Nematoda Parasit Padi Sawah Di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu

NEMATODA PARASIT PADI SAWAH DI KECAMATAN
TERISI KABUPATEN INDRAMAYU

FIKA NUR INDAH SARI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Nematoda Parasit Padi
Sawah Di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu” adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Fika Nur Indah Sari
NIM A34090071

ABSTRAK
FIKA NUR INDAH SARI. Nematoda Parasit Padi Sawah Di Kecamatan Terisi
Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh SUPRAMANA.
Padi merupakan tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas padi banyak mengalami kendala, salah
satunya karena tanaman terserang nematoda. Nematoda merupakan parasit
penting pada tanaman padi, karena dapat menyerang pada semua bagian tanaman:
akar, batang, daun dan malai. Gejala yang dapat ditimbulkan oleh nematoda
antara lain kekerdilan tanaman, klorosis daun, puru akar dan busuk akar.
Penelitian ini bertujuan mengetahui keberadaan dan jenis nematoda yang berperan
sebagai parasit penting pada padi sawah di tiga desa, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Sampel akar padi diambil dari lahan
persawahan, berasal dari tanaman pada bagian lahan yang sakit, antara sakit-sehat,
dan lahan yang sehat. Ekstraksi nematoda, penghitungan jumlah nematoda, dan
identifikasi nematoda dilakukan di Laborarium Nematologi. Ekstraksi nematoda

dilakukan dengan pengabutan / mist chamber. Identifikasi nematoda dilakukan
dengan pengamatan ciri-ciri morfologi. Nematoda parasit padi sawah yang
ditemukan adalah Hirschmaniella, Pratylenchus, Helicotylenchus dan
Meloidogyne.
Kata kunci: Hirschmaniella, Meloidogyne , nematoda akar

ABSTRACT
FIKA NUR INDAH SARI. Parasitic Nematode of Paddy in Terisi Subdistrict
Indramayu District. Supervised by SUPRAMANA.
Paddy is plant producing staple food in Indonesia. The effort to increase
paddy productivity face several handichapes, one of them is root parasitic
nematodes. Nematodes are important parasite of paddy plant, because they can
attack all parts of the plant including roots, stems, leaves, and panicles.
Nematode infection causes various symptoms, such as plant stunting, leaf
chloroses, root knot, and root rot. Research aimed to detect and identify parasitic
nematode of paddy was conducted at paddy field selected from three villages of
Terisi sub district, Indramayu District, West Java. Root samples were picked from
plants taken from healthy-, area between healthy and infected-, and infected part
of the plantation. The root samples were incubated in a mist chamber for
nematode extraction. Part of the sample was stained for nematode detection.

Identification of nematodes was based on the morphological characters. The
parasitic nematodes of paddy found were Hirschmaniella, Pratylenchus,
Helicotylenchus and Meloidogyne.
Keywords: Hirschmaniella, Meloidogyne, root nematode.

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

NEMATODA PARASIT PADI SAWAH DI KECAMATAN
TERISI KABUPATEN INDRAMAYU


FIKA NUR INDAH SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

: Nematoda Parasit Padi Sawah Di Kecamatan Terisi
Kabupaten Indramayu
Nama Mahasiswa : Fika Nur Indah Sari
NIM

: A34090071

Disetujui oleh

Dr. Ir. Supramana, MSi.
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi.
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “Nematoda Parasit Padi Sawah di Kecamatan Terisi Kabupaten
Indramayu”. Penelitian dilakukan di Kabupaten Indramayu dan di Laboratorium
Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor dari bulan

Juli sampai September 2013.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Dr. Ir. Supramana, MSi. selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan dan penjelasan
dalam penyelesaian tugas akhir ini. Dr. Ir. Purnama Hidayat, MSc. sebagai dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Suroto (alm), Ibunda Rustini, dan
Bapak Suradal. Keluarga tercinta yang selalu menjadi sandaran baik suka maupun
duka, yang telah memberikan segenap kasih sayang, do‟a, motivasi, dan semangat
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB.
Wahyudin yang telah memberikan dukungan penuh cinta dan kasih sayang, Riska
dan Firman yang telah membantu pengambilan sampel, teman-teman HPT 46
khususnya Meyta, Winda, Cici, Ari, Rima dan Elischa, teman-teman kost
padasuka (Emil, Ikasari dan Amanda), teman-teman IKADA 46, serta laboran Lab
Nematologi Bapak Gatut Heru Bromo. Kepada pihak yang terlibat atas
kebersamaan, nasihat, serta dukungan yang tidak akan penulis lupakan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas
akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Penulis berharap hasil penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat
untuk ilmu pengetahuan di bidang proteksi tanaman.


Bogor, Juli 2014
Fika Nur Indah Sari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

Manfaat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Kabupaten Indramayu
Keadaan Pertanaman Padi di Lokasi Pengamatan
Jumlah dan Jenis Nematoda pada Metode Mist Chamber
Jumlah dan Jenis Nematoda pada Metode Pewarnaan
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

1
1
1
1

2
2
2
2
2
5
5
5
5
11
15
15
15
16

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP


18

DAFTAR TABEL
1 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist
Chamber di lahan sawah Desa Lungsalam, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
2 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist
Chamber di lahan sawah Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
3 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist
Chamber di lahan sawah Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
4 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan
metode pewarnaan di lahan sawah Desa Lungsalam, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
5 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan
metode pewarnaan di lahan sawah Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
6 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan

metode pewarnaan di lahan sawah Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013

