Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas terhadap Harga Saham Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, SOLVABILITAS
TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI DASAR DAN
KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA

SETIA MURNINGSIH

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Likuiditas,
Profitabilitas, Solvabilitas terhadap Harga Saham Industri Dasar dan Kimia di
Bursa Efek Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014

Setia Murningsih
NIM H24100022

ii

ABSTRAK
SETIA MURNINGSIH. Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas terhadap
Harga Saham Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh
ABDUL KHOHAR IRWANTO.
Perusahaan pada sektor industri pengololahan merupakan sektor yang
memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB tahun 2010-2012. Sektor industri
pengolahan dibedakan menjadi tiga sektor yaitu sub sektor aneka industri, sub

sektor industri dasar dan kimia, dan sub sektor industri barang konsumsi. Penelitian
ini menggunakan data perusahaan sektor industri dasar dan kimia tahun 2010-2012
yang dianalisis dengan menggunakan confirmatory analysis dengan bantuan
Structural Equation Modelling. DAR dan DER merupakan faktor loading dari
solvabilitas. Untuk faktor loading dari LIKUID adalah CR dan QR sedangkan
faktor loading dari PROFIT adalah NPM, ROE, ROI. Hasil penelitian ini
menunjukkan profitabilitas terhadap harga saham berpengaruh signifikan pada
tahun 2010 dan 2012 sedangkan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap harga
saham pada tahun 2010 dan 2011. Tingkat solvabilitas berpengaruh tidak signifikan
terhadap harga saham setiap tahunnya.
Kata kunci: harga saham, industri dasar dan kimia, likuiditas, profitabilitas, dan
solvabilitas.

ABSTRACT
SETIA MURNINGSIH. Influence of Liquidity, Profitability, Leverage of Stock
Price in Indonesia Stock Exchange Primary Industries and Chemical Companies.
Supervised by ABDUL KHOHAR IRWANTO
Companies in the industrial sector are a sector management that greatest
contribution to GDP in 2010-2012. Based on the classification of BEI, the industrial
sector is divided into 3 sectors i.e. sectors of various industries, primary industries

and chemical sectors, industry sector and customer goods. Every company should
be aware in capital structure management because capital structure is one of the
important component of company finance that should be used effectively and
productively so it can be able to improve the ability of liquidity and profitability.
This research used the company data base and chemical industrial sector in 20102012 were analyzed using confirmatory analysis with the help of Structural
Equation Modelling. DAR and DER are the factor of leverage. Factor of LIQUID
among others are CR and QR while loading factors of PROFIT among others are
NPM, ROE, and ROI. The result of profitability of stock price is significantly
influential in 2010 and 2012 while liquidity of stock price is significantly influential
in 2010-2011. Leverage of stock price is not significantly influential in 2010-2012.
Keywords: leverage , liquidity, primary industries and chemical companies,
profitability, stock price

iii

PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, SOLVABILITAS
TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI DASAR DAN KIMIA
DI BURSA EFEK INDONESIA

SETIA MURNINGSIH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

v

Judul Skripsi : Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas terhadap Harga
Saham Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia
Nama

: Setia Murningsih
NIM
: H24100022

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Khohar Irwanto, MSc
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini adalah
struktur modal dengan judul Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas
terhadap Harga Saham Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Abdul Khohar Irwanto selaku
dosen pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih juga disampaikan untuk
Bapak Boman, Ibu Triyani selaku kedua orang tua penulis, dan adik Dwi Rahma
Kartika Sari atas segala doa dan dukungannya, serta terima kasih kepada seluruh
keluarga besar BEM FEM IPB, teman, dosen, staf Departemen Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, April 2014
Setia Murningsih

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


4

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

5

Penelitian Terdahulu


5

METODE

6

Kerangka Pemikiran Penelitian

6

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Jenis dan Sumber Data

7

Metode Pengumpulan Data


7

Variabel Penelitian

7

Teknik Analisis

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Gambaran Umum Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia

10

Analisis Partial Least Square (PLS)


15

Pengujian Model SEM

15

Implikasi Manajerial

20

SIMPULAN DAN SARAN

21

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kontribusi industri olahan non migas PDB atas dasar harga berlaku pada
tahun 2010-2012
Metode Penentuan Sampel
Hipotesis Penelitian
Harga saham perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
tahun 2010-2012
Rasio likuiditas perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
tahun 2010-2012
Rasio profitabilitas perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
tahun 2010-2012
Rasio solvabilitas perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
tahun 2010-2012
Nilai faktor loading sebelum dropping sektor industri dasar dan kimia
tahun 2010-2012
Nilai faktor loading setelah dropping sektor industri dasar dan kimia
tahun 2010-2012
Uji validitas dari industri dasar dan kimia tahun 2010-2012
Hasil R-square pada industri dasar dan kimia tahun 2010-2012
Hasil path coefficients sektor industri dasar dan kimia rata-rata tahun
2010-2012

2
7
10
11
11
12
13
15
16
17
18
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha,
2010 - 2012
Produk domestik bruto Industri Dasar dan Kimia, 2010 – 2012
Indeks harga saham Industri Dasar dan Kimia, 2010 – 2012
Kerangka Pemikiran
Model Structural Equation
Model SEM sektor industri dasar dan kimia tahun 2010-2012

1
2
3
6
9
16

ix

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Daftar istilah penting
24
Nilai likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan harga saham industri dasar
dan kimia tahun 2010
25
Nilai likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan harga saham industri dasar
dan kimia tahun 2011
27
Nilai likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan harga saham industri dasar
dan kimia tahun 2012
29
Daftar nama emiten
31
Referensi penelitian terdahulu
33

