Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara
STUDI KUALITAS AIR LOKASI PERTAMBANGAN NIKEL
POMALAA SULAWESI TENGGARA
HAMZAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa Tesis Studi Kualitas Air Lokasi
Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara adalah karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor,
Februari 2009
Hamzah
NIM C251040141
ABSTRACT
HAMZAH. Study of Water Quality at Nickel Mining Area, Pomalaa, Southeast
Sulawesi. Under the quidance of YUSLI WARDIATNO dan HEFNI EFFENDI.
The objectives of this study were to evaluate the quality of waters, to find
out the pollution loading, and to analyze assimilation capacity of coastal waters of
the nickel Pomalaa mining site. The research was conducted in Pomalaa-Subdistrict, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi. The analysis used was STORED
analysis, pollution loading analysis and assimilation capacity. In addition,
a remote sensing was also used to map sediment distribution, mining digging
distribution, and coverage distribution of the mining site.
Based on result of waters quality analysis by means of STORED index at
twelve measurement station, it was found that one station – (4) the Komoro
River – was classified as a low-polluted station, whereas those categorized as
medium-polluted station were as many as eleven stations: (1) the Huko-huko
River, (2) the Pelambua River, (3) Factory Outle, (5) Dermaga Pomalaa, (6) Ship
Dock, (7) Pomalaa Sea, (8) Dermaga Slag Dawi-Dawi, (9) Tambea Sea, (10)
Latumbi Sea, (11) Sopura Sea and (12) Tanjung Leppe Sea.
The result of pollution loading calculation showed that TSS was classified
as the highest concentration pollutant which entered the waters with the amount
of 2,612.803 tons/month. The highest TSS contribution was at station 3 by
731.018 ton/month. In meanwhile, BOD5 was second to the highest contribution
in pollution loading with 291.879 tons/month. Waste burden from nutrient, nitrate,
reached 17.123 tons/month and ammonia 0.140 tons/month. Parameter of heavy
metal which gave the biggest contribution to pollution loading of iron was 3.624
tons/month. The highest contribution was made by the Huko-Huko River by 1.421
tons/month. Pollution loading for nickel was 1.661 tons/month with the biggest
contribution from stations 3 by 1.042 tons/month.
The calculation result of assimilation capacity showed that the condition of
TSS, chrome, zinc, lead, and nickel had exceeded the assimilation capacity,
whereas BOD5 and ammonia in the waters could still be assimilated by the
waters.
Keywords : Pollution Loading, Assimilation Capacity, Nickel, Environmental
Status, Pomalaa.
RINGKASAN
HAMZAH. Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi
Tenggara. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO dan HEFNI EFFENDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas perairan, mengetahui
besarnya beban pencemaran dan menganalisis kapasitas asimilasi perairan
pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Analisis yang digunakan adalah
analisis STORET, analisis beban pencemaran dan analisis kapasitas asimilasi.
Sebagai tambahan juga digunakan citra satelit untuk memetakan sebaran
sedimen, memetakan sebaran galian tambang dan memetakan sebaran
penutupan lahan lokasi penambangan.
Berdasarkan hasil analisis kualitas perairan dengan menggunakan Indeks
STORET pada 12 stasiun pengamatan ditemukan bahwa terdapat satu stasiun
tergolong tercemar ringan yaitu stasiun (4) Sungai Kumoro, sedangkan stasiun
yang termasuk kategori sedang sebanyak sebelas stasiun yaitu stasiun (1)
Sungai Huko-Huko, (2) Sungai Pelambua, (3) Oputlet Pabrik, (5) Dermaga
Pomalaa, stasiun, (6) Galangan Kapal, (7) Laut Pomalaa, (8) Dermaga Slag
Dawi-Dawi (9) Laut Tambea, (10) Laut Latumbi, (11) Laut Sopura dan (12) Laut
Tanjung Leppe.
Hasil perhitungan beban pencemaran masing-masing parameter yaitu
TSS sebesar 2612,803 ton/bulan, BOD5 sebesar 291,879 ton/bulan, nitrat
sebesar 17,123 ton/bulan, NH3-N sebesar 0,140 ton/bulan, besi sebesar 3,624
ton/bulan, seng sebesar 0,393 ton/bulan, khrom sebesar 1,892 ton/bulan, timbal
sebesar 0,974 ton/bulan dan nikel sebesar ,661 ton/bulan. Juga didapatkan
bahwa TSS merupakan bahan pencemar tertinggi konsentrasinya yang masuk ke
perairan yang mencapai 2612.803 ton/bulan. Kontribusi TSS tertinggi terdapat
pada stasiun 3 yaitu sebesar 731.018 ton/bulan. Untuk BOD5 menempati urutan
kedua dalam memberikan kontribusi terbesar dalam beban pencemaran yaitu
sebesar 291.879 ton/bulan. Beban limbah yang berasal dari golongan nutrien
yaitu nitrat sebesar 17.123 ton/bulan dan amoniak sebesar 0.140 ton/bulan.
Parameter logam berat yang memberikan kontribusi paling besar terhadap beban
pecemaran adalah besi sebesar 3.624 ton/bulan. Kontribusi tertinggi disumbang
oleh Sungai Huko-huko sebesar 1.421 ton/bulan dan Sungai Kumoro yaitu
sebesar 1.333 ton/bulan. Beban pencemaran untuk nikel sebesar 1.661
ton/bulan dengan kontribusi terbesar yaitu berasal dari stasiun 3 sebesar 1.042
ton/bulan.
Hasil perhitungan kapasitas asimilasi didapatkan bahwa kapasitas
asimilasi masing-masing parameter yaitu TSS sebesar 1106,308 ton/bulan,
BOD5 sebesar 883,93 ton/bulan, amonia sebesar 5,4803 ton/bulan, besi sebesar
6,464 ton/bulan, seng sebesar 0,143 ton/bulan, khrom sebesar 0,9789 ton/bulan,
timbal sebesar 1,291 ton/bulan dan nikel sebesar 0,4198 ton/bulan. Dari hasil
perhitungan tersebut, didapatkan bahwa keberadaan parameter-parameter TSS,
khrom, seng, timbal dan nikel telah melampaui kapasitas asimilasinya.
Sedangkan keberadaan BOD5 dan Amonia di perairan masih dapat diasimilasi
oleh perairan.
Kata kunci : beban pencemaran, kapasitas asimilasi, nikel, status lingkungan,
Pomalaa.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi Udang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memberbanyak sebagaian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
STUDI KUALITAS AIR LOKASI PERTAMBANGAN NIKEL
POMALAA SULAWESI TENGGARA
HAMZAH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Penguji Luar Komisi Ujian Tesis : Dr. Ir. Ario Damar, M.Si
Judul Tesis
Nama
NIM
: Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa
Sulawesi Tenggara
: Hamzah
: C251040141
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc
Ketua
Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA
Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 17 Februari 2009
Tanggal Lulus :………………
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas kasih dan sayang-Nya
sehingga penulisan tesis dengan judul “Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan
Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara” dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Yth. Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi,
M.Phil sebagai komisi pembimbing, atas curahan waktu, perhatian, motivasi
dan pikiran dalam penyusunan tesis ini.
2. Yth. Bapak Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan maupun selaku dosen atas
bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di IPB.
3. Yth. Bapak Dr. Ir. Ario Damar, M.Si selaku penguji luar komisi atas saran dan
masukan untuk kesempurnaan tesis ini.
4. Terimakasih yang tak terhingga kepada Ibuku Wa Muha. Doaku untukmu
selalu, segalanya, selamanya. Kepada Bapak Abdullah B, Kakak Sadaria,
Laode Galimu, Yusuf, Hermin, Wa Kaba, S.Pd, Drs Amiluddin. Kepada adik
Laode Irdat, S.Sos, Ade Irma, Waode Sitti Saharia, Am.Kl, Briptu Hasim,
Waode Muliana, SKM, Waode Asmaryati, S.Pd serta segenap keluarga atas
segala doa, dukungan dan
motivasi
yang tiada henti selama penulis
menempuh studi.
5. Yth. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (DAMANDIRI) tahun 2008 atas biaya
penelitian yang diberikan dan Yth. Program Mitra Bahari – COREMAP II
Tahun 2008/2009 atas beasiswa penulisan tesis
6. Rekan-rekan
mahasiswa
Angkatan
11
Program
Studi
Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan atas kebersamaan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena
itu kritik dan saran senantiasa diharapkan. Akhirnya, semoga karya ini dapat
bermanfaat dan hanya kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga amal dan
ibadah kita senantiasa mendapat ridho-Nya, Amin.
Bogor, Februari 2009
Hamzah
RIWAYAT HIDUP
Penulis
dilahirkan
di
Kelurahan
Danagoa
Kecamatan
Tongkuno
Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara pada hari Minggu tanggal 26
Januari 1975 dari pasangan La Ngada dan Wa Ema sebagai anak ketiga dari tiga
bersaudara. Karena ketiadaan tenaga dan peralatan medis yang memadai pada
saat penulis dilahirkan, menyebabkan terjadinya pendarahan serius pada Ibunda
tercinta.
