Analisa Kuat Tekan Beton K-175 Dengan Campuran Serbuk Kapur Dan Serbuk Batu Bata Untuk Penghematan Penggunaan Semen Sebagai Bahan Pengikat Dasar
ANALISA KUAT TEKAN BETON K-175 DENGAN
CAMPURAN SERBUK KAPUR DAN SERBUK BATU BATA
UNTUK PENGEMATAN PENGGUNAAN SEMEN SEBAGAI
BAHAN PENGIKAT DASAR
Komunitas Bidang Studi : Rekayasa Struktur
SKRIPSI
Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari
Universitas Komputer Indonesia
Oleh
JOHANES DA CRUZ
NIM : 13007001
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
(2)
✁✂✄ ☎ ✆
Sejauh ini penggunaan semen terutama semen portland (PCC) masih merupakan alternatif dalam bahan pengikat utama dalam pembuatan beton. Karena beton merupakan bahan yang sangat diminati dalam pembangunan terutama pembangunan perumahan, struktural beton bertulang dan bangunan-banguan sipil lainnya.
Penelitian ini bertujauan untuk melakukan analisa terhadap kuat tekan beton normal yang dibandingkan dengan kuat tekan beton yang di campur dengan serbuk kapur dan serbuk batu bata, sebagai bahan pengikat lain selain semen yang dapat dicampur dengan bahan campuran dalam pembuatan beton. Selain itu melakukan penghematan penggunaan semen dalam pembuatan beton yang kuantati dan kualitatif serta mamanfaatkan bahan material yang mudah didapat. Pada prinsipnya pelaksaan dari penelitian ini adalah membuat beton dengan mutu K-175 yang dibagi dalam dua jenis pembuatan yaitu beton noromal dan beton dengan campuran 5% kapur dan Serbuk batu bata, 10% kapur dan Serbuk batu bata, 20% kapur dan Serbuk batu bata, dan 30% kapur dan Serbuk batu bata, diamana tiap campuran semen di ganti dengan kapur sebesar 70% dari persen pembuatan campuran beton dan 30% dari serbuk batu bata.
Dari pengujian yang dilakukan, diharapkan hasil pengujian kuat tekan beton yang di campur dengan bahan campuran berupa kapur dan serbuk batu bata tersebut dapat maksimal atau optimum dari kuat tekan beton normal sehingga dapat di manfaat dalam pembuatan beton dikemudian hari.
(3)
ABSTRACT
So far the use of portland cement, especially cement (PCC) is an alternative to the main binder in the manufacture of concrete. Because concrete is a material that is in demand in the construction, especially residential development, structural reinforced concrete buildings and other civil-banguan.
This study aims to analyze the concrete compressive strength of normal concrete compressive strength compared with the powder is mixed with lime and powdered brick as a material other than cement binder which can be mixed with a mixture of materials in the manufacture of concrete. In addition to saving the use of cement in making concrete and qualitative kuantati and utilize materials that are easy to get.
In principle, the exercise of this study was made of concrete with the quality of K-175 is divided into two types it is noromal concrete and concrete with a mixture of 5% lime and brick powder, 10% limestone and brick powder, 20% limestone and brick powder, and 30% limestone and brick powder, diamana each mixed with lime cement replaced by 70% of percent of the manufacture of a mixture of concrete and 30% of brick powder.
From the tests, expected results of compressive strength testing of concrete mixed with a mixture of chalk and brick dust can be a maximum or optimum compressive strength of normal concrete so that it can in the manufacture of concrete benefits in the future.
(4)
✝ ✞✟ ✞✠ ✡ ☛☞ ✞☛✟✞✌
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa terucap atas segala rahmat dan berkat-Nya yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi yang berjudul ✍✎✏ ✑✒✓✏ ✔ ✕✖✗✎ ✘-✙ ✚✛ ✜✕✎✢✏ ✎ ✣✏ ✤✥✦✧✏✎ ★✕✧✩✦ ✪ ✘✏✥✦✧ ✫✏ ✎ ★✕✧✩✦ ✪ ✔ ✏ ✖✦ ✔✏✖✏ ✬✎ ✖✦ ✪ ✭✕✎✢✕ ✤✏ ✖✏✎ ✭✕✎✢✢ ✦✎✏✏ ✎ ★✕ ✤✕✎ ✓✕✩✏✢ ✏ ✒ ✔ ✏✮✏ ✎ ✭✕✎✢✒✪✏ ✖✜✏ ✓✏✧
Dengan doa dan rahmat Tuhan yang sangat tulus penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan berbagai bantuan yang diberikan dari berbagai pihak.
Dan dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih Kepada: Bpk Yatna Supriyatna, ST.,MT. Selaku Ketua Prodi Jurusan Teknik sipil
Universitas Komputer Indonesia, sekaligus telah bersedia menjadi Pembimbing penulis.
Bpk Dr. Ir Eddy Sryanto Soegoto, Msc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia
Bpk Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir., M.sc Selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Bpk Y Djoko Setiyarto,ST., MT selaku dosen tetap jurusan T.Sipil Universitas Komputer Indonesia
Bpk M. Donie Aulia, ST.,MT, selaku Dosen Wali Angkatan 2007 yang telah membantu memberi kesempatan kepada penulis untuk terjun ke dunia kerja nyata Thank you pak Don.
Ibu Vita Pratiwi, ST.,MT , selaku dosen kemahasiswaan jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia.
Ibu Alis, Selaku Sekertaris Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia
Kawan-kawan seperjuangan 07 atas semangat, dan dukungan yang diberikan.
(5)
Para pembimbing di laboratorium Balai Besar Barang dan Bahan Teknik (B4T) Bandung
My Big family , Pai Grasi, Ama Um, Kak Naldo,Kak Alex Kak Ino, alita, ameu Alu metan, & Ikun. Terima kasih atas perjuangan kalian selama ini yang telah mewujudkan mimpi penulis.
Novie , yang telah menemani, membantu,mendoakan, dan mensuport baik suka maupun duka.
Teman-teman PT. Nasuma Putra yang memberikan motifasi dan dorongan semangat
Kawan-kawan asrama 99 segos yang selalu memberikan motifasi dan dukungan, juvi momo, mamba, dede, dilson, ande, vasco simon, ramos dll..
Semua pihat yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak sempat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwah laporan ini masih jau dari sempurna oleh karena itu penulis mohon maaf. Saran Kritik yang bersifat membangun sangtan kami harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Walaupun demikian kami masih berharap laporan in dapat memeberi manfaat bagi pihak-pihat yang membutuhkan.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semuan pihak yang berkepentingan.
Terima kasih Allah, Terima kasih Yesus
Terima Kasih Bunda Maria
Bandung, Juli 2012
(6)
(7)
✯✰✱ ✲✰✳ ✴✵ ✴
AB✶✷✸✹A✺ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻ ✼
AB✶✷✹A✽ ✷ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✼✼
✺A✷✸✾✿❀❁A❀✷A✹✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✼✼✼ ❂A❃✷✸✹❄✶❄ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻ ✻✻✻✻❅✼✼
❂A❃✷✸✹✷✸B✿L...viii
DAFTAR GAMBAR ...xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ...xiii BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...I-1 1.2. Maksud dan Tujuan ...I-1 1.3. Batasan Permasalahan ...I-2 1.4. Ruang Lingkup penelitian ...I-2 1.5. Sistematik Penulisan ...I-3 BAB II STUDI LITERATUR
2.1. Beton... II-1 2.1.1.Klasifikasi Beton ... II-2 2.1.2.Sifat-sifat dan karakteristik beton... II-4 2.1.3.Kuat Tekan Beton (f c) ... II-8
(8)
❆❇ ❈❇❉❇ ❊❋●❋❍■❏ ❑▲▼ ❑▲◆ ❋◆❖ P ❑▲◗ ❑▲❍ ❋❘❙ ▲❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❚❚ ❯ ❈❈ ❆❇ ❆❇ B❑❏ ❑▲❱❋❲❍❖ ❑❘ ❑▲❍ ❋❘❙ ▲ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❚❚ ❯ ❈❆ ❆❇ ❆❇ ❈❇❳❋❲❋▲❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❚❚ ❯ ❈❆ ❆❇ ❆❇ ❆❇A◗P❋◗ ❑❘❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❚❚ ❯ ❈❨ ❆❇ ❆❇❩❇A■P ❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❚❚ ❯ ❆❬ ❆❇ ❆❇❉❇B❑❘❖ ❍❑❘ ❑❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❚❚ ❯ ❆❩ ❆❇ ❆❇❭❇ ❊❑❱❖ P❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❚❚ ❯ ❆❪ ❆❇❩❇ ❫❋P❏ ■❘❖ ▲ ◗❑▲ ❲■x ▼❋❴❑■ ▲❵❋❘❙ ▲❊❈❪❭❲❋▲❖P❖ ❘ ❳ ❛❚❬❩❯❈❜ ❪❉ ❯❈❜❜❬❇ ❇❇❚❚ ❯ ❆❜ ❆❇❉ ❇ ❊❙P❋◆❴■ ❫P❙❱❙P❴■❝❑mpur❑nB❋❘❙▲ ❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❇❇ ❇❇❚❚ ❯❩ ❪
BAB ❚❚❚❞ ❡❢❣❤OLOGI PENELITIAN
3.1. Perencanaan mix desain ...III-2 3.2. Pembuatan Benda Uji ...III-3 3.2.1 Penentuan benda uji ...III-3 3.2.2 Menentukan volume benda uji...III-4 3.2.3 Langkah- langkah pembuatan benda uji ...III-4 3.3. Shieve analisis Kapur dan Serbuk Batu Bata ...III-7 3.4. Estimasi biaya pelaksanaan penelitian...III-7 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN
4.1. Persiapan bahan dan alat ... IV-1 4.1.1.Persiapan Alat ... IV-1 4.1.2.Persiapan Bahan ... IV-4
(9)
✐❥❦ ❥ ❧♠♥♦♣q ♦r ♦♦rs ♠t✉ ✈ ♦✇ ♦r✉ ♠r① ♦✈②③❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥④⑤⑥⑦ ⑧
✐❥ ✐❥ Ar ♦♥③q ♦✉③♦y♦✉ ♠✇⑨rr⑨⑩t ♦♥① ♠r❶♦r✉♠✇⑨r❷♦ts✈⑩♦r♣ ♦s ✈⑩①♦r
q ♠⑩✉✈♣✉ ♦✇ ✈✉♦✇ ♦❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥❥❥❥ ❥④⑤⑥❦❸
BAB ⑤❹❺ ❻④❼❧❽LAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... V-1 5.2. Saran ... V-2 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A Tabel dan Grafik Derhitungan Mix Desain... 1 LAMPIRAN B Data Hasil Pengujian Agregat ... 2
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
❾❿❿lm➀➁ ➂➃ ➄r➅ ➀➃ ➆, ➇➈ton❿➉❿❿ ➊l ➃➈ ➇ ➅❿ ➊➇❿ ➊❿n➇❿n➋ ➅ ➂❿n➀➁➌ ➍➁➃ ➆t y❿➋n t➈➉➆r ➆r➉ ❿➆r
➀➁➌ ➇➆ ➂❿➃ ➆ ➉ ❿➆r ❿ ➋r➈➋ ❿t ➉❿n➍➈n➋➆ ➀❿t . Bentuk paling umum dari beton adalah
beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air. Pengerasan terjadi karena semen mengalami suatu proses kimia yang disebut dengan dehidrasi akibat tercampur dengan air dan akan mengikat agregat agregat yang tercampur dan diikuti proses pengerasan.
Bahan beton telah digunakan pada zaman romawi kuno meskipun mutu dari beton tersebut tidak sebaik yang ada sekarang ini dikarena belum didukung dengan berbagai penelitian. Pada saat ini beton sendiri telah mengalami perkembangan yang sangat pesat karena, telah berkembang pulah teknologi canggih yang mendukung para ahli untuk melakukan berbagai penelitia.
