP a. Judul b.BAB I

c. BAB II

d.BAB III


(9)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL)

Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai

dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1979. Pada tanggal 6 Maret 1984 kedua Seksi

tersebut kemudian ditingkatkan menjadi Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL) di

bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan SK Menteri

Pertambangan dan Energi No. 1092 Tahun 1984.

Pada awal berdirinya, PPGL didukung oleh empat bidang teknis, yaitu : Bidang

Geologi Kelautan, Bidang Geofisika Kelautan, Bidang Sarana Operasi Kelautan, Bidang

Manajemen Informasi dan Bagian Umum, dengan jumlah sumber daya manusia 164 orang.

Sarana dan prasarana yang dimiliki sebagian berasal dari P3G. Dalam perjalanannya, PPGL

telah membangun Kapal Peneliti Geomarin I dan memiliki berbagai peralatan survei pantai.

Kapal Peneliti Geomarin I diopeasikan untuk mendukung kegiatan pemetaan geologi

kelautan bersistem skala 1:250.000 di perariran dangkal. Peralatan survei pantai dioperasikan

untuk mendukung kajian geologi kelautan tematik di kawasan pesisir. Selanjutnya

berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 Tahun 2001, PPGL

dimekarkan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) di

bawah Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral.

Pada era tersebut PPPGL berkembang dengan semangat menuju kemandirian, sejalan

dengan lingkungan strategis globalisasi, AFTA, perkembangan industri kelautan yang pesat,


(10)

mengukuhkan kembali PPPGL sebagai penunjang dalam upaya meningkatkan investasi

sektor ESDM terutama penyediaan data klaim atas wilayah landas kontinen, dan peningkatan

status cekungan migas di laut. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, PPPGL mempunyai tugas

melaksanakan litbang bidang geologi kelautan di seluruh wilayah Laut Indonesia dalam

rangka menunjang pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. Untuk

melaksanakan tugas tersebut prioritas pokok kegiatan adalah melakukan pengembangan

litbang di kawasan pantai dan laut, pengembangan kelembagaan menuju kemandirian dan

pengembangan pelayanan jasa riset dan teknologi.

Penyelidikan dan pemetaan geologi kelautan pada dekade terakhir ini makin

ditingkatkan terutama pada pencarian sumber daya mineral yang bernilai strategis dan

ekonomis dalam menunjang pembangunan nasional. Hal ini sehubungan dengan makin

terbatasnya sumber daya mineral dan energi di darat. Kegiatan tersebut merupakan

perwujudan akan tanggung jawab pemerintah dan negara dalam menggali potensi sumber

daya mineral dan energi yang terdapat di dasar laut, mulai kawasan pantai, perairan pantai

hingga ke batas terluar Landas Kontinen termasuk Zona Ekonomi Eksklusif.

Kantor Pusat Puslitbang Geologi Kelautan berada di Jl. Dr. Junjunan 236 Bandung,

yang merupakan kantor pusat administrasi, perencanaan dan pengolahan data. Disamping itu

Puslitbang Geologi Kelautan memiliki unit sarana dan operasi kelautan tang terletak di pantai


(11)

Gambar 2.1 Lokasi Kantor P3GL Bnadung

2.1.1 Visi dan Misi Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL)

Setiap perusahaan memiliki Visi, Misi , dan Strategi Perusahaan agar perusahaan tersebut

mencapai apa yang diinginkan. Begitu juga dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi Kelautan (P3GL) sebagai salah satu perusahaan terkemuka memiliki visi dan misi

yang jelas demi kemudahan bersama.

2.1.2 Visi

Menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang PROFESIONAL,

UNGGUL, dan MANDIRI di bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.

2.1.3 Misi

 Melaksanakan litbang dan pemetaan geologi kelautan dan potensi energi sumber daya

mineral kawasan pesisir dan laut

 Melaksanakan pengelolaan dan pengembangan sarana-prasarana litbang

 Memberikan kontribusi dalam perumusan evaluasi, dan rekomendasi kebijakan

potensi energi dan sumber daya mineral di wilayah landas kontinen Indonesia

 Memberikan pelayanan jasa teknologi dan informasi hasil litbang


(12)

2.1.4 Tujuan

 Peningkatan investasi di sektor energi dan sumber daya mineral

 Pengembangan kawasan perbatasan

 Peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup

 Penguatan kelembagaan

2.1.5 Sasaran

 Penelitian dan pengembangan pemetaan dan inventarisasi potensi sektor energi dan

sumber daya mineral

 Terciptanya dukungan dalam perumusan kebijakan batas landas kontinen Indonesia

 Tercapainya dukungan informasi dan jasa teknologi geologi kelautan

 Tercapaiya kompetensi sumber daya manusia, sarana prasarana, dan sistem mutu

litbang

2.2 Struktur Organisasai Puslitbang Geologi Kelautan (P5GL)

Profil Kelembagaan PPPGL mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan

pengembangan bidang geologi kelautan. Dalam melaksanakan tugasnya PPPGL

menyelenggarakan fungsi-fungsi :

 Perumusan pedoman dan prosedur kerja;

 Perumusan rencana dan program penelitian dan pengembangan berbasis kinerja;

 Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan pemetaan geologi, geokimia, dan

geofisika kelautan, serta pengelolaan sarana dan prasarana penelitian dan

pengembangan;


(13)

 Pengelolaan kerja sama kemitraan penerapan hasil penelitian dan pelayanan jasa

teknologi, serta kerja sama penggunaan sarana dan prasarana penelitian dan

pengembangan;

 Pengelolaan sistem informasi dan layanan informasi, serta sosialisasi dan

dokumentasi hasil penelitian dan pengembangan teknologi;

 Penanganan masalah hukum dan hak atas kekayaan intelektual, serta pengembangan

sistem mutu kelembagaan penelitian dan pengembangan teknologi;

 Pembinaan kelompok jabatan fungsional Pusat;

 Pengelolaan ketatausahaan , rumah tangga, administrasi keuangan, dan kepegawaian

pusat;

 Evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan bidang geologi kelautan

Gambar 1.2 Struktur Organisasi

2.3 Deskripsi Jabatan Perusahaan

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 0030/2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen ESDM, PPPGL, merupakan salah satu unit yang

berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral.


(14)

1. Bagian Tata Usaha

1. Bagian Keuangan

mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan

ketatausahaan Pusat. Dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Menyusun rencana kegiatan Bagian Keuangan, berdasarkan data dan program

yang ditetapkan oleh Asisten , Administrasi Umum serta ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja

2. Memimpin dan mengkoordinasikan bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan

dengan harmonis dan saling mendunkung sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku

3. Memberi petunjuk dan bimbingan kepada bawahan agar dalam pelaksanaan

tugas sesuai dengan yang diharapkan

4. Mengatur dan mendistribusikan tugas kcpada bawahan sesuai dengan bidang

tugas dan permasalahannya

5. Memeriksa dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dengan cara mencocokkan

dengan petunjuk kerja yang diberikan dan kctentuan yang berlaku agar

tercapai kesesuaian dan kebenaran hasil kerja

6. Menilai prestasi kerja berdasarkan hasil yang dicapi sebagai bahan

pertimbangan dalam peningkatan karier

7. Menyusun rancangan APBD dsn rancangan perubahan APBD

8. Mengendalikan pelaksanaan APBD

9. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistim penerimaan dan pengeluaran