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012 mencapai 6.23 persen dan
merupakan salah satu yang tertinggi di Asia setelah China yang tumbuh sebesar 7.8
persen. Adapun nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga
konstan 2000 pada tahun 2012 mencapai IDR 2618.1 triliyun, naik sebesar IDR
153.4 triliyun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai IDR 2464.7 triliyun.
30%

Presentase

Pertanian, Peternakan,
kehutanan, & Perikanan
25%

Pertambangan & Penggalian

20%

Industri Olahan
Listrik, Gas, & Air Bersih

15%
Konstruksi
10%
Perdagangan, Hotel, & Restoran
5%

Pengangkutan & Komunikasi

0%

Keuangan, Real Estate, & Jasa
Perusahaan
2010

2011
Tahun

2012
Jasa-jasa

Gambar 1 Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha, 2010 – 2012 (BPS 2013)
PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha pada Gambar 1
menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun dari 2010 sampai 2012 industri
olahan merupakan penyumbang PDB Indonesia. Industri pengolahan telah
memberikan kontribusinya sebesar 24.33 persen setiap tahun. Sejak tahun 2010
sampai 2012 ini, industri olahan mengalami penurunan dengan rata-rata 0.4 persen
per tahun.
Industri olahan terdiri dari industri migas dan industri non migas. Industri
migas memberikan rata-rata kontribusi sebesar 3.33 persen dan industri non migas
sebesar 21 persen per tahun. Industri olahan non migas meliputi tiga sub sektor
diantaranya sub sektor aneka industri, sub sektor industri dasar dan kimia, dan sub
sektor industri barang konsumsi.

2

Tabel 1

Kontribusi industri olahan non migas PDB atas dasar harga berlaku
pada tahun 2010-2012
Sub Sektor

Kontribusi

Tahun

Aneka
Industri

Industri Dasar dan
Kimia

Industri Barang
Konsumsi

2010

7.970

6.126

7.382

2011

7.674

5.731

7.518

2012

7.547

5.587

7.716

7.730

5.815

7.539

Rata-rata

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Milyaran Rupiah

Industri dasar dan kimia memiliki kontribusi terhadap PDB terendah di sektor
industri olahan non migas yang dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata kontribusi dari
industri barang konsumsi dan aneka industri sebesar 7 persen sedangkan industri
dasar dan kimia sebesar 5 persen. Pada Gambar 2, PDB yang dihasilkan dari
industri dasar dan kimia sendiri setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Penurunan kontribusi industri dasar dan kimia setiap tahunnya diakibatkan
peningkatan industri dasar dan kimia yang dihasilkan lebih rendah daripada sektor
dan sub sektor yang lain.
480
460
440
420
400
380
360

460,45
425,413
394,944
PDB
2010

2011
Tahun

2012

Gambar 2 Produk domestik bruto Industri Dasar dan Kimia, 2010 – 2012
(BPS 2013)

Peningkatan PDB industri dasar dan kimia setiap tahunnya diikuti dengan
peningkatan indeks harga saham industri dasar setiap tahunnya. Hal tersebut sesuai
dengan Gambar 3 yang menunjukkan dari tahun 2010 hingga 2012 indeks harga
industri dasar dan kimia terus meningkat. Tahun 2010 indeks harga saham industri
dasar dan kimia 387.35 rupiah, tahun 2011 menjadi 408.27 rupiah, dan tahun 2012
meningkat kembali menjadi 526.55 rupiah.

Rupiah

3

600
500
400
300
200
100
0

526,55
387,25

408,27

2010

2011
Tahun

Indeks Harga Saham

2012

Gambar 3 Indeks harga saham Industri Dasar dan Kimia, 2010 – 2012
(OJK 2014)

Peningkatan PDB industri dasar dan kimia termasuk faktor yang
mempengaruhi perubahan harga saham. PDB bertujuan untuk mengukur tingkat
kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenahi
seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode.
Peningkatan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan menyebabkan perekonomian
tumbuh dan meningkatkan skala omset penjualan perusahaan. Hal ini terjadi karena
meningkatnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan
konsumen. Peningkatan omset penjualan maka keuntungan perusahaan juga
meningkat. Keuntungan perusahaan yang meningkat dapat meningkatkan harga
saham perusahaan tersebut juga meningkat, yang berdampak pada pergerakan
IHSG.
Adanya trend naik dari pertumbuhan PDB pada industri dasar dan kimia ini
sejalan dengan adanya trend naik dari indeks harga saham industri dasar dan kimia.
Secara teori dapat dijelaskan bahwa peningkatan PDB dapat meningkatkan daya
beli konsumen terhadap produk-produk perusahaan sehingga meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Adanya peningkatan profitabilitas perusahaan dapat
meningkatkan investor sehingga dapat meningkatkan harga saham.
Harga saham yang terus meningkat membuat investor tertarik untuk
menanamkan dana yang dimilikinya ke suatu perusahaan. Selain harga saham yang
fluktuatif positif, ada beberapa indikator ekonomi makro yang dapat membantu
investor dalam membuat keputusan investasinya. Kemampuan investor dalam
memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat
berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Indikator
makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal adalah fluktuasi tingkat
bunga, inflasi, kurs rupiah, dan pertumbuhan PDB (Kewal 2012).
Keputusan investor untuk berinvestasi dilihat juga dari laporan keuangan
perusahaan. Laporan keuangan bertujuan memberikan bantuan kepada investor,
kreditur, dan investor potensial untuk mengambil keputusan investasi. Laporan
keuangan berguna bagi invetor dalam mengambil keputusan apakah membeli,
menahan atau menjual saham tertentu, dan untuk membentuk portofolio. Jadi
diharapkan informasi yang ada di laporan keuangan dapat berguna bagi investor

