Evaluasi Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Pajajaran

EVALUASI FUNGSI PENGAMAN DAN ESTETIKA
JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN
KOTA BOGOR

IKHWAN MA’RIFATULLAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ABSTRAK
IKHWAN MA’RIFATULLAH. Evaluasi Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau
Jalan Pajajaran Kota Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA.
Jalan Pajajaran merupakan salah satu jalan utama di Kota Bogor yang banyak
digunakan oleh masyarakat, namun jalan ini juga termasuk kedalam daerah rawan
kecelakaan. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan beberapa parameter
kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah menilai fungsi pengaman dan estetika jalur
hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor serta merumuskan suatu bentuk rekomendasi
penataan jalur hijau yang mengakomodasikan fungsi pengaman dan estetika. Fungsi

pengaman pada jalur hijau jalan meliputi fungsi peneduh, kontrol pandangan, kontrol
kesilauan, pengarah dan peredam kecelakaan sedangkan fungsi estetika meliputi
pemilihan jenis tanaman serta pengaturan tanaman. Evaluasi fungsi pengaman jalur
hijau Jalan Pajajaran menunjukkan bahwa dari 9 segmen lokasi pada daerah pinggir
jalan, terdapat 4 segmen lokasi yang dinyatakan dalam kondisi tidak baik, sedangkan
dari 6 segmen lokasi pada daerah median jalan terdapat 1 segmen lokasi
dikategorikan tidak baik. Evaluasi pada aspek estetika terdapat 6 segmen pada tepi
jalan tidak dalam kondisi baik sedangkan 3 segmen pada median jalan dalam kondisi
yang sama. Pada segmen yang telah memenuhi kriteria pengaman dan estetika perlu
dipertahankan keberadaannya sedangkan pada segmen yang belum baik diperlukan
peningkatan untuk memenuhi kriteria tersebut.
Kata kunci: Evaluasi, fungsi pengaman, fungsi estetika, jalur hijau.
ABSTRACT
IKHWAN MA’RIFATULLAH. Evaluation of Safety and Aesthetics Function of
Roadside Trees on Pajajaran Street in Bogor City. Supervised by BAMBANG
SULISTYANTARA.
Pajajaran street is one of the main street in Bogor City that intensively used
by the citizen, but this street included into one of accident prone street in Bogor. This
study used survey methode with some quantitative parameters. The purpose of this
study are to assess the safety and aesthetics function of the roadside trees on

Pajajaran street and to formulate a form of recommendations for the roadside trees
which accommodate a safety and aesthetic function. Safety functions on the roadside
trees consist of shade function, view control, glare control, steering guide and
accident reducer, while aesthetics function consist of the selection type of plant and
plant management. Evaluation of the safety functions of roadside trees on Pajajaran
street showed that from 9 segments locations on the roadside, there were 4 segments
were in not good condition, while from 6 segments locations on the median road
there was one segment which was stated in not good condition. Evaluation of
aesthetics aspect showed there are 6 segments which were stated in not good
condition on the roadside, while on the median road there were 3 segments which
were stated in not good condition. Existence of segments which had met safety and
aesthetic criteria were needed to be maintained, and segments which had not in good
condition needed to be improved to meet the criteria.
Keyword: aesthetics functions, evaluation, roadside trees, safety functions.

EVALUASI FUNGSI PENGAMAN DAN ESTETIKA
JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN
KOTA BOGOR

IKHWAN MA’RIFATULLAH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Fungsi
Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Ikhwan Ma’rifatullah
NIM A44100047

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencatumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya tulis ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan
pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbannyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Evaluasi
Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor” dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat
gelar Sarjana Pertanian yang telah dilaksanakan di Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dan
berkontribusi dalam proses penelitian serta penyelesaian penulisan skripsi ini,
yaitu kepada:
1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. selaku pembimbing yang telah
memberikan saran dan pengarahan selama kegiatan penyusunan skripsi
ini.
2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan, masukkan, dan arahannya selama penulis menjalani kuliah.
3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS. Dan Pingkan Nuryanti, ST, M.Eng selaku
dosen penguji atas masukan, bimbingan, kritik dan saran dalam
penyempurnaan skripsi ini.
4. Eko Priyono, S.Pd., M.Pd. dan Anggraiwati S.Pd., M.Pd. selaku kedua
orang tua atas kasih sayang, doa dan dukungannya dalam penyususnan
skripsi ini.

5. Teman-teman Arsitektur Lanskap Angkatan 47, Teman-teman Wisma
Camar dan seluruh sahabat IPB yang telah memberikan do’a, dukungan
serta motivasi, saran dan nasehatnya.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk pihakpihak yang memerlukan dan bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian lain
yang dilaksanakan pada masa yang akan datang.

Bogor, September 2014

Ikhwan Ma’rifatullah

DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan
Manfaat
Kerangka pikir

TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan Hidup
Lanskap Jalan
Jalur Hijau Jalan
Manusia Sebagai Pemakai Jalan
Peranan Jalur Hijau Dalam Peningkatan Fungsi Pengaman
Peranan Jalur Hijau Dalam Peningkatan Nilai Estetika Lingkungan
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Proses/Tahapan Penilaian
Sintesisi/Rekomendasi
KONDISI UMUM
Lokasi
Iklim
Panjang Jalan
Tata Guna Lahan
Vegetasi
Segmentasi Lokasi`

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Tanaman
Fungsi pengaman
Fungsi Pengaman Berdasarkan Jarak Tanam
Fungsi Pengaman Berdasarkan Massa Daun
Fungsi Pengaman Berdasarkan Tinggi Tanaman
Fungsi Pengaman Berdasarkan Bentuk Tajuk, Batang dan Percabangan
Fungsi Estetika
Fungsi Estetika Berdasarkan Variasi Warna Daun, Bunga dan Buah
Fungsi Estetika Berdasarkan Tekstur Tanaman
Fungsi Estetika Berdasarkan Bentuk Tajuk dan Percabangan
Fungsi Estetika Berdasarkan Jarak Tanam
Pengkategorian Fungsi Pengaman
Pengkategorian Fungsi Estetika
Fungsi Pengaman dan Estetika
Fungsi Jalur Hijau Jalan Bagi Lingkungan
REKOMENDASI

i
ii

iv
v
1
2
2
2
2
3
3
4
5
5
6
7
8
8
8
9
9
13

14
14
14
14
14
15
16
18
18
27
27
30
33
37
40
41
43
45
47
51

53
55
55
57

Fungsi Pengaman
Fungsi Estetika
Penataan Tanaman
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