6

6

7

12

12

12

DAFTAR GAMBAR
1 Pola pengambilan akar pada lahan sawah yang didalamnya terdapat tiga
pusaran (A,B,C) dan tanaman sampel (X).
2 (A) Tempat pengabutan (mist chamber) (B) Saringan nematoda 400
mesh.
3 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode mist
chamber di Kec. Terisi Kab. Indramayu Jawa Barat 2013.
4 Hirschmanniella yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi
dengan metode mist chamber (Perbesaran 100x)
5 Pratylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi dengan
metode mist chamber (Perbesaran 100x)
6 Helicotylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi
dengan metode mist chamber (Perbesaran 200x)
7 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode pewarnaan
di Kec. Terisi Kab. Indramayu Jawa Barat 2013.
8 Meloidogyne betina yang terwarnai dalam jaringan akar tanaman padi
(Perbesaran 200x)
9 Puru akar yang terlihat pada akar di atas permukaan tanah Sampel akar
di Desa Rajasinga, Kec. Terisi
10 Nematoda Hirschmanniella yang terwarnai di dalam jaringan akar
(perbesaran 100x)

3
3
7
8
10
11
13
13
14
14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Wilayah Kecamatan Terisi

17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman utama pada lahan sawah di
Indonesia. Tanaman padi menghasilkan beras yang menjadi bahan makanan
pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Ismunadji dan Manurung 1988).
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini dapat
ditunjukan dengan luas lahan persawahan di Indonesia saat ini mencakup 13.7 juta
hektar luas panen dengan produksi gabah kering giling 70 juta ton/tahun. Usaha
budidaya padi dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dan sebagian besar
produksi padi berasal dari pulau Jawa (BPS 2013).
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah lumbung padi di Jawa
Barat. Pada periode pemerintah orde baru, Indramayu menjadi salah satu prioritas
pembangunan pertanian seiring dengan bergulirnya kebijakan swasembada beras.
Dalam mencapai keberhasilan produksi padi, pemerintah mencanangkan program
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dengan melakukan penggunaan varietas
unggul, pemupukan yang tepat, bercocok tanam yang baik, perbaikan saluran
irigasi, dan pengelolaan hama dan penyakit tanaman. Program ini berhasil
diterapkan dan mencapai swasembada beras pada tahun 1984 (Dinas Pertanian
Indramayu 2010).
Daerah Pantura dengan areal pertanaman padi yang sangat luas,
memberikan kondisi yang sangat menguntungkan bagi perkembangan maupun
penyebaran hama dan penyakit pada tanaman padi. Banyak organisme
pengganggu tanaman yang menyerang tanaman padi, salah satu diantaranya
adalah nematoda parasit tumbuhan (Dinas Pertanian Indramayu 2010).
Menurut Willya (2003), nematoda Hirschmanniella, Pratylenchus,
Helicotylenchus, dan Meloidogyne telah diketahui keberadaannya di Kabupaten
Karawang. Namun demikian, keberadaan nematoda tersebut belum dilaporkan
menyebabkan kerugian hasil secara ekonomi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penelitian tentang nematoda tersebut untuk mewaspadai timbulnya kerugian dan
epidemi penyakit di masa mendatang.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui keberadaan jenis nematoda parasit
tanaman padi sawah di tiga desa, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi tentang jenis
nematoda padi sawah di Kecamatan Terisi, sehingga dapat dilakukan pengelolaan
secara dini.

2

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Survei dan pengambilan sampel dilaksanakan di tiga desa, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman (PTN), Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor pada bulan Juli 2013 sampai bulan September 2013.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu akar padi verietas IR64,
aquades, larutan laktofenol, larutan natrium hipoklorit, larutan asam fuchsin,
larutan FAA (10 ml formaldehid 37 %, 1 ml asam asetat glasial dan 100 ml air
destilata), asam asetat glacial, gliserin, HCl, dan kutek bening.
Alat
Alat yang digunakan ruang pengabutan (mist chamber), gelas plastik dan
saringan kasar, botol film, timbangan, saringan 400 mesh, ember, plastik,
mikroskop cahaya, mikroskop stereo, cawan, pipet, kaca preparat, jarum, gunting,
pemanas, nampan, buku catatan, label, kamera, dan pulpen.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini meliputi enam kegiatan, yaitu 1) pengambilan sampel akar, 2)
ekstraksi nematoda dari sample akar, 3) pewarnaan nematoda di dalam jaringan
akar, 4) penghitungan nematoda, 5) pembuatan preparat nematoda semi permanen,
dan 6) identifikasi nematoda.
Metode Penelitian
Pengambilan Sampel Akar
Pengambilan sampel dilaksanakan pada tiga lokasi, yaitu Desa Rajasinga,
Lungsalam, dan Plosokerep. Pada masing-masing desa dipilih tiga lahan yang
jaraknya tidak berdekatan, dimana dari setiap lahan yang dipilih diambil tiga
pusaran (A,B,C) dan di setiap pusaran diambil tiga sampel tanaman secara acak
(tanaman sakit, antara sehat - sakit, dan tanaman sehat) Gambar 1. Sampel
tanaman keseluruhan ada 81 tanaman yang kemudian dimasukkan ke dalam
kantung plastik yang terpisah dan diberi label.
Akar padi yang sudah dibersihkan, kemudian dipotong-potong kurang lebih
1 cm dan ditimbang bobot total akar. Diambil 1 g akar untuk metode pewarnaan
dan 3 g akar untuk metode mist chamber.