(15)

10.Melaksanakan pengolahan keuangan daerah sesuai dengan kebijakan yang

ditetapkan oleh bupati serta ketentuan perundang – undangan yang berlaku

11.Melaksanakan pembayaran berdasarkan permintaan pengguna anggran sesuai

dengan ketentuan dan perundang – undangan yang berlaku

12.Melaksakan sistim akutansi dan pelaporan keuangan daerah

13.Melakukan pembayaran gaji pegawai administrasi perjalanan dinas dan

mengontrol pengawasan keuangan bagi belanja pegawai, serta pembelian

alat-alat tulis kantor

14.Memeriksa penyelenggaran administrasi keuangan tentang belanja pegawai

agar sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku

15.Mengoreksi SPJ pembayaran gaji dan SKPP pegawai yang pindah agar tertib

administrasi dan kelancaran pelaksanaannya selalu terpelihara dengan baik

16.Mengoreksi realisasi pelaksanaan anggaran perjalanan dinas pegawai sesuai

dengan ketentuan yang berlaku sehingga perjalanan dinas berlangsung efektif

dan efesien

17.Meneliti bukti tagihan pihak swasta kepada pemerintah kabupaten dan

menyetujui pembayaran bila telah memenuhi ketentuan yang berlaku

18.Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan bagian keuangan, serta keselururhan

19.Membuat laporan kegiatan di bidang tugasnya, sebagai bahan informasi dan

pertanggungjawaban kepada atasan

20.Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepada atasan

Bagian keuangan dipimpin oleh seorang kepala bagian yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada asisten administrasi umum.


(16)

Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian di

lingkungan Badan. Bagian Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan pengembangan kepegawaian, analisis kebutuhan, dan

penyaringan pegawai dalam rangka pendidikan dan pelatihan serta ujian

jabatan

2. Pelaksanaan administrasi dan koordinasi pengembangan jabatan fungsional

3. Penyiapan bahan penyusunan formasi, tata usaha, dokumentasi, statistik dan

kesejahteraan pegawai

4. Pemantauan dan evaluasi implementasi kepatuhan internal pegawai di

lingkungan Badan.

Bagian Kepegawaian terdiri dari:

1. Subbagian Pengembangan Pegawai mempunyai tugas melakukan urusan mutasi

kepegawaian, analisis kebutuhan, penyaringan dan pengusulan pegawai dalam rangka

pendidikan dan pelatihan serta ujian jabatan.

2. Subbagian Administrasi Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan

pengadministrasian dan koordinasi pengembangan jabatan fungsional

3. Subbagian Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan pemantauan dan evaluasi

implementasi kepatuhan internal di lingkungan Badan.

4. Subbagian Umum Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

formasi serta melakukan urusan tata usaha, dokumentasi, statistik dan kesejahteraan

pegawai.

2. Bidang Sarana Penelitian dan Pengembangan

Dalam bidang sarana penelitian dan pengembangan mempunyai tugas melaksanakan


(17)

3. Bidang Perencanaa dan Program

Mempunyai tugas melaskanakan penyiapan rencana dan program, serta penyusun

akuntabilitas kinerja, pelaporan dan dokumentasi kegiatan penelitian dan pengembangan

bidang geologi kelautan.

4. Bidang Afiliasi

Mempunyai tugas melaksanakan kerjasama, serta penyebarluasan informasi hasil

penelitian dan pengembangan teknologi pusat.

5. Bagian Umum (Kelompok Jabatan Fungsional)

Bagian umun atau kelompok jabatan fungsional memiliki tugas sebagai berikut:

1. Kepala Badan membentuk kelompok program penelitian dan pelayanan berdasarkan

usulan Kepala Pusat yang bersangkutan

2. Kelompok Jabatan Fungsional berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Sekretaris Badan atau Kepala Pusat yang bersangkutan

3. Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Badan Geologi mempunyai tugas

melaksanakan dan memberikan jasa penelitian dan pelayanan di bidang geologi, serta

melaksanakan tugas lainnya yang didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan

tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Jabatan Fungsional Peneliti, Perekayasa,

Penyelidik Bumi, Teknisi Litkayasa, serta sejumlah jabatan fungsional tertentu

lainnya yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan

bidang keahliannya yang diangkat dan diatur berdasarkan ketentuan


(18)

5. Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh seorang Tenaga Fungsional

Senior yang diangkat oleh Kepala Badan Geologi.

6. Jumlah Tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

7. Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional diatur berdasaran ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan

Sebagai instansi yang berperan ganda dalam mengemban misi pemerintah dan

memberikan layanan jasa Litbang Geologi Kelautan. Puslitbang Geologi Kelautan ini

mempunyai 4 (empat) program untuk melaksanakannya, yaitu :

1. Program Penelitian dan Pemetaan

1. perencanaan dan pelaksanaan koordinasi kegiatan litbang penelitian dasar geologi dan

geofisika kelautan di daerah pesisir laut

2. Pemetaan geologi dan geofisika kelautan sistematik

3. Pemberian layanan jasa litbang penelitian dasar geologi dan geofisika kelautan

2. Program Lingkungan dan Sumber Daya Lingkungan

1. Perencanaan, pelaksanaan dan koordinasi kegiatan litbang lingkungan dan

konservasinya, serta ekplorasi kekayaan sumber daya mineral di pesisir dan laut

2. Pemberian layanan jasa litbang penelitian lingkungan dan konservasinya, serta


(19)

3. Program Geoteknik dan Kebencanaan Geologi Kelautan

1. Perencanaan, pelaksanaan dan koordinasi kegiatan litbang geoteknik dan kekayaan

sumber daya mineral di pesisir dan laut

2. pemetaan potensi rawan bencana geologi kelautan wilayah pesisir dan laut

3. Pemberian layanan jasa litbang penelitian geoteknik dan kekayaan di wilayah pesisir

dan laut

4. Program Pengembangan Teknologi Geologi Kelautan

1. Perencanaan, pelaksanaan dan koordinasi kegiatan litbang pemuktahiran teknologi dan

sarana penelitian geologi dan geofisika kelautan

2. pengembangan informasi geologi dan geofisika kelautan

3. . Pemberian layanan jasa litbang pengembangan teknologi dan sarana penelitian

geologi dan geofisika kelautan

5. Bidang Pekerjaan Divisi

Bidang program dan informasi adalah divisi yang menangani masalah IT yang berhubungan


(20)

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat, karena dengan

dilakukannya kegiatan kerja praktek ini para mahasiswa dapat mengetahui

lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga ilmu yang telah diperoleh

selama ini di bangku perkuliahan dapat diterapkan secara langsung. Penulis

melaksanakan kegiatan kerja praktek di Puslitbang Geologi Kelautan yang

beralamatkan di Jalan Dr. Junjunan No.236 Bandung-40174, Indonesia. Penulis

ditempatkan pada Subbagian Tata Usaha dalam kelompok kerja keuangan dan

rumah tangga. Bagian ini bertugas :

1. Memposting dokumen SPM-LS dan SP2D ke buku realisasi anggaran,

2. Memposting dokumen SPM-UP/GU dan SP2D atas belanja perjalanan

dinas ke buku pembantu pengawasan kredit (wasdit),

3. Mengarsipkan berkas SPM dan SP2D,

4. Menginput data uang makan pegawai ke dalam aplikasi GPP,

5. Mempersiapkan untuk pembagian honor pegawai Non-PNS,

6. Menyiapkan berkas untuk pelaporan pajak,

7. Membuat surat dan berkas ralat SPM untuk revisi ke KPPN,

8. Membuat atau merekap SPM untuk laporan akhir September 2010,

9. Membuat ringkasan kontrak,


(21)

11. Membuat jadwal mingguan pangajuan SPM ke KPPN,

12. Membuat SPM,

13. Membuat dan menyusun laporan pajak bulanan,

14. Menginput bon pengeluaran barangpersediaan gudang, dan

15. Membukukan SPK.

Dibagian ini penulis bertugas melakukan posting dokumen SPM-UP/GU

dan SP2D atas belanja perjalanan dinas ke buku pembantu pengawasan kredit.

