Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya

KAJIAN FERTILITAS KETURUNAN ASLI KEPALA SUKU
DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGANDU DALAM
PERKEMBANGANNYA
(Studi Kasus di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu – Jawa Barat)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
ADITYA FAJAR SETIAWAN
1111015000067

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015


(KAJIAN FERTILITAS
KETURUNAN ASLI KEPALA SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGAI\DU DALAM PERKEMBANGANNYA"
(Penelitian Deskriptif Kualitatif)

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan

Disusun Oleh:

Aditva T'aiar Setiawan

NIM:

Panbimbing

1111015000067

I


Pembimbing

II

1---{
-/*:

Drs. H. Sv.arinulloh. M.Si

NIP:

Sodikin. M.Si

196709092007001 1033

Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial
Program Studi Sosiologi Antropologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuttah Jakarta
2015


KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK

No.

FoRM (FR)

Tgl.

:
Terbit :

Dokumen

FITK-FR-AKD-087
1 Maret 2010

Jl. lr. H: Juanda No 95 Ciputat 15412 tndonesia


LEMBAR PENGESAHAN

PEMffi

skripsi yang berjudul Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu Dalam perkembangannya di susun oleh Aditya
Fajar Setiawan, NIM. 1111015000067, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengatahuan
Sosial / Sosiologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai Karya Ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang muaqosah sesuai
ketetapan yang ditentukan oleh fakultas.

Jakarta, November

Yang Mengesahkan

Pembimbing I

Drs. H. Svaripulloh. M.Si


NIP:

1967 09092007 00 1 I 033

M
Pembimbing

II

Sodikin. M. Si

2015

:
Terbit :
No. Revisi: :

01


Hal

1t1

KETIENTERIAN AGATIIA

No.

UIN.'AKARTA

Tgl.

FITK
Jl.

f.

H. Juartu No 95 Ciputat 15412

FORir (FR)

htua*t

Dokumen

FITK-FR-AKD-089
1 Maret 2010

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan dibawatr

ini,

Nama

Aditya Fajar Setiawan

TempaVTgl.Lahir

Tegal, 19 Desember 1992


NIM

I I I 1015000067

Jurusan/ Prodi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial / Sosiologi

Judul Skripsi

Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya

I
Dosen Pembimbing II

Doseo Pembimbing

Drs. H. Syaripulloh, M. Si


Sodikin, M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan sudah diuji dalam Ujian Munoqosah pada tanggat 26 November 2015, dan saya
bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pemyataan

ini dibuat

sebagai salah satu syarat pendaftaran Wisuda.

Jakarta, 8 Desember 2015

Mahasiswa Ybs,

Aditva Faiar Setiawan
I\[IM. 111101500m67

ABSTRAK
Aditya Fajar Setiawan (NIM : 1111015000067), Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul Skripsi “Kajian Fertilitas Keturunan Asli
Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dari suatu budaya
atau komunitas yang terdapat di lokasi desa Krimun Kecamatan Losarang
Kabupaten Indramayu. Yaitu komunitas yang menyebut namanya dengan Suku
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. Komunitas ini lahir dari pemikiran seorang
Kepala Sukunya yaitu Takmad Diningrat. Beliau adalah orang asli Indramayu
yang memiliki ideologi yang berbeda, yang kemudian dikembangkan untuk
keturunan dan pengikutnya.
Metode yang digunakan selama penelitian adalah kualitatif deskriptif. Fokus
penelitian ini lebih memusatkan bagaimana kehidupan keturunannya dalam
perkembangannya. Untuk menjawab semua pertanyaan, maka peneliti mengambil
data menggunankan tiga instrumen dasar dari penelitian kualitatif, yaitu dengan
Wawancara, Observasi Lapangan, dan Dokumentasi. Teknik Wawancara
digunakan guna memperoleh data – data yang perlu diketahui, Teknik Obervasi
Lapangan digunakan untuk pembuktian di dalam hasil Wawancara, dan
Dokumentasi digunakan untuk mengambil hasil rekaman atau foto – foto guna
memperkuat data.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa dalam perkembangannya,
terdapat hasil yang positif yaitu adanya peningkatan kualitas hidup dari keturunan

kepala Suku Dayak. Untuk pembuktian dalam metode penelitian kualitatif
deskriptif perlu adanya keabsahaan data, yang disebut dengan Kredibilitas.
Meliputi memperpanjang pengamatan, meningkatkan Ketekunan, Triangulasi, dan
menggunakan bahan referensi.

Kata Kunci

: Kajian Fertilitas, Keturunan Asli Kepala Suku, Dalam
Perkembangan

ABSTRACT

Aditya Fajar Setiawan (student’s registration number 1111015000067),
Department of Social Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training,
State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, skripsi entitled “The Study
of Fertility of the Development of the Original Generation of the Leader of Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu Ethnic.”
The objective of this study is to know the development of a culture or a
community that is located in Krimun village, District Losarang, Indramayu city. It
is a community that called themselves as Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Ethnic. This community was born from the idea of their Ethnic Leader named
Takmad Diningrat. He is an original Indramayu people who has a different
ideology, which then was developed into his generation and followers.
The method used in this study is descriptive qualitative. This research
focused on the development of their generation’s life. To answer all of the
questions, the researcher collect the data using three basic instruments of
qualitative research, these are Interview, Field Observation, and Documentation.
Interview is used to gain the data that is needed to be known, Field Observation is
used to prove the result of the interview, and Documentation is used to take
records and pictures that aims to strengthen the data.
Based on the result of the research, it is found that in the development,
there is a positive result that is the improvement of life quality from the generation
of the Leader of Dayak Ethnic. To verifying in descriptive qualitative research
method, it is need the validity of the data that is called credibility. It includes
lengthening observation, increasing diligence, triangulation, and using references.

