CERMIN KEARIFAN LOKAL DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU.
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA
KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
SKRIPSI
diajukan guna memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sastra
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Syamsiyatul Mila
NIM 1003161
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL DALAM
PUJI-PUJIAN
RITUAL
NGAJI RASA
PADA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU
INDRAMAYU
Oleh Syamsiyatul Mila
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
© Syamsiyatul Mila 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
(3)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(4)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
(5)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN RITUAL NGAJI RASA
PADA KOMUNITAS SUKU DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Syamsiyatul Mila 1003161
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pro dan kontra terhadap keberadaan komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu (SDHBBSI) di lingkungan masyarakat Indramayu yang dianggap sesat. Walaupun keberadaan komunitas SDHBBSI dipandang sebelah mata, tetapi komunitas ini memiliki anggota yang bertambah sedikit demi sedikit. Selain itu, mereka memiliki nilai budaya yang luhur. Nilai-nilai tersebut tercermin pada
larikpuji-pujian ritual Ngaji Rasa yang diadakan setiap malam Jumat Kliwon sebagai salah
satu bentuk sembahyang.Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) struktur teks, (2) referensi leksikon, dan (3) nilai-nilai kearifan lokal.Untuk menunjang penelitian ini digunakan pendekatan antropolinguistik dengan metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif-kualitatif dan model pendekatan etnografi komunikasi. Sumber data dalam penelitian ini difokuskan kepada penutur puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan dan wawancara tidak berstruktur. Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, melakukan analisis struktur teks dan referensi leksikon, serta mengungkap nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalam puji-pujian ritual Ngaji Rasa.Sesuai dengan analisis yang tercantum di rumusan masalah yang pertama, dalam analisis struktur teks dibagi menjadi analisis formula sintaksis, pemilihan diksi yang khas, dan pengulangan diksi yang memberikan efek kekuatan pada puji-pujian seperti repetisi anafora, efistrofa, anaforamesodiplosis, anadiplosis, dan tautotes. Selain itu, adanya isotopi-isotopi yang mengerucut pada isotopi manusia, alam, arah, bilangan, letak, aktivitas, gagasan, kekuatan, permohonan, dan penghormatan.
Kedua, referensi leksikon dapat dikategorikan menjadi tujuh referensi yang
memiliki makna bersama: (1) leksikon permohonan, (2) leksikon ketuhanan, (3) leksikon alam, (4) leksikon kekerabatan, (5) leksikon tempat, (6) leksikon aktivitas, dan (7) leksikon nasihat. Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam puji-pujian ritual Ngaji Rasa pada komunitas SDHBBSI yang disesuaikan dengan pandangan hidup orang Jawa, yakni mikrokosmos dan makrokosmos. Dalam bagian ini dibagi menjadi tiga bentuk nilai kearifan lokal, yaitu cermin nilai-nilai kearifan lokal hubungan manusia dengan Tuhan,
(6)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan manusia yang di dalamnya terdapat nilai yang harmoni.
DESCRIPTION OF LOCAL WISDOM IN PUJI-PUJIAN NGAJI RASA RITUAL
IN SDHBBSI COMMUNITY
Syamsiyatul Mila 1003161
ABSTRACT
The background of the research was a pro and contra about community of Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu (SDHBBSI), in Indramayu environment SDHBBSI is said deviate. Although , people underestimate this community but this community added their members. Besides, SDHBSSI community has high culture values. The values can be seen from puji-pujian ritual lines Ngaji Rasa which held on every Kliwon Friday night as one of prays. There were three research questions of this research, they were 1) text structure, 2) lexicon reference, and 3) local values. The research used antropolinguistics approach with qualitative descriptive method andethnoghrapy communication approach. The participants of the research focused on puji-pujian speaker in Ngaji
Rasa ritual. Collecting data of the research used participant observation and
unstructured interview. Analyzing data of the research used four steps, they were collecting data, analyzing text structure, lexicon reference, and analyzing local values in puji-pujian Ngaji Rasa ritual. Text structure, lexicon reference, and local wisdom from the research of puji-pujian in Ngaji Rasa ritual based on analysis of problems of the research. Firstly, text structure was analyzed based on sintaxis, selecting diction which were found that there was specific diction and repetition which gave power effect to puji-pujian such as anafora repetition, efistrofa, anaforamesodiplosis, anadiplosis, and tautotes. Besides, ther were some isotopi that found such as human isotopi, nature, direction, numbers, places, activity, point of view, power, hope, and honor. Secondly, lexicon reference can be categorized into seven references, they were 1) hope lexicon, 2) god lexicon, 3) nature lexicon 4) relatives lexicon, 5) place lexicon , 6) acitivity lexicon, 7) advice lexicon. Thirdly, local wisdom inpuji-pujian Ngaji Rasa ritual in SDHBSSI community which was based on javanese people life point of view, they were microcsomos and macrocosmos. Microcosmos and macrocosmos were divided
(7)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
into three local wisdom, they were relationship between human and god, relationship between human and nature, and relationship between human and human which have harmony values.