Karena semakin menigkatnya penggunaan beton dalam pembangunan suatu struktur yang tidak terbatas maka dibutuhkan inovasi pembuatan beton yang secanggih mungkin dan diharapkan juga dapat ekonomis. Canggihnya pembuatan beton dapat ditingkatkan pada kualitas yang baik, sedangakan biaya dari bahan pembuatan beton dapat ditekan sehemat mungkin terutama pada bahan pengikat dasar ( semen). Penghematan tersebut dilakukan dengan cara bahan beton akan dicampur dengan komposisi dari bahan dasar agregat kasar dan agregat halus yang ditambah dengan serbuk kapur dan serbuk batu bata serta semen Portland yang dikurangi proporsinya tiap 1m3. Meskipun dilakukan penghematan pada penggunaan bahan pengikat dasar semen pada pembuatan beton, mutu atau kualitas dari beton itu sendiri tetap diperhatikan.
(11)
1. Melakukan perbandingan kuat tekan beton antara beton normal dan beton dengan campuran tambahan kapur dan serbuk batu bata
2. Mengajukan bahan campuran tambahan baru dalam pembuatan beton selain semen, agregat ( agregat halus dan agregat kasar)dan air yang lajim digunakan.
3. Untuk penghematan penggunaan semen dalam pembuatan beton
4. Memanfaatkan bahan dasar material yang selain lebih murah dan mudah untuk didapat.
1.3. Batasan Permasalahan
Dalam penulisan ini penulis mencoba mengangkat beberapa masalah yang dijadikan topik bahasan penting dalam laporan penelitian yang dilakukan seperti beriku ini:
1) Identifikasi ketersediaan kapur dan batu bata yang akan digunakan sebagai bahan campuran dasar yang sudah dalam bentuk serbuk sehingga memudahkan dalam proses pencampuran dengan semen.
2) Menghitung kebutuhan mix desain dan kemudian mengurangi jumlah proporsi dari hasil kebutuhan semen dengan campuran tambaha yaitu kapur dan serbutk batu bata merah.
1.4. Ruang Lingkup penelitian
Pada ruang lingkup penelitian ini penulis akan menyajikan rangkaian tahapan penggujian dari tahap awal sampai akhir seperti uraian berikut ini:
a) Pengujian bahan material
Sebelum memulai pembuatan benda uji terlebih dahulu dilakukan pengujian tahap awal yaitu seperti yang diuraikan dibawah ini:
Analisa saringan agregat halus Analisa saringan kasar
(12)
➎➏➐ ➏nt➑ ➒n ➓ ➔➓ ➔→➣↔ ➣↕ ➏➓ ➑ ➙m ➒↕➏↕ ➒r t ➛ ➒lus ➎➏➐ ➏nt➑ ➒n➓ ➔➓ ➔→➣↔➣↕ ➏➓ ➑ ➙m ➒↕r➏↕➒t ➜ ➒↔ ➒r ➎➏➐ ➏nt➑ ➒n➣↔ ➣➝ ➒➞ ➒t ➒↕r➏↕ ➒t ➛ ➒lus
➎➏➐ ➏nt➑ ➒n➣↔ ➣➝ ➒➞ ➒t ➒↕r➏↕ ➒t ➜ ➒↔ ➒r
➎➏➐ ➏nt➑ ➒n➓ ➏r➒t ➟➏➐➣s ➞➒n➜ ➒➞ ➒r ➒➣r ➒↕r➏↕ ➒t ➛ ➒lus ➎➏➐ ➏nt➑ ➒ n➓➏r➒t ➟➏➐➣s ➞ ➒n➜➒➞➒r ➒➣r ➒↕r➏↕ ➒t ➜➒➒sr ➎➏➐ ➏nt➑ ➒n➜➒➞➒r lur mup➒↕➙➏↕➒t ➛ ➒lus
➎➏➐ ➏nt➑ ➒n➜➒➞➒r lumpur ➒↕➙➏↕➒t ➛ ➒lus b) Pembuatan benda uji
Benda uji yang akan dipakai dalam pengujian ini berupa benda uji kubus 15x15x15 cm. Benda uji akan dibuat dalam dua tipe yaitu;
1. Beton Normal
Beton dengan campuran berupa agregat kasar (kerikil), Agregat halus (pasir), Air dan Semen Portland.
2. Beton dengan campuran kapur dan serbuk batu bata sebesar 70%
dan 30 % dengan komposisi sebagai berikut:
Beton berupa agregat kasar (kerikil), Agregat halus (pasir), serbuk kapur, serbuk batu bata, air serta semen. Akan tetapai penggunaan semen pada campuran ini akan dikurangi sebesar 5%, 10%, 20% dan 30%.
c) Pengujian dilaboratorium ( uji kuat tekan)
Pengujian kuat tekan beton akan dilakukan di laboratorium pengujian beton yang akan dilakukan oleh peneliti secara langsung.
1.5. Sistematik Penulisan
Sistematik dari penulisan ini terdiri dari beberapa bab dan akan diuraikan menjadi sub bab- sub bab seperti dibawah ini:
(13)
Bab I Pendahuluan
➠➡➢➡ ➤➡➤➥➦➥➢➥ ➤➡➧➡s ➢ ➡n➢➥t➨➡rn➩➫➡n t➨➡ntn➩ Latar Belakang, Maksud dan tujuan,
Batasan masalah serta Sistematik dari penulisan.
Bab II Studi Literatur
Pada bab ini Dibahas Dan diterangkan tentang karakteristik dan sifat mekanis dari material yang akan digunakan , penyajian metode perhitungan serta langkah-langkah pembuatan Mix desain sampai pada tahap pengujian beton dilaboratorium.
Bab III Metode Analisis
Pada bab ini akan dibahas tentang perencanaan Mix desain beton K175, pembuatan benda uji (penentuan jenis dan volume benda uji,penentuan jumlah sample, dan langka-langka pembuatan benda uji), shieve analisis bahan campur tambahan (kapur dan Serbuk batu bata) estimasi biaya, metodologi pengujian dan hipotesa.
Bab IV Hasil Pengujian dan Pembahasan
Pembahasan tentang contoh kasus perhitungan mix desain, penyampaian laporan hasil pengujian dilaboratorium dan melakukan analisa terhadap hasil pengujian yang dilakukan.
Bab V Kesimpulan dan saran
Penyampaian kesimpulan dan saran dari penulis tentang hasil pengujian yang dilakukan.
(14)
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Maksud dan Tujuan...1
1.3. Batasan Permasalahan...2
1.4. Ruang Lingkup penelitian...2
(15)
➭➯➭➲ ➲
➳ ➵ ➸ ➺ ➲➻ ➲➵➼➽ ➯ ➵➸➽
➾ ➚➪➚ ➭➶nto
Beton merupakan material utama yang digunakan dalam pembuatan bagunan. Beton sendiri teridi dari semen, agregat (agregat kasar dan agregat halus), dan air. Dalam pembuatan suatu beton dengan mutu tertentu perlu ditentukan jumlah semen dan agregat serta air yang sesuai. Pencampuran air dan semen akan menjadi pasta yang berfungsi untuk merekatkan agregat- agregat dalam beton. Jumlah pasta pada pembuatan beton sekitar 30-40% dari volume dan berat total beton. Sedangkan jumlah agregat sebesar 60-70%.
Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan adalah kekuatan, keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya tahan suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton melalui proses perhitungan kadar air,jumlah semen dan jumlah agregat yang diperlukan. Setelah proses perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton dengan bahan-bahan yang telah dihitung. Setelah beton terbentuk, dilakukanlah proses perawatan selama 28 hari. Pada hari ke 28, kualitas beton hanya memenuhi 70% dari kondisi
normalnya. Pada umumnya beton normal mempunyai berat isi 2200-2500 Kg/m3
yang menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah. Untuk memenuhi berat isi beton diatas hal yang perlu dilakukan adalah proses perawatan yang intensif. Pada proses perawatan beton diusahakan agar temperatur ruang perawatan jangan terlalu dinggin, juga beton diusahakan jangan terlalu kering karena akan menyebabkan getas pada beton yang akan berpenggaruh pada kekuatan beton. Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibanding kuat tariknya, nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya.
(16)
➹ ➘➴➘➴ ➘ ➷l➬➮ ➱fikasi Beton
Secara umum beton yang digunakan sampai saat ini terdapat beberapa macam, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan serta pemanfaatan teknologi yang semakin canggih memudahkan para peneliti untuk melakukan berbagai penemuan baru seperti yang diuraikan berikut ini:
1. Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa, perbedaannya terdapat pada penggunaan ukuran agregat yang lebih besar. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan dan sebagainya. Ukuran agregat kasar dapan mencapai 2 cm, namun proporsi dasi agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20% dari agregat seluruhnya.
2. Beton ringan
Beton ini juga sama seperti boton normal biasanya yang membedakan adalah menggunakan agregat ringan. Selain dari itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi bahan tambahan yang mampu membentuk gelembung udara waktu pengadukan beton berlangsung. Beton semacam ini mempunyai banyak pori sehingga berat jenisnya lebih rendah dari pada beton biasa.
3. Beton Non-Pasir
Pembuatan beton jenis ini tanpa menggunakan pasir , jadi hanya air semen dan kerikil
saja dalam pembuatannya. Karena tanpa pasir maka rongga rongga kerikil tidak
terisi. Sehingga beton berongga dan berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa Selain itu Karena tanpa pasir maka tidak dibutuhkan pasta2 untuk menyelimuti butir2 pasir sehingga kebtuhan semen relative lebih sedikit.
(17)
✃ ❐ ❒❮ton❰ÏÏmp
Seperti yang telah diketahui bahwa kira2 separuh air yag dicampurkan saja yang bereaksi dengan semen, adapun separuh sisanya digunakan untuk mengencerkan adukan. Beton jenis ini diaduk dan dituang serta dipadatkan sebagaimana beton biasa, namun setelah beton tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus seperti cara vakum. Dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang digunakan untuk reaksi dengan semen, sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
Ð ❐ ❒❮tonÑ❮rtulÏÒn
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk membantu beton. Beto yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut beton bertulan
6. Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat. namun dapat pula dicetak di tempat lain, fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik. Selain itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas. Sehingga sulit menyediakan tempat percetakan dan perawatan betonnya.
7. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60 cm misalnya Pondasi besar, pilar, bendungan harus diperhatikan perbedaan temperatur.
8. Fero semen
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan mortar semen serta tulangan yang berupa suatu anyaman kawat baja.
(18)
9. Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batang baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu. Batang baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras. Bagian balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.
10. Beton serat
Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat berupa batang 25 - 500mm, panjang 25-100mm seperti, tumbuhan-tumbuhan , serat plastic, dan kawat baja.
2.1.2. Sifat-sifat dan karakteristik beton
Ada beberapa sifat dari beton yang perlu diperhatikan dalam pembuatan beton
2.1.2.1. Beton segar
Hal-hal yang terkait beton segar adalah:
1. Kemudahan pengerjaan
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan.
Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar:
Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air yang
dipakai makin mudah beton segar dikerjakan.
Penambahan semen kedalam campuran karena pasti diikuti dengan bertambahnya
air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.
(19)
Pemakaian butir-butir batuan yang bulat.
Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pekerjaan yang berbeda.
2. Ó ÔmiÕ Ö× Ön kÔrikil
Kecenderungan butir-butir kerikil untuk memisahkan diri dari campuran adukan
beton disebutsegregation.
Kecenderungan pemisahan kerikil ini di perbesar dengan:
Campuran yang kurus (kurang semen)
Terlalu banyak air
Semakin besar butir kerikil
Semakin kasar permukaan kerikil
Pemisahan kerikil dari adukan beton eberakibat kurang baik terhadap betonnya setelah mengeras. Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan kerikil tersebut maka diusahakan hal-hal sebagai berikut:
Air yang diberikan sedikit mungkin.
Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu besar.
Cara pengangkutan, penuanagan maupun pemadatan harus mengikuti cara-cara
yang betul.
Ø Ù Ó ÔmiÕ Ö× ÖnÖÚr
Kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada beton segar
yang baru saja dipadatkan disebutbleeding.
(20)
Menggunakan air sedikit mungkin
Menggunakan pasir lebih banyak
Û ÜÝÜÛÜÛ Ü Þßton kßràá
Sifat mekanis beton keras diklasifikasikan:
1. Sifat jangka pendek atau sesaat, yang terdiri dari: a. Kekuatan tekan
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh:
1. Perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya. Jenis semen dsan kualitasnya (mempengaruhi kekuatan rat-rata dan kuatbatas beton).
