Studi Perbandingan Performans Reproduksi, Karakteristik Genetik dan Pola Suara antara Tetua dan Turunannya pada Penyilangan Burung Tetukur (Streptopelia Chinensis) dan Puter (Streptopelia Risoria)

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Burung tekukur atau derkuku (Streptopelia chinensis) dan burung puter
(Streptopelia risoria) adalah dua dari antara jenis-jenis burung yang

memiliki

penggemar cukup luas dan merupakan salah satu komoditas yang berpotensi ekonomi
cukup baik. Sumber bibit untuk pemeliharaan, umumnya

lebih banyak mengandalkan

tangkapan dari alam, dan dari tahun ke tahun cenderung meningkat, sehingga ancaman
terhadap kelestariannya juga meningkat. Untuk menjamin kelestariannya di alam dan
keberlanjutan suplai bibit untuk memenuhi para penggemarnya diperlukan upaya
pelestariannya, antara lain melalui usaha penangkaran sebagai salah satu strategi
konservasi ex-situ. Dalam hal ini penerapan teknologi dan manajemen reproduksi
maupun manajemen penangkaran umumnya yang tepat dan efektif akan menjadi kunci
keberhasilan usaha penangkarannya.
Untuk memenuhi meningkatnya permintaan penggemar akan burung tekukur atau

keturunannya (tekukur halus) yang bersuara bagus dengan harga jual cukup tinggi, salah
satu cara yang dilakukan adalah menyilangkan tekukur jantan (asli) dengan puter betina
(pelung), kemudian menyilangkan kembali tekukur jantan asli dengan hasil silangannya
(turunannya) secara berulang (back cross) sampai menghasilkan tekukur halus pada
generasi ketiga (F3) atau generasi keempat (F4) dan seterusnya (Soemarjoto & Raharjo,
2000a; Soejoesdono, 2001). Tingkat keberhasilan program penyilangan ini dilaporkan
masih rendah. Diduga ada beberapa faktor penyebab, baik yang bersifat internal burung
(fisiologis atau bioreproduksi) maupun eksternal (manajemen reproduksi). Diantara
faktor- faktor tersebut, adalah (1) sifat liar burung tekukur yang masih tinggi sehingga
cenderung mudah stress, akibatnya telur yang dihasilkan banyak yang dimakan; (2)
keturunan pertama (F1) dan kedua (F2) lebih banyak jantan sementara yang diperlukan
untuk kelanjutan program penyilangan adalah burung betina, (3) belum optimalnya
penanganan unsur- unsur manajemen reproduksi penyilangan seperti faktor pakan,
perkandangan, sarang, cahaya, kesehatan, serta pemilihan dan pembentukan pasangan.