METODE DAN TEORI Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

Tersier Tg. Selanjutnya terbentuk endapan molase berupa kolovium Qk yang merupakan produk rework dari batuan Tersier Gambar 2. Berdasarkan data tektonisme daerah penyelidikan menunjukkan pengaruh yang cukup kuat dari pola sesar mendatar mengiri Palu - Koro yang berarah baratlaut - tenggara beserta antitetiknya yang berarah barat - timur. Keberadaan sesar besar basemen seperti sesar Koala Rawa yang menerus ke bagian baratlaut desa Rahmat dipotong oleh sesar periode ke tiga yang berarah hampir utara - selatan, dan diduga sesar dengan arah tersebut merupakan pembentuk zona permeabel pembentuk aktivitas hidrotermal yang meloloskan fluida panas ke permukaan. Sesar yang berarah baratlaut - tenggara ditunjukkan oleh sesar Koala Rawa sebagai pengontrol manifestasi panas bumi di Sungai Koala Rawa, di bagian utaranya terbentuk sesar Noki, sesar Towingkoloe dan sesar Kumamora. Sesar yang berarah barat daya – timur laut ditunjukkan oleh sesar Dongi, sesar Lindu dan sesar Kadidia yang juga memfasilitasi munculnya manifestasi di sekitar Sungai Koala Rawa. Sesar yang berarah utara selatan ditunjukkan oleh sesar Rahmat dan komplek Kumamora sedangkan sesar yang berara Barat – timur ditunjukkan oleh sesar Bulili dan sesar Gangga dimana kenampakan dilapangan berupa gawir sesar dan kelurusan sungai.

2. METODE DAN TEORI

Metode geofisika yang digunakan dalam survei terpadu ini adalah metode gaya berat dan Audio Magnetotellurics AMT. Tahapan survei geofisika meliputi studi literatur tentang daerah survei, persiapan kerja lapangan seperti kalibrasi peralatan dan desain survei, akuisisi data, pengolahan dan pemodelan data. Derajat keberhasilan penggunaan metode geofisika untuk eksplorasi panas bumi tergantung pada kontras sifat fisis batuan sekitar daerah penelitian. Aktivitas pada sistem panas bumi akan memberikan suatu nilai anomali pada besaran fisis tersebut yang dikenal dengan anomali geofisika. Nilai tahanan jenis batuan di daerah aktivitas panas bumi umumnya akan menjadi rendah. nilai rendah ini karena batuan terisi oleh fluida panas atau tersaturasi oleh uap atau air. Batuan yang telah teralterasi termal dalam sistem panas bumi berperan menjadi lapisan penudung cap rock yang dapat mencegah fluida panas keluar ke permukaan. Metode AMT digunakan untuk mencari informasi lapisan batuan bawah permukaan berdasarkan sifat tahanan jenis batuan. Besaran fisis lainnya pada batuan adalah densitas atau massa jenis. Variasi densitas batuan suatu daerah bisa dipelajari dengan konsep gaya gravitasi atau dikenal dengan metode gaya berat. Metode ini dapat memberikan informasi struktur yang berkembang di daerah panas bumi, baik struktur lokal maupun regional. Struktur-struktur geologi ini sangat berperan dalam mengontrol pemunculan manifestasi panas bumi. Metode ini juga memetakan variasi densitas dari batuan yang menyusun daerah peneletian baik struktur batuan dasar yang mungkin diduga sebagai lapisan revoir. 3. HASIL PENYELIDIKAN A. Gaya Berat Pengukuran gaya berat dilakukan pada 115 titik dengan menggunakan alat Scintrex CG5. Data pengukuran dikoreksi terhadap pasang surut, drif alat, gaya berat normal, udara bebas, medan dan Bouguer dengan densitas yang digunakan 2,67 Bouguer. Nilai anomali ini masih nilai penjumlahan super posisi dari berbagai macam sumber dan kedalaman anomali di bawah permukaaan. Untuk mendapat kan anomali target maka anomali Bouguer dipisahkan menjadi anomali regional dan residual atau sisa dengan menggunakan metode polinomial orde 2. Gambar 3 memperlihatkan peta sebaran anomali gaya berat Bouguer, regional dan sisa. Pola umum liniasi kontur anomali Bouguer adalah membentuk klosur anomali rendah di sekitar zona depresi kadidia . Pola arah liniasi ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan Graben di sekitar daerah penyelidikan. Pola umum sebaran anomali Bouguer memiliki tren nilai yang tinggi di