3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek

Kuliah kerja praktek dilaksanakan berdasarkan jadwal yang telah

disepakati antara pihak penulis dengan pihak perusahaan. Dalam pelaksanaan

kerja praktek dilakukan dalam suatu periode tertentu yaitu dari tanggal 04 Juli

2010 sampai dengan 04 Agustus 2010. Kegiatan – kegatan yang dilakukan dalam

melaksanakan kuliah kerja praktek ini dengan melakukan beberapa kegiatan yang

ada di Puslitbang Geologi Kelautan.

Puslitbang Geologi Kelautan dan pengamatan pada pelaksanaan dokumen

anggaran. Berdasarkan berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan selama kerja

praktek, maka penulis menyusun laporan untuk membahas lebih rinci mengenai

prosedur pelaksanaan anggaran belanja pegawai pada Puslitbang Geologi

Kelautan. Dalam penyusunan laporan ini, penulis membutuhkan data – data yang

dapat menunjang terhadap penyelesaian laporan ini. Data – data yang dibutuhkan

tersebut, penulis dapatkan selama melakukan kegiatan kerja praktek yaiu melalui


(22)

perusahaan, studi ke perpustakaan dan sumber lain yang dapat dijadikan bahan

penunjang dalam penyusunan laporan ini.

3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran 3.3.1.1 Prosedur

Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan

untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan

tersebut. Oleh jarena itu, setiap perusahaan baik itu swasta maupun pemerintahan

hendaknya memiliki prosedur dasar pelaksanaan kerja untuk menunjang

kelancaran operasional perusahaan.

Dengan adanya prosedur yang memadai maka pengendalian dan tujuan

akan dicapai dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik. Dalam Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia (2006:446) dinyatakan bahwa :

Prosedur merupakan (a) tahap- tahap kegiatan di dalam melaksanakan suatu kegiatan dan, (b) metode langkah dini, langkah secara nyata dalam memecahkan suatu masalah.

Mulyadi (2005:5) menyatakan Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya

melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Selain itu, definisi prosedur menurut Ardiyos (2006:457) prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa


(23)

orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

Sedangkan Sumadji (2006:527) menyatahan Prosedur adalah tahapan kegiatan

untuk menyelesaikan suatu aktivitas, prosedur merupakan metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk memecahkan suatu permasalahan.

Menurut Fernandez (2000:135) menyatakan Prosedur adalah suatu metode yang

jelas dan sistematis yang menetapkan bagaimana suatu fungsi dilakukan dan siapa yang bertanggung jawab pada setiap bagiannya.

Berdasarkan beberapa uraian mengenai definisi prosedur diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah bagian dari suatu system yang

merupakan rangkaian dari beberapa tahapan suatu tindakan secara sistematis dan

jelas dimana melibatkan beberapa orang yaitu antara satu orang dengan orang lain

yang bertanggungjawab pada setiap bagiannya untuk menjamin agar suatu

kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang telah sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.

3.3.1.2 Manfaat Prosedur

Dalam melaksanakan suatu kegiatan pasti terdapat manfaatnya, begitu

juga dengan prosedur sebagi suatu tindakan yang terstruktur dalam mencapai

tujuan tertentu, memiliki manfaat yang jelas dalam pelaksanaannya. Sehingga

tindakan yang dilaksanakan dengan suatu prosedur akan mendatangkan manfaat

yang baik pula.


(24)

adalah :

1. Memberikan keseragaman dalam melakukan tindakan.

2. Menyajikan pandangan yang menyeluruh pada situasi dan persoalan yang

dihadapi dengan realita.

3. Dapat menyederhanakan pelaksanaan dalam mengambil keputusan.

4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang timbul pada pelaksanaan

kerja.

5. Tugas dapat dilaksanakn dengan cermat.

6. Keputusan yang salah dan terburu-buru dapat dikurangi.

7. Membantu usaha-usaha latihan karyawan dengan diterapkannya

syarat-syarat kerja, ditentukannya hubungan kerja, serta diuraikannya secara

lengkap aliran kerja.

3.3.1.3 Tujuan Prosedur

Tujuan dari suatu tindakan merupakan suatu hal penting yang harus selalu ada.

Dengan adanya tujuan dari suatu tindakan dimaksudkan agar target yang akan

dicapaidari tindakan tersebut terlihat lebih jelas. Tujuan dari suatu tindakan tidak

selalu mudah untuk dicapai, karena dalam proses pencapaian tersebut pasti akan

menemuiberbagaia hambatan. Namun, suatu tujuan tertentu akan tercapai apabila

terdapat alur kerja yang jelas dan tersusun dengan baik dalam proses

pencapaiannya. Hal ini berarti prosedur juga harus memiliki tujuan agar


(25)

Menurut Mulyadi (2001:146) menyatakan bahwa dalam penyusunannya,

prosedur harus memiliki beberapa tujuan utama yang harus dikembangkan dengan

baik, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.

2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasiklan oleh system yang sudah

ada, baik mengenai mutu, ketetapan penyajian, maupun struktur informasi.

3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu

memperbaiki tingkat keandalan (reability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan

perlindungan kekayaan perusahaan.

4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam menyelenggarakan catatan

akuntansi.

3.3.1.4 Fungsi Prosedur

Suatu tindakan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, harus

didasarkan pada tujuan yang jelas. Oleh karena itu, agar tujuan dari suatu tindakan

jelas, maka tindakan tersebut harus memiliki fungsi yang jelas pula. Sehingga

tindakan yang dilaksanakan akan lebih optimal dalam pencapaian tujuannya.

Menurut Hall (2001:17) fungsi prosedur adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui urutan kegiatan dalam menjalankan suatu kegiatan.

2. Untuk menghindari penyimpanan-penyimpanan kegiatan yang seharusnya

tidak dilakukan.

3. Untuk mencegah pelaksanaan tugas yang tumpang tindih dan tidak


(26)

3.3.1.5 Prosedur Penyusunan Anggaran

Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja dalam

rangka waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan

kuantitatif orang lain. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai perencanaan

laba (profit planning). Dalam perencanaan laba, manajemen menyusun rencana

operasional yang implikasinya dinyatakan dalam laporan laba rugi jangka pendek

dan jangka panjang, neraca kas dan modal kerja yang diproyeksikan dimasa yang

akan datang.

Prosedur penyusunan anggaran dalam suatu perusahaan menurut

Wikepedia Indonesia, ensiklopedia bebas, 2010,. Anggaran Sektor Publik,

(Online), (http://wikipediaindonesia/anggaransektorpublik diakses 2 Desember

2010) dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Anggaran

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar

taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang

perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran,

hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendsapatan secara lebih

akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya

jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan

pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.

