36
BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN
Tujuan dari perancangan ini adalah mengemas kembali cerita wayang lakon Antareja dengan tampilan yang berbeda sehingga dapat kembali menarik
minat masyarakat terhadap cerita-cerita wayang.
4.1 Hasil Desain
Setelah melalui tahap sketsa dan juga proses digital selanjutnya masuk kedalam tahap hasil perancangan dan juga aplikasi media yang sudah
ditentukan sebelumnya. Hasil akhir perancangan ini berupa dummy.
4.1.1 Desain Layout dan Isi Buku Cerita
Isi buku cerita Kisah Banjaran Lakon Antareja ini memiliki dua bentuk layout halaman. Yang pertama adalah bentuk halaman yang berisi
narasi dan yang kedua adalah halaman terdapat gambar ilustrasi dari cerita. Layout halaman pada buku ini menggunakan desain style modern. Dimana
pada format ini menggunakan susunan teks melebar dan cukup ada satu kolom dalam satu halaman.
a
b
Gambar 4.1 a Layout Isi Buku Cerita Kisah Banjaran Antareja dengan gambar ilustrasi
Gambar 4.1 b Layout Isi Buku Cerita Kisah Banjaran Antareja dengan narasi
Berikut adalah sinopsis cerita Kisah Banjaran Antareja beserta ilustrasi-ilustrasi yang terdapat dalam setiap bab buku ini
Bab 1: Setelah Bale Sigala gala Pada awal cerita ini dikisahkan setelah peristiwa di Bale Sigala
gala, dimana para Pandawa dan ibunya Dewi Kunti yang selamat pada
waktu itu kemudian tinggal di Negeri Bawah Tanah yaitu Saptapratala. Kemudian salah satu pangeran Pandawa yaitu Bima jatuh hati lalu
menikah dengan putri Sang Hyang Antaboga yaitu Dewi Nagagini. Namun ditengah kehamilan Nagagini, tiba- tiba saja Resi Abiyasa yang
merupakan eyang dari para pandawa datang ke Saptapratala untuk mengajak para Pandawa dan juga Dewi Kunti untuk kembali ke
Hastinapura. Kemudian dengan berat hati Bima meninggalkan Nagagini di Saptapratala untuk kembali ke Hastinapura.
a
b
c
Gambar 4.2 a Ketika Resi Abiyasa Bertemu Dengan Antaboga
Gambar 4.2 b Abiyasa Bertemu Dengan Pandawa di Saptapratala
Gambar 4.2 c Bima Ketika Berbicara Kepada Istrinya Dewi Nagagini
Bab 2 : Sosok Sang Naga Jangkarbumi Pada bab ini diceritakan ketika Sang Hyang Antaboga yang merasa
gelisah karena firasatnya mengatakan bahwa Nagabaginda sedang bersiap untuk kembali dan membuat kekacauan di Saptapratala.
Nagabaginda sendiri adalah sesosok makhluk hasil perkawinan bangsa Naga dan bangsa manusia. Nagabaginda pernah terlibat perkelahian yang
sangat hebat dengan Antaboga dan membuat Saptapratala porak poranda, bahkan negeri atas tanah juga terkena imbas dari pertarungan antara
Antaboga dan
Nagabaginda tersebut.
Antaboga menceritakan
kegelisahannya itu kepada keponakannya yaitu Antanaga dan disaat itu juga tiba- tiba saja salah satu bangsa dewa yaitu Batara Narada datang
berkunjung ke Saptapratala. Terjadi perbincangan serius antara Antaboga, Narada, dan juga Antanaga untuk mengantisipasi serangan
Nagabaginda tersebut. Dan pada saat itu juga Nagagini melahirkan bayi laki- laki atas perkawinannya dengan Bima yang kemudian anaknya itu
diberi nama Antareja.
