IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA KELOMPOK TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP) WAY TERUSAN, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi di Gapoktan Jati Makmur, Umbul Harapan Jaya, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah)

ABSTRAK
IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA KELOMPOK
TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP)
WAY TERUSAN, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Studi di Gapoktan Jati Makmur, Umbul Harapan Jaya,
Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh
YUNI AYU WANDIRA

Penyerobotan lahan merupakan salah satu faktor penyebab tingginya laju deforestasi dan degradasi hutan, sehingga dalam pengelolaannya harus melibatkan
masyarakat setempat. Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan adalah kemitraan kehutanan. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui proses implementasi Kemitraan kehutanan antara
kelompok tani dengan KPHP Way Terusan serta faktor – faktor pendukung dan
penghambatnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses
implementasi kemitraan kehutanan cukup baik. Faktor pendukung kemitraan
kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan yaitu adanya
dukungan kelompok tani yang tinggi terhadap program kemitraan kehutanan,
kepercayaan kelompok tani yang tinggi kepada pihak KPHP Way Terusan dan
dukungan yang tinggi dari pihak stakeholder terkait lainnya. Faktor penghambat


Yuni Ayu Wandira
kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan adalah
sumber daya manusia yang rendah, permasalahan dalam organisasi kelompok tani,
komunikasi antara pemerintah dan kelompok tani yang kurang baik dan rendahnya partisipasi kelompok tani.

Kata kunci: kelompok tani, kemitraan kehutanan, Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi (KPHP).

Yuni Ayu Wandira

ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF FOREST PATNERSHIP BETWEEN
FARMER GROUPS WITH PRODUCTION FOREST MANAGEMENT
UNIT (KPHP) WAY TERUSAN, LAMPUNG TENGAH REGENCY
(Study in Gapoktan Jati Makmur, Harapan Jaya Village,
Bandar Mataram District, Lampung Tengah Regency)

By
Yuni Ayu Wandira


Land grabbing was one of the factor causing the increasement of deforestation and
forest degradation, that’s why forest management should involved local
communities. One of the government policy to increase community participation
in forest management is forestry partnership. The purpose of this study were to
determines the process of forestry partnership implementation between farmer
groups with KPHP Way Terusan and also supporting and inhibiting factors. Data
collection used in this research was interviews. Data were analyzed descriptively.
The results showed that the implementation process of forestry partnership was
good enough. The supporting factors in forestry partnership between farmer
groups and KPHP Way Terusan were the existence of high support done by the
farmer groups towards forestry partnership programs, farmer groups high trust to
KPHP Way Terusan and high support by other related stakeholders parties.
Inhibit factors in forestry partnership between farmer groups and KPHP Way

Yuni Ayu Wandira
Terusan were low capabilities of human resources, the problems within farmer
groups organization, maintainless communications between government and
farmer groups and low farmer groups participation.


Keywords: farmers groups, forest partnership, Production Forest Management
Unit.

IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA KELOMPOK
TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP)
WAY TERUSAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Studi di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan
Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah)

(Skripsi)

Oleh
YUNI AYU WANDIRA

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA KELOMPOK
TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP)
WAY TERUSAN, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Studi di Gapoktan Jati Makmur, Umbul Harapan Jaya,
Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh
YUNI AYU WANDIRA

Penyerobotan lahan merupakan salah satu faktor penyebab tingginya laju deforestasi dan degradasi hutan, sehingga dalam pengelolaannya harus melibatkan
masyarakat setempat. Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan adalah kemitraan kehutanan. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui proses implementasi Kemitraan kehutanan antara
kelompok tani dengan KPHP Way Terusan serta faktor – faktor pendukung dan
penghambatnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses
implementasi kemitraan kehutanan cukup baik. Faktor pendukung kemitraan
kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan yaitu adanya
dukungan kelompok tani yang tinggi terhadap program kemitraan kehutanan,
kepercayaan kelompok tani yang tinggi kepada pihak KPHP Way Terusan dan
dukungan yang tinggi dari pihak stakeholder terkait lainnya. Faktor penghambat


Yuni Ayu Wandira
kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan adalah
sumber daya manusia yang rendah, permasalahan dalam organisasi kelompok tani,
komunikasi antara pemerintah dan kelompok tani yang kurang baik dan rendahnya partisipasi kelompok tani.

Kata kunci: kelompok tani, kemitraan kehutanan, Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi (KPHP).

Yuni Ayu Wandira

ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF FOREST PATNERSHIP BETWEEN
FARMER GROUPS WITH PRODUCTION FOREST MANAGEMENT
UNIT (KPHP) WAY TERUSAN, LAMPUNG TENGAH REGENCY
(Study in Gapoktan Jati Makmur, Harapan Jaya Village,
Bandar Mataram District, Lampung Tengah Regency)

By
Yuni Ayu Wandira


Land grabbing was one of the factor causing the increasement of deforestation and
forest degradation, that’s why forest management should involved local
communities. One of the government policy to increase community participation
in forest management is forestry partnership. The purpose of this study were to
determines the process of forestry partnership implementation between farmer
groups with KPHP Way Terusan and also supporting and inhibiting factors. Data
collection used in this research was interviews. Data were analyzed descriptively.
The results showed that the implementation process of forestry partnership was
good enough. The supporting factors in forestry partnership between farmer
groups and KPHP Way Terusan were the existence of high support done by the
farmer groups towards forestry partnership programs, farmer groups high trust to
KPHP Way Terusan and high support by other related stakeholders parties.
Inhibit factors in forestry partnership between farmer groups and KPHP Way

Yuni Ayu Wandira
Terusan were low capabilities of human resources, the problems within farmer
groups organization, maintainless communications between government and
farmer groups and low farmer groups participation.