2. Jenis an lekak lekuk bidang permukaan agregat.
3. Umur (pada keadaan normal kekkuatan bertambah sesuai dengan umurnya). 4. Suhu (kecepatan pengersan beton bertambah dengan bertambahnya suhu). 5. Efisiensi dan perawatan
b. Kekuatan tarik
Kekuatan tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih muda dan berkisar seperduapuluh sesudahnya.
Kuat tarik merupakan bagian penting didalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu.
c. Kekuatan geser
Di dalam praktek, geser dalam beton selalu diikui oleh desak dan tarik oleh lenturan dan bahkan didalam pengujian tidak mungkin menghilangkan elemen lentur.
(21)
2. Sifat Jangka Panjang, yang terdiri dari: a. Rangkak
Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang bekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak adalah :
1. kekuatan (rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar)
2. perbandinagan campuran (bila fas dan volume pasta semen berkurang, maka rangkak berkurang).
3. semen
4. agregat (rangkak bertambha bil agregat makin halus). 5. perawatan.
6. umur (kecepaqtan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton). b.Susut
Susut adalah berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah : 1. agregat (sebagai penahan susut pasta semen).
2. faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek susut).
3. ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan berkurang bila volume elemen betonnya semakin besar).
4. kondisi lingkungan. 5. banyaknya penulangan. 6. bahan tambahan.
(22)
â ãäãå ã æçut è ékçnêéton (f c)
Menurut SK SNI M - 14 -1989 E, kuat tekan beton adalah besarnya beban per
satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan
tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.Sedangkan kuat tekan beton
mengidentifikasikan mutu sebuah struktur di mana semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Nilai kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Fc = P/A ... (1)
Dimana :
f c = Kuat Tekan Beton (Mpa) P = Beban runtuh/gaya tekan (KN) A = Luas Penampang benda uji (cm2)
Kuat Tekan beton biasanya di uji pada hari-hari tertentu, selanjutnya untuk menentukan kuat tekan dan umur beton digunakan rumus regresi sebagai
berikut:
Y= a+b × Ln..x ... ..(2)
Dimana: y = Kuat Tekan Beton (Mpa)
(23)
ë ìíîl ï ð ñPerbandingan kuat tekan beton pada berbagai benda uji òónôõuji ö ó÷õr nôøõin n kóõ ùõuk n tóõkn
Kubus 15 x15 x15 cm Kubus 20 x20 x 20 cm Slinder 15 x 30 cm
1,00 0,95 0,83
Sumber : (Peraturan Beton Bertulang 1971 SNI -2000)
ú ûüûúûüûýõktor pónøõ þuÿ ókuõùõk ÷óton
Factor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah:
1. pengaruh cuaca buruk berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh pergantian panas dan dingin.
2. daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali, limbah, dan lain-lain.
3. daya tahan terhadap haus (abrasi) yang disebabkan oleh gesekan orang berjalan kaki, lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain
4. Bahan-bahan penyusutan beton : air, semen, agregat,admixture,bahan tambahan.
5. Metode pencampuran: penentuan proporsi bahan, pengadukan,
pengeceron, pemadatan
6. Perawatan : Pembasahan/perendaman, suhu dan waktu.
7. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat.
Selain beberapa factor penyebab berkurangnya kuat tekan beton seperti yang telah diurutkan diatas factor air semen juga sangat penting untuk diperhatikan.
(24)
Factor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen dalam campuran adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai factor air semen, maka semakin rendah mutu atau kekuatan beton. Nilai factor air semen yang rendah ditambah dengan kekuatan agregat yang baik dipercaya dapat meningkatkan mutu beton. Tapi nilai FAS yang terlalu rendah dapat mengurangi kemudahan pekerjaan pada beton itu sendiri.
Hubungan FAS dengan Kuat Tekan Beton
Teori Feret, 1896 (Neville,1975) mengemukakan suatu rumusan umum
hubungan matematis antara kuat tekan beton dengan volume absolut semen, udara dan air sebagai berikut :
✁= K (c/c + e+a) 2
.(3) Dimana :
S = Kuat tekan beton K = Konstanta
c = Volume Absolut semen e = Volume absolut air a = Volume absolut udara
Teori Abrams, 1919 (Neville, 1975) mengemukakan teorinya yang terkenal dengan
namaAbram s law. Teori ini dijabarkan dalam bentuk matematis sebagai berikut :
(25)
Dimana :
f c = Kuat tekan beton (kg/cm2)
A = Konstanta empirik biasanyan diambil 984
B = Konstanta yang tergantung pada jenis semen dan biasa diambil 4 w/c = Faktor air semen
Dalam praktek untuk mengatasi kesulitan pekerjaan karena rendahnya
nilai FAS maka digunakan bahan tambah Admixture Concrete yang bersifat
menambah keenceran Plasticity Plasticilizer Admixture .
✂ ✄☎✄✆ ✄ ✝✞✞ ✟l ✠ ✡i n☛ ✡☞ k✞✡krun✌✡☞✟✞ton
✝✞✞ ✟l ✠✡i n✟✞ton
Harga relatif murah karena menggunakan baha-bahan dasar dari bahan lokal.
beton termasuk bahan haus dan tahan terhadap kebakaran, sehinnga biaya.
perawatan termasuk rendah.
beton termasuk bahan yang berkekuatan tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi alam.
ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan pasangan batu.
beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun
(26)
✍✎ku✏rn✑✏ ✒✓ ✎ton
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, oleh karena itu
diperlukan baja tulangan untuk menahannya.
beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
sehingga diatasi(construction joint)perlu diadakan pada beton yang berdimensi
besar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
beton dapat mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu diatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air
dan air yang membawa garam dapat merusak beton.
beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar
setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat detail.
✔ ✕✔ ✕✖✏✗✏ ✒ p✎✓m✏ ✘✏ ✒u ✓✎ton ✔ ✕✔ ✕✙✕ ✚✎m✎n
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).
Massa jenis semen yang diisyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 gr/cm3, pada kenyataannya massa jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,03 gr/cm3 sampai 3,25 gr/cm3. Variasi ini akan berpengaruh proporsi campuran semen dalam campuran.
(27)
Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
✛ ✜✛ ✜✢ ✜✢✣ip✤✥ ✤✤mn✦✤n✧★✩ ✪✤nyawa kimia
Komposisi unsur-unsur kimia tersebut di dalam semen sangat mempengaruhi sifat-sifat dan kegunaan semen tersebut. Peranan masing-masing unsur kimia dalam semen tersebut dapat dijelaskan sbb:
1) CaO
Difungsikan untuk bereaksi dengan air agar dapat membentuk pasta semen, dan menghasilkan panas hidrasi ( panas yang terjadi akibat reaksi antara semen dan air) sekitar 500 joule/gram. Pengerasan pasta semen berlangsung cepat yakni sekitar 70% dalam satu minggu.
2) Al2O2
Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen, Pengerasan pasta semen berlangsung lambat (dalam beberapa minggu sampai 1 bulan) dan Menghasilkan panas hidrasi lebih rendah, sekitar 250 joule/gram.
3) SiO2
Bereaksi dengan air membentuk pasta semen berkekuatan rendah, Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 1 s.d 2 hari, Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 850 joule/gram.
4) FeO2
Bereaksi dengan air membentuk pasta semen, pengerasan pasta semen berlangsung sangat cepat, dalam beberapa menit dan menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 420 joule/gram.
(28)
Ada 5 tipe semen menurut standar ACI 225 (American Concrete Institute). Ke-5 tipe semen ini berbeda sifat dan kegunaannya karena perbedaan komposisi unsur-unsur kimia di dalamnya.
✫✬✭✮l ✯✰ ✯Tipe semen dengan kandungan unsur kimia menurut standar ACI 225 (American Concrete Institute) Sumber: www//:Ilmu Sipil.com
✱ip✲ ✳ ✲✴✴n ✵✵un n
✶✵✷ ✸un✴ ✵n✶imi✵
CaO Al2O3 SiO2 FeO2
I Beton biasa 54 18 10 8
II
Beton dengan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang
55 19 6 11
III Beton dengan kekuatan awal tinggi 55 17 9 8
IV Beton dengan panas hidrasi rendah 42 42 4 15
V beton dengan ketahanan sulfat tinggi 54 22 4 13
2.2.1.2 Proses Pembuatan Semen
Secara garis besar proses pembuatan semen portland adalah sebagai berikut:
1. Pencampuran mineral-mineral utama seperti CaO, SiO2dan Al2O3, dicampur
bersama bahan tambahan lain dalam bentuk kering atau basah. Bentuk basah dikenal slurry.
(29)
2. Campuran ini dimasukkan ke dalam rotary kiln, dibakar pada suhu1400C membentuk butiran-butiran bulat berdiameter antara 1,5 mm sampai 50 mm yang dikenal sebagai clinker.
3. Clinker yang telah dingin dihaluskan sehingga mencapai kehalusan (specific
surface)3150 cm2/gr, sambil ditambahkan gypsum untuk mengontrol waktu
ikat (setting time).
Gambar 2. 1Proses pembuatan semen Portland , Sumber: Analisis Beton K-175 dengan serbuk kapur dengan mengurangi semen, Sitty Nur Syamsiyayah
2.2.1.3 Jenis jenis semen 1. Semen Non- Hidrolic
Semen non idrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, tetapi dapat mengeras diudara contohnya kapur.
2. Semen Hidrolic
(30)
Semen pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogeny antara semen Portland dengan semen pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen Portland dengan bubuk pozolan, dimana kandungan pozzolan sebanyak 6% sampai dengan 40% massa semen Portland (SNI-15-0302-2004).
Menurut SNI 15-0302-1989, bahan yang mempunyai sifat pozolan adalah bahan yang mengandung sifat silica aluminium dimana bentuknya halus dengan adanya air, maka senyawa-senyawa ini akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen. Semen Portland pozolan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu sebagai berikut: 1. Semen portland pozolan jenis SPP A yaitu semen Portland pozolan yang dapat
dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton serta tahan sulfat sedang dan panas hidrasinya sedang.
2. Semen portland pozolan jenis SSP B yaitu semen Portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua adukan beton tersebut tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.
b. Semen terak
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60% beratnya berasal dari terak tanur tinggi.
Semen terak dibuat melalui proses tertentu yakni penggilingan, yang menyebabkan terak itu bersifat hidrolik, sekaligus berkurang jumlah sulfat yang dapat merusak. Terak tersebut kemudian dikeringkan dan ditambahi kapur tohor dengan perbandingan tertentu. Seluruh bahan dicampur dan dihaluskan kembali menjadi butiran yang halus.
(31)
Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung dengan kalsium oksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat dianggap mempunyai sifat hidrolik
Semen alam tidak boleh digunakan di tempat yang langsung terekspos perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton untuk konstruksi yang tidak memerlukan kekuatan tinggi
d. Semen Portland
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih.
Bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Penambangan diquarry
2. Pemecahan dicrushing plant
3. Penggilingan (blending)
4. Pencampuran bahan-bahan
5. Pembakaran (ciln)
6. Penggilingan kembali hasil pembakaran 7. Penambahan bahan tambah (gipsum)
(32)
Fungsi dari semen portland adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain juga untuk mengisi rongga- rongga di antara butiran agregat (Tjokrodimuljo dan Kardiyono, 1988).
✹ ✺✹ ✺✹✺ ✻ ✼✽ ✾ ✼✿❀
Agregat didifinisikan sebagai bahan pengisi yang akan menentukan mortar suatu beton. Agregat dibedakan menjadi dua yaitu agregat kasar ( kerikil) dan agregat halus (pasir).
Dalam perencanaan beton menurut SK.SNI-T15-1990-03 agregat yang digukanan harus memenuhi syarat. jenis agregat dapat ditentukan berdasarkan sumbernya, yakni batuan alam atau batuan buatan/pecah
✹ ✺✹ ✺✹✺❁ ✺ ❂l✿❃❄fikasi agregat berdasarkan sumber material
1. Jenis agregat berdasarkan berat
Ada tiga jenis agregat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal, agregat ringan dan agregat berat.
2. Jenis agregat berdasarkan bentuk
Klsisifikasi agregat berdasarkan bentuknya (ASTM D-3398) yaitu agregat bulat, agregat sebagian bulat atau tidak teratur, agregat bersudut , agregat panjang, agregat pipih, dan agregat pipih dan panjang.