Akibatnya
tidak
sampai
dalam
hitungan
jam
ibunda
tercinta
menghembuskan nafas terakhirnya. Semoga beliau mendapatkan tempat yang
terbaik di sisi Allah SWT. Selanjutnya penulis di besarkan oleh pasangan
Abdullah Bege dan Wa Muha.
Riwayat pendidikan dimulai dari Taman Kanak-kanak Pertiwi Kecamatan
Tongkuno, Sekolah Dasar di SD Negeri No.1 Wakuru, lulus tahun 1988, SMP
Negeri Wakuru lulus tahun 1991 dan STM Negeri Raha lulus tahun 1994.
Semuanya berada di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Pada bulan Agustus
tahun 1994, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Fisika
IKIP Negeri Manado. Pada bulan Februari 1996 pindah dan melanjutkan
pendidikan di Universitas Haluoleo serta lulus tahun 2001.
Pada bulan Desember 2003 penulis mulai bekerja sebagai Pegawai
Negeri Sipil di Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara dan
pada Agustus 2004, penulis kembali melanjutkan pendidikan di Sekolah
Pascasarjana IPB pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 4
Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Air .................................................................................................. 7
Pencemaran Air ............................................................................................ 8
Bahan Pencemar dan Ekosistem Perairan ................................................... 9
Parameter Fisika Kimia Perairan ................................................................ 11
Suhu ..................................................................................................... 11
Kekeruhan ............................................................................................ 12
Kecerahan ............................................................................................ 13
Total Padatan Tersuspensi (TSS) ........................................................ 13
Derajat Keasaman (pH) ........................................................................ 14
Oksigen Terlarut (DO) .......................................................................... 15
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD5) ...................................................... 15
Nitrogen ................................................................................................ 16
Ammonia............................................................................................... 16
Logam Berat ............................................................................................ 17
Besi (Fe) ............................................................................................... 17
Seng (Zn) .............................................................................................. 18
Kromium (Cr) ........................................................................................ 18
Timbal (Pb) ........................................................................................... 19
Nikel (Ni) ............................................................................................... 20
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 22
Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 23
Penentuan Stasiun dan Waktu Pengambilan Sampel Air........................... 23
Alat dan Bahan .......................................................................................... 26
Metode Pengambilan dan Analisis Contoh Air ........................................... 26
Analisis Data ............................................................................................ 27
Penilaian Status Mutu Air ..................................................................... 27
Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi ....................................... 28
ii
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 31
Prose Terjadinya Nikel ............................................................................... 32
Sistem Penambangan ................................................................................ 34
Tahap Prakonstruksi (Ekplorasi)........................................................... 35
Tahap Konstruksi (Persiapan Eksploitasi) ............................................ 35
Tahap Operasional (Eksploitasi)........................................................... 37
Tahap Pra Olahan ................................................................................ 38
Tahap Peleburan .................................................................................. 40
Tahap Pemurnian ................................................................................. 41
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Fisika ........................................................................................ 43
Suhu ..................................................................................................... 43
Kecerahan ............................................................................................ 45
Kekeruhan ............................................................................................ 45
Padatan Tersuspensi Total (TSS) ........................................................ 47
Paramenter Kimia
............................................................................... 48
Salinitas ............................................................................................ 48
Keasaman (pH) ................................................................................ 49
Oksigen Terlarut (DO) .......................................................................... 51
Biological Oxygen Demand (BOD5) ...................................................... 53
Nitrat (NO3-N) ....................................................................................... 56
Nitrit (NO2-N)......................................................................................... 57
Amonia (NH3-N .................................................................................... 57
Logam Berat ............................................................................................... 59
Besi (Fe) ............................................................................................... 59
Seng (Zn) .............................................................................................. 61
Total Khrom (Cr) ................................................................................... 62
Khrom Heksavalen (Cr+6)...................................................................... 63
Timbal (Pb) ........................................................................................... 63
Nikel (Ni) ............................................................................................... 65
Hasil Analisis Mutu Air ................................................................................ 67
Beban Pencemaran .................................................................................... 68
Kapasitas Asimilasi ..................................................................................... 70
TSS ....................................................................................................... 71
BOD5 ..................................................................................................... 71
Amonia.................................................................................................. 72
Besi ....................................................................................................... 73
Seng ..................................................................................................... 73
Khrom ................................................................................................... 74
Timbal ................................................................................................... 74
Nikel ...................................................................................................... 75
Pembahasan .............................................................................................. 76
Hubungan Kapasitas Asimilasi dengan Beban Pencemaran ............... 76
Pencemaran Sungai dan Penurunan Kualitas Air Laut ........................ 76
Peningkatan Sedimentasi ..................................................................... 77
Pengelolaan Perairan Pesisir Lokasi Pertambangan Nikel .................. 80
Upaya Pengendalian TSS .................................................................... 80
iii
Pemeliharaan Sungai-Sungai ............................................................... 83
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. 85
Saran .......................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 87
LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
Posisi stasiun pengambilan contoh ............................................................ 25
Waktu pengambilan sampel kualitas air ..................................................... 25
Alat dan metode analisis pengukuran karakteristik fisika-kimia air............. 26
Klasifikasi kelas air berdasarkan indeks STORET ..................................... 28
Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air ........................ 28
Rekapitulasi skor Indeks STORET dan status mutu air.............................. 65
Beban pencemaran perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa ............ 67
Hubungan beban pencemaran dengan kapasitas asimilasi ...................... 76
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Bagan alir kerangka pemikiran penelitian ..................................................... 6
Peta lokasi penelitian .................................................................................. 22
Skema titik stasiun pengambilan sampel air .............................................. 24
Grafik hubungan beban pencemaran dengan kosentrasi polutan .............. 29
Struktur umum batuan yang mengandung biji nikel.................................... 32
Salahsatu penampang struktur batuan lokasi penelitian ............................ 32
Struktur dan komposisi lahan sebelum penambangan ............................... 36
Alur proses peleburan nikel ........................................................................ 40
Suhu pada stasiun pengamatan pada sungai dan outlet pabrik ............... 44
Suhu pada stasiun pengamatan pada laut ................................................. 44
Kecerahan pada stasiun pengamatan di laut ............................................. 45
Kekeruhan pada stasiun pengamatan di laut ............................................ 46
TSS pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ........................... 47
TSS pada stasiun pengamatan di laut ........................................................ 48
Salinitas pada stasiun pengamatan di laut ................................................. 49
pH pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ............................. 50
pH pada stasiun pengamatan di laut .......................................................... 51
DO pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ............................. 52
DO pada stasiun pengamatan laut ............................................................. 53
BOD5 pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ..................... 55
BOD5 pada stasiun pengamatan di laut ..................................................... 56
Nitrat pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ...................... 57
Amonia Bebas pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ....... 58
Amonia total pada stasiun pengamatan di laut ........................................... 59
Besi pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ....................... 60
Besi pada stasiun pengamatan di laut ........................................................ 60
Seng pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ...................... 61
Seng pada stasiun pengamatan di laut ...................................................... 62
Total khrom pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik .......... 62
Khrom heksavalen pada stasiun pengamatan di laut ................................. 63
Timbal pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ................... 64
Timbal pada stasiun pengamatan di laut .................................................... 65
Nikel pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ...................... 66
Nikel pada stasiun pengamatan di laut ....................................................... 66
Status pencemaran stasiun pengamatan selama penelitian ...................... 68
Analisis regresi antara beban pencemaran TSS dengan
konsentrasi TSS perairan pesisir ................................................................ 71
Analisis regresi antara beban pencemaran BOD5 dengan
konsentrasi BOD5 perairan pesisir .............................................................. 72
Analisis regresi antara beban pencemaran Amonia dengan
konsentrasi Amonia perairan pesisir........................................................... 72
Analisis regresi antara beban pencemaran Fe dengan konsentrasi
Fe perairan pesisir ...................................................................................... 73
vi
40
41
42
43
44
45
46
Analisis regresi antara beban pencemaran Zn dengan konsentrasi
Zn perairan pesisir ...................................................................................... 73
Analisis regresi antara beban pencemaran Khrom dengan
konsentrasi khrom perairan pesisir ............................................................. 74
Analisis regresi antara beban pencemaran Timbal dengan
konsentrasi Timbal perairan pesisir ............................................................ 75
Analisis regresi antara beban pencemaran Nikel dengan
konsentrasi Nikel perairan pesisir .............................................................. 75
Peta sebaran sedimen perairan pesisir pertambangan dengan citra
satelit ........................................................................................................ 78
Peta sebaran galian dan areal tambang nikel dengan citra satelit ............. 79
Peta penutupan lahan dan sebaran mangrove di sekitar lokasi
tambang ...................................................................................................... 80
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Halaman
Hasil pengamatan parameter fisika kimia perairan sungai dan
outlet lokasi pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara ................. 92
Hasil pengamatan parameter fisika kimia perairan laut lokasi
pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara ..................................... 95
Standar deviasi per parameter tiap stasiun pengamatan ........................... 98
Penentuan status/mutu perairan lokasi pertambangan nikel
Pomalaa Sulawesi Tenggara .................................................................... 100
Lampiran peraturan pemerintah dan keputusan menteri tentang
metode storet dan standar baku mutu air yang dipakai dalam
penelitian .................................................................................................. 103
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara,
merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan
beberapa perusahaan skala nasional dan multinasional yang bergerak dalam
usaha pertambangan nikel. Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut secara geografis berada pada wilayah
perbukitan sekitar pesisir Kecamatan Pomalaa dan berdampingan dengan
aktivitas kenelayanan masyarakat pada daerah pesisirnya yaitu pengembangan
keramba jaring apung, tambak, budidaya teripang dan budidaya rumput laut.