Keywords: The Study of Fertility, the Original Generation of the Ethnic Leader,
the Development.

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir SKRIPSI. Shalawat serta salam semoga selalu Allah
curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga juga
para Sahabat – Sahabat beliau dan mudah – mudahan termasuk pula kita selaku
Umat-Nya.
Dalam Penyusuan laporan akhir skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan

2.

Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial

3.

Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial sekaligus dosen pembimbing I

4.

Bapak Sodikin, M.Si selaku dosen pembimbing II

5.

Bapak Teuku Ramli Zakaria Dr. MA selaku dosen penasehat akademik

6.

Para dosen – dosen yang memberikan ilmunya kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya di
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

7.

Riki Andrian dan Fari Agung Setiadi selaku teman dan team dalam
penyusunan skripsi ini

8.

Kedua orang tua yang saya hormati dan saya cintai, yang selalu
mendoakan di setiap doa dan selalu memberikan dukungan moril maupun
materil

9.

Kedua kakak saya yang ikut memberikan dukungan dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.

10. Indah Puji Asih yang tidak bosan – bosannya menemani dan memberikan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

viii

11. Teman – Teman PPKT Sabillilah ( Hariyanto,Muhammad Fadly,
Lisnawati, Ahmad Maulana, Ellen Firdhiyana,Retna Apriliani, Ade Julia,
Abdul Basith, Rinda, Mira Rosiana,Fuji Hastuti, Asep Priatna, Azmah
Auliya, Annisa Marifah, dan Dhiya) atas semangat, dan motivasinya
selama pelaksanaan proses penyelesaian skripsi ini.
12. Dan Teman – Teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial seluruh
angkatan 2011, terutama teman – teman satu kosan. (Imam Munandar,
Antoni widodo,Moh. Ibnu Ardhani, dan M. Nurul Huda) yang senantiasa
berbagi dalam segala hal.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak – pihak yang telah
membantu di dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan
penulisan selanjutnya. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga laporan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Jakarta, November 2015

Aditya Fajar Setiawan

ix

DAFTAR ISI
ABTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
E. Tujuan dan Signifikasi Masalah ........................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL
A. Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ........................ 11
B. Definisi Fertilitas.................................................................................. 18
C. Faktor – Faktor Fertilitas...................................................................... 20
D. Pendidikan ............................................................................................ 23
E. Pekerjaan .............................................................................................. 24
F. Pandangan hidup .................................................................................. 26
G. Kerangka Konseptual ........................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 34
B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 36
C. Metodelogi Penelitian .......................................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 37
E. Keabsahaan Analisis Data .................................................................... 39
x

a. Perpanjangan pengamatan ........................................................ 38
b. Meningkatkan ketekunan ......................................................... 39
c. Triangulasi................................................................................ 39
d. Menggunakan bahan referensi ................................................. 40
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 41
a. Reduksi Data ............................................................................ 41
b. Data Display / Penyajian Data ................................................. 42
c. Verifikasi / Menarik Kesimpulan ............................................. 42
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Komunitas Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu ............................................................... 43
B. Biografi Takmad Diningrat .................................................................. 50
C. Pandangan Dinas Pendidikan Terhadap Perkembangan
Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ........................................... 55
D. Pandangan Dinas Pemuda, Olahraga,Budaya,dan Pariwisata
Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu ................................................................................................ 57
E. Pandangan Dinas Catatan Sipil Terhadap Perkembangan
Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ........................................... 59
F. Pandangan Kantor Kuwu Terhadap Perkembangan Suku
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu .................................................... 60
G. Pandangan Tokoh Masyarakat Sekitar Terhadap
Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu .................. 62
H. Deskripsi Analisis Data ........................................................................ 64
I. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 66

xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 72
B. Saran ..................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL
3.1 Time Schedule Penelitian................................................................................ 35
4.1 Keluarga Ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ............................ 64
4.2 Anak Keturunan Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu .............. 64
4.3 Cucu Keturunan Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu .............. 65

xiii

DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................... 32
3.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ............. 34
4.1 Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ....................................... 43
4.2 Ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ........................................... 50

xiv

Data Lampiran

Lampiran 1

: Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2

: Surat Izin Penelitian

Lampiran 3

: Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4

: Menetapkan Informan

Lampiran 5

: Catatan Lapangan

Lampiran 6

: Menentukan Tema Budaya

Lampiran 7

: Mencatat dan Menulis Profil Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu

Lampiran 8

: Foto – Foto Suku Dayak Losarang

Lampiran 9

: Denah Lokasi

Lampiran 10

: Pedoman Wawancara

Lampiran 11

: Matrik Wawancara

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beribu –
ribu pulau seperti yang dikemukan Departemen Dalam Negeri Republik
Indonesia tahun 2004 adalah sebanyak 17.504 buah. 7.870 diantaranya telah
mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Dari sekian banyak
pulau yang ada di indonesia inilah yang menjadikan salah satu faktor
timbulnya beragam budaya, seperti beragamnya bahasa,pakaian, rumah adat
serta adat istiadatnya, maka dari itu indonesia sering disebut juga masyarakat
multikultural.
Pembahasan tentang masyarakat, seperti yang diungkapakan di atas,
tidak lengkap tanpa membahas mengenai kebudayaan, masyarakat yang
ungkapan di atas, sifatnya masih statis, sementara sisi dinamis dari masyarakat
itu terletak dalam kebudayaan, yang mana Indonesia adalah negara yang
memiliki banyak kebudayaan.
Secara etimologis kebudayaan artinya culture berasal dari kata
budi, yang diambil dari bahasa sangsekerta, artinya kekuatan budi atau
akal. Sehingga kebudayaan diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan
dengan akal. Adapun secara terminologis, terdapat beberapa definisi
mengenai kebudayaan, diantaranya, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Paul B. Horton dan Chester L Hunt, Sebagai segala sesuatu yang
dipelajari dan dialami berssama secara sosial oleh para anggota suatu
masyarakat.1
Bukan hanya faktor geografi yang membuat Indonesia memiliki banyak
budaya, namun tidak dipungkiri ada faktor sosial di dalamnya, seperti
pertemuan – pertemuan dengan budaya luar yang masuk ke Indonesia dan

1

Bambang Pranowo. Sosiologi sebuah pengantar.(Tanggerang : Laboratorium
sosiologi agama), h. 132

1

2

membentuk

kebudayaan

yang

baru

(Asimilasi).