57
57
28
62
62
62
64
66
116

DAFTAR TABEL
1. Kriteria/Standar Penilaian Fungsi Pengaman dan Estetika
2. Cara Penilaian/Pengkategorian Fungsi Pengaman
3. Cara Penilaian/Pengkategorian Fungsi Estetika
4. Jenis dan jumlah pohon di Jalan Pajajaran
5. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 1
6. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 2
7. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 3
8. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 4
9. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 5
10. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 6
11. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 7
12. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 8
13. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 9
14. Kondisi lingkungan jalan setiap segmen lokasi
15. Penilaian fungsi pengaman dengan indikator penataan
(jarak tanam)
16. Penilaian fungsi pengaman dengan indikator karakter
tanaman (massa daun)
17. Penilaian fungsi pengaman dengan indikator karakter
tanaman (tinggi tanaman)
18. Penilaian fungsi pengaman dengan indikator karakter
tanaman (bentuk tajuk, batang dan percabangan)
19. Penilaian fungsi estetika dengan indikator
pemilihan jenis tanaman (variasi warna daun, bunga dan buah)
20. Penilaian fungsi estetika dengan indikator
pemilihan jenis tanaman (tekstur tanaman)
21. Penilaian fungsi estetika dengan indikator pemilihan jenis tanaman
(bentuk tajuk dan percabangan)
22. Penilaian fungsi estetika dengan indikator penataan tanaman
(jarak tanam)
23. Kategori fungsi pengaman setiap segmen lokasi pinggir jalan
24. Kategori fungsi pengaman setiap segmen lokasi median jalan
25. Kategori fungsi estetika setiap segmen lokasi pinggir jalan
26. Kategori fungsi estetika setiap segmen lokasi median jalan

9
13
13
18
19
19
20
21
21
22
23
23
23
25
26
30
34
37
41
43
46
48
51
52
53
54

27. Hasil penilaian fungsi pengaman
28. Hasil penilaian fungsi estetika
29. Rekomendasi penataan tanaman

57
58
59

DAFTAR GAMBAR
1. Skema Kerangka Pikir
2. Lokasi dan Penelitian
3. (a) Jalur pedestrian di tepi jalan dekat Tol Jagorawi
(b) Tidak tersedia Jalur Pedestrian dekat Mall Jambu dua
4. (a) Pohon tidak sehat pada median jalan dekat Terminal
Baranangsiang (b) Pohon mati pada pinggir jalan dekat persimpangan
Jalan Achmad Sobana
5. Peta segmentasi Jalan Pajajaran
6. Potongan segmen lokasi 1
7. Potongan segmen lokasi 2
8. Potongan segmen lokasi 3
9. Potongan segmen lokasi 4
10. Potongan segmen lokasi 5
11. Potongan segmen lokasi 6
12. Potongan segmen lokasi 7
13. Potongan segmen lokasi 8
14. Potongan segmen lokasi 9
15. Fungsi pengaman dengan indikator jarak tanam pada pinggir jalan
16. Fungsi pengaman dengan indikator jarak tanam pada median jalan
17. (a) Jarak tanam yang baik pada pinggir jalan di depan MB IPB
(b) Jarak tanam yang baik pada pinggir jalan di dekat persimpangan Jalan
Pajajaran Indah
18. Fungsi pengaman dengan indikator massa daun pada pinggir jalan
19. Fungsi pengaman dengan indikator massa daun pada median jalan
20. (a) massa daun yang kurang baik pada pinggir jalan di dekat
MB IPB (b) massa daun yang kurang baik pada median jalan di dekat
persimpangan Jalan Achmad Sobana
21. Fungsi pengaman dengan indikator tinggi tanaman pada pinggir jalan
22. Fungsi pengaman dengan indikator tinggi tanaman pada median jalan
23. Tinggi pohon pada pinggir jalan di dekat persimpangan
jalan Achmad Sobana
24. Fungsi pengaman dengan indikator bentuk tajuk, batang dan
percabangan pada pinggir jalan
25. Fungsi pengaman dengan indikator bentuk tajuk, batang dan
percabangan pada median jalan
26. Tajuk yang saling bersinggungan pada median jalan
di dekat di dekat Jambu Dua
27. Fungsi estetika dengan indikator variasi warna daun,
bunga dan buah pada pinggir jalan
28. Fungsi estetika dengan indikator variasi warna daun
bunga dan buah pada median jalan

2
8
15
16

17
19
19
20
21
22
22
23
23
24
27
27
28

31
31
33

34
34
35
38
38
40
41
41

29. (a) Variasi warna dari nurseri pada pinggir jalan di dekat
persimpangan Jalan Achmad Sobana (b) Variasi warna
pada median jalan di dekat Tugu Kujang
30. Fungsi estetika dengan indikator tekstur tanaman pada pinggir jalan
31. Fungsi estetika dengan indikator tekstur tanaman pada median jalan
32. (a) Tekstur tanaman yang halus pada median jalan di dekat
persimpangan Jalan Pajajaran Indah (b) tekstur tanaman
yang halus pada pinggir jalan di dekat Persimpangan
Achmad Sobana
33. Fungsi estetika dengan indikator bentuk tajuk dan percabangan pada
pinggir jalan
34. Fungsi estetika dengan indikator bentuk tajuk dan percabangan pada
median jalan
35. Bentuk tajuk dan percabangan tanaman pada median jalan di dekat
Masjid Raya Bogor
36. Fungsi estetika dengan indikator pengaturan tanaman pada pinggir
jalan
37. Fungsi estetika dengan indikator pengaturan tanaman pada median
jalan
38. (a) Jarak tanam yang berjauhan pada pinggir jalan di
dekat persimpangan Jalan Pangrango (b) Jarak tanam
yang berjauhan pada median jalan di dekat Balebinarum