Keywords: farmers groups, forest partnership, Production Forest Management
Unit.

IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA KELOMPOK
TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP)
WAY TERUSAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Studi di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan
Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh
YUNI AYU WANDIRA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah, pada tanggal 8 Juni
1995. Anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak
Abdul Rasid dan Ibu Nuriah. Penulis menamatkan pendidikan SDN 1 Raja Basa Baru pada tahun 2006, SMPN 1 Way
Jepara pada tahun 2009 dan SMAN 1 Way Jepara pada tahun
2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) jalur undangan pada tahun 2012. Penulis aktif dalam organisasi
kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti yaitu Himasylva (Himpunan
Mahasiswa Kehutanan) dan Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian.

Pada Januari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di
Desa Sinar Banten, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah. Pada Juli
2015 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Resort Pemangkuan Hutan
(RPH) Ngadisono, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebumen,

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi
Regional Jawa Tengah. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi
asisten dosen pada mata kuliah Bahasa Indonesia, Ekonomi Sumberdaya Hutan,
Kehutanan Masyarakat, Manajemen Sumber Daya Hutan, Pemasaran Hasil Hutan
dan Penyuluhan Kehutanan dan Pemberdayaan Masyarakat.

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di KPHP
Way Terusan dengan judul “Implementasi Kemitraan Kehutanan antara
Kelompok Tani dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Way
Terusan Kabupaten Lampung Tengah (Studi di Gapoktan Jati Makmur
Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung
Te-ngah)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.

2.

Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.

3.

Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.

iii
4.

Bapak Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P., Ph.D., selaku pembimbing utama yang
telah meluangkan waktunya dan bersedia memberikan bimbingan, saran dan

kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5.

Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua
atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran-saran perbaikan dan kritik
hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6.

Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.

8.

Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

9.

Kepala KPHP Way Terusan beserta staf dan bakti rimbawan yang telah
membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan
namun semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Juni 2016

Yuni Ayu Wandira

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................

vii

PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
E. Kerangka Pemikiran......................................................................

1
1
3
4
4
4

II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
A. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).............................................
B. Penguasaan Lahan.........................................................................
C. Kemitraan......................................................................................

7
7
9
10

III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................
B. Alat dan Objek Penelitan ..............................................................
C. Batasan Penelitian.........................................................................
D. Jenis dan Sumber Data..................................................................
E. Metode Pengambilan Sampel .......................................................
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data .........................................

13
13
13
13
14
16
18

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.............................
A. Letak dan Luas KPHP Way Terusan ............................................
B. Keadaan Biofisik KPHP Way Terusan .........................................
C. Sejarah KPHP Way Terusan.........................................................
D. Potensi Wilayah KPHP Way Terusan...........................................
E. Sosial Budaya Masyarakat KPHP Way Terusan ..........................

19
19
20
21
23
24

V. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ...................................
A. Proses Implementasi Kemitraan Kehutanan .................................
1. Latar belakang kemitraan kehutanan .....................................
2. Sosialisasi program kemitraan kehutanan..............................
3. Pembentukan kelompok tani hutan........................................

25
25
25
26
28

I.

v
Halaman
4.

Penandatangananan perjanjian kerjasama kemitraan
kehutanan ...............................................................................
5. Pelaksanaan program kemitraan kehutanan...........................
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kemitraan Kehutanan .........
1. Faktor pendukung ..................................................................
2. Faktor penghambat ................................................................

29
32
39
39
45

VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................
A. Simpulan .......................................................................................
B. Saran .............................................................................................

53
53
54

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

55

LAMPIRAN...............................................................................................

60

Tabel 7 – 9 ..................................................................................................
Gambar 18-23..............................................................................................
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Kehutanan ..............................................

61
68
71

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Jumlah responden masing-masing anggota kelompok tani ..................

18

2. Jumlah curah hujan rata-rata tahun 1999-2008 ....................................

20

3. Tipe penutupan lahan di wilayah KPHP Way Terusan ........................

23

4. Kondisi pemanfaatan lahan kawasan Hutan Produksi Register 47
Way Terusan.........................................................................................

24

5. Kewajiban dan hak masing-masing pihak............................................

30

6. Proporsi bagi hasil kemitraan demplot ketahanan pangan dan
energi ....................................................................................................

31

7. Identitas responden kelompok tani di Umbul Harapan Jaya, KPHP
Way Terusan.........................................................................................

61

8. Respon pengurus kelompok tani tentang kemitraan kehutanan ...........

64

9. Respon dan partisipasi anggota kelompok tani dalam kemitraan
kehutanan..............................................................................................

66

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Skema kerangka pikir penelitian..........................................................

6

2.

Peta kawasan KPHP Way Terusan ......................................................

19

3.

Persentase partisipasi anggota kelompok tani pada kegiatan
sosialisasi dan pertemuan kelompok....................................................

29

Sebaran persentase luas lahan demplot ketahanan pangan dari
setiap kelompok tani hutan Umbul Harapan Jaya................................

33

Pola-pola pertanaman agroforestri yang digunakan oleh kelompok tani
dalam demplot ketahanan pangan dan energi ......................................

34

Sebaran persentase jenis komoditi sebelum kemitraan di lahan
demplot ketahanan pangan dan energi .................................................

36

Sebaran persentase anggota yang berpartisipasi dalam penanaman
padi.......................................................................................................

37

Tanaman padi pada lahan demplot ketahanan pangan dan energi yang
terserang penyakit ................................................................................

39

Sebaran persentase pendapat kelompok tani terhadap program
kemitraan kehutanan ............................................................................

40

10. Sebaran persentase kepercayaan masyarakat kepada pihak KPHP
Way Terusan ........................................................................................

42

11. Sebaran persentase tingkat pendidikan masyarakat Umbul
Harapan Jaya ........................................................................................