4

dalam mempertimbangkan suatu keputusan apakah melakukan investasi atau tidak
(Fitriana 2008).
Pada laporan keuangan akan memberikan gambaran kinerja manajemen
dalam mengelola perusahaan. Kinerja perusahaan salah satunya dilihat dari kinerja
keuangannya. kinerja keuangan perusahaan yang baik dapat mempengaruhi harga
saham suatu perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan berdasarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas), kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya (likuiditas), dan kemampuan
perusahaan mendanai aktivanya dengan hutang (solvabilitas).
Menurut hasil penelitian Widuri (2009), kinerja keuangan berpengaruh
terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2012)
menghasilkan hasil yang sama dengan Widuri yaitu kinerja keuangan
mempengaruhi harga saham. Berbeda halnya dengan Fitriana (2008), hasil
penelitiannya membuktikan bahwa kinerja keuangan tidak mempengaruhi harga
saham. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian membuat peneliti ingin
melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan sehingga mengetahui kinerja
keuangan berpengaruh terhadap harga saham atau tidak. Penelitian ini memilih
industri dasar dan kimia sebagai objek penelitian. Perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Judul penelitian ini pun adalah “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,
Solvabilitas terhadap Harga Saham Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek
Indonesia”.
Perumusan Masalah
Setiap perusahaan bertujuan untuk mendapatkan profit yang sebanyakbanyaknya dan biaya yang sedikit mungkin. Adanya laba yang banyak dapat
digunakan untuk membayar hutang perusahaan dan memakmurkan pemilik serta
pemegang saham.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana pengaruh tingkat likuiditas terhadap harga saham pada industri
dasar dan kimia setiap tahunnya?
2.
Bagaimana pengaruh tingkat profitabilitas terhadap harga saham pada
industri dasar dan kimia setiap tahunnya?
3.
Bagaimana pengaruh tingkat solvabilitas terhadap harga saham pada industri
dasar dan kimia setiap tahunnya?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan yang telah dilakukan, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.
Menganalisis pengaruh likuiditas terhadap harga saham pada industri dasar
dan kimia setiap tahunnya.
2.
Menganalisis tingkat profitabilitas mempengaruhi harga saham pada industri
dasar dan kimia setiap tahunnya.

5

3.

Menganalisis tingkat solvabilitas mempengaruhi harga saham pada industri
dasar dan kimia setiap tahunnya.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah: (1)Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan berkaitan dengan pengaruh
likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap harga saham pada perusahaan
industri industri dasar dan kimia. (2)Penelitian ini memberikan gambaran
bagaimana likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas dalam mempengaruhi harga
saham sehingga perusahaan dapat membuat kebijakan yang tepat untuk menjaga
stabilitas perusahaan dan menarik investor untuk menanamkan modalnya di
perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas bagaimana likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas
berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan industri industri dasar dan
kimia. Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industri dasar dan kimia. Perusahaan-perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2010 sampai 2013. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data laporan keuangan mulai tahun 2010 sampai tahun 2012.
Ketersediaan data laporan keuangan perusahaan juga menjadi alasan pemilihan
tahun 2010-2012.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Widuri (2009) meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga
saham. Dimana ia menggunakan tiga rasio keuangan yaitu likuiditas, profitabilitas,
dan solvabilitas. Hasil yang dia peroleh menunjukkan bahwa likuiditas dan
solvabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan
likuiditas tidak berpengaruh signifikan. Hasil penelitian Susilawati (2012) tentang
pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham ternyata memberikan hasil yang
sama dengan Widuri. Berbeda halnya dengan hasil penelitian Fitriana (2008),
menunjukkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh tidak signifikan terhadap harga
saham. Ada tiga rasio yang ditelitinya yaitu rasio likuiditas, profitabilitas, dan nilai
pasar. Ternyata hanya rasio nilai pasar saja yang memiliki pengaruh terhadap harga
saham. Adapun referensi penelitian terdahulu dapat dilihat di Lampiran 6.

6

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Perusahaan industri dasar dan kimia merupakan salah satu perusahaan yang
berkontribusi terhadap PDB untuk Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua alat
analisis. Analisis pertama dengan menggunakan perhitungan rasio keuangan yang
berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas. Analisis yang kedua
dengan menggunakan Structural Eqution Modelling (SEM). Dimana di dalam SEM
sudah terdapat outer model dan inner model. Pada Gambar 4 dijelaskan kerangka
pemikiran dari peneliti.

Gambar 4 Kerangka pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang
terdiri atas 60 perusahaan. Perusahaan yang digunakan merupakan perusahaan yang
telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Waktu penelitian selama tiga bulan yang
dimulai pada bulan Desember 2013 hingga bulan Februari 2014.

7

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder
yang berupa laporan keuangan perusahaan industri dasar dan kimia pada periode
2010-2012 serta buku atau bahan pustaka lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap
akan dikeluarkan dari sampel penelitian ini. Kriteria yang dipilih dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Secara berturut-turut pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
masih tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia.
b. Menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2010 sampai tahun 2012.
c. Ketersediaan data.
Berikut disajikan Tabel 2 yang merupakan prosedur pemilihan sampel berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan.
Tabel 2

Metode penentuan sampel
Keterangan

Jumlah

1. Populasi (Perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di
BEI tahun 2010-2013)

60

2. Perusahaan yang baru terdaftar di BEI tahun 2013

(4)

3. Perusahaan yang terus-menerus listing di BEI tahun 2010-2012

56

4. Tidak memiliki laporan lengkap
Jumlah sampel perusahaan yang diteliti

(18)
38

Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
current ratio (CR), quick ratio (QR), return on equity (ROE), return on investment
(ROI), net profit margin (NPM), debt to equity (DER), dan debt to asset ratio
(DAR) sebagai variabel independen. Variabel dependen berupa harga saham.
Parameter yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.
CR (Current Ratio)
Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir
2013). Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagi bentuk untuk mengukur
tingkat keamanan (margin safety) suatu perusahaan.