Selain menghasilkan bijih nikel, perusahaan-perusahaan penambangan nikel
tersebut juga menghasilkan beberapa jenis limbah cair dan limbah padat yang
berasal dari aktivitas eksploitasi lahan, proses peleburan nikel di pabrik maupun
aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar tambang.
Salah satu dampak yang dapat dilihat sebagai akibat dari aktivitas
pertambangan adalah meningkatnya kekeruhan perairan pesisir. Hal ini tentu
saja dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan organisme di
sekitarnya, dan pada kondisi yang ekstrim hal ini dapat menyebabkan kematian
bagi organisme-organisme perairan yang hidup pada lokasi tersebut. Selain itu,
adanya aktivitas pertambangan tersebut telah menyebabkan semakin masifnya
sedimentasi di daerah
muara sungai maupun pada perairan pesisir secara
keseluruhan.
Desa Tambea, Desa Hakatutobu, Desa Sopura dan Desa Oko-Oko,
merupakan desa terdekat dengan lokasi penambangan. Menurut warga yang
tinggal di desa-desa tersebut, aktivitas penambangan yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut banyak merugikan mereka yang selama ini
menggantungkan hidupnya pada sumberdaya laut. Kegiatan pengoperasian
tambang telah meningkatkan laju erosi. Peningkatan laju erosi ini terutama terjadi
karena hilangnya vegetasi penutup tanah yang terjadi sebagai akibat kegiatan
pembukaan lahan, pengupasan lapisan tanah pucuk dan penambangan bijih
nikel. Akibatnya, pada saat ini hampir seluruh permukaan bibir pantai tertutup
oleh lumpur. Dampaknya bagi masyarakat sekitar adalah selain tidak dapat
melakukan aktivitas kenelayanan secara tradisional, tetapi juga menyebabkan
usaha budidaya teripang dan rumput laut yang mereka lakukan menjadi
2
terganggu dan pada beberapa kasus terjadi kematian mendadak. Di Desa HukoHuko, keluhan petani adalah setiap tahun pada musim hujan, sawah mendapat
aliran air dari areal tambang yang juga merupakan wilayah DAS Sungai Hokohoko, DAS Sungai Kumoro dan DAS Sungai Pelambua. Air tersebut berwarna
merah, apabila masuk pada areal persawahan maka padi pada areal tersebut
akan kerdil dan tidak bisa berkembang dengan baik. Apabila air tersebut masuk
ke kolam dan tambak, maka ikan-ikan akan mati. Diduga air tersebut
mengandung kadar besi terlarut yang tinggi sampai pada tingkat beracun bagi
tanaman dan ikan.
Akibat tingkat sedimentasi pada wilayah pesisir dari tahun ke tahun yang
semakin bertambah, maka saat ini untuk menjangkau lokasi menangkap ikan
bagi nelayan memerlukan waktu yang cukup lama. Hanya nelayan yang memiliki
perahu bermesin yang dapat menjangkau lokasi-lokasi strategis. Sementara
nelayan yang tinggal di desa-desa tersebut, pada umumnya tidak memiliki
sarana perahu bermotor dan alat tangkap yang memadai. Mereka hanya memiliki
perahu sampan (lepa-lepa) dengan mengandalkan tenaga manusia sebagai
penggeraknya. Akibatnya
nelayan yang termarjinalkan secara teknologi tidak
dapat lagi melakukan aktivitas kenelayanan akibat semakin jauhnya lokasi yang
harus ditempuh untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan. Sebagian nelayan
pernah mengusahakan budidaya teripang dan rumput laut. Namun sampai
penelitian ini dilakukan sudah tidak dapat lagi melanjutkan usahanya akibatnya
tingginya endapan lumpur di sepanjang pantai.
Berbagai usaha telah dilakukan pihak perusahaan untuk mengurangi
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas penambangan. Salah satunya
adalah dengan pembangunan tanggul permanen di sepanjang pantai yang
diperuntukan bagi pengurangan laju erosi, khususnya pada musim hujan.
Disamping itu juga dilakukan penanaman mangrove terutama pada daerahdaerah muara sungai dan pesisir sekitar lokasi tambang. Selain itu juga
dilakukan pembuatan cekdam sebagai tempat penampungan sementara air yang
berasal dari wilayah-wilayah operasi penambangan.
Secara administratif lokasi kegiatan penambangan nikel dibagi menjadi
tiga lokasi yaitu daerah tambang utara, daerah tambang tengah dan daerah
tambang selatan. Pembagian ini lebih berdasarkan kepada konsentrasi titik-titik
kegiatan penambangan biji. Sedangkan pabrik ferronikel dibagi dalam tiga unit
lokasi. Dalam operasionalnya, ketiga unit pabrik tersebut menghasilkan tiga jenis
3
limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta
satu jenis limbah padat berupa slag. Untuk air pendingin slag, adalah berupa air
yang disemprotkan ke dalam kolam slag untuk mendinginkan slag yang baru
keluar dari electric furnace dengan temperatur 1.550
0
C. Air pendingin ini
sebagian akan menguap dan sebagian lagi menjadi limbah yang dialirkan melalui
drainase pabrik hingga menuju outlet terakhir yaitu laut. Temperatur air buangan
yang keluar dari kolam slag ke drainase pabrik adalah ± 47 0C dan diperkirakan
sampai ke drainase keluar pabrik adalah ± 27 0C. Selain limbah cair, ketiga unit
pabrik FeNi juga menghasilkan limbah cair dari proses pengoperasian engine,
yaitu
berupa
oli
bekas.
Sebelum
dialirkan
ke
saluran
pembuangan
effluent/drainase, oli-oli bekas diolah dalam Unit Pengolahan Oli Bekas (UPOB)
hingga kandungan air mencapai 10 - 15%. Namun demikian, walaupun limbahlimbah tersebut sudah mengalami pengolahan sesuai dengan standar prosedur
yang telah ditentukan, kiranya tidak berlebihan untuk dilakukan upaya-upaya
pemantauan agar kondisi perairan lokasi pertambangan nikel tetap terjaga
kelestariannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu untuk dilakukan kajian
tentang kualitas perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa dengan harapan
dapat menjadi bahan masukan sekaligus informasi dalam upaya rehabilitasi,
pelestarian dan pemanfaatan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel
Pomalaa Sulawesi Tenggara.
Perumusan Masalah
Secara geografis, aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan pertambangan nikel berada pada wilayah perbukitan sekitar pesisir
Kecamatan
Pomalaa
dan
berdampingan
dengan
aktivitas
kenelayanan
masyarakat pada daerah pesisirnya yaitu pengembangan keramba jaring apung,
tambak, budidaya teripang dan budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil survey
yang dilakukan, pada saat hujan biasanya air yang melalui sungai-sungai
berwarna pekat kemerah-merahan. Keadaan ini juga terjadi di laut, dan bahkan
mencapai radius 5 -10 km sejajar pantai dan radius ± 700 meter tegak lurus
terhadap garis pantai. Kuat dugaan bahwa material yang terbawa bersama air
tersebut berasal dari sisa aktivitas penambangan (overburden) dan masuk ke
perairan pesisir melalui sungai dan air limpasan permukaan di sekitar lokasi
pertambangan. Selain itu, bahwa pada kegiatan produksi pada unit-unit pabrik
4
pengelolaan ferronikel 1, 2 dan 3 juga menghasilkan limbah padat berupa
slag/tailing dan limbah cair berupa air pendingin dan limbah minyak. Adanya
input sedimen (overburden) sebagai akibat eksploitasi lahan dan adanya input
limbah proses peleburan logam nikel (tailing, oli bekas dan air pendingin) serta
adanya input limbah domestik tentu akan direspon oleh perairan dengan sesuai
dengan kemampuan purifikasinya.
Jika
terakumulasi
limbah-limbah tersebut
sehingga
melewati
mengandung zat-zat berbahaya
ambang
batas,
dikhawatirkan
dan
dapat
mempengaruhi dan atau membahayakan organisme-organisme yang hidup di
perairan tersebut. Kondisi-kondisi tersebut di atas, bukan saja akan merusak
lingkungan, tetapi dapat pula menurunkan pendapatan dan atau memiskinkan
masyarakat setempat terutama bagi masyarakat yang bermata pencaharian
utama sebagai nelayan tangkap tradisional dan nelayan budidaya. Berdasarkan
kondisi yang digambarkan di atas, maka untuk terarahnya penelitian ini perlu
dirumuskan masalah yang akan menjadi obyek kajian yaitu:
1. Dengan adanya berbagai aktivitas di lokasi pertambangan, bagaimana
dampaknya terhadap kualitas perairan pesisir.