a
b
c
Gambar 4.3 a Ketika Antaboga Melawan Nagabaginda
Gambar 4.3 b Batara Narada Datang Menemui Antaboga dan Antanaga
Gambar 4.3 c
Bayi Antareja
Bab 3 : Bocah Antareja Pada bab ini diceritakan Antaboga merasa tidak akan mampu bila
harus melawan jika Nagabaginda datang menyerang Saptapratala terlebih lagi dia terikat sumpah dengan Batara Wenang untuk tidak menggunakan
kekuatannya selama berada di Saptapratala. Kemudian Antaboga pergi menemui temannya sang penguasa lautan yang bernama Sang Hyang
Baruna untuk menceritakan perihal ancaman dari Nagabaginda tersebut. Dan merekapun mendapatkan cara untuk menghadapi Nagabaginda tanpa
Antaboga harus menggunakan kekuatannya di Saptapratala. Yaitu dengan menggembleng Antareja yang pada saat itu masih bocah..
Akhirnya Antareja pun diajari semua ilmu kanuragan oleh Antaboga dan Baruna di Negeri dasar laut. Diakhir masa penggemblengan tersebut,
Antaboga berubah menjadi bentuk aslinya yaitu seekor ular yang sangat
besar lalu kemudian mengulum Antareja sehingga tubuh Antareja kebal terhadap semua jenis senjata. Dan setelah dirasa cukup, Antaboga dan
Antareja pun kembali ke Saptapratala.
a
b
Gambar 4.4 a Antaboga Menemui Baruna
Gambar 4.4 b Antareja Setelah Digembleng di Negeri Bawah Laut
Bab 4 : Kegaduhan Negeri Bawah Tanah Setelah Antaboga dan Antareja kembali ke Saptapratala, tak lama
kemudian firasat Antaboga tersebut berubah menjadi kenyataan. Nagabaginda datang ke Saptapratala dan ingin berbuat onar di
Saptaprala. Antareja yang kala itu masih remaja, tersulut amarahnya melihat perangai Nagabaginda tersebut. Kemudin Antareja menantang
Antaboga untuk bertarung dengannya. Nagabaginda dengan remehnya menertawakan Antareja dan menerima tantangan Antareja tersebut.
Terjadi pertarungan antara Antareja dan juga Nagabaginda. Pertarungan lumayan sengit sampai akhirnya Nagabaginda pun kalah dan kemudian
dibunuh oleh Antareja.
a
b
c
d
e
Gambar 4.5 a Nagabaginda Datang Ke Saptapratala
Gambar 4.4 b Antareja Menghindari Serangan NAgabaginda
Gambar 4.4 c Pertarungan Sengit Antareja dan Nagabaginda
Gambar 4.4 d Antareja Memutuskan Ekor Nagabaginda
Gambar 4.4 e Antareja Membunuh Nagabaginda Dengan Tangannya
Bab 5 : Antareja Mencari Bapak Setelah pertarungan dengan Nagabaginda itu, Antareja pun
mendapatkan hak terhadap kerajaan Jangkarbumi. Antareja pun tumbuh menjadi seorang yang sangat sakti dan dihormati oleh seluruh bangsa
ular penghuni Saptapratala. Kemudian suatu hari Antareja meminta izin kepada kakeknya Antaboga untuk pergi ke Negeri atas bumi untuk
mencari ayahnya yang sejak lahir belum pernah dilihatnya dan Antaboga mengabulkan hal tersebut. Selama perjalanan mencari ayahnya Antareja
bertemu dengan bangsa ular lainya di negeri Tawingnarmada dan tinggal beberapa waktu bersama mereka. Ketika tinggal tersebut, Antareja
menikah dengan salah satu bangsa ular anak prabu GAnggapranawa yang bernama Dewi Ganggi. Kemudian mereka memiliki seorang anak laki-
laki yang bernama Arya Danurweda.