45

12. Sebaran persentase pengetahuan masyarakat tentang program
kemitraan kehutanan ............................................................................

46

13. Sebaran persentase partisipasi masyarakat dalam kegiatan
perencanaan..........................................................................................

50

4.

5.

6.

7.

8.

9.

viii
Gambar

Halaman

14. Sebaran persentase partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pelaksanaan ..........................................................................................

51

15. Sebaran persentase alasan partisipasi masyarakat dalam program
kemitraan kehutanan ............................................................................

52

16. Kegiatan wawancara dengan kepala KPHP Way Terusan...................

68

17. Kegiatan wawancara dengan pengurus kelompok tani ........................

68

18. Kegiatan wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Karya Makmur .

69

19. Kegiatan wawancara dengan salah satu anggota kelompok tani .........

69

20. Lokasi demplot ketahanan pangan dan energi .....................................

70

21. Kegiatan pemeliharaan tanaman demplot ............................................

70

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi hutan Indonesia saat ini sangat memprihatinkan dengan berkurangnya luas tutupan lahan hutan dan tingginya laju deforestasi. Berdasarkan data Sumargo
et al. (2011), luas tutupan hutan Indonesia pada tahun 2000 adalah 103,33 juta ha
dan pada tahun 2009 berkurang menjadi 88,17 juta ha dengan laju deforestasi sebesar 1,51 juta ha per tahun.

Perubahan tutupan hutan ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya aktivitas manusia berupa penguasaan lahan dan penyerobotan kawasan hutan. Menurut
Handoko dan Darmawan (2015), penguasaan lahan yang dilakukan oleh manusia
merupakan ancaman yang serius bagi keberadaan hutan. Departemen Kehutanan
(2011) telah mencatat berbagai gangguan yang mengancam eksistensi dan kondisi
kawasan hutan. Gangguan berupa penyerobotan kawasan hutan oleh masyarakat
selama tahun 2010 mencapai luasan 67.595,85 ha, sedangkan gangguan terhadap
tegakan hutan berupa penebangan ilegal diperkirakan telah mengakibatkan kehilangan antara lain kayu olahan/bulat dan satwa liar.

Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengatasi gangguan yang mengancam
keberadaan hutan. Salah satu cara pemerintah adalah dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang merupakan pro-

2
gram prioritas pemerintah dalam rangka memperbaiki tata kelola hutan dan memperkuat desentralisasi sektor kehutanan. Peran KPH sangat penting dalam konteks
pembangunan kehutanan secara nasional (Hamzah, 2014).

KPHP Way Terusan merupakan salah satu KPH di Lampung yang berada di kawasan Hutan Produksi Register 47 di Kabupaten Lampung Tengah. KPHP Way
Terusan memiliki wilayah seluas ± 12.500 ha yang secara administratif berada di
Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Keadaan hutan di
KPHP Way Terusan telah mengalami degradasi dan deforestasi. Sebesar 90% dari luas kawasan KPHP Way Terusan telah mengalami perambahan oleh masyarakat dan kawasan hutan dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan berupa karet
dan singkong. Menurut Suryandari dan Alviya (2009) dalam membangun KPHP
Way Terusan harus melibatkan partisipasi aktif stakeholder lain dan masyarakat
untuk menghindari konflik. Syukur (2012) menyatakan bahwa KPHP Way
Terusan mewakili hampir semua muatan persoalan konflik di hutan-hutan
Indonesia, meliputi sosial, ekonomi, tenurial dan politik.

Kebijakan KPHP Way Terusan untuk menghindari konflik yaitu membangun kemitraan dengan masyarakat yang berada dalam kawasan. Menurut Fadila (2015),
kemitraan mampu menjadi alternatif penyelesaian konflik antara pemegang izin
dan masyarakat. Kemitraan kehutanan ini juga sebagai upaya untuk mengatasi
masalah degradasi, deforestasi dan perambahan. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.39/Menhut-II/2013 Pasal 6 (1)
yang menyatakan bahwa Pengelola Hutan, Pemegang Izin dan KPH wajib mem-

3
berdayakan masyarakat setempat yang terdapat di sekitarnya melalui kemitraan
kehutanan.

Pola kemitraan atau kerjasama merupakan hal baru dalam pengelolaan hutan. Kemitraan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola hutan dan
mencegah terjadinya konflik. Kemitraan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemegang izin pemanfaatan hutan atau pemegang hak pengelolaan dengan masyarakat setempat (Suprapto, 2014). Menurut Suprayitno (2008) masyarakat yang
tinggal di sekitar hutan, sesungguhnya dapat menjadi pilar bagi terciptanya pengelolaan hutan secara lestari. Nawir (2011) menjelaskan dengan adanya kemitraan
telah menyadarkan sebagian besar masyarakat mengenai status hutan negara yang
tidak bisa dikonversi.

Kemitraan kehutanan antara pengelola hutan dengan masyarakat diharapkan menjadi solusi yang tepat dalam pengelolaan hutan. Penelitian tentang implementasi
kemitraan kehutanan antara KPHP Way Terusan dengan kelompok tani penting
dilakukan untuk mengetahui proses implementasi kemitraan dan faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat proses implementasi kemitraan antara KPHP
Way Terusan dengan kelompok tani.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah.
1.

Bagaimana proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani
dengan KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah?

4
2.

Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan
Kabupaten Lampung Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah.
1.

Mengetahui proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani
dengan KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah.

2.

Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai proses implementasi kemitraan kehutanan dan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya.
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat atau pemberdayaan masyarakat sekitar hutan
sehingga dapat membantu dalam menyusun dan memperbaiki kebijakan untuk
mengelola hutan secara adil dan berkelanjutan.