3

Gambar 1 Pola pengambilan akar pada lahan sawah yang didalamnya
terdapat tiga pusaran (A,B,C) dan tanaman sampel (X).
Sampel akar diambil dengan cara mencabut tanaman dari lahan sampai ke
ujung akar. Dengan kondisi perairan di lahan sawah tergenang, maka sampel yang
diambil hanya akar saja dengan kriteria tanaman kerdil dan akar jika dilihat ada
yang berbentuk seperti stik golf. Sampel akar yang diperoleh langsung dipisahkan
dari tanah dan dicuci, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan sampel
akar disimpan di tempat sejuk.
Ekstrasi Nematoda dari Sampel Akar
Nematoda diekstrasi dari sampel akar dengan menggunakan metode mist
chamber Gambar 2. Akar yang sudah dipotong-potong sebanyak 3 g disimpan di
atas saringan kasar lalu diletakkan di atas corong dan pada bagian bawahnya
terdapat gelas plastik, kemudian disimpan di ruang pengabutan selama 7 hari.

A

B

Gambar 2 (A) Tempat pengabutan (mist chamber) (B) Saringan nematoda
400 mesh.
Setelah itu, air beserta nematoda dalam gelas plastik disaring dengan
menggunakan saringan 400 mesh dengan posisi saringan miring 300. Nematoda
yang tertahan dalam saringan dipindahkan dan disimpan dalam botol film yang
sudah diberi larutan FAA (Formaldehida, Asam asetat glasial dan Aquadest)
dengan perbandingan volume 1:1. Larutan FAA ini dibuat dengan mencampurkan
10 ml formaldehid 37 %, dengan 1 ml asam asetat glasial dan 100 ml air destilata.

4
Nematoda dapat segera dihitung dan diidentifikasi untuk pengamatan selanjutnya
(Luc et al. 1990).
Pewarnaan Nematoda di Dalam Jaringan Akar
Akar tanaman direndam ke dalam natrium hipoklorit selama 4 menit,
selanjutnya akar dibilas dengan air mengalir. Kemudian akar dipotong-potong 1
cm, lalu akar dikering-anginkan dan ditimbang seberat 1 g. Setelah itu
ditambahkan larutan Fuchsin sampai akar terbenam dan dipanaskan sekitar 30
detik. Larutan fuchsin dibuang dan dibilas dengan air kemudian diberi larutan
Glyserin hingga akar terendam dan ditambah 2 tetes HCl. Akar kemudian
dipanaskan hingga akar menjadi bening dan nematoda di dalam akar akan
berwarna merah muda (Hussey 1985).
Penghitungan Nematoda
Jumlah nematoda dihitung dengan mengamati di bawah mikroskop stereo
dengan (perbesaran 40x). Untuk metode mist chamber, penghitungan
menggunakan metode sampling dengan mengukur 10 ml dalam botol film,
kemudian jumlah sampel tiap penghitungan sebanyak 1 ml dan diulang sebanyak
tiga kali ulangan. Untuk metode pewarnaan, data yang didapat merupakan hasil
penghitungan dari jumlah nematoda parasit per 1 g akar tanaman padi.
Pembuatan Preparat Nematoda Semi Permanen
Nematoda dari ekstraksi akar, dikait dan diletakkan di atas gelas objek yang
sudah ditetesi laktofenol. Kemudian ditutup dengan gelas penutup lalu diberi
kutek di sekeliling gelas penutup. Hal ini untuk menghindari penguapan
laktofenol dan pergeseran nematoda. Preparat kemudian diberi label dan
diidentifikasi secara langsung, kemudian difoto untuk mempermudah identifikasi.
Identifikasi nematoda
Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri-ciri atau karakter morfologi
nematoda secara langsung pada mikroskop atau melalui foto. Identifikasi
berdasarkan pada buku Plant Parasitic Nematodes: A Pictorial Key to Genera
(May dan Mullin 1996).

