Identifikasi Fungi yang Berasosiasi dengan Benih Acacia crassicarpa A. Cunn ex Benth. Sesaat Setelah Panen dan Setelah Penyimpanan

Ari Sumrahardi (E01496061). Identifikasi Fungi yang Berasosiasi dengan Benih Acacia
crassicarpa A. Cunn ex Benth. Sesaat Setelah Panen dan Setelah Penyimpanan. Di Bawah
Bimbingan :Ir. I G. K Tapa Darma, M.Sc. dan Ir. M. Zanzibar, MM.

Perkembangan industri basil hutan di Indonesia dewasa ini menuntut kebutuhan bahan baku
yang semakin besar, namun ha1 tersebui tidak sebanding dengan daya dukung hutan yang tersedia saat
ini.
Pembangunan Hutan Tanaman Industri @TI) mempakan salah satu altematif untuk
mengantisipasi dan mendukung pemenuban kebutuhan industri tersebut. Acacia crassicarpa adalah
salah satu jenis tanaman yang sudah banyak diiekomendasikan untuk ditanam sebagai tanaman HTI.
Selain perhmbuhannya cepat, jenis tersebut dapat twnbuh pada berbagai jenis tanah dan kondisi
lingkungan. Namun dalam penyediaan bibit A. crassicarpa untuk tanaman HTI ada beberapa
hambatan yang perlu diperhafikan, temtama masalah penyakit pada benih tanaman tersebut yang
mungkin dapat terbawa oleh tanaman hingga dewasa. m y a , ha1 ini dapat menurunkan halitas
kayu yang dihasilkan. Penelitan ini bertujuan untuk mengidentifikasijenis-jenis fungi yang berasosiasi
dengan benih A. crassicarpa sesaat setelah panen dan setelah penyimpanan.
Penelitian ini pada prinsipnya terdii dari dua kegiatan yaitu (1) menginkcubasi benih dalam
cawan petri dengan media kertas saring dan (2) mengidentifikasi jenis fungi yang berasosiasi dengan
benih. Perlakuan pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis kemudian mencocokkan
dengan pustaka yang ada. Sampel benih yang di-wakan dalam penelitian ini adalah 300 benih yang
diambil secara acak. Masing-masing benih diinkubasikan sebanyak 150 untuk masing-masing

perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada benih A. crassicarpa sesaat setelah panen berhasil
diidentifikasi jenis-jenis fungi, antara lain Penicilliu?n sp. (16 %), Fusarium sp. (1,33 %), Aspergillus
sp. (8,67 %), Cladosporium sp. (9,33 %), dan Rhizopus sp. (4,67 ), sedangkan setelah dilakukan
penyimpanan selama 3 bulan dalam kondisi Dry Cold Storage (suhu : 4' C dan RH : 40 % - 60 %)
adalah Penicilliuriz sp. (6 %), Aspergillus sp. (1,33 %), dan Rhizopus sp. (70 %). Daya berkecambah
benih sesaat setelah panen adalah sebesar 73,33 % dan setelah penyimpanan mennrun menjadi 60,67

*

%.

Adanya perbedaan jenis fungi yang berasosiasi dengan benih sesaat setelah panen dan setelah
penyimpanan menunjukkan adanya perbedaan kemampuan suksesi ekologis dari masing-masing fungi,
sebab mennmt Christensen dan Kauhann (1974) bahwa kondisi utama yang mempengaxubi
perkembangan fungi gudang pada benih yang dishpan diantaranya : kadar air benih, suhu lingkungan,
tingkat serangan fungi di tempat penyimpanan, adanya benda asing (tanah, biji), oksigen dan
karbohidrat, dan adanya kegiatan serangga dan tungao, sehingga mengakibatkan adanya perbedaan
jumlah koloni dan variasi jenis fungi yang muncul berdasarkan identifikasi di atas. Selain itu, media
kertas saring yang digunakan pada penelitian ini menguntungkan bagi fungi-fungi yang cepat

perhunbuhannya sehingga fungi tersebut dapat langsung diamati. P e n m a n daya kecambah pada
benih A. crassicarpa disebabkan faktor penyimpanan. Selma penyimpanan b e d l akan mengalami
penuaan dan kemunduran, serta memperliiatkan gejala serangan fungi.

IDENTJPIKASI FUNGI YANG BERASOSIASI
DENGAN BENIFI Acacia crassicarpa A. Cunn ex Beuth.
SESAAT SETELAH PANEN DAN SETELAH PENYIMFANAN

Karya IImiah
sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertaniau Bogor

Oleh
ARI SUMRAHARDI

E01496061

JURUSAN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
WSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000