42

43
43
44

45
45
47
48
48
50

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jalan merupakan jalur sirkulasi penting di Indonesia yang menjadi jalur
penghubung suatu daerah ke daerah lainnya. Perkembangan suatu kota diikuti
dengan perkembangan jalur sirkulasinya. Pembangunan fisik seperti jalan perlu
diimbangi dengan pembangunan tata hijaunya. Salah satu bentuk hutan kota
menurut Dahlan (1992) adalah jalur hijau jalan dengan elemen utama pohon tepi
jalan. Kehadiran pohon tepi jalan sangat penting untuk menciptakan lingkungan
yang menyenangkan bagi pengguna jalan karena memiliki sifat fisiologis antara
lain kemampuan menyerap polusi dan penghasil oksigen. Selain itu pohon
memiliki sifat fisik yang dapat memberikan nilai estetika dari bentuk, testur,
warna, aroma dan bagian lainnya.
Bogor merupakan salah satu kota yang sedang mengalami pertumbuhan
pembangunan di berbagai bidang seperti sarana sistem transportasi. Semakin
banyaknya jumlah kendaraan di wilayah perkotaan telah mengakibatkan gangguan
terhadap lingkungan. Jalan-jalan utama di perkotaan perlu dilengkapi fasilitas
untuk menjaga keamanan pengguna jalan termasuk penataan jalur hijau. Kualitas
visual pada jalan utama perkotaan dibutuhkan perhatian untuk menghindari
kemonotonan para pengguna jalan. Konfigurasi dan struktur tata hijau diharapkan
mampu meningkatkan fungsi keamanan serta kualitas visual pada jalan.
Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa tanaman dapat merekayasa
estetika, disamping memberikan hasil juga dapat mengontrol erosi dan air tanah,
mengurangi polusi udara, menurunkan suhu, mengurangi kebisingan,
mengendalikan air limbah, mengontrol lalu-lintas dan cahaya yang menyilaukan,
mengurangi pantulan cahaya serta mengurangi bau. Lebih lanjut Carpenter et.al
(1975) mengemukakan, perencanaan lanskap jalan memerlukan pemikiran yang
seksama, tidak hanya memikirkan nilai fungsi seperti keamanan, kesenangan dan
ekonomi, tetapi juga harus mempertimbangkan nilai estetika terutama keindahan
alam dan lingkungan sekitarnya. Dari berbagai aspek fungsional tanaman yang
diungkapkan oleh Carpenter et al. (1975), terdapat tiga aspek penting tanaman
mengenai pengaruh lanskap jalan terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu fungsi
pereduksi polusi, fungsi peredam kebisingan dan fungsi pembatas fisik (barrier).
Hal ini disebabkan, ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang langsung
berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar lanskap jalan.
Jalan Pajajaran merupakan salah satu jalan utama bagi sirkulasi kendaraan
di Kota Bogor. Pada tahun 2013 Polres Bogor menetapkan bahwa Jalan Pajajaran
termasuk kedalam salah satu titik paling rawan terjadi kecelakaan lalulintas di
Kota Bogor. Untuk itu, perlu dilakukan penilaian pada tata hijau Jalan Pajajaran,
sehingga nantinya dapat memberi penilaian apakah tata hijau yang ada secara
fungsional berdaya guna bagi keamanan pengguna jalan khususnya secara fisik
terkait dengan mengurangi resiko kecelakaan bagi kendaraan yang keluar dari
jalurnya serta mengurangi benturan apabila terjadi kecelakaan melalui penataan
tanaman, serta secara estetika dapat dinikmati oleh para pengguna jalan.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. menilai fungsi pengaman dan estetika jalur hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor.
2. merumuskan suatu bentuk rekomendasi jalur hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor
yang mengakomodasikan fungsi pengaman dan estetika bagi pengguna jalan.
Manfaat Penelitian
Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah
Kota Bogor khususnya bagi pihak perencana, pengelelola lanskap Jalan Pajajaran
untuk meningkatkan kualitas lanskap Jalan Pajajaran yang aman, nyaman dan
juga indah.
Kerangka Pikir
Jalur hijau jalan pajajaran

Penilaian fungsi jalur hijau jalan

Fungsi pengaman

Fungsi estetika

Pengarah, kontrol
kesilauan, dan
peredam kecelakaan

Variasi dan kontrol
pandangan

Deskripsi hasil penilaian

Tingkat efektifitas jalur hijau dalam
menunjang aspek pengaman dan
estetika
Perumusan rekomendasi penataan
penanaman jalur hijau Jalan Pajajaran

Gambar 1 Skema kerangka pikir
Keberadaan jalur hijau Jalan Pajajaran memiliki beberapa fungsi, namun dari
beberapa fungsi tersebut akan ditekankan pada penilaian fungsi pengaman dan
fungsi estetika. Fungsi pengaman pada jalur hijau meliputi beberapa indikator
penilaian yaitu pengarah, kontrol kesilauan, dan peredam kecelakaan. Fungsi
estetika juga memiliki indikator penilaian yaitu variasi warna dan kontrol
pandangan. Kedua fungsi jalur hijau ini akan dilakukan penilaian terhadap jalur
hijau Jalan Pajajaran sehingga nantinya akan didapatkan suatu nilai efektifitas
jalur hijau dalam memenuhi fungsi tersebut. Kemudian akan disusun sebuah
rekomendasi penataan jalur hijau yang menekankan pada aspek pengaman serta
aspek estetika. Rekomendasi diarahkan pada perbaikan dalam pemilihan jenis
tanaman, struktur, pola dan konfigurasinya dalam menunjang aspek keamanan
dan estetika.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan Hidup
UU RI No. 32 Tahun 2009, tentang lingkungan hidup menyatakan bahwa
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain. Lingkungan hidup
merupakan jumlah semua komponen biotik maupun abiotik serta kondisi yang ada
dalam ruangan yang ditempati. Antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat
hubungan yang dinamis. Manusia akan menyesuaikan kegiatannya dengan kondisi
lingkungan sesuai dengan perubahan lingkungan hidup yang tidak statis.
Perubahan perilaku manusia ini akan mengakibatkan perubahan nilai sumberdaya
dalam lingkungan hidup. Sastrawijaya (1991) menyimpulkan bahwa dengan
semakin meningkatnya perkembangan industri, baik industri migas, pertanian,
maupun industri non-migas lainnya, maka semakin meningkatnya tingkat
pencemaran pada perairan, udara dan tanah yang disebabkan oleh buangan
industri-industri tersebut.
Lanskap Jalan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004, jalan
adalah suatu prasarana perhubungan darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah, dan/atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel. Harris dan Dines (1988) menjelaskan bahwa adanya
jalan atau sirkulasi kendaraan di jalan raya mengakomodasikan tiga tujuan utama
yaitu menyediakan akses untuk masuk ke suatu lahan dan bangunan,
menghubungkan antar tata guna lahan yang ada, dan menyediakan jalur
pergerakan untuk orang dan barang.
Jalan umum dikelompokkan lebih lanjut menurut fungsi, status dan
kelasnya. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Menurut fungsinya,
jalan umum dikelompokkan menjadi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan
jalan lingkungan.
a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan ratarata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