2. Tahap Ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang


(27)

memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai political skill,

salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.

Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus

mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi

yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan

dari pihak legislatif.

3. Tahap Implementasi / Pelaksanaan Anggaran

Dalam tahap ini yang paling penting adalah harus diperhatikan oleh

manajer keuangan public adalah dimilikinya system (informasi) akuntansi

dan system pengendalian manajemen.

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika

tahap implementasi telah didukung dengan system akuntansi dan system

pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget

reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.

3.3.1.6 Prinsip Penyusunan Anggaran

Dalam setiap penyusunan anggaran didasarkan pada prinsip-prinsip dasar

yang harus dipenuhi dan ditaati agar suatu anggaran dapat disusun dan

dilaksanakan dengan baik. Adapun menurut Mardiasmo (2002:105)

prinsip-prinsip dalam penyusunan anggaran sektor publik adalah meliputi :


(28)

Anggaran public harus mendapatkan otorisasi dari legislative terlebih

dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

2. Komperehensif

Anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran

pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran bersifat komperehensif.

3. Keutuhan Anggaran

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana

umum.

3.3.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Anggaran

Pelaksanaan anggarn setiap kegiatan tidak terlepas dari factor-faktor yang

mempengaruhinya. Factor-faktor tersebut sangat bermanfaat di dalam

melakukankegiatan penyusunan anggran sehingga tujuan yang akan dicapai dapat

direalisasikan secara optimal. Adapun factor-faktor penyusunan anggaran menurut

Munandar (2001:12) adalah sebagai berikut :

1. Faktor Intern

Faktor-faktor intern (Controlable) antara lain berupa :

a. Data penjualan pada tahun yang lalu,

b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual,

c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan,

d. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya maupun

keterampilan dan keahliannya,


(29)

f. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan,

g. Kebijakan-kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan

fungsi-fungsi perusahaan, baik di bidang perusahaan, baik dibidang

pemasaran, produksi, pembelanjaan administrasi maupun di bidang

personalia.

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor ekstern (Uncontrollable) antara lain berupa :

a. Keadaan persaingan,

b. Tingkat pertumbuhan penduduk,

c. Tingkat penghasilan mesyarakat,

d. Tingkat penyebaran penduduk,

e. Agama, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat

f. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang polotik, ekonomi,

social, budaya maupun keamanan,

g. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan

teknologi, dsb.

3.3.1.8 Klasifikasi Anggaran

Dalam mengetahui kegiatan penyusunan anggaran kegiatan yang dilaksanakan

oleh setiap bagian tertentu, maka setiap kegiatan yang dilaksanakan harus bisa

kita klasifikasikan mengenai anggaran yang diperlukan. Klasifikasi anggaran

merupakan pengelompokan atau pembagian dari anggaran agar dapat memberikan

gambaran yang lebih rinci. Adapun klasifikasi anggaran menurut Arif (2009:126)


(30)

1. Klasifikasi Menurut Objek.

Anggaran disusun berdasarkan jenis pendapatan dan belanja. Pendapatan

terdiri dari penerimaan dalam negeri yang terdiri atas penerimaan

perpajakan dan penerimaan Negara bukan pajak. Pendapatan lain adalah

pendapatan hibah dan sebagainya.

2. Klasifikasi Berdasarkan Organisasi

Anggaran diklasifikasikan berdasarkan unit pemerintah seperti anggaran

departemen pertahanan, anggaran departemen luar negeri dan seterusnya

termasuk unit organisasi vertical di bawahnya. Klasifikasi ini

memungkinkan untuk melihat pengalokasian anggaran kepada

sasaran-sasaran pembangunan secara nasional. Kedua, disetiap kementrian Negara/

lembaga tidak memiliki karakteristik yang sama. Ada kementrian yang

pendapatannya lebih banyak dan belanja relative lebih sedikit, seperti

Departemen Keuangan. Di sisi lain, ada unit yang belanjanya relative

besar, sedangkan pendapatan kecil.

3. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi

Anggaran disusun berdasarkan fungsi belanja di dalam Negara seperti di

dalam sector pendidikan, sector social dan seterusnya. Sector pendidikan

bisa terdapat di berbagai kementrian Negara/lembaga, tidak hanya di

Departemen Pendidikan. Klasifikasi ini umumnya hanya untuk belanja.


(31)

Anggaran disusun berdasarkan sifat/karakter pendapatan dan belanja

seperti pendapatan dalam negeri dan belanja operasional serta belanja

modal.

5. Klasifikasi Berdasarkan Kehematan

Anggaran disusun berdasarkan skala prioritasnya. Prioritas belanja disusun

berdasarkan tingkat kebutuhansesuai dengan kebijakan nasional,

mengingat terbatasnya pendapatan Negara. Untuk itu, didahulukan

pendapatan dalam negeri dan belanja operasional kemudian pembiayaan

dan belanja modal sesuai dengan tingkat prioritas.

3.3.1.9 Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Ketika Undang-Undang tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) disetujui oleh DPR dan ditetapkan sebagai

Undang-Undang APBN, maka selesailah tahapan kedua dari siklus anggaran yaitu tahapan

penetapan dan pengesahan UU APBN oleh DPR.

Pada saat ini, dimulailah tahap ketiga yaitu tahap pelaksanaan anggaran

(APBN) yang merupakan kewenangan Presiden selaku kepala pemerintah untuk

melaksanakan seluruh kebijakan yang telah tertuang dalam undang-undang

tersebut.

Pada awal tahun anggaran, langkah pertama yang dilakukan dalam tahap

pelaksanaan anggaran meliputi penetapan pejabat pengelola anggaran serta

penerbitan dan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebagai

dasar hukum pelaksanaan anggaran bagi masing-masing kementerian/lembaga


(32)

Sistem Administrasi Keuangan Negara, sesuai dengan UU 17 tahun 2003

tentang Keuangan Negara dan UU 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaarn Negara,

mengatur pemisahan fungsi pejabat pengelola keuangan negara yang terdiri dari

Menteri Keuangan selaku Manajer Keuangan Negara (Chief Financial Officer

/CFO) dan Bendahara Umum Negara (BUN), sementara Pimpinan

Kementerian/Lembaga selaku Pengguna Anggaran (Chief Operational Officer

/COO). Struktur Organisasi dan pejabat yang berwenang dalam [pengelolaan

keuangan negara dapar digambarkan sebagai berikut.

Kewenanagn Fungsi Administrasi

menurut UU No. 1 Tahun 2004

Gambar 3.1

Pelaksanaan anggaran selanjutnya secara teknis dilakukan oleh

kementerian dan lembaga terkait dengan menteri/pimpinan lembaga sebagai

pengguna anggaran/pengguna barang. Pada awal tahun anggaran,

menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran menetapkan para pejabat di


(33)

1. kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang;

2. pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara

(PNBP);

3. pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

anggaran belanja negara;

4. pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;

5. bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam

rangka pelaksanaan anggaran penerimaan;

6. bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam

rangka pelaksanaan anggaran belanja.

Dengan ketentuan pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran anggaran belanja (butir 3) tidak boleh merangkap sebagai pejabat

sebagaimana pada butir 4, 5, dan 6.

