Prosiding Lokakarya Nasional Peningkatan Daya Saing Beras Nasional Melalui Perbaikan Kualitas

Penyunting:
Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSG
Dr. Ir. Y. Aris Purwanto; MSc
Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, MSi
Dr. Hariyadi Halid
Ir. Abdul Waries Patiwiri, MBA

Kerjasama
Perum BUbOG
dengan
Fakultas Teknologi Pertanian (FATEPA) - IPB

Jakarta, 13 - 14 September 2006
a

PENlRIGKATAN DAMSAING BERAS NASIONAL
MEEALkll PERBAlMN KUAL1TAS
Penyunting:
Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M
Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, MS
Dr. Ir. Rokhani Hasbullah,

Dr. Hariyadi Halid
Ir. Abdul Waries Patiwiri,

-

-

._

Layout:
tin Yusliana, STP
Desain Saapul:
Sugiyono, STP, M.Si
Penerbit :
PERUM BULOG
Bekerjasama dengan
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN (FATETA)
INSTlTUT PERTANIAN BOGOR

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang.

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa seizin tertulis dari penerbil.

ISBN:
978-979-95221-7-7
Dicetak oleh :
Bintang Aksara

J

Assalarnu 'alaikum wr. wb.
Salarn sejahtera untuk kita sekalian
Puji dan syukur selayaknya kita panjatkan kehadiral Allah SWT, atas karunia-Nya
Tim Penyunting telah dapat menerbitkan Prosiding Lokakarya Nasional
"Peningkatan Dayasaing Beras Nasional Melalui Perbaikan Kua!itas9'.
Lokakarya terselenggara atas kerjasarna Perurn Bulog dengan Fakultas Teknologi
Pertanian (Fateta) lnstitut Pertanian Bogor dalarn rangka Dies Natalis Fatela ke42. Lokakarya diikuti oleh lebih dari 250 peserta dari kalangan pernerintah, BUMN,
swasta, Pernda, akadernisi, peneliti, petani yang diwakili oleh KTNA, industri alatl
rnesin pengolahan padi dan lernbaga pernbiayaan, mernbahas 10 makalah dan
presentasi teknologi pengolahan gabahtberas untuk kondisi Indonesia dari Agrindo

(Indonesia),Rice processing complex dari Hansung (Korea),dan Rice husk furnace
drying complex dari Sun Cue (Taiwan) serta pameran produk-produk atau paket
teknologi yang berkaitan dengan rnasalah perberasan.
Berbagai alternatif untuk meningkatkan nilai tambah dan dayasaing beras dapat
dilakukan melalui pemanfaatan hasil samping pengolahan padi. Dari volume
produksi padi nasional sebesar 53,98 juta ton (GKG) pada tahun 2005 (ARAM I l l
BPS), akan diperoleh hasil samping berupa beras patah dan rnenir sebesar 8,l
juta ton (15%), lirnbah sekarn sebesar 10,8 juta ton (20x1, dan dedak 5,4 ton
(10%). Menir dan beras patah dapat diolah menjadi tepung beras yang banyak
diperlukan oleh perusahaan kue dan industri rnakanan bayi, serta rnakanan ringan
lainnya seperti krakerlkrupuk. Dedak dapat diolah untuk bahan baku industri
pangan dan non pangan. Penggunaan sekam selain untuk bahan bakar bata,
carnpuran pembuatan bata, genteng, grabah, media tumbuh dan briket, juga dapat
dimanfaatkan sebagai surnber energi untuk pernbangkit listrik dan pengeringan.
Hal ini yang rnelatarbelakangi diselenggarakannya Lokakarya Nasional
"Peningkatan Dayasaing Beras Nasional Melalui Perbaikan Kualitas". Prosiding
lokakarya ini berisi makalah lengkap dan rurnusan hasil lokakarya.
Panitia mengucapkan terirna kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif
dalarn kegiatan lokakarya ini. Tim Penyunting menyadari bahwa Prosiding ini masih
banyak kekurangan maupun kesalahan yang tidak disengaja. Oleh karena itu

saran-saran perbaikan sangat diharapkan untuk penyernpurnaan prosiding.
Sernoga prosiding ini berrnanfaat bagi para pembaca.
Wassalarnu 'alaikum wr. wb.Jakarta, September 2006

iii

ABDUL WARlES PATIWIRI, Kepala Divisi Pengadaan Perum Bulog.
Menyelesaikan jenjang S-1 pada Fakultas Teknologi Pertanian, IPB tahun 1977
dan memperoleh gelar MBA pada program Pasca Sarjana - IPMl tahun 1985.
Selain bertugas di Bulog Pusat juga pernah bertugas di lrian Jaya (3 tahun), Sulsel
(4 tahun) dan Sulteng (2 tahun).

KAMARUDDIN ABBULLAH, saat ini menjabai sebagai Kepala Bagian Energi
dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian - lnstitut Pertanian Bogor. Jenjang pendidikan S-I (1963-1967) pada
Jurusan Teknik Pertanian, Tokyo University of Agriculture and Technology,
menyelesaikan S-2 pada tahun 1970 pada Tokyo University of Agriculture and
Technology, dan menyelesaikan program S-3 di The University of Tokyo, Jepang
pada tahun 1976. Pada tahun 1977 bekerja sebagai Engineering Division pada
Yamamolo Co. Mulai bekerja menjadi dosen Departemen Teknik Pertanian pada

tahun 1977'. 1978-1994 sebagai Asisten Direktur Program Pasca Sarjana IPB,
1998-1999 menjabat Wakil Rektor IPB. Sejak 1994 hingga 2005 menduduki
jabatan sebagai Direktur CREATA IPB, dan sejak 1980 sampai dengan sekarang
sebagai Kepala Bagian Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknoiogi Pertanian - lnstitut Pertanian Bogor.
MULYO SIDIK, General Manager (GM) East Asia Emergency Rice Reserve
(EAERR). Jenjang pendidikan S-?
di Institut Teknologi Bandung, melanjutkan S-2
di Kansas State University (USA) dan menyelesaikan program 5-3 juga di Kansas State University (USA) pada bidang Grain Science and Industry. Pada Tahun
1996 mengikuti program SESPNAS dan LEMH. Tahun 1985-1989 sebagai
Kapuslitbang BULOG, 1992-1996 Asisten Menteri Pangan dan Hortikulturz, 19982002 Deputy Perencanaan BULOG, Ketua Tim Persiapan Pendirian Perum BULOG
pada tahun 2002. Tahun 1999-2002 sebagai anggota ASEAN Food Security
Reserve Board dan sejak 2004 sampai dengan sekarang sebagai General Manager EAERR.

RIMBAVVAN, Dosen Departemen Gizi Masyarakat - lnstitut Pertanian Bogor.
Jenjang pendidikan S-3 pada Applied Biochemistry and Nutrition Nottingham University lnggris . Mulai bekerja sebagai staf pengajar Departemen Gizi Masyarakat
lnstitut Pertanian Bogor pada tahun 1986. Menjabat sebagai Pembantu Dekan Ill
Fakultas Pertanian IPB pada tahun 1998-2003. Sejak tahun IPB, dan Kepaia
Bagian Gizi Dasar IPB sejak 2006 sampai dengan sekarang.


SAM HERODIAM, Ketua Umum PERTETAIndonesia.Jejang pendidikan S-I pada
Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fatemeta - IPB pada tahun 1986, melanjutkan S2 di IPB dan selesai pada tahun 1991, serta menyelesaikan program S-3 di TUAT,
Jepang pada tahun 1995. Bekerja sebagai staf pengajar Departemen Teknik
Pertanian, 1PB sampai sekarang.
SUVRISNO, Direktur F-Technopark, Fakultas Teknologi Pertanian - lnstitut
Pertanian Bogor. Jenjang pendidikan S-1 pada Jurusan Mekanisasi Pertanian,
Fatemeta - IPB pada tahun 1983, melanjutkan S-2 di Bidang Agricultural Engineering, Ryukyu University pada tahun 1991, Jepang dan menyelesaikan program 5-3 di Tokyo University, Jepang pada tahun 1994. Mulai bekerja sebagai
staf pengajar DeparternenTeknik Pertanian, IPB pada tahun 1983 dan masih aktif
sampai sekarang. Pada 2001-2003 menjabat Direktur Utama PT Prima Kelola
Agribisnis Agroindustri. Mulai tahun 2003 menjabat direktur F-Technopark.
TUUDDIN BANTACUT, Dosen Teknologi lndustri Pertanian, FakuRas Teknologi
Pertanian - lnstitut Pertanian Bogor. Jenjang pendidikan S-1 pada Jurusan
Teknologi Industri, Fatemeta - IPB, melanjutkan S-2 di Bidang Environmental
Engineering -Asian institute of Technology, dan menyelesaikan program S-3 di
Planning Sciences, The University of Quensland. Riwayat pekerjaan pada tahun
1984-1987 sebagai peneliti pada Lembaga Studi Pembangunan Jakarta, 19851995 sebagai peneliti LP3ES Jakarta, dan sejak tahun 1987 sampai dengan
sekarang sebagai dosen pada DepartemenTeknologi industri Pertanian, Fakultas
Teknorogi Pertanian lnstitut Pertanian Bogor.
YANG CHIA LING, Agronomist pada Badan Perbaikan Kualitas lndustri Pertanian
Taichung, Changhua, Taiwan. Master of Agronomy, National Chung Hsing University, Taiwan dan Doctor of Agronomy pada National Chung Hsing University.

Bekerja sebagai assistant Agronomist pada Badan Perbaikan Kualitas lndustri
Pertanian Taichung, Changhua, Taiwan.

EXECUTlVE SUMMARY
Pengembangan pascapanen beras dititikberatkan pada perbaikan kualitas beras
serta pemanfaatan hasil samping dan limbahnya. Masalah kualitas dan harga
merupakan ha1 penting yang harus segera diperbaiki agar mampu bersaing
dipasaran. Sejalan dengan perkembangan preferensi (perilaku) konsumen yang
manusiawi menginginkan yang lebih baik, pencapaian kualitas beras sesuai
keinginan konsumen menjadi lebih mudah melalui penerapan teknologi pengolahan
yang tepat. Penerapan teknologi juga dapat meningkatkan produktivitas dan
efisiensi pengolahan serta mengurangi tingkat kehilangan (losses). Cara-cara
berproduksi yang baik (good manufacturing practices) menjadi suatu persya'ratan
(pre requisite) untuk mencapai kualitas produk yang dihasilkan.
Kenyataan yang ada selama ini hasil samping pengolahan padi di Indonesia tidak
menjadi perhatian utama. Untuk mengatasi ha1 tersebut di atas, maka diperlukan
adanya identifikasi permasalahan secara tepat serta kebijakan-kebijakan yang
terpadu antar instansi pemerintah serta melibatkan masyarakatsebagai pelakunya.
Salah satu aspek penting dalam mengatasi permasalahan pengolahan padi dan
hasil sampingnya adalah melalui penerapan teknologi yang tepat. Peningkatan

kualitas dari pemanfaatan hasil samping pengolahan padi merupakan salah satu
solusi bagi masalah perberasan di masa kini dan masa yang akan datang. OIeh
karena itu kegiatan Lokakarya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap pemecahan masalah perberasan di Indonesia.
Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) - institut Pertanian Bogor (IPB) telah
melakukan upaya-upaya riset dan pengembangan teknologi pascapanen padi.
Diseminasi teknologi yang dihasilkan perlu diikuti dengan peran sebagai fasilitator
dan mediator agar implementasi teknologi pasca panen dan pengolahan padi
dapat terlaksana dengan baik. Temuan teknologi (proses dan peralatan)
seyogyanya dapat segera diterapkan dalam rangka peningkatan efisiensi produksi
dan peningkatan mutu beras. Untuk itu Fateta IPB perlu difasilitasi agar dapat
melaksanakan harapan tersebut.
Lokakarya ini telah menghasilkan formulasi strategis penyelesaian permasalahan
beras nasional. Namun demikian, upaya nyata perlu segera dilakukan sehingga
upaya strategis tersebut membuahkan hasil. Tindak lanjut yang perlu segera
diiakukan adalah menyusun langkah-langkah implementasi. Sebagai langkah awal,
Bulog diharapkan dapat menjadi pelopor penerapan teknologi RPC yang akan
menjadi 'benchmark' bagi penerapan teknoiogi pasca panen padi. Untuk itu perlu
adanya dukungan kebijakan dan teknis dari pihak-pihak terkait agar langkah ini
dapat berhasil dengan baik. Lokakarya ini juga perlu ditindak-lanjuti dengan


vii

lokakarya khusus untuk mengkaji dan merumuskan RPC yang spesifik lokasi di
Indonesia d a n dukungan kelembagaan yang dapat mei~jaminpeningkatan
pendapatan petani karena adanya peningkatan nilai tambah.
Potensi sekam yang a d a jika dikonversikan akan setara dengan 800 000 kilo liter
minyak tanah Disamping itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alat
pengering di Rice Milling Unif (RMU), sekam juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar pembangkit listrik (PLTD). Bengan rasio sekam dan solar 8 0 dan
20%, maka akan a d a penghematan sebesar 3.5triliun per tahun. Unit pembangkit
tenaga listrik berbahan bakar sekam dengan kapasitas 40 kVAdapat diintegrasikan
dengan RMU. Sekam d a n dedak dapat dimanfaatkan secara terintegrasi oleh
RPC skala tebih besar dari 1 ton per jam untuk arang sekam, cuka kayu, pelet
dedak dan sekam lunak. Hasil ini merupakan produk tambahan yang mempunyai
nilai ekonomis.
Melonjaknya harga minyak dunia dan terbatasnya anggaran subsidi s a n g a t
mempengaruhi biaya ~ p e r a s i o n a lproses pengolahan padi. Biaya operasional
pengeringan padi meningkat sampai 300%. Oleh karena itu, pemanfaatan sekam
sebagai sumber energi untuk alat pengering sudah menjadi keharusan untuk

dikernbangkan. Tantangan yang dihadapi dalam pemanfaatan limbah pengolahan
padi adalah tidak terkonsentrasinya limbah di suatu tempat sehingga diperlukan
upaymntuk mengumpulkan bahan baku, disamping itu kebijakan pemerintah yang
a d a kurang mendukung iklim usaha pemanfaatan hasil samping industri beras
Dalam pemanfaatan sekam sebagai sumber energi listrik, banyak pilot projek yang
dibangun pada masa lalu tidak beroperasi karena harga listrik murah d a n biaya
operasional yang tidak berkesinambungan. Untuk itu pemerintah juga perlu
memberikan inseniif kepada industri pengeringan dan pengolahan gabahlberas
yang menggunakan energi terbarukan khususnya yang memanfaatkan limbah
sekam.
Pengalaman dari Taiwan dalam industri perberasan patut dijadikan rujukan, bahwa
pada awalnya program peningkatan k~raiitasberas digulirkan untuk meningkatkan
daya beli masyarakat yang semakin menurun, Beras dibedakan tingkat kualitasnya
sehingga produk beras semakin tinggi daya saingnya. Sedangkan penyuluhan
tentang kualitas beras diberikan tidak hanya kepada produsen beras dan petani
tetapi juga konsumen.
Dalam perspektif jangka panjang, beras dapat dijadikan makanan fungsional
karena penduduk kita mengkonsumsi dalam jumlah banyak. Salah satu bentuknya
adalah dengan penambahan bahan pangan tambahan ('food suplemen) melalui
coafing atau membentuk makanan sehat seperti Rendah lndeks Glicemix bagi

penderita diabetes. Pengolahan seperti ini dapat meningkatkan nilai tambah

viii

Lokakarya ini telah berhasil merumuskan strategi untuk meningkatkan nilai tambah
proses produksi beras dan pemanfaatan hasil samping. Rumusan yang dihasilkan
ini harus segera ditindaklajuti secara konkrit. Untuk itu Perum Bulog sebagai
lembaga yang bertanggung jawab dalam perberasan nasional diharapkan
melakukan upaya proaktif tidak hanya dalam ha1stabilisasi harga tetapi juga dalam
peningkatan kualitas beras serta mendorong pemanfaatan limbah hasil pengolahan
padi.
Lokakarya ini juga merekomendasikanperlunya pelaksanaan program peningkatan
kualitas beras secara nasional. Dalam pelaksanaannya, program yang
direkomendasikan perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan stakeholder,
mulai dari tingkat on-farm sampai pascapanen dan pengolahannya. Disamping
itu perlu juga ditunjang dengan fasilitasi pengadaan alsintan, sistem insentif serta
sistem pengawasan yang baik antara lain melalui penerapan HACCP dan GMP.
Persoalan yang sama dengan beras terjadi juga pada jagung dan kedelai. Perum
Bulog bersama Perguruan Tinggi dan pusat-pusat penelitian diharapkan dapat
melakukan langkah-langkah konkrit untuk mengkaji dan menyelesaikan
permasalahan yang terkait dengan komoditas ini melalui penyusunan dan
pelaksanaan upaya strategis, teknis dan implementasi di lapangan. Perum Bulog,
sebagai lembaga yang mempunyai tanggurigjawab besar dalam pengadaan beras
secara nasional diharapkan melakukan upaya proaktif tidak hanya dalam stabilisasi
harga, tetapi juga dalam peningkatan mutu bersamaan dengan menekan susut.
Upaya proaktif ini diarahkan pada upaya nasional peningkatan nilai tambah yang
sekaligus memperbaiki mutu, menurunkan susut, dan meningkatkan efisiensi.

Jakarta, September 2006
Tim Penyunting