PELEPASLIARAN DAN PERILAKU HARIAN BURUNG TEKUKUR (Streptopelia chinensis) DI KEBUN KOPI, DESA FAJAR BARU, PAGELARAN UTARA PRINGSEWU

(1)

PELEPASLIARAN DAN PERILAKUHARIAN BURUNG TEKUKUR (Streptopelia chinensis) DI KEBUN KOPI, DESA FAJAR BARU, PAGELARAN

UTARA, PRINGSEWU

Oleh Anggi Romando

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PELEPASLIARAN DAN PERILAKU HARIAN BURUNG TEKUKUR (Streptopelia chinensis) DI KEBUN KOPI, DESA FAJAR BARU, PAGELARAN UTARA

PRINGSEWU Oleh

ANGGI ROMANDO1), ELLY LESTARI RUSTIATI2), SUGENG P HARIANTO3)

1)

Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung 2)

Dosen Jurusan Biologi Fakultas FMIPA Universitas Lampung 3)

Dosen Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung

Kebun Kopi Desa Fajar Baru adalah lokasi pelepasliaran burung tekukur yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Pringsewu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilakuharian burung tekukur (Streptopelia chinensis). Penelitian dilaksanakan dengan mengamati langsung burung tekukur di Kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu. Hasil penelitian menunjukkan Burung tekukur di kandang habituasi pada pagi dan sore hari banyak melakukan aktivitas istirahat, Perilaku harian burung tekukur jantan dan betina pada minggu pertama lebih banyak melakukan aktivitas mencari makan di lantai kebun. Pada minggu kedua, burung tekukur jantan dan betina banyak melakukan aktivitas istirahat di pohon Durian (Durio zibetinus). Perilaku harian burung tekukur jantan dan betina pada minggu ketiga lebih banyak melakukan aktivitas makan baik di lantai kebun maupun di pohon. Burung tekukur jantan dan betina sudah mampu beradaptasi dengan mencari makan sendiri dan tidak kembali kekandangnya.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Burung tekukur………... 8

B. Perilaku………... 8

III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14

B. Alat dan Objek Penelitian ... 14

C. Batasan Penelitian ... 14

D. Jenis Data ... 14

E. Metode Pengumpulan Data ... 16

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 18

A. Letak dan Luas Desa …………... 18

B. Topografi dan Tanah ... 18


(6)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Pemantauan Sebelum Pelepasliaran ………... 20

B. Pelepasliaran ……… 22

C.Pemantauan Paska Pelepasliara………... 22 D.Ancaman Terhadap Burung Tekukur ……… 25

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

A. Kesimpulan ... 26

B. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN ... 30 Gambar 5 – 14...30 – 35


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia yang secara alami dijumpai di Indonesia (Sujatnika, 1995). Menurut Utari (2000), kekayaan jenis burung yang tinggi karena Indonesia berada di hutan tropis yang dikenal memiliki keanekaragaman cukup beragam, Indonesia terletak pada dua wilayah penyebaran fauna terbesar yaitu wilayah Oriental dan Australia. Keanekaragaman habitat yang cukup beragam ini disebabkan karena hutan hujan tropis kaya struktur komposisi vegetasi yang mampu menyediakan beragam habitat burung. Kehadiran burung merupakan salah satu indikator mutu ekosistem hutan dan produktivitas kawasan hutan.

Salah satu habitat burung adalah tempat terbuka seperti pekarangan atau lahan terlantar yang masih ditumbuhi berbagai macam pohon buah-buahan seperti beringin (Ficus benjamina), salam (Syzygium polyanthum) dan jenis pohon lainnya (Crosby, 1995). Meskipun kanopinya lebih terbuka dibandingkan dengan hutan, perkebunan monokultur dan agroforest dapat menjadi habitat berbagai jenis


(8)

burung. Komposisi jenis yang ditemukan pada masing-masing tipe penggunaan lahan berkaitan erat dengan perannya dalam keseimbangan ekosistem. Sebagai contoh, pohon beringin (Ficus benjamina) pada saat musim berbuah sering dikunjungi berbagi jenis burung dari kelompok frugivora (dari suku Pycnonotidae, Columbidae, Capitonidae, Dicidae) dan insektivora (suku Apodidae, Sylviidae). Kelompok burung yang biasa mendiami struktur habitat tersebut adalah beluk ketupa (Ketupa ketupu), perkutut jawa (Geopelia striata), tekukur biasa (Streptopelia chinensis), cekakak belukar (Halcyon smyrnensis), cekakak sungai (Halcyon chloris), bentet loreng (Lanius tigrinus), perenjak gunung (Prinia atrogularis), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) (Ayat, 2011).