8

b.

� =

A

L

H

. . .

L

(1)

Acid test (Quick ratio)
Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau
utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan (inventory) (Kasmir 2013). Rumusnya
adalah:
� �

� =

A

L

−P

H

. . .

L

(2)

Quick ratio lebih mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutang lancarnya.
c. NPM (Net Profit Margin)
NPM menyatakan rasio yang mengukur laba bersih sesudah pajak
dibandingkan dengan penjualan bersih (Kasmir 2013). Secara matematis
rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:


� =

L

. . .

T

(3)

d. ROE (Return on Equity)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri
(Kasmir 2013). Adapun rumus ROE adalah sebagi berikut:
� �=

L

. . .

T

(4)

e. ROI (Return on Investment)
Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama return on
investment atau return on total assets adalah rasio yang menunjukkan hasil
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan
suatu alat ukur tentang efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya (Kasmir 2013). ROI dapat diformulasikan sebagai berikut:


=

L

T

A

. . . (5)

f. DAR (Debt to Asset Ratio)
Debt rasio (rasio utang) yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total utang dengan total aktiva. Seberapa besar aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir 2013).

9



T

� =

T

� =

T

. . .

A

(6)

g. DER (Debt to Equity Ratio)
Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang (Kasmir 2013).
��

T

y

. . .

(7)

h. Harga saham adalah nilai jual saham dalam rupiah pada setiap perusahaan
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2010-2012. Harga saham ditentukan berdasarkan ekspetasi
rata-rata harga saham menggunakan distribusi beta (β) (Soeharto 1999).
Harga Saham =

+2 +
4

...

(8)

Dimana:
a = Harga saham tertinggi (Rupiah)
b = Harga saham terendah (Rupiah)
p = Harga saham penutup (Rupiah)
2 = Bobot yang diberikan untuk harga penutup.

Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan menguji
model SEM yang akan dibangun. Struktur modal kerja sebagai variabel laten dari
proxy pembentuk struktur modal kerja. Model SEM disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Model Structural Equation Modelling
Model ini terdiri dari current ratio (CR), quick ratio (QR), return on equity
(ROE), return on investment (ROI), dan net profit margin (NPM), debt to equity
(DER), debt to asset ratio (DAR), dan harga saham. Berdasarkan indikator tersebut,
penulis menentukan hipotesis yang disajikan pada Tabel 3.

10

Tabel 3

Hipotesis penelitian
Hipotesis

H1

Likuiditas berhubungan dengan harga saham

H2

Profitabilitas berhubungan dengan harga saham

H3

Solvabilitas berhubungan dengan harga saham

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen
menggunakan confirmatory analysis yaitu analisis SmartPLS. Menurut Ghozali
(2008) model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari dua set
hubungan: (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten
(structural model), dan (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antara
variabel laten dengan indikator atau varibel manifestnya (measurement model).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 mencapai 6.23 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang diperoleh Indonesia ini terbesar kedua setelah Cina
yang mencapai 7.8 persen di Asia. Adapun pertumbuhan ekonomi digunakan untuk
melihat atau menentukan perkembangan suatu negara yang dikeluarkan oleh
pemerintah bersangkutan. Indikator ekonomi merupakan pertanda tentang
perkembangan di masa lampau maupun untuk masa datang. Salah satu indikator
perekonomian adalah PDB. PDB bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran
suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenahi seluruh barang
dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode. Setiap sektor
memberikan kontribusi terhadap PDB. Berdasarkan BPS (2013), sektor industri
pengolahan memiliki kontribusi yang paling besar.
Sektor industri olahan terdiri atas migas dan non migas. Untuk rata-rata
kontribusi industri olahan migas terhadap PDB sekitar 3.3 persen dan industri
olahan non migas sebesar 21 persen setiap tahunnya. Ada tiga sub sektor yang
terkandung di dalam industri olahan non migas. Ketiga sub sektor tersebut antara
lain sub sektor industri barang konsumsi, aneka industri, dan industri dasar dan
kimia. Adapun sektor industri dasar dan kimia juga memiliki beberapa perusahaan
yang mendukung kontribusinya terhadap PDB. Perusahaan dari sub sektor industri
dasar dan kimia adalah semen, keramik porselin dan kaca, logam dan sejenisnya,
kimia, plastik dan kemasan, pakan ternak, kayu pengolahan, serta pulp dan kertas.
Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu perusahaan
industri dasar dan kimia yang harga sahamnya terus meningkat setiap tahunnya
berdasarkan Tabel 4. Dimana pada tahun 2010 hingga 2012 perusahaan ini berada
diperingkat kedua pemilik harga saham tertinggi di industri dasar dan kimia.

11

Peringkat pertama diduduki oleh perusahaan Surya Toto Indonesia Tbk namun
harga saham perusahaan ini naik turun.
Tabel 4

Harga saham perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun
2010-2012
Rasio

Harga Saham

Closing Price
(Rupiah)

Tahun
2010
15 123,19

2011
15 374,5

2012
19 221,88

Sumber: Laporan tahunan, 2010-2012

Rasio likuiditas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka
pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditasnya menunjukkan bahwa perusahaan
mampu membayar hutang jangka pendeknya dan terhindar dari risiko gagal bayar.
Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor,
distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini
tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan
memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan jaminan selanjutnya.
Kemudian, bagi pihak distriutor adanya kemampuan membayar mempermudah
dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara
angsuran. Ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara
tepat waktu. Rasio likuiditas ini bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk
menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit. Rasio likuiditas
dijelaskan oleh dua variabel yaitu current ratio dan quick ratio.
Tabel 5

Rasio likuiditas perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun
2010-2012
Rasio

