Macam-Macam Sunnah SUNNAH TASYRI’IYYAH DAN GHAIRU TASYRI’IYYAH (Studi Analisis Terhadap Pemikiran Mahmud Syaltut) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

26 ketaatan tersebut berlaku bagi semua umat manusia, baik yang hidup semasa dengan nabi maupun sesudah wafatnya, tanpa terkecuali. Berdasarkan dalil- dalil itu juga dapat disimpulkan bahwa mentaati rasul merupakan bentuk implementasi ketaatan manusia kepada Allah SWT.

C. Macam-Macam Sunnah

Sebagaimana pembahasan yang telah ada sebelumnya bahwa sunnah nabi adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah SAW, baik itu berupa ucapan qauliyyah, perbuatan fi‟liyyah maupun ketetapan taqrir. Ketiganya ini termasuk dalam kategori macam-macam sunnah nabi dilihat dari bentuk penyampaiannya oleh rasul. Sedangkan dari segi kandungan, sunnah nabi pun terdiri dari beberapa macam yaitu mulai dari bermuatan aqidah, akhlak, ibadah, mu‟amalah, hukum hingga yang bermuatan tentang kabar-kabar gembira kenikmatan maupun yang berupa ancaman atau siksa. Sunnah qauliyyah adalah sunnah yang bersumber dari perkataan atau ucapan Rasulullah SAW. Pada bagian sunnah ini cakupan informasinya lebih cenderung pada persoalan yang berkaitan dengan pembinaan hukum agama atau bisa juga berupa penjelasan tentang makna-makna yang terkandung dalam ayat Al- Qur‟an. Contohnya dalam hal ini adalah tentang sabda nabi,” innama a‟malu binniyat” sesungguhnya segala amal perbuatan harus disertai dengan niat. 20 Adapun yang dimaksud dengan sunnha fi‟liyyah yaitu sunnah yang bersumber dari segala bentuk perbuatan Nabi SAW. Bisa jadi hal itu terkait 20 Mustafa As- Siba‟i, Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum ..., h. 68-69 27 dengan persoalan ibadah atau lainnya, misalnya tentang tatacara melaksanakan shalat, cara melaksanakan ibadah haji, atau bisa juga terkait penyelenggaraan peradilan dengan menggunakan saksi dan sumpah. Sedangkan yang disebut sunnah taqriri yaitu sunnah yang berupa bentuk respon diamnya Nabi SAW terhadap segala perbuatan sahabat yang dibiarkannya saja. Apabila rasul bersikap demikian maka hal itu mengisyaratkan persetujuannya rasul bahwa perbuatan tersebut boleh saja dilakukan dan tidak melanggar hukum syara‟. As-Syiba‟i menyebutkan bahwa sunnah taqriri terbagi menjadi dua, yaitu taqrir sukuti nabi hanya membiarkan dan izhar ihtish an wa ta‟yid nabi memberi pernyataan tegas tentang baik atau buruknya. 21 Contohnya dalam hal ini adalah adanya peristiwa pada saat rasul diberi hidangan jamuan makanan berupa daging biawak, namun rasul tidak memakannya. Kemudian beberapa sahabat menanyakan terkait hal itu kepada rasul ,” Apakah makanan ini haram ya Rasulullah? Lalu rasul menjawab,” Tidak, hanya saja makanan ini tidak terdapat pada kaumku dan aku tidak menyukainya.” 22

D. Sunnah Tasyri’iyyah dan Ghairu Tasyri’iyyah dalam Pandangan Para