2. Seberapa besar beban pencemaran
yang masuk ke perairan lokasi
penambangan nikel Pomalaa.
3. Seberapa besar kapasitas asimilasi perairan lokasi penambangan nikel
Pomalaa.
4. Bagaimana penyebaran sedimen di perairan lokasi pertambangan nikel
Pomalaa.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi kualitas perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa.
2. Mengetahui besarnya beban pencemaran yang masuk ke perairan lokasi
penambangan nikel Pomalaa.
3. Menganalisis kapasitas asimilasi perairan lokasi penambangan nikel
Pomalaa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi
mengenai kualitas perairan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa
Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain itu penelitian ini
5
diharapkan menjadi sumber informasi bagi rencana pengelolaan lingkungan
pesisir Pomalaa dimasa mendatang.
Karangka Pemikiran
Sebagaimana dijelaskan dalam pendahuluan, bahwa dalam operasional
hingga menghasilkan biji nikel, mulai dari penggalian hingga peleburan tidak
terlepas dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan yaitu
dihasilkannya tiga jenis limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin
slag dan oli bekas serta dua jenis limbah padat berupa overburden dan tailing
(slag). Selain itu kegiatan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi
pertambangan dengan berbagai aktivitasnya juga tidak terlepas dari limbah. Bila
semua jenis limbah yang dihasilkan tersebut masuk ke perairan, tentu akan
mempengaruhi kualitas perairan pesisir yang notabene merupakan arena yang
digunakan masyarakat sebagai lapangan mata pencaharian. Oleh sebab itu,
diperlukan upaya pemantauan kualitas perairan agar sedini mungkin dampak
negatif dari adanya pertambangan dapat diminimalisasi sehingga keberlanjutan
sumberdaya pesisir lokasi pertambangan dapat dipertahankan. Selain itu
mencari solusi-solusi alternatif yang dapat dilakukan agar usaha pertambangan
dapat terus berlangsung tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat secara
keseluruhan. Demikianlah alur pikir yang dikembangkan dalam penelitian ini dan
secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Aktivitas
Lokasi Tambang Nikel
Proses
Eksploitasi
Lahan
Padat :
- Overburden
Sumber
Limbah
Sumber Lain :
Aktivitas Masyarakat
Kualitas Perairan
ANALISIS:
1. Storet
2. Beban Pencemaran
3. Kapasitas Asimilasi
Pengelolaan Perairan Berkelanjutan
Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian
Proses Pengolahan
Ferronikel Di Pabrik
Padat :
- Tailing (Slag)
Cair :
- Air Pendingin Slag
- Air Pendingin Mesin
- Oli Bekas
TINJUAN PUSTAKA
Kualitas Air
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran menyatakan bahwa untuk menjamin
kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi
alamiahnya, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan kualitas air. Menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air, kualitas air adalah kondisi kualitatif air
yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan
metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini
meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan
kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat
mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan
partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia
menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan
oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau
logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter
mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri,
virus, dan mikroba patogen lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran atau
pengujian, air dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar.
Sementara itu, Dahuri (2005) menyatakan kondisi kualitas air di suatu
perairan dapat menggambarkan apakah perairan tersebut tercemar atau tidak.
Pengukuran konsentrasi bahan pencemar merupakan cara untuk mengetahui
tingkat pencemaran yang terjadi. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa
paramater yang meliputi parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter fisika
antara lain suhu, kekeruhan, kecerahan. Parameter kimia mencakup pH, DO,
BOD5, COD, kadar logam dan lainnya. Sedangkan parameter biologi terutama
adalah kandungan bakteri, khususnya bakteri coli.
Menurut Effendi (2003), pemantauan kualitas air pada perairan memiliki
tujuan sebagai berikut ; (1) Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter
fisika, kimia dan biologi, (2) Membandingkan nilai kualitas air dengan baku mutu
sesuai dengan peruntukannya, (3) Menilai kelayakan sumberdaya air untuk
kepentingan tertentu. Penanganan kualitas air memerlukan pemahaman
mengenai karakteristik dasar dari badan air.
8
Pencemaran Air
Pencemaran sebagaimana didefinisikan oleh Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut adalah
”masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai pada
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya”. Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan
biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan
kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Odum,
1971).
Pencemaran perairan pesisir didefinisikan sebagai dampak negatif,
pengaruh yang membahayakan terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan
kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya
dari ekosistem perairan yang disebabkan secara langsung oleh pembuangan
bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal dari kegiatan manusia
(GESAMP, 1990). Pencemaran air disebabkan oleh banyak faktor, yang secara
umum dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yakni sumber langsung (direct
contaminant sources) dan sumber tak langsung (indirect contaminant sources).
Sumber langsung didefinisikan sebagai buangan yang berasal dari sumber
pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik, industri, serta limbah domestik.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber tak langsung adalah kontaminan
yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemar pada air permukaan baik
dari limbah industri maupun sumber kegiatan lainnya.
Menurut Sutamihardja (1992), perubahan-perubahan yang terjadi di
daerah pantai perairan pesisir sebagian besar berasal dari aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhannya, baik di darat maupun di perairan itu sendiri.
Masalah pencemaran perairan pesisir tidak akan terlepas dari kondisi ekosistem
alami di wilayah tersebut, yaitu sebagai perangkap zat hara maupun tempat
buangan limbah yang mengalir masuk ke ekosistem perairan pesisir dan laut.
Pola penyebaran limbah ke sepanjang pesisir dipengaruhi oleh pasang surut
sehingga menimbulkan dampak di perairan pesisir dan mengganggu kehidupan
yang ada pada habitat tersebut.
Suatu perairan tidak mempunyai batas fisik yang jelas dan bersifat
dinamis akibatnya pencemaran air dapat berakibat luas. Keadaan demikian juga
disebabkan oleh pergerakan massa air, angin dan arus di sepanjang pesisir
9
pantai. Dalam batas-batas tertentu, perairan pesisir memiliki kemampuan pulih
diri (self purification). Akan tetapi bila kemampuan pulih diri dilampaui, maka
terjadinya perubahan kualitas perairan tidak dapat dihindari. Bahan pencemar
yang berasal dari berbagai kegiatan industri, perikanan dan rumah tangga di
daratan pada akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif, bukan saja pada
perairan sungai, tetapi juga terhadap perairan pesisir dan lautan. Disamping itu
sifat fisik wilayah pesisir yang saling berhubungan dengan ekosistem lainnya
yaitu sungai, estuari dan lautan juga membebani pencemaran wilayah pesisir
(Dahuri et al., 1996). Sumber pencemaran perairan pesisir dapat dikelompokan
menjadi tujuh kelas yaitu industri, limbah cair pemukiman, limbah cair perkotaan,
pertambangan, pelayaran, pertanian dan perikanan. Bahan pencemar utama
yang terkandung dalam buangan limbah dari ke tujuh sumber tersebut berupa
sedimen, unsur hara, logam beracun, pestisida, organik eksotik, organisme
patogen, sampah dan bahan-bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam
perairan berkurang (Dahuri et al., 1996).
Pencemaran perairan merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu
dipantau sumber dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau
pencemaran air dapat digunakan kombinasi komponen fisika, kimia dan biologi.
Penggunaan salah satu komponen saja sering tidak dapat menggambarkan
keadaan yang sebenar-benarnya. Verheyen in Sastrawijaya (1991) menyatakan
bahwa penggunaan komponen fisika dan kimia saja hanya akan memberikan
gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan hasil dengan
penafsiran dalam kisaran yang luas, oleh sebab itu penggunaan komponen
biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang dapat mengantisipasi
perubahan pada lingkungan kualitas perairan. Penentuan status suatu perairan
yang tercemar memerlukan suatu kriteria yang merupakan indikator kualitas
lingkungan perairan yang dapat diukur yaitu baku mutu bagi peruntukan air dan
tata guna sumber air (Sutamihardja, 1992).
Bahan Pencemar Dan Ekosistem Perairan
Kualitas air dipengaruhi oleh faktor alami (yaitu iklim, musim, mineralogi,
vegetasi) dan kegiatan manusia. Bilamana air di alam (di sungai-sungai, danaudanau dan lain-lain) dikotori oleh kegiatan manusia sedemikian rupa sehingga
tidak memenuhi syarat untuk suatu penggunaan yang khusus maka disebut
terkena pencemaran (Manan, 1992). Tanpa adanya kebijakan untuk mencegah
10
dan
mengendalikan
pencemaran
perairan
sungai,
kemungkinan
besar
menyebabkan persediaan sumber daya air untuk segala kehidupan tidak dapat
dipenuhi. Keadaan demikian akan menyebabkan terganggunya suatu faktor
ekosistem
kehidupan
manusia
yaitu faktor kesehatan lingkungan yang
mempengaruhi hidup manusia itu sendiri.