Likuiditas

Tahun
2010

2011

2012

CR

5.560

6.980

6.030

QR

4.590

6.083

5.420

Sumber: Laporan tahunan, 2010-2012 (diolah)

Rasio lancar dan rasio cepat yag semakin tinggi nilainya maka likuiditas
perusahaan semakin baik. Perlu diperhatikan kelebihan likuiditas akan mengurangi
risiko ketidakmampuan pemenuhan kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo,
hal mana akan mengurangi laba. Jadi biaya untuk meningkatkan likuiditas
merupakan pertukaran antara laba dan likuiditas (Sundjaja dan Barlian 2003). Pada
praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200 persen (2:1)
yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan
bagi suatu perusahaan. Karena perusahaan berada di titik aman dalam jangka
pendek.
Berdasarkan Tabel 5, perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun
2010 memiliki rasio lancar sebesar 5.560 kali yang artinya 5.56 kali utang lancar

12

atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 5.56 rupiah harta lancar. Tahun 2011
current ratio perusahaan ini mengalami peningkatan dan menjadi 6.980 kali. Ini
berarti setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 6.98 rupiah harta lancar. Pada tahun
2012 current ratio perusahaan ini mengalami penurunan kembali menjadi 6.03 kali
yang berarti 6.03 rupiah harta lancar perusahaan menjamin 1 rupiah utang lancar.
Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan yang
dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Quick
ratio menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban
atau hutang lancar (hutang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Hal tersebut dilakukan karena
persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila
perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan
dengan aktiva lancar lainnya (Kasmir 2010).
Pada Tabel 5, tahun 2010 terlihat quick ratio perusahaan Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk mencapai 4.59 kali, tahun 2011 meningkat menjadi 6.083 kali, dan
tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 5.42 kali. Kondisi menunjukkan bahwa
perusahaan tidak harus menjual sediaan bila hendak melunasi utang lancar tetapi
dapat menjual surat berharga atau penagihan utang.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Rasio net profit
margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan.
Rasio ini memberikan gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai
presentase dari penjualan (Prastowo dan Julianty 2005). NPM diinpretasikan
sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di
perusahaan pada periode tertentu. NPM yang tinggi menunjukkan kemampuan
perusahaan yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum, NPM yang
rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen.
Tabel 6

Rasio profitabilitas perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
tahun 2010-2012
Tahun

Rasio

Profitabilitas

2010

2011

2012

NPM

0.290

0.259

0.276

ROE

0.270

0.250

0.271

ROI

0.230

0.222

0.233

Sumber: Laporan tahunan, 2010-2012 (diolah)

Net profit margin yang dihasilkan oleh perusahaan Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk dan dilampirkan pada Tabel 6 tahun 2010 mencapai 0.29 kali atau 29
persen, tahun 2011 menurun sebesar 3.1 persen sehingga NPM menjadi 25.9 persen,
dan tahun 2012 meningkat kembali sebesar 1.7 persen dari tahun sebelumnya.
Tahun 2012 NPM Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menjadi 27.6
persen. Walaupun sempat mengalami penurunan NPM, perusahaan Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk dapat meningkatkan kembali NPM nya meskipun belum
sebesar tahun 2010.
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa angka rasio return on equity lebih
besar daripada rasio return on assets. Hal ini dapat terjadi disebabkan adanya

13

prinsip “financial leverage” atau sering disebut “trading on the equity”. Hal ini juga
memberikan indikasi bahwa sampai batas-batas tertentu, perusahaan yang
berhutang justru dapat menguntungkan pemegang saham. Selama perusahaan
masih mampu meningkatkan labanya, maka setiap hutang akan mengakibatkan
naiknya angka ROE yang tentu saja menguntungkan para pemegang saham biasa
(Prastowo dan Julianty 2005). ROE tidak memperhitungkan dividen maupun
capital gain untuk pemegang saham. Karena itu ROE bukan pengukur return yang
diterima pemegang saham yang sebenarnya. Perusahaan Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk memiliki tingkat ROE sebesar 0.270 kali atau 27 persen pada tahun
2010 dan mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 2 persen sehingga ROE
perusahaan ini menjadi 25 persen. Penurunan pada tahun 2011 membuat
perusahaan bangkit dan membuktikan bahwa ROE perusahaan dapat kembali
meningkat sebesar 27.1 persen.
ROI adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan
yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi (Fahmi 2012). Semakin tinggi
rasio ini maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan
keuntungan perusahaan. Rendahnya tingkat pengembalian diakibatkan oleh
rendahnya basic earning power (BEP) perusahaan dan tingginya biaya bunga
karena penggunaan kewajiban di atas rata-rata yang menyebabkan laba bersih
relatif lebih rendah (Brigham dan Houston 2001). Rasio return on asset pada Tabel
6, perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010 sebesar 0.23 kali atau
23 persen. Tahun 2011 perusahaan ini mengalami penurunan return on asset
sebesar 0.8 persen sehingga ROI perusahaan ini menjadi 22.3 persen. Peningkatan
ROI terjadi pada tahun 2012 sebesar 1.1 persen dari tahun sebelumnya dan ROI nya
menjadi 23.3 persen.
Tabel 7

Rasio solvabilitas perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun
2010-2012
Rasio

Solvabilitas

Tahun
2010

2011

2012

DAR

0.171

0.154

0.172

DER

0.146

0.133

0.147

Sumber: Laporan tahunan, 2010-2012 (diolah)