3. Jenis agregat berdasarkan ukuran butir nominal
Dari jenis agregat ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu agregat halus yang semua butirnya menembus ayakan berdiameter 4.8mm (SII-0052) atau 4.75mm (ASTM C33, 1982) atau 5.00mm (BS 812, 1976) dan agregat kasar yaitu agregat yang tertingal diatas 4.8mm 8mm (SII-0052) atau 4.75mm (ASTM C33, 1982) atau 5.00mm (BS 812, 1976) dan agregat kasar
(33)
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.Berdasarkan pengamatan visual tekstur agregat dibedakan menjadi sangat halus, halus, granular, kasar, berkristal, berpori dan berlubang-lubang.
5. Jenis agregat berdasarkan gradasi
Gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini berfariasi dan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu gradasi sela, gradasi menerus, dan gradasi seragam.
Gambar 2. 2klasifikasi agregat berdasarkan sumber material
Agregat memiliki beberapa sifat dasar. Sifat-sifat tersebut meliputi:
1. Serapan air dan kadar air agregat, presentase berat air yang mampu diserap agregat didalam air disebut serapan air, sedangkan air yang terkandung dalam agregat disebut kadar air.
2. Berat jenis dan daya serap agregat, berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi ole agregat dan juga akan menentukan berat jenis dari beton.Hubungan antara berat jenis dan daya serap adalah semakain tinggi nialai berat jenis agregat maka semakain kecil daya serap air agregat tersebut.
(34)
3. Garadasi agregat, dalam pengunaan beton yang banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang harus memenuhi syarat standar, namun untuk keperluan khusus sering dipakai agregat ringan ataupun agregat berat.
4. Modulus halus butir . Suatu indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan dan kekasaran butir-butir agregat. Didifinisikan sebagai jumlah persen komulatif dari butir agregat yang tertingal diatas satu set ayakan. ( 38,19, 9.6, 4.8, 2.4, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15mm) kemudian nilainya dibagi dengan seratus (Ilsley, 1942-232)
5. Ketahanan Kimia. Pada umumnya beton tidak tahan terhadap serangan kimia , yang biasa dijumpai seperti serangan alkali dan serangan kimia sulfat.
6. Kekekalan. Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimi untuk memeriksa reaksinya.( PB 89,1990)
7. Perubahan volume. Disebabkan akibat adanya kombinasi reaksi kimia antara semen dan air seiring dengan mengeringnya beton.
8. Karekteristik panas ( sifat thermal agregat). Karakteristik panas akan sangat mempengaruhi keawetan dan kualitas dari beton. Sifat utamanya adalah koefisien muai, panas jenis dan penghantar panas.
9. Bahan-bahan yang menggangu. Tercampurnya bahan pengganggu seperti alkali dan sulfat, bahan organic dan humus.
❅ ❆❅ ❆❇ ❆ ❈ir
Penggunaan air dalam pembuatan beton adalah untuk memicu proses kimiawi dari semen. Senyawa yang terkandung dalam air akan mempengaruhi kualitan dari beton, untuk itu diperlukan standar yang baik untuk kualitas air. Air dan semen akan menghasilkan reaksi kimia maka diperlukan perbandingan atau factor air semen yang baik yang akan menghasilkan kualitas beton yang baik.
(35)
2.2.3.1.❉yarat mutu air menurut British standat ( BS.3148-80)
Air yang digunakan harus memenuhi beberapa kriteria sebagai bahan yang layak digunakan dalam campuran beton.apabila tidak memenuhi syarat tersebut maka sebaiknya tidak digunakan sebab akan mempengaruhi kekuatan beton yang akan dibuat. Berikut beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penggunaan air sebagai bahan campuran beton:
1. Garam anorganik
Penggunaan air dengan tingkat kandungan garam anorganik yang masih diijin kan adalah dibawah 500 ppm
2. NaCl dan sulfat, Konsentrasi NaCl atau garam dapur sebesar 20000 pada
umumnya masih diijinkan.
3. Asam, penggunaan air dengan konsentrasi asam yang diijinan hanya dibawah
3.00 Ph, apabila lebih dari 3.00 Ph maka harus dihindari.
4. Air biasa, apabila kosentrasi lebih tinggi dari 0.5% berat semen akan
memepengaruhi kekuatan beton.
5. Air gula
Apabila kadar gula dinaikan hingga mencapai 0.2% dari berat semen maka waktu pengikatan biasanya akan lebih cepat .akan tetapi apabila kandungan gula sebanyak 0.25% dapat mempengaruhi kekuatan beton.
6. Minyak
Apa bila penggunaan air dengan konsentrasi minyak mineral atau minyak tanah didalamnya dengan kosentrasi sebesar 2% berat semen maka akan mempengaruhi kekuatan beton hingga 20%.
7. Zat-zat organic, lanau dan bahan-bahan terapung
Lempung terapung atau bahan-bahan halus yang berasal dari batuan hanya diijinkan hanya sebesar 2000 PPm
8. Pencemaran limbah industry atau air limbah
(36)
❊ ❋❊ ❋● ❋❊ ❋ ❍■❏n isis kimi■❑■❏ ■m■ ▲r
Air yang akan digunakan baiknya dilakukan analisis kimia terlebih dahul, hal ini maksudkan agar dapat diketahui zat kimia apa saja yang terdapat dalam air tersebut. 1. Sulfat (so4)
Agar dapat mengetahui kadar kimia So4(sulfat ) pada air yang akan digunkan maka
perludilakukan pengujian dengan cara diendapkan sebagai BaSo4 atau dengan cara
titrasi dan turdibimetri
2. Magnesium (Mg++)
Dilakukan dengan metode komplexsimetri dengan BDTA atau n/28
3. Ammonium (NH4)
Untuk mengetahui campuran kimia NH4 pada air dilakukan pengujian dengan cara
menambahkan reagen nessler. WArna yang asli dibandingkan dengan warna standart.
4. Magnesium (C1-)
Pengujian Magnesium dilakukan dengan cara mencampurkan tetrasi AgNO4 n/10
dengan menggunakan indicator chormat ( cara mohr) 5. Ph
Pengujian Ph dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus (Ph-meter)
6. Carbondioksida (CO2)
Untuk melakukan pengujian karbondioksida (CO2) pada air menurut hayer dilakukan
dengan melarutkan kapur kedalam air. 7. Minyak dan lemak
Pengujian minyak dan air dilakukan dengan cara mengextradisi air yang dianggap menggandung minyak dan lemak dengan menggunakan petroleum-metrik.
(37)
pengujian untuk mengetahui zat-zat yang dalam air dapat membuat beton menyusut dilakukan dengan cara air dipanaskan selama 10 menit dengan menambahkan larutan
KMnO4untuk kemudian dititrasi.
▼◆▼ ◆❖ ◆ P◗❘u❙◗◗t
Batu bata telah digunakan sejak 800SM.Menurut sejaraha pengunaan batu bata bahwa di Mesopotamia, manusia menemukan batu bata yang terbuat dari bahan tanah
liat pertama kali yang dibentuk dan dijemur kemudian digunkan untuk bahan
bangunan.
Pada masa mesir kuno perkembangan pembuatan batu bata mengalami peningkatan yaitu batu bata yang telah dibentuk kemudian dijemur dilanjudkan dengan pembakaran dengan menggunakan tunggku untuk pembangunan rumah dan tempat suci. Namun batu bata yang dihasilkan pada masa lampau mungkin sedikit sulit untuk dikenali karena spesifikasi yang sangat berbeda misalnya, perbedaan dari bentuk dan ukuran. Di Assyria ditengah mesopotamis berat bata yang digunakan pada masa itu lebih dari 18kg, atau bata dengan bentuk segitiga yang digunakan untuk membangun koloseu Roma,berbeda dengan bata yang digunakan pada masa sekarang dimana bentuk dan kualitas lebih unggul dalam pembuatannya yang memanfaatkan kemajuan teknlogi cangih.
Standar bata merah diindonesia oleh Y.D.N.I no NI-10 menetapkan suatu ukuran standart untuk bata merah sebagai berikut;
a. Panjang 240mm, lebar 115mm, tebal 52mm b. Panjang 230mm, lebar 110mm, tebal 50mm
(38)
❬❭❬ ❭❪ ❭❫ ❭ ❴ ❵❛ntifikasi tanah untuk bahan pembuatan batu bata
1. Plastisitas tanah
Bahan penguna dalam pembuatan batu bata adalah tanah. Tanah yang dimaksud adalah tanah liat atau tanah yang memiliki ciri keplastissan.Hal ini dapat diketahui dari kadar lempungnya atau jarak (range) plastisitas menurut hasil uji Aterberg yaitu selisih dari batas plastisitas dan batas cair. Tujuan dilakukan indentifikasi tanah adalah untuk mendapatkan nilai kadar air dimana tanah berada dalam batas antara cair dan plastis (liquit limit test) dan batas dimana tanah berada pada batas antara plastis dan semi padat.
Perbedaan antara plastis limit (PL) dan liquit limit (LL) disebut index plastis (IP)
IP = LL PL (5)
Tabel 2. 4Penamaan tipe tanah berdasarkan plasticity index
2. Gradasi tanah
Dalam mengidentifikasi tanah liat yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata garadasi butiran juga merupakan parameter yang digunakan untuk mengklaifikasikan jenis tanah tersebut seperti table berikut;
(39)
Grafik 2. 1Ggarafik gradasi tanah berdasarkan ASTM
(40)
Specific grafity (Gs) merupakan berat spesifik dari butiran padat yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara berat jenis padat ( s) dengan berat jenis air ( w) sperti
pada formula dibawah ini:
Gs= (6)
Sedangkan jarak dari graffiti spesifik dapat dilihat pada table berikut:
❜❝❞ ❡l ❢❣ 6Batasan umum specific grafity
2.2.4.2. Sifat kimia batu bata
Sifat kimia dalam senyawa lempung adalah;
1. Silika (SiO)
Silika terdapat dalam bentuk kuarsa dan sebagai suatu komponen ( lempung,
feldspar, Mika, Mineral besi, Limonit, Biotit, Homblende, dsb). Kadar SiO2 yang
tinggi menyebabkan tanah liat menjadi pasiran dan mudah slaking kurang
plastis dan tidak begitu sensitive dalam proses pembasahan maupun pengeringan. 2. Alumina (AIO3)
Alumina terdapat pada mineral lempung, feldspar dan Mika. Kadang alumina yang tinggi dapat memperlebar jarak temperature sintering peleburnya.
3. Fe2O3
pada tanah liat terdapat berbagai mineral baik mineral silikat dan nonsilikat, komponen bei ini dapat menguntungkan atau pun dapat merugikan tergatung dari
(41)
jumlah dan sebaran butirannya. Makin tinggi kada besi dalam tanah liat makin rendah temperature peleburan tanah liat.
4. Kapur (CaO)
Terdapat dalam bentuk dolomite, magnesit, gypsum,dll. Akan menjadi pelebur
apabila temperature pembajarannya mencapai 11000C.
5. MgO
Terdapat dalam bentuk dolomite, magnesit atau silikat.MgO berfungsi untuk
menigkatkan kepadatan produk hasil pembakaran tana liat dan tidak memperpendek jarak vitri tanah liat sebagaiman kapur.
6. K2O & Na2O
Kebanyakan berasal dari feldspar dan mika.Alkali ini menghasilkan garam pelarut setelah pembakaran.Oksida-oksida ini juga menyebabkan terjadinya pengumpulan bahan-bahan kolorid dan dalam pembakaran bertindak sebagai pelebur yang baik. 7. Organic
Bahan-bahan organic seperti humus, bitumen, dan karbon bertindak sebagai protector koloid dan menaikkan keplastissan tanah liat.
❤ ✐❤ ✐❥ ✐ ❦❧♠ur
Kapur adalah suatu bahan material yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat dasar sebelum ditemukannya semen. Sedangkan semen sendiri bahan utama pembuatannya adalah kapur yang telah melalui suatu proses pembakaran pada suhu tertentu.
Ada dua macam kapur yang dikenal yaitu hydraulic lime (HL) dan natural hydraulic lime (NHL). Dari kedua macam kapur ini yang merupakan bahan yang terdapat di alam yang mengandung kapur berlempung atau silika. Kedua bahan ini telah klasifikasikan kedalam kelas dan kekuatan masing-masing yang dicapai pada umur 28 hari seperti material yang berbahan dasar semen.