Gambar 4.5 a Antareja Pamit Kepada Antaboga Untuk Mencari Bapaknya
Bab 6 : Sumbadra Larung Antareja pun meninggalkan istri dan anaknya untuk melanjutkan
kembali perjalanannya dalam mencari ayahnya. Ditengah perjalanan di sebuah sungai Antareja melihat ada seorang perempuan yang terbaring di
atas sebuah kapal kecil dan sudah tak bernyawa. Antareja mendekati perahu itu lalu bermaksud untuk mengembalikan nyawa perempuan
tersebut ke dalam raganya. Antareja memang memiliki Tirta Amerta yang dapat menghidupakan orang yang mati jika memang belum ketemu
ajalnya. Namun tiba- tiba saja Antareja diserang oleh seseorang yang berkumis tebal dan memakai baju dengan tanda bintang didadanya. Dia
adalah Gatotkaca, anak Bima dengan Dewi Arimbi. Antareja dan Gatotkaca sama-sama tidak mengetahui bahwa sebenarnya mereka
adalah saudara se-ayah. Pertarungan hebat pun terjadi diantara mereka. Tidak ada tanda- tanda salah satu pihak akan kalah, sampai akhirnya
perempuan yang terbaring tak bernyawa tadi berhasil dibangunkan oleh Antareja dan menjelaskan semuanya bahwa terjadi kesalahpahaman
antara Antareja dan juga Gatotkaca.
a
Gambar 4.6 a Dewi Sumbadra Yang dilarungkan di Sungai
Gambar 4.6 b Pertarungan Antara Antareja dan Gatotkaca
Bab 7 : Amukan Sang Pangeran Jangkarbumi Antareja kemudian bertemu dengan Kresna setelah terjadi selisih
paham dengan Gatotkaca. Dan kemudian Kresna mengajak Antareja untuk tinggal di Amarta. Kresna merasa bahwa kerajaan Amarta sedang
dalam bahaya dan menjadi sasaran beberapa pihak yang tidak suka dengan Pandawa. Kemudian Kresna bersama para anak-anak Pandawa
lainnya seperti Abimanyu dan Dian Pancala. Dan ternyata benar dugaan Kresna. Makhluk- makhluk tak kasat mata dari Magada sedang
membangun pasukan dengan beberapa bangsa lainnya untuk menyerang Amarta. Antareja dan juga Gatotkaca yang bertugas menjaga di
perbatasan sebelah barat mendapat serangan dari puluhan ribu pasukan makhluk tak kasat mata yang akan menyerang Amarta. Pertempuran
sengit pun terjadi antara Antareja bersama Gatotkaca, malawan puluhan ribu pasukan makhluk takkasat mata. Gatotkaca berduel dengan
pemimpin pasukan tersebut yang bernama Jarasanda. Sedangkan
Antareja yang harus melawan puluhan ribu pasukan sendirian tersulut amarahnya dalam perang tersebut. Antareja seperti kehilangan
kesadarannya dan membantai semua pasukan tak kasat mata itu hingga tak tersisa satupun. Dan akhirnya seluruh pasukan tersebut dikalahkan
oleh Antareja sendiri.
a
B
Gambar 4.7 a Pertarungan Antara Antareja dan Pasukan Magada
Gambar 4.7 b Antareja Mengalahkan Semua pasukan Magada
Bab 8 : Jalan Kematian Setelah mengalahkan puluhan ribu pasukan tak kasat mata tersebut.
Antareja mulai menyadari bahwa tidak ada yang dapat mengalahkan dirinya. Diapun bertanya-tanya kepada dirinya, jika tidak ada yang
mampu menandingi kesaktiannya lalu untuk apa dia hidup. Semenjak peristiwa itu, Antareja lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
bertapa di sudut gua Saptapratala. Lalu sebuah peristiwa terjadi tepat sebelum perang Bharatayuda terjadi. Terlihat Antareja dan Kresna berdiri
di atas sebuah bukit. Terjadi perbincangan diantara mereka dan tiba- tiba secara mengejutkan Antareja mencium telapak kakinya sendiri. Seketika
tubuh Antareja berubah menjadi batu kemudian hancur seperti debu. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu. Namun
banyak yang mengatakan bahwa Kresna sengaja membujuk Antareja untuk mengakhiri hidupnya agar Antareja tidak terlibat dapam
Bharatayuda.
Gambar 4.7 Antareja Memilih Jalan Kematiannya
4.1.2 Desain Cover Buku