Perbandingan Kewenangan Pengguna Anggaran


(34)

Dari flow chart di atas, tampak bahwa kewenangan pengguna anggaran

dapat dikuasakan kepada eselon/pejabat yang lebih rendah yakni dari menteri

teknis sampai dengan kepada eselon IV (kuasa pengguna anggaran), sebagaimana

seorang pejabat eselon IV (kuasa BUN) di KPPN menandatangani SP2D atas

nama Menteri Keuangan/Bendahara Umum Negara.

Selanjutnya merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

606/PMK.606/2004 tentang Pedoman Pembayaran dalam pelaksanaan APBN

Tahun 2005 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

SE-050/PB/2004 bahwa menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran

menerbitkan keputusan tentang penunjukan:

1. kuasa pengguna anggaran;

2. pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

anggaran;

3. bendahara pengeluaran;

4. pejabat yang diberi kewenangan untuk menerbitkan dan menandatangani

SPM.

Keputusan tersebut bertujuan menyerahkan sepenuhnya kewenangan menteri

teknis, dengan catatan tidak diperkenankan perangkapan jabatan pembuat

komitmen dengan jabatan bendahara pengeluaran. Gambar di bawah ini,

menjelaskan suatu struktur organisasi yang ideal menurut amanah UU No. 1 tahun


(35)

Gambar 3.3 Stuktur Organisasi Pengolahan Keuangan Negara

A. Prosedur Penyelesaian DIPA di Pusat

Prosedur penelaahan dan penyusunan DIPA di pusat diatur sebagai berikut.

1) Setelah keputusan presiden tentang Rincian APBN diterbitkan, dan data

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL)

diterima dari Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan

(DJAPK), Direktorat Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal

Perbendaharaan (Dit. PA DJPBN) segera menghubungi kementerian

negara/lembaga untuk segera membuat perincian pelaksanaan anggaran

untuk kegiatan yang akan dilaksanakan. Rincian tersebut meliputi kegiatan

yang akan dilaksanakan di kantor pusat dan di daerah termasuk kegiatan

dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

2) Petugas penelaah Dit. PA DJPBN melakukan penelaahan DIPA yang


(36)

a. alokasi anggaran yang ditetapkan Presiden,

b. rencana kerja dan anggaran satuan kerja pada kementerian

negara/lembaga.

3) Petugas penelaah Dit. PA DKBN dan kementerian negara/lembaga

melakukan penelaahan semua kegiatan yang tertuang dalam DIPA dan

melampirkan: catatan pembahasan, konsep surat pengesahan DIPA/konsep

DIPA, dan dokumen pendukung untuk diteliti lebih lanjut.

B. Prosedur Penyelesaian DIPA di Daerah

Prosedur penelaahan dan penyusunan DIPA di daerah diatur sebagai berikut.

Setelah Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) diterima dari Kantor Pusat

DJPBN, Kanwil DJPBN segera menyampaikan copy SRAA kepada Kantor

Daerah Kementerian Negara/Lembaga atau satker pelaksana dekonsentrasi dan

tugas pembantuan untuk menyusun Konsep DIPA dan segera melakukan

koordinasi dengan semua satker di wilayah pembinaannya. Kemudian

memberitahukan kepada satker-satker untuk segera menyusun konsep DIPA yang

selanjutnya disampaikan kepada Kanwil DJPBN beserta disketnya.

3. Rencana Pendapatan

Penatausahaan pendapatan dimulai dari satuan kerja dikoordinasikan oleh

kementerian negara/lembaga dengan mengikuti kelompok pendapatan sebagai

berikut.

a. Tiga digit pertama merupakan kelompok pendapatan.

b. Lima digit pertama merupakan sub kelompok pendapatan.


(37)

Contoh:

− kelompok pendapatan 423 untuk PNBP lainnya;

− subkelompok pendapatan 42315 untuk pendapatan jasa II;

− MAP 423154 untuk pendapatan jasa catatan sipil.

4. Rencana Penarikan Dana

Dalam hal pencantuman angka rencana penarikan dana pada halaman III

DIPA berdasarkan rencana kerja satker perlu memerhatikan hal-hal sebagai

berikut.

a. Untuk belanja pegawai, rencana penarikan dana per bulan adalah seperdua

belas dari pagu gaji 1 tahun;

b. Untuk belanja barang, agar memerhatikan batas penarikan dana triwulan;

c. Untuk belanja modal, agar memerhatikan kebutuhan berdasarkan rencana

pelaksanaan kegiatan.

5. Penetapan DIPA dan SP DIPA

Dalam penetapan DIPA dan Surat Pengesahan DIPA (SP DIPA)

dikategorikan sebagai berikut.

A. DIPA Kantor Pusat

DIPA Kantor Pusat adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang

pelaksanaannya dilakukan oleh kantor pusat kementerian negara/lembaga.

Penelahaan DIPA dilakukan secara bersamaan antara Direktorat

Pelaksanaan Anggaran DJPBN dengan kementerian negara/lembaga


(38)

DIPA, dan Dirjen Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan

menetapkan SP DIPA.

B. DIPA Kantor Daerah

DIPA Kantor Daerah adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang

pelaksanaannya dilakukan oleh kantor daerah/instansi vertikal kementerian

negara/lembaga. Penelahaan DIPA dilakukan secara bersama antara

Kanwil DJPBN dengan kantor daerah/intansi vertikal kementerian

negara/lembaga. Kepala kantor daerah/instansi vertikal kementerian

negara/lembaga atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA, dan Kanwil

DJPBN atas nama Menteri Keuangan menetapkan SP DIPA.

C. DIPA Dalam Rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi

DIPA dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi adalah dokumen

pelaksanaan anggaran yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada gubernur.

Penelahaan DIPA dilakukan secara bersama antara Kanwil DJPBN dengan

dinas terkait atas nama gubernur. Gubernur atau kepala dinas atau pejabat

yang ditunjuk menetapkan DIPA, dan Kanwil DJPBN atas nama Menteri

Keuangan menetapkan SP DIPA.

D. DIPA Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Pembantuan

DIPA dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan adalah dokumen

pelaksanaan anggaran yang pelaksanaannya ditugaskan kepada

gubernur/bupati/walikota/kepala daerah. Penelaahan DIPA dilakukan

secara bersama antara Direktorat Pelaksanaan Anggaran DJPBN dengan


(39)

pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA, dan Direktur Jenderal

Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan menetapkan SP DIPA.