4

Jalan umum juga dikelompokan berdasarkan kelas jalan (UU RI No. 22
Tahun 2009). Pengelompokkan jalan menjadi beberapa kelas didasarkan pada
fungsi dan intensitas lalu lintas serta daya dukung untuk menerima muatan sumbu
terberat dan dimensi kendaraan bermotor. Berdasarkan kelas jalannya, jalan
umum dikelompokkan menjadi jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas III, dan
jalan kelas khusus. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran
panjang tidak melebihi 18000 mm, ukuran paling tinggi 4200 mm, dan muatan
sumbu terberat 10 ton. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, jalan kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12000 mm, ukuran paling
tinggi 4200 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton. Jalan kelas III, yaitu jalan
arteri, jalan kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2100 mm, ukuran panjang tidak melebihi
9000 mm, ukuran paling tinggi 3500 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton. Jalan
kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm,
ukuran paling tinggi 4200 mm, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.
Jalan memiliki beberapa bagian jalan. Bagian-bagian jalan tersebut
meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan (UU
RI No 38 tahun 2004 ; UU RI No 13 tahun 1980).
a. Daerah manfaat jalan adalah suatu daerah yang dimanfaatkan untuk konstruksi
jalan terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
b. Daerah milik jalan meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu, di
luar daerah manfaat jalan. Daerah milik jalan dibatasi tanda batas daerah milik
jalan.
c. Daerah pengawasan jalan merupakan sejalur tanah tertentu di luar daerah milik
jalan yang ada di bawah pengawasan Pembina jalan. Adanya daerah
pengawasan jalan dimaksudkan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi
dan konstruksi jalan, dalam hal tidak cukup luasnya daerah milik jalan.
Lanskap kehidupan manusia terdiri dari tempat dan jalan. Jalan-jalan kota
merupakan jalur atau garis pusat kegiatan dimana jalan dan tempat berkombinasi
serta terdapat kehidupan dan pergerakan yang intensif (Simonds, 1978). Lanskap
jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk dari elemen
lanskap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama indah,
maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan
dengan kondisi lahannya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Sementara itu,
definisi streetscape menurut JAANUS (Japanese Architecture and Art Net Users
System) dalam Roychansyah (2007) yaitu ruang linear yang dibatasi oleh jalan itu
sendiri dan bagian muka gedung pada deretan bangunan, dinding dan lain-lain di
sekitarnya.
Lanskap jalan mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan dengan
persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi pengguna jalan serta
diusahakan untuk menciptakan lingkungan yang indah, nyaman, dan memenuhi
fungsi keamanan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Agar tercipta
lingkungan jalan yang nyaman dan teduh, diperlukan tanaman peneduh pada jalan

5

(Dahlan, 2004). Adanya tanaman pada jalan menurut Carpenter et al (1975) dapat
memberi karakter dan melembutkan struktur jalan yang keras dan kaku.
Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) menjelaskan bahwa persyaratan
utama dalam memilih jenis tanaman lanskap jalan yaitu perakaran tidak merusak
konstruksi jalan, mudah dalam perawatan, batang/percabangan tidak mudah patah,
daun tidak mudah rontok/gugur. Selain itu, pemilihan tanaman jalan perlu
mempertimbangkan faktor keamanan pemakai jalan. Carpenter et. al (1975) juga
menjelaskan bahwa tanaman jalan harus toleran pada polusi udara, ruang
pertumbuhan akar yang terbatas serta toleran pada kondisi panas, dingin, angin
dan kondisi lainnya pada jalan. Tanaman pada lanskap jalan sebaiknya tidak
mudah patah, tanaman tidak berantakan, tidak menyulitkan, tahan hama penyakit
dan tidak memiliki berbahaya
Jalur Hijau Jalan
Jalur hijau jalan merupakan salah satu bentuk penyediaan ruang terbuka
hijau pada kota. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 tahun
2007, RTH atau ruang terbuka hijau sendiri didefinisikan sebagai area
memanjang, jalur, dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, dan merupakan tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami
maupun sengaja ditanam. Proporsi luas ruang terbuka hijau pada kota paling
sedikit 30% luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau 30 % tersebut
merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,
meningkatkan ketersediaan udara bersih bagi masyarakat dan juga meningkatkan
nilai estetika kota (UU No. 26 tahun 2007).
Fungsi utama ruang terbuka hijau yaitu fungsi ekologis untuk menjamin
sistem sirkulasi udara kota, pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen,
penyerap air hujan, penyerap polutan, habitat satwa, dan penahan angin. Ruang
terbuka hijau selain memiliki fungsi ekologis juga memiliki fungsi sosial budaya,
fungsi ekonomi, dan fungsi estetika. RTH juga memiliki fungsi sosial budaya dan
fungsi ekonomi. Ruang terbuka hijau juga berfungsi untuk memperindah
lingkungan kota dan menciptakan keseimbangan dan keserasian suasana pada area
yang terbangun dan tidak terbangun (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05
Tahun 2008). Manfaat adanya RTH yaitu terbentuknya keindahan dan
kenyamanan. Manfaat lain RTH antara lain pembersihan udara, menjamin
ketersediaan air tanah, dan konservasi hayati. RTH juga memberi manfaat bagi
kesehatan antara lain karena tanaman dalam RTH dapat menyerap karbondioksida
serta zat pencemar udara lain dan menghasilkan oksigen (Direktorat Jendral
Penataan Ruang, 2006).
Manusia Sebagai Pemakai Jalan
Selama diperjalanan manusia sebagai pemakai jalan akan melihat
sederetan gambaran yang dilaluinya melebur menjadi suatu realisasi visual yang
meluas dari suatu objek, ruang atau panorama dan menurutnya persepsi terhadap
gambaran tersebut bukan berasal dari indra penglihatan saja tetapi terlibat pula
perasaan, penciuman, perabaan dan pendengaran.