E. Kerangka Pemikiran

Hutan Produksi Register 47 Way Terusan merupakan kawasan yang dikelola oleh
KPHP Way Terusan yang mengalami degradasi dan deforestasi. Sebesar 90% dari luas kawasan KPHP Way Terusan telah mengalami perambahan oleh masyara-

5
kat dan kawasan hutan dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan dan pemukiman. Masyarakat penggarap lahan tersebut tergabung dalam Kelompok Tani
Hutan (KTH).

KPHP Way Terusan membangun kemitraan kehutanan dengan kelompok tani sebagai upaya mengatasi masalah degradasi, deforestasi dan perambahan. Kemitraan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola hutan dan mencegah terjadinya konflik. Kemitraan kehutanan antara KPHP Way Terusan dengan
masyarakat diharapkan menjadi solusi yang tepat dalam pengelolaan hutan. Penelitian implementasi kemitraan ini dilakukan untuk melihat proses implementasi
kemitraan kehutanan dan faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dan KPHP Way Terusan.

Proses implementasi kemitraan kehutanan ini melihat proses menuju kemitraan,
perjanjian kerjasama dan implementasi kemitraan kehutanan yang terjalin antara
KPHP Way Terusan dengan kelompok tani hutan. Faktor – faktor implementasi
kemitraan kehutanan melihat faktor yang mendukung dan menghambat dalam implementasi kemitraan kehutanan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara
deskriptif. Skema kerangka pikir secara lengkap disajikan pada Gambar 1.

6

Hutan Produksi
Register 47 Way
Terusan
Deforestasi dan
degradasi
KPHP Way
Terusan

Kelompok tani

Kemitraan kehutanan

Proses implementasi
kemitraan kehutanan
1. Proses menuju
kemitraan kehutanan
2. Perjanjian kerjasama
(MoU) kemitraan
kehutanan
3. Implementasi
kemitraan kehutanan

Faktor – faktor
implementasi kemitraan
kehutanan

Faktor
pendukung

Faktor
penghambat

Analisis deskriptif
Gambar 1. Skema kerangka pikir implementasi kemitraan antara kelompok tani
pengelola lahan hutan dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi
(KPHP) Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah (Kasus di
Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar
Mataram Kabupaten Lampung Tengah).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesatuan Pengelolaan Hutan

Pengelolaan kawasan hutan tidak terlepas dari persoalan atau konflik lahan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ekonomi, sosial, ekologi dan kebutuhan lahan pertanian. Konflik dalam kawasan hutan terjadi karena rendahnya intensitas pengelolaan, pengamanan dan perlindungan (Sylviani dan Hakim, 2014).
Hal ini juga dijelaskan oleh Suryandari dan Sylviani (2010) bahwa lemahnya pengelolaan kawasan hutan merupakan penyebab konflik di dalam kawasan hutan,
sehingga diperlukan institusi yang dapat mengelola kawasan hutan dengan lestari.

Pembangunan KPH merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut serta untuk mewujudkan kelestarian hutan. Wilayah KPH dibagi berdasarkan pada tiga pendekatan utama yaitu wilayah ekosistem secara spasial, pembagian kewenangan dan kemampuan dalam pengelolaan hutan (Suryandari dan
Alviya, 2009). Peraturan Menteri kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2014 menyebutkan bahwa KPH adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan, unit pengelolaan hutan terkecil di tingkat tapak. Kelompok hutan yang luasnya didominasi oleh hutan
produksi disebut dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Kelompok hutan yang luasnya didominasi oleh hutan lindung disebut dengan Kesatuan
Pengelolaan hutan lindung (KPHL). Kelompok hutan yang luasnya didominasi

8
oleh hutan konservasi disebut dengan Kesatuan Pengelolaan hutan konservasi
(KPHK).

Pembangunan KPH merupakan upaya memperbaiki tata kelola hutan di Indonesia
(Ekawati, 2014). Salah satu hal mendasar dalam pembangunan KPH adalah untuk
mewujudkan pelaksanaan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya hutan. Unit pengelolaan KPH perlu didesain sesuai
dengan situasi lapangan sehingga pembangunan KPH dapat memungkinkan dicapainya pengelolaan hutan secara berkelanjutan (Supratman, 2008).

Pembentukan KPH merupakan serangkaian proses perencanaan atau penyusunan
desain kawasan hutan, yang didasarkan atas fungsi pokok dan peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari. KPH menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten. Pembentukan
KPH ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari (Moyo et al., 2013).

Implementasi pembangunan KPH banyak menghadapi permasalahan baik dari sisi
kelembagaan dan sosial. Permasalahan dari sisi kelembagaan meliputi hambatan
pemangku kepentingannya sendiri, peraturan perundangan, organisasi, pendanaan,
dan SDM. Permasalahan dari sisi sosial lebih cenderung kepada klaim lahan oleh
masyarakat dan perbedaan jenis tanaman yang akan dikembangkan pada areal
KPH model (Alviya dan Suryandari, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses implementasi kebijakan pembentukan organisasi KPHP adalah faktor komunikasi, sumber daya dan birokrasi (Hamzah, 2014).

9
B. Penguasaan Lahan

Kelestarian hutan dan kehidupan ekonomi masyarakat desa hutan merupakan dua
isu penting (Mustofa, 2011). Jumlah rakyat Indonesia yang tinggal di kawasan
hutan mencapai 48,8 juta orang, dan 10,2 juta di antaranya hidup dalam kemiskinan (Yuliani dan Tadjudin, 2006). Kondisi masyarakat di sekitar hutan yang masih berada dalam kemiskinan, keterbatasan akses, pengetahuan dan keterampilan
tentang hutan dan kehutanan merupakan kendala yang menghambat keikutsertaan
masyarakat untuk menjaga dan melestarikan keberadaan hutan (Ramadoan et al.,
2013).