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Kabupaten Indramayu
Secara geografi Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107°52 sampai
108°36 BT dan 6°15 sampai 6°40 LS dengan batas wilayah sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah Utara berbatasan dengan Laut
Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Sumedang dan Kabupaten Cirebon, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa
dan Kabupaten Cirebon. Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah Indramayu
pada umumnya berkisar antara 0 sampai 18 meter di atas permukaan laut. Wilayah
dataran rendahnya berkisar antara 0 sampai 6 meter di atas permukaan laut itu
berupa rawa, tambak, sawah, dan pekarangan. Kabupaten Indramayu sebagian
besar permukaan tanahnya berupa dataran. Keadaan ini berpengaruh terhadap
drainase, bila curah hujan tinggi maka daerah-daerah tertentu akan terjadi
genangan air dan bila musim kemarau akan mengakibatkan kekeringan. Secara
hidrologi sumber air yang terdapat di Kabupaten Indramayu meliputi air
permukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan air genangan yang
merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS), sedangkan air tanah tertekan yang
dieksploitasi melalui sumur-sumur pompa (Dinas Kabupaten Indramayu 2010).
Keadaan Pertanaman Padi di Lokasi Pengamatan
Sampel padi diambil pada lahan persawahan di Desa Lungsalam, Rajasinga,
dan Plosokerep. Keadaan pertanaman padi di masing-masing desa sistemnya
monokultur dengan varietas padi yang ditanam IR64. Kondisi lahan di masingmasing desa pada saat pengambilan sampel lahan sawah tergenang air dengan
ketinggian air sekitar ±10-15 cm setiap lahannya. Sistem pengairan menggunakan
irigasi berasal dari air hujan atau lahan sawah tadah hujan. Pengambilan contoh
tanaman dilakukan pada saat padi berumur 40 hari, dimana umur padi tersebut
telah mencapai umur anakan maksimum.
Jumlah dan Jenis Nematoda pada Metode Mist Chamber
Nematoda padi sawah yang ditemukan dengan metode mist chamber yaitu
Hirschmanniella, Pratylenchus, dan Helicotylenchus. Dari ketiga jenis ini terlihat
yang mendominasi yaitu jenis Hirschmanniella pada tanaman sakit. Hal ini
menunjukan bahwa pada tanaman sakit dengan gejala kerdil, dan keadaan
tanaman kurang sehat terdapat nematoda di jaringan akarnya.
Rata-rata jumlah nematoda paling tinggi yang ditemukan di tanaman sakit
pada lahan sawah di Desa Lungasalam dengan metode mist chamber adalah jenis
Hirschmanniella. Rata-rata jumlah nematoda di Desa Lungsalam ini tidak berbeda
jauh degan jumlah rata-rata jenis nematoda yang lainnya (Tabel 1). Lahan
tanaman padi di Desa Lungsalam diairi oleh saluran irigasi tadah hujan.
Pengambilan sampel sulit dicari karena tanaman banyak yang terlihat subur,
meskipun ada pula bagian lahan yang terlihat kurang subur. Pada bagian lahan
yang kurang subur, terlihat adanya pusaran yang mencirikan tanamannya terlihat
kerdil, daun berwarna kuning, dan perakaran sedikit membusuk. Di Desa
Lungsalam ini tanaman sangat sedikit sekali yang mencirikan gejala serangan
nematoda. Hal ini disebabkan oleh lahan pengambilan sampel berdekatan dengan

6
pabrik pembuatan batu bata, yang pembakarannya memanfaatkan jerami dan
proses pembakarannya langsung di lakukan di lahan setelah panen. Sisa jerami
dan tunggul padi yang habis terbakar, mengakibatkan tidak adanya tunggul padi di
lahan tersebut. Hal ini dimungkinkan menjadi penyebab nematoda kehilangan
inang, sehingga gejala serangan nematoda tidak terlalu terlihat. Dengan adanya
pembakaran ini dapat membantu menurunkan populasi nematoda tersebut. Oleh
sebab itu, data yang diperoleh di Desa Lungsalam ini lebih sedikit dibandingkan
dengan lahan di kedua desa lainnya.
Tabel 1 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist
Chamber di lahan sawah Desa Lungsalam, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
Jenis Nematoda
Hirschmanniella
Pratylenchus
Helicotylenchus

Sakit
38
21
19

Jumlah Nematoda/ 3 g akar
Sehat-Sakit
Sehat
28
20
18
13
15
10

Rata-rata jumlah nematoda paling tinggi yang ditemukan di tanaman sakit
pada lahan sawah di Desa Rajasinga dengan metode mist chamber adalah jenis
Hirschmanniella (Tabel 2). Jumlah rata-rata di Desa Rajasinga ini lebih tinggi
rata-ratanya dibandingkan dengan Desa Lungsalam. Tanaman padi di Desa
Rajasinga terlihat kerdil dengan sedikit anakan. Pengairan di desa ini
menggunakan air tadah hujan. Persawahan di desa ini pada saat masa bera, jerami
dan tunggul tanaman padi dibiarkan begitu saja. Akar yang terlihat pada sampel di
desa ini terlihat berwarna coklat seperti membusuk dan terdapat puru akar. Hal ini
dikarenakan pada masa bera tunggul padi dibiarkan begitu saja, sehingga
nematoda khususnya jenis Hirschmanniella tetap dapat berlangsung hidup.
Tanaman gulma yang terlihat di sekitar pertanaman padi di lahan ini terlihat
banyak. Meskipun masa tanam dan masa panen serempak, namun lahan di desa
ini setelah panen dibiarkan begitu saja, sehingga dapat menimbulkan populasi
nematoda yang terus berkembang dengan adanya tunggul padi dan gulma yang di
biarkan hidup tanpa diperhatikan lebih oleh petani setelah panen. Hal tersebut
menyebabkan nematoda terbiasa untuk berpindah tempat dari tanaman satu ke
tanaman yang lainnya untuk melangsungkan hidup.
Tabel 2 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist
Chamber di lahan sawah Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
Jenis Nematoda
Hirschmanniella
Pratylenchus
Helicotylenchus

Sakit
55
23
21

Jumlah Nematoda/ 3 g akar
Sehat-Sakit
Sehat
25
19
18
14
16
12

7
Nematoda padi sawah yang ditemukan dengan metode mist chamber paling
banyak ditemukan di Desa Plosokerep. Nematoda yang paling banyak pada
tanaman sakit adalah jenis Hirschmanniella dengan rata-rata lebih dari 100 ekor
(Tabel 3). Hal ini disebabkan oleh masa tanam dan masa panen yang kurang
serempak. Pertanaman di desa ini diairi oleh irigasi tadah hujan. Tanaman di desa
ini terlihat kurang subur dan banyak ditemukan tanaman yang anakannya sedikit.
Akar tanaman yang diambil untuk sampel terlihat membusuk berwarna coklat tua
kehitaman. Pertanaman di desa ini menggunakan sistem monokultur dengan 2 kali
tanam dalam setahun. lahan pertanaman di desa ini setelah panen dibiarkan begitu
saja dan menunggu lahan tergenang air untuk diolah kembali. Dengan keadaan
lahan banyak ditumbuhi gulma, keadaan ini dapat menyebabkan siklus nematoda
dan populasi terus menerus berkembang, walaupun di desa ini belum
menimbulkan kerugian ekonomi.
Tabel 3 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist
Chamber di lahan sawah Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
Jenis Nematoda