Kemudian

juga

berkembangnya dan meluasnya agama – agama besar di Indonesia turut
mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia, sehingga mencerminkan
kebudayaan agama atau aliran tertentu. Sehingga bisa dikatakan bahwa
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya
atau tingkat heterogeenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya
dalam konteks peradaban, tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya sehingga Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lain.
Dalam Kamus Inggris – Inggris, Oxford, kebudayaan diartikan
sebagai culture yang berarti perkembangan pemikiran (mind) dan
kerohanian (spirit) sekelompok manusia, melalui latihan dan
pengalaman. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kebudayaan adalah keseluruhan ngkungan serta pengalamannya yang
menjadi pedoman tingkah laku manusia.2
Berbicara tentang berbagai macam budaya yang ada di Indonesia ternyata
sangat sedikit masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang keberadaan Suku
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, masyarakat hanya mengetahui keberadaan
dayak yang berada di Kalimantan, namun sangat wajar karena suku dayak ini
sangat berbeda dengan suku dayak yang ada di Kalimantan, mereka cenderung
ekstrim tentang pemikiran agama,ideologi,serta apa yang mereka yakini.
Jika di Kalimantan adalah Suku Dayak yang merupakan suatu etnis asli
dari Kalimantan, namun di Indramayu memiliki arti yang sangat jauh berbeda,
di Indramayu sendiri muncul kebudayaan baru ini dikarenakan pemikiran atau
ideologi dari salah seorang ketuanya yaitu Takmad Diningrat, beliau adalah
pendiri dari “Suku Dayak Hindu - Budha Bumi Segandhu” singkat cerita Suku
yang ia maksud artinya adalah kaki (tempat berpijak),dan dayak artinya diayak
(pilihan) begitu juga Hindu artinya kandungan, Budha artinya wudha

2

Andre Ata Ujan, dkk., Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan,
(Jakarta, PT Indeks, 2011), h.22

3

(telanjang) serta Bumi Segandu adalah nama tempat pertama suku ini
didirikan. Dari penjabaran itu bisa disimpulkan manusia dilahirkan dengan
keadaan telanjang dari rahim seorang wanita, maka dari itulah seorang pria
harus patuh terhadap istri dan anaknya sebagai titipin dari sang pemberi.
Menurut Coomans (1987) Istilah Dayak mempunyai konotasi
merendahkan sehingga ada yang lebih suka menamakannya dayak. Di
kalangan Dayak itu sendiri terdapat keragaman yang besar antara suku
yang satu dengan yang lainya dari sudut bahasa, kesenian, upacara upacara, arsitektur rumah dll. Namun ciri – ciri yang penting dari suku –
suku Dayak adalah bertempat tinggal di pedalaman, di teori dan di
lembah – lembah sungai, sistem pertanian berladang, mempraktekkan
mengayau di masa silam, dan agama tradisional yang menamakan
Kaharingan.3
Dayak merupakan sekumpulan masyarakat atau komunitas yang
memiliki ciri khas dan adat istiadat yang unik, seperti cara mereka berpakaian,
mencari makanan, melakukan ritual di hari tertentu, ciri khas rumah adatnya.
Namun ciri yang paling khas adalah mereka hidup di pedalaman masyarakat,
dan bekerja sebagai petani dan nelayan. Agama atau keyakinan mereka pun
adalah agama keyakinan dari nenek moyang terdahulu.
Dayak Hindu – Budha Bumi Segandu atau lebih dikenal secara
umum dengan sebutan “Dayak Losarang Indramayu” merupakan sebuah
komunitas yang memiliki kepercayaan, adat istiadat dan gaya hidup yang
unik dayak ini berasal asli dari Indramayu, Dayak indramayu adalah
nama panggilan Suku Hindu Budha Bumi Segandu yang bermukim di
kampung Krimun kecamatan Losarang kabupaten Indramayu. Aliran ini
ada semenjak tahun 1973 yang terbentuk atas prakarsa Takmad
Diningrat.4
Dulunya beliau adalah seorang guru pencak silat, namun karena
keprihatinannya atas orang – orang yang menyalah gunakan pencak silat untuk
kejahatan dan kesombongan maka beliau membentuk perkumpulan yang

3

Masri Singarimbun, Penduduk dan Perubahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), h.

258.
4

Aap, Abe, Dayak Dermay, Disesatkan MUI Tapi Disayang Warga Indramayu (The
Official Site of Desatara Foundation: Desantara.org, 2007