Kawasan yang telah digarap oleh masyarakat untuk pemukiman dan perladangan
menggambarkan bahwa kondisinya tidak mendukung kelestarian fungsi kawasan
hutan (Sylviani dan Suryandari, 2013). Kondisi ekonomi masyarakat yang berada
di sekitar hutan merupakan faktor yang sangat menentukan luasnya garapan masyarakat di hutan. Luas garapan di hutan ditentukan oleh tekanan ekonomi masyarakat yang berada di sekitar hutan. Tekanan ekonomi merupakan motivasi
masyarakat untuk mencukupi kebutuhan keluarga melalui penggarapan lahan di
hutan (Subarna, 2011).

Menurut Susilawati (2008), faktor faktor yang mempengaruhi perambahan hutan
adalah faktor ekonomi dan lingkungan. Pendapatan masyarakat setelah merambah hutan mengalami peningkatan. Kaimuddin (2008) menjelaskan bahwa selain
faktor ekonomi dan lingkungan, faktor lain yang melatarbelakangi terjadinya perambahan hutan adalah penjualan kawasahan hutan oleh oknum pemerintah dan
masyarakat pribumi. Kepemilikan lahan terkesan legal karena melalui proses jual

10
beli dengan oknum pemerintah dan masyarakat pribumi. Hal ini menyebabkan
masyarakat perambah merasa mendapat dukungan sepenuhnya dalam merambah
kawasan hutan.

C. Kemitraan

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan (Jasuli, 2014). Menurut Akhadi et al. (2013), kemitraan
adalah kata kunci dalam mewujudkan sinergi dalam rangka penerapan good governance dalam pembangunan kehutanan dengan memperhatikan aspek transparansi dan keadilan antar semua unsur mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pembangunan kehutanan.

Pengelolaan hutan melalui skema kemitraan, baik bagi pemegang izin usaha pemanfaatan HPH/HTO maupun KPH dapat bermitra dengan masyarakat yang hidupnya dari hasil hutan dan lahan hutan (Fadila, 2015). Skema kemitraan kehutanan digagas sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Skema ini juga sebagai wahana penyelesaian konflik atas sumberdaya
hutan yang terjadi antara pengelola hutan dan unit manajemen hutan dengan masyarakat yang sudah memanfaatkan kawasan hutan. Pemberdayaan masyarakat
setempat melalui kemitraan kehutanan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber
daya hutan secara optimal dan adil melalui kemitraan kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat (Adnan et al., 2015).

11
Tujuan kemitraan kehutanan dalam pemberdayaan masyarakat setempat adalah
memberikan akses dan penguatan kapasitas masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat hutan secara langsung. Mengajak masyarakat ikut serta dalam
mewujudkan pengelolaan hutan lestari. Masyarakat secara bertahap dapat berkembang menjadi pelaku ekonomi yang tangguh, mandiri, bertanggung jawab dan
profesional (Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.39/Menhut-II/2013). Efendi et al. (2007) menjelaskan bahwa pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan alam produksi dengan pola kemitraan efektif dilaksanakan dalam rangka mencegah illegal logging. Lowisada (2014) menyatakan
bahwa pemberdayaan masyarakat mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat

Pendapatan antara petani pola kemitraan dengan petani non kemitraan mempunyai
perbedaan yang signifikan. Pola kemitraan memiliki nilai yang lebih tinggi dan
hasil usaha yang lebih efisien dibandingkan dengan pola non kemitraan. Adanya
perbedaan ini disebabkan oleh adanya jaminan serta ada pengawasan dan bimbingan yang diberikan oleh mitra (Utami et al., 2015). Tingkat keberhasilan kemitraan menentukan manfaat bagi petani. Manfaat bermitra dapat tercapai sepanjang
kemitraan yang dilakukan berdasarkan pada prinsip saling memperkuat, memerlukan dan menguntungkan (Syafaaty, 2014).

Upaya untuk mencapai keberhasilan dalam pengelolaan sumberdaya hutan, negara
harus memperhatikan kondisi dan permasalahan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan, antara lain kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan peningkatan
kebutuhan pangan serta tingginya angka pengangguran. Permasalahan diatas me-

12
njelaskan bahwa upaya pelestarian hutan adalah sesuatu yang mustahil tanpa dukungan dan peran serta dari masyarakat. Masyarakat yang tidak dilibatkan dan
tidak mendapat kontribusi yang berarti dari proses pembangunan hutan akan menjadi perusak sumberdaya hutan. Masyarakat yang mendapat peran yang sesuai dalam pembangunan kehutanan dapat menjadi pendorong bagi keberhasilan dalam
berbagai kegiatan rehabilitasi hutan (Siswoko, 2009).

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan hutan bersama membuahkan hasil yaitu berkurangnya lahan kosong serta tingkat kerusakan dan pencurian
kayu menurun. Hal ini dikarenakan masyarakat dilibatkan dan mau terlibat dalam
mengelola hutan dan kegiatan reboisasi. Masyarakat juga terlibat dalam menjaga
hutan, sehingga terjaganya kelestarian dan keamanan hutan (Damayatanti, 2011).

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Umbul Harapan Jaya, Kecamatan Bandar Mataram
Kabupaten Lampung Tengah, pada bulan Januari – Februari 2016. Lokasi penelitian merupakan bagian dari kawasan KPHP Way Terusan.

B. Alat dan Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pihak pengelola KPHP Way Terusan, kelompok
tani Umbul Harapan Jaya dan stakeholder terkait lainnya meliputi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah, Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah VI Lampung, Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Lampung Tengah, akademisi (Dosen Universitas Lampung) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Kawan Tani. Alat yang digunakan adalah alat tulis, daftar pertanyaan (kuisioner),
kamera digital dan komputer.