Jumlah Nematoda/ 3 g akar
Sehat-Sakit
Sehat
55
27
32
20
29
18

Sakit
110
40
34

Hirschmanniella
Pratylenchus
Helicotylenchus

Perbedaan hasil gabungan ekstraksi menggunakan metode mist chamber
dalam satu kecamatan dari tiga desa dilihat dengan keadaan tanaman sakit, antara
sehat-sakit, dan tanaman sehat dapat dilihat pada Gambar 3.
120
100
80
60
40

Sakit

20

Sehat-sakit
sehat

Lungsalam

Rajasinga

Helicotylenchus

Pratylenchus

Hirschmanniella

Helicotylenchus

Pratylenchus

Hirschmanniella

Helicotylenchus

0
Pratylenchus

t
a
n
a
m
a
n

Hirschmanniella

J
u
m
l
a
h

n
e
m
a
t
o
d
a
p
e
r

Plosokerep

Gambar 3 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode mist
chamber di Kec. Terisi Kab. Indramayu Jawa Barat 2013.

8
Jumlah rata-rata nematoda tertinggi pada ketiga desa di Kecamatan Terisi
pada metode mist chamber ditemukan pada kondisi tanaman sakit. Sementara itu,
jumlah rata-rata nematoda terendah ditemukan pada kondisi tanaman yang sehat.
Di tiga desa Kecamatan Terisi lebih didominasi oleh nematoda jenis
Hirschmanniella dan Pratylenchus. Jenis ini banyak terdapat pada tanaman sakit
di Desa Plosokerep, karena Hirschmanniella dan Pratylenchus merupakan
nematoda endoparasit migratori di dalam jaringan akar tanaman padi. Jumlah ratarata nematoda terendah yang ditemukan di Desa Lungsalam adalah jenis
Helicotylenchus. Nematoda ini bersifat ektoparasit dan kosmopolit, sehingga
kemungkinan hanya terbawa pada saat pencucian akar.
Jenis nematoda akar yang teridentifikasi dengan metode mist chamber
keseluruhan ketiga desa sama yaitu Hirschmanniella, Pratylenchus, dan
Helicotylenchus. Ketiga nematoda ini berperan sebagai nematoda parasit akar
tanaman padi. Dari masing-masing jenis nematoda mempunyai ciri-ciri yang
berbeda.
Ciri-ciri fisik Hirschmanniella adalah ukuran tubuh relatif panjang dan
langsing. Daerah bibir mendatar dengan bagian tepi membulat. Kerangka kepala
berkembang dengan baik dan kuat, stilet tumbuh dengan kuat dengan basal knob
berbentuk bulat. Kelenjar esofagus dorsal memanjang tumpang tindih dengan usus
bagian ventral. Nematoda ini memiliki tipe ovari didelphic artinya mempunyai 2
ovarium dimana pada betina gonad interior dan posterior bertemu di vulva pada
pertengahan panjang tubuh. Ujung ekor panjang, berbentuk kerucut, dan di bagian
ujung terdapat suatu tonjolan yang disebut mukro (Gambar 4).

Mukro

Kepala

Ekor
Gambar 4 Hirschmanniella yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi
dengan metode mist chamber (Perbesaran 100x)
Menurut Sitompul (2003), pemencaran Hirschmanniella cukup merata di
lahan persawahan jalur pantura pada pertanaman padi maupun gulma padi sawah.
Keberadaan nematoda Hirschmanniella pada lahan pengambilan sampel dapat
dilihat dari gejala akar tanaman padi. Hirschmanniella dapat berkembang banyak