4

mengajarkan hidup yang bersahaja, tentang kebaikan dan tata cara hidup yang
bersahabat dengan alam atau dengan kata lain mereka menyebutnya ngaji rasa.
Perbedaan dari kebanyakan orang yang telah mengundang banyak
perhatian. Terlihat dari cara berpakai yang unik seperti : Celana kolor warna
hitam Putih, sabuk bambu bertuliskan matra – matra yang dijadikan jimat,
penutup kepala yang berbentuk kerucut, kalung yang melingkari leher dan
gelang di tangan disandangnya hingga terlihat garang. Tempat tinggalnya pun
berbaur bersama penduduk kampung Krimun.5
Dulu, pada masa penjajahan nama dayak sering digunakan sebagai kata
ejekan, ketika seorang menyimpang dari norma – norma Islam. Bahkan ikan
dan terasi busus di took pun disebut Dayak. Anjing kurus dan kurap disebut
Dayak. Dayak mempunyai arti negatif, kafir, tidak tahu aturan liar, terbelakang
dan tidak berbudaya.6
Namun Suku Dayak di Indramayu tidak ada sama sekali
hubungannya dengan dayak kalimatan, arti Dayak di indramayu
bermakna manusia bersatu dengan lingkungan alam atau menurut mereka
disebut dengan ngaji rasa. Dayak berasal dari kata ayak (nama sebuah
alat penyaring). Jadi banyak Dayak artinya orang – orang pilihan, hasil
seleksi, saringan atau ayakan alam. Dan Hindu - Budha itu pun bukan
sebuah agama. Ini yang membuat masyarkat salah paham terhadap
komunitas ini. Arti sebenarnya adalah Hindu berarti lahir dan Budha
bermakna telanjang yang bisa disimpulkan kita terlahir dari kandungan
seorang wanita dalam keadaan telanjang. Sedangkan Bumi Segandhu
adalah nama tempat tinggal.7
Masyarakat suku Dayak bekerja sebagai petani dengan cara yang masih
tergolong tradisional, menurut mereka kerja apa saja yang penting berusaha
untuk mencari makan. Keberadaan komunitas ini sudah sangat lama serta

Dikutip dari Skrispi: Saripuddin “Integrasi Sosial Suku Dayak Indramayu”,
Skripsi pada sekolah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, h. 3,
tidak diterbitkan
6
Dikutip dari Skripsi : Saripuddin “Integrasi Sosial Suku Dayak Indramayu”,
Skripsi pada sekolah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, h. 3,
tidak diterbitkan
7
Takmad Diningrat, Wawancara survey (sabtu, 18 oktober 2014).
5

5

pengikut dari aliran ini semakin lama semakin bertambah, bukan hanya
masyarakat sekitar tapi banyak dari daerah lain yang menganut ajaran pak
Takmad.
Eksistensi Dayak Indramayu tidak saja tanpa hambatan, pada tahun 2007
mereka menerima tuduhan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) menegenai
fatwa sesat Walaupun demikian eksistensi komunitas ini tetap berjalan seperti
biasa.8 Karena yang namanya komunitas apapun itu tidak terlepas dari
dukungan masyarakat sekitarnya. Hal ini di buktikan dari bagaimana aliran ini
beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Fatwa sesat yang dikeluarkan oleh MUI tidak merubah apapaun,
nyatanya aliran ini tetap ada. Walaupun sudah dikatakan sesat namun tetap
berjalan bahkan semakin banyak pengikut dari kota / daerah lainnya dan
bertambahnya dari faktor perkawinan serta kelahiran. Inilah yang menjadi
pertanyaan besar untuk penelitian, aliran atau pemikiran apa sehingga MUI
menentang serta berapa angka kelahiran per tahunnya sehingga suku dayak
Takmad diningrat semakin berkembang dan tetap eksis.
Selain mendapat fatwa sesat dari MUI Kabupaten Indramayu, Komunitas
ini juga mendapat perlakuan diskriminasi dari Dinas Kabupaten Indramayu,
mereka di diskriminasi karena komunitas ini tidak mau membuat KTP, KK dan
Akta Kelahiran sebagai identitas dan sebagai tanda penduduk Indramayu.
Sehingga mereka tidak pernah dianggap sebagai budaya Indramayu, bukan
karena hal itu saja budaya mereka dianggap menyimpang dari budaya asli
indramayu sendiri.
Semakin banyaknya persoalan yang dihadapi masyarakat maupun
komunitas tentang masalah pertumbuhan dari beberapa kelompok minoritas
maka perlu untuk mengkaji yang ada dengan bebagai alternatif. Banyak

8

Antara news, Dayak Indramayu abaikan vonis Mui, (Antara.com,2007) di
unduh tanggal 12 Oktober, Pukul 12.30 WIB

6

kelompok minoritas yang dianggap sudah hilang karena tidak adanya antisipasi
pembacaan dan pengetahuan mengenai potensi untuk bertahan dan menjaga
eksistensinya.
Dalam kasus diatas maka perlu adanya penelitian dan observasi agar
semuanya lebih mudah, maka pengamatan akan fertilitas sangat penting guna
mencari informasi tentang keberadaan komunitas serta informasi tentang
perkembangan keturunannya. Pengamatan akan adanya pendataan bisa
mencegah atau menimimalisir adanya diskriminasi sosial, dan usaha untuk
mendapat pengakuan.
Fertilitas sebagai Istilah demografi diartikan sebagai hasil repoduksi yang
nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas
ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan repoduksi manusia.
Fertilitas merupakan performan repoduksi actual dari seoarang atau
sekelompok individu, yang pada umumnya dikenakan pada seorang wanita
atau sekelompok wanita, atau bisa diartikan fertilitas adalah kemampuan –
kemampuan menghasilkan keterunan yang dikatikan dengan kesuburan
wanita.9 Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari
wanita yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia.
Menurut Easterlin tingkat fertilitas sebagiannya ditentukan oleh
karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai anak, agama, kondisi
pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama, pendapatan,
kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap
fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas.10

Jurnal Sri Yuniarti “Analisis yang berhubungan dengan Fertilitas suatu kajian
yang literatur
10
Ibid.,
9