Upaya konservasi perlu dilakukan di areal yang diperkirakan mendukung baik kehidupan dan kehadiran burung. Langkah awal upaya tersebut dengan cara melakukan pelepasliaran jenis dan melakukan penelitian tentang perilaku harian sebelum dan setelah pelepasliaran tersebut. Kegiatan pelepasliaran dilakukan di kawasan budidaya berupa kebun kopi (Coffea arabica), dan di dominasi jenis tanaman perkebunan lainnya seperti pohon durian (Durio zibetinus), sirsak

(Annona muricata), manggis (Garcinia mangostana), alpukat (Persea

americana), jati (Tectona grandis), jambu air (Eugenia aquea), nangka

(Artocarpus integra), pete (Parkia speciosa), kelapa (Cocos nucifera), cempaka


(9)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perilaku harian burung tekukur di kandang habituasi sebelum pelepasliaran ?

2. Bagaimana perilaku harian burung tekukur di Kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu setelah pelepasliaran ?

3. Bagaimana keberhasilan pelepasliaran burung tekukur di Kebun Kopi, Desa Fajar Baru, Pagelaran, Pringsewu setelah pelepasliaran ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perilaku harian burung tekukur (Streptopelia chinensis) di kandang habituasi sebelum pelepasliaran.

2. Perilaku harian burung tekukur di kebun kopi desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu setelah pelepasliaran.

3. Keberhasilan pelepasliaran burung tekukur di kebun kopi desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu setelah pelepasliaran.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi tentang perilaku harian burung tekukur (Streptopelia chinensis) sebelum dan setelah pelepasliaran pada habitat barunya di kebun kopi, Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu.


(10)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah dalam upaya konservasi, dan wisata di luar kawasan konservasi.

E.Kerangka Pemikiran

Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan di air yang masih mempunyai sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia (UUD No. 5 tahun 1990). Salah satu jenis satwa liar yang sering ditemukan adalah jenis burung. Burung merupakan salah satu sumber daya hayati yang telah banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai hewan peliharaan (Sujatnika, 2003). Di antara jenis burung tersebut adalah burung tekukur (Streptopelia chinensis).

Burung tekukur merupakan jenis burung yang jarang ditangkarkan karena cenderung lebih mudah didapatkan secara alami (Utari, 2003). Meskipun jenis burung ini bukan merupakan jenis burung yang dilindungi menurut data Convention International Trade in Endangered of Wildflora and Fauna (CITES, 2007), namun keberadaan burung ini harus tetap dilestarikan mengingat masih banyaknya kegiatan ekspor burung berkicau yang terjadi. Hal ini dapat membahayakan kelestarian dari jenis burung tekukur. Burung tekukur merupakan spesies yang sebagian besar habitat atau sebarannya terdapat di kawasan lahan terbuka seperti perkebunan.

Habitat yang digunakan burung seperti hutan campuran, merupakan habitat baru yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Hutan tanaman hanya berupa tegakan vegetasi tanaman sejenis (monokultur) dan adanya campur tangan manusia


(11)

dengan mengubah dan merusak fungsi habitat burung seperti konversi lahan untuk pemukiman, peternakan, perindustrian, dan pertambangan yang menyebabkan keadaan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah dan ketidakseimbangan ekosistem. Habitat merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan kelimpahan atau komposisi jenis burung (Soehartono, 1997), sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan upaya yang serius untuk memperhatikan kelestarian satwa dengan kegiatan konservasi.