9
pada lahan persawahan di jalur Pantura. Hal ini dikarenakan di jalur Pantura
penanaman padi dilakukan dua kali dalam setahun, sehingga tidak ada pergiliran
tanaman padi dengan tanaman lain dan mengakibatkan ketersediaan makanan bagi
nematoda ini tidak terputus.
Nematoda Hirschmanniella ini berpotensi menurunkan produksi padi saat
panen meskipun petani tidak menyadarinya. Nematoda Hirschmanniella telah
diketahui menginfeksi tanaman padi dan telah berkembang pada gulma di daerah
Karawang. Menurut Abd-Elbary (2012), Hirschmanniella di Mesir telah
berkembang dan berasosiasi dengan tanaman gulma tahunan padi sawah, sehingga
harus cepat dilakukan tindakan pengendalian pada gulma tersebut.
Nematoda Hirschmanniella meletakan telurnya didalam jaringan akar dan
menetas setelah 4-6 hari. Lama daur hidupnya sekitar satu bulan dengan tingkat
perkembangan populasi 13 kali setiap generasi. Kemudian populasi maksimum
terjadi saat antara munculnya anakan dan munculnya malai tanaman padi (Ou
1985).
Pada masa bera, nematoda akan bertahan hidup pada tunggul padi yang
dibiarkan begitu saja oleh petani. Nematoda ini dapat bertahan dalam kondisi air
tanah yang tersalin, karena nematoda akan terlindung di dalam jaringan tanaman.
Selain itu, gulma padi sawah dapat menjadi inang alternatif bagi nematoda
tersebut. Nematoda Hirschmanniella hidupnya akan lebih pendek bila keadaan
sistem perakaran padi di dalam tanah yang tergenang, karena akar tanaman padi
akan lebih cepat membusuk (Usmira 2003).
Menurut Luc et.al (1990), lahan yang ditanam padi sekali dalam setahun
akan menurunkan populasi Hirschmanniella. Kehilangan hasil yang disebabkan
oleh Hirschmanniella, dampaknya lebih besar pada keadaan tanah yang tidak
subur. Kehilangan hasil ini dipengaruhi oleh umur tanaman padi pada saat
terinfeksi. Menurut Indrayadi (1995), kehilangan hasil disebabkan serangan
nematoda pada tanaman inang tergantung pada tingkat ketahanan varietas, jenis
nematoda yang menginfeksi, hubungan dengan mikroba tanah, dan lingkungan
yang mendukung.
Nematoda lain yang ditemukan pada akar dengan metode mist chamber
adalah Pratylenchus. Ciri-ciri Pratylenchus pada bagian kepala mendatar dengan
kerangka kepala yang kuat. Selain itu nematoda ini memiliki stilet yang pendek
dan kekar dengan basal knob yang jelas. Kelenjar esofagus tumpang tindih dengan
usus pada bagian ventral, memiliki anulasi yang halus dan bersifat monodelpik.
Bentuk ujung ekor membulat atau meruncing (Gambar 5).
Menurut Dropkin (1988), Pratylenchus merupakan nematoda endoparasit
migratori akar. Telurnya diletakan secara berkelompok atau terpencar di dalam
tanah atau akar. Apabila telur menetas akan keluar larva stadia kedua. Nematoda
akan masuk ke dalam akar saat tanaman mulai tumbuh dan akan kembali ke tanah
pada saat akar mulai kehilangan fungsinya. Pengambilan sampel dilakukan saat
pertumbuhan padi berlangsung dengan baik sehingga nematoda tersebut tetap
berada di dalam akar karena akar masih berfungsi dengan baik.

10

Ekor

Kepala

Gambar 5 Pratylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi
dengan metode mist chamber (Perbesaran 100x)
Menurut Siddiq (2000), nematoda Pratylenchus dapat bertahan dalam
kondisi kekeringan atau pada saat bera yaitu dalam fase istirahat, meskipun
jumlahnya akan berkurang. Nematoda ini akan menunggu kondisi lingkungan
yang mendukung untuk melangsungkan pertumbuhannya yaitu pada kondisi
lembab dan awal pertumbuhan tanaman.
Nematoda Helicotylenchus yang ditemukan berukuran sedang. Jika
nematoda ini diberi perlakuan panas, maka nematoda yang mati akan berbentuk
spiral. Untuk metode pewarnaan nematoda Hellicotylenchus tidak terlihat.
Nematoda Helicotylenchus hanya sedikit yang teridentifikasi, karena nematoda ini
bersifat ektoparasit, semi endoparasit, atau endoparasit. Sehingga nematoda ini
kemungkinan ditemukan lebih banyak di dalam tanah. Selain itu nematoda ini
bersifat kosmopolit sehingga mempunyai kisaran inang dan daerah penyebaran
yang luas.
Nematoda Helicotylenchus ini pada masa juvenil dan dewasa ditemukan
dengan kepala yang melekat pada akar tanaman padi dan memperoleh makanan
dengan menusukan stiletnya pada jaringan akar. Nematoda ini ketika sudah tidak
membutuhkan makanan ia akan meninggalkan akar.
Menurut Willya (2003), nematoda Helicotylenchus ditemukan di saluran
irigasi pertanaman padi di daerah Karawang, namun jumlahnya tidak terlalu
banyak dan tidak begitu menimbulkan kerugian. Di negara lain nematoda ini
ditemukan juga di India dengan menginfeksi tanaman padi, millet, dan kapas
(Padhi 1982).
Ciri-ciri Helicotylenchus ini bentuknya hampir mirip dengan huruf „G‟,
tubuh kecil sampai sedang panjang 0.4 sampai 1.2 mm, memiliki kerangka kepala
yang lemah. Stilet berukuran sedang dan tumbuh dengan baik dengan knob yang
berbentuk setengah bola. Kelenjar esofagus bertumpang tindih dengan usus pada
bagian ventral. Nematoda betina bersifat didelphic, memiliki anulasi dan kutikula

11
yang halus, ekor pendek dan pada umumnya di bagian dorsal seperti kerucut dan
terdapat tonjolan pada bagian ujung ekor (Gambar 6).

Ekor

Kepala

Gambar 6 Helicotylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi
dengan metode mist chamber (Perbesaran 200x)
Jumlah dan Jenis Nematoda pada Metode Pewarnaan
Hasil dari ekstraksi akar padi sawah dari Desa Lungsalam, Rajasinga, dan
Plosokerep di Kecamatan Terisi nematoda padi sawah yang ditemukan dengan
metode pewarnaan memiliki jumlah yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan pada
metode mist chamber memanfaatkan gerakan aktif nematoda dan gravitasi bumi,
sehingga banyak jenis nematoda seperti Meloidogyne yang hidup menetap dalam
akar tidak terekstraksi.
Nematoda yang ditemukan pada metode pewarnaan adalah Hirschmanniella
dan Meloidogyne (Tabel 4, 5, dan 6). Nematoda yang ditemukan pada metode
pewarnaan berbeda jumlah dan jenisnya dengan metode mist chamber. Dalam
metode pewarnaan hanya terdapat Hirschmanniella dan Meloidogyne, dengan
jumlah tertinggi jenis Hirschmanniella pada tanaman sakit. Pada metode
pewarnaan di Desa Lungsalam ini hasil nematoda Hirschmanniella yang
teridentifikasi lebih banyak dibandingkan dengan metode mist chamber. Hal ini
dikarenakan nematoda tersebut sudah terbiasa berada didalam akar padi saat lahan
sawah tergenang, sehingga pada saat ekstraksi tidak semua nematoda turun
mengikuti aliran air. Tanaman di Desa Lungsalam ini tidak terlihat adanya puru
pada akar padi, sehingga jumlah rata-rata nematoda Meloidogyne hanya sebagian
saja dari jumlah nematoda Hirschmanniella.