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mendanai aktivanya
dengan hutang. Jika hutangnya tinggi dan aktivanya rendah maka perusahaan
kurang berhasil mengelola hutangnya. Kurang berhasilnya perusahaan dapat dilihat
dari nilai debt to asset ratio (DAR) yang semakin tinggi. Semakin rendah nilai DAR
berarti perusahaan mampu mengelola hutangnya dengan baik. Pada perusahaan
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa
tingkat solvabilitas perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2010
hingga 2011 mengalami penurunan dan dari tahun 2011 hingga 2012 mengalami
peningkatan. Bagi perusahaan yang memiliki DAR relatif tinggi akan memiliki
ekspektasi pengembalian yang juga lebih tinggi ketika perekonomian sedang berada
dalam keadaan normal namun memiliki risiko kerugian ketika ekonomi mengalami
masa resesi. Oleh karena itu, keputusan akan penggunaan hutang mengharuskan

14

perusahaan menyeimbangkan tingkat ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi
dengan risiko yang meningkat (Brigham dan Houston 2006). Hasil pengukuran
apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka
semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi hutang-utangnya dengan
aktivanya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan
dibiayai dengan hutang (Kasmir 2013).
Debt to asset ratio pada perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sesuai
Tabel 7 tahun 2010 sebesar 0.171 kali. Rasio ini menunjukkan bahwa 17 persen
pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang. Hal ini berarti bahwa setiap 100
rupiah pendanaan perusahaan, 17 rupiah dibiayai dengan utang dan 83 rupiah
disediakan oleh pemegang saham. Tahun 2011 DAR perusahaan Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk mengalami penurunan menjadi 0.154 kali. Pendanaan
perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar 15.4 persen dan berarti setiap 100 rupiah
pendanaan perusahaan 15 rupiah dibiayai oleh hutang serta 85 rupiah disediakan
oleh pemegang saham. Pada tahun 2012 ternyata ada peningkatan tingkat DAR
perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menjadi 0.172 kali atau 17.2 persen
pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang. Ini menunjukkan bahwa setiap 100
rupiah pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang sebesar 17 rupiah dan sisanya
sebesar 83 rupiah dibiayai oleh pemegang saham. Kondisi DAR yang ada pada
perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk masih dapat dinyatakan baik karena
DAR yang dihasilkan tergolong kecil.
Pengukuran tingkat solvabilitas perusahaan tidak hanya dilihat dari debt to
asset ratio namun dapat dilihat dari debt to equity ratio. Debt to equity ratio (DER)
merupakan rasio yang digunakan menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna
untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan atau mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
untuk jaminan utang (Kasmir 2013). Dalam persoalan debt to equity ratio ini tidak
ada batasan yang aman bagi perusahaan, namun untuk konservatif biasanya debt to
equity ratio yang lewat 66 persen atau 2/3 sudah dianggap berisiko (Fahmi 2012).
Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan
karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin
terjadi di perusahaan.
Pada Tabel 7, perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2010
memiliki rasio DER sebesar 0.146 atau 14.6 persen yang berarti kreditor
menyediakan 15 rupiah untuk setiap 100 rupiah yang disediakan pemegang saham.
Tahun 2011 DER perusahaan ini menurun menjadi 0.133 atau 13.3 persen yang
mana kreditor menyediakan 13 rupiah untuk setiap 100 rupiah yang disediakan oleh
pemegang saham. Pada tahun 2012 ternyata DER perusahaan Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk meningkat kembali menjadi 0.147 atau 14.7 persen. Hal ini berarti
setiap 100 rupiah yang disediakan pemegang saham dapat disediakan oleh kreditor
sebesar 15 rupiah. Rasio DER yang dihasilkan oleh perusahaan Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk dianggap baik karena rasio DER nya tergolong kecil.
Kenaikan dan penurunan yang terjadi di DER perusahaan Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk setiap tahunnya tidak jauh berbeda.
Berdasarkan kondisi di atas terlihat bahwa peningkatan atau penurunan
kinerja keuangan yang ada pada perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
tidak mempengaruhi harga saham yang ada. Pada kenyataannya sesuai Tabel 4

15

harga saham perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terus meningkat setiap
tahunnya.

Analisis Partial Least Square (PLS)
Penelitian ini menggunakan tiga kali model pengujian yang menggunakan
SmartPls. Pengujian dilakukan per tahun. Hal itu disebabkan karena peneliti ingin
melihat bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
setiap tahunnya. Selain itu untuk melihat gambaran hasil tingkat likuiditas,
profitabilitas, dan solvabilitas yang berbeda-beda pada setiap tahunnya.
Ada tiga variabel laten yang digunakan yaitu variabel laten likuiditas
(LIKUID), variabel laten profitabilitas (PROFIT), variabel laten solvabilitas
(SOLVA), dan variabel laten harga saham (HS). Setiap variabel laten memiliki
variabel manifest yang berbeda-beda seperti LIKUID variabel manifestnya CR dan
QR, PROFIT variabel manifestnya ada NPM, ROE, dan ROA, SOLVA variabel
manifestnya DER, dan DAR, serta HS variabel manifestnya harga saham.

Pengujian Model SEM
Model pengukuran (Outer Model)
Model pengukuran atau outer model menunjukkan bagaimana setiap blok
indikator berhubungan dengan variabel latennya. Pada outer model dilakukan uji
validitas. Uji validitas semua faktor loadingnya harus lebih dari 0.70. Apabila ada
loading faktor yang nilainya kurang dari 0.7 maka harus dikeluarkan. Hasil output
yang lebih dari 0.7 berarti bahwa semua indikator konstruk adalah valid. Selain
faktor loading, nilai AVE dan communality juga harus lebih besar daripada 0.5.
Nilai AVE dan communality yang lebih dari 0.5 memperlihatkan semua konstruk
memenuhi persyaratan validitas konvergen.
Tabel 8

Nilai faktor loading sebelum dropping industri dasar dan kimia tahun
2010-2012
Tahun
Konstruk
Indikator
2012
2011
2010
LIKUID
PROFIT