bagian Baratlaut kemudian merendah ke arah tenggara yang mengindikasikan blok batuan yang menyusun bagian baratlaut daerah penelitian memiliki nilai densitas yang relatif lebih besar di bagian tenggara. Anomali tinggi yang tersebar di bagian baratlaut memiliki rentang nilai 98 sd 122 mGal. Daerah yang memilki blok nilai tinggi ini ditempati permukaannya oleh satuan batuan granit dan batuan vulkanik, sehingga memiliki nilai tinggi. Liniasi ke bagian tenggara memiliki arah selaras struktur utama daerah penyelidikan dengan nilai yang merendah. Blok tengah ini tepat berada di zona depresi, dimana pada zona ini memiliki nilai anomali 70 mGal, yang diduga merupakan respon dari batuan sedimen yang mengisi zona depresi kadidia . Area selatan atau di sekitar manifestasi Koala Rawa didominasi oleh nilai 98 mGal. Di area tersebut cenderung permukaannya ditempati oleh satuan batuan vulkanik. Anomali regional diasumsikan mendeskripsikan struktur batuan secara regional. Nilai dan liniasi anomali regional di daerah Kadidia Selatan ini memilki tren rendah di bagian tenggara dan semakin meninggi kearah baratlaut dengan arah liniasi baratlaut-tenggara hampir utara- selatan. Liniasi anomali residual masih berarah umum membentuk depersi dibagian tengah, dan liniasi berarah baratlaut- tenggara di bagian selatan di sekitar manifestasi Koala Rawa yang diduga merupakan sesar Koala Rawa sebagai pengontrol manifestasi panas bumi di sungai Koala Rawa. Struktur geologi yang terindikasi lain adalah liniasi berarah hampir barat-timur yang membatasi zona depresi dibagian selatan dan utara, struktur ini diduga merupakan pengontrol kemunculan manifestasi Kadidia dan sejahtera. Zona anomali sisa rendah muncul di tengah dan selatan daerah penyelidikan dengan nilai -10 mGal, anomali rendah di bagian tengah merupakan respon dari batuan sedimen yang mengisi zona depresi Kadidia, sedangkan anomali rendah dibagian selatan merupakan respon dari endapan danau Lindu. Sedangkan zona anomali tinggi 10 mGal muncul di sekitar mata air panas Koalarawa dan di utara air panas Sejahtera, anomali tinggi ini diduga merupakan respon dari granit yang memungkinkan sebagai sumber panas dari sistem panas bumi Kadidia Selatan dan Kadidia. Hasil model Gambar 4 memperlihatkan batuan sedimen yang mengisi zona depresi dengan densitas 2.1 grcm 3 . Dibawahnya terdapat batuan granityang menerus sampai ke permukan dengan densitas 2.6 grcm 3 . Dibawah manifestasi Koala rawa terdapan satuan battuan sedimen dengan densitas 2.2 grcm 3 , dan dibawahnya berupa batuan vulkanik dengan densitas 2.7 grcm 3 . B. AMT Pengukuran AMT di daerah panas bumi Kadidia Selatan dilakukan dengan jumlah titik sebanyak 41 titik dengan menggunakan alat Zonge system. Data AMT yang diperoleh dianalisis kurvanya dan diproses dengan inversi 2D untuk mendapatkan sebaran tahanan jenis baik secara lateral maupun vertikal. Sebaran tahanan jenis yang di cuplik pada kedalaman 200, 500, 750 dan 1000 meter dari permukaaan diperlihatkan pada Gambar 5. Nilai tahanan jenis pada kedalaman 250 dan 500 meter ini memiliki kesesuaian dengan litologi batuan yang ada. Kemungkinan besar daerah yang memiliki nilai sedang - rendah merupakan respon dari litologi batuan sedimen berupa pasir yang mengisi zona depresi Kadidia dan endapan danau di bagian selatan. Satuan litologi ini menyebar selaras hampir di sebagian besar area penyelidikan. Nilai tahanan jenis rendah di sekitar kemunculan manifestasi air panas Koala rawa diduga berhubungan erat dengan aktivitas hidrotermal, sama halnya dengan nilai tahanan jenis rendah 10 ohm di antara kemunculan manifestasi Sejahtera dan Kadidia. Sedangkan nilai tahanan jenis yang relatif lebih tinggi mengisi diperkirakan respon dari batuan vulkanik dan granit. Terdapat kelurusan berarah baratlaut-tenggara yang dicirikan dengan adanya kontras nilai tahanan jenis rendah dan tinggi. Hal ini sesuai dengan struktur geologi permukaan. Sebaran nilai tahanan jens