12
Tabel 4

Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan
metode pewarnaan di lahan sawah Desa Lungsalam, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013

Jenis Nematoda
Hirschmanniella
Meloidogyne

Rata-rata Jenis Nematoda/ 1 g akar
Sakit
Sehat-Sakit
Sehat
43
30
20
13
15
8

Nematoda terbanyak yang ditemukan di Desa Rajasinga dengan metode
pewarnaan adalah jenis Meloidogyne (Tabel 5). Di Desa Rajasinga ini sampel akar
yang diperoleh terdapat puru akar, sehingga nematoda Meloidogyne banyak
ditemukan. Sampel yang terdapat puru akar, termasuk pada golongan tanaman
sakit karena tanaman terlihat kerdil.
Tabel 5 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan
metode pewarnaan di lahan sawah Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
Jenis Nematoda
Hirschmanniella
Meloidogyne

Rata-rata Jenis Nematoda/ 1 g akar
Sakit
Sehat-Sakit
Sehat
29
26
20
31
27
18

Nematoda terbanyak yang ditemukan di Desa Plosokerep dengan metode
pewarnaan adalah jenis Hirschamnniella (Tabel 6). Di Desa Plosokerep lahan
pengambilan sampel akar tanaman terlihat membusuk, sehingga menyebabkan
populasi Meloidogyne sedikit pada keadaan perakaran tersebut.
Tabel 6 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan
metode pewarnaan di lahan sawah Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013
Jenis Nematoda
Hirschmanniella
Meloidogyne

Rata-rata Jenis Nematoda/ 1g akar
Sakit
Sehat-Sakit
Sehat
85
64
24
12
10
6

Perbedaan hasil gabungan pada metode pewarnaan dalam satu kecamatan
dari tiga desa dilihat dengan keadaan tanaman sakit, antara sehat-sakit, dan
tanaman sehat dapat dilihat pada (Gambar 7).
Jumlah nematoda tertinggi pada ketiga desa di Kecamatan Terisi dengan
metode pewarnaan ditemukan pada kondisi tanaman sakit. Sementara itu, jumlah
nematoda terendah ditemukan pada kondisi tanaman yang sehat. Di tiga desa
Kecamatan Terisi lebih didominasi oleh nematoda jenis Hirschmanniella yang
terdapat di Desa Plosokerep. Hal ini diduga disebabkan oleh keadaan akar yang

13
membusuk pada tanaman padi di lahan pengambilan sampel. Sedangkan jumlah
jenis Meloidogyne tertinggi ditemukan di Desa Rajasinga, hal ini dikarenakan ciri
dari keberadaan Meloidogyne terlihat jelas pada pengambilan sampel akar di Desa
Rajasinga.

Sakit

Lungsalam

Rajasinga

Meloidogyne

Hirschmanniella

Meloidogyne

Hirschmanniella

Sehat-sakit
Meloidogyne

n
a
m
a
n

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Hirschmanniella

J
u
m
l
a
h

n
e
m
a
t
o
d
a
p
e
r
t
a

sehat

Plosokerep

Gambar 7 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode
pewarnaan di Kec. Terisi Kab. Indramayu Jawa Barat 2013.
Jenis nematoda akar yang teridentifikasi dengan metode pewarnaan
keseluruhan ketiga desa adalah Hirschmanniella dan Meloidogyne. Namun untuk
Meloidogyne 100% hanya dapat teridentifikasi pada metode pewarnaan di ketiga
desa tersebut. Populasi Meloidogyne terbanyak ditemukan di Desa Rajasinga,
karena merupakan nematoda endoparasit menetap dalam jaringan akar. Populasi
Meloidogyne dari telur, larva, dan dewasa dapat terwarnai semua tetapi sulit untuk
dilakukan identifikasi (Gambar 8).

Gambar 8 Meloidogyne betina yang terwarnai dalam jaringan akar tanaman
padi (Perbesaran 200x)
Nematoda Meloidogyne berada di dalam jaringan akar. Meloidogyne betina
dewasa akan terus hidup di dalam akar sehingga disebut sebagai endoparasit

14
sedenter. Bentuk tubuh Meloidogyne betina seperti alpukat yang melekat pada
jaringan tanaman. Untuk Meloidogyne jantan dewasa
akan bergerak
meninggalkan akar (Febriyani 2003).
Dalam kondisi tanah yang tergenang di tiga desa tersebut, difusi oksigen
akan berlangsung lambat. Akibatnya nematoda banyak berkumpul di dalam akar,
sehingga kedua metode ini dapat saling melengkapi untuk mengidentifikasi jenis
nematoda. Jenis nematoda yang ditemukan cukup beragam jenis, meskipun
demikian di lahan pengambilan sampel belum ditemukan gejala serangan
nematoda yang terlihat parah. Gejala yang terlihat di lahan pengambilan sampel
memiliki ciri-ciri tanaman terlihat kerdil dan perakaran terlihat seperti stik golf.
(Gambar 9).