6

Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) permasalahan yang paling
umum dijumpai oleh pengendara adalah kebosanan dan kejenuhan selama
perjalanan, dimana penyebabnya adalah kondisi fisik pengendara, kendaraan yang
digunakan, jalur jalan yang dipakai dan lingkungan disekitar jalur jalan tersebut.
Harris dan Dines (1988) menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi
pengemudi adalah 1) Faktor visual yang membicarakan mengenai ketajaman
pemandangan sekeliling, kedalaman persepsi, kesilauan, memperkirakan jarak dan
daya lihat warna 2) Faktor keragaman pengemudi yang dipengaruhi oleh umur,
jenis kelamin, pengetahuan, keterampilan pengemudi, kegugupan dan ketidak
sabaran 3) tingkah laku pengemudi 4) pengaruh iklim dalam mengemudi yaitu
angin, suhu, kabut, asap, hujan dan sudut datangnya sinar matahari. Sudut
datangnya sinar matahari yang kecil pada pagi atau sore hari akan membaurkan
pandangan bagi pengemudi, sehingga pengemudi tidak dapat melihat objek
dengan jelas.
Peranan Jalur Hijau Jalan Dalam Peningkatan Fungsi Pengaman
Tanaman pada lanskap jalan raya memiliki peran yang cukup besar.
Menurut Both (1983), tanaman yang ditanam diperkotaan memiliki tiga fungsi
utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Fungsi
struktural meliputi fungsi tanaman sebagai dinding, atap dan lantai dalam
membentuk suatu ruang serta mempengaruhi pemandangan dan arah pergerakan
(fungsi pengaman). Fungsi lingkungan meliputi peran tanaman dalam
meningkatkan kualitas udara dan kualitas air, mencegah erosi serta peran tanaman
dalam memodifikasi iklim. Fungsi visual merupakan peran tanaman sebagai titik
dominan dan sebagai penghubung visual melalui karakteristik yang dimilikinya
yaitu ukuran, bentuk, warna dan tekstur. Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan
yang direncanakan dan ketentuan ruang yang tersedia untuk penempatan tanaman
lansekap jalan. Maka untuk menentukan pemilihan jenis tanaman pada hutan kota
dan untuk meningkatkan fungsi pengaman dari tumbuhan ada 2 (dua) hal lain
yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya.
Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan jalur tengah (median)
disesuaikan dengan potongan melintang standar tergantung pada klasifikasi fungsi
jalan yang bersangkutan (arteri, kolektor atau lokal). Menurut Departemen
Pekerjaan Umum (1996) ada beberapa fungsi dan persyaratan tanaman yang
ditanam pada jalur hijau supaya dapat meningkatkan fungsi pengaman :
1. Peneduh, pohon tinggi sedang . 15 m, tajuk bersinggungan, massa daun padat
dan rimbun, percabangan 5 m diatas tanah, ditanam secara kontinyu, bentuk
tajuk dome, spreading dan irregular. Contoh tanaman Krai payung, Angsana
dan Tanjung,
2. Kontrol pandangan, tanaman tinggi,perdu, semak, bermassa daun padat,
ditanam berbaris atau membentuk massa dan jarak tanam rapat. Contoh
tanaman Bambu, Cemara dan Kembang sepatu.
3. Kontrol kesilauan, tanaman perdu/semak, ditanam rapat ketinggian 1,5 m dan
bermassa daun padat. Contoh tanaman berupa Bugenvil dan Kembang sepatu.
4. Pengarah, tanaman perdu atau pohon ketinggian > 2m, ditanam secara missal
atau berbaris, jarak tanam rapat, untuk tanaman perdu/semak digunakan

7

tanaman yang memiliki warna daun hijau muda agar dapat dilihat pada malam
hari. Contoh pohon Mahoni, Cemara, Kembang merak
5. Peredam kecelakaan, tanaman perdu/semak tinggi 1,5 m, batang dan cabang
lentur, percabangan rapat dan tajuk tidak menghalangi pengguna jalan atau
rambu lalu lintas.
Peranan Jalur Hijau Dalam Peningkatan Nilai Estetika Lingkungan
Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan,
minuman, namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan
kebutuhan rohani. Menurut Grey dan Deneke (1978) benda-benda disekeliling
manusia dapat ditata dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan
tekstur sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik
Menurut Dahlan (1992) tanaman dengan bentuk, warna dan tekstur
tertentu dapar dipadu dengan benda-benda buatan seperti gedung, jalan, dan
sebagainya untuk mendapatkan komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan
jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut
telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah
dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan
yang nuansa (bergradasi lembut).
Keindahan suatu benda buatan atau alami dapat terbentuk karena bentuk,
warna maupun teksturnya. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik sendiri
baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Begitu juga tanaman mempunyai
nilai kecocokan dengan bentuk, warna dan tekstur dari benda-benda yang tidak
alami seperti gedung, jalan dan sebagainya (Fakuara, 1986).
Both (1983) mengemukakan bahwa fisiognami vegetasi dapat digunakan
sebagai akses dan penghubung visual, yang dipengaruhi oleh ukuran, bentuk,
warna dan tekstur. Vegetasi memberikan kesan alami lingkungan, khususnya
lingkungan perkotaan, dimana vegetasi memberikan kesegaran visual terhadap
lingkungan yang serba keras, akan tetapi dengan ketidakteraturannya akan
membuat lingkungan yang harmonis. Dalam hal ini, vegetasi berfungsi sebagai
pelengkap pemersatu, penegas, pengenal, pelembut dan pembingkai.
Menurut Grey dan Deneke (1978) peranan hutan kota berdasarkan lokasi
peruntukan aktivitas kota, dapat dibagi menjadi hutan kota konservasi, hutan kota
industri, hutan kota wilayah pemukiman, hutan kota wisata dan hutan kota tangkar
satwa. Lokasi hutan kota dapat dirancang sesuai dengan fungsi hutan kota.
Besarnya bobot tiap fungsi estetika berbeda-beda tergantung peruntukan. Jika
dilokasi industri fungsi pelestarian lingkungan lebih dominan daripada fungsi
lansekap dan fungsi estetika. Dilokasi pemukiman fungsi estetika lebih dominan
daripada fungsi lansekap dan fungsi pelestarian lingkungan. Begitu pula untuk
hutan kota wisata lebih mengutamakan estetika.

8

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Kegiatan
penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Pajajaran yaitu jalur hijau kota di jalan
tersebut. Pemilihan Jalan Pajajaran ini karena jalan ini merupakan salah satu jalan
utama bagi sirkulasi kendaraan. Kedudukan geografis Kota Bogor di tengahtengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota
Negara. Jalan sepanjang 6,4 Km ini dibagi dalam 9 segmen untuk memudahkan
penelitian yang akan dilakukan. Pembagian tersebut didasarkan pada komposisi
tanaman dan fungsi penggunaan lahan disekitar jalan. Penelitian ini dilakukan
selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juni 2014.

Gambar 2 Lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta Jalan Pajajaran,
foto-foto dan data sekunder tentang tempat penelitian tersebut. Alat-alat yang
digunakan adalah kamera digital, meteran, hagameter, dan alat tulis.
Metode Penelitian

Studi yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan metode
survei dengan beberapa parameter kuantitatif. Hal tersebut ditujukan untuk
memberikan deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai aspek-aspek
fungsional tata hijau lanskap Jalan Pajajaran. Proses evaluasi dalam studi ini
dijabarkan dalam tiga tahap yaitu pengumpulan data, evaluasi dan perumusan
rekomendasi. Pengumpulan data meliputi data-data primer dan sekunder, yang
dianalisis sesuai alat analisis yang digunakan, kemudian hasilnya dibandingkan
dengan parameter yang telah ditetapkan. Hasilnya akan memberikan suatu bentuk
rekomendasi mengenai jenis, bentuk dan struktur tata hijau lanskap jalan yang
sesuai dengan karakteristik tapak.