Revisi DIPA

DIPA yang sudah disahkan oleh DJPBN atau Kepala Kanwil DJPBN

apabila diperlukan dapat dilakukan revisi oleh satker yang bersangkutan dan

selanjutnya diajukan kepada DJPBN atau Kanwil DJPBN untuk ditelaah dan

disahkan, dengan catatan sebagai berikut.

a. Dapat dilakukan realokasi dana antar sub kegiatan dalam satu kegiatan.

b. Dapat dilakukan perubahan volume keluaran pada sub kegiatan tanpa

merubah alokasi dana kegiatan dan masih sesuai dengan sasaran kegiatan

dan atau sasaran program.

c. Dapat dilakukan realokasi dana antar MAK dalam satu jenis belanja

sepanjang tidak mengurangi:

1) gaji dan berbagai tunjangan yang melekat dengan gaji:

2) belanja untuk langganan listrik, telepon, gas dan air;

3) pembayaran untuk berbagai tunggakan;

4) alokasi untuk dana pendamping PHLN;

5) belanja barang untuk pengadaan bahan makanan (MAK 521113).

d. Dalam revisi DIPA tidak diperkenankan ada perubahan terhadap:

1. pagu untuk masing-masing unit organisasi;

2. pagu untuk masing-masing kegiatan dan masing-masing jenis belanja;

3. pagu untuk lokasi provinsi;


(40)

Revisi DIPA yang menyebabkan realokasi dana antar satuan kerja dapat

dilakukan oleh pimpinan unit organisasi (unit eselon i untuk tingkat pusat atau

kanwil/koordinator satker untuk tingkat daerah) dan selanjutnya diajukan kepada

DJPBN atau Kanwil DJPBN untuk diteliti dan disahkan. Terhadap revisi DIPA

yang menyebabkan perubahan dalam butir 6.d.1 sampai dengan 4, harus mendapat

persetujuan DPR melalui DJAPK. Keputusan atas perubahan tersebut

disampaikan kepada instansi terkait.

Aktivitas Terkait

Setelah DIPA disahkan, maka unit organisasi/satuan kerja dapat

menerbitkan petunjuk pelaksanaan sebagai pedoman pelaksanaan lebih lanjut dari

DIPA. Penyelesaian DIPA, mulai dari penyusunan konsep DIPA oleh

kementerian negara/lembaga sampai dengan pengesahan DIPA oleh Dirjen

Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPBN agar memerhatikan waktu yang

tersedia.

3.3.2 Penerbitan dan Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Isian (DIPA) 3.3.2.1 Konsep DIPA

Pelaksanaan anggaran pada setiap instansi pemerintah didasarkan pada

sebuah dokumen yang disebut Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA

merupakan suatu daftar isian yang memuat uraian: sasaran yang hendak dicapai,

fungsi, program dan rincian kegiatan, rencana penarikan dana tiap-tiap bulan

dalam satu tahun serta pendapatan yang diperkirakan oleh kementerian/lembaga.

DIPA yang lengkap memuat uraian fungsi/sub fungsi, program, sasaran program,


(41)

dan rencana penarikan dana serta perkiraan penerimaan kementerian

negara/lembaga. Dengan demikian dokumen DIPA yang lengkap terdiri dari:

1. Surat Pengesahan DIPA

Pengesahan DIPA yang ditandatangan Dirjen Perbendaharaan atau Kepala

Kanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan.

2. DIPA halaman I (Umum)

Memuat informasi yang bersifat umum dari setiap satuan kerja tentang

rincian fungsi, program dan sasarannya serta indikator keluaran untuk

masing-masing kegiatan.

3. DIPA halaman II

Memuat informasi setiap satuan kerja tentang uraian kegiatan/sub

kegiatan, volume keluaran yang hendak dicapai serta alokasi dana pada

masing-masing belanja yang dicerminkan dalam mata anggaran keluaran.

4. DIPA halaman III

Memuat informasi tentang rencana penarikan dana dan penerimaan negara

bukan pajak yang menjadi tanggung jawab setiap satuan kerja.

5. DIPA halaman IV

Memuat catatan tentang hal-hal yang perlu menjadi perhatian oleh

pelaksana kegiatan.

Selanjutnya informasi yang terdapat dalam DIPA dapat dijelaskan sebagai berikut.

A. Struktur Penganggaran

Masing-masing kementerian negara/lembaga dibagi dalam tingkat eselon


(42)

negara dibagi atas unit organisasi, fungsi dan jenis belanja. Lebih jauh, dalam

pasal 15 undang-undang yang sama menyatakan bahwa anggaran yang disetujui

oleh DPR dirinci dalam unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis

belanja.

1) Organisasi dan Bagian Anggaran

Klasifikasi organisasi yang digunakan dalam anggaran belanja negara

adalah sesuai unit yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan suatu program,

unit eselon II dan unit eselon III yang bertanggung jawab terhadap suatu

pelaksanaan kegiatan pendukung program. Pelaksanaan, monitoring, dan

pelaporan anggaran akan menjadi suatu sinergi yang positif apabila ada

sinkronisasi antara struktur program dan kegiatan dengan struktur organisasinya.

Dengan demikian tanggung jawab dan kewenangan akan lebih jelas bagi para

manajer, walaupun tetap ada sedikit kesulitan apabila program dimaksud

dilaksanakan secara lintas unit organsasi dan lintas kementerian negara/lembaga.

Bagian anggaran merupakan klasifikasi anggaran berdasarkan organisasi

antara lain menurut kementerian negara/lembaga.

3.3.2.2 Fungsi dan Sub Fungsi

Klasifikasi anggaran dibagi menurut fungsi, hal ini akan sangat membantu

dalam penyusunan struktur program dan kegiatan. Fungsi adalah perwujudan

tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka

mencapai tujuan pembangunan nasional.

Sub fungsi merupakan penjabaran fungsi yang dirinci ke dalam 79 (tujuh


(43)

dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing kementerian negara/lembaga.

Contoh sub fungsi 01.01. lembaga eksekutif dan legislatif, keuangan dan fiskal

serta urusan luar negeri digunakan untuk:

1. administrasi, operasi atau dukungan untuk lembaga eksekutif,

legislatif, keuangan dan fiskal, manajemen kas negara, utang

pemerintah, operasional perpajakan;

2. kegiatan kementerian keuangan;

3. kegiatan luar negeri termasuk Menteri Luar Negeri

4. kegiatan diplomat, misi-misi internasional dll;

5. penyediaan dan penyebaran informasi, dokumentasi, statistik keuangan

dan fiskal;

6. termasuk kegiatan kantor kepala eksekutif pada semua level: Presiden,

Wakil Presiden, gubernur, bupati/walikota dan lain-lain; semua

tingkatan lembaga legislatif: MPR, DPR, DPRD; lembaga penasehat,

administrasi, serta staf yang ditunjuk secara politis untuk membantu

lembaga eksekutif dan legislatif, semua badan atau kegiatan yang

bersifat tetap atau sementara yang ditujukan untuk membantu lembaga

eksekutif dan legislatif, kegiatan keuangan dan fiskal dan pelayanan

pada seluruh tingkatan pemerintah, kegiatan politik dalam negeri, dan

penyediaan dan penyebaran informasi dokumentasi, statistik mengenai

politik dalam negeri;

7. sub fungsi ini (01.01) tidak termasuk untuk kantorkantor kementerian


(44)

yang terkait dengan fungsi tertentu (diklasifikasikan sesuai dengan

fungsi masing-masing), pembayaran cicilan utang dan berbagai

kewajiban pemerintah sehubungan dengan utang pemerintah, bantuan

pemerintah RI kepada negara lain dalam rangka bantuan ekonomi.

3.3.2.3 Program

Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga dalam

bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan

sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan

misi kementerian negara/lembaga.

3.3.2.5 Kegiatan dan Sub Kegiatan

Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau

beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu

program, yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik

yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan

dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya

tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (ouput) dalam

bentuk barang/jasa.