pada kedalaman 750 – 1000 m berpola mirip dengan sebaran tahanan jenis pada kedalaman yang lebih dangkal. Zona nilai tahanan jenis lebih rendah dari 10 Ohmmeter menempati area tengah diantara manifestasi kadidia dan sejahtera yang diperkirakan respon dari litologi batuan sedimen dan batuan ubahan. Sedangkan nilai tahanan jenis relatif tinggi menempati area utara dan selatan dari zona depresi Kadidia merupakan respon dari batuan vulkanik dan granit. Perbedaan yang jelas terlihat berada disekitar kemunculan manifestasi Koala rawai dimana pada kedalaman sebelumnya nilai tahanan jenis di daerah tersebut bernilai rendah 10 Ohmm, maka mulai kedalaman 750 meter nilai tahanan jenisnya berubah menjadi sedang 20-50 Ohmm, dan semakin kedalam semakin meluas sebarannya. Kemunculan nilai tahanan jenis sedang ini diduga berhubungan dengan adanya sistem panas bumi di daerah ini dimana nikai tahanan jenis sedang yang muncul dibawah tahanan jenis rendah mungkin merupakan respon dari reservoir. Kelurusan yang terlihat masih berarah baratlaut-tenggara di zona depresi, akan tetapi mulai kedalaman 1000 meter terlihat kelurusan berarah baratlaut-tenggara di sekitar manifestasi Koala Rawa, kelurusan ini diduga merupakan struktur antitetik dan merupakan pengontrol sistem panas bumi di daerah ini. Hasil pemodelan 2D di tiap titik pengukuran ditampilkan juga dalam bentuk sebaran vertikal. Sebaran tahanan jenis secara vertikal merupakan hasil inversi dari tiap titik yang berada pada 1 lintasan berarah baratdaya-timurlaut. Pada makalah ini akan dibahas penampang tahanan jenis pada lintasan 6 dan 7 Gambar 6. Lintasan 6 melewati 10 titik pengukuran AMT memotong zona depresi dan berada disekitar mata air panas Sejahtera. Hasil pemodelan lintasan ini diperlihatkan pada gambar 3,19. Hampir sama dengan lintasan sebelumnya, hasil pemodelan lintasan ini secara umum memperlihatkan zona nilai tahanan jenis rendah 20 Ohm di permukaan sampai kedalaman 1000 m, dibawahnya terdapat tahanan jenis sedang 50-200 Ohmm dan zona nilai tahanan jenis tinggi 500 Ohm berada dipaling bawah. Nilai tahanan jenis rendah pada lintasan ini diduga berasosiasi dengan aktivitas hidrotermal, sehingga nilai tahanan jenis rendah yang memanjang dari tengah sampai baratdaya diinterpretasikan sebagai campuran antara batuan sedimen pengisi zona depresi dan batuan ubahan yang diduga bertindak sebagai caprock dari sistem panas bumi daerah Kadidia. Pada kedalaman 1000 meter memperlihatkan adanya nilai tahanan jenis sedang di bawah nilai tahanan jenis rendah, nilai tahanan jenis sedang ini diduga merupakan respon dari reservoir. Lintasan 7 merupakan lintasan paling panjang melewati 17 titik pengukuran AMT, memotong air panas Kadidia dan Koala Rawa serta memanjang hingga ke tepi danau Lindu. hasil pemodelan lintasan 7 secara umum memperlihatkan zona nilai tahanan jenis rendah 20 Ohmm dibagian timurlaut di sekitar air panas Kadidia dari permukaan sampai kedalaman 1000 meter, nilai tahanan jenis rendah ini muncul juga di bagian baratdaya di sekitar mata air panas Koala Rawa dari permukaan sampai kedalaman 750 meter. Nilai tahanan jenis tinggi 500 Ohmm terlihat di bagian baratdaya. Nilai tahanan jenis rendah pada lintasan ini diduga berasosiasi dengan aktivitas hidrotermal, sehingga nilai tahanan jenis rendah di sekitar kemunculan manifestasi diinterpretasikan sebagai campuran dari batuan sedimen dan ubahan yang bertindak sebagai caprock dari sistem panas bumi daerah ini. Pada kedalaman 1000 meter di bagian timur laut dan 750 meter dibagian baratdaya memperlihatkan adanaya nilai tahanan jenis sedang dibawah nilai tahanan jenis rendah, nilai tahanan jenis sedang ini diduga merupakan respon dari reservoir. Diantara manifestasi Koalarawa dan Kadidia terdapat kontras tahanan jenis yang diuga merupakan struktur pemisah antara sistem panas bumi Kadidia dan Kadidia selatan, sehingga kedua manifestasi ini diduga berasal dari sistem yang berbeda.

4. DISKUSI