Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
mengembangkan daya pikir manusia Depdiknas, 2006. Mata pelajaran matematika diberikan untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik itu
mengenai perhitungan, pemecahan masalah di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika sangat
penting untuk dipelajari siswa di setiap jenjang pendidikan. Tujuan pendidikan adalah salah satu unsur pendidikan berupa rumusan
tentang apa yang harus dicapai oleh siswa, yang berfungsi sebagai pemberi arah bagi semua kegiatan pendidikan. Mengacu pada UU No. 20 Th. 2003, tujuan
pendidikan nasional Indonesia adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, berarti aspek berpikir kreatif merupakan kompetensi yang penting dimiliki siswa. Di zaman sekarang
ini, dengan masalah yang begitu kompleks, diperlukan kemampuan berpikir kreatif untuk memperoleh solusi dari masalah tersebut, agar seseorang dapat maju
dan berkembang dengan baik. Begitu juga dalam dunia pendidikan, diperlukan kemampuan berpikir kreatif agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Pentingnya berpikir kreatif diungkapkan oleh Peter 2012 bahwa siswa
yang dapat berpikir kreatif juga akan dapat memecahkan masalah dengan efektif. Berarti, untuk dapat bersaing di segala bidang, siswa harus dapat berpikir kreatif,
agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien. Indikator siswa telah mencapai kemampuan berpikir kreatif adalah
meningkatnya kualitas diri siswa tersebut. Hal ini terlihat dari karakteristik yang 1
Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dimiliki siswa dengan kemampuan berpikir kreatif, yaitu
originality
orisinalitasmenyusun sesuatu yang baru,
fluency
kemampuan menciptakan sebanyak mungkin ide,
flexibility
fleksibilitas mengubah perspektif dengan mudah ketika diperlukan, dan
elaboration
elaborasimengembangkan ide secara terperinci Torrance dalam Filsaime, 2008.
Kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Telah banyak dilakukan penelitian untuk menghasilkan
kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahman 2010 di kelas VII, peningkatan salah satu aspek berpikir kreatif yaitu keaslian
masih tergolong rendah. Soal keaslian yang diberikan pada penelitian tersebut yaitu, “Pak Budi memiliki sebidang tanah yang berbentuk segitiga sembarang. Ia
ingin membagikan tanahnya kepada ketiga orang anaknya. Bagaimana cara membaginya, sehingga setiap anak mendapatkan tanah dengan luas daerah yang
sama. Jelaskan setiap langkah yang kamu buat”. Rata-rata gain kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk indikator keaslian pada penelitian tersebut sebesar 0,2779
dan 0,2559 yang berada pada kategori rendah. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Distria 2012 di kelas VII, aspek elaborasi belum mampu
dikuasai siswa dengan baik. Contoh soal elaborasi yang diberikan, yaitu “Suatu
hari sekolah ananda mengadakan lomba insinyur cilik, dimana setiap anak diminta untuk membuat denah ruangan sebuah rumah impian. Manfaatkanlah bangun
datar segiempat yang telah ananda pelajari untuk mendesain ruangan rumah impianmu tersebut dan tuangkan idemu itu dalam bentuk gambar di kertas
jawaban yang disediakan. Selanjutnya dengan menentukan sendiri ukuran sisi-sisi bangun datar yang digunakan dalam m, hitunglah luas dan keliling rumah
impian yang telah ananda rancang tersebut”. Untuk soal elaborasi tersebut, 48,65 siswa memperoleh skor baik dalam menjawab soal. Berdasarkan kedua
penelitian tersebut, maka masih perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif siswa.
Djamarah dan Zain 2002 menyatakan bahwa tujuan pembelajaran dapat tercapai jika siswa berusaha aktif untuk mencapainya. Oleh karena itu, perlu
digunakan pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, agar siswa
Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dapat memecahkan permasalahan secara mandiri maupun kelompok dengan menggunakan kemampuan yang telah mereka miliki.
Depdikbud 2013a
mengamanatkan kegiatan
inti pembelajaran
menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata
pelajaran. Selanjutnya, Depdikbud 2013b mengemukakan pola pembelajaran dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Sebagaimana yang
dikemukakan Depdikbud tersebut, maka guru perlu merancang suatu proses pembelajaran yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, sehingga
berdampak pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Kemampuan berpikir kreatif muncul dalam diri seseorang karena adanya
dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan elaborasi. Dorongan diri ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan belajar yang mendukung
kohesivitas, dimana anggota kelompok saling peduli dan ingin sukses bersama, memunculkan penilaian mengenai diri sendiri terkait pandangan lingkungan
mengenai dirinya. Penilaian ini akan mempengaruhi konsep diri yang dimilikinya. Pengetahuan mengenai konsep diri yang baik akan mengakibatkan seseorang tetap
berusaha untuk mengeluarkan ide-ide kreatif guna menyelesaikan masalah yang diberikan meskipun permasalahan tersebut kompleks. Oleh sebab itu, diperlukan
sikap
self concept
yang baik dalam diri masing-masing individu. Menurut Seifert dan Hoffnung Desmita, 2010,
self concept
adalah suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Ketika kita
menggambarkan diri kita, jika penilaian kita memuaskan maka kita memperoleh
self concept
yang positif, dan sebaliknya jika penilaian kita tidak memuaskan maka kita memperoleh
self concept
yang negatif. Saputra 2012 menyatakan bahwa keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti proses pelajaran di sekolah
secara umum dapat diukur dari berhasil atau tidaknya seorang siswa mencapai tujuan pembelajarannya. Hasil yang diperoleh siswa merupakan proses dari
pengalaman selama pembelajaran. Dari pengalaman belajar inilah akan menghasilkan perubahan
self-concept
siswa berupa perubahan tingkah laku, tingkat pengetahuan atau pemahaman terhadap keterampilannya. Oleh karena itu,
Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
self concept
yang baik positif penting untuk dimiliki siswa, agar siswa dapat mencapai tujuan pelajarannya dan mencapai prestasi belajar yang maksimal,
karena konsep diri berkorelasi dengan prestasi, motivasi, dan tujuan pribadi Herniati, 2011.
Permasalahan yang terjadi bahwa siswa dalam belajar tidak mempunyai sikap percaya diri terhadap pengetahuan yang telah mereka miliki dan kurangnya
rasa ingin tahu siswa, sehingga mereka tidak bisa melakukan interaksi dengan baik dalam proses pembelajaran. Selain itu, kurangnya sikap aktif dan
kemandirian pada siswa dalam belajar juga terjadi, karena mereka hanya menerima apa yang disampaikan guru tanpa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatudin 2013 di kelas VIII,
menunjukkan bahwa
self concept
meningkat setelah diberikan model pembelajaran
Search, Solve, Create, and Share
. Namun masih terdapat
concept
negatif dalam diri siswa, seperti bahwa mereka setuju kalau mereka sangat tegang ketika diminta oleh guru untuk menyelesaikan soal matematika di depan kelas.
Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Rahman 2010 di kelas VII, terlihat bahwa masih banyak siswa yang kurang percaya diri dalam mengerjakan
soal-soal matematika dan merasa soal-soal matematika sangat sulit bagi mereka. Berdasarkan penelitian tersebut, masih perlu dilakukan penelitian untuk
mengembangkan
self concept
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Ajogbeje 2010, memperoleh hasil bahwa
ada hubungan yang signifikan antara
self concept
dan prestasi matematika. Prestasi matematika seorang siswa dapat diprediksi dengan
self concept
yang dimilikinya. Oleh karena itu, Ajogbeje 2010 menyarankan untuk meningkatkan
kenyamanan emosional dan sosial siswa dalam belajar untuk dapat mengembangkan
self concept
siswa.
Self concept
yang meningkat akan meningkatkan prestasi matematika siswa. Sejalan dengan hasil penelitian
Ajogbeje, penelitian yang dilakukan oleh Obilor 2011 memperoleh hasil bahwa perubahan
self concept
dapat memfasilitasi perubahan pada prestasi matematika siswa. Menurut Obilor 2011, pendidikan harus merancang suatu program untuk
Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengembangkan
self concept
pada siswa agar diperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Self concept
dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang mendukung siswa untuk menilai gambaran
kemampuannya. Sikap dan respon lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi seseorang untuk menilai gambaran dirinya. Sikap dan respon lingkungan yang
baik akan menghasilkan
self concept
yang positif dalam diri siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan suatu pembelajaran yang dapat memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan
self concept
siswa. Pembelajaran seperti itu terdapat dalam pembelajaran
Concept Attainment
CA. Hal ini disebabkan pembelajaran CA lebih menekankan pada cara-cara untuk memperkuat dorongan-dorongan internal manusia dalam
memahami ilmu pengetahuan, dengan cara menggali dan mengorganisasikan, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya.
Pada pembelajaran CA siswa dilibatkan dalam menemukan konsep-konsep yang akan dipelajari dengan menyusun serta menguji hipotesis terkait konsep
yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Alexander 2007 bahwa pembelajaran konstruktivis adalah salah satu metode
dalam proses kreatif. Dengan demikian, pembelajaran dengan filosofi konstruktivisme dapat dipandang sebagai proses kreatif.
Pembelajaran CA merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga juga dapat mengembangkan
self concept
siswa. Pada pembelajaran ini, siswa diajak untuk dapat merumuskan konsep dengan menyusun serta menguji hipotesis mengenai contoh dan non
contoh yang diberikan. Dengan mengkontruksi pengetahuannya sendiri, siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Pemahaman terhadap suatu materi akan
berpengaruh terhadap penilaian diri siswa itu sendiri maupun penilaian dari lingkungannya, yang mengakibatkan berkembangnya
self concept
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuberta 2013, yaitu dengan terlibatnya siswa dalam
Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
proses pembelajaran, berarti siswa menjadi lebih mudah menguasai materi pelajaran sehingga
self concept
siswa dapat terbentuk secara positif. Mustamin 2005 menyatakan bahwa pembelajaran CA sangat relevan
dalam mengajarkan matematika, karena dapat membantu perkembangan pemahaman dan penghayatan siswa terhadap konsep dan prinsip untuk
menumbuhkan pemahaman, daya nalar, berpikir logis, kritis, kreatif, sistematis, dan lain-lain. Pembelajaran CA bertujuan untuk membantu siswa memahami
suatu konsep tertentu. Kauchak dan Eggen Silitonga, 2006 mengemukakan bahwa pembelajaran CA adalah suatu model pembelajaran induktif yang didesain
guru untuk membantu siswa dalam mempelajari konsep dan melatih keterampilan siswa dalam mempraktekkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pernyataan
Kauchak dan Eggen tersebut sejalan dengan pendapat Uno 2008 yang menyatakan bahwa pembelajaran CA dapat digunakan untuk melatih kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kiswandi 2013 dan Angraini
2013, pembelajaran dengan menggunakan CA masih mengalami kendala yaitu masih adanya siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu
perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat menjamin keterlibatan siswa dalam belajar. Menurut
Performance Assessment for California Teachers
PACT, pembelajaran CA dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif yang memiliki struktur untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik
siswa adalah pembelajaran kooperatif NHT Ibrahim, 2000. Pada pembelajaran kooperatif NHT, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang heterogen.
Kemudian, masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi nomor. Pembelajaran ini memiliki tahap menjawab, dimana guru memanggil salah satu
nomor secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Dengan adanya penomoran, diharapkan seluruh siswa mempersiapkan diri untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sehingga dapat menjamin keterlibatan siswa dalam memahami materi. Berarti pembelajaran kooperatif NHT
dapat digunakan meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran kooperatif NHT dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik
setiap siswa. Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang heterogen. Kemudian, masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi nomor. Pada saat
presentasi hasil kerja kelompok, guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Dengan adanya penomoran,
diharapkan semua siswa terlibat aktif dalam memahami materi di kelompoknya masing-masing.
Pembelajaran kooperatif NHT dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif melalui pemberian soal non rutin. Hal ini sejalan
dengan pendapat Robertson, dkk 1999 bahwa masalah matematika yang didiskusikan dalam kelompok kooperatif dapat berupa masalah yang tidak biasa
dikerjakan siswa sehari-hari ataupun masalah yang mungkin tidak mampu diselesaikan siswa secara individu.
Pembelajaran kooperatif NHT dapat mendukung pengembangan kreativitas siswa dengan adanya pola interaksi di kelas. Sejalan dengan pendapat
Munandar 1999 yang menyatakan bahwa kegiatan belajar yang kreatif sering menuntut lebih banyak diskusi antar siswa. Diskusi merupakan interaksi antar
siswa yang didalamnya siswa dapat bertukar pendapat mengenai gagasan dan pandangannya terhadap suatu informasi atau permasalahan. Hal ini sangat baik
dalam meningkatkan keluwesan dan orisinalitas berpikir, sebab saat berdiskusi, muncul banyak pendapat dari masing-masing siswa. Ketika pendapat itu tidak
sejalan dengan pemahaman awal siswa, maka akan menimbulkan suatu konflik kognitif dalam pikiran siswa tersebut, sehingga memaksanya untuk memikirkan
ulang hal yang telah dipahaminya sejak awal. Dari proses ini lahirlah pemahaman baru yang lebih orisinal berdasarkan kombinasi pemahaman siswa tersebut dan
siswa lain yang berdiskusi dengannya. Risnanosanti 2010 berpendapat bahwa upaya yang dilakukan untuk membangun suasana pembelajaran yang mendukung
kreativitas siswa dengan menerapkan sistem pembelajaran yang mengaktifkan diskusi dalam kelas, lewat pola interaktif antara guru dengan siswa dan siswa
Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dengan siswa yang akan memunculkan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
Pembelajaran kooperatif NHT juga menunjang pengembangan
self concept
siswa dengan terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan pendapat Musriandi 2013 bahwa belajar kelompok atau bersama adalah metode
dan teknik yang sesuai untuk mengembangkan
self concept
, karena siswa ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini
menekankan pada proses dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain siswa diberi kesempatan mengumpulkan dan menyampaikan gagasan,
menunjukkan kemampuan berpikir serta menunjukkan motivasi, tanggung jawab dan rasa percaya diri dalam belajar secara mandiri maupun bekerjasama dalam
kelompok. Karakteristik pembelajaran kelompok tercermin dalam pembelajaran kooperatif NHT. Pada pembelajaran kooperatif NHT, siswa dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam menyelesaikan tugas, berani menyampaikan gagasan dalam diskusi kelompok, dan bertanggung jawab
terhadap hasil kerja kelompoknya. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif NHT dapat mengembangkan
self concept
siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Silvernail Rahman, 2010 yang menyatakan bahwa
self concept
positif ditandai dengan dapat bekerja sama dengan orang lain, berani mengemukakan
pengalaman-pengalamannya, dan dapat bertanggung jawab. Dari penjelasan-penjelasan di atas, berarti pembelajaran CA dalam NHT
ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan
self concept
siswa serta mengakibatkan terjadinya pertukaran informasi antara siswa yang kemampuan akademisnya tinggi dengan siswa yang kemampuan akademisnya
rendah. Siswa yang kemampuan akademisnya rendah akan menjadi lebih paham dan siswa yang kemampuan akademisnya tinggi semakin bertambah
pemahamannya serta penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari. Dengan adanya penomoran, akan menjamin keterlibatan total semua siswa di
dalam kelompok dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual siswa dalam diskusi kelompok. Meningkatnya
keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, akan
Hesty Marwani Siregar, 2015 Pembelajaran Concept Attainment Dalam Numbered Heads Together Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Concept Siswa Sekolah Menengah Pertama Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan
self concept
pada diri siswa. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis mengajukan sebuah
penelitian berjudul “Pembelajaran
Concept Attainment
dalam
Numbered Heads Together
untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan
Self Concept
Siswa Sekolah Menengah Pertama”.
1.2. Rumusan Masalah