9

Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan primer. Data
primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan disertai pemotretan,
pengukuran. Data yang dikumpulkan meliputi jenis tanaman, jarak tanaman,
bentuk tajuk dan percabangan, tekstur, massa daun,variasi warna dan tinggi
tanaman. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka meliputi data lokasi,
iklim, dan tata guna lahan. Lokasi yang diamati yaitu daerah pinggir jalan dan
median jalan.
Proses/Tahapan penilaian
Tahapan penilaian atau proses penilaian sebelum melakukan penilaian
fungsi pengaman dan estetika :
(1). Inventarisasi tiap segmen lokasi. Data yang diinventarisasi meliputi jenis
tanaman, jarak tanam, massa daun, tinggi tanaman, bentuk batang dan
percabangan, tekstur tanaman, variasi warna (buah, bunga dan daun).
(2). Setelah inventarisasi, melakukan penilaian berdasarkan kriteria/tabel.
Tabel 1 Kriteria/standar penilaian fungsi pengaman dan estetika
Kriteria
/Indikator
Pengaman
Penataan

Karakter
tanaman

Verifier
Kurang
Jarak tanam
1.Pinggir jalan
2.Median jalan
Massa daun
1.Pinggir jalan
2.Median jalan

Tinggi Tanaman
1. Pinggir jalan
2. Median jalan
Bentuk tajuk,
batang dan
percabangan
1. Pinggir jalan

2. Median jalan

Nilai
Sedang

Baik

7 m
7 m

2m,6m,7m
2m,6m,7m

3m,5m
3m,5m

Jarang dan tidak
rimbun
Jarang dan tidak
rimbun, tidak rapi

Sedang

Padat dan rimbun

Sedang, agak
rapi

Padat dan rimbun ,
rapi dan memudahkan
Orientasi

20 m
< 1,5 m, >20 m

16 m- 20 m
16 m- 20 m

1,5 m - 15 m
1,5 m - 15 m

Tajuk menghalangi
pandangan pengguna
jalan/rambu, batang
keras dan
percabangan jarang,
banyak dan mudah
patah

Tajuk agak
bersinggung,
batang tidak
terlalu keras,
percabangan
sedang & tidak
mudah patah

Tajuk bersinggungan,
bentuk tajuk dome,
batang lunak (elastis),
percabangan sedikit
dan
tidak mudah patah

Tajuk menghalangi
pandangan pengguna
jalan/rambu, batang
keras dan
percabangan jarang,
banyak dan mudah
patah.

Tajuk tidak
menghalangi
rambu, batang
tidak terlalu
keras,
percabangan
sedang .

Tajuk tidak
menghalangi
pengguna jalan/rambu,
batang lunak dan
elastis
dan percabagan sedikit
dan tidak mudah patah

10

Lanjutan Tabel 1 Kriteria/standar penilaian fungsi pengaman dan estetika
Kriteria
/Indikator
Estetika
Pemilihan
jenis
tanaman

Verifier

Variasi warna
(daun, Bunga,
buah)
1. Pinggir jalan

2. Median jalan

Tekstur
tanaman
1.Pinggir jalan

2.Median jalan
Bentuk
tajuk
dan
percabangan
1. Pinggir jalan

2. Median jalan

Pengaturan
Tanaman

Nilai
Sedang

Kurang

Komposisi
habitus/
konfigurasi
1. Pinggir jalan

Warna tidak
bervariasi dan
banyak terdapat
warna gelap
Warna tidak
bervariasi dan
banyak terdapat
warna gelap

Baik

Warna agak
bervariasi

Warna bervariasi dan
terang

Warna agak
bervariasi

Warna bervariasi dan
Terang

Kasar dan
menarik

tidak

Agak
halus
dan menarik

Halus dan menarik

Kasar dan
menarik

tidak

Agak
halus
dan menarik

Halus dan menarik

Bentuk tajuk tidak
menarik dan tidak
memiliki
banyak
percabangan
(jauh
dari kesan indah)

Bentuk tajuk
menarik dan
tidak
terlalu
banyak
percabangan

Bentuk tajuk menarik
dan sedikit
percabangan

Bentuk tajuk tidak
menarik
dan
bersinggungan dan
tidak
memiliki
banyak percabangan
(jauh dari kesan
indah)

Bentuk tajuk
menarik dan
tidak
terlalu
banyak
percabangan

Bentuk tajuk menarik
dan tidak
bersinggungan,
sedikit percabangan

Tidak
memiliki
kesatuan tema dalam
penataan,
tidak
terdapat
keseimbangan dari
komposisi tanaman
dan tidak memiliki
nilai aksen atau
kontras terhadap
lingkungan
sekitarnya

Kurang
memiliki
kesatuan tema
dalam
penataan,
kurang
terdapat
komposisi
tanaman dan
kurang
memiliki nilai
aksen
terhadap
lingkungan
sekitar

Memiliki kesatuan
tema yang dominan
dalam penataan,
terdapat komposisi
tanaman dan
memiliki nilai aksen
terhadap lingkungan
sekitar

11

Lanjutan Tabel 1 Kriteria/standar penilaian fungsi pengaman dan estetika
Kriteria
/Indikator

Verifier

Nilai
Sedang
Kurang
memiliki
kesatuan tema
dalam
penataan,
kurang
terdapat
komposisi
tanaman dan
kurang
memiliki nilai
aksen
terhadap
lingkungan
sekitar.

Kurang
Tidak
memiliki
kesatuan tema dalam
penataan,
tidak
terdapat
keseimbangan
dari
komposisi tanaman
dan tidak memiliki
nilai
aksen
atau
kontras
terhadap
lingkungan
sekitarnya,

2.Median jalan

Jarak tanam
1.Pinggir jalan
2.Median jalan

7m
7m

Baik
Memiliki kesatuan
tema yang dominan
dalam penataan,
terdapat komposisi
tanaman dan memiliki
nilai aksen terhadap
lingkungan sekitar

2m , 6m , 7m
2m , 6m , 7m

3m , 5m
3m , 5m

Sumber : DPU Dirjen Bina Marga (1996), Carpenter et al (1975), Fakuara et al
(1996) dalam Aprilis (2011)
(3). Data hasil inventarisasi dianalisis dengan menggunakan perhitungan :
a. Fungsi pengaman
a.1 Berdasarkan indikator penataan dengan verifier jarak tanam, rumus
yang digunakan:

� �

x 100%
� ℎ


a.2 Berdasarkan indikator karakter tanaman dengan verifier massa daun,
rumus yang digunakan:
� �

x 100%
� ℎ


a.3 Berdasarkan indikator karakter tanaman dengan verifier tinggi pohon,
rumus yang digunakan :
��

� �

x 100%
� ℎ



a.4 Berdasarkan indikator karakter tanaman dengan verifier bentuk tajuk, batang
dan percabangan, rumus yang digunakan:


,



� ℎ









x 100%

b. Fungsi estetika
b.1 Berdasarkan indikator pemilihan jenis tanaman dengan verifier variasi warna
bunga, buah dan daun, rumus yang digunakan :
� ℎ









x 100%

b.2 Berdasarkan indikator pemilihan jenis tanaman dengan verifier tekstur
pohon, rumus yang digunakan:

12



� ℎ









x 100%

b.3 Berdasarkan indikator pemilihan jenis tanaman dengan verifier bentuk tajuk
dan percabangan, rumus yang digunakan :


� ℎ









x 100%

b.4 Berdasarkan indikator pengaturan tanaman dengan verifier jarak tanam,
rumus yang digunakan :
� ℎ











x 100%

(4). Langkah selanjutnya, melakukan pengkategorian dari setiap verifier. Nilai
persentase yang diperoleh dimasukkan kedalam kategori baik, sedang dan
kurang. Analisis dilakukan pada setiap segmen jalan secara deskriptif.
Pengkategorian setiap verifier yaitu:
Baik, persentase nilai baik lebih besar dari nilai sedang dan kurang.
Sedang, persentase nilai sedang lebih besar dari nilai baik dan kurang.
Kurang, persentase nilai kurang lebih besar dari nilai baik dan sedang.
(5). Setelah diperoleh kategori masing-masing verifier, selanjutnya dilakukan
penilaian fungsi pengaman dan estetika. Menurut Departemen Pekerjaan
Umum (1996) ada beberapa fungsi dan persyaratan tanaman yang ditanam
pada jalur hijau supaya dapat meningkatkan fungsi pengaman :
a. Peneduh, pohon tinggi berkisar 15 m, tajuk bersinggungan, massa daun
padat dan rimbun, percabangan 5 m diatas tanah, ditanam secara kontinyu,
bentuk tajuk dome, spreading dan irregular. Contoh tanaman Krai payung,
Angsana dan Tanjung,
b. Kontrol pandangan, tanaman tinggi,perdu, semak, bermassa daun padat,
ditanam berbaris atau membentuk massa dan jarak tanam rapat. Contoh
tanaman Bambu, Cemara dan Kembang sepatu.
c. Kontrol kesilauan, tanaman perdu/semak, ditanam rapat ketinggian 1,5 m
dan bermassa daun padat. Contoh tanaman berupa Bugenvil dan Kembang
sepatu.
d. Pengarah, tanaman perdu atau pohon ketinggian > 2m, ditanam secara
massal atau berbaris, jarak tanam rapat, untuk tanaman perdu/semak
digunakan tanaman yang memiliki warna daun hijau muda agar dapat
dilihat pada malam hari. Contoh pohon Mahoni, Cemara, Kembang merak
e. Peredam kecelakaan, tanaman perdu/semak tinggi 1,5 m, batang dan
cabang lentur, percabangan rapat dan tajuk tidak menghalangi pengguna
jalan atau rambu lalu lintas.
Penilaian dibagi menjadi tiga kategori yakni baik, sedang dan buruk.
Penilaian fungsi pengaman (pengarah, kontrol kesilauan, peredam
kecelakaan, peneduh dan kontrol pandangan) disajikan pada Tabel 2 dan
fungsi estetika (jenis tanaman dan tata letak tanaman) disajikan pada Tabel 3.

13

Tabel 2 Cara penilaian/pengkategorikan fungsi pengaman
No
1
2
3

Kategori
Baik
≥3
≤2
≤2

Baik
Sedang
Buruk

Nilai
Sedang
≤2
≥3
≤2

Buruk
≤2
≤2
≥3

Sumber: Pemi Aprilis (2011)

Tabel 3 Cara penilaian/pengkategorian fungsi estetika
No

Kategori
Jenis tanaman
Baik
Sedang
Baik

Fungsi Estetika
Tata letak tanaman
Baik
Baik
Sedang

1

Baik

2

Sedang

Sedang
Baik
Buruk

Sedang
Buruk
Baik

3

Buruk

Buruk
Sedang
Buruk

Buruk
Buruk
Sedang

Sumber: Pemi Aprilis (2011)

Data dianalisis secara deskriptif dibandingkan dengan dasar penilaian
untuk kriteria-kriteria yang ditetapkan. Hasil evaluasi yang didasarkan pada hasil
penilaian ditunjang dengan sumber pustaka untuk melihat penempatan tanaman
yang sesuai dengan karakteristik dan fungsi yang ingin diterapkan pada suatu
lokasi, serta mengetahui bagian mana terjadi kekurangan atau kelebihan sehingga
dapat ditentukan alternatif perbaikannya.
Sintesis/Rekomendasi
Data hasil analisis digunakan untuk menghasilkan rumusan rekomendasi
untuk tiap segmen jalan. Rekomendasi berdasarkan kriteria penilaian.
Rekomendasi tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan fungsi
pengaman dan estetika tanaman lanskap jalan kota.