(42)
BS EN 459-1:2001 telah melakukan pengidentifikasian tiga hal pengklasifikasian NHL dan HL seperti pada Tabel 2.7 Yang memperlihatkan pertambahan kekuatan kuat tekan setelah mencapai umur 28 hari yang dapat dijadikan sebagai standar.
♥♦♣ql rs tKlasifikasi NHL dan HL menurut BS EN 459-1:2001
Klasifikasi Hidraulic Lime Kekuatan Pada umur
7 Hari
kekuatan Pada umur 28 hari
HL NHL (Mpa) (Mpa)
2 2 2 - 7
3.5 3.5 3.5 - 10
5 5 5 - 15
sumber: Analisis beton K175 dengan campuran serbuk kapur untuk mengurangi semen, Sitti N.Syamsiyyah UNIKOM
Selain kalisifikasi yang di ajukan oleh BS EN 459-1:2001 diatas, dilakukan juga penelitian untuk mengetahui kandungan kimia yang ada dalam kapur itu sendir seperti yang di tunjukan pada Tabel 2.8 berikut.
♥♦ ♣ql rs 8Tabel Kandungan Kimia dalam Kapur
Rumus Kimia Kandungan ( %)
Na2O 0.095
Fe2O3 0.42
MgO 2.72
K2O 0.32
CaO 50.84
Al2O3 0.682
sumber: Analisis beton K175 dengan campuran serbuk kapur untuk mengurangi semen, Sitti N.Syamsiyyah UNIKOM
Kapur yang akan digunakan dalam campuran pembuatan beton pada penelitian ini adalah jenis kapur tohor. Kapur tohor merupakan jenis kapur yang dihasilkan dari pembakaran batuan kapur.
(43)
✉ ✈✇✈ ① ②③ritun④ ⑤⑥ mix desain Be ton K175 menurut SNI 03-1974-1990
Metode perhitungan mix desain yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode SNI03-1974-1990 (Tata cara Pembuatan rencana campuran beton normal). Berikut adalah langkah-langka secara garis besar dalam perencanaan campuran beton menurut SNI 03-1974-1990
a) Penetapan kuat tekan yang di isyaratkan (f `c) pada umur tertentu yang
ditentukan dari:
Menentukan nilai standart deviasi (Sd). Standart deviasi ditentukan
berdasarkan
s =
( ¯)²...7 Dengan:S=standar deviasi
Xi= ...8
Dengan :
N adalah jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji)
Jika mempunyai data hasil pembuatan beton serupa pada masa lalu, maka
jumlah data hasil uji minimum 30 buah, jika kurang dari 30 buah maka haris dikalikan factor pengali, seperti pada table berikut:
Tabel 2. 9Faktor Pengali Standart ( SNI-03-1750-1990)
JUMLAH BENDA UJI FAKTOR PENGALI
15 Gunakan tabel 4.2.3.1a(5)
15 1.16
20 1.08
25 1.03
(44)
Ket: untuk nilai antara dipakai interpolasi
⑦ ⑧⑨⑩l ❶❷ ❸❹Klasifikasi Standar deviasi untuk berbagai kondisi pengerjaan
Kondisi Pengerjaan
Standar Deviasi (Mpa)
Lapangan Laboratorium
Sempurna < 3 <1,5
Sangat Baik 3-3,5 1,5 - 1,75
Baik 3,5 - 4 1,75 - 2
cukup 4,0 -5 2 -2,5
kurang baik > 5 >2,5
⑦⑧⑨⑩l❶❷❸❸Kuat tekan rata-rata perlu ( SNI-03-2847-2002) ❺❻rsyaratan Kuat tekan
fc (Mpa)
Kuat tekan Rata-rata Perlu ( Mpa)
< 21 fc + 7.0
21 - 35 fc + 8.5
> 35 fc + 10.0
Jika tidak mempunyai data hasil pengujian sebelumnya yang memenuhi syarat
maka margin langsung diambil sebesar 12 Mpa. b) Perhitungan nilai tambah ( Margin/M)
c) Jika nilai sudah ditetapkan 12 Mpa , maka langsung ke langkah ke lima. Jika nilai tambah dihirung berdasarkan nilai standar deviasi maka margin dihitung dengan rumus
M = K. Sd .9
Dimana:
M = Nilai tambah (Mpa) K = 1.6
Sd= Standar deviasi (Mpa)
(45)
dimana;
fcr= Kuat tekan rata-rata (Mpa)
fc = kuat tekan yang direncanakan (Mpa) M= Nilai tambah (Mpa)
e) Penetapan jenis semen
❼❽ ❾❿l ➀➁ ➂ ➀Perkiraan kuat tekan (Mpa) beton dengan factor air semen 0.5 dan tipe
semen serta agregat kasar yang bias dipakai diindonesia
f) Penetapan jenis agregat , memakai jenis pasir atau kerikil yang alami atau
agregat sejenis batu pecah.
g) Mentukan factor air semen
Dalam hal ini air semen yang diperoleh garis grafik 1 tidak sama dengan yang ditetapkan, untuk perhitungan selanjudnya pakai harga factor air semen yang lebih kecil.
JENIS SEMEN
JENIS AGREGAT
KASAR
KUAT TEKAN Mpa PADA UMUR
BENTUK BENDA
UJI
3 7 14 28
Semen portland tipe I dan V
Batu tak dipecah 17 23 33 40
Selinder
Batu pecah 19 27 37 45
Semen portland tipe II
Batu tak dipecah 20 28 40 40
Kubus
Batu pecah 23 32 45 53
Semen portland tipe III
Batu tak di
pecah 21 28 30 44 Selinder
Batu pecah 25 33 44 48
Batu tak di
pecah pecah 25 31 46 53 Kubus
(46)
Grafik 2. 2Grafik Kuat tekan Vs Faktor air semen ( Civil Engineering Hand Book oleh VN Vaziran dan SP Chandola)
h) Penetapan airsemen maksimum, dari factor air semen yang diperoleh
(47)
➃➄ ➅➆l ➇➈ ➉➊Jumlah semen minimum dan factor air semen untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkunagn khusus
i) Penentuan nilai slump ditetapkan berdasarkan pelaksanaan pembuatan
pengankutan, penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya.
➃➄ ➅➆l ➇➈ ➉➋Nilai Slump yang di sarankan untuk berbagai jenis konstruksi
JENIS KONSTRUKSI NILAI SLUMP
MAKSIMUM MINIMUM
Dinding pondasi, footing, summuran, dinding
basment 75 25
Dinding dan balok 100 25
Kolom 100 25
Perkerasan dan Lantai 75 25
Beton dalam jumlah yang besar ( Spt. Dam) 50 25
j) Penetapan ukuran maksimum agregat kasar
k) Menentukan jumlah air per meter kubik beton berdasarkan ukuran maksimum
KONDISI LINGKUNGAN JUMLAH SEMEN MINIMUM PER M³ BETON (Kg) NILAI FAS MAKSIMUM
➌➍ton➎i➎➏➐➏ ➑ ru➏➒ ➓➔➏➒ ➓→➏nn
a. keadaan keliling non- korosif 275 0.6 b. Keadaan keling korosif disebabkan oleh
kondensasi/uap korosif 325 0.52
➌➍ton➎i lu➏➣➔➏n➓→n➏n
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung 325 0.6
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung 275 0.6
➌➍tonyang masuk kedalam tanah a. Mengalami keadaan basah dan kering
bergantian 325 0.55
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari
tanah atau air tanah 375 0.52
Beton yang continue brhubungan dengan air
a. Air tawar 275 0.57
(48)
↔ ↕➙➛l ➜➝ ➞➟Perkiraan kadar air bebas
Slump 9mM) 0-10 10. - 30 30 - 60
60 -180 Ukuran besar butir
maksimum (mm) Jenis agregat . .. .. ..
10
Batu tak di pecah 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20
Btu tak di pecah 135 160 180 195
Batu pecah 170 190 210 225
40
Batu tak di pecah 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Catatan: untuk penentuan kadar air bebas 1. Kadar air bebas 2/3 wh+1/3 wk
Dimana wh= perkiraan jumlah air untuk agregat halus Wk= perkiraan jumlah air untuk agragat kasar
2. Koreksi suhu untuk suhu di > 200C setiap kenaikan0C dittambah air 5
ltr/m3campuran
3. Kondisi permukaan
Untuk agregat kasar arus ditambah air ± 10 ltr/m³ campuran
l) Hitung berat semen yang dibutuhkan. Berat semen perkubuik dihitung dengan
membagi jumlah air (langkah ke 12) dengan factor air semen (langkah 8)
m) Kebutuhan semen maksimum
n) Penyesuaian kebutuhan semen. Apabila kebutuhan semen pada langkah 13
lebih kecil dari semen minimum (langkah 14), maka kebutuhan semen harus dipake yang minimum
o) Penyesuaian jumlah air dan factor air semen
p) Penentuan daerah garadasi agregat halus, gardasi agregat halus dibagi menjadi
(49)
Grafik 2. 3Grafik garadasi agregat kasar zona I
(50)
(51)
q) Perbandingan agregat halus dan agregat kasar, dicari berdasarkan besar butir maksimum , nilai slump, factor air semen dan zona agregat halus, berdasarkan data tersebut dapat dicarai perbandingan agregat halus dan agregat kasar.
r) Berat jenis agregat campuran dihitung dengan:
cam
=
ag halus+
ag. kasar ...9dimana:
cam = berat jenis campuran
ag halus = berat jenis agregat halus ag kasar = berat jenis agregat kasar
P = presentase agregat halus terhadap agregat campuran K = presentase agregat kasar terhadap campuran
s) Penentuan berat jenis beton. Dengan data berat jenis agregat campuran
(langka 18) dan kebutuhan air tiap meter kubik beton, maka dapat diperkirakan berat jenisnya.
t) Kebutuhan agregat campuran diperoleh dengan mengurangi berat beton per
meter kubik dengan kebutuhan air dan semen
u) Hitugn agregat halus, dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran
(langka 20) dengan presentase berat agregat halusnya ( langka 17)
v) Hitung agregat kasar, dengan cara mengurangi agregat campuran (langka 20 )
dengan kebutuhan agregat halus ( langka 21).
➠ ➡➢➡ ➤➥orksi ➦ ➧oporsi Campuran Beton
Apabila agregat tidak dalam keadaan kering permukaan, maka proporsi campuran beton harus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat. Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap air dalam agregat paling sedikit atau satu kali dalam sehari.
(52)
Dalam perencanaan diatas agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan jenuh kering permukaan sehingga apabila agregat agregatnya tidak dalam jenuh kering permukaan maka harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahan.