Dalam sebuah daerah aliran sungai, terdapat berbagi penggunaan lahan,
seperti hutan, perkebunan, pertanian lahan kering dan persawahan, pemukiman,
perikanan, industri dan sebagainya. Beban bahan pencemar yang menyebabkan
penurunan kualitas air pada sebagian sungai, terutama yang berasal dari limbah
domestik, limbah industri, kegiatan pertambangan dan limbah dari penggunaan
lahan pertanian (Manan,1992).
Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat dikelompokan atas
limbah organik, logam berat dan anorganik. Masing-masing kelompok ini sangat
berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan bahan
pencemar yang paling banyak ditemukan di perairan akibat limbah Industri dan
limbah perkotaan (Suin dan Nurdin, 1994).
Secara alamiah, unsur logam berat terdapat dalam perairan, namun
dalam jumlah yang sangat rendah. Kadar ini akan meningkat bila limbah yang
banyak mengandung unsur logam berat masuk ke dalam lingkungan perairan
sehingga akan menjadi racun bagi organisme perairan (Hutagalung dan
Razak,1992).
Menurut Poels (1983), masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme
perairan dengan tiga cara yaitu melalui makanan, insang dan diffusi melalui
permukaan kulit. Untuk ikan, 90% masuknya logam berat melalui insang.
Sehingga dengan masuknya logam berat ke dalam insang dapat menyebabkan
keracunan, karena bereaksinya kation logam tersebut dengan fraksi tertentu dari
lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang menjadi
terganggu. Lendir yang berfungsi sebagai pelindung diproduksi lebih banyak
sehingga terjadi penumpukan lendir. Hal ini akan memperlambat ekresi pada
insang dan pada akhirnya menyebabkan kematian (Sudarmadi, 1993).
Logam berat hampir selalu ada dalam setiap pencemaran oleh limbah
industri karena selalu diperlukan dalam setiap proses industri (Forstner dan
Wittmann, 1983). Manifestasi dari keracunan logam berat pada manusia adalah
diare, demam, fesis biru kehijauan dan kelainan fungsi ginjal. Bila kadarnya tinggi
dalam tubuh dapat merusak jantung, hati dan ginjal. Absorbsi logam berat yang
11
masuk ke dalam darah dapat menimbulkan hemolisis yang akut, karena banyak
sel darah yang rusak. Akibat yang serius dari keracunan logam berat dapat
menimbulkan kematian (Tewari et al., 1987). Pendedahan logam berat kadmium
pada ikan Pleuronectes flesus berakibat berkurangnya nilai hematokrit, kadar
hemoglobin dan jumlah sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Anemia sering ditandai dengan meningkatnya volume plasma oleh karena sistem
keseimbangan dalam tubuh ikan terganggu. Lebih jelasnya penyebab anemia
tersebut adalah menurunya kecepatan produksi sel darah merah atau rusaknya
sel darah merah lebih cepat (Larsson et al., 1976). Efek lain logam berat
terhadap ikan air tawar dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah,
kadar hemoglobin serta nilai hematokrit (Tewari et al., 1987).
Kerusakan ekosistem akibat pencemaran logam berat sering dijumpai
khususnya untuk ekosistem perairan. Hal ini terjadi karena adanya logam berat
yang bersifat racun bagi organisme dalam perairan. Akibatnya organisme yang
paling sensitif pertama kali mengalami akibat buruk dan juga organisme yang
tidak mampu bertahan akan musnah, sehingga keseimbangan rantai makanan
dan ekosistem perairan akan mengalami kerusakan (Sudarmadi, 1993).
Menurut Sudarmadi
(1993), dalam ekosistem alami perairan, hampir
dapat dipastikan bahwa kematian sejenis ikan tidak selalu karena sebab faktor
tunggal tetapi karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
1. Fenomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang bersifat
memperkuat daya racun.
2. Fenomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih yang
saling menetralisir, sehingga zat-zat yang tadinya beracun berhasil
dikurangi dan dinetralisir daya racunya sehingga tidak membahayakan.
3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan serta
adaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu sendiri
Parameter Fisika-Kimia Perairan
Suhu
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam proses industri.
Demikian adanya industri pertambangan nikel, air banyak digunakan sebagai
pendingin slag
dan pendingin mesin. Air tersebut setelah digunakan akan
mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke
tempat asalnya, yaitu sungai atau sumber lainnya (Kristanto, 2002).
12
Pada industri pertambangan nikel, air buangan tersebut berasal dari
tangki penampungan yang disemprotkan ke dalam kolam slag yang berfungsi
untuk mendinginkan slag yang baru keluar dari electric furnace dengan
temperatur 1.550 0C. Air pendingin ini sebagian akan menguap dan sebagian lagi
menjadi limbah yang dialirkan melalui drainase pabrik hingga menuju
pembuangan terakhir yaitu laut. Temperatur air buangan yang keluar dari kolam
slag ke drainase pabrik adalah ± 47 0C dan diperkirakan sampai ke drainase
keluar pabrik adalah ± 27 0C.
Nybakken (1992) menyatakan bahwa suhu air permukaan di daerah
pesisir lebih tinggi daripada suhu air di dasar. Sehubungan dengan pengaruh
suhu terhadap makrozoobentos, Kinne (1970) menyatakan bahwa suhu air yang
berkisar antara 35-40 ºC merupakan suhu kritis bagi kehidupan makrozoobentos
yang dapat mengakibatkan kematian.
Suhu perairan merupakan parameter fisika yang mempengaruhi sebaran
organisme akuatik dan reaksi kimia. Peningkatan suhu perairan secara langsung
ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan or
POMALAA SULAWESI TENGGARA
HAMZAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa Tesis Studi Kualitas Air Lokasi
Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara adalah karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor,
Februari 2009
Hamzah
NIM C251040141
ABSTRACT
HAMZAH. Study of Water Quality at Nickel Mining Area, Pomalaa, Southeast
Sulawesi. Under the quidance of YUSLI WARDIATNO dan HEFNI EFFENDI.
The objectives of this study were to evaluate the quality of waters, to find
out the pollution loading, and to analyze assimilation capacity of coastal waters of
the nickel Pomalaa mining site. The research was conducted in Pomalaa-Subdistrict, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi. The analysis used was STORED
analysis, pollution loading analysis and assimilation capacity. In addition,
a remote sensing was also used to map sediment distribution, mining digging
distribution, and coverage distribution of the mining site.
Based on result of waters quality analysis by means of STORED index at
twelve measurement station, it was found that one station – (4) the Komoro
River – was classified as a low-polluted station, whereas those categorized as
medium-polluted station were as many as eleven stations: (1) the Huko-huko
River, (2) the Pelambua River, (3) Factory Outle, (5) Dermaga Pomalaa, (6) Ship
Dock, (7) Pomalaa Sea, (8) Dermaga Slag Dawi-Dawi, (9) Tambea Sea, (10)
Latumbi Sea, (11) Sopura Sea and (12) Tanjung Leppe Sea.
The result of pollution loading calculation showed that TSS was classified
as the highest concentration pollutant which entered the waters with the amount
of 2,612.803 tons/month. The highest TSS contribution was at station 3 by
731.018 ton/month. In meanwhile, BOD5 was second to the highest contribution
in pollution loading with 291.879 tons/month. Waste burden from nutrient, nitrate,
reached 17.123 tons/month and ammonia 0.140 tons/month. Parameter of heavy
metal which gave the biggest contribution to pollution loading of iron was 3.624
tons/month. The highest contribution was made by the Huko-Huko River by 1.421
tons/month. Pollution loading for nickel was 1.661 tons/month with the biggest
contribution from stations 3 by 1.042 tons/month.
The calculation result of assimilation capacity showed that the condition of
TSS, chrome, zinc, lead, and nickel had exceeded the assimilation capacity,
whereas BOD5 and ammonia in the waters could still be assimilated by the
waters.
Keywords : Pollution Loading, Assimilation Capacity, Nickel, Environmental
Status, Pomalaa.
RINGKASAN
HAMZAH. Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi
Tenggara. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO dan HEFNI EFFENDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas perairan, mengetahui
besarnya beban pencemaran dan menganalisis kapasitas asimilasi perairan
pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Analisis yang digunakan adalah
analisis STORET, analisis beban pencemaran dan analisis kapasitas asimilasi.
Sebagai tambahan juga digunakan citra satelit untuk memetakan sebaran
sedimen, memetakan sebaran galian tambang dan memetakan sebaran
penutupan lahan lokasi penambangan.