(8)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.MasalahPenelitian ... 3
1. Identifikasi Masalah ... 3
2. Batasan Masalah... 4
3. Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian... 4
D.Manfaat Penelitian... 5
1. Manfaat Teoretis ... 5
2. Manfaat Praktis ... 5
E.Struktur Organisasi Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, ANTROPOLINGUISTIK, KEARIFAN LOKAL, DAN SUKU DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU A. Kajian Pustaka ... 7
(9)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. LandasanTeoretis ... 10
1. Antropolinguistik ... 10
2. Pandangan Hidup Orang Jawa ... 13
3. Puji-pujian... 15
4. Struktur Teks ... 16
5. Referensi Leksikon... 21
6. KearifanLokal ... 22
7. ProfilSuku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 25
B. Desain Penelitian ... 25
C. LokasiPenelitian ... 27
D. Definisi Operasional ... 27
E. Sumber Data dan Korpus ... 27
F. Instrumen Penelitian ... 28
G. Prosedur Penelitian ... 29
H. Teknik Pengumpulan Data ... 31
I. Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Struktur teks puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas SDHBBSI ... 33
1. Formula Sintaksis Puji-pujian Ana Kita Ana Sira ... 33
2. Diksi Puji-pujian Ana Kita Ana Sira ... 53
3. Tema Puji-pujian Ana Kita Ana Sira ... 61
(10)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Diksi Puji-pujian Pujian Alam Segandu ... 82
3. Tema Puji-pujian Pujian Alam Segandu... 90
1. Formula Sintaksis Puji-pujian Anak Kembar Jaya ... 96
2. Diksi Puji-pujian Anak Kembar Jaya ... 108
3. Tema Puji-pujian Anak Kembar Jaya ... 115
B. Referensi Leksikon puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas SDHBBSI ... 122
C. Cermin Kearifan Lokal puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas SDHBBSI ... 132
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan... 147
B.Saran ... 148
DAFTAR PUSTAKA ... 150
LAMPIRAN ... 153 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(11)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kebudayaan lahir, tumbuh, dan berkembang dalam masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri yang meliputi kepercayaan, adat-istiadat, kesenian, dan norma-norma. Menurut Geezt (Thampson, 2004, hlm. 203-204), kebudayaan merupakan bentuk makna yang mewujud dalam bentuk simbol termasuk tindakan, ucapan, dan beragam objek makna yang tidak hanya digunakan manusia sebagai wahana komunikasi dan interaksi sosial, tetapi berfungsi sebagai wahana pengungkapan pengalaman, persepsi, konsepsi, dan keyakinan.
Suatu kebudayaan merupakan ciri khas dari masyarakat tertentu, salah satu unsur penting yang paling membedakan suatu kebudayaan adalah bahasa. Bahasa dapat mencerminkan suatu kebudayaan masyarakat tertentu dan merupakan salah satu isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia (Koentjaraningrat, 1990, hlm. 203). Sementara itu, Kridalaksana (2001, hlm. 21) berpendapat bahwa bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk digunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Melalui bahasa seseorang dapat mengungkapkan persepsi, konsepsi, dan keyakinan. Salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan persepsi, konsepsi, dan keyakinan adalah puji-pujian yang dilantunkan oleh komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu (SDHBBSI) di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten
(12)
2
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indramayu. Puji-pujian tersebut digunakan sebagai bentuk ungkapan persembahan terhadap ajaran yang dianut.
Sebagai komunitas budaya, komunitas SDHBBSI ini cukup menimbulkan pro dan kontra atas keberadaannya yang muncul sejak tahun 1970-an. Komunitas SDHBBSI ini bukanlah suatu komunitas suku Dayak yang berada di Kalimantan, melainkan sebuah nama yang mengandung filosofis sebagai falsafah hidup yang dianutnya. Berbicara falsafah hidup yang dianut oleh komunitas SDHBBSI, akan terasa bahwa nilai-nilainya tidaklah umum bila dibandingkan dengan nilai-nilai yang dipercayai oleh masyarakat kebanyakan. Komunitas ini tidak memercayai pemerintah. Keyakinan ini muncul karena kekecewaannya melihat kehidupan sosial dan lingkungan hidup yang dinilainya tidak pernah mengalami perbaikan. Oleh karena itu, komunitas ini lebih memilih untuk berupaya mendekatkan diri dengan alam danbertujuan untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dari pada memercayai pemerintahan (Pikiran Rakyat, 29 Maret 2014, hlm. 16).
Selain itu, Kasim (2013, hlm. 139) menjelaskan bahwa ada beberapa filsafat kehidupan yang mereka terapkan seperti Ngaji Rasaterhadap alam semesta (menyatukan diri dengan alam), tidak makan daging (vegetarian), dan mengagungkan kaum perempuan sebagai pengejawantahan Ibu Ratu. Adapun beberapa ritual Ngaji Rasayang mereka jalankan, yakni pepe (berjemur di bawah teriknya matahari), kungkum (berendam dalam air sungai sampai sebatas leher), dan melakukan ritual yang dilakukan setiap malam Jumat Kliwon. Dalam ritual tersebut, ada tiga tahapan yang dilakukan seperti melantukan puji-pujian, kidungan, dan pewayangan lakon pandawa lima menggunakan bahasa Jawa.
Puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa ini terdiri atastiga judul puji-pujian,
yakni puji-pujian Ana Kita Ana Sira, uji-pujian Alam Segandhu, dan uji-pujian
(13)
3
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ngaji Rasa dan biasanya dilantunkan dengan irama yang sama dengan suasana
yang sangat khusyu. Puji-pujian ini merupakan bentuk bahasa yang hidup dalam komunitas SDHBBSI yang membuktikan bahwa bahasa dan budaya memiliki suatu keterkaitan. Puji-pujian ini menggambarkan adanya nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Salah satu contoh larik yang menunjukkan adanya bentuk nilai-nilai kearifan lokal dalam puji-pujian ritual Ngaji Rasa adalah
Ana kita ana sira dan Wijile kita tukule sira (Ada saya ada kamu, lahirnya saya
tumbuhnya kamu). Dalam penggalan tersebut tersirat suatu nilai kearifan lokal yang memperlihatkan adanya hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam
puji-pujian tersebut terkandung nilai yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan
tekad anggotanya untuk terus menjalankan nilai-nilai tersebut di tengah bergulirnya pro dan kontra terhadap ajaran yang dianut oleh komunitas SDHBBI.
Berdasarkan pandangan di atas, penelitian ini menjadi penting karena berkaitan dengan pewarisan pengetahuan lokal tentang semua konsep harmoni seperti yang telah dipaparkan di atas. Penelitian ini akan menggunakan kajian antropolinguistik. Antropolinguistik muncul sebagai kajian untuk mengungkap hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan dilihat dari segi kebahasaannya. Penelitian tentang kebudayaan sering dikaitkan dengan antropologi. Namun, antropolinguistik menawarkan pengkajian budaya dengan data utamanya yaitu bahasa. Melalui studi antropolinguistik, ada beberapa hal penting yang dapat diungkap berkenaan dengan leksikon-leksikon yang terkandung dalam puji-pujian ritual Ngaji Rasa SDHBBI. Leksikon-leksikon dalam puji-pujian itulah yang menjadikan topik ini menarik dan penting untuk di teliti.
(14)
4
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. MasalahPenelitian
Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan masalah penelitian yang meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Walaupun timbul sikap pro dan kontra dari masyarakat luar terhadap ajaran yang dianut, penutur puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu sedikit demi sedikit bertambah.
2) Nilai-nilai budaya yang terdapat pada puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dipandang sebelah mata karena ajarannya dianggap sesat, padahal di dalamnya terdapat nilai-nilai yang luhur.
2. Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa aspek berikut.
1) Penggunaan puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu yang menjadi fokus penelitian ini adalah di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
2) Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan dan menganalisis struktur teks puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, referensi leksikon, dan mengungkapkan nilai-nilai
(15)
5
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kearifan lokal yang terkandung dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
3) Sumber data diperoleh dari para penutur puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana struktur teks yang terdapat pada puji-pujian dalam ritual Ngaji
Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu?
2) Bagaimana referensi leksikon yang terdapat pada puji-pujian dalam ritual
Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu?
3) Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam puji-pujian ritual
Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hal-hal sebagai berikut:
1) struktur teks yang terdapat pada puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu;
2) referensi leksikon yang terdapat pada puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu;
3) nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam puji-pujian ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
(16)
6
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a) dapat memperkaya kajian bahasa yang terkandung pada puji-pujian yang terkandung dalam puji-pujian ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, khususnya pada kajian antropolinguistik; b) dapat memberikan referensi bagi para pengkaji bahasa dan budaya,
khususnya referensi tentang leksikon puji-pujian ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
2) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini.
a) Masyarakat diharapkan dapat memilah dan mengambil nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menjadi masyarakat yang saling menghargai kebudayaan masyarakat lain.
b) Pemerintah diharapkan dapat memberikan kebijakan atas keberadaan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu seiring bergulirnya pro dan kontra agar terjalinnya hubungan yang harmonis antara Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dengan seluruh kalangan masyarakat Indramayu.
E. Struktur Organisasi Penelitian
Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai struktur organisasi penelitian terhadap puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Hasil penelitian terdiri atas lima bab. Dalam bab I diuraikan secara berurutan, yaitu (1) latar belakang penelitian, (2) masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penelitian.
(17)
7
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah itu, pada bab II diuraikan teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu (1) Antropolinguistik, (2) Pandangan Hidup Orang Jawa, (3) Puji-pujian, (4) Struktur Teks, (5) Leksikon, (6) Kearifan Lokal, dan (7) Profil Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu.
Adapun dalam bab III diuraikan (1) metode penelitian, (2) desain penelitian, (3) lokasi penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data. Selanjutnya, dalam bab IV dipaparkan (1) struktur teks puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa (2) referensi leksikon, dan (3) nilai-nilai kearifan lokal. Terakhir, laporan ini ditutup pada bab V yang berisi (1) simpulan dan (2) saran.