Hitungan koreksi campuran dilakukan dengan menggunakan formula seperti berikut;
➨) ➩➫orsi tk➫➭➯ ➲➯r p➯➳r
B- ( Ck Ca) x (Dk Da) x 10
➵) ➩➫orsi tk➫➭➯ ➲➯r p ➸➺➻ ➫ ➺➯➼➽➯➾us
C + (Ck Ca) x ... .. . 11
➚) ➩➫orsi tk➫➭➯ ➲➯r p➯➺➻ ➫ ➺➯➼ k➯➪➯➻
4) D + ( Dk Da ) x ... . ..12
Dimana:
B= Jumlah Air ( Kg/m3)
C= Jumlah Agregat halus (Kg/ m3)
D= Jumlah Agregat kasar (Kg/m3)
Ca= Absorbsi air pada agregat halus (%) Da=absorbs agregat kasar (%)
Ck= Kandungan air dalam agragat halus (%) Dk= Kandungan air dakam agregat kasar (%)
(53)
➶ ➹➘ ➴➹➷ ➬➮ ➬
BAB II STUDI LITERATUR
2.1. Beton ... 1 2.1.1. Klasifikasi Beton ... 2 2.1.2. Sifat-sifat dan karakteristik beton ... 4 2.1.3. Kuat Tekan Beton (f c) ... 8 2.1.4. Kelebihan dan kekurangan beton... 11 2.2. Bahan pembuatan beton ... 12 2.2.1. Semen... 12 2.2.2. Agregat ... 18 2.2.3. Air... 20 2.2.4. Batu bata ... 23 2.2.5. Kapur ... 27 2.3. Perhitungan mix desain Beton K175 menurut SNI 03-1974-1990... 29 2.4. Koreksi Proporsi Campuran Beton ... 37
(54)
❒ ❮ ❒❰ ❰ ❰
(55)
ìíîí ï ðrðnñ òò òn n móx deô òó õ
ö÷ øù úûü úü ýü ú ûü þÿ øü ú ✁ ù✂ ✄ ú ☎ü ú✆ ü ýü ú ✝÷ ✞ü ✝÷ ýü ú ✁ùú✝ü ✞÷ ý ü✂ ✂ ùýü ú ✝÷ ✟ü✁ ✄ øü ✂✄ø÷ þ✝ ùú ✆ü úý ù✂ ùú✂ ü ú✠ ù✁ü ✆ü÷✁ ù ø÷ ý ✂ ✡
ð ☛ ü ✂ ✂ ùýü ú ☎ü ú✆ ✝÷ ÷ ✠☎üøü✂ ýü ú ☞ ✌✍ ✎ ☛✆✏ ûþ ✑
ú✂ ý þ ø ë✒ ✓ü ø÷ ✔ ✁ ù ú✝ü ✞÷ ✁ ù ø✁ ù ú✂ ýý ✁ ✠✝ ù ú✆ü ú ý øü ú✌ ✎✕✌ ✎✕✌✎✝ ù ú✆ü ú✂ ÷ ú✆ýü ✂ý ùûü ûü✂ ü ú✎✖
ð ✗ ùþ ùú☎ü ú✆✝÷ ÿü ýü ÷ ü ✝ü ✟ü ✓✠ ùþ ùú✘✄ ø✂ ✟ü ú✝✂ ÷ ÿùé ð ✙÷ ú ✆✆÷✠✟ þ ÿ✝÷ ÷ ✠☎ü øü ✂ ýü ú✚✥✌ ✒ûþ
ð ✛ý øü ú✁ ù✠ ü ø✁ ✂ ÷ øü ✆øù ✆ü ✂þü ý✠ ÷ þ þ☞✜✢þþ ð ✣÷ ✟ü ÷✤ü û✂ ✄ øü ÷ ø✠ ùþ ù úþü ý✠÷ þ þ☞✢✦✚✒ ð ☛ü ✝ü ø✠ùþ ù úþ÷ ú÷ þ þ☞ë✍✢☛✆✏ þ
✧ ð ✗ ✠ úü ú★✄ úüéé
✛ú✂ ý✟ù✁÷ ✓ø÷ úû÷ ✓ü ýü ú✝ ÷✓÷✂ ú ✆✝ ü ✟ü þ✁ ù ú✂ ý✙ü ✁ ù ✟✩✦✌✁ ùø÷ ý ✂ ✪abe✫✬✭✮✯✰✱ ✰✲✳✴✲✴✴✲✵ ✶✷✸ ✰✹ ✴✶✲✺ ✰✻ ✼ ✲✽ ✾ ✿❀❁
❂ ❃❄ ❅❆ ❇ ❅❈❉❊❋●❅❍ ● ■❏ ❅❄❑ ▲ ❑ ▲▼◆❅❆ ❊❖▼ P◗❘ ❙❙² atau tanpa data N/mm²
3 Nilai Tambah ( Margin) - ( K = 1.64) maka 1.64 x 5 = 8.2 N/mm²
4 Kuat Tekan yang di targetkan Ayat 3.3.2 17.5 x 8.2 = 25.7 N/mm²
5 Jenis Semen semen Portland tipe I
jenis Agregat:
a. Agregat Kasar Ditetapkan Batu pecah
b. Agregat Halus Ditetapkan Pasil alami
Faktor Air Semen Bebas Tabel 2 Kubus 15x15 Grafik 2
8 Faktor Air Semen Maksimum Ayat 3.3.2 0,6
9 Slump Ditetapkan Ayat 3.3.3 60 -180
10 Ukuran Agregat Maksimum Ditetapkan Ayat 3.3.4 20 mm
11 Kadar Air Bebas Tabel 6, Ayat 3.3.5 185 kg/m³
12 Jumlah semen 11 8 341,7Kg/m³
13 Jumlah Semen Maksimum ditetapkan 308.3 Kg/m³
14 Jumlah Semen Minimum ditetapkan Ayat 3.3.2 tabel 3.4.5 275 Kg/m³
15 Faktor air Semmen yang di sesuaikan -
-16 Susunan Besar Butir agregat Halus Grafik 3 - 6 di zona gradasi 2
17 Persen Agregat halus Grafik 10 - 12 36%
18 Berat jenis relatif agregat ( kering permukaan) - 2.54 ( diketahui)
19 Berat Benis Beton Grafik 13 2.345 Kg/m³
20 Kadar Agregat Gabunga 19-12-11 1852 Kg/m³
21 Kadar Agregat Halus 17 x 20 667 Kg/m³
22 Kadar Agregat Kasar 20 -21 1185 Kg/m³
7 0.60 ( diambil diambil nilai terendah)
❚ ❯ ❱❲❳❨❳❚
❩ ❲❳❬ ❨❭ ❪❫❳❴❵❛ ❜❵ ❲❝ ❨❫❱❚❩❳❚
❚ ❨❛❳❨
6
Kuat tekan yang diisyaratkan 1
Ditetapkan
17.5 N/mm², pada umur 28 hari dengan kecacatan 5 %
(56)
❞r❡ok❢❣ po❢❣rpor ❤ ✐prmu✐n❥ ❡ton
1. Berat Beton diperoleh =❦ ❧♠♥❞♦
2. Koreksi agregat Kasar = Berat agregat kasar x Penyerapan kadar air) = 1185 x ( 2.5 % - 1.3%)
=♣ ♠q❦ ❦ ❞♦
Berat agregat kasar = 1185 14,22 =♣♣ r♥qrs❞♦
3. Koreksi berat pasir = berat pasir x (penyerapan kadar air) = 667 x ( 3.2% - 1.1%)
=♣ ♠t❦ ❦❞♦ 4. Berat PC = 667 14.22 =✉ ✈♥q r♥❞♦
5. Koreksi berat air = Berat air + Koreksi berat kerikil+ koreksi berat pasir = 185 + 16,30+ 14,22
=❦ ♥✈t ♥❦✇❦ ♥✈①♦
②abe③④⑤⑥Proporsi Terkoreksi Campuran Beton
❧t❦ t⑦❡⑧b⑨a⑩a❶❷e❶da ❸ ❹❣
Dalam pembuatan benda uji langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
❧t❦ t♣ ⑦❡❶e❶ ⑩⑨a❶be❶da⑨ ❹❣
Sampel yang akan di cetak untuk dijadikan sebagai benda uji harus ditentukan terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu ditentukan adalah pertama, tentukan jenis atau tipe atau bentuk benda uji yang akan digunakan dalam pengujian. Kedua tentukan jumlah benda uji yang akan dibuat sesuai dengan umur pengujian yaitu sebanyak empat kali
⑦ ❺ ❻❼ ❻❺❢❣ ❽a⑧❼⑨❺a❶
❾e⑧e❶
❿ ❞♦➀ ➁❣❺❿❞♦➀ a⑩a⑨ ➂ ❣⑩e❺
➁♦❺e♦✐⑩ ➃a➂⑨❢❿ ❞♦➀
➁♦❺e♦✐⑩ ❞a❢✐❺❿ ❞♦➀
(57)
Dalam penelititian ini penguji menggunakan benda uji bentuk kubus dengan ukuran 15x 15 x15 dengan jumlah sampel atau benda uji sebanyak 60 buah. Kubus yang akan di uji sebanyak empat kali pengujian kuat tekan di laboratorium yaitu pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Tiap pengujian di butuhkan benda uji sebanyak 12 buah benda uji dengan jumlah masing- masing benda uji tiap campuran sebanyak tiga (3) buah benda uji. Hal ini di maksudkan agar data kuat tekan yang dihasilkan dari pengujian lebih akurat. Untuk lebih jelas maka akan ditujukan dalan table 3.3 berikut;
➄➅➆ ➇l ➈➉ ➈Jumlah sampel tiap umur pengujian
➈➉➊➉➊ ➋➇n➇➅ntukn➌➍➎ ➏ ➐e be➑da ➏ ➒➓
Setelah menentukan bentuk dan jumlah benda uji yang akan digunakan maka langkah selanjutnya dalah menghitung volume agregat yang dibutuhkan untuk pembuatan sampel sebanyak 60 buah sampel, dengan cara menghitung volume benda uji yang dikalikan dengan proporsi campuran agregat tiap meter kubik ( m3) yang didapat pada perhitungan proporsi campuran terkoreksi ( Tabel 3.2)
V= S x S xS
V= 0.15 x 0.15 x 0.15 V= 0.003375 m3
➔→a➣↔↕ ➙➛ ➜➝➛ ➞➝➛ ➟➝➛
➠ ➠ ➠ ➠ ➠ ➠
➡ ➠ ➠ ➠ ➠ ➠
➢➤ ➠ ➠ ➠ ➠ ➠
➥8 3 3 3 3 3
➦➧➨➩a➫ 12 12 12 12 12
➭➝ b➫ ➯ ➲➳ ➵➣➨a➩
➯e➸➵➺➻a➨➼➧➣a➺➽a➼➧➣➾➚e➣b➧➪➯a➸➧➯a➸a
➶➵➸a➩
➚a➨➼e➩ ➹➨➧➣
(58)
Maka jumlah volume benda uji sebanyak 60 buah adalah Volume kubus per satuan di kalikan dengan banyaknya benda uji yang akan di buat.
Maka: V = V x 60 V= 0.003375 x 60 V= 0.203 m3
Dari hasil perhitungan diatas maka untuk mendapatkan proporsi campuran untuk V = 0.303 m3 (12 buah benda uji untuk tiap umur uji) digunakan perkalian antara V dikalikan dengan proporsi campuran agregat tiap m3seperti berikut;
➘➴ ➷➬ton➮orm➱ ✃
o Semen = (341,7 : 2340) x 100 = 14.6 kg
o Pasir = (14.6 : 341,7) x 667 = 28,5 Kg
o Kerikir = ( 11.83 : 272.1) x 1185 = 51,2 Kg
o Air = ( 13.4 : 341.7) x 205 = 8,8 Kg
➘➘➴ Beton dengan campuran Kapur 70% + Serbuk Batu Bata 30% untuk proporsi: 1) Beton dengan bahan campuran 5% Kapur + Serbuk Batu Bata
(59)
Kapur 70% = 0.73 x 70% = 0.511kg
Serbuk batu bata 30% = 0.73 x 30% = 0.22kg Air = 9.9 + 0.030 = 9.9Kg
Pasir = (14.6 : 341,7) x 667 = 28,50 Kg Kerikil = (11.83 : 272.1)x 1185 = 51,52 Kg
2) ❐❒ton❮❒n❰ÏÐÑÏmpurÏn ÒÏ ÓÏÐÔ ÕÖ×ÏrpuØ ÙeÚbÛ Ü❐aÝÛ ❐aÝa Kapur + Serbuk Batu Bata = 14,6 x 10% = 1.46 kg
Kapur 70% = 1,46 x 70% = 1,02 kg
Serbuk batu bata 30% = 1,46 x 30% = 0,44kg Semen = 14,6 1.46 = 13,4kg
Air = 9.9 + 0.030 = 9.9 Kg
Pasir = (14.6 : 341,7) x 667 = 28,50 Kg Kerikil = (11.83 : 272.1)x 1185 = 51,52 Kg
3) ❐eÝ ÞÐ deÐ❰ÏÐ caßàÛ ÚaÐ baÓaÐáÕÖ×aàÛ ÚØÙeÚbÛ Ü❐aÝÛ ❐aÝa
Kapur + Serbuk Batu Bata = 14,6 x 20% = 2,92 kg Kapur 70% = 2,92x 70% = 2,044kg
Serbuk batu bata 30% = 2,92 x 30% = 0,88kg Semen = 14,6 2,92 = 11,68kg
Air = 9.9 + 0.030 = 9.9 Kg
(60)
4) âãtonäãnåæç èæpæmurn éæ êæçë ìíîærpuï ñeòbó ôâaõó âaõa
Kapur + Serbuk Batu Bata = 14,6 x 30% = 4.38 kg Kapur 70% = 4.38 x 70% = 3,07 kg
Serbuk batu bata 30% = 4.38 x 30% = 1,31kg Semen = 14,6 4.38Kg = 10,22 Kg
Air = 9.9 + 0.030 = 9.9 Kg
Pasir = (14.6 : 341,7) x 667 = 28,50 Kg Kerikil = (11.83 : 272.1)x 1185 = 51,52 Kg
öabe÷øùúTabel proporsi campuran untuk volume 0,203m û òüýüòþÿ a✁ýóòaç✂îå ✄
☎ÿaý ✁ ✆✂îå✄
☎ÿaýì✝✞ ìë✁ ✆ ✂îå✄
Semen 272.1 63,51
Kapur + serbuk batu bata - 9,49
Pasir 811.9 144,00
Kerikil 1000.5 206,08
Air 215.5 ✟✠,5
öabe÷ø ù✡ Tabel proporsi bahan campuran Kapur 70 % + Serbuk Batu Bata 30% %
Campuran Semen
kapur 70%
Serbuk BT.Bata (30%)
0% 14,6 -
-5% 13,87 0.511 0,22
10% 13,14 1,02 0.44
20% 11,68 2,044 0.88
30% 10,22 3,07 1.31
jumlah 6,64 2,85
(61)
☛ ☞✌☞☛ ✍ ✎✏✑k✎✒ ✓✔a✏✑ ✕a✒✖e✗b✘a✙a✏ be✏da ✘✚✛ ☛ ☞✌☞☛☞✜☞✢✣ ✤ ✥✛a✖a✏ a✔a✙
Alat- alat yang dipergunakan dalam pencampuran beton adalah mix beton, timbangan kasar/halus, gelas ukur, cetakan kubus, talam, alat uji slump ( abrams), penggaris, ember, sekop/ cetok, pipet penyedot, alat penumbuk, bejana bentuk selinder dari baja 20 x 19 cm, kain, sikat bulu halus, container/ cawan, oven, alat penggetar, saringan gradasi 8 200,
☛ ☞✌☞☛☞✌☞✢✣ ✤ ✥✛a✖a✏ba✒a✏
Persiapan bahan yang akan digunakan seperti: Semen, Agregat Kasar, Agregat Halus, Kapur, Serbuk batu bata dan Air.