14

KONDISI UMUM
Lokasi
Kota Bogor yang terletak di Provinsi Jawa Barat memiliki bentukan alam
berupa perbukitan bergelombang dengan ketinggian bervariasi antara 0 - 350 m di
atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0 – 2 % (datar), 2 – 15 %
(landai), 15 – 25 % (agak curam), 25 – 40 % (curam), dan > 40 % (sangat curam).
Jalan Pajajaran terletak di atas dataran yang relatif datar dan berombak. Jalan
Pajajaran memiliki kemiringan berkisar antara kelompok 0 - 8 %, 8 – 15 %, dan
15 – 25 % (Pemda Bogor). Jalan Pajajaran melalui dua wilayah administrasi yaitu
Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Timur serta meliputi 5 kelurahan.
Wilayah Kecamatan Bogor Utara terdiri dari Kelurahan Tegal Gundil dan
Kelurahan Babakan. Wilayah Bogor Timur terdiri dari Kelurahan Tegal Lega,
Kelurahan Baranangsiang dan Kelurahan Sukasari.
Iklim
Suhu udara rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 260 C. Suhu
udara maksimum sekitar 30,40 C dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih
70 %. Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3000 sampai
4000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 137 – 445 mm dengan curah
hujan minimum terjadi pada bulan April sekitar 47 mm, sedangkan curah hujan
maksimum terjadi di bulan Januari sekitar 460 mm. (Pemda Bogor dan BMKG).
Panjang Jalan
Secara keseluruhan Jalan Pajajaran memiliki panjang sebesar 6,4 Km
dengan lebar daerah milik jalan (damija) sebesar 40 m yang merupakan jenis jalan
beraspal. Jalan Pajajaran termasuk ke dalam kategori jalan nasional dengan fungsi
sebagai jalan arteri (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007). Berdasarkan UU No
13 tahun 1980 dan PP no 25 tahun 1985 tentang jalan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, jalan arteri memiliki
karakteristik dimensi sebagai berikut : 1) jalan arteri dirancang berdasarkan
kecepatan rencana minimal 30 Km/jam dengan lebar jalan tidak kurang dari 20 m,
2) mempunyai kapasitas yang sama atau lebih dari volume lalu lintas rata-rata, 3)
lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat dan 4) persimpangan
pada jalan arteri dan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan yang
termasuk di atas. Jalan Pajajaran merupakan jalan dua arah dengan kondisi jalan
sedang (bergelombang atau berlubang) serta tingkat kepadatan ramai, yang dilalui
berupa angkutan berat maupun angkutan umum (Dinas Bina Marga dan
Pengairan, 2007).
Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di sepanjang Jalan Pajajaran adalah pemukiman,
perkantoran pemerintahan/swasta, perdagangan/jasa, pendidikan, dan terminal.
Jalur pedestrian tepi jalan Pajajaran pada sisi kiri dan kanan digunakan sebagai

15

jalur sirkulasi utama pejalan kaki dengan lebar 2 m namun pada lokasi tertentu
jalur pedestrian ini ada yang digunakan untuk menjual tanaman hias sehingga
jalur pedestrian yang tersisa hanya 0,5 m. Namun tidak disepanjang Jalan
Pajajaran memiliki jalur pedestrian. Jalan Pajajaran dilengkapi oleh fasilitas
pelengkap jalan dan perlengkapan jalan. Fasilitas pelengkap jalan berupa
jembatan penyeberangan, saluran drainase, pagar pembatas, dan halte bus,
sedangkan perlengkapan jalan terdiri dari rambu-rambu lalu lintas yang ada di
sepanjang Jalan Pajajaran.

(a)
(b)
Gambar 3 (a) Jalur pedestrian di tepi jalan dekat Tol Jagorawi (b) Tidak tersedia
Jalur pedestrian dekat Mall Jambu dua
Vegetasi
Jalan Pajajaran pada umumnya memiliki pohon-pohon yang telah tumbuh
lama dan pohon-pohon yang baru ditanam. Bentuk tajuknya juga beraneka ragam
di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Penataan jalur hijau Jalan Pajajaran berupa
jalur hijau tepi jalan dan jalur hijau median jalan. Jalur hijau median hanya
terdapat beberapa bagian ruas jalan yaitu dari arah Warung Jambu sampai depan
MAB IPB serta dari Baranangsiang sampai dengan Ekalokasari.
Pohon yang umum ditemukan di sepanjang Jalan Pajajaran adalah mahoni
(Swietenia mahagoni), angsana (Pterocarpus indicus), dan glodogan (Polyalthia
longifolia). Selain itu juga terdapat jenis pohon akasia (Acasia auriculiformis),
beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea),
damar(Agathis dammara), jambu (Syzygium guajava), kamboja (Plumeria rubra),
ketapang (Terminalia catappa), mangga (Mangifera indicai), Nangka (Artocarpus
integra), palm (Roystonea regia), palm putri (Veitchia merilii) pinus (Pinus
merkusii), pete cina (Laucaena glauca), saga (Adenanthera precatorius), sawit
(Elaeis guinuensis), tanjung (Mimusops elengi), bintaro (Cerbera manghas),
kersen (Muntingia calabura), pucuk merah (Oleina syzygium), dan kapuk (Ceiba
pentadra).
Selain pepohonan, pada beberapa titik disepanjang tepi jalan Pajajaran
terdapat para penjual tanaman hias yang berdagang sehingga hal tersebut
menambah nilai estetika jalan Pajajaran. Pada median jalan terdapat tanaman
semak yang ditanam oleh Pemerintah Kota Bogor yang diantaranya adalah kucai

16

(Carex morrowii), pandan (Pandanus pygmaeus), peace liliy (Spathiphyllum sp.),
kana (Canna sp.), Palisota (Palisota barteri), dan nanas hias (Bromeliad sp.).
Namun diantara vegetasi-vegetasi yang berada di jalan Pajajaran terdapat
beberapa kondisi fisik yang dapat membahayakan para pengguna jalan seperti
adanya beberapa pohon yang sudah mati atau dalam keadaan tidak sehat.

(a)
(b)
Gambar 4 (a) Pohon tidak sehat pada median jalan dekat Terminal Baranangsiang.
(b) Pohon mati pada pinggir kanan jalan dekat persimpangan Jalan Achmad
Sobana
Segmentasi Lokasi
Penelitian dilakukan dengan membagi Jalan Pajajaran menjadi 9 segmen
yang ditetapkan berdasarkan konfigurasi tanaman (komposisi pohon, semak dan
perdu) serta penggunaan lahan disekitar jalan. Pembagian 9 segmen Jalan
Pajajaran ialah sebagai berikut:
Segmen 1: Warung Jambu – Depan Toko Kurnia Alam.
Segmen 2: Depan Toko Kurnia Alam – Persimpangan (simpang tiga) Jalan
Achmad Sobana.
Segmen 3: Persimpangan (simpang tiga) Jalan Achmad Sobana - persimpangan
(simpang empat) Jalan Salak.
Segmen 4: Persimpangan (simpang empat) Jalan Salak – Persimpangan (simpang
empat) Jalan Pangrango.
Segmen 5: Persimpangan (simpang empat) jalan Pangrango – persimpangan
(simpang empat) Jalan Jalak Harupat.
Segmen 6: Persimpangan (simpang empat) Jalan Jalak Harupat – Tugu Kujang.
Segmen 7: Tugu Kujang – depan Toko Hoka-Hoka Bento.
Segmen 8: Depan Toko Hoka-Hoka Bento – persimpangan (simpang tiga) Jalan
Pajajaran Indah.
Segmen 9: Persimpangan (simpang tiga) Jalan Pajajaran Indah – Ekalokasari.

17

Gambar 5 Peta segmentasi Jalan Pajajaran

18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Tanaman
Pada jalur hijau Jalan Pajajaran yang memiliki panjang 6,4 Km ini terdapat
berbagai