SOLVA
HS

CR

0.9867

0.9888

0.9873

QR

0.9826

0.9892

0.9900

NPM

0.8654

0.9631

0.6594

ROE

0.9627

0.9890

0.9450

ROI

0.9876

0.9885

0.9536

DAR

0.9546

0.9699

0.9946

DER

0.9689

0.9740

0.9239

Harga Saham

1.0000

1.0000

1.0000

16

Model Awal sama dengan Model Akhir IDK 2012

Model Awal sama dengan Model Akhir IDK 2011

Model Awal IDK 2010

Model Awal IDK 2010

Gambar 6 Model awal dan akhir industri dasar dan kima tahun 2010-2012
Tabel 9

Nilai faktor loading setelah dropping industri dasar dan kimia tahun
2010-2012
Tahun
Konstruk
Indikator
2012
2011
2010
LIKUID
PROFIT

SOLVA
HS
Keterangan :

CR

0.9868

0.9888

0.9873

QR

0.9826

0.9892

0.9900

NPM

0.8654

0.9631

ROE

0.9627

0.9890

0.9695

ROI

0.9876

0.9885

0.9721

DAR

0.9546

0.9699

0.9946

DER

0.9689

0.9740

0.9239

Harga Saham

1.0000

1.0000

1.0000

nilai yang bercetak menggambarkan indikator terbaik yang dapat merefleksikan
variabel laten

17

Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9, nilai faktor loading lebih besar dari 0.7
yang menunjukkan indikator-indikator tersebut valid dan merefleksikan konstruk.
Untuk variabel manifest CR dan QR merefleksikan variabel laten LIKUID, variabel
manifest DAR dan DER merefleksikan variabel SOLVA. Nilai faktor loading
variabel manifest NPM pada tahun 2011 tidak merefleksikan PROFIT.
Tabel 10 Uji validitas dari industri dasar dan kimia tahun 2010-2012
Tahun

2012

2011

2010

Konstruk

Parameter
AVE

Communality

LIKUID

0.9696

0.9696

PROFIT

0.8837

0.8837

SOLVA

0.9250

0.9250

HS

1.0000

1.0000

LIKUID

0.9781

0.9781

PROFIT

0.9609

0.9609

SOLVA

0.9446

0.9446

HS

1.0000

1.0000

LIKUID

0.9775

0.9775

PROFIT

0.9425

0.9525

SOLVA

0.9214

0.9214

HS

1.0000

1.0000

Validitas berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur (manifest
variabel) dari suatu konstuk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas validitas
indikator refleksif dengan program SmartPLS 2.0 M3 dapat dilihat dari AVE dan
Communality. Pada Tabel 10 nilai AVE dan communality yang dihasilkan oleh
semua konstruk yaitu di atas 0.5 sehingga memenuhi persyaratan validitas.
Model Structural (Inner Model)
Inner model menunjukkan hubungan atau kekuatan estimasi antar variabel
laten atau konstruk. Hasil evaluasi inner model dapat dilihat dengan R-Squares,
predictive revelance, dan signifikansi. Hasil dari PLS R-Squares mempresetasi
jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model.

18

Tabel 11 R-Squares pada industri dasar dan kimia 2010-2013
R-Squares
Konstruk
2012
2011

2010

LIKUID
PROFIT
SOLVA
HS

0.403686

0.245784

0.229425

Berdasarkan Tabel 11 pada tahun 2010, pengujian model menunjukkan
likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas dapat menjelaskan harga saham sebesar
22.94 persen dan sisanya 77.06 persen dijelaskan oleh variabel yang lain. Tahun
2011, likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas dapat menjelaskan harga saham
sebesar 24.58 persen dan 75.42 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti. Adapun pada tahun 2012, likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas dapat
menjelaskan harga saham sebesar 40.37 persen dan sisanya sebesar 59.63 persen
dijelaskan oleh variabel lainnya. Menurut Ghozali (2008) nilai R-Square 0.75, 0.50,
dan 0.25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate, dan lemah. Nilai RSquare pada tahun 2010 dan 2012 dapat diinpretasikan bahwa prediktor variabel
laten memiliki pengaruh lemah karena nilai R-Square lebih kecil dari 25 persen.
Tahun 2012 nilai R-Square memiliki pengaruh moderate karena nilai R-Squarenya
mendekati 50 persen.
Tabel 12 Path coefficients pada industri dasar dan kimia tahun 2010-2012
Path Coefficients
Hubungan antar
Tahun
T Statistics
Konstruk
Original Sample (O)
(|O/STEERR|)
LIKUID → HS
0.145905
0.831979
2012
PROFIT → HS
0.536246
5.240451
SOLVA → HS
-0.121138
0.691094
LIKUID → HS
0.413445
2.095345
2011
PROFIT → HS
0.227489
1.220784
SOLVA → HS
0.099536
0.599322
LIKUID → HS
0.339254
1.993729
2010
PROFIT → HS
0.345779
2.464998
SOLVA → HS
0.181537
1.137025
Hasil path coefficient memperlihatkan hubungan variabel independen
terhadap variabel dependen. Hasil yang tertera pada tabel merupakan hasil setelah
melakukan bootstrapping. Pada Tabel 12 terlihat bahwa original sample ada yang
bernilai positif dan ada yang bernilai negatif. Intepretasi data dari original sample
yang bernilai positif adalah variabel independen berpengaruh positif langsung
terhadap variabel dependen dan original sample yang bernilai negatif adalah
variabel independen berpengaruh negatif terhadap variabel dependen. Pada kolom
T statistik dapat dikatakan bahwa variabel independen akan berpengaruh secara
signifikan apabila hasilnya lebih besar dari pada T tabel. Adapun nilai dari T tabel