☛ ☞✌☞☛☞☛ ☞✢✣✏✑ ✘✚✛a✏✔ab✦✤a✙✦✤✛ ✘✗
Melakukan pengujian- pengujian bahan yang akan digunakan sebagai campuran beton, seperti:
o Uji saringan agregat halus o Uji saringan agregat kasar o Uji saringan kapur
o Uji saringan serbuk batu bata
o Pengujian bobot isi gembur agregat kasar o Pengujian bobot isi gembur agregat halus o Pengujian isi padat agregat kasar
o Pengujian isi padat agregat halus
o Pengujian berat jenis dan kadar air agregat halus o Pengujian berat jenis dan kadar air agregat halus o Pengujian kadar lumpur agregat halus
(1)
I
❙- 32
❚❯❱ ❲❯❳ ❨❩ ❨
Contents
4.1.
❬❭❪ ❫❴❵❛❵ ❜❝❵❞❵ ❜❡❵ ❜❵ ❢❵❣... 1
4.1.1.
❬❭❪ ❫❴❵❛❵ ❜❤❢❵❣... 1
4.1.2.
❬❭❪ ❫❴❵❛❵ ❜B
❵❞❵ ❜... 4
4.2.
❬❭ ❜✐❥ ❦❴❵ ❜❝❵❞ ❵ ❜... 7
4.3.
❬❭ ❢❵❧❫❵ ❜❵❵ ❜❛ ❭♠❝❥❵❣❵ ❜❝❭ ❜ ❡❵❥❦❴... 24
4.4.
A
❜❵ ❢❴ ❫❵❝❴❵♥❵ ❝❭❣♦❜❜♦❪♠❵ ❢❡❭ ❜✐❵ ❜❝❭❣♦❜♣❵♠❛❥❪ ❵ ❜❧❵❛❥❪❡❵ ❜ ❫❭❪ ❝❥ ❧ ❝❵❣❥ ❝❵❣❵... 29
(2)
qrs
t ✉t ✈
✇①②③ ④⑤⑥ ⑦✉⑧ ⑨✉⑧ ②✉⑩✉⑧
❶ ❷❸ ❷ ✇❹❺ ❻❼ ❽❾❿➀➁
➂➃➄➅ ➆➇ ➈➅➃➉➃➊ ➋➇ ➊➇➌ ➅➉➅➃➊ ➍ ➃➊➈ ➉➇➌ ➃➎ ➏ ➅➌ ➃➆➐ ➃➆ ➃➊ ➑ ➃➆ ➃ ➆➇➒ ➅➑ ➋➐ ➌ ➃➊ ➍ ➃➊ ➈ ➏➅➃➑ ➓ ➅➌ ➔➌➇➎➋ ➇ ➊➇➌ ➅➉➅➃➏ ➃➌ ➃➎→
s➣ ↔➅➌ ➃➅➆➐➃➉➉➇ ➆➃➊➏ ➃➄ ➅➉➄ ➅➃➌ ➑ ➅↕➓➇ ➉➔➊➊➔➄➑➃➌➏➇ ➊ ➈➃➊➑➇ ➊ ➈➈➐ ➊ ➃➆➃➊ ➉➅➋➇➒ ➇➑ ➇ ➊ ➙➛➛➋➃➏ ➃➐➑ ➐ ➄➜ ➝➎ ➃➄ ➅
(
➊➅➌ ➃➅➃➞➐➃➊)
➏➅➞➃➋ ➃➅➒ ➇ ➓➇➒ ➃➄➜ ➟ ➠➡ ➢➆ ➈➤ ➞➑➥ ➣
➜ ➣ q➃➄➅➃➒ ➅➒ ➐ ➓ ➉➅➉➐➒ ➅➒ ➇➑➇ ➊ ➍ ➃➊ ➈➏➅➈➃➊➉➅➆ ➃➊ ➔➌➇➎ ➆➃➋➐➄➒ ➇ ➓➇➒ ➃➄ ➦➧ ➨➏➃➊ ➓➐➓➐➆ ➓➃➉➃ ➑➇ ➄➃➎ ➒ ➇ ➓➇➒ ➃➄ ➟ ➧
%
➃➆➃➊ ➑ ➇➑➋ ➇ ➊➈ ➃➄➐ ➎ ➅ ➎ ➃➒ ➅➌ ➊ ➅➌ ➃➅ ➆➐ ➃➉ ➉➇ ➆ ➃➊ ➍ ➃➊ ➈ ➏ ➅➋ ➇ ➄➔➌➇➎ ➋ ➃➏➃ ➐➒ ➅ ➜ ➝ ➎➃➄➅(
➐➒ ➅➃ ➓➇ ➉➔➊ ➍ ➃➊ ➈ ➑➇ ➊➩➃➏ ➅ ➋ ➃➉➔➆➃➊ ➫➄➅➉➇ ➄➅➃ ➋➇ ➊➇ ➄➅➑ ➃➃➊ ➓➇ ➉➔➊)
➣ ➭ ➃➒ ➅➌ ➉➄➅➃➌ ➑➅↕ ➉➇ ➄➌ ➅➎ ➃➉➡ ➓➇ ➉➔➊ ➏ ➇ ➊➈ ➃➊ ➒➐➓➉➅➉➐ ➒ ➅ ➒➇➑ ➇ ➊ ➒➇ ➓➇➒ ➃➄s➧%
➑➇➑➅➌ ➅➆➅➊➅➌ ➃➅➆➐➃➉➉➇ ➆➃➊➍ ➃➊ ➈➔➋ ➉➅➑ ➐➑➏➅➒ ➇➑ ➐ ➃➋➇ ➊ ➈➃➑➃➉➃➊(
➟➡➦➡ s ➠➏ ➃➊➜ ➝➎➃➄➅)
➟ ➣ ➯➇ ➉➔➊ ➏ ➇ ➊➈ ➃➊ ➞➃➑ ➋➐➄➃➊ s➧
%
➆ ➃➋➐➄➏ ➃➊ ➓➐➓➐➆ ➓ ➃➉➃ ➑➇ ➄➃➎ ➏ ➃➋➃➉ ➏ ➅➈➐ ➊ ➃➆➃➊ ➒➇ ➓ ➃➈➃➅ ➓ ➃➎➃➊ ➐➊➉➐➆ ➓ ➃➊➈➐➃➊ ➒ ➉➄➐➆ ➉➐➄➃➌ ➆➃➄➇ ➊➇ ➑ ➇➑ ➅➌ ➅➆ ➅ ➆➐ ➃➉ ➉➇ ➆ ➃➊ ➍ ➃➊➈ ➔➋➉➅➑ ➃➌➏➅➓➃➊➏ ➅➊ ➈➏ ➇ ➊ ➈➃➊➓➇ ➉➔➊➊➔➄➑ ➃➌➣➠➣ ➯➇ ➉➔➊ ➏➇ ➊ ➈➃➊ ➞➃➑➋ ➐ ➄➃➊ ➉➃➑➓➃➎➃➊ ➆➃➋ ➐➄ ➏➃➊ ➓ ➃➉➃ ➑ ➇ ➄➃➎ ➒ ➇ ➓➇➒ ➃➄ ➜ ➧ ➨ ➩➐ ➈➃ ➏ ➃➋➃➉ ➏➅➈➐➊➃➆ ➃➊ ➒ ➇ ➓➃ ➈➃➅ ➓ ➃➎ ➃➊ ➓ ➃➊ ➈➐➊➃➊ ➒ ➉➄➐➆➉➐➄➃➌
➊➅➌ ➃➅ ➆➐➃➉ ➉➇ ➆ ➃➊ ➏➃➄➅ ➓➇ ➉➔➊➉➇ ➄➒➇ ➓➐ ➉➑ ➃➒ ➅➓➇ ➄➃➏➃➏ ➅ ➃➉➃➒➆➐ ➃➉➉➇ ➆ ➃➊➓➇ ➉➔➊➊➔➄➑ ➃➌➣
❶❷➲❷②➀➳➀➁
➂➃➄➅ ➎➃➒ ➅➌ ➆➇➒ ➅➑➋ ➐➌ ➃➊ ➍➃➊➈ ➉➇➌ ➃➎ ➏➅➐ ➄ ➃➅➆ ➃➊ ➏ ➅➃➉➃➒ ➑➃➆➃ ➋ ➇ ➊➐ ➌ ➅➒ ➑ ➇ ➊➍ ➃➄ ➃➊➆ ➃➊ ➆➇➋ ➃➏➃ ➒ ➇➑➐➃ ➋➅➎ ➃➆ ➓➃➅➆ ➆➃➌ ➃➊➈ ➃➊ ➃➆➃➏ ➇➑➅➒ ➑➃➐➋ ➐ ➊ ➋ ➄ ➃➆➉➅➒ ➅ ➉➇ ➄➐ ➉➃➑➃ ➑➃➒ ➍ ➃➄➃➆ ➃➉➋ ➃➏➃➐ ➑➐ ➑ ➊➍ ➃➓➃➎➵➃➎ ➎➃➒ ➅➌➋ ➇ ➊➇➌ ➅➉➅➃➊ ➍ ➃➊ ➈
➉➇➌ ➃➎➏ ➅➐➄➃➅➆ ➃➊➏➅ ➃➉➃➒ ➋ ➇ ➊➐ ➌ ➅➒➑➇ ➊➍ ➃➄➃➊ ➆ ➃➊➐➊➉➐➆→
s➣ ➙➃➏➃ ➒ ➃➃➉ ➋ ➇➑ ➓➐ ➃➉ ➃➊ ➓➇ ➉➔➊ ➏➇ ➊ ➈➃➊ ➞➃➑ ➋➐➄➃➊ ➉➃➑➓➃➎➃➊ ➒➇➋ ➇ ➄➉➅ ➍ ➃➊ ➈ ➏➅➌ ➃➆➐➃➆➊➋➃➏ ➃ ➒ ➆ ➄➅➋ ➒ ➅ ➅➊➅ ➎ ➃➄➐ ➒ ➑ ➇➑➋ ➇ ➄➎ ➃➉➅➆ ➃➊➸➃➆➉➔➄ ➃➅➄➒ ➇➑ ➇ ➊➡ ➒ ➇ ➓➃➓ ➋➃➏ ➃➋ ➇ ➊➇➌ ➅➉➅➃➊➅➊➅
➞➃➋ ➐ ➄ ➃➊ ➉➃➑➓➃➎➃➊➋➃➏ ➃➋ ➇➑ ➓➐ ➃➉➃➊➓➇ ➉➔➊➫ r s ➦➢➍ ➃➅➉➐ ➞➃➑ ➋➐➄➃➊ ➢➨➡ s➧ ➨➡➜ ➧
%