Berdasarkan hasil analisis kualitas perairan dengan menggunakan Indeks
STORET pada 12 stasiun pengamatan ditemukan bahwa terdapat satu stasiun
tergolong tercemar ringan yaitu stasiun (4) Sungai Kumoro, sedangkan stasiun
yang termasuk kategori sedang sebanyak sebelas stasiun yaitu stasiun (1)
Sungai Huko-Huko, (2) Sungai Pelambua, (3) Oputlet Pabrik, (5) Dermaga
Pomalaa, stasiun, (6) Galangan Kapal, (7) Laut Pomalaa, (8) Dermaga Slag
Dawi-Dawi (9) Laut Tambea, (10) Laut Latumbi, (11) Laut Sopura dan (12) Laut
Tanjung Leppe.
Hasil perhitungan beban pencemaran masing-masing parameter yaitu
TSS sebesar 2612,803 ton/bulan, BOD5 sebesar 291,879 ton/bulan, nitrat
sebesar 17,123 ton/bulan, NH3-N sebesar 0,140 ton/bulan, besi sebesar 3,624
ton/bulan, seng sebesar 0,393 ton/bulan, khrom sebesar 1,892 ton/bulan, timbal
sebesar 0,974 ton/bulan dan nikel sebesar ,661 ton/bulan. Juga didapatkan
bahwa TSS merupakan bahan pencemar tertinggi konsentrasinya yang masuk ke
perairan yang mencapai 2612.803 ton/bulan. Kontribusi TSS tertinggi terdapat
pada stasiun 3 yaitu sebesar 731.018 ton/bulan. Untuk BOD5 menempati urutan
kedua dalam memberikan kontribusi terbesar dalam beban pencemaran yaitu
sebesar 291.879 ton/bulan. Beban limbah yang berasal dari golongan nutrien
yaitu nitrat sebesar 17.123 ton/bulan dan amoniak sebesar 0.140 ton/bulan.
Parameter logam berat yang memberikan kontribusi paling besar terhadap beban
pecemaran adalah besi sebesar 3.624 ton/bulan. Kontribusi tertinggi disumbang
oleh Sungai Huko-huko sebesar 1.421 ton/bulan dan Sungai Kumoro yaitu
sebesar 1.333 ton/bulan. Beban pencemaran untuk nikel sebesar 1.661
ton/bulan dengan kontribusi terbesar yaitu berasal dari stasiun 3 sebesar 1.042
ton/bulan.
Hasil perhitungan kapasitas asimilasi didapatkan bahwa kapasitas
asimilasi masing-masing parameter yaitu TSS sebesar 1106,308 ton/bulan,
BOD5 sebesar 883,93 ton/bulan, amonia sebesar 5,4803 ton/bulan, besi sebesar
6,464 ton/bulan, seng sebesar 0,143 ton/bulan, khrom sebesar 0,9789 ton/bulan,
timbal sebesar 1,291 ton/bulan dan nikel sebesar 0,4198 ton/bulan. Dari hasil
perhitungan tersebut, didapatkan bahwa keberadaan parameter-parameter TSS,
khrom, seng, timbal dan nikel telah melampaui kapasitas asimilasinya.
Sedangkan keberadaan BOD5 dan Amonia di perairan masih dapat diasimilasi
oleh perairan.
Kata kunci : beban pencemaran, kapasitas asimilasi, nikel, status lingkungan,
Pomalaa.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi Udang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memberbanyak sebagaian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
STUDI KUALITAS AIR LOKASI PERTAMBANGAN NIKEL
POMALAA SULAWESI TENGGARA
HAMZAH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Penguji Luar Komisi Ujian Tesis : Dr. Ir. Ario Damar, M.Si
Judul Tesis
Nama
NIM
: Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa
Sulawesi Tenggara
: Hamzah
: C251040141
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc
Ketua
Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA
Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 17 Februari 2009
Tanggal Lulus :………………
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas kasih dan sayang-Nya
sehingga penulisan tesis dengan judul “Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan
Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara” dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Yth. Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi,
M.Phil sebagai komisi pembimbing, atas curahan waktu, perhatian, motivasi
dan pikiran dalam penyusunan tesis ini.
2. Yth. Bapak Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan maupun selaku dosen atas
bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di IPB.
3. Yth. Bapak Dr. Ir. Ario Damar, M.Si selaku penguji luar komisi atas saran dan
masukan untuk kesempurnaan tesis ini.
4. Terimakasih yang tak terhingga kepada Ibuku Wa Muha. Doaku untukmu
selalu, segalanya, selamanya. Kepada Bapak Abdullah B, Kakak Sadaria,
Laode Galimu, Yusuf, Hermin, Wa Kaba, S.Pd, Drs Amiluddin. Kepada adik
Laode Irdat, S.Sos, Ade Irma, Waode Sitti Saharia, Am.Kl, Briptu Hasim,
Waode Muliana, SKM, Waode Asmaryati, S.Pd serta segenap keluarga atas
segala doa, dukungan dan
motivasi
yang tiada henti selama penulis
menempuh studi.
5. Yth. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (DAMANDIRI) tahun 2008 atas biaya
penelitian yang diberikan dan Yth. Program Mitra Bahari – COREMAP II
Tahun 2008/2009 atas beasiswa penulisan tesis
6. Rekan-rekan
mahasiswa
Angkatan
11
Program
Studi
Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan atas kebersamaan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena
itu kritik dan saran senantiasa diharapkan. Akhirnya, semoga karya ini dapat
bermanfaat dan hanya kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga amal dan
ibadah kita senantiasa mendapat ridho-Nya, Amin.
Bogor, Februari 2009
Hamzah
RIWAYAT HIDUP
Penulis
dilahirkan
di
Kelurahan
Danagoa
Kecamatan
Tongkuno
Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara pada hari Minggu tanggal 26
Januari 1975 dari pasangan La Ngada dan Wa Ema sebagai anak ketiga dari tiga
bersaudara. Karena ketiadaan tenaga dan peralatan medis yang memadai pada
saat penulis dilahirkan, menyebabkan terjadinya pendarahan serius pada Ibunda
tercinta.
Akibatnya
tidak
sampai
dalam
hitungan
jam
ibunda
tercinta
menghembuskan nafas terakhirnya. Semoga beliau mendapatkan tempat yang
terbaik di sisi Allah SWT. Selanjutnya penulis di besarkan oleh pasangan
Abdullah Bege dan Wa Muha.
Riwayat pendidikan dimulai dari Taman Kanak-kanak Pertiwi Kecamatan
Tongkuno, Sekolah Dasar di SD Negeri No.1 Wakuru, lulus tahun 1988, SMP
Negeri Wakuru lulus tahun 1991 dan STM Negeri Raha lulus tahun 1994.
Semuanya berada di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Pada bulan Agustus
tahun 1994, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Fisika
IKIP Negeri Manado. Pada bulan Februari 1996 pindah dan melanjutkan
pendidikan di Universitas Haluoleo serta lulus tahun 2001.
Pada bulan Desember 2003 penulis mulai bekerja sebagai Pegawai
Negeri Sipil di Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara dan
pada Agustus 2004, penulis kembali melanjutkan pendidikan di Sekolah
Pascasarjana IPB pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 4
Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Air .................................................................................................. 7
Pencemaran Air ............................................................................................ 8
Bahan Pencemar dan Ekosistem Perairan ................................................... 9
Parameter Fisika Kimia Perairan ................................................................ 11
Suhu ..................................................................................................... 11
Kekeruhan ............................................................................................ 12
Kecerahan ............................................................................................ 13
Total Padatan Tersuspensi (TSS) ........................................................ 13
Derajat Keasaman (pH) ........................................................................ 14
Oksigen Terlarut (DO) .......................................................................... 15
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD5) ...................................................... 15
Nitrogen ................................................................................................ 16
Ammonia............................................................................................... 16
Logam Berat ............................................................................................ 17
Besi (Fe) ............................................................................................... 17
Seng (Zn) .............................................................................................. 18
Kromium (Cr) ........................................................................................ 18
Timbal (Pb) ........................................................................................... 19
Nikel (Ni) ............................................................................................... 20
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 22
Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 23
Penentuan Stasiun dan Waktu Pengambilan Sampel Air........................... 23
Alat dan Bahan .......................................................................................... 26
Metode Pengambilan dan Analisis Contoh Air ........................................... 26
Analisis Data ............................................................................................ 27
Penilaian Status Mutu Air ..................................................................... 27
Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi ....................................... 28
ii
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 31
Prose Terjadinya Nikel ............................................................................... 32
Sistem Penambangan ................................................................................ 34
Tahap Prakonstruksi (Ekplorasi)........................................................... 35
Tahap Konstruksi (Persiapan Eksploitasi) ............................................ 35
Tahap Operasional (Eksploitasi)........................................................... 37
Tahap Pra Olahan ................................................................................ 38
Tahap Peleburan .................................................................................. 40
Tahap Pemurnian ................................................................................. 41
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Fisika ........................................................................................ 43
Suhu ..................................................................................................... 43
Kecerahan ............................................................................................ 45
Kekeruhan ............................................................................................ 45
Padatan Tersuspensi Total (TSS) ........................................................ 47
Paramenter Kimia
............................................................................... 48
Salinitas ............................................................................................ 48
Keasaman (pH) ................................................................................ 49
Oksigen Terlarut (DO) .......................................................................... 51
Biological Oxygen Demand (BOD5) ...................................................... 53
Nitrat (NO3-N) ....................................................................................... 56
Nitrit (NO2-N)......................................................................................... 57
Amonia (NH3-N .................................................................................... 57
Logam Berat ............................................................................................... 59
Besi (Fe) ............................................................................................... 59
Seng (Zn) .............................................................................................. 61
Total Khrom (Cr) ................................................................................... 62
Khrom Heksavalen (Cr+6)...................................................................... 63
Timbal (Pb) ........................................................................................... 63
Nikel (Ni) ............................................................................................... 65
Hasil Analisis Mutu Air ................................................................................ 67
Beban Pencemaran .................................................................................... 68
Kapasitas Asimilasi ..................................................................................... 70
TSS ....................................................................................................... 71
BOD5 ..................................................................................................... 71
Amonia.................................................................................................. 72
Besi ....................................................................................................... 73
Seng ..................................................................................................... 73
Khrom ................................................................................................... 74
Timbal ................................................................................................... 74
Nikel ...................................................................................................... 75
Pembahasan .............................................................................................. 76
Hubungan Kapasitas Asimilasi dengan Beban Pencemaran ............... 76
Pencemaran Sungai dan Penurunan Kualitas Air Laut ........................ 76
Peningkatan Sedimentasi ..................................................................... 77
Pengelolaan Perairan Pesisir Lokasi Pertambangan Nikel .................. 80
Upaya Pengendalian TSS .................................................................... 80
iii
Pemeliharaan Sungai-Sungai ............................................................... 83
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. 85
Saran .......................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 87
LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
Posisi stasiun pengambilan contoh ............................................................ 25
Waktu pengambilan sampel kualitas air ..................................................... 25
Alat dan metode analisis pengukuran karakteristik fisika-kimia air............. 26
Klasifikasi kelas air berdasarkan indeks STORET ..................................... 28
Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air ........................ 28
Rekapitulasi skor Indeks STORET dan status mutu air.............................. 65
Beban pencemaran perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa ............ 67
Hubungan beban pencemaran dengan kapasitas asimilasi ...................... 76
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Bagan alir kerangka pemikiran penelitian ..................................................... 6
Peta lokasi penelitian .................................................................................. 22
Skema titik stasiun pengambilan sampel air .............................................. 24
Grafik hubungan beban pencemaran dengan kosentrasi polutan .............. 29
Struktur umum batuan yang mengandung biji nikel.................................... 32
Salahsatu penampang struktur batuan lokasi penelitian ............................ 32
Struktur dan komposisi lahan sebelum penambangan ............................... 36
Alur proses peleburan nikel ........................................................................ 40
Suhu pada stasiun pengamatan pada sungai dan outlet pabrik ............... 44
Suhu pada stasiun pengamatan pada laut ................................................. 44
Kecerahan pada stasiun pengamatan di laut ............................................. 45
Kekeruhan pada stasiun pengamatan di laut ............................................ 46
TSS pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ........................... 47
TSS pada stasiun pengamatan di laut ........................................................ 48
Salinitas pada stasiun pengamatan di laut ................................................. 49
pH pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ............................. 50
pH pada stasiun pengamatan di laut .......................................................... 51
DO pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ............................. 52
DO pada stasiun pengamatan laut ............................................................. 53
BOD5 pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ..................... 55
BOD5 pada stasiun pengamatan di laut ..................................................... 56
Nitrat pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ...................... 57
Amonia Bebas pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ....... 58
Amonia total pada stasiun pengamatan di laut ........................................... 59
Besi pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ....................... 60
Besi pada stasiun pengamatan di laut ........................................................ 60
Seng pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ...................... 61
Seng pada stasiun pengamatan di laut ...................................................... 62
Total khrom pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik .......... 62
Khrom heksavalen pada stasiun pengamatan di laut ................................. 63
Timbal pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ................... 64
Timbal pada stasiun pengamatan di laut .................................................... 65
Nikel pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ...................... 66
Nikel pada stasiun pengamatan di laut ....................................................... 66
Status pencemaran stasiun pengamatan selama penelitian ...................... 68
Analisis regresi antara beban pencemaran TSS dengan
konsentrasi TSS perairan pesisir ................................................................ 71
Analisis regresi antara beban pencemaran BOD5 dengan
konsentrasi BOD5 perairan pesisir .............................................................. 72
Analisis regresi antara beban pencemaran Amonia dengan
konsentrasi Amonia perairan pesisir........................................................... 72
Analisis regresi antara beban pencemaran Fe dengan konsentrasi
Fe perairan pesisir ...................................................................................... 73
vi
40
41
42
43
44
45
46
Analisis regresi antara beban pencemaran Zn dengan konsentrasi
Zn perairan pesisir ...................................................................................... 73
Analisis regresi antara beban pencemaran Khrom dengan
konsentrasi khrom perairan pesisir ............................................................. 74
Analisis regresi antara beban pencemaran Timbal dengan
konsentrasi Timbal perairan pesisir ............................................................ 75
Analisis regresi antara beban pencemaran Nikel dengan
konsentrasi Nikel perairan pesisir .............................................................. 75
Peta sebaran sedimen perairan pesisir pertambangan dengan citra
satelit ........................................................................................................ 78
Peta sebaran galian dan areal tambang nikel dengan citra satelit ............. 79
Peta penutupan lahan dan sebaran mangrove di sekitar lokasi
tambang ...................................................................................................... 80
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Halaman
Hasil pengamatan parameter fisika kimia perairan sungai dan
outlet lokasi pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara ................. 92
Hasil pengamatan parameter fisika kimia perairan laut lokasi
pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara ..................................... 95
Standar deviasi per parameter tiap stasiun pengamatan ........................... 98
Penentuan status/mutu perairan lokasi pertambangan nikel
Pomalaa Sulawesi Tenggara .................................................................... 100
Lampiran peraturan pemerintah dan keputusan menteri tentang
metode storet dan standar baku mutu air yang dipakai dalam
penelitian .................................................................................................. 103
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara,
merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan
beberapa perusahaan skala nasional dan multinasional yang bergerak dalam
usaha pertambangan nikel. Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut secara geografis berada pada wilayah
perbukitan sekitar pesisir Kecamatan Pomalaa dan berdampingan dengan
aktivitas kenelayanan masyarakat pada daerah pesisirnya yaitu pengembangan
keramba jaring apung, tambak, budidaya teripang dan budidaya rumput laut.
Selain menghasilkan bijih nikel, perusahaan-perusahaan penambangan nikel
tersebut juga menghasilkan beberapa jenis limbah cair dan limbah padat yang
berasal dari aktivitas eksploitasi lahan, proses peleburan nikel di pabrik maupun
aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar tambang.
Salah satu dampak yang dapat dilihat sebagai akibat dari aktivitas
pertambangan adalah meningkatnya kekeruhan perairan pesisir. Hal ini tentu
saja dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan organisme di
sekitarnya, dan pada kondisi yang ekstrim hal ini dapat menyebabkan kematian
bagi organisme-organisme perairan yang hidup pada lokasi tersebut. Selain itu,
adanya aktivitas pertambangan tersebut telah menyebabkan semakin masifnya
sedimentasi di daerah
muara sungai maupun pada perairan pesisir secara
keseluruhan.
Desa Tambea, Desa Hakatutobu, Desa Sopura dan Desa Oko-Oko,
merupakan desa terdekat dengan lokasi penambangan. Menurut warga yang
tinggal di desa-desa tersebut, aktivitas penambangan yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut banyak merugikan mereka yang selama ini
menggantungkan hidupnya pada sumberdaya laut. Kegiatan pengoperasian
tambang telah meningkatkan laju erosi. Peningkatan laju erosi ini terutama terjadi
karena hilangnya vegetasi penutup tanah yang terjadi sebagai akibat kegiatan
pembukaan lahan, pengupasan lapisan tanah pucuk dan penambangan bijih
nikel. Akibatnya, pada saat ini hampir seluruh permukaan bibir pantai tertutup
oleh lumpur. Dampaknya bagi masyarakat sekitar adalah selain tidak dapat
melakukan aktivitas kenelayanan secara tradisional, tetapi juga menyebabkan
usaha budidaya teripang dan rumput laut yang mereka lakukan menjadi
2
terganggu dan pada beberapa kasus terjadi kematian mendadak. Di Desa HukoHuko, keluhan petani adalah setiap tahun pada musim hujan, sawah mendapat
aliran air dari areal tambang yang juga merupakan wilayah DAS Sungai Hokohoko, DAS Sungai Kumoro dan DAS Sungai Pelambua. Air tersebut berwarna
merah, apabila masuk pada areal persawahan maka padi pada areal tersebut
akan kerdil dan tidak bisa berkembang dengan baik. Apabila air tersebut masuk
ke kolam dan tambak, maka ikan-ikan akan mati. Diduga air tersebut
mengandung kadar besi terlarut yang tinggi sampai pada tingkat beracun bagi
tanaman dan ikan.
Akibat tingkat sedimentasi pada wilayah pesisir dari tahun ke tahun yang
semakin bertambah, maka saat ini untuk menjangkau lokasi menangkap ikan
bagi nelayan memerlukan waktu yang cukup lama. Hanya nelayan yang memiliki
perahu bermesin yang dapat menjangkau lokasi-lokasi strategis. Sementara
nelayan yang tinggal di desa-desa tersebut, pada umumnya tidak memiliki
sarana perahu bermotor dan alat tangkap yang memadai. Mereka hanya memiliki
perahu sampan (lepa-lepa) dengan mengandalkan tenaga manusia sebagai
penggeraknya. Akibatnya
nelayan yang termarjinalkan secara teknologi tidak
dapat lagi melakukan aktivitas kenelayanan akibat semakin jauhnya lokasi yang
harus ditempuh untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan. Sebagian nelayan
pernah mengusahakan budidaya teripang dan rumput laut. Namun sampai
penelitian ini dilakukan sudah tidak dapat lagi melanjutkan usahanya akibatnya
tingginya endapan lumpur di sepanjang pantai.
Berbagai usaha telah dilakukan pihak perusahaan untuk mengurangi
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas penambangan. Salah satunya
adalah dengan pembangunan tanggul permanen di sepanjang pantai yang
diperuntukan bagi pengurangan laju erosi, khususnya pada musim hujan.
Disamping itu juga dilakukan penanaman mangrove terutama pada daerahdaerah muara sungai dan pesisir sekitar lokasi tambang. Selain itu juga
dilakukan pembuatan cekdam sebagai tempat penampungan sementara air yang
berasal dari wilayah-wilayah operasi penambangan.
Secara administratif lokasi kegiatan penambangan nikel dibagi menjadi
tiga lokasi yaitu daerah tambang utara, daerah tambang tengah dan daerah
tambang selatan. Pembagian ini lebih berdasarkan kepada konsentrasi titik-titik
kegiatan penambangan biji. Sedangkan pabrik ferronikel dibagi dalam tiga unit
lokasi. Dalam operasionalnya, ketiga unit pabrik tersebut menghasilkan tiga jenis
3
limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta
satu jenis limbah padat berupa slag. Untuk air pendingin slag, adalah berupa air
yang disemprotkan ke dalam kolam slag untuk mendinginkan slag yang baru
keluar dari electric furnace dengan temperatur 1.550
0
C. Air pendingin ini
sebagian akan menguap dan sebagian lagi menjadi limbah yang dialirkan melalui
drainase pabrik hingga menuju outlet terakhir yaitu laut. Temperatur air buangan
yang keluar dari kolam slag ke drainase pabrik adalah ± 47 0C dan diperkirakan
sampai ke drainase keluar pabrik adalah ± 27 0C. Selain limbah cair, ketiga unit
pabrik FeNi juga menghasilkan limbah cair dari proses pengoperasian engine,
yaitu
berupa
oli
bekas.
Sebelum
dialirkan
ke
saluran
pembuangan
effluent/drainase, oli-oli bekas diolah dalam Unit Pengolahan Oli Bekas (UPOB)
hingga kandungan air mencapai 10 - 15%. Namun demikian, walaupun limbahlimbah tersebut sudah mengalami pengolahan sesuai dengan standar prosedur
yang telah ditentukan, kiranya tidak berlebihan untuk dilakukan upaya-upaya
pemantauan agar kondisi perairan lokasi pertambangan nikel tetap terjaga
kelestariannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu untuk dilakukan kajian
tentang kualitas perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa dengan harapan
dapat menjadi bahan masukan sekaligus informasi dalam upaya rehabilitasi,
pelestarian dan pemanfaatan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel
Pomalaa Sulawesi Tenggara.
Perumusan Masalah
Secara geografis, aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan pertambangan nikel berada pada wilayah perbukitan sekitar pesisir
Kecamatan
Pomalaa
dan
berdampingan
dengan
aktivitas
kenelayanan
masyarakat pada daerah pesisirnya yaitu pengembangan keramba jaring apung,
tambak, budidaya teripang dan budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil survey
yang dilakukan, pada saat hujan biasanya air yang melalui sungai-sungai
berwarna pekat kemerah-merahan. Keadaan ini juga terjadi di laut, dan bahkan
mencapai radius 5 -10 km sejajar pantai dan radius ± 700 meter tegak lurus
terhadap garis pantai. Kuat dugaan bahwa material yang terbawa bersama air
tersebut berasal dari sisa aktivitas penambangan (overburden) dan masuk ke
perairan pesisir melalui sungai dan air limpasan permukaan di sekitar lokasi
pertambangan. Selain itu, bahwa pada kegiatan produksi pada unit-unit pabrik
4
pengelolaan ferronikel 1, 2 dan 3 juga menghasilkan limbah padat berupa
slag/tailing dan limbah cair berupa air pendingin dan limbah minyak. Adanya
input sedimen (overburden) sebagai akibat eksploitasi lahan dan adanya input
limbah proses peleburan logam nikel (tailing, oli bekas dan air pendingin) serta
adanya input limbah domestik tentu akan direspon oleh perairan dengan sesuai
dengan kemampuan purifikasinya.
Jika
terakumulasi
limbah-limbah tersebut
sehingga
melewati
mengandung zat-zat berbahaya
ambang
batas,
dikhawatirkan
dan
dapat
mempengaruhi dan atau membahayakan organisme-organisme yang hidup di
perairan tersebut. Kondisi-kondisi tersebut di atas, bukan saja akan merusak
lingkungan, tetapi dapat pula menurunkan pendapatan dan atau memiskinkan
masyarakat setempat terutama bagi masyarakat yang bermata pencaharian
utama sebagai nelayan tangkap tradisional dan nelayan budidaya. Berdasarkan
kondisi yang digambarkan di atas, maka untuk terarahnya penelitian ini perlu
dirumuskan masalah yang akan menjadi obyek kajian yaitu:
1. Dengan adanya berbagai aktivitas di lokasi pertambangan, bagaimana
dampaknya terhadap kualitas perairan pesisir.
2. Seberapa besar beban pencemaran
yang masuk ke perairan lokasi
penambangan nikel Pomalaa.
3. Seberapa besar kapasitas asimilasi perairan lokasi penambangan nikel
Pomalaa.
4. Bagaimana penyebaran sedimen di perairan lokasi pertambangan nikel
Pomalaa.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi kualitas perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa.
2. Mengetahui besarnya beban pencemaran yang masuk ke perairan lokasi
penambangan nikel Pomalaa.
3. Menganalisis kapasitas asimilasi perairan lokasi penambangan nikel
Pomalaa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi
mengenai kualitas perairan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa
Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain itu penelitian ini
5
diharapkan menjadi sumber informasi bagi rencana pengelolaan lingkungan
pesisir Pomalaa dimasa mendatang.
Karangka Pemikiran
Sebagaimana dijelaskan dalam pendahuluan, bahwa dalam operasional
hingga menghasilkan biji nikel, mulai dari penggalian hingga peleburan tidak
terlepas dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan yaitu
dihasilkannya tiga jenis limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin
slag dan oli bekas serta dua jenis limbah padat berupa overburden dan tailing
(slag). Selain itu kegiatan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi
pertambangan dengan berbagai aktivitasnya juga tidak terlepas dari limbah. Bila
semua jenis limbah yang dihasilkan tersebut masuk ke perairan, tentu akan
mempengaruhi kualitas perairan pesisir yang notabene merupakan arena yang
digunakan masyarakat sebagai lapangan mata pencaharian. Oleh sebab itu,
diperlukan upaya pemantauan kualitas perairan agar sedini mungkin dampak
negatif dari adanya pertambangan dapat diminimalisasi sehingga keberlanjutan
sumberdaya pesisir lokasi pertambangan dapat dipertahankan. Selain itu
mencari solusi-solusi alternatif yang dapat dilakukan agar usaha pertambangan
dapat terus berlangsung tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat secara
keseluruhan. Demikianlah alur pikir yang dikembangkan dalam penelitian ini dan
secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Aktivitas
Lokasi Tambang Nikel
Proses
Eksploitasi
Lahan
Padat :
- Overburden
Sumber
Limbah
Sumber Lain :
Aktivitas Masyarakat
Kualitas Perairan
ANALISIS:
1. Storet
2. Beban Pencemaran
3. Kapasitas Asimilasi
Pengelolaan Perairan Berkelanjutan
Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian
Proses Pengolahan
Ferronikel Di Pabrik
Padat :
- Tailing (Slag)
Cair :
- Air Pendingin Slag
- Air Pendingin Mesin
- Oli Bekas
TINJUAN PUSTAKA
Kualitas Air
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran menyatakan bahwa untuk menjamin
kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi
alamiahnya, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan kualitas air. Menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air, kualitas air adalah kondisi kualitatif air
yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan
metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini
meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan
kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat
mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan
partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia
menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan
oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau
logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter
mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri,
virus, dan mikroba patogen lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran atau
pengujian, air dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar.
Sementara itu, Dahuri (2005) