Studi Morfologi Organ Reproduksi Kancil (Tragulus javanicus) dengan Tinjauan Khusus pada Ovarium, Perkembangan Folikel dan Pematangan Oosit In Vitro

STUDI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI KANCIL
(Tragulus javanicus) DENGAN TINJAUAN KHUSUS
PADA OVARIUM, PERKEMBANGAN FOLIKEL
DAN PEMATANGAN OOSIT IN VITRO

HAMNY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Morfologi Organ
Reproduksi Kancil (Tragulus javanicus) dengan Tinjauan Khusus pada Ovarium,
Perkembangan Folikel dan Pematangan Oosit In Vitro adalah karya saya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Juni 2006

Hamny
NRP B151030021

ABSTRAK
HAMNY. Studi Morfologi Organ Reproduksi Kancil (Tragulus javanicus) dengan
Tinjauan Khusus pada Ovarium, Perkembangan Folikel dan Pematangan Oosit In
Vitro. Dibimbing oleh SRIHADI AGUNGPRIYONO dan ITA DJUWITA.
Kancil (Tragulus javanicus) merupakan salah satu kekayaan biodiversitas
yang dimiliki Indonesia. Hewan ini didistribusi di kawasan Asia Tenggara dan
India. Kancil merupakan ruminansia terkecil yang memiliki potensi untuk dikaji
lebih lanjut. Selain sebagai salah satu kekayaan biodiversitas yang dimiliki
Indonesia, kancil juga potensial untuk dimanfaatkan sebagai alternatif sumber
protein hewani dan sebagai model pada penelitian biomedis maupun ruminansia
yang lebih besar karena penggunaannya dapat mengurangi biaya penelitian dan
dosis bahan yang dipakai. Populasi kancil cenderung semakin menurun karena
perusakan habitat dan perburuan sehingga upaya konservasi sangat penting untuk
dilakukan. Salah satu usaha untuk mendukung upaya tersebut adalah dengan

meningkatkan pemahaman tentang fisiologi reproduksi kancil betina. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari morfologi organ reproduksi kancil betina
khususnya pada ovarium, perkembangan folikel dan pematangan oosit in vitro.
Penelitian dilakukan terhadap morfologi dan morfometri ovarium (n=6)
dan salurannya yang terdiri dari tuba Fallopii, uterus, serviks, dan vagina (n=7).
Ovarium dan salurannya difiksasi dalam larutan Bouin dan diproses secara standar
histologi. Preparat diwarnai dengan pewarnaan HE, AB, PAS, dan histokimia
lektin. Sebanyak 18 oosit dengan morfologi normal dikultur dalam 100 µl drop
MEM untuk proses pematangan in vitro.
Morfologi organ reproduksi kancil relatif sama dengan ruminansia lainnya
seperti domba dan sapi. Ovarium memiliki panjang sebesar 7.53±0.90 mm
(kanan) dan 5.57±1.17 mm (kiri), lebar sebesar 4.45±0.50 mm (kanan) dan
3.55±0.50 mm (kiri). Ovarium memiliki berat 0.0570±0.0149 g (kanan) dan
0.0364±0.0061 g (kiri). Pada ovarium fase luteal, perkembangan folikel
diklasifikasikan menjadi 10 tahapan perkembangan folikel berdasarkan bentuk
dan lapis sel granulosa, zona pelusida dan ada tidaknya antrum folikuli. Jumlah
folikel yang berkembang pada ovarium kiri lebih banyak dibandingkan ovarium
kanan. Di antara folikel yang berkembang, diketahui diameter folikel dan oosit
paling besar masing-masing sebesar 841.92±177.53 µm dan 85.71±4.59 µm.
Oosit, matriks ekstraseluler dan zona pelusida kancil mengandung karbohidrat

dengan residu gula manosa, glukosa, β-galaktosa, N-asetilgalaktosamin, Nasetilglukosamin, dan asam sialat, sedangkan cairan folikuli mengandung
karbohidrat dengan residu gula β-galaktosa, N-asetilglukosamin, Nasetilgalaktosamin dan asam sialat. Pada kultur in vitro, terdapat 56% oosit yang
mencapai MII setelah 26 jam kultur.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

STUDI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI KANCIL
(Tragulus javanicus) DENGAN TINJAUAN KHUSUS
PADA OVARIUM, PERKEMBANGAN FOLIKEL
DAN PEMATANGAN OOSIT IN VITRO

HAMNY

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Sains Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Tesis

Nama
NRP

: Studi Morfologi Organ Reproduksi Kancil
(Tragulus javanicus) dengan Tinjauan Khusus pada
Ovarium, Perkembangan Folikel dan Pematangan Oosit
In Vitro
: Hamny
: B151030021

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. drh. Srihadi Agungpriyono
Ketua

Dr.drh. Ita Djuwita, MPhil
Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi
Sains Veteriner

Dr. drh. Bambang P.Priosoeryanto, M.S

Tanggal Ujian : 19 Mei 2006

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS


Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis
dengan judul ” Studi Morfologi Organ Reproduksi Kancil (Tragulus javanicus)
dengan Tinjauan Khusus pada Ovarium, Perkembangan Folikel dan Pematangan
Oosit In Vitro”.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. drh. Srihadi Agungpriyono, selaku ketua komisi pembimbing atas
segala bimbingan, nasehat serta dorongan semangat yang begitu besar kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan tesis ini, Ibu Dr. drh.
Ita Djuwita, MPhil selaku anggota komisi pembimbing yang begitu sabar
memberikan nasehat, bimbingan, dan dengan senang hati bersedia menjadi tempat
melepaskan semua masalah penulis dan banyak memberikan solusi atas
permasalahan tersebut. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. drh. Chairun Nisa’, MS, atas bantuan bimbingannya selama selama penelitian
berlangsung, Bapak Dr. drh. M. Fahrudin atas bantuan dalam pencarian jurnal dan
referensi. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. drh.

Koeswinarning Sigit, MS, Dr. drh. Nurhidayat, drh. Kusdiantoro M, M.Si, Dr.
drh. Arief Boediono, drh. I Ketut Mudite Adnyane, M.Si, drh. Wahono Esthi
Prasetyaningtyas M.Si, drh. Chandramaya SD, drh. Supratikno atas dorongan
semangat dan bantuannya.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada
Bapak, Ibu (Alm), Kak Netty (Alm), Kak Ivany (Alm), Wahyuni (Alm), Rahmat,
Rahmi (Alm) dan Hidayat (Alm) atas dukungan moril maupun materiil serta kasih
sayang yang sangat luar biasa diberikan kepada penulis. Meskipun Ibu, kedua
kakak dan ketiga adik penulis sudah menghadap Allah SWT terlebih dahulu,
tetapi kasih sayang mereka masih penulis rasakan.
Terima kasih pula penulis ucapkan buat kakak-kakakku : drh. Sri Wahyuni
dan drh. Savitri Novelina, M.Si, Saida Rasnovi, M.Si dan Dr. Kartini Eriani, M.Si
atas semangat, bantuan dan dorongan yang diberikan. Tak lupa rasa terima kasih
buat teman-teman semua : Nur, Kak Ita, Eko Nur, Putut, Santi, Ika, Andi, Elih,

Dede, Bu Yusfi, Bu Laura, Pak Batan, Bu Eni, Pak Thomas, Pak Bayu, Mbak
Maya, Anovia, dan Nadia yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini.
Penulis mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis juga
mengharapkan agar tesis ini menjadi langkah awal penulis dalam pelaksanaan
tugas penulis di masa mendatang.

Bogor, Juni 2006

Hamny

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 24 Desember 1978 dari
ayah Drs. Sofyan Muchtar, MM dan ibu Nursyidah Ibrahim (Alm). Penulis
merupakan putri ketiga dari tujuh bersaudara.
Tahun 1997 penulis lulus dari SMUN 1 Banda Aceh dan masuk Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis lulus sebagai Sarjana Kedokteran Hewan
(SKH) pada tahun 2001 dan mendapat gelar Dokter Hewan pada tahun 2003. Pada
tahun yang sama, penulis diangkat menjadi staf pengajar di Laboratorium
Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh dan
pada tahun tersebut pula penulis memulai studi Pascasarjana di Program Studi
Sains Veteriner, Sekolah Pascasarjana IPB.


DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... .xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................xiii
PENDAHULUAN........................................................................................ .1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
Gambaran Umum Kancil .............................................................................. 5
Klasifikasi ............................................................................................. 5
Tingkah Laku ........................................................................................ 6
Habitat ................................................................................................... 7
Penyebaran ............................................................................................ 7
Reproduksi Kancil Betina .............................................................................. 8
Gambaran Umum Organ Reproduksi Ruminansia Betina ............................ .9
Karakteristik Ovarium Ruminansia Berkaitan dengan Proses Perkembangan

Folikel (Folikulogenesis) ............................................................................. 11
Pematangan Oosit In Vitro ........................................................................... 15
BAHAN DAN METODE........................................................................... 17
Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 17
Sampel yang Digunakan .............................................................................. 17
Metode Penelitian ........................................................................................ 17
Morfologi dan Morfometri Organ Reproduksi Kancil Betina ................ 17
Karakteristik Histologi, Distribusi Karbohidrat dan Residu
Gula pada Perkembangan Folikel Ovarium ............................................ 18
Pembuatan Preparat Histologi.......................................................... 18
Karakteristik Histologi Perkembangan Folikel................................ 18
Distribusi Karbohidrat dan Residu Gula .......................................... 19

STUDI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI KANCIL
(Tragulus javanicus) DENGAN TINJAUAN KHUSUS
PADA OVARIUM, PERKEMBANGAN FOLIKEL
DAN PEMATANGAN OOSIT IN VITRO

HAMNY


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Morfologi Organ
Reproduksi Kancil (Tragulus javanicus) dengan Tinjauan Khusus pada Ovarium,
Perkembangan Folikel dan Pematangan Oosit In Vitro adalah karya saya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2006

Hamny
NRP B151030021

ABSTRAK
HAMNY. Studi Morfologi Organ Reproduksi Kancil (Tragulus javanicus) dengan
Tinjauan Khusus pada Ovarium, Perkembangan Folikel dan Pematangan Oosit In
Vitro. Dibimbing oleh SRIHADI AGUNGPRIYONO dan ITA DJUWITA.
Kancil (Tragulus javanicus) merupakan salah satu kekayaan biodiversitas
yang dimiliki Indonesia. Hewan ini didistribusi di kawasan Asia Tenggara dan
India. Kancil merupakan ruminansia terkecil yang memiliki potensi untuk dikaji
lebih lanjut. Selain sebagai salah satu kekayaan biodiversitas yang dimiliki
Indonesia, kancil juga potensial untuk dimanfaatkan sebagai alternatif sumber
protein hewani dan sebagai model pada penelitian biomedis maupun ruminansia
yang lebih besar karena penggunaannya dapat mengurangi biaya penelitian dan
dosis bahan yang dipakai. Populasi kancil cenderung semakin menurun karena
perusakan habitat dan perburuan sehingga upaya konservasi sangat penting untuk
dilakukan. Salah satu usaha untuk mendukung upaya tersebut adalah dengan
meningkatkan pemahaman tentang fisiologi reproduksi kancil betina. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari morfologi organ reproduksi kancil betina
khususnya pada ovarium, perkembangan folikel dan pematangan oosit in vitro.
Penelitian dilakukan terhadap morfologi dan morfometri ovarium (n=6)
dan salurannya yang terdiri dari tuba Fallopii, uterus, serviks, dan vagina (n=7).
Ovarium dan salurannya difiksasi dalam larutan Bouin dan diproses secara standar
histologi. Preparat diwarnai dengan pewarnaan HE, AB, PAS, dan histokimia
lektin. Sebanyak 18 oosit dengan morfologi normal dikultur dalam 100 µl drop
MEM untuk proses pematangan in vitro.
Morfologi organ reproduksi kancil relatif sama dengan ruminansia lainnya
seperti domba dan sapi. Ovarium memiliki panjang sebesar 7.53±0.90 mm
(kanan) dan 5.57±1.17 mm (kiri), lebar sebesar 4.45±0.50 mm (kanan) dan
3.55±0.50 mm (kiri). Ovarium memiliki berat 0.0570±0.0149 g (kanan) dan
0.0364±0.0061 g (kiri). Pada ovarium fase luteal, perkembangan folikel
diklasifikasikan menjadi 10 tahapan perkembangan folikel berdasarkan bentuk
dan lapis sel granulosa, zona pelusida dan ada tidaknya antrum folikuli. Jumlah
folikel yang berkembang pada ovarium kiri lebih banyak dibandingkan ovarium
kanan. Di antara folikel yang berkembang, diketahui diameter folikel dan oosit
paling besar masing-masing sebesar 841.92±177.53 µm dan 85.71±4.59 µm.
Oosit, matriks ekstraseluler dan zona pelusida kancil mengandung karbohidrat
dengan residu gula manosa, glukosa, β-galaktosa, N-asetilgalaktosamin, Nasetilglukosamin, dan asam sialat, sedangkan cairan folikuli mengandung
karbohidrat dengan residu gula β-galaktosa, N-asetilglukosamin, Nasetilgalaktosamin dan asam sialat. Pada kultur in vitro, terdapat 56% oosit yang
mencapai MII setelah 26 jam kultur.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

STUDI MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI KANCIL
(Tragulus javanicus) DENGAN TINJAUAN KHUSUS
PADA OVARIUM, PERKEMBANGAN FOLIKEL
DAN PEMATANGAN OOSIT IN VITRO

HAMNY

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Sains Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Tesis

Nama
NRP

: Studi Morfologi Organ Reproduksi Kancil
(Tragulus javanicus) dengan Tinjauan Khusus pada
Ovarium, Perkembangan Folikel dan Pematangan Oosit
In Vitro
: Hamny
: B151030021

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. drh. Srihadi Agungpriyono
Ketua

Dr.drh. Ita Djuwita, MPhil
Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi
Sains Veteriner

Dr. drh. Bambang P.Priosoeryanto, M.S

Tanggal Ujian : 19 Mei 2006

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis
dengan judul ” Studi Morfologi Organ Reproduksi Kancil (Tragulus javanicus)
dengan Tinjauan Khusus pada Ovarium, Perkembangan Folikel dan Pematangan
Oosit In Vitro”.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. drh. Srihadi Agungpriyono, selaku ketua komisi pembimbing atas
segala bimbingan, nasehat serta dorongan semangat yang begitu besar kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan tesis ini, Ibu Dr. drh.
Ita Djuwita, MPhil selaku anggota komisi pembimbing yang begitu sabar
memberikan nasehat, bimbingan, dan dengan senang hati bersedia menjadi tempat
melepaskan semua masalah penulis dan banyak memberikan solusi atas
permasalahan tersebut. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. drh. Chairun Nisa’, MS, atas bantuan bimbingannya selama selama penelitian
berlangsung, Bapak Dr. drh. M. Fahrudin atas bantuan dalam pencarian jurnal dan
referensi. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. drh.
Koeswinarning Sigit, MS, Dr. drh. Nurhidayat, drh. Kusdiantoro M, M.Si, Dr.
drh. Arief Boediono, drh. I Ketut Mudite Adnyane, M.Si, drh. Wahono Esthi
Prasetyaningtyas M.Si, drh. Chandramaya SD, drh. Supratikno atas dorongan
semangat dan bantuannya.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada
Bapak, Ibu (Alm), Kak Netty (Alm), Kak Ivany (Alm), Wahyuni (Alm), Rahmat,
Rahmi (Alm) dan Hidayat (Alm) atas dukungan moril maupun materiil serta kasih
sayang yang sangat luar biasa diberikan kepada penulis. Meskipun Ibu, kedua
kakak dan ketiga adik penulis sudah menghadap Allah SWT terlebih dahulu,
tetapi kasih sayang mereka masih penulis rasakan.
Terima kasih pula penulis ucapkan buat kakak-kakakku : drh. Sri Wahyuni
dan drh. Savitri Novelina, M.Si, Saida Rasnovi, M.Si dan Dr. Kartini Eriani, M.Si
atas semangat, bantuan dan dorongan yang diberikan. Tak lupa rasa terima kasih
buat teman-teman semua : Nur, Kak Ita, Eko Nur, Putut, Santi, Ika, Andi, Elih,

Dede, Bu Yusfi, Bu Laura, Pak Batan, Bu Eni, Pak Thomas, Pak Bayu, Mbak
Maya, Anovia, dan Nadia yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini.
Penulis mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis juga
mengharapkan agar tesis ini menjadi langkah awal penulis dalam pelaksanaan
tugas penulis di masa mendatang.

Bogor, Juni 2006

Hamny

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 24 Desember 1978 dari
ayah Drs. Sofyan Muchtar, MM dan ibu Nursyidah Ibrahim (Alm). Penulis
merupakan putri ketiga dari tujuh bersaudara.
Tahun 1997 penulis lulus dari SMUN 1 Banda Aceh dan masuk Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis lulus sebagai Sarjana Kedokteran Hewan
(SKH) pada tahun 2001 dan mendapat gelar Dokter Hewan pada tahun 2003. Pada
tahun yang sama, penulis diangkat menjadi staf pengajar di Laboratorium
Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh dan
pada tahun tersebut pula penulis memulai studi Pascasarjana di Program Studi
Sains Veteriner, Sekolah Pascasarjana IPB.

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... .xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................xiii
PENDAHULUAN........................................................................................ .1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
Gambaran Umum Kancil .............................................................................. 5
Klasifikasi ............................................................................................. 5
Tingkah Laku ........................................................................................ 6
Habitat ................................................................................................... 7
Penyebaran ............................................................................................ 7
Reproduksi Kancil Betina .............................................................................. 8
Gambaran Umum Organ Reproduksi Ruminansia Betina ............................ .9
Karakteristik Ovarium Ruminansia Berkaitan dengan Proses Perkembangan
Folikel (Folikulogenesis) ............................................................................. 11
Pematangan Oosit In Vitro ........................................................................... 15
BAHAN DAN METODE........................................................................... 17
Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 17
Sampel yang Digunakan .............................................................................. 17
Metode Penelitian ........................................................................................ 17
Morfologi dan Morfometri Organ Reproduksi Kancil Betina ................ 17
Karakteristik Histologi, Distribusi Karbohidrat dan Residu
Gula pada Perkembangan Folikel Ovarium ............................................ 18
Pembuatan Preparat Histologi.......................................................... 18
Karakteristik Histologi Perkembangan Folikel................................ 18
Distribusi Karbohidrat dan Residu Gula .......................................... 19

Morfologi dan Pematangan Oosit In Vitro.............................................. 20
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 21
Morfologi dan Morfometri Organ Reproduksi Kancil Betina ..................... 21
Karakteristik Histologi, Distribusi Karbohidrat dan Residu
Gula pada Perkembangan Folikel Ovarium ................................................. 24
Karakteristik Histologi Perkembangan Folikel................................. 24
Distribusi Karbohidrat dan Residu Gula ........................................... 37
Morfologi dan Pematangan Oosit In Vitro................................................... 44
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 48
LAMPIRAN................................................................................................ 55

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Jenis, spesifisitas, dan dosis lektin yang digunakan................................ 19
2 Ukuran ovarium kancil, domba, rusa dan sapi........................................ 22
3 Ukuran panjang saluran reproduksi betina pada kancil, domba,
rusa dan sapi............................................................................................ 23
4 Karakteristik berbagai tahapan perkembangan folikel pada ovarium
fase luteal kancil (T. javanicus) .............................................................. 29
5 Ukuran diameter folikel dan oosit pada kancil, tikus, sapi dan babi....... 36
6 Distribusi karbohidrat dan residu gula pada folikel ovarium kancil
dengan metode pewarnaan AB pH 2.5, PAS, dan histokimia lektin........ 38

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Salah satu kancil (T. javanicus) yang dipelihara di Unit Rehabilitasi
Ruminansia (URR) FKH IPB, Bogor ...................................................... 6
2 Penyebaran kancil di Indonesia dan beberapa negara tetangga ............... 8
3 Gambaran skematis organ reproduksi ruminansia betina ........................ 9
4 Gambaran melintang ovarium mamalia ................................................. 11
5 Organ reproduksi kancil betina setelah dikeluarkan dari
rongga tubuh ......................................................................................... 21
6 Gambaran histologi ovarium kancil ....................................................... 24
7 Folikel tipe 1 .......................................................................................... 25
8 Folikel tipe 2 .......................................................................................... 25
9 Folikel tipe 3 .......................................................................................... 26
10 Folikel tipe 4 .......................................................................................... 26
11 Folikel tipe 5 .......................................................................................... 26
12 Folikel tipe 6 .......................................................................................... 27
13 Folikel tipe 7 .......................................................................................... 27
14 Folikel tipe 8 .......................................................................................... 27
15 Folikel tipe 9 .......................................................................................... 28
16 Folikel tipe 10 ........................................................................................ 28
17 Persentase jumlah folikel yang berkembang pada ovarium
kancil fase luteal..................................................................................... 33
18 Diameter folikel dan oosit yang berkembang pada ovarium
kancil fase luteal..................................................................................... 34
19 Distribusi karbohirat asam pada struktur folikel ovarium kancil........... 39
20 Distribusi karbohirat netral pada struktur folikel ovarium kancil.......... 40
21 Pola distribusi lektin PHA, LCA, WGA dan RCA pada folikel
ovarium kancil........................................................................................ 43
22 Oosit hasil pematangan in vitro ............................................................. 44
23 Oosit hasil pematangan in vitro ............................................................. 45

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Prosedur pewarnaan hematoksilin-eosin (HE).............................................55
2 Prosedur pewarnaan alcian blue (AB) pH 2.5 .............................................56
3 Prosedur pewarnaan periodic acid schiff (PAS) ..........................................57
4 Prosedur pewarnaan histokimia lektin .........................................................58

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia dengan 17.508 pulau besar dan kecil merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia. Meskipun luas wilayahnya hanya 1.3% dari luas
bumi, namun Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi,
bahkan nomor tiga tertinggi di dunia setelah Brazil dan Zaire, sehingga Indonesia
disebut sebagai salah satu negara megabiodiversity. Hal ini ditunjukkan dengan
dimilikinya koleksi 10% dari jenis tumbuhan berbunga dunia (20.000 spesies),
12% dari jenis mamalia dunia (800 spesies), 17% dari jenis burung dunia (1.300
spesies), 16% dari reptil dan ampibi dunia (3.000 spesies) serta 25% atau lebih
dari jenis ikan dunia (2.500 spesies). Selain itu, Indonesia memiliki tingkat
endemisme (keaslian) spesies yang tinggi yang tersebar pada beragam tipe
ekosistem. Mamalia diperkirakan ada 36% endemik, serangga 44% endemik dan
burung sekitar 28% endemik (Anonim 2003; Muntasib & Masy’ud 2003). Salah
satu dari keanekaragaman hayati tersebut adalah kancil.
Kancil (Tragulus sp) atau yang biasa disebut pelanduk dalam Bahasa
Melayu merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh
Indonesia. Di Indonesia terdapat dua spesies kancil yaitu Tragulus javanicus dan
Tragulus napu. Pada saat ini, populasi kancil diduga semakin menurun. Beberapa
faktor yang diduga sebagai penyebab menurunnya populasi kancil adalah
maraknya penebangan hutan, perburuan liar, dan pembakaran hutan untuk
pembukaan lahan perkebunan. Oleh karena itu, upaya konservasi kancil sangat
penting dilakukan. Hal ini didukung oleh keputusan Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA) yang menetapkan
kancil sebagai salah satu hewan langka yang dilindungi di Indonesia (Alikodra
1993; BKSDA 2000).
Usaha penyelamatan dan pelestarian kancil dapat dilakukan pada kawasan
in situ (habitat aslinya) seperti Taman Nasional, Cagar Alam, dan Suaka
Margasatwa maupun kawasan ex situ (di luar habitat aslinya) seperti Kebun
Binatang, Kebun Raya, Taman Safari dan lain-lain. Sejauh ini, upaya
pemeliharaan kancil di kawasan ex situ tidaklah mudah karena hewan ini memiliki

tingkat stres yang tinggi terhadap lingkungan yang berbeda dengan habitat
aslinya. Nurhidayat et al. (1993) melaporkan bahwa usaha pemeliharaan kancil di
beberapa kebun binatang seperti Kebun Binatang Ragunan Jakarta, Bandung, dan
Surabaya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu manajemen penangkaran kancil yang tepat untuk menyediakan
kondisi lingkungan yang optimal untuk mengurangi stres pada kancil sehingga
berdampak pada kemampuan reproduksi yang lebih baik pada kawasan ex situ.
Selain itu, faktor yang tidak kalah pentingnya untuk meningkatkan
populasi kancil adalah status reproduksi yang dipengaruhi oleh tingkat
keberhasilan proses fertilisasi yang ditentukan dari kualitas kedua sel gamet (oosit
dan spermatozoa). Hal ini sangat penting terutama pada proses produksi dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi reproduksi seperti fertilisasi dan produksi
embrio in vitro. Muntasib dan Masy’ud (2003) menyatakan bahwa proses
penyelamatan dan perlindungan suatu keanekaragaman hayati (saving) baik
hewan maupun tumbuhan harus didukung oleh kajian-kajian (studying) tentang
kondisi fisiologi dari keanekaragaman hayati itu sendiri. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang kondisi fisiologis
organ reproduksi kancil betina terutama berkaitan dengan proses folikulogenesis
untuk menghasilkan sel gamet (oosit atau sel telur).
Kancil merupakan ruminansia terkecil yang memiliki potensi untuk dikaji
lebih lanjut. Selain sebagai salah satu kekayaan biodiversitas yang dimiliki
Indonesia, kancil juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber protein
hewani dan sebagai model pada penelitian biomedis maupun ruminansia yang
lebih besar karena penggunaannya dapat mengurangi biaya penelitian dan dosis
bahan yang dipakai. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pada hewan
kancil diantaranya telah dilaporkan Snyder dan Weathers (1977), Whittow et al.
(1977), Vidyadaran et al. (1979), Terai et al. (1998), Jumaliah (1999), Abdullah et
al. (1999), Haron et al. (1999), Matsubayashi et al. (2003), Farida et al. (2002,
2003, 2004), Agungpriyono et al. (1992, 1994, 1995a, 1995b, 1997, 2001, 2002,
2005, 2006), Kimura et al. (2004), dan Prasetyaningtyas (2005). Namun
demikian, penelitian yang ada masih terbatas pada informasi tentang perilaku
kancil, kesukaan terhadap makanan, fungsi respirasi, saluran pencernaan,

hematologi, regulasi suhu tubuh, morfologi cranium dan mandibula, organ
reproduksi kancil jantan dan karakteristik semen kancil. Penelitian mengenai
biologi reproduksi kancil betina belum banyak dilaporkan. Kimura et al. (2004)
telah melakukan penelitian pada gambaran anatomi dan struktur histologi organ
reproduksi kancil betina terutama ovarium, tuba Fallopii, uterus dan plasenta. Dari
hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ovarium kancil memiliki struktur yang
relatif sama dengan ruminansia lainnya seperti domba dan sapi. Ovarium terdiri
dari epitel germinativum, tunika albuginea, bagian korteks dan medula. Tuba
Fallopii terdiri dari ampula, isthmus, dan fimbriae. Uterus terdiri dari dua kornua
uteri dan satu korpus uteri. Pada permukaan dalam uterus tidak ditemukan
karunkula sehingga kancil memiliki tipe plasenta difusa seperti pada babi dan
kuda (Senger 1999). Namun pada penelitian tersebut belum dilaporkan secara
mendalam tentang morfologi perkembangan folikel dan oosit (folikulogenesis dan
oogenesis). Sejauh ini juga belum ada laporan tentang proses pematangan oosit
kancil secara in vitro. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan beberapa
kajian untuk meningkatkan pemahaman tentang biologi reproduksi kancil
(T. javanicus) betina melalui studi morfologi organ reproduksi kancil betina
terutama ovarium yang berkaitan dengan tahapan perkembangan folikel dan
proses pematangan oosit in vitro. Hasil penelitian diharapkan dapat melengkapi
data-data yang telah ada yang nantinya dapat digunakan sebagai landasan
pemikiran bagi pemeliharaan dan peningkatan populasi kancil baik secara alami
(kawin alam) maupun dengan bantuan manusia (melalui penerapan teknologi
reproduksi seperti fertilisasi in vitro maupun embrio in vitro).

Tujuan Penelitian
1. Mempelajari morfologi dan morfometri organ reproduksi kancil betina
dengan tinjauan khusus pada ovarium.
2. Mempelajari karakteristik histologi, distribusi karbohidrat dan residu gula
pada perkembangan folikel ovarium (folikulogenesis).
3. Mempelajari morfologi dan pematangan oosit pada kancil betina secara in
vitro.

Manfaat Penelitian
1. Sebagai data untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
fisiologi reproduksi kancil betina.
2. Sebagai landasan awal dalam penerapan teknologi reproduksi pada kancil
betina.
3. Dapat digunakan sebagai informasi bagi upaya pelestarian hewan kancil.

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kancil
Klasifikasi
Kancil termasuk ke dalam ordo Artiodactyla, famili Tragulidae dan genus
Tragulus. Famili Tragulidae terdiri dari dua genus yaitu genus Tragulus yang
terdiri dari tiga spesies yaitu Tragulus javanicus, Tragulus napu, dan Tragulus
meminna dan genus Hyemoschus yang terdiri dari satu spesies yaitu Hyemoschus
aquaticus. Genus Tragulus menghuni hutan-hutan tropis dan hutan sekunder di
Asia Tenggara dan India sedangkan genus Hyemoschus terdapat di Afrika Tengah
dan Afrika Barat. Di Indonesia hanya ditemukan dua spesies kancil yaitu T.
javanicus dan T. napu. Spesies T. javanicus merupakan ungulata terkecil dengan
panjang tubuh sekitar 45-55 cm, tinggi bahu 20-25 cm, panjang ekor 5 cm dan
berat tubuh 1.5-2.5 kg (Lekagul & McNeely 1977; Payne et al. 1985; Farida et al.
2004). T. napu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan T.
javanicus dengan tinggi bahu 30-35 cm dan berat badan 4-6 kg (Francis 2001).
Tubuh kancil tampak pendek dengan kepala yang kecil, moncongnya panjang dan
lancip, serta kaki yang kurus. Hewan ini memiliki hidung berwarna hitam, mata
yang besar dan lidah yang panjang jika dijulurkan (Hoogerwerf 1970 diacu dalam
Farida et al. 2004). Kancil mempunyai bulu dengan warna dasar coklat dengan
spot atau belang berwarna putih dan ada juga yang memiliki bulu warna coklat
kemerahan dengan garis-garis halus berwarna hitam (DEPDIKNAS 1992; Farida
et al. 2004). Secara umum, kancil betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil
dibandingkan dengan kancil jantan. Kancil tidak memiliki tanduk dan sebagai
gantinya kancil jantan memiliki sepasang gigi taring (canini) yang menonjol
keluar dari rahang atasnya yang dipergunakan sebagai senjata pada saat berkelahi
dengan lawannya. Pada kancil betina, gigi taring tidak tumbuh memanjang.
Kancil memiliki gigi sebanyak 34 gigi dengan formula 0/3, 1/1, 3/3, 3/3. Seperti
halnya dengan hewan berkuku genap lainnya, kancil memiliki dua buah kuku
besar di tengah dan berat badannya dipikul oleh bagian ini. Bagian samping dari
dua kukunya terbentuk cukup baik dan benar-benar menyentuh tanah ketika
berjalan. Ini merupakan suatu kondisi primitif dan menunjukkan suatu tahap

permulaan dari evolusi hewan berkuku genap seperti pada rusa yang bagian
samping dari kukunya tidak lagi dipergunakan (Lekagul & McNeely 1977;
Nowak et al. 1983 diacu dalam Strawder 2000; Myers 2001).
Meskipun termasuk hewan ruminansia, pada lambung kancil tidak
ditemukan omasum, serta bagian internal mukosa memperlihatkan struktur yang
berbeda dengan distribusi papila yang subur (Agungpriyono et al. 1992).

Gambar 1 Kancil (T. javanicus) yang dipelihara di Unit Rehabilitasi Ruminansia
(URR) FKH IPB, Bogor

Tingkah Laku
Pada umumnya kancil memiliki sifat pemalu, hidup soliter, sering terlihat
sendiri kecuali pada musim kawin dan cenderung bersembunyi agar tidak terlihat.
Terkadang hewan ini mengeluarkan lengkingan bila merasa ketakutan (Lekagul &
McNeely 1977; Strawder 2000). Kancil jantan menandai daerah kekuasaan dan
pasangannya melalui cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar bau (glandula
intermandibularis) yang terletak di daerah dagunya (Ralls et al. 1975;
Agungpriyono et al. 2006). Biasanya aktivitas ini bersamaan dengan aktivitas
urinasi dan defekasi kancil tersebut. Kancil jantan menggunakan gigi taringnya
untuk berkelahi dan membela diri serta melindungi dirinya dari ancaman predator
(Nowak et al. 1983 diacu dalam Strawder 2000). Kancil juga memiliki
kemampuan mengelabui musuhnya. Dilaporkan bahwa pemburu kancil sering

terkecoh oleh kancil sebab hewan ini dapat bertingkah seolah-olah mati tetapi
setelah dilepas dari jeratannya, segera bangun dan melarikan diri dengan cepat.

Habitat
Kancil memiliki habitat di hutan tropis dan hutan sekunder yang cukup
lebat, dengan kontur tanah yang kering, baik di dataran rendah maupun di kakikaki bukit. Hewan ini menyukai tempat-tempat kering seperti celah bebatuan dan
pepohonan yang tidak jauh dari sungai dengan vegetasi yang rapat (DEPHUT
1993; Suyanto 2002; Farida et al. 2002, 2003). Kancil aktif pada malam hari atau
nokturnal dan siang hari atau diurnal (Matsubayashi et al. 2003). Kancil selektif
terhadap pemilihan pakan atau makanannya. Hewan ini memakan jenis makanan
tertentu seperti daun muda dari semak belukar, kecambah, sayuran dan buahbuahan (Kudo et al. 1995 diacu dalam Abdullah et al. 1999; Myers 2001). Kancil
juga dilaporkan sebagai pemencar biji karena kebiasaannya suka memakan buahbuahan yang jatuh atau yang tumbuh didekat permukaan tanah dan pada saat
memamah biak, biji yang termakan akan dimuntahkan kembali (Suyanto 2002).

Penyebaran
Penyebaran kancil di Indonesia cukup luas yaitu di hutan tropis dan
sekunder di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain itu juga
tersebar di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, Indocina (Vietnam, Laos
dan Kamboja) sampai Cina (Suyanto 2002). Pada saat ini, kancil memiliki status
dilindungi oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Peraturan Perlindungan
Binatang Liar 1931 No. 266 dan UU No. 5 Tahun 1990 yang dipertegas dengan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991 No. 301/Kpts-II/1991
dan SK MenHut tanggal 6 September 1992 No. 882/Kpts-II/92 (DEPHUT 1993).

Gambar 2 Penyebaran kancil di Indonesia dan beberapa negara tetangga (
(Robin 1990 diacu dalam Huffman 2004)

)

Reproduksi Kancil Betina
Fisiologi dari sistem reproduksi pada kancil betina belum banyak
dilaporkan baik pada aspek perilaku reproduksi maupun organ reproduksinya.
Beberapa hal yang telah dilaporkan diantaranya adalah kancil umumnya mampu
memperoleh keturunannya satu kali dalam setahun dan kadang-kadang bisa dua
kali dalam setahun. Hewan ini mengalami pubertas pada umur 4-5 bulan,
memiliki siklus estrus 16 hari, dan periode estrus selama 35-48 jam (Kudo et al.
1997), lama kebuntingan hewan ini sekitar 140-177 hari (Lekagul & McNeely
1977), dan biasanya hanya melahirkan satu ekor anak dengan berat lahir sekitar
375 gram. Anak yang baru lahir cenderung disembunyikan oleh induknya. Anak
yang baru dilahirkan segera disusui oleh induk betina yang memiliki dua pasang
kelenjar mamae dan mulai disapih setelah berumur 10-13 minggu. Kancil dapat
hidup selama 12 tahun (Strawder 2000). Oleh karena informasi reproduksi kancil
masih sangat sedikit maka dalam penelitian ini digunakan informasi reproduksi
hewan ruminansia lainnya seperti domba dan sapi sebagai acuan dan bahan
komparasi untuk mempelajari morfologi dan fisiologi reproduksi kancil.
Penelitian terhadap reproduksi kancil jantan relatif lebih banyak
dilaporkan dibandingkan kancil betina. Prasetyaningtyas (2005) melaporkan
bahwa spermatozoa kancil merupakan spermatozoa terkecil dibandingkan dengan

spermatozoa ruminansia lainnya dengan ukuran panjang 36.52±5.6 µm. Kancil
jantan menghasilkan ejakulat dengan volume relatif sedikit yaitu sekitar 19.44±6.8
µl dengan konsentrasi spermatozoa 47.44±4.9x106 sel/ml dan motilitas
spermatozoa 36.43±1.1%. Semen memiliki warna krem, putih, kuning dengan
konsentrasi kental.

Gambaran Umum Organ Reproduksi Ruminansia Betina
Hewan ruminansia betina memiliki organ reproduksi yang terdiri dari
sepasang ovarium, tuba Fallopii, uterus, serviks, vagina, dan vulva. Ovarium
merupakan organ reproduksi primer yang memiliki ukuran yang bervariasi
tergantung kepada spesies, umur dan status reproduksinya. Ovarium memiliki dua
fungsi yaitu sebagai kelenjar eksokrin maupun endokrin, masing-masing karena
kemampuannya menghasilkan oosit dan hormon-hormon estrogen serta
progesteron (Hafez & Hafez 2000).

D
E

G

C

B
A
F
H

I
J
K
L
Gambar 3 Gambaran skematis organ reproduksi ruminansia betina. A. Ovarium,
B. Tuba Fallopii, C. Karunkula, D. Kornua uteri, E. Korpus uteri, F.
Serviks, G. Vesika urinaria, H. Vagina, I. Uretra, J. Divertikulum
suburetrale, K. Vulva, L. Klitoris.
Ovarium terletak retroperitoneal di dalam rongga pelvis, menggantung dan
bertaut melalui mesovarium ke uterus. Bentuk ovarium juga sangat bervariasi
sesuai dengan spesies dan jumlah anak yang mampu dilahirkan. Pada kelompok

hewan yang melahirkan anak lebih dari satu (multipara), ovarium biasanya
berbentuk seperti buah beri sedangkan pada kelompok hewan melahirkan tunggal
(unipara), bentuk ovarium mendekati bulat telur (ovoid). Ukuran ovarium juga
bervariasi antar spesies. Pada sapi, ovarium berukuran antara 0.8-5 cm, sedangkan
pada domba dan kambing, ovarium berukuran kurang lebih 1.2 cm (Sukra et al.
1989).
Struktur histologi ovarium tergantung pada spesies, umur dan fase siklus
estrus dari hewan tersebut. Gambaran histologis sayatan melintang ovarium
mamalia disajikan pada Gambar 4. Ovarium terdiri dari dua bagian yaitu korteks
(bagian lateral) dan medula (bagian medial). Pada bagian korteks banyak
ditemukan folikel-folikel pada berbagai tahap perkembangan dan juga korpus
luteum, sedangkan pada bagian medula terdapat pembuluh darah dan syaraf yang
masuk (ke bagian medula ovarium) melalui hillus yaitu pertautan antara ovarium
dan mesovarium (Toelihere 1979). Bagian korteks dilapisi oleh satu lapisan
epitelium kuboid rendah. Stroma pada bagian korteks terdiri atas jaringan ikat
longgar. Tunika albuginea terdiri atas jaringan ikat yang terdapat pada bagian
profundal lapisan epitel germinativum.
Tuba Fallopii merupakan saluran kecil perluasan dari uterus yang berperan
dalam transpor gamet jantan dan betina, serta sebagai tempat terjadinya proses
fertilisasi, kapasitasi sperma dan terjadinya proses pembelahan zigot.

Uterus

memegang peranan penting dalam sistem reproduksi sebagai tempat implantasi
dan perkembangan embrio dan fetus, sedangkan kontraksi uterus penting untuk
transpor spermatozoa. Bentuk uterus pada beberapa spesies hewan berbeda-beda.
Pada ruminansia, uterus memiliki dua tanduk uterus yang besar, badan uterus dan
serviks yang disebut uterus bikornua (Sukra et al. 1989). Uterus terdiri atas tiga
lapisan yaitu endometrium, miometrium dan perimetrium. Mukosa endometrium
akan mengalami penebalan pada saat berahi.

Gambar

4 Gambaran histologis sayatan melintang ovarium mamalia
memperlihatkan beberapa struktur ovarium. (a) Epitel germinativum,
(b) folikel primer, (c) folikel sekunder, (d’) folikel tertier, (d”) folikel
de Graff, (e) korpus hemarogikum, (f’) korpus luteum, (g) korpus
albikan, (h) pembuluh darah, (i) mesovarium. (Sumber: Dellmann &
Brown : Textbook of Veterinary Histology, 1976).

Serviks terdiri atas bagian mukosa dan lapisan otot. Mukosa serviks
menghasilkan lendir yang pada saat berahi menjadi lebih cair sedangkan pada saat
hewan bunting membentuk sumbatan. Vagina berfungsi sebagai tempat
penumpahan semen, jalur keluar fetus dan plasenta pada kelahiran. Vulva terdiri
dari labia dan vestibula. Sedangkan klitoris merupakan bagian dari vestibula yang
homolog dengan penis pada hewan jantan (Banks 1993).

Karakteristik Ovarium Ruminansia Berkaitan dengan Proses Perkembangan
Folikel (Folikulogenesis)
Proses perkembangan folikel di dalam ovarium dikenal dengan nama
folikulogenesis. Folikulogenesis merupakan proses perkembangan folikel yang
berawal dari terbentuknya folikel primordial sampai berkembang menjadi folikel
matang dan siap melakukan proses ovulasi. Folikel primordial akan berkembang
menjadi folikel primer, sekunder, tertier dan folikel de Graaf yang pada akhirnya
oosit akan diovulasikan. Proses folikulogenesis ini disertai dengan proses
pertumbuhan dan pematangan oosit yang merupakan bagian dari proses oogonesis

yaitu proses yang menghasilkan oosit yang haploid. Berikut karakteristik dari
masing-masing tahapan perkembangan folikel :
1) Folikel primordial merupakan folikel yang pertama kali ditemukan pada
hewan setelah lahir dengan jumlah tertentu pada setiap spesies (Hafez & Hafez
2000). Folikel ini ditandai dengan oosit yang dikelilingi oleh satu lapis sel
pregranulosa yang berbentuk pipih (Hartono 1992; Cushman et al. 2000). Folikel
ini berkembang di bagian korteks ovarium (Hartono 1992).
2) Folikel primer ditandai dengan adanya perubahan bentuk dari satu lapis
sel pregranulosa yang berbentuk pipih menjadi sel granulosa yang berbentuk
kuboid (Bearden et al. 1997; Cushman et al. 2000; Hafez & Hafez 2000; Guerin
2003). Perkembangan folikel primordial menjadi folikel primer terjadi pada saat
hewan mencapai pubertas (Hafez & Hafez 2000).
3) Folikel sekunder ditandai dengan terbentuknya dua atau lebih lapisan
sel-sel granulosa dan telah terbentuk sebuah membran (zona pelusida) yang
mengelilingi oosit (Nalbandov 1990; Bearden et al. 1997; Cushman et al. 2000).
Oosit dan sel granulosa berperan dalam proses pembentukan zona pelusida yang
mengandung glikoprotein yang berperan pada proses pelekatan spermatozoa pada
oosit (Junqueira et al. 1995). Folikel sekunder juga dikelilingi oleh lapisan sel
yang tidak beraturan yang berasal dari diferensiasi sel-sel epiteloid dari fibroblast.
Sel-sel epiteloid ini akan membentuk sel teka interna dari folikel. Folikel sekunder
dengan sel teka interna disebut folikel preantral (Guerin 2003). Pada akhir tahap
perkembangan folikel sekunder mulai terbentuk antrum folikuli yang berisi cairan
folikel yang mengandung transudat dari plasma dan produk yang disekresi oleh
sel granulosa dan hormon steroid seperti estrogen, progresteron, dan androgen
(Junqueira et al. 1995).
4) Folikel tertier (folikel antral) ditandai dengan terbentuknya lebih dari
lima lapis sel granulosa yang mengelilingi oosit, antrum folikuli semakin meluas,
sel teka eksterna menyusun diri mengitari folikel, dan sel yang mengitari zona
pelusida mulai membentuk korona radiata (Hartono 1992; Junqueira et al. 1995;
Cushman 2000). Diameter folikel semakin meningkat akibat adanya proliferasi sel
granulosa dan sel teka, serta pembentukan antrum folikuli yang semakin
membesar karena produksi cairan folikuli yang semakin meningkat pula sehingga

oosit terdesak ke bagian tepi folikel. Dinding folikel semakin menipis dan akan
menjadi stigma yang nantinya akan robek pada saat ovulasi. Pada kondisi inilah,
folikel yang terbentuk disebut dengan folikel de Graaf (Hartono 1992; Hafez &
Hafez 2000).
Setelah ovulasi, jaringan folikel de Graaf membentuk massa padat yang
disebut korpus luteum. Jika oosit mengalami pembuahan dan embrio yang
terbentuk berhasil mengadakan implantasi pada endometrium uterus, maka
jaringan folikel de Graaf akan membentuk korpus luteum graviditatum yang juga
mensekresikan tambahan estrogen dan progesteron, namun bila proses pembuahan
tidak terjadi, maka terbentuklah korpus luteum periodikum yang sel-sel luteinnya
tidak meneruskan perkembangannya dan mengalami degenerasi. Baik korpus
luteum graviditatum maupun periodikum akan mengalami degenerasi dan
membentuk korpus luteum albikan yang beraspek putih (Hartono 1992; Hafez &
Hafez 2000; Campbell et al. 2004).
Glikoprotein merupakan karbohidrat yang berikatan secara kovalen pada
protein, misalnya mukopolisakarida. Komponen karbohidrat berupa residu gula
pada glikoprotein dapat berupa glukosa, galaktosa, manosa, N-asetilglukosamin,
N-asetilgalaktosamin, fukosa dan asam sialat (Kiernan 1990). Ovarium
merupakan salah satu organ hewan betina yang mengalami perkembangan dan
perubahan morfologi yang dinamis seperti adanya perkembangan folikel, ovulasi
dan luteinisasi. Semua proses tersebut merupakan hasil dari proses pembelahan
sel, kematian sel, migrasi sel dan perlekatan (adesi) dari sel-sel ovarium (Kimura
et al. 1999). Selama proses tersebut berlangsung, terjadi perubahan glikoprotein
pada setiap tahapan perkembangan folikel. Namun informasi mengenai jenis
glikoprotein yang berperan pada perkembangan folikel ruminansia masih sangat
sedikit. Menurut Tadano dan Yamada (1978), zona pelusida, cairan folikel dan
matriks ekstraselular dari lapisan granulosa mengandung kompleks karbohidrat
1.2 glycol dan grup acidic serta residu manosil dan glukosil.
Zona pelusida merupakan salah satu struktur pada folikel ovarium yang
banyak diteliti karena kaitannya dengan proses fertilisasi. Zona pelusida
merupakan lapisan ekstraselular yang dapat ditemukan pada oosit yang sedang
tumbuh dan yang telah mengalami ovulasi. Zona pelusida berperan penting dalam

interaksi antara spermatozoa dengan oosit selama proses fertilisasi dan tahap awal
perkembangan zigot (Parillo et al. 2001; Mulyati et al. 2003). Zona pelusida ini
terlibat dalam perlekatan sperma dengan oosit yang akan menimbulkan reaksi
akrosom, blokade post-fertilisasi terhadap polyspermy dan melindungi embrio
selama embrio di dalam tuba Fallopii atau sebelum implantasi (Parillo et al.
2001). Berdasarkan hasil penel