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah:
1.

Proses implementasi kemitraan merupakan proses pelaksanaan kemitraan kehutanan antara KPHP Way Terusan dengan kelompok tani hutan di Umbul

14
Harapan Jaya
2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi merupakan faktor-faktor
yang dirasakan oleh KPHP Way Terusan dan kelompok tani.

3.

Pihak lain (stakeholder) yang ikut terlibat dalam implementasi kemitraan antara KPHP Way Terusan dengan kelompok tani meliputi pemerintah provinsi,
pemerintah daerah, akademisi dan LSM.

4.

Pemerintah provinsi yang dimaksud adalah Dinas Kehutanan Provinsi
Lampung dan BP2HP.

5.

Pemerintah daerah yang dimaksud adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Lampung Tengah dan BP4K.

6.

Akademisi yang dimaksud adalah dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Univesitas Lampung.

7.

LSM yang dimaksud adalah LSM Kawan Tani.

8.

Kelompok tani hutan merupakan kelompok tani yang berada di Umbul
Harapan Jaya.

9.

Masyarakat yang dimaksud merupakan masyarakat yang menjadi anggota
kelompok tani yang berada di Umbul Harapan Jaya.

10. Jenis pola kemitraan yaitu demplot ketahanan pangan dan energi.

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
1.

Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber penelitian secara langsung untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Data pri-

15
mer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan panduan
kuisioner. Data yang diambil yaitu :
a.

Karakteristik umum masyarakat mencakup nama, umur, pekerjaan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga dan mata pencaharian.

b.

Potensi ekonomi masyarakat mencakup luas lahan, jenis usaha petani, komoditas yang diusahakan.

c.

Pengetahuan masyarakat mengenai kemitraan kehutanan.

d.

Pendapat masyarakat tentang program kemitraan kehutanan.

e.

Dukungan masyarakat terhadap program kemitraan kehutanan.

f.

Partisipasi masyarakat mecakup kehadiran masyarakat dalam proses menjalin
kemitraan dengan KPHP Way Terusan berupa kehadiran sosialisasi, penyuluhan dan perencanaan kemitraan.

g.

Proses implementasi kemitraan mencakup tahapan-tahapan, rumusan poinpoin dan kegiatan menuju kemitraan.

h.

Kegiatan dalam implementasi kemitraan kehutanan.

i.

Stakeholder yang terlibat dan peran stakeholder tersebut dalam implementasi
kemitraan kehutanan.

j.

Faktor – faktor meliputi faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kemitraan kehutanan

2.

Data sekunder

Pengambilan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka yaitu mengumpulkan
semua literatur yang diperlukan dan sesuai dengan penelitian. Data sekunder
yang dikumpulkan yaitu

16
a.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Way Terusan
berupa data deskripsi kawasan, visi dan misi, potensi wilayah, sosial budaya
masyarakat dan sejarah kawasan.

b.

Data kegiatan KPHP Way Terusan yang berkaitan dengan implementasi kemitraan kehutanan dan salinan perjanjian kerjasama kemitraan pengelolaan
kawasan hutan produksi.

E. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive dan random sampling. Sampel yang diambil secara purposive sampling adalah pihak pengelola KPHP Way Terusan, stakeholder yang ikut terlibat meliputi
pemerintah daerah, BP2HP, BP4K, akademisi (dosen Universitas Lampung) dan
LSM serta pengurus kelompok tani. Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih
individu kunci yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
Sampel yang diambil secara random sampling adalah anggota kelompok tani pengelola lahan hutan. Random sampling ini dilakukan untuk menghindari bias sehingga data yang diperoleh dapat mewakili keadaan sebenarnya.

Umbul Harapan Jaya memiliki satu gapoktan yaitu Gapoktan Jati Makmur yang
terdiri tujuh kelompok tani hutan meliputi Sido Makmur, Sumber Rejeki, Suka
Makmur, Subur Makmur, Karya Makmur, Maju Makmur dan Karya Tani Makmur dengan jumlah total anggota kelompok tani yaitu 187 orang. Batas eror yang
digunakan pada penelitian ini adalah 15% karena batas eror 15% dianggap sudah
cukup mewakili anggota kelompok tani. Berdasarkan formula slovin Arikunto
(2011), maka di dapatkan jumlah responden pada penelitian ini yaitu :

17
=

N
N(e) + 1

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah anggota kelompok tani
e = batas eror (15%)
1 = bilangan konstan

=

187
187(15%) + 1

=

187
5.2075

= 35.90 = 36 responden

Jumlah sub anggota kelompok tani tidak sama sehingga untuk mendapatkan
sampel dari masing-masing kelompok tani digunakan rumus (Noor, 2011).
Jumlah sub anggota kelompok tani secara lengkap disajikan pada Tabel 1.

ni =

Ni
xn
N

Keterangan :
ni = banyaknya sampel ke-i
n = banyaknya sampel
N = banyaknya anggota kelompok tani
Ni = banyaknya anggota kelompok tani ke-i

18
Tabel 1. Jumlah responden masing-masing anggota kelompok tani
No.
1
2
3
4
5
6
7

Nama Kelompok Tani
Sido Makmur
Sumber Rejeki
Suka Makmur
Subur Makmur
Karya Makmur
Maju Makmur
Karya Tani Makmur
Total

Jumlah Anggota
Jumlah Responden
38
34
10
20
38
17
30
187

7
7
2
4
7
3
6
36

F. Metode Pengolahan Dan Analisis Data

Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh dari wawancara
diwujudkan dalam bentuk tulisan atau paparan serta ditransformasi ke dalam bentuk tabel dan diagram.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas KPHP Way Terusan

KPHP Way Terusan secara administratif terletak di Kecamatan Bandar Mataram
Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Berdasarkan geografis terletak
pada 105º 40´ BT s/d 105º 50´ BT dan 4° 30´ LS s/d 4º 40´ LS. KPHP Way Terusan berada di Sub Das Way Terusan yang merupakan bagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Seputih. Luas kawasan KPHP Way Terusan yaitu 12.500 Ha.
Peta Kawasan KPHP Way Terusan secara jelas disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Kawasan KPHP Way Terusan.