Kegiatan konservasi perlu dilakukan guna menjaga eksistensi sekaligus memulihkan populasi burung. Konservasi burung dapat dilakukan secara ex-situ (di luar habitat alaminya), di antaranya melalui penangkaran. Kegiatan penangkaran burung tidak hanya untuk kegiatan konservasi jenis dan peningkatan populasi, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pendidikan, penelitian dan pengembangan wisata di luar kawasan konservasi.

Menyikapi hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan nyata konstruktif agar populasi yang sedang menurun tersebut dapat pulih kembali, dengan cara melakukan upaya pelestarian dan pemanfaatan jenis burung tersebut melalui penangkaran dan pelepasliaran. Jenis burung yang dilepasliarkan yaitu burung tekukur yang berasal dari kandang penangkaran milik pribadi, berjumlah dua ekor (satu jantan dan satu betina). Dari kandang pemilik burung tersebut, dipindahkan ke kandang habituasi yang berukuran 1 x 0,5 meter yang berada di kebun kopi Desa Fajar Baru, Kecamatan Pagelaran Utara, Pringsewu.

Pengamatan perilaku harian burung tekukur sebelum dan setelah pelepasliaran dilakukan dengan memantau langsung perilaku hariannya. Hasil dari penelitian


(12)

ini adalah perilaku harian burung tekukur sebelum dan setelah pelepasliaran serta dapat diketahui apakah upaya konservasi seperti ini layak untuk dilakukan dalam upaya penyelamatan populasi satwa yang jumlahnya semakin menurun.


(13)

Habitat Burung

Konservasi Ex-Situ

Penangkaran

Berikut bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka penelitian. Pelepasliaran

Penelitian

Perilakuharian di kandang habituasi sebelum

pelepasliaran

Perilakuharian di kebun kopi setelah pelepasliaran

Observasi langsung

Perilaku harian burung tekukur sebelum dan setelah pelepasliaran


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Burung Tekukur

Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia Tenggara di Timur. Tekukur hampir ditemukan di semua habitat terbuka dan ranting pepohonan yang tinggi. Sering terlihat berkelompok, bertengger di tajuk atas pepohonan sambil mencari makanan.

Berikut ini adalah klasifikasi lengkap dari burung tekukur (Soejoedono, 2001): Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Class : Aves

Ordo : Columbiformes Sub ordo : Columbae Familia : Columbidae Sub Familia : Columbinae Genus : Streptopelia


(15)

1. Morfologi

Menurut MacKinnon et al. (1998), burung tekukur memiliki ukuran tubuh sedang, berwarna cokelat kemerah jambuan, ekor berukuran panjang dan bulu ekor terluar memiliki tepi putih tebal, bulu sayap lebih gelap dari pada bulu tubuh, dan terdapat garis-garis hitam khas pada sisi-sisi leher berbintik putih halus, iris mata berwarna jingga, paruh hitam, dan kaki merah.

2. Habitat dan Penyebaran

Habitat burung tekukur berupa hutan, agroforest, perkebunan, permukiman, dan persawahan, dan biasa hidup di sekitar permukiman dan mencari makan di atas permukaan tanah (Mackinnon 1998). Menurut Soejoedono (2001), tekukur termasuk Columbinae tersebar hampir di seluruh permukaan bumi, meliputi daerah India sampai Asia Tenggara, Afrika, Australia, dan Karibia. Tekukur tersebar luas dan umum (secara global) di Asia Tenggara, diintroduksi sampai Australia dan Los Angeles (Amerika Serikat). Penyebaran secara lokal pada umumnya ditemukan di seluruh Sunda besar terutama di daerah terbuka dan perkampungan. Secara global burung tekukur tersebar di Filipina, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

3. Perilaku

Perilaku hewan merupakan perilaku yang terlihat dan saling berkaitan baik secara individu maupun bersama-sama atau kolektif dan merupakan cara hewan berinteraksi secara dinamik dengan lingkungannya, baik dengan mahluk hidup maupun dengan benda-benda di sekitarnya (Tanudimadja dan Kusumamiharja,


(16)

1985). Menurut Scott (1969), perilaku merupakan usaha adaptasi terhadap suatu perubahan agar hewan tersebut tetap hidup. Perilaku hewan adalah ekspresi semua binatang yang disebabkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya (Suratmo, 1979).