19

adalah 1.96. T statistik yang kurang dari 1.96 berarti variabel independen memiliki
pengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen.
Pada Tabel 12 terlihat bahwa setiap tahunnya likuiditas dan profitabilitas
berpengaruh positif langsung terhadap harga saham sedangkan solvabilitas
berpengaruh negatif terhadap harga saham pada tahun 2012 dan pada tahun 2010
hingga 2011 memiliki pengaruh positif. Pengaruh positif jika likuiditas,
profitabilitas, dan solvabilitas meningkat pada tahun 2010 hingga 2011 maka harga
saham juga naik sedangkan berpengaruh negatif jika solvabilitas tahun 2012 turun
maka harga saham akan meningkat. Tahun 2010 tingkat solvabilitas industri dasar
dan kimia tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tingkat likuiditas
dan profitabilitas pada tahun 2010 berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan dengan harga saham
disebabkan nilai T statistik profitabilitas lebih besar daripada T tabel (1.96) yaitu
sebesar 1.994 dan 2.465 namun nilai T statistik solvabilitas lebih kecil daripada T
tabel yaitu sebesar 1.137. Berbeda dengan tahun 2011, hanya likuiditas yang
berpengaruh signifikan terhadap harga saham yang mana T statistik nya sebesar
2.095. Untuk profitabilitas dan solvabilitas pada tahun 2010 tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham dikarenakan T statistik dari kedua rasio ini lebih
kecil 1.96 yaitu sebesar 1.221 dan 0.599. Hasil path coefficients pada tahun 2012
memiliki intepretasi data variabel laten profitabilitas saja yang berpengaruh
signifikan terhadap harga saham dengan nilai T statistik 5.24. Nilai T Statistik
likuiditas dan solvabilitas hanya sebesar 0.832 dan 0.691.
Hasil penelitian ini secara keseluruhan memperlihatkan bahwa kinerja
keuangan cukup berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Rasio dari kinerja
keuangan yaitu profitabilitas dan likuiditas yang berpengaruh terhadap harga
saham. Hal tersebut terjadi karena semakin besar profit yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan akan memberikan dividen yang besar bagi para pemegang saham.
Kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi maka akan
diikuti pula dengan peningkatan harga saham yang dimiliki, dengan kata lain
profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi harga saham. Perusahaan yang
dapat membayar kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu juga
mengindentifikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan baik. Namun tidak
hanya faktor dalam menghasilkan suatu laba saja yang dapat mempengaruhi harga
saham tetapi juga faktor penjualan dan biaya. Penambahan laba bersih belum tentu
diikuti dengan penambahan penjualan, selain itu hasil penjualan yang diterima tidak
sepadan dengan biaya yang digunakan dalam memproses pembuatan suatu barang
yang tinggi, sehingga mengakibatkan suatu perusahaan tidak dapat menutupi biaya
yang dibutuhkan dalam proses produksi dan dapat menimbulkan hutang pada
perusahaan (Rosalina et al. 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Widuri (2010) dan Susilawati (2012)
mendukung hasil penelitian ini karena tingkat profitabilitas mempengaruhi harga
saham. Untuk berpengaruh signifikannya profitabilitas terhadap harga saham juga
dihasilkan dari penelitian (Rosalina et al. 2012) yang menyatakan bahwa tingkat
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Subiyantoro dan Reani
(2003) pun meneliti tentang pengaruh profitabilitas terhadap harga saham dan
hasilnya sama yaitu ada pengaruh signifikan antara profitabilitas terhadap harga
saham. Penelitian Pasaribu (2008) menunjukkan bahwa profitabilitas dan likuiditas
berpengaruh signifikan terhadap harga saham di semua industri. Hal ini

20

menunjukkan bahwa peningkatan profit atau keuntungan yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan itu sendiri.
Hutang pada prinsipnya akan menguntungkan apabila perusahaan mampu
memperoleh tingkat pengembalian investasi yang melebihi tingkat bunga yang
harus dibayarkan. Perlu diperhatikan bahwa tingkat pengembalian investasi yang
akan diperoleh perusahaan sangat bergantung pada kondisi ekonomi yang akan
terjadi pada tahun-tahun mendatang. Apabila kondisi ekonomi mendatang
membaik, tingkat pengembalian tingkat pengembalian investasi juga cenderung
meningkat sehingga perusahaan yang berhutang akan mampu membayar bunga dan
pokok pinjamannya. Sebaliknya jika ekonomi mendatang cenderung memburuk,
perusahaan akan menderita kerugian besar, karena di tengah turunnya pendapatan,
perusahaan harus membayar sejumlah beban tetap dari hutangnya.
Kinerja keuangan merupakan faktor internal yang mempengaruhi harga
saham suatu perusahaan. Faktor yang mempengaruhi harga saham tidak hanya
faktor internal melainkan faktor eksternal juga. Beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi harga saham antara lain adalah hukum permintaan dan penawaran,
tingkat suku bunga, valuta asing, inflasi, dana asing di bursa, indeks harga saham,
serta berita dan rumor dari suatu perusahaan.
Menurut Fahmi (2012), ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan
suatu saham itu akan mengalami fluktuasi, yaitu:
1. Kondisi mikro dan makro ekonomi.
2. Kebijakan perusahaan dalam menentukan untuk ekspansi (perluasan usaha),
seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub
brand office) baik yang dibuka di domestik maupun di luar negeri
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana
dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.
5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.
6. Risiko sistematis yaitu suatu bentu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Likuiditas Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia

3 36 99

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Market Value Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 26 113

Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta

1 48 86

Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Industri Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek

1 6 102

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS dan SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indon

0 5 15

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, dan SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

0 5 13

Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas dan Penilaian Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

0 0 11

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, RASIO SOLVABILITAS, DAN RESIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 15

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA SEKTOR INDUSTRI KELAPA SAWIT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 10

PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17