7

Berbicara tentang fertilitas (kelahiran), fertilitas sangat dekat kaitannya
dengan yang namanya pertambahan atau pertumbuhan penduduk disuatu desa,
kota, komunitas maupun sebuah negara, yang bisa dihitung dengan data
statistic. Fertilitas merupakan salah satu upaya untuk mengetahui banyak atau
sedikitnya jumlah penduduk dalam wilayah tertentu apakah wilayah tersebut
merupakan wilayah dalam kategori cepat atau lambat dilihat dari pertumbuhan
penduduk dari segi kelahiran.
Namun penulis lebih memfokuskan dalam penelitian ini kepada jumlah
angka kelahiran anak yang hidup dan melihat kualitas anak dari kepala suku
dayak hindu budha bumi segandhu, apakah angka fertilitas keturunannya (anak
dan cucunya) merupakan salah satu faktor dari pengakuan keberadaan
komunitas ini hingga sekarang, serta bagaimana pendidikan, pekerjaan serta
bagaimana pandangan hidup anak dan cucu dari Kepala Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu dalam perkembangannya. Di tengah – tengah
kebudayaan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu tidak
mementingkan pendidikan , pekerjaan yang layak dan pandangan hidup yang
kembali lagi ke arah primitif, apakah ajaran – ajaran mereka berkembang dan
turun – temurun hingga ke anak cucu mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas,untuk merucutkan penelitian penulis
tertarik untuk mengetahui jumlah keturunan Kepala Suku Dayak losarang serta
bagaiamana gerak perkembangannya, apakah keturunannya mengikuti ajaran
yang selama ini ia kembangkan atau memilih kehidupan yang normal seperti
masyarakat pada umumnya, pembuktiaannya dapat dilihat dari data tingkat
pendidikan, pekerjaan serta pengamatan akan Pandangan hidup

anak dan

cucunya. Adapun judul penelitian ini adalah : KAJIAN FERTILITAS
KETURUNAN ASLI KEPALA SUKU DAYAK “HINDU BUDHA BUMI
SEGANDHU” DALAM PERKEMBANGANNYA

8

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat di identifikasi beberapa
masalah yang berkaitan dalam pembahasan dari suku dayak losarang atau
dayak hindu budha bumi segandu
a.

Sejarah Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu lahir dari
perenungan seorang Kepala Suku

b.

Terdapat Data fertilitas anak hidup keturunan Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu

c.

Keterkaitan fertilitas dengan perkembangan keluarga kepala Komunitas
Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terpusat atau terarah dari sasaran pokok
pembahasan penelitian, maka peneliti menfokuskan kepada pembahasan
masalah – masalah yang di batasi dalam konteks permasalahan sebagai berikut:
a.

Meniliti sejarah singkat tentang awal berdirinya Suku Dayak Hindu –
Budha Bumi Segandhu

b.

Meneliti data fertilitas anak hidup keturunan asli Kepala Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu

c.

Meneliti perkembangan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu dari data fertilitas keluarga kepala suku

9

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat
membuat dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a.

Bagaimana awal terjadinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu

b.

Bagiamana keadaan angka kelahiran (Fertilitas) keturunan hidup kepala
suku dayak losarang

c.

Bagaimana gerak perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandhu jika dilihat dari pendidikan, pekerjaan dan pandangan hidup
keturunannya (Kepala Suku Dayak Losarang)?

E. Tujuan dan Signifikansi Masalah
1.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a.

Untuk mengkaji dan menganalisis tentang sejarah komunitas Suku
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.

b.

Untuk mengetahui jumlah anak yang hidup dari kepala Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu.

c.

Untuk mendata dan menganalisis gerak perkembangan Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu dilihat dari keturunan Kepala Suku.

2.

Signifikasi penelitian
a. Manfaat teoritis
1.

Menjadi bahan referensi bagi para ilmuwan dan peneliti khususnya di
bidang ilmu pengetahuan sosial konsentrasi Sosiologi – Antropologi

2.

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam kajian Sosiologi
– Antropologi dan kebudayaan Indonesia.

10

b. Manfaat praktis
Secara praktis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.

Mejadi bahan masukan bagi para mahasiswa dan masyarakat dalam
memahami kehidupan sosial yang terjadi pada suatu kelompok
budaya atau komunitas.

2.

Bagi UIN JKT, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan tentang kebudayaan.

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Komunitas Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandhu
Pasti kita pernah mendengar kata suku dayak, suku dayak adalah suku
asli dari Kalimantan. Namun yang perlu diketahui di suatu perkampungan di
desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ada yang mengaku
dan menyebut dirinya Suku Dayak, mereka menyebutnya dengan Suku Dayak
Hindu – Budha Bumi Segandu Dermayu. Namun suku ini tidak ada kaitannya
sama sekali dengan dayak Kalimantan. Suku Dayak Losarang muncul dari
pemikiran seorang Takmad yang dulunya seorang guru silat, yang kemudian
belajar ilmu bathiniah tentang ilmu alam. Walapun penampilan mereka seperti
halnya Suku Dayak pada umumnya, mereka merupakan bagian dari Wong
Dermayu atau penduduk dayak Indramayu. Hanya saja mereka memiliki cara
pandang, kepercayan, dan berpakaian yang berebeda .
Suku Dayak Indramayu” hidup di tengah-tengah masyarakat
sekitarnya, akan tetapi dalam beberapa hal, mereka mengisolasikan diri
dari lingkungan masyarakatnya. Misalnya, untuk tempat tinggal dan
tempat peribadatan (ritual) mereka, dibentengi dengan dinding yang
cukup tinggi dan diberi ornamen lukisan-lukisan. Di dalam benteng ini
terdapat beberapa bangunan yang terdiri atas: rumah pemimpin suku,
pendopo, pesarean, pesanggrahan, dan sebuah bangunan rumah tinggal
salah seorang pemimpin suku. 1
1. Asal – Asul Kelompok Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Menurut Toto Sucipto, asal mula kelompok Suku Dayak
Indramayu ini terkait erat dengan perjalanan hidup Takmad Diningrat
(ketua komunitas Suku Dayak Losarang). Ia seseorang yang berasal dari

1

Toto Sucipto,dkk. (www.rajaebookgratis.com) diakses pada tanggal 10 September pukul

10.50

11

12

sebuah desa yang bernama desa Segandu. Menurut penuturannya, Ia
adalah seorang yatim dalam kandungan, yaitu ayahnya meninggal ketika ia
sedang dikandung oleh ibunya dalam usia kandungan 3 bulan. Ia pun
selama ini tidak mampu untuk mengikuti pendidikan formal dan tidak
pernah mengaji (belajar ilmu agama) seperti anak lain seusianya, karena
terbentur masalah biaya. Itu pula sebabnya, hingga sekarang ia tidak bisa
membaca dan menulis. Ia tidak begitu fasih berbahasa Indonesia. Ia hanya
menguasai bahasa Jawa Indramayu. Menginjak remaja, Takmad bekerja
sebagai kuli pelabuhan yang berpindah-pindah dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lain. Di beberapa tempat yang disinggahinya, ia belajar ilmu
bela diri (silat). Salah seorang guru silat yang diseganinya adalah Midun
(orang Aceh). Ketika ia kembali ke daerah asalnya di desa Segandu, ia
menyunting seorang gadis dari desa itu dan kemudian memperistrinya.
Dari hasil perkawinannya itu, mereka mempunyai 11 orang anak, terdiri
atas 3 anak wanita, dan 8 anak pria. Dari kesebelas orang anaknya, 6
diantaranya telah meninggal akibat terserang penyakit. Kini ia hidup
bersama istri dan 5 (lima) orang anak.Komunitas ini menamakan dirinya
dengan sebutan Suku dayak hindu Budha Bumi Segandu Indramayu,
berdasarkan penjelasan warga komunitas ini adalah sebuah penanaman
Suku Dayak yang memiliki arti sendiri menurut mereka2
Di desa tempat kelahirannya, ia pun kemudian mengembangkan ilmu
yang dimilikinya baik ilmu kebathinan maupun ilmu kanuragan. Semula hanya
istri dan anak-anaknya saja yang menjadi pengikutnya, akan tetapi kemudian
ada juga beberapa warga masyarakat terdekat yang menjadi anggota
perguruannya.
Tahun 1974, ia mendirikan perguruan yang mengajarkan ilmu
kanuragan dengan nama Silat Serbaguna. Pada tahun 1976 berganti nama
menjadi Jaka Utama. Beberapa tahun kemudian, perguruan ini mulai
ditinggalkan murid – muridnya karena beberapa hal, antara lain ingin
mendalami ilmu di tempat lain. Takmad sendiri tidak pernah mengikat
dan memaksa murid – muridnya untuk selalu mengikuti ajaran –
ajarannya.3
Setelah ditinggalkan murid-muridnya, Takmad memperdalam ilmunya,
khususnya ilmu kebathinannya dengan berguru pada alam, Setelah sekian lama

2

Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, 1999, h. 5,
(http//www.rajaebookgratis.com).
3

Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, 1999, h. 6,
(http//www.rajaebookgratis.com).

13

memperdalam ilmu kebathinannya, ia pun merasa mendapat pemurnian diri.
Dari hasil pengkajian ilmu kebathinannya ini, akhirnya ia menemukan falsafah
hidup tentang kebenaran yang ia yakini bersumber dari Nur Alam (cahaya
alam), yaitu bumi dan langit. Bumi dan langit ini kemudian diungkapkan dalam
bentuk simbol warna hitam dan putih pada celana kutung yang dipergunakan
dalam keseharian dan menjadi identitas mereka. Warna putih melambangkan
langit/kesucian, sedangkan warna hitam adalah lambang bumi.
Pada tahun 1990-an, Takmad mendirikan Padepokan Nyi Ratu Kembar
Jaya di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Sejak itu,
pengikutnya semakin banyak. Adapun tanah yang kini menjadi padepokan
kelompok ini adalah warisan dari mertua Pak Takmad.4
Asal mula Komunitas Suku Dayak Losarang tidak akan pernah lepas dari
seorang kepala suku komunitas ini dan tidak ada campur tangan dari
pemerintahan. Komunitas Suku Dayak Losarang muncul dari hasil pemikiran
perenungan dari Takmad, tidak ada campur tangan dari pemerintah karena
berawal dari sejarah alam guna mencari pemurnian diri dari hasil pengkajian
ilmu kebathinannya yang menjadi falsafah hidup dan identitas diri pada
komunitas ini.
2. Penanaman Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Suku Dayak Losarang atau Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu bukan sebuah suatu suku bangsa (etnik) yang biasa kita tahu suku
dayak yang berada di Kalimantan, secara visual mempunyai beberapa
kesamaan, yakni mereka (Kaum Lelaki) sama – sama tidak memakai baju dan
hanya mengenakan aksesoris berupa kalung dan gelang kayu (tangan dan
kaki).
Penyebutan Suku pada komunitas ini bukan dalam konteks terminologi
Suku Bangsa (etnik) dalam pengertian antropologis, melainkan penyebutan
istilah yang diambil dari makna kata – kata dalam bahasa daerah indramayu.

4

Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, 1999, h. 6,
(http//www.rajaebookgratis.com).

14

Adapun filosofi dari sebuah nama Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
yang mereka jabarkan dari arti perkatanya yaitu :
a.

Kata Suku artinya kaki, yang mengandung makna bahwa setiap manusia
berjalan dan berdiri diatas kaki masing – masing untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya masing – masing.

b.

Kata Dayak berasal dari kata ayak atau ngayak yang artinya memilih atau
menyaring. Makna kata dayak di sini adalah menyaring, memilah dan
memilih mana yang benar dan mana yang salah.

c.

Kata Hindu artinya kandungan atau rahim. Filosofinya adalah bahwa
setiap manusia dilahirkan dari kandungan sang ibu (perempuan).

d.

Sedangkan kata

Budha, asal dari kata wuda, yang artinya telanjang.

Makna filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
telanjang.
e.

Selanjutnya adalah kata Bumi Segandu Indramayu. Bumi mengandung
makna wujud, sedangkan segandu bermakna sekujur badan. Gabungan
kedua kata ini, yakni “ Bumi Segandu” mengandung makna filosofis
sebagai kekuatan hidup.

f.

Adapun kata Indramayu, mengandung pengertian : In maknanya adalah
inti; Darma artinya orang tua, dan kata Ayu, maknanya perempuan. Makna
filosofisnya adalah bahwa ibu (perempuan) merupakan sumber hidup,
karena dari rahimnyalah kita semua dilahirkan. Itu sebabnya mereka
sangat menghormati kaum perempuan, yang tercemin dalam ajaran dan
kehidupan mereka sehari – hari.

3.

Ritual Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu
Ritual yang dijalankan oleh anggota suku Dayak Hindu-Budha Bumi

Segandu Indramayu dilakukan pada setiap malam jumat kliwon, bertempat di
Pendopo Nyi Ratu Kembar. Beberapa puluh orang laki-laki bertelanjang dada
dan bercelana pendek putih-hitam, duduk mengelilingi kolam kecil di dalam
Pendopo. Sementara itu kaum perempuan duduk berselonjor di luar Pendopo.
Ritual diawali dengan melatunkan Kidung Alas Turi Dan Pujian Alam secara

15

bersama-sama. Salah satu bait dari Pujian Alam tersebut berbunyi sebagai
berikut:
“Ana kita ana sira,
wijile kita cukule sira
jumlae hana pira,
hana lima
Ana ne ning awale sira,
Robahna ya rohbana
Robahna ya rohbana
Robahna batin kita
Ning dunya sabarana
Benerana, jujurana
nerimana, uripana,
warasana, cukulana,
openana, bagusana” 5
Bacaan – bacaan diatas merupakan ritual yang selalu Komunitas ini
panjatkan setiap malam jumat kliwon, bacaan tersebut menggunakan bahasa
jawa Cirebon ,yang mana merupakan karangan dari filosofi pengalaman hidup
seorang kepala sukunya yaitu Takmad Diningrat, dalam bahasa indonesia
artinya :
Ada (pada) saya ada (pada) kamu, lahirnya saya tumbuhnya kamu,
jumlahnya ada berapa, Jumlahnya ada lima. Adanya di badan kita, Robahna ya
robana, rubahnya batin kita. Di dunia sabar, benar, jujur, nerima, hidup,
sembuh (sadar), tumbuh dirawat, (supaya) bagus
Melantunkan kidung dan pujian alam adalah kegiatan ritual mereka yang
dilakukan oleh setiap anggota kelompok ini sehari-hari. Kegiatan secara masal
hanya dilakukan pada setiap malam jumat kliwon.

5

Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, h. 9,
(http//www.rajabookgratis.com).

16

Selesai melantunkan kidung dan pujian alam, pemimpin kelompok,
Takmad Diningrat, Medar (menceritakan) pewayangan, tentang kisah Pendawa
lima dan guru spritual meraka, Semar. Usai paparan wayang, Takmad
memberikan petuah-petuah kepada para pengikutnya. Paparan wayang dan
petuah ini berlangsung hingga tengah malam. Usai itu, para lelaki menuju ke
sungai yang terletak di belakang benteng Padepokan. Di sungai dangkal itu
mereka berendam dalam posisi terlentang, yang muncul hanya mukanya saja.
Mereka berendam hingga matahari terbit. Ritual berendam tersebut disebut
kungkum. Siang harinya, di saat matahari sedang terik, mereka berjemur diri
yang berlangsung mulai dari sekitar jam 9 pagi sampai tengah hari, ritual
berjemur ini disebut pepe.
Setiap kebudayaan atau komunitas pasti memiliki ciri khas dan adat
istiadat masing - masing,baik dari cara mereka berpakaian, rumah adat dan
ritual – ritual yang dijalakan, seperti halnya komunitas Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu pun memiliki ritual yang dijelaskan diatas yaitu Ritual
Kungkum (Rendam) dan Pepe (Berjemur), mereka melakukan ritual seperti itu
dengan ada tujuan dan fungsinya.
Laku Kungkum atau ritual rendam berfungsi sebagai menahan rasa sabar
dari rasa dingin yang menusuk dimalam hari, dan Laku Pepe atau ritual
berjemur berfungsi untuk belajar rasa sabar dari rasa panasnya terik matahari
disiang hari
Ritual-ritual pada dasarnya adalah sebagai upaya mereka menyatukan
diri dengan alam, serta cara mereka melatih kesabaran. Semua ini dilakukan
tanpa ada paksaan. Bagi yang mampu silakan melakukannya, tapi bagi yang
tidak mampu, tidak perlu melakukan, atau lakukan semaunya saja.6

6

Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu., h. 11,
(http//www.rajabookgratis.com).

17

4. Partisipasi Kelompok Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu terhadap
Pemerintahan, Sosial, dan Politik
Komunitas Suku Dayak Losarang tidak mau untuk terikat dengan aturanaturan formal, terbukti dari keengganan mereka membuat Kartu Tanda
Penduduk (KTP). Padahal kepemilikan KTP dan identitas kependudukan atau
kewarganegaraan adalah hak sipil bagi semua warga negara yang telah cukup
umur. Salah satu penyebab keengganan warga kelopok ini untuk memenuhi
hak sipil mereka adalah karena adanya keharusan mengisi kolom
agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam format KTP,
sementara mereka tidak mengikatkan diri pada salah satu agama maupun
organisasi kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sikap komunitas ini bersikap demikian karena selama perjalanan
hidup ketua Sukunya banyak mengalami penderitaan, kesengsaraan, dan
kemiskinan. Komunitas ini merasa kecewa dengan sikap dan perilaku para
pemimpin pemerintahan, para politisi dan pemimpin partai, serta para
penganut agama yang menurut pandangannya sudah banyak menyimpang
dari hukum formal maupun ajaran-ajaran agamanya. Akibat dari rasa
kecewa ini, memutuskan untuk tidak mengikatkan diri dengan segala
peraturan pemerintahan, maupun peraturan agama manapun. yang
berprinsip bahwa kebaikan dan kebenaran tidak bisa dipaksakan,
melainkan datang dari diri sendiri masing-masing orang. Oleh sebab itu,
Takmad dan pengikutnya, tidak mau menjadi umat atau penganut dari
salah satu agama besar yang ada di Indonesia.7
Di samping itu, merekapun tidak mau mengikatkan diri dengan salah satu
kelompok, golongan, maupun partai politik. Itu pula sebabnya, ketika negara
ini tengah melangsungkan pesta demokrasi pemilihan umum, baik pemilu
legislatif maupun pemilihan presiden, mereka memutuskan untuk tidak
memilih salah satu kandidat maupun partai, dan mereka lebih memilih untuk
tidak menggunakan hak pilihnya.
Dalam hal hubungan kemasyarakatan, mereka biasa bergaul dengan
warga masyarakat sekitar walaupun sangat terbatas, karena penampilan
keseharian mereka yang sangat berbeda dengan warga masyarakat lainnya.

7

Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku
11,(http//www.rajabookgratis.com).

Dayak

Bumi Segandu

Indramayu.,h

18

Warga masyarakat sekitar mereka dalam keseharian biasa mengenakan baju
kemeja atau kaos oblong (nglambi), sedangkan warga komunitas Suku Dayak
Losarang hanya bertelanjang dada (blegiran).
Keterbatasan mereka dalam hubungan kemasyarakatan ditandai dengan
tidak aktifnya mereka berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong kerja bakti
yang biasanya diarahkan oleh aparat desa melalui pengurus daerah (RW)
setempat. Untuk kegiatan-kegiatan seperti ini mereka biasanya mengabaikan.
B. Definisi Fertilitas
Kelahiran atau Fertilitas merupakan salah satu indikator, kualitas
penduduk, karena indikator – indikator kelahiran ini sangat berguna untuk
menentukan kebijakan dan perencanaan program pembangunan sosial terutama
kesejahteraan ibu dan anak.8
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain
fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas,
sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan
lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya
berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda
kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain
sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai
oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka
disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap
sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
adalah kelahiran (fertilitas) yang bersifat menambah jumlah penduduk.
8

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Indramayu Tahun 2004., Hal 46.

19

Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan
kesuburan wanita (fekunditas).9
Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita
yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di
beberapa masyarakat yang dapat dikatakan semua wanita kawin dan ada
tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan untuk mempunyai anak,
hanya sekitar satu atau dua persen saja dari mereka yang telah menjalani
perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang wanita
dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang
bayi.
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran
mortalitas (kematian) karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi
dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas
ini karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan
kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Seseorang
yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang
tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita
yang telah melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari
perempuan tersebut menurun.10
Persepsi nilai terhadap anak akan mempengaruhi keputusan orang tua untuk
menentukan jumlah anak yang diinginkan. Banyak manfaat yang bisa diperoleh
orang tua dengan adanya kehadiran anak dalam keluarga, diantaranya adalah
manfaat secara ekonomi, bio-fisiologis, emosional dan spiritual. Persepsi tentang
nilai anak dari segi bio-fisiologis adalah kehadiran anak merupakan sebagai
penerus keturunan keluarga dan dapat membuktikan bahwa seseorang itu subur.
Untuk persepsi tentang nilai anak dari segi emosional yaitu kehadiran anak dapat
mendatangkan suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi orang tuanya
serta dapat menghilangkan rasa sepi yang selama ini telah dialami.

9

Jurnal Sri Yuniarti, Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Fertilitas Suatu Kajian
Literatur, h. 3
10
Ida Bagus Mantra, Demografi Umum, Edisi kedua ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset,
2013), hal 145.

20

Persepsi tentang nilai anak jika dilihat dari segi spiritual adalah anak
diharapkan bisa mendoakan orang tua dan menjadi anak yang taat pada agama.
Menurut Robinson (2000) ada tiga macam kegunaan anak, yaitu: 1) sebagai suatu
barang konsumsi, misalnya sebagai sumber hiburan, 2) sebagai suatu sarana
produksi, yakni anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu yang
menambah pendapatan keluarga, 3) sebagai sumber ketenteraman, baik pada hari
tua maupun sebaliknya. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi fertilitas, diantaranya pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, umur kawin pertama, persepsi nilai anak, kematian bayi/balita dan
unmet need 11

C. Faktor – Faktor Fertilitas
Ada beragam faktor yang mempengaruhi dan menentukan fertilitas baik
yang berupa faktor demografi maupun faktor non-demografi. Yang berupa
faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, umur perkawinan, lama
perkawinan, paritas, distrupsi perkawinan dan proporsi yang kawin sedangkan
faktor non-demografi dapat berupa faktor sosial, ekonomi maupun psikologi.

1. Teori Sosiologi tentang Fertilitas (Davis dan Blake: Variabel Antara)
Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin sosiologi.
Sebelum disiplin lain membahas secara sistematis tentang fertilitas, kajian
sosiologis tentang fertilitas sudah lebih dahulu dimulai. Sudah amat lama
kependudukan menjadi salah satu sub-bidang sosiologi. Sebagian besar analisa
kependudukan (selain demografi formal) sesungguhnya merupakan analisis
sosiologis. Davis and Blake (1956), Freedman (1962)