Gambar 9 Puru akar yang terlihat diatas permukaan tanah di Desa
Rajasinga, Kec. Terisi.
Nematoda lain yang ditemukan pada metode pewarnaan adalah
Hirschmanniella (Gambar 10). Nematoda ini mendominasi sampel akar yang
terwarnai. Hal ini disebabkan oleh tunggul padi yang dibiarkan begitu saja
sehingga dapat menjadi inang voluntir menjelang tanaman padi yang baru ditanam.

Gambar 10 Nematoda Hirschmanniella yang terwarnai di dalam jaringan
akar (perbesaran 100x)

15

PENUTUP
Kesimpulan
Nematoda parasit padi sawah di tiga desa Kecamatan Terisi adalah
Hirschmanniella, Pratylenchus, Helicotylenchus, dan Meloidogyne. Walaupun
belum menimbulkan kerugian secara ekonomi, nematoda parasit diduga menjadi
penyebab timbulnya gejala kerdil dan menguning pada padi sawah.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keberadaan nematoda parasit
padi sawah, untuk mencegah serangan yang lebih parah akibat peledakan populasi
dari nematoda tersebut.

16

DAFTAR PUSTAKA
Abd-Elbary NA, Eissa MFM, Yousef MMA. 2012. Reproduction of the rice root
nematode, Hirschmanniella oryzae on some field crops and common
weeds. Cairo (EG): Nematol medit 40: 83-86
BPS. 2013. Produksi Tanaman Padi Seluruh Indonesia. Jakarta (ID): (Badan
Pusat Statistik Republik Indonesia) BPS.
Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu. 2010. Laporan tahunan Dinas Pertanian
Kabupaten Indramayu tahun 2010/2013. Indramayu: Dinas Pertanian
Kabupaten Indramayu.
Dropkin VH. 1996. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Ed ke-2. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Febriyani D. 2003. Nematoda penyebab puru akar (Meloidogyne spp.) pada
tanaman padi sawah di Kelurahan situ Gede, Bubulak, Kecamatan Bogor
Barat dan desa Caringin, Kecamatan Dramaga Bogor. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hussey RS. 1985. Staining nematodes in plant tissue. In: Plant nematologi:
Laboratory manual. Zuckeman et al. (eds). Massachusetts: The University
of Massachusetts Agricultural Experiment Station.
Indrayadi H. 1995. Inventarisasi nematoda parasit padi sawah di Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ismunadji M, Manurung SO. 1998. Morfologi dan fisiologi padi. Bogor (ID):
Puslitbangtan hlm: 55-102.
Luc M, Sikora RA dan Bridge J. 1990. Plant parasitic nematodes in subtropical
and tropical agriculture. London (GB): CAB International Institute of
Parasitology. hlm 83-137.
May WF & Mullin PG. 1996. Plant Parasitic Nematodes: A Pictorial Key to
Genera.5th ed.
Ou SH. 1985. Rice Disease 2nd. Ed. Commonwealth Mycological Institute Kew
England. 380p.
Padhi N. N. And Das S. N. 1982. Host-rage of the spiral nematode,
Helicotylenchus abunaamai. Newdelhi (IN): Indian J Nematol. 12: 53-59.
Siddiq MR. 2000. Tylenchida parasit of plants ad insects. 2th edition. CBI
Publishing.
Sitompul YF. 2003. Nematoda parasit pada gulma padi sawah di desa Karyasari,
Kecamatan Rengas Dengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Usmira Y. 2003. Survei nematoda parasit akar (Hirschmanniella spp.) pada
tanaman padi sawah di Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kecamatan
Bogor Barat, Kodya Bogor, dan desa Caringin, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat, [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor
Willya ES. 2003. Nematoda parasit padi sawah di Desa Karyasari, Kecamatan
Rengas Dengklok, kabupaten Karawang, Jawa Barat, [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.

17
Lampiran 1 Peta Wilayah Kecamatan Terisi

Sumber: indramayukab.go.id

18
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 8 Februari 1992 di Indramayu. Penulis
merupakan putri tunggal dari pasangan Bapak Suroto dan Ibu Rustini. Pendidikan
penulis dimulai sejak tahun 1996 di TK Ciungwanara Dua, masuk SD tahun 1997
di SDN Sukamaju (Rajasinga 2) Kab. Indramayu. Pada tahun 2003, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Terisi Kabupaten Indramayu. Setelah
lulus pada tahun 2006, penulis diterima di SMA Negeri 1 Kandanghaur
Kabupaten Indramayu. Penulis lulus SMA pada tahun 2009 dan mengajukan
pendaftaran USMI ke Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama jenjang persekolahan dan
perkuliahan, penulis mengikuti ke dalam beberapa kegiatan dan keorganisasian.
Tahun 2004 menjabat sebagai Bendahara OSIS dan ketua KIR (Karya Ilmiah
Remaja) SMPN 2 Terisi. Tahun 2010 menjabat sebagai Sekretaris divisi
kewirausahaan OMDA Indramayu. Tahun 2011 menjabat sebagai Sekretaris divisi
Bina Jaringan OMDA Indramayu tahun 2011. Tahun 2012 menjabat sebagai
anggota Badan Pengawas OMDA Indramayu, penulis melaksanakan KKP di Kab.
Karawang. Kemudian pada tahun 2013, penulis melakukan penelitian berjudul
“Nematoda Parasit Padi Sawah di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu” di
bawah bimbingan Dr. Ir. Supramana, MSi.