20
Batas-batas wilayah KPHP Way Terusan yaitu :
1. Sebelah timur berbatasan dengan Way Terusan Kabupaten Tulang Bawang.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Way Terusan Kecamatan Bandar Surabaya
Kabupaten Lampung Tengah.
3. Sebelah barat berbatasan dengan PT. Gunung Madu Plantation (GMP).
4. Sebelah utara berbatasan dengan PT. Gula Putih Mataram (GPM).

B. Keadaan Biofisik KPHP Way Terusan

1. Topografi : KPHP Way Terusan terletak pada ketinggian 5 m sampai dengan
20 m di atas permukaan laut.
2. Geologi dan Tanah
a. Jenis tanah

: podsolik merah kuning

b. Batuan induk : batuan pasir
c. Fisiografi

: datar dan bergelombang

3. Iklim
a. Tipe iklim wilayah KPHP Way Terusan yaitu tipe iklim C2 yang memiliki bulan basah 5 sampai 6 bulan dan bulan kering antara 2 sampai 3 bulan.
b. Jumlah curah hujan untuk wilayah Kecamatan Bandar Mataram dan sekitarnya
tahun 1999-2008 adalah 2.390,2 mm/tahun. Secara lengkap disajikan pada
Tabel 2.
c. Temperatur suhu KPHP Way Terusan yaitu 26oC sampai dengan 28o C.

Tabel 2. Jumlah curah hujan rata-rata tahun 1999-2008
Bulan
Januari
Februari

Jumlah Curah Hujan Pada Tahun … (mm)
RataJumlah
rata
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
532 277 302 252 454 288 389 436 246 297
3473 347.3
435 212 363 205 416 445 277 308 364 107
3232 323.2

21
Tabel 2. Lanjutan
Jumlah Curah Hujan Pada Tahun … (mm)
RataJumlah
rata
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Maret
313 279 262 354 325 309 375 390 338 524
3469 346.9
April
174 247 201 180 232 146 240 309 300 215
2244 224.4
Mei
111 139 281 238 136 156 175 167
81
79
1563 156.3
Juni
71 201 102
88
24
37 229 115 110
83
1060 106.0
Juli
137 120
24 195
47
61
96
29 149
9
867
86.7
Agustus
35
52 117
11
54
21 105
0
37
78
510
51.0
September
17
32 119
13
52
5
54
10
21
76
399
39.9
Oktober
259 215 315
0 126
40 126
0
59 133
1273 127.3
November 303 406 391
93 204 225 201
69 182 344
2418 241.8
Desember
380 371 373 258 235 384 286 354 334 409
3394 339.4
Jumlah
2767 2551 2850 1987 2305 2117 2553 2187 2231 2354 23902 2390.2
Rata-rata
231 213 238 166 192 176 213 182 186 196 2390.2
Bulan

Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013).

C. Sejarah KPHP Way Terusan

Berdasarkan RPHJP KPHP Way Terusan (2015), tanah yang dijadikan kawasan
Register 47 saat ini berasal dari lahan pengganti dari PT Bumi Sumber Sari Sakti
(GMP sekarang) yang sebagian besar seluas 10.510 ha diperoleh dari tanah milik
tiga masyarakat adat yang diganti rugikan. Pembagian dari luasan lahan masingmasing kelompok masyarakat adat tersebut yaitu :
1. Masyarakat Adat Desa Mataram Udik seluas 3.000 ha.
2. Masyarakat Adat Desa Mataram Ilir seluas 3.900 ha.
3. Masyarakat Adat Desa Surabaya Ilir seluas 3.610 ha.

Kawasan hutan produksi Register 47 Way Terusan pada awalnya merupakan kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas 28.125 ha. Seluas 15.625 ha kawasan Register 47 dikonversi untuk diberikan sebagai lahan usaha kepada PT
Indo Lampung Buana Makmur (sekarang PT Garuda Panca Artha). Luas kawasan
KPHP Way Terusan yang tersisa yaitu 1.990 ha dan ditambah dengan 10.510 ha

22
lahan pengganti yang diberikan oleh PT Bumi Sumber Sari Sakti sehingga luas
kawasan ini menjadi 12.500 ha.

Kawasan Hutan Produksi Register 47 Way Terusan merupakan salah satu KPHP
model yang berlokasi di Lampung Tengah. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai
KPHP Model melalui beberapa tahapan. Menteri Kehutanan melalui SK Menhut
No.316/MenhutlI/2005 tanggal 25 Agustus 2005 telah menunjuk Kawasan Hutan
Produksi Register 47 sebagai wilayah KPHP dengan luas ± 12.500 Ha. SK Menhut tersebut ditindak lanjuti oleh Surat Gubernur Lampung No.061/3125/02/2006
tanggal 15 Agustus 2006 untuk membentuk organisasi/lembaga yang disebut Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) KPHP.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja UPTD KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah, maka pada tanggal 18 Maret 2008 dibentuk UPTD KPHP Way Terusan.
Selanjutnya melalui SK.794/Menhut- II/2009 pada tanggal 7 Desember 2009 kawasan ini ditetapkan sebagai KPHP model. Tugas pokok KPHP Way Terusan
adalah menyelenggarakan penyiapan rencana pengelolaan, penanaman, pemeliharaan pengolahan, pemasarah hasil hutan, penanaman kembali kawasan hutan.
KPHP Way Terusan dalam pengelolaannya dibagi menjadi tiga blok yaitu:

1.