Sub kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha

pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan tersebut. Timbulnya sub kegiatan adalah

sebagai konsekuensi adanya perbedaan jenis dan satuan keluaran antar sub

kegiatan dalam kegiatan dimaksud. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sub

kegiatan yang satu dipisahkan dengan sub kegiatan lainnya berdasarkan perbedaan


(45)

dengan sub kegiatan:

 penyelenggaraan Diklat Penjenjangan Jabatan Fungsional Auditor (JFA)

dengan keluaran antara lain: jumlah peserta didik;

 penyelenggaraan Diklat Fungsional dengan keluaran antara lain: jumlah

lulusan;

 pengembangan kurikulum diklat dengan keluaran antara lain: jumlah

modul

3.3.2.6Jenis Belanja

Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam delapan

kategori sebagai berikut.

a) Belanja pegawai yaitu kompensasi dalam bentuk uang maupun barang

yang diberikan kepada pegawai pemerintah yang bertugas di dalam

maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah

dilaksanakan. Dikecualikan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan

pembentukan modal. Belanja ini antara lain digunakan untuk gaji dan

tunjangan, honorarium, vakasi, lembur dan kontribusi sosial.

b) Belanja barang yaitu pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk

memroduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak

dipasarkan. Belanja ini antara lain digunakan untuk pengadaan barang dan

jasa, pemeliharaan, dan perjalanan.

c) Belanja Modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka


(46)

dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, maupun dalam bentuk fisik

lainnya, seperti buku, binatang dan lain sebagainya.

d) Beban Bunga yaitu pembayaran yang dilakukan atau kewajiban

penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri

maupun utang luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman.

e) Subsidiyaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga

yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan

jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak, sedemikian rupa sehingga

harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat. Belanja ini antara lain

digunakan untuk penyaluran subsidi kepada perusahaan negara dan

perusahaan swasta.

f) Bantuan Sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada

masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat

dan/atau lembaga kemasyarakatan. Bantuan ini antara lain untuk lembaga

non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.

g) Hibah yaitu transfer dana yang sifatnya tidak wajib kepada negara lain

atau kepada organisasi internasional. Belanja ini antara lain digunakan

untuk hibah kepada pemerintah luar negeri dan organisasi internasional.

h) Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang tidak

dapat diklasifikasikan ke dalam jenis belanja pada huruf a) sampai dengan


(47)

Dalam pengalokasian dana oleh kementerian negara/lembaga harus

memerhatikan pagu yang terikat (non discretionary) dan pagu yang tidak terikat

(discretionary) yang telah disepakati oleh pemerintah bersama-sama DPR. Pagu

terikat adalah jumlah dana yang tidak dapat diubah selain untuk belanja yang

sudah ditentukan antara lain pagu pembayaran gaji dan tunjangan (belanja

pegawai) serta biaya langganan daya dan jasa.

Sesuai dengan ketentuan UU No. 17 Tahun 2003 bahwa belanja negara

digunakan untuk keperluan penyelenggaraan pemerintah pusat dan pelaksanaan

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan dan daerah, maka klasifikasi

berdasarkan jenis belanja diupayakan untuk memenuhi ketentuan tersebut.

DIPA juga menginformasikan lokasi pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan,

yaitu dengan memberikan informasi alamat pelaksanaan kegiatan seperti provinsi,


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa terhadap prosedur dokumen

pelaksanaan anggaran pada Puslitbang Geologi Kelautan maka penulis

memberikan kesimpulan bahwa dalam prosedur dokumen pelaksanaan anggaran

pada Puslitbang Geologi Kelautan

terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu :

1. Tahap pengajuan dan pembuatan surat permintaan pembayaran (SPP)

Pada tahap ini, dokumen-dokumen yang digunakan dalam tahap prosedur

pengadaan barang modal diserahkan pada bagian keuangan untuk

dilakukan pengujian oleh tim verifikasi dan juga pejabat pembuat SPP

tersebut. Kemudian apabila dokumen-dokumen yang diajukan telah benar

dan sesuai dengan persyaratan yang ada, maka pejabat yang bertanggung

jawab atas pelaksana kegiatan akan membuat Surat Permintaan

Pembayaran (SPP) yang diotorisasi Pejabat Pembuat Komitmen (P2K).

2. Tahap penerbitan surat perintah membayar

Dalam tahapan ini, dokumen-dokumen pendukung beserta SPP-LS yang

telah diterbitkan oleh Pejabat Pembuat SPP diterima oleh petugas

penerima SPP untuk diteruskan kepada pejabat penerbit SPM (Surat

Perintah Membayar). Pejabat penerbit SPM membuat SPM-LS dengan

mekanisme sebagai berikut :


(49)

2. Pejabat penerbit SPM melakukan pengujian atas SPP-LS

3. Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-LS, pejabat penguji SPP

dan penandatangan SPM dengan menggunakan aplikasi SPM akan

menerbitkan SPM-LS

4. Setelah SPM diterbitkan maka SPM beserta dokumen-dokumen

pendukung yang menunjang diotorisasi oleh pejabat penerbit SPM

untuk selanjutnya diajukan kepada KPPN serta diproses lebih lanjut

sehingga terbit SP2D.

3. Tahap pengajuan surat perintah membayar (SPM) ke KPPN Pada tahapan

ini, pejabat menyampaikan SPM-LS beserta dokumen-dokumen

pendukungnya yang dilengkapi dengan Arsip Data Komputer (ADK)

berupa softcopy yang disimpan dalam suatu flashdisk.Berkas tersebut

diajukan kepada KPPN melalui loket penerimaan SPM yang merupakan

syarat mencairkan dana dalam rangka pembayaran kegiatan belanja

pegawai yang telah dilakukan oleh UPT. Museum Geologi.

4. Tahap penerbitan surat perintah pencairan dana (SP2D) oleh KPPN dan

dana pencairan

Pada tahapan inilah KPPN akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D) melalui mekanisme berikut :

1. Pengujian SPM-LS & Dokumen Pendukung

Berdasarkan berkas SPM yang diterima, KPPN melakukan pengujian yang

bersifat substansif dan formal


(50)

a) kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM;

b) ketersediaan dana pada kegiatan/subkegiatan/MAK dalam DIPA

yang ditunjuk dalam SPM tersebut;

c) dokumen sebagai dasar penagihan (ringkasan kontrak/SPK, surat

keputusan, daftar normatif perjalanan dinas);

d) surat pernyataan tanggungjawab (SPTB) dari kepala kantor/satker

atau jabatan lain yang ditunjuk mengenai tanggungjawab terhadap

kebenaran pelaksanaan pembayaran;

e) faktur pajak beserta SSPnya.