Menurut Tanudimadja (1978), faktor-faktor yang mempengaruhi hewan dinamakan rangsangan, stimuli atau agen, sedangkan aktifitas yang di timbulkan adalah respon/tanggapan. Pola perilaku hewan merupakan segmen perilaku yang mempunyai fungsi adaptasi. Dalam satu sistem perilaku terdapat beberapa perilaku (Tanudimadja dan Kusumamiharja, 1985). Tanudimadja (1978), mendefinisikan sistem perilaku sebagai sekelompok perilaku dengan fungsi umum yang sama di mana terjadi perilaku seksual, perilaku makan dan minum, perilaku menelisik bulu, perilaku berjemur, perilaku istirahat, perilaku agonistik, perilaku teritorialitas, perilaku hirarki dominan. Burung tekukur di habitat liar merupakan jenis satwa liar yang hidup di sekitar daerah pedesaan dan persawahan. Burung tekukur bersarang sepanjang tahun pada sarang sederhana yang datar dan terbuat dari ranting dan disusun pada semak-semak yang rendah. Dalam satu kali waktu bertelur, burung tekukur betina dapat menghasilkan dua butir telur berwarna putih. Bila merasa terganggu burung tekukur akan terbang dengan kepakan sayap yang pelan dan khas (Soejoedono 2001).

4. Pola Perilaku

Pola perilaku merupakan segmen perilaku yang mempunyai fungsi adaptasi. Dalam satu sistem perilaku terdapat beberapa perilaku (Kusuma Mihardja, 1985). Tanudimadja (1978), mendefinisikan sistem perilaku sebagai kelompok perilaku


(17)

dengan fungsi umum yang sama di mana terjadi perilaku di alam, perilaku di kandang, perilaku makan, perilaku minum, perilaku sexual, perilaku menelisik bulu, perilaku berjemur, perilaku istirahat dan perilaku teritorial. Penjelasan beberapa perilaku di atas sebagai berikut:

a. Perilaku di alam

Burung tekukur di habitat alaminya merupakan jenis satwaliar yang hidup berdampingan dengan manusia, biasanya di sekitar daerah pedesaan dan persawahan. Mencari makan di permukaan tanah serta sering berdiam diri berpasangan di jalan-jalan terbuka dan sepi dari lalu lintas. Burung tekukur bersarang sepanjang tahun pada sarang sederhana yang datar dan terbuat dari ranting dan disusun pada semak-semak yang rendah. Dalam satu kali waktu bertelur, burung tekukur betina dapat menghasilkan dua butir telur berwarna putih. Bila merasa terganggu burung tekukur dan burung puter akan terbang rendah di atas tanah dengan kepakan sayap yang pelan dan khas (Soejoedono 2001). Burung tekukur hampir ditemukan di semua habitat terbuka dan ranting pepohonan yang tinggi dan sering terlihat berkelompok.

b. Perilaku di kandang

Burung tekukur di dalam kandang termasuk satwaliar yang menyukai suasana tenang dan damai (tidak suka bertarung) sehingga burung ini mudah dipelihara bersama dengan campuran burung lain dalam aviari. Namun pada musim berbiak burung ini mempunyai kecenderungan menjadi pemberang dan mengusir burung lain dari sekitar sarang atau wilayahnya (Soejoedono 2001).


(18)

c. Perilaku seksual

Menurut Suratmo (1979), perilaku seksual berkaitan erat dengan proses pengembangbiakan hewan yang dimulai saat dewasa kelamin dengan pertemuan dan pemilihan pasangan. Hal ini terjadi karena ada dorongan biologis, sampai saat dilakukannya perkawinan. Burung tekukur jantan saat musim kawin sering mengeluarkan kicauan yang keras seperti ‘terkuku-terkuku’ sambil mengganggukkan kepala dan menari-nari di hadapan burung tekukur betina. Hal ini dilakukan burung tekukur jantan untuk menarik perhatian dari tekukur betina.