(18)
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian mengenai puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas SDHBBSI ini menggabungkan dua unsur, yaitu budaya dan bahasa. Penelitian ini melibatkan dua disiplin ilmu yang saling berkesinambungan, yaitu linguistik antropologi (anthropological linguistics) dan antropologi linguistik (linguistic
anthropology). Dalam penelitian ini akan diungkap nilai-nilai kearifan lokal yang
terkandung dalam isi puji-pujian. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik dengan metode etnografi komunikasi.
Metode etnografi komunikasi yang diperkenalkan pertama kali oleh Hymes (Kuswarno, 2008, hlm. 11) menyebutkan bahwa yang menjadi kerangka acuan untuk memberikan tempat bahasa dalam suatu kebudayaan haruslah difokuskan pada komunikasi bukan pada bahasa. Untuk memperjelas pendapat yang diperkenalkan oleh Hymes tersebut, Kuswarno (2008, hlm. 18) menjelaskan bahwa etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial. Ketiga keterampilan ini terdapat dari keterampilan linguistik, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya.
Selain metode etnografi komunikasi, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode dengan cara menguraikan sekaligus menganalisis untuk mendapatkan makna secara maksimal (Ratna, 2010, hlm. 336).
B. Desain Penelitian
Pada bagian ini digambarkan desain penelitian dalam bentuk bagan berikut (adaptasi model Miles dan Huberman, 1992, hlm. 20):
(19)
26
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagan Desain Penelitian
Cermin Kearifan Lokal dalam Puji-pujian pada Ritual Ngaji Rasa Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi partisipan dan teknik wawancara.
Data dan Sumber Data
1) Data: Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data lisan
puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu Indramayu.
2) Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini akan difokuskan pada
puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu Indramayu.
Penganalisisan data
1) Struktur teks puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu
2) Referensi leksikon puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
3) Nilai-nilai kearifan lokal puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
(20)
27
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan komunitas SDHBBSI yaitu di Desa Krimun, Blok Tanggul, Rt. 13, Rw. 03, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena merupakan komunitas terbatas yang berusaha memunculkan dan menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang dimilikinya.
D. Definisi Operasional
Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan beberapa definisi operasinal dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
1) Puji-pujian ritual Ngaji Rasa adalah pernyataan yang berisi doa-doa, ajaran,
dan nasihat yang dilantunkan dengan irama tertentu sebagai bentuk sembahyang dalam sebuah ritual yang dinamakan ritual Ngaji Rasa yang dilakukan setiap malam Jumat Kliwon dan dianggap sakral oleh penuturnya. Dalam konteks SDHBBSI pujian berbeda dengan kidung karena irama dalam melantunkannya berbeda.
2) Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu merupakan komunitas yang tidak mengikat diri pada salah satu agama atau kepercayaan. Komunitas yang menamakan diri Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu tidak ada hubungannya dengan suku dalam artian etnis, tidak juga berkaitan dengan Suku Dayak di Kalimantan, dan tidak ada hubungannya dengan agama
Simpulan
Cermin Kearifan Lokal Puji-pujian dalam Ritual Ngaji Rasa Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
(21)
28
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hindu dan Budha, melainkan nama komunitas tersebut sebagai falsafah hidup dan pedoman seluruh anggotanya.
3) Cermin kearifan lokal merupakan pandangan kolektif para anggota SDHBBSI tentang nilai-nilai dan konsep harmoni yang terkandung dalam puji-pujian ritual Ngaji Rasa yang dipertahankan dan diwariskan sebagai pedoman hidup anggota SDHBBSI.
E. Sumber Data dan Korpus
Sumber data penelitian ini meliputi puji-pujian pada ritual Ngaji Rasa dalam komunitas SDHBBSI. Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur
puji-pujian ritual Ngaji Rasa SDHBBSI yang bernama Bapak Rusdi. Penutur
berasal dari Desa Parean, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Namun, penutur berkegiatan sehari-hari di padepokan SDHBBSI yang berada di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
Pemilihan Bapak Rusdi sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan oleh beberapa hal. Pertama, Bapak Rusdi adalah orang yang dipercaya oleh Bapak Takmad selaku pendiri komunitas SDHBBSI sebagai anggota yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Kedua, Bapak Rusdi adalah penutur yang masih aktif melantunkan puji-pujian ritual Ngaji Rasa. Ketiga, Bapak Rusdi melakukan kegiatan sehari-hari dan sering menetap di padepokan SDHBBSI ini yang berdekatan dengan lingkungan padat penduduk lain.