Blok pemanfaatan

Blok pemanfaatan yang terdapat di KPHP Way Terusan merupakan wilayah yang
telah dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi perladangan dan perkebunan yang
didominasi oleh jenis tanaman karet, akasia dan mahoni. Luas blok yang dimanfaatkan yaitu ±8.550 ha.

23
2.

Blok pemberdayaan

Blok pemberdayaan yang ada di wilayah KPHP Way Terusan merupakan wilayah
yang berada di sekitar pemukiman masyarakat. Luas blok pemberdayaan yaitu
±450 ha.

3.

Blok perlindungan

Penetapan blok perlindungan sebagai upaya pelestarian dan perlindungan sumber
air. Blok perlindungan merupakan daerah sempadan sungai dan rawa dengan luas
± 3.500 hektar.

D. Potensi Wilayah KPHP Way Terusan

Kawasan hutan seluas 12.500 ha ini kenyataannya tidak banyak berhutan. Sejak
tahun 1998 kawasan hutan telah diokupasi oleh masyarakat dan dialihfungsikan
menjadi pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan. Tipe penutupan lahan yang
masih berhutan hanya seluas 1000 ha yang berupa nipah dan tanaman gelam.
Secara lengkap disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Tipe penutupan lahan di wilayah KPHP Way Terusan
No.
1
2
3

Penutupan
Lahan
Berhutan
Tidak
berhutan
Tidak ada
data

Lahan Kering
(ha)

Mangrove
(ha)

Rawa
(ha)

Tanaman
(ha)

-

-

1.000

-

7.500

-

4.000

- Kebun campuran

-

-

-

Keterangan
Tanaman gelam,
nipah

- -

Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013).
Saat ini potensi kayu, non kayu, flora dan fauna, jasa lingkungan dan wisata alam
di wilayah KPH Way terusan sangat rendah walaupun belum didapatkan data baik

24
secara langsung maupun data sekunder sebagai acuan. Kondisi nyata di lapangan
secara keseluruhan sudah digunakan untuk tanaman semusim dan pemukiman.
Tutupan lahan pada wilayah KPHP Way Terusan Lampung Tengah adalah 8%
berhutan, 52% tidak berhutan dan 40% rawa.

E. Sosial Budaya Masyarakat KPHP Way Terusan

Tahun 2007 tercatat jumlah KK mencapai 4.015 KK atau 15.226 jiwa yang tersebar membentuk sepuluh lokasi pemukiman (umbul). Sepuluh umbul tersebut meliputi: Umbul Mekar Jaya/Sekring Atas, Harapan Jaya/SP4, Mekar Agung, Sekring Bawah, Sri Rejeki/HTI, Raman Agung, Tinggi/Suka Makmur, Kuao/Buana
Makmur, Talip Jaya, dan Rukun Salam. Kondisi Pemanfaatan Lahan Kawasan
Hutan Produksi Register 47 Way Terusan secara lengkap disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi pemanfaatan lahan kawasan Hutan Produksi Register 47 Way
Terusan

No

Nama Umbul

1
2
3
4
5
6

Raman Agung
Talip Jaya
Sekring Bawah
Sekring Atas
H.T.I
Kuao Buana
Makmur
SP 4
Harapan Jaya
Tinggi
Suka Makmur
Rukun Salam
Jumlah

7
8
9

Luas Lahan Yang Dipergunakan
Blok Perlindungan
Blok Pemanfaatan
Hutan/
Sawah
Rawa
Rumah
Tegalan Kebun
Rawa
Rawa
471,50 1751,00 50,50
75,10
1823,80 13,00
202,75 1360,75 11,00
31,00
876,01 16,00
275,25
709,75 15,50
60,30
603,22 19,00
- 26,50
48,80
668,01 31,00
51,20
1154,87 27,50
50,50
35,10
598,41
8,90

Jumlah
(Ha)
4184,90
2497,51
1683,02
774,31
1233,57
692,91

-

-

-

32,00

88,83

-

120,83

-

-

-

57,70

955,50

18,50

1031,70

72,00
3,00
3893,50 106,50

10,30
401,50

190,35
5,60
6959,00 139,50

281,25
12500,00

1000

Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013).

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1.

Proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan
KPHP Way Terusan meliputi sosialisasi, pembentukan kelompok, pelatihan,
penandatanganan kerjasama dan pelaksanaan kemitraan kehutanan. Proses
tersebut berjalan kurang baik. Hal ini dikarenakan partisipasi kelompok tani
dalam kegiatan kemitraan kehutanan masih rendah. Sebesar 62% anggota
kelompok tani kurang aktif bahkan sangat tidak aktif dalam kegiatan kemitraan kehutanan. Anggota kelompok tani yang kurang aktif sebanyak 24%,
tidak aktif sebanyak 34% dan sangat tidak aktif sebanyak 4%.

2.

Faktor pendukung kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP
Way Terusan yaitu adanya dukungan kelompok tani yang tinggi terhadap program kemitraan kehutanan, kepercayaan kelompok tani yang tinggi kepada
pihak KPHP Way Terusan dan dukungan yang tinggi dari pihak stakeholder
terkait lainnya. Faktor penghambat kemitraan kehutanan antara kelompok
tani dengan KPHP Way Terusan adalah sumber daya manusia yang rendah,
permasalahan dalam organisasi kelompok tani, komunikasi antara pemerintah
dan kelompok tani yang kurang baik dan rendahnya partisipasi kelompok
tani.

54
B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan untuk persiapan
kemitraan