d. Perilaku makan dan minum

Perilaku makan mencakup konsumsi makan atau bahan-bahan yang bermanfaat baik padat maupun cair (Thohari, 1978). Perilaku minum sering dilakukan setelah makan (Broom, 1981). Perilaku minum disebabkan rasa kering pada tenggorokan yang menjadi rangsangan untuk melakukan perilaku minum (Scott, 1969). Burung mengambil makanan dan dimasukkan ke mulut biasanya dalam bentuk potongan partikel kecil yang dibasahi oleh lendir, kemudian makanan langsung ditelan. Laju metabolisme pada burung paling cepat dibandingkan hewan lainnya maka akan cepat terlihat jika burung kekurangan nutrisi dalam pakannya (Welty, 1979). Hewan memulai aktivitas makannya pada pagi hari karena lapar, dengan demikian pada pagi hari dipergunakan untuk aktivitas sepanjang hari.

e. Perilaku menelisik bulu

Perilaku menelisik bulu dilakukan burung tekukur saat waktu tertentu, burung tekukur menelisik yaitu dengan menggunakan paruhnya apabila ada kotoran yang


(19)

menempel pada bulunya. Menelisik bulu merupakan perawatan bulu yang terterpenting, dilakukan dengan paruh, digerakkan atau digigit-gigit hingga keujung dan gerakan ini khas untuk masing-masing jenis (Immelmann, 1980).

f. Perilaku berjemur

Burung berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan mengembangkan bulu-bulu kepala, leher, punggung dan bagian belakang tubuhnya serta mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya, terkadang diikuti dengan membuka mulut (Tanudimadja, 1978).

g. Perilaku istirahat

Istirahat meliputi berdiri dengan satu-dua kaki atau duduk, bulu relaks, kepala tergolek di leher dan terkadang mengambil posisi sedang tidur. Pada saat tidur burung menarik dan menekuk kepalanya sehingga terlihat seperti bersandar pada bagian punggung dan paruh disembunyikan di balik scapular (Tanudimadja, 1978).

h. Perilaku teritorialitas

Daerah teritorial adalah suatu daerah yang dipertahankan dengan mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri (Mardiastuti, 1992). Areal ini secara khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan, pengasuhan, atau kombinasi aktivitas tersebut.


(20)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 30 hari efektif pada tanggal 14 Juli - 22 Agustus 2013 di Kebun Kopi, Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi penelitian di Kebun Kopi, Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu dengan (Skala 1 : 50.000).


(21)

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera Nikon Coolpix L 26, jam tangan Casio. Bahan yang digunakan adalah satu pasang burung tekukur.

C. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini meliputi:

1. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan mendung. Apabila hujan maka penelitian tidak dilakukan dan digantikan hari yang lain.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sepasang burung tekukur.

D. Jenis Data

1. Data Primer

Data mengenai perilaku harian burung tekukur diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan mencatat perilaku harian, meliputi perilaku makan, minum, bersuara, istirahat, pindah, berjalan di lantai dasar kebun, mengepakkan sayap.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi studi literatur yang mendukung penelitian di dapat dari perpustakaan Universitas Lampung, seperti karakteristik lokasi penelitian berupa keadaan umum lokasi penelitian dan data pendukung lainnya yang sesuai dengan topik penelitian seperti luas lahan, jenis tanaman yang ada di lokasi pelepasliaran.


(22)

E. Metode dan Cara Kerja

Data perilaku harian burung diperoleh dengan memantau perilaku harian burung tekukur yang berada di kandang habituasi sebelum dan setelah pelepasliaran, ukuran kandang habituasi 1 x 0,5 meter. Sebelum dan setelah pelepasliaran ada beberapa tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu yaitu :

1. Pemantauan sebelum pelepasliaran.

Pemantauan sebelum pelepasliaran dilakukan selama enam hari mulai tanggal 14 - 20 juli 2013. Tahapan sebelum pelepasliaran adalah pemeriksaan kesehatan. Menurut Joseph (2001), sangat penting pemeriksaan fisik terhadap burung yang akan dilepasliarkan. Tahapan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap kedua burung tekukur adalah pemeriksaan fisik meliputi pengamatan visual terhadap bentuk fisik yaitu kesempurnaan sayap, bulu, mata, kaki dan paruh.

Untuk membedakan burung tekukur jantan dan betina pada kaki tekukur jantan diberi penanda gelang besi kekuningan. Pengamatan burung di kandang habituasi dilakukan pagi hari pukul 06.00 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 -18.00. Setelah burung dilepasliarkan pengamatan dilakukan dengan mencatat perilaku selama perjumpaan. Pengamatan perilaku harian, burung tekukur diamati pada jarak tertentu dengan pertimbangan burung tekukur tidak terganggu.

2. Pelepasliaran

Pelepasliaran dilakukan tanggal 21 Juli 2013 pukul 06.00 WIB dengan membuka pintu kandang habituasi, dan kedua burung tekukur dibiarkan keluar sendiri.


(23)

3. Pemantauan paskapelepasliaran

Pemantauan paska pelepasliaran dilakukan secara intensif selama 3 minggu mulai tanggal 21 Juli - 22 Agustus 2013, untuk melihat tingkat keberhasilan pelepasliaran dengan memantau dan mencatat perkembangan perilaku dan daya ketahanan adaptasi burung yang dilepas terhadap lingkungan barunya. Indikasi tingkat keberhasilan pelepasliaran burung tekukur meliputi: sudah mampu beradaptasi dilingkungan barunya bisa mencari makan dengan sendirinya dan tidak kembali ke kandang habituasi.


(24)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Burung tekukur di kandang habituasi pada pagi dan sore hari banyak melakukan aktivitas istirahat. Pada pagi hari (jantan 55,79% dan betina 62,82%) dan sore hari (jantan 60,33 % dan betina 70,28%).

2. Perilaku harian burung tekukur jantan dan betina pada minggu pertama setelah pelepasliaran, lebih banyak melakukan aktivitas mencari makan di lantai dasar kebun. Pada minggu kedua, burung tekukur jantan dan betina banyak melakukan aktivitas istirahat di pohon Durian (Durio zibetinus). Perilaku harian burung tekukur jantan dan betina pada minggu ketiga lebih banyak melakukan aktivitas makan, baik di lantai kebun maupun di pohon.

3. Burung tekukur jantan dan betina sudah mampu beradaptasi dengan mencari makan sendiri dan tidak kembali lagi ke kandangnya.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pemantauan keberadaan burung tekukur.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ayat. 2011. Tehnik Penangkaran Tekukur (Streptopelia chinensis) di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Bogor.

Broom, D. M. 1981. Biologi of Behavior. Cambrige University Press. London

Cites. 2007. Trade of protected animals is a crime. London

Crosby. 1995. Domestic Animal Behavior, Causes and Implication For Animal Care and Management. Prentige Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.

Djausal A. 2007. Kehidupan Burung di Kampus Unila. Lampung: Universitas Lampung.

Immelmann. 1980. Observational Study of Behavior : Sampling Methods. Behaviour

Joseph. 2001. Living : An Introduction To Biology. Addison Wesley Publishing Company, Inc. Canada

MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen. 1998. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (termasuk sabah, Serawak dan Brunei Darussalam). Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.

Mardiastuti. 1992. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Miharja K. 1985. Sukses Memelihara Tekukur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Scott, J.P. 1969. Animal Behavior. Cambrige University Press. London. Soehartono. 2001. Tekukur. Surabaya: PT Trubus Agrisarana (anggota Ikapi).

Soejoedono RR. 2001. Sukses Memelihara Tekukur. Jakarta: Penebar Swadaya.


(26)

Spark, J. dan D. Andrews. 1982. Bird Behavior. Publishing Hamlyn. London. Sujatnika. 2003. Perbandingan Perilaku Harian Pasangan Burung Tekukur (Streptopelia chinensis) di Penangkaran. (Skripsi). Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Sujatnika. 1995. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia : Pendekatan Daerah Burung Endemik. PHPA/BirdLife International-Indonesia Programme. Jakarta.

Suratmo. 1978. Pelaksanaan Konverensi CITES Di Indonesia. Jakarta: Jica.

Tanudimadja, K. dan S. Kusumamiharja. 1985. Perilaku Hewan Ternak. Diktat. Jurusan Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Bogor.

Thohari. 1997. Upaya Penangkaran Satwa Liar. Media Konservasi, 1 (3) : 5-21 Utari, W.D. 2000. Keanekaragaman Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di

Areal Hutan Tanaman Industri PT Riau Andalan Pulp dan Paper dan Perkebunan Kelapa Sawit PT Duta Palma Nusantara Group Provinsi Dati Riau. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/E00wdu.pdf. Diakses 11 Februari 2011.

Utari. 2003. Dasar-dasar Pembinaan Marga Satwa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.


(27)

(28)

Gambar 5. Kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu bulan Agustus 2013.

Gambar 6. Kandang habituasi burung tekukur di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(29)

\

Gambar 7. Burung tekukur yang beraktivitas istirahat di kandang habituasi kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.

Gambar 8. Burung tekukur mencari makan di tanah kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(30)

.

Gambar 9. Pemeriksaan fisik burung di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.

Gambar 10. Burung tekukur jantan bertengger di pohon durian di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(31)

Gambar 11. Burung tekukur betina bertengger di pohon durian di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.

Gambar 12. Burung jantan dan betina di kandang habituasi kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(32)

Gambar 13. Burung tekukur jantan dan betina mencari makan di tanah kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.

Gambar 14. Penginapan selama penelitian di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(1)

(2)

Gambar 5. Kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu bulan Agustus 2013.

Gambar 6. Kandang habituasi burung tekukur di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(3)

\

Gambar 7. Burung tekukur yang beraktivitas istirahat di kandang habituasi kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.

Gambar 8. Burung tekukur mencari makan di tanah kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(4)

Gambar 9. Pemeriksaan fisik burung di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.

Gambar 10. Burung tekukur jantan bertengger di pohon durian di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(5)

Gambar 11. Burung tekukur betina bertengger di pohon durian di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.

Gambar 12. Burung jantan dan betina di kandang habituasi kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


(6)

Gambar 13. Burung tekukur jantan dan betina mencari makan di tanah kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.

Gambar 14. Penginapan selama penelitian di kebun Kopi Desa Fajar Baru, Pagelaran Utara, Pringsewu 2013.


Dokumen yang terkait

Studi Perbandingan Performans Reproduksi, Karakteristik Genetik dan Pola Suara Antara Tetua dan Turunannya Pada Penyilangan Burung Tekukur (Streptopelia chinensis) dan Puter (Streptopelia risoria)

1 75 202

Studi Perbandingan Performans Reproduksi, Karakteristik Genetik dan Pola Suara antara Tetua dan Turunannya pada Penyilangan Burung Tetukur (Streptopelia Chinensis) dan Puter (Streptopelia Risoria)

2 47 202

Studi Perbandingan Performans Reproduksi, Karakteristik Genetik dan Pola Suara antara Tetua dan Turunannya pada Penyilangan Burung Tetukur (Streptopelia Chinensis) dan Puter (Streptopelia Risoria)

0 4 1

Studi Perbandingan Performans Reproduksi, Karakteristik Genetik dan Pola Suara Antara Tetua dan Turunannya Pada Penyilangan Burung Tekukur (Streptopelia chinensis) dan Puter (Streptopelia risoria)

2 47 202

Pola reproduksi burung tekukur (Streptopelia chinensis) dan puter {Streptopelia risoria) di Penangkaran

0 8 10

Reproductive Pattern of Spotted Dove (Streptopelia chinensis) and Ringdove (Streptopelia risoria) in Captivity

0 8 9

Ragam jenis ektoparasit burung tekukur (Streptopelia chinensis) dan burung puter (Streptopelia bitorquata) di penangkaran

0 11 47

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Tiga Tipe Komunitas Kebun (Studi Kasus: Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara)

4 23 75

PERILAKU HARIAN LUTUNG JAWA (Trachypithecus auratus Geoffroy 1812) PASCA REHABILITASI DAN PELEPASLIARAN DI GUNUNG BIRU, BATU, JAWA TIMUR.

0 0 14

Perilaku Harian Lutung Jawa (Trachypithecus auratus Geoffroy 1812) Pasca Rehabilitasi Dan Pelepasliaran Di Gunung Biru, Batu, Jawa Timur jurnal

0 8 8