2. Pengujian formal dilakukan untuk:

a) mencocokan tanda tangan pejabat penanda tangan SPM dengan

spesimen tanda tangan;

b) memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan

huruf;

c) memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidak boleh

terdapat cacat dalam penulisan. Keputusan hasil pengujian ditindak

lanjuti dengan:

a. penerbitan SP2D bilaman SPM yang diajukan memenuhi syarat

yang ditentukan;

b. pengambilan SPM kepada penerbit SPM, apabila tidak


(51)

2. Pengembalian SPM-LS dan Penerbitan SP2D

a. SPM Belanja Pegawai Non Gaji Induk dikembalikan paling lambat tiga hari

kerja setelah SPM diterima

b. SPM UP/TUP/GUP dan LS dikembalikan paling lambat satu hari kerja

setelah SPM diterima

4.2 Saran

Setelah melihat kepada tinjauan teori dalam membandingkan dengan apa yang

terjadi di Puslitbang Geologi Kelautan dan hasil pengamatan yang penulis lakukan

selama melaksanakan kerja praktek, maka ada beberapa hal yang dapat penulis

sarankan :

1. Perlu meningkatkan pelayanan kepada unit-unit kerja dilingkungan pada

Puslitbang Geologi Kelautan dalam pengelolaan keuangan Negara ataupun

daerah sesuai dengan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA)

2. Setiap karyawan perlu ditingkatkan kedisiplinanya, sebaiknya para

karyawan yang telah melakukan keterlambatan melebihi batas yang

ditetapkan sebaiknya diberikan sanksi berupa surat peringatan atau

penundaan kenaikan pangkat atau golongan guna untuk meningkatkan


(52)

DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

(P3GL) BANDUNG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kerja praktek Jenjang S-1 Program Studi Akuntansi

Di Susun Oleh : Anggun Noviyantin

21108160

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2011


(53)

Ahmad Sadji, M.M, 2007. Pedoman Pelaksanaan Anggaran II. Edisi Pertama: 2007

Azhar Susanto. 2004. Penyusunan Metode dan Prosedur. Edisi Kedelapan Bandung: Lingga Jaya

Munandar. M. Budgeting, BPFE. Jogyakarta, 1992. Edisi 1

Grade Muhammad, Akuntansi Pemerintah, FE-Universitas Indonesia, Jakarta, 1993, Edisi 2000

Revrisond Baswir, Akuntansi Pemerintah Indonesia, BPFE, Jogyakarta, 1995, Edisi 3


(54)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Anggun Noviyantin

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 21 Juni 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Sekeloa Tengah No. 142/152c RT. 03 RW.04

Bandung-40134

DATA PENDIDIKAN

 Tahun 1995-1996 : TK Sekeloa Bandung

 Tahun 1996-1999 : SDN Sekeloa II Bandung

 Tahun 1999-2000 : SDN Sudirman 6 Cimahi

 Tahun 2000-2002 : SDN Sekeloa II Bandung

 Tahun 2002-2005 : SMPN 7 Bandung

 Tahun 2005-2008 : SMAN 19 Bandung

 Tahun 2008-Sekarang : Kuliah di Universitas Komputer Indonesia


(1)

49

2. Pejabat penerbit SPM melakukan pengujian atas SPP-LS

3. Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-LS, pejabat penguji SPP dan penandatangan SPM dengan menggunakan aplikasi SPM akan menerbitkan SPM-LS

4. Setelah SPM diterbitkan maka SPM beserta dokumen-dokumen pendukung yang menunjang diotorisasi oleh pejabat penerbit SPM untuk selanjutnya diajukan kepada KPPN serta diproses lebih lanjut sehingga terbit SP2D.

3. Tahap pengajuan surat perintah membayar (SPM) ke KPPN Pada tahapan ini, pejabat menyampaikan SPM-LS beserta dokumen-dokumen pendukungnya yang dilengkapi dengan Arsip Data Komputer (ADK) berupa softcopy yang disimpan dalam suatu flashdisk.Berkas tersebut diajukan kepada KPPN melalui loket penerimaan SPM yang merupakan syarat mencairkan dana dalam rangka pembayaran kegiatan belanja pegawai yang telah dilakukan oleh UPT. Museum Geologi.

4. Tahap penerbitan surat perintah pencairan dana (SP2D) oleh KPPN dan dana pencairan

Pada tahapan inilah KPPN akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) melalui mekanisme berikut :

1. Pengujian SPM-LS & Dokumen Pendukung

Berdasarkan berkas SPM yang diterima, KPPN melakukan pengujian yang bersifat substansif dan formal


(2)

50

a) kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM;

b) ketersediaan dana pada kegiatan/subkegiatan/MAK dalam DIPA yang ditunjuk dalam SPM tersebut;

c) dokumen sebagai dasar penagihan (ringkasan kontrak/SPK, surat keputusan, daftar normatif perjalanan dinas);

d) surat pernyataan tanggungjawab (SPTB) dari kepala kantor/satker atau jabatan lain yang ditunjuk mengenai tanggungjawab terhadap kebenaran pelaksanaan pembayaran;

e) faktur pajak beserta SSPnya. 2. Pengujian formal dilakukan untuk:

a) mencocokan tanda tangan pejabat penanda tangan SPM dengan spesimen tanda tangan;

b) memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf;

c) memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan. Keputusan hasil pengujian ditindak lanjuti dengan:

a. penerbitan SP2D bilaman SPM yang diajukan memenuhi syarat yang ditentukan;

b. pengambilan SPM kepada penerbit SPM, apabila tidak memenuhi syarat untuk diterbitkan SP2D


(3)

51

2. Pengembalian SPM-LS dan Penerbitan SP2D

a. SPM Belanja Pegawai Non Gaji Induk dikembalikan paling lambat tiga hari kerja setelah SPM diterima

b. SPM UP/TUP/GUP dan LS dikembalikan paling lambat satu hari kerja setelah SPM diterima

4.2 Saran

Setelah melihat kepada tinjauan teori dalam membandingkan dengan apa yang terjadi di Puslitbang Geologi Kelautan dan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama melaksanakan kerja praktek, maka ada beberapa hal yang dapat penulis sarankan :

1. Perlu meningkatkan pelayanan kepada unit-unit kerja dilingkungan pada Puslitbang Geologi Kelautan dalam pengelolaan keuangan Negara ataupun daerah sesuai dengan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA)

2. Setiap karyawan perlu ditingkatkan kedisiplinanya, sebaiknya para karyawan yang telah melakukan keterlambatan melebihi batas yang ditetapkan sebaiknya diberikan sanksi berupa surat peringatan atau penundaan kenaikan pangkat atau golongan guna untuk meningkatkan kinerja instansi.


(4)

TINJAUAN PROSEDUR DOKUMEN ISIAN PELAKSANAAN

ANGGARAN (DIPA) PADA KANTOR PUSAT PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

(P3GL) BANDUNG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kerja praktek Jenjang S-1 Program Studi Akuntansi

Di Susun Oleh : Anggun Noviyantin

21108160

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2011


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sadji, M.M, 2007. Pedoman Pelaksanaan Anggaran II. Edisi Pertama: 2007

Azhar Susanto. 2004. Penyusunan Metode dan Prosedur. Edisi Kedelapan Bandung: Lingga Jaya

Munandar. M. Budgeting, BPFE. Jogyakarta, 1992. Edisi 1

Grade Muhammad, Akuntansi Pemerintah, FE-Universitas Indonesia, Jakarta, 1993, Edisi 2000

Revrisond Baswir, Akuntansi Pemerintah Indonesia, BPFE, Jogyakarta, 1995, Edisi 3


(6)

54

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Anggun Noviyantin

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 21 Juni 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Sekeloa Tengah No. 142/152c RT. 03 RW.04

Bandung-40134

DATA PENDIDIKAN

 Tahun 1995-1996 : TK Sekeloa Bandung  Tahun 1996-1999 : SDN Sekeloa II Bandung  Tahun 1999-2000 : SDN Sudirman 6 Cimahi  Tahun 2000-2002 : SDN Sekeloa II Bandung  Tahun 2002-2005 : SMPN 7 Bandung

 Tahun 2005-2008 : SMAN 19 Bandung

 Tahun 2008-Sekarang : Kuliah di Universitas Komputer Indonesia