➏ ➃➊ ➒ ➃➑➋➃➅ ➟➧➨ ➉➇ ➄➩➃➏➅ ➋➇ ➊➐ ➄➐ ➊ ➃➊ ➊ ➅➌ ➃➅ ➒ ➌➐➑(3)
➺➻➼ ➽➾➚ ➪ ➶ ➾➚➪ ➾➹ ➘➴➾➶ ➹➷➶
(
➘➷ ➬➾➚➾ ➮➾➬➱ ✃➴➾➚ ➬❐➚❒➾➘➷ ❮❐ ❰➷Ï Ð❐➚➹ ➾❮)
Ñ Ò➾❮ ➷➚➷➘➷➶❐ ❰➾❰Ð➾➚ ➘➾➽➾ ➶❐➴➾➱ ➾➷➴ ➽➾➚➪ ➘➷ Ï➾➶➷ ❮Ð➾➚ Ó ❮❐Ï ➮➾➬➱ ✃➴➾➚ ➹ ➾➬ ❰➾Ï➾➚
➹❐➴➶❐ ❰ ✃➹➶ ➾➚ ➪➾➹➹➷➚ ➪ ➪➷ Ñ
➼Ñ Ô➾➘➾➱ ❐ ❮➾Ð➶ ➾➚➾ ➾➚➱❐➴ ➮Ó❰➾➾➚Õ➹➷➚➪Ð➾➹ Ð❐Ï➾❮✃➶ ➾➚➘➾➴ ➷ Ð➾➱ ✃➴ ➘➾➚ ❰ ✃❰ ✃Ð❰➾➹ ➾ ➬❐➴➾Ï ➘➷ ✃➱➾➽➾Ð➚ ➶ ➾➬➾ ➘❐➚ ➪➾➚ Ð❐Ï➾❮✃➶ ➾➚ ➘➾➴➷ ❰ ✃❰ ✃Ð➶❐ ➬❐➚ ➾➪➾➴ ➘➷ ➘➾➱➾➹ Ï➾➶➷ ❮ ➱❐➚➮➾➬➱✃➴➾➚ ➽➾➚ ➪ Ï➾➴➾➱ Ð➾➚ Ï➾❮ ➷➚➷ ➘➷ ❮➾Ð ✃➾Ð➾➚ ➬❐ ❮➾❮✃➷ ➱ ➴Ó➶❐➶ ➱ ❐➚✃ ➬❰ ✃Ð➾➚➘➾➚➬❐ ❮➾Ð ✃Ð➾➚➾➽➾Ð➾➚Ñ
Ö Ñ Ô❐➴ ❮✃ ➘➷ ➾➘➾Ð➾➚ ❮➾ ➪➷ ➶✃➾➹✃ ➱ ❐➚➪✃ ❒➷➾➚ ➹❐➴ Ï➾➘➾➱ Ð➾➱ ✃➴ ➘➾➚ ❰➾➹✃ ❰➾➹ ➾ ➽➾➚ ➪ ➾Ð➾➚ ➘➷➪✃➚ ➾Ð➾➚ ➘➾❮➾➬ ➱ ❐ ➬❰ ✃➾➹ ➾➚ ❰❐➹Ó➚ ➘❐➚ ➪➾➚ ➮➾➬➱✃➴➾➚ ➶❐➴ ❰ ✃Ð Ð➾➱✃➴ ➘➾➚➶❐➴ ❰ ✃Ð❰➾➹✃❰➾➹ ➾➾ ➪➾➴ ➬❐➚ ➪❐➹ ➾Ï✃➷➶➷ ×➾➹ ➻➶➷ ×➾➹➘➾➴➷❰➾Ï➾➻❰➾Ï➾➚➹❐➴➶❐ ❰ ✃➹Ñ
(4)
ØÙÚ
Contents
ÛÜÝ Ü Þßà áâ ãä åæçÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÝ ÛÜèÜ éæêæç ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÜÜÜ ÜÝ
(5)
ë ìíî ìïð ñòî ìó ì
ôõö÷ø ù ùøú
û üýüþ
ara
ÿg
an
n
itu
erh
ôtru
k
tu
r
✁ ý✂ ✄☎ ✄ý☎✆ ü✄✝ ☎✄ ü✄✞✁✟ ☎ ✄✝ ✠ ÿ✡☛þû✁ ✆ ✄✂ ☞✂ ✝✌ ü✍ ü✄✎ ✏ø✟ü✄✑✡✟ ✌✒ ✌✓✁✟ ☎ ü✏ ü✄✟ ☎ ✄ ✝✔ÿ✡☛þ ✏✎ ✕✖✑ ✠ ✗☎☞✂ ✄✂ ✏
y
û✘✌✠û✁ ✆ ✄✂ ☞✂ ✝ ✌ ✁ ý✂ ✄✠✙✂✝y
ü✆ ü✘ýü✔✚õ☛öøù✎✛ ✠✚✄ ü☞ ✌✒ ✌✒ ✁ ý✂✄✓ ✜✎ ✢✣ ☛✁ ✄ ✝ü✄ þ
am
p
u
ran
ôk
erb
u
✓ap
u
r
✤ ✄ý☎ ✆ ✗✁ ✄✝ ✝☎✘ü✄ ✝✌ô✁ ✥✁ ✄✠ ô✌ýý✌õ☎✘ôy
ü✥ ✒ü✍y
y
✤ õö✓✦✗øùù✖ ✠ôõö û ✜✎ ✣✜✎✕✕ ù✜ù✑ ✔ ûüýü þü✘ü ÿ✁ ✥✧ ☎ üýü✄ ★✁ ✄✩ ü✄ ü þ ü✥✪ ☎✘ü✄ ✁ ý✂✄ õ✂✘✥ü☞ ✏
ü✄✟☎✄ ✝✫ ÿ✗ ✠
☛✌✆ ýüý✆ ☎☞ ✌ü✍û✁ ✆ ✄✂ ☞✂ ✝✌ ü✍ ü✄✓✂ ✄ ✒ý✘☎✆ ✒✌✏✤ ✄✌✬✁✘✒ ✌ýü✒✓✂ ✥ ✪☎ ý✁✘ö ✄✟ ✂ ✄✁ ✒✌ ü✠
ö✗ü✟ ✁ ✚☞ ✌ý✭ö✠
★ ü✌
✮✌✟✌ü✘✒ ü✏✯☎✘✄ü☞ ö☞ ✥ ✌ü✍û✁ ✆ ✄✌✆ô ✌✪✌☞ ✰✂ ☞✎ù✏ õ✂ø ✠✯☎☞ ✌ø ù ù✱ ✲☎✧ ☎ ✄✝ ü✄ ü✄ ýü✘ü ✓ ☎ üý ý✁ ✆ü✄ ✟ ✁ ✄✝ ü✄ ✳ü✒ ✆ý✂✘ ü✌✘ ✒✁ ✥✁ ✄ ÿü✟ü ✁ ý✂ ✄ ✙ü✄ ✝ ☛✌✧☎üý ☛✁ ✄✝ü✄ ô✁ ✥✁ ✄ÿ✂✘ý☞ ü✄✟ ✜ ÿ✂✴ ✴✂☞ ü✄✠
✓✵ü✁✘✤☞☞ ü✍ ✏✗✒✩ ✏ ü✄✟ ☎ ✄✝ ✏★✲✦ û üýüþ ü✘ü ★ü✩ ü✄✝ ü✄þü✥ ✪☎✘ü✄ ✁ ý✂ ✄ ✏✎✕ ✢✕✔☛✌✄ ü✒ ÿ✁ ✆✁✘✵üü✄✤ ✥☎ ✥✠
ôõö✎ ✕ ✢ø ✔ø ù ù✖ þ ü✘ü✤ ✵✌ô☞ ☎ ✥✪ ✁ ý✂✄ ✶✶✶✔ ✷✷✌☞ ✥ ☎✒ ✌✪ ✌☞✠ ✩✂ ✥
(6)
✼✽✾✿ ✽❀❀❁ ❂✽❃✽✿❄❁ ✼❅❆
ð ❇❈❉❈❊❋●❍ ❈■●
❏❈❑ ❈▲▼ ◆ ❖ ❈P ◗❘■ ❈❙❚ ❯
r
❱ ◗❑❲ ❈❉❱❈P ❳❳ ❈❨❩ ❈❖● ❋▲❬❉❈❍ ❈◗❭ ❪■ ◗❘◗❑❍ ◗❋❭ ❫ ❪❴ ▼ ◗P ● ❘❵ ◗❨❈❑●P▲❩ ❈❛●❜❩ ❈❛●
❬❳❈❑❈▲❵ ❈❉❖◆❨● ❛
❵ ◗❝❈❋❳ ❈❏ ◗❳ ❈❋ ❈❈P▲❱● ❑◆❋❩ ◗❘ ❉◗
❬❨❈❑ ❈❉▲▼ ❨❞❵❚❍❈P❳❡❋❈❉❈❢ ❏◆❞❫❣❈P■❚ P ❳
❏◆❞❤❊▲✐❥❢❪ ❫❫❥❦❪❪❢❢❦
ð ❩ ❈❉❈❋❣◗❨❈❛❈P ❳ ❊◗P ■● ■● ❛ ❈P ❧◆❋❑❈❨▲
❭❫❫♠❜ ❭ ❫ ❫❫▲♥ ❇❏❦❭♦ ❈● ❨● ❈P ❢❦❦❭❜❢ ❦ ❦♠▲♥♣ ❊❦❭❬❉❈❍❈◗
❢❦❦♠❜❢ ❦ ❦❥▲♥ ◗❛◆❨❈❖❱ ◗❛P ● ❛♣ ◗P ◗P ❳ ❈❖❵ ◗q❚❋❚❈P❣◗r◆❋❈s ❇● ❨● ❜ ❱● ❑◆❋❩ ◗❘❉ ◗ ❢❦❦t❜❢ ❦❭❢▲❱◗❛P● ❛♥●❲● ❨❡P ●✉◗❋❘● ❉❈❘❵◆❑❲ ❚ ❉◗❋✈P ■◆P◗❘● ❈
❏◆ P ❧◆❋❑ ❈❨
❢❦❦t▲❵❚❋❘❚ ❘❊❋◆❳ ❋ ❈❑❬❚ ❉◆ r ❈■❢ ❦ ❦❴❜✇❬♣❬♥✈❏❇① ❢❦❭❢▲♥ ◗❋ ❉●②● ❛❈❉❤❈❋■❝❈ ❋◗❜❡❏✈❵①♣
❢❦❭❢▲❵❚❨● ❈❖❡❑❚ ❑✇◗◆❨◆❳● ❜❡❏✈❵①♣
❢❦❭ ❭▲③◆❋❛♥ ❖◆ ❲ ✈❨❑❚❡❛❚❋❱ ❈P ❈❖❜❡P ● ❛◆❑ ð ❊◗P ❳ ❈❨❈❑ ❈P❵ ◗ ❋q❈
❬❲❋● ❨❢❦❭❢④♥ ◗❛ ❈❋❈P ❳▲❣◗❛◗ ❋q❈❇●❊❱❞♥ ◗❋◗P◗❱◗❛P ❖◆ ❣❈❛ ❉●⑤ ❙◆P❘❚ ❨❉●P❳⑥P ❳●P◗◗❋●P ❳ ⑦ ❇◗❑● ❛● ❈P❋● ❝❈⑧ ❈❉❖● ■❚ ❲●P●❘ ❈⑧ ❈❍❚❈❉■ ◗P❳❈P❘ ◗❍◗P❈❋P ⑧ ❈❞