Data dalam penelitian ini adalah data lisan dari penutur puji-pujian ritual
Ngaji Rasa. Data lisan puji-pujian ritual Ngaji Rasa yang dimaksud adalah semua
teks puji-pujian ritual Ngaji Rasa yang dituturkan oleh penutur. Data-data ini akan dianalisis agar diperoleh struktur teks pujian, dan nilai-nilai kearifan lokal yang
(22)
29
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terkandung dalam pujian tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini adalah penelitian antropolinguistik yang didasari dua disiplin ilmu, yaitu linguistik dan antropologi.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah konsep
human instrument yang berarti bahwa peneliti terjun langsung ke lingkungan
masyarakat yang diteliti dan ikut berbaur menjadi masyarakat yang diteliti. Dalam melakukan pengamatan atau wawancara tidak berstruktur terhadap informan, peneliti mempersiapkan pertanyaan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Pedoman yang digunakan adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara.
1. Pedoman Observasi
Observasi merupakan tahap awal suatu penelitian yang menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis semua data (Ratna, 2010, hlm. 217). Peneliti melakukan observasi ke lapangan untuk mencari data leksikon puji-pujian ritual
Ngaji Rasa SDHBBSI dengan mendatangi lokasi penelitiandan peneliti.
Pedoman Observasi
(1) Peristiwa yang diobservasi: Cermin Kearifan Lokal Puji-pujian dalam Ritual
Ngaji Rasa Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu
(2) Lokasi observasi: Lingkungan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu Desa Krimun, Blok Tanggul, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.
(3) Penggunaan puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
(23)
30
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(4) Penggunaan leksikon yang terdapat pada puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
(5) Catatan khusus/lain-lain
2. Pedoman Wawancara
Instrumen yang digunakan dalam metode wawancara ini adalah pedoman wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti mencatat dan merekam informasi yang didapat dari responden. Media yang digunakan pada saat melakukan wawancara adalah telepon genggam (handphone).
(24)
31
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 Puji-pujian Ritual Ngaji Rasa
Komunitas SDHBBSI
1) Bagaimana sejarah ritual Ngaji
Rasa?
2) Kapan waktu berlangsungnya ritual Ngaji Rasa?
3) Bagaimana alur pelaksanaan ritual Ngaji Rasa?
4) Siapa saja yang terlibat dalam ritua Ngaji Rasa?
2 Leksikon-leksikon yang
mencerminkan adanya hubungan dengan alam dan manusia
1) Apa yang diketahui tentang leksikon yang terdapat pada
puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa
Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu?
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dalam pengumpulan data. Teknik yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah teknik observasi partisipan dan wawancara tidak berstruktur. Berikut pemaparan lebih lengkap mengenai teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini.
1. Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat yang akan ditelitinya (Kuswarno, 2008, hlm. 49). Dalam melakukan observasi partisipan, peneliti mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan. Observasi partisipan ini dilakukan agar peneliti dapat memahami segala hal yang terdapat dalam kegiatan tersebut dan mendapatkan informasi langsung bagaimana
(25)
32
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bentuk tuturan yang digunakan dalam kegiatan yang dilakukan di tempat penelitian.
Menurut Kuswarno (2008, hlm. 50) pada teknik obervasi partisipan, peneliti tidak melulu mengambil perspektif outsider, tetapi gabungan antara
outsider (orang yang berada di luar budaya tersebut) dan insider (orang yang
berperan menjalani budaya tersebut) dengan mengkombinasikan obervasi dan pengetahuan sendiri. Peneliti dapat terlibat mengungkap puji-pujian ritual Ngaji
Rasa SDHBBSI dengan ikut berinteraksi dengan informan.
2. Wawancara Tidak Berstruktur
Wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam adalah wawancara yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki alternatif respon yang ditentukan sebelumnya (Kuswarno, 2008, hlm. 54). Pertanyaan-pertanyaan dimasukkan pada hal-hal yang natural dalam arus pembicaraan sehingga terciptalah wawancara yang terbuka (open-ended) sehingga memungkinkan informan memberikan jawaban yang lebih bebas.
Kuswarno (2008, hlm. 56) menyimpulkan bahwa wawancara tidak berstuktur atau wawancara mendalam baik dilakukan dalam suasana yang akrab dan informal. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti menggunakan telepon genggam (handphone) untuk merekam puji-pujian ritual Ngaji Rasa SDHBBSI yang dilantunkan.
H. Teknik Analisis Data
Data-data yang didapat dari hasil pengumpulan data akan dianalisis melalui beberapa tahapan meliputi transkripsi data, terjemahan data, pengklasifikasian data, dan analisis data. Transkripsi data digunakan untuk menyalin tuturan puji-pujian lisan ke dalam bentuk tulisan yang kemudian
(26)
33
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan terjemahan data. Terjemahan data dilakukan untuk menerjemahkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia sehingga mempermudah dalam melakukan pengolahan data ketahap berikutnya. Setelah itu, dilakukan analisis data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terangkum dalam rumusan masalah yang kemudian disimpulkan menjadi hasil atau simpulan penelitian yang telah dilakukan.
Pada tahap analisis data, langkah pertama yang dilakukan adalah mentranskripsikan hasil rekaman puji-pujian. Lirik puji-pujian akan dianalisis menggunakan model analisis bentuk, fungsi, dan makna (Ratna, 2010, hlm. 346). Model analisis bentuk, fungsi, dan makna ini meliputi bentuk (form), arti (meaning), manfaat (use), dan fungsi (function). Analisis bentuk lirik puji-pujian meliputi formula sintaksis, diksi, dan tema. Selain itu, analisis manfaat dan fungsi akan digunakan untuk menjawab referensi leksikon yang terkandung dalam
puji-pujian ritual Ngaji Rasa. Selanjutnya, untuk mengetahui cermin kearifan lokal
yang digunakan yakni berkaitan dengan bagaimana konsepsi-konsepsi pola pikir dan pandangan hidup orang Jawa terhadap kalimat-kalimat dalam teks
(27)
[Type text] Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan persepsi, konsepsi, dan keyakinan adalah puji-pujian seperti yang dilantunkan oleh komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu (SDHBBSI) di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
Puji-pujian tersebut digunakan sebagai bentuk ungkapan persembahan terhadap ajaran
yang dianut. Sebagai komunitas budaya, komunitas SDHBBSI ini cukup menimbulkan pro dan kontra atas keberadaannya yang muncul sejak tahun 1970-an. Komunitas SDHBBSI ini bukanlah suatu komunitas suku Dayak yang berada di Kalimantan, melainkan sebuah nama yang mengandung filosofis sebagai falsafah hidup yang dianutnya.
Puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa ini terdiri atas tiga judul puji-pujian,
yaitu puji-pujian Ana Kita Ana Sira, uji-pujian Alam Segandhu, dan uji-pujian
Anak Kembar Jaya. Puji-pujian tersebut dilantunkan sebagai pembuka ritual Ngaji Rasa dan biasanya dilantunkan dengan irama yang sama dengan suasana
yang sangat khusyu. Puji-pujian ini merupakan bentuk bahasa yang hidup dalam komunitas SDHBBSI yang membuktikan bahwa bahasa dan budaya memiliki suatu keterkaitan. Puji-pujian ini menggambarkan adanya nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Puji-pujian ini dianalisis berdasarkan hal sebagai berikut.
1. Struktur teks puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa pada Komunitas Dayak Bumi Segandu Indramayu dihasilkan analisis formula sintaksis, pemilihan diksi dengan adanya pengulangan yang sangat kental dalam puji-pujian
(28)
148
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diantaranya pengulangan atau repetisi anaforamesodiplosis, efistrofis, anafora, tautotes, dan anadiplosis. Adapun penemuan isotopi-isotopi dalam puji-pujian tersebut yaitu isotopi manusia, arah, bilangan, letak, permohonan, alam, gagasan, aktifitas, kekuatan, permohonan, dan penghormatan. Isotopi-isotopi tersebut menghasilkan motif yang menjelaskan tema-tema puji-pujian. Dalam
puji-pujian tersebut tema yang kuat adalah mengenai pesan, nasihat dan ajaran
orang tua, isi seputar sejarah Indramayu, serta penghormatan tertinggi komunitas SDHBBSI terhadap sosok perempuan.
2. Referensi leksikon puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa pada Komunitas Dayak Bumi Segandu Indramayu menunjukkan adanya makna bersama. Dalam referensi leksikon puji-pujian terdapat beberapa referensi leksikon, yaitu permohonan, ketuhanan, alam, kekerabatan, tempat, aktifitas, dan nasihat.
3. Cermin kearifan lokal puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa pada Komunitas Dayak Bumi Segandu Indramayu sesuai dengan pandangan hidup orang jawa yang disebut dengan hubungan mikrokosmos dan makrokosmos. Dalam pencerminan nilai kearifan lokal dalam puji-pujian ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni cermin nilai kearifan lokal hubungan manusia dengan Tuhan, cermin nilai kearifan lokal hubungan manusia dengan alam, dan cermin nilai kearifan lokal manusia dengan manusia. Ketiga cerminan nilai kearifan lokal tersebut mencerminkan adanya harmoni dan keselarasan sesuai dengan pandangan hidup orang Jawa.
(29)
149
Syamsiyatul Mila, 2014
CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut.
1) Penelitian ini bisa dijadikan referensi bacaan dan penambah wawasan bagi para civitas akademika, serta mengenal dan mengetahui kebudayaan tradisional masyarakat Jawa.
2) Dalam penelitian ini, puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas SDHBBSI perlu diletiti untuk mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat dan nilai-nilai luhur yang dilihat dari segi bahasanya. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian serupa yang meneliti puji-pujian khususnya puji-pujian yang belum diteliti oleh peneliti. Selain itu, adapun kidungan yang terdapat dalam ritual Ngaji Rasa ini juga dapat diteliti untuk mengisi rumpang dalam penelitian ini.
(30)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ashar, Muhammad. (2014, 29 Maret). Lahir Karena Kecewa Atas Kondisi Sosial.
Pikiran Rakyat, hlm, 16.
Badrun. Ahmad. (2003). Patu Mbojo: Struktur, Konteks Pertunjukan, Proses
Penciptaan, dan Fungsi. (Disertasi). Program Doktor, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Duranti, Alessandro. (2002). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS.
Herusatoto, Budiono. (1984). Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.
Hidayatullah & Sari. (2012). “Pupujian Azan dalam Bahasa Jawa: Kajian Etnolinguistik di Desa Cipancuh, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten
Indramayu.” Makalah pada Seminar Internasional Bahasa Ibu, Balai Bahasa,
Jawa Barat, Bandung.
Kasim, Supali. (2013). Nilai-nilai Historis, Estetis, dan Transendental. Yogyakarta: Poestakadjati.
Keraf, Gorys. (1988). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
(31)
151
Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kuswarno, Engkus. (2011). Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjajaran. Miles, M.B.&Huberman, M. (1984).Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of
New Methods. London: Sage Publications.
Musyahadah, Alef, dan Sudrajat. (2008). “Hukum In Concreto dalam Kebebasan
Beragama dan Berkeyakinan.” (Artikel Ilmiah). Purwokerto: Universitas Jendral Sudirman.
Octaviani, Candra Dewi. (2012). “Komunikasi Ritual Rendaman Suku Dayak
Indramayu di Kabupaten Indramayu (Studi Etnografi Komunikasi).”
(Skripsi). Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
Pateda, Mansoer. (1990). Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa. Patoni, Muhammad. (2014). “Nilai Religius dalam Pupujian Pepeling: Kajian
Linguistik Antropologis di Kampung Cijengkol, Kabupaten Bandung Barat. Dalam M. Fasya & M. Zifana (Penyunting), Prosiding Seminar Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia (hlm. 432-435). Bandung: UPI Press.
Prawiroatmojo, S. (1981). Bausastra Jawa-Indo Jilid I. Jakarta: Gunung Agung. Rachmawati, Tri Utami. (2012). “Perilaku Suku Dayak Indramayu dalam
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut.” (Skripsi). Bandung: Universitas Padjajaran.
Ramlan, M. (2005). Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan
Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusyana, Yus. (1971). Bagbagan Puisi Pupujian Sunda. Bandung: Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda.
(32)
152
Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sarippudin. (2009). “Integritas Sosial Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu Kajian Sosiolinguistik.” (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik: Antropologi Linguistitik, Linguistik
Antropologi. Medan: Poda.
Sitaresmi, Nunung & Damayanti. (2006). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra FPBS Universitas Pendidikan Indonesia.
Suwadji, dkk.. (1986). Morfosintaksis Bahasa Jawa. Yogyakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wierzbicka, Anna. (1997). Understanding Cultures through Their Key Words:
English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford
University Press.
Tarigan, Henry G. (2009). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Thompson, J.B. (2005). Filsafat Bahasa dan Hermeneutik: Untuk Penelitian
Sosial (diterjemahkan oleh A. Khozin Afandi dari judul asli: Critical Hermeneutics). Surabaya: Visi Humanika.
(1)
[Type text] Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan persepsi, konsepsi, dan keyakinan adalah puji-pujian seperti yang dilantunkan oleh komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu (SDHBBSI) di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
Puji-pujian tersebut digunakan sebagai bentuk ungkapan persembahan terhadap ajaran
yang dianut. Sebagai komunitas budaya, komunitas SDHBBSI ini cukup menimbulkan pro dan kontra atas keberadaannya yang muncul sejak tahun 1970-an. Komunitas SDHBBSI ini bukanlah suatu komunitas suku Dayak yang berada di Kalimantan, melainkan sebuah nama yang mengandung filosofis sebagai falsafah hidup yang dianutnya.
Puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa ini terdiri atas tiga judul puji-pujian,
yaitu puji-pujian Ana Kita Ana Sira, uji-pujian Alam Segandhu, dan uji-pujian
Anak Kembar Jaya. Puji-pujian tersebut dilantunkan sebagai pembuka ritual Ngaji Rasa dan biasanya dilantunkan dengan irama yang sama dengan suasana
yang sangat khusyu. Puji-pujian ini merupakan bentuk bahasa yang hidup dalam komunitas SDHBBSI yang membuktikan bahwa bahasa dan budaya memiliki suatu keterkaitan. Puji-pujian ini menggambarkan adanya nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Puji-pujian ini dianalisis berdasarkan hal sebagai berikut.
1. Struktur teks puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa pada Komunitas Dayak Bumi Segandu Indramayu dihasilkan analisis formula sintaksis, pemilihan diksi dengan adanya pengulangan yang sangat kental dalam puji-pujian
(2)
Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diantaranya pengulangan atau repetisi anaforamesodiplosis, efistrofis, anafora, tautotes, dan anadiplosis. Adapun penemuan isotopi-isotopi dalam puji-pujian tersebut yaitu isotopi manusia, arah, bilangan, letak, permohonan, alam, gagasan, aktifitas, kekuatan, permohonan, dan penghormatan. Isotopi-isotopi tersebut menghasilkan motif yang menjelaskan tema-tema puji-pujian. Dalam
puji-pujian tersebut tema yang kuat adalah mengenai pesan, nasihat dan ajaran
orang tua, isi seputar sejarah Indramayu, serta penghormatan tertinggi komunitas SDHBBSI terhadap sosok perempuan.
2. Referensi leksikon puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa pada Komunitas Dayak Bumi Segandu Indramayu menunjukkan adanya makna bersama. Dalam referensi leksikon puji-pujian terdapat beberapa referensi leksikon, yaitu permohonan, ketuhanan, alam, kekerabatan, tempat, aktifitas, dan nasihat.
3. Cermin kearifan lokal puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa pada Komunitas Dayak Bumi Segandu Indramayu sesuai dengan pandangan hidup orang jawa yang disebut dengan hubungan mikrokosmos dan makrokosmos. Dalam pencerminan nilai kearifan lokal dalam puji-pujian ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni cermin nilai kearifan lokal hubungan manusia dengan Tuhan, cermin nilai kearifan lokal hubungan manusia dengan alam, dan cermin nilai kearifan lokal manusia dengan manusia. Ketiga cerminan nilai kearifan lokal tersebut mencerminkan adanya harmoni dan keselarasan sesuai dengan pandangan hidup orang Jawa.
(3)
149
Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut.
1) Penelitian ini bisa dijadikan referensi bacaan dan penambah wawasan bagi para civitas akademika, serta mengenal dan mengetahui kebudayaan tradisional masyarakat Jawa.
2) Dalam penelitian ini, puji-pujian dalam ritual Ngaji Rasa komunitas SDHBBSI perlu diletiti untuk mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat dan nilai-nilai luhur yang dilihat dari segi bahasanya. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian serupa yang meneliti puji-pujian khususnya puji-pujian yang belum diteliti oleh peneliti. Selain itu, adapun kidungan yang terdapat dalam ritual Ngaji Rasa ini juga dapat diteliti untuk mengisi rumpang dalam penelitian ini.
(4)
[Type text]
Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ashar, Muhammad. (2014, 29 Maret). Lahir Karena Kecewa Atas Kondisi Sosial.
Pikiran Rakyat, hlm, 16.
Badrun. Ahmad. (2003). Patu Mbojo: Struktur, Konteks Pertunjukan, Proses
Penciptaan, dan Fungsi. (Disertasi). Program Doktor, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Duranti, Alessandro. (2002). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS.
Herusatoto, Budiono. (1984). Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.
Hidayatullah & Sari. (2012). “Pupujian Azan dalam Bahasa Jawa: Kajian Etnolinguistik di Desa Cipancuh, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu.” Makalah pada Seminar Internasional Bahasa Ibu, Balai Bahasa, Jawa Barat, Bandung.
Kasim, Supali. (2013). Nilai-nilai Historis, Estetis, dan Transendental. Yogyakarta: Poestakadjati.
Keraf, Gorys. (1988). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
(5)
151
Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kuswarno, Engkus. (2011). Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjajaran. Miles, M.B.&Huberman, M. (1984).Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of
New Methods. London: Sage Publications.
Musyahadah, Alef, dan Sudrajat. (2008). “Hukum In Concreto dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.” (Artikel Ilmiah). Purwokerto: Universitas Jendral Sudirman.
Octaviani, Candra Dewi. (2012). “Komunikasi Ritual Rendaman Suku Dayak Indramayu di Kabupaten Indramayu (Studi Etnografi Komunikasi).” (Skripsi). Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
Pateda, Mansoer. (1990). Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa. Patoni, Muhammad. (2014). “Nilai Religius dalam Pupujian Pepeling: Kajian
Linguistik Antropologis di Kampung Cijengkol, Kabupaten Bandung Barat. Dalam M. Fasya & M. Zifana (Penyunting), Prosiding Seminar Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia (hlm. 432-435). Bandung: UPI Press.
Prawiroatmojo, S. (1981). Bausastra Jawa-Indo Jilid I. Jakarta: Gunung Agung. Rachmawati, Tri Utami. (2012). “Perilaku Suku Dayak Indramayu dalam
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut.” (Skripsi). Bandung: Universitas Padjajaran.
Ramlan, M. (2005). Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan
Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusyana, Yus. (1971). Bagbagan Puisi Pupujian Sunda. Bandung: Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda.
(6)
Syamsiyatul Mila, 2014 CERMIN KEARIFAN LOKAL
DALAM PUJI-PUJIAN PADA RITUAL NGAJI RASA KOMUNITAS SUKU DAYAK
HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sarippudin. (2009). “Integritas Sosial Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu Kajian Sosiolinguistik.” (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik: Antropologi Linguistitik, Linguistik
Antropologi. Medan: Poda.
Sitaresmi, Nunung & Damayanti. (2006). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra FPBS Universitas Pendidikan Indonesia.
Suwadji, dkk.. (1986). Morfosintaksis Bahasa Jawa. Yogyakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wierzbicka, Anna. (1997). Understanding Cultures through Their Key Words:
English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford
University Press.
Tarigan, Henry G. (2009). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Thompson, J.B. (2005). Filsafat Bahasa dan Hermeneutik: Untuk Penelitian
Sosial (diterjemahkan oleh A. Khozin Afandi dari judul asli: Critical Hermeneutics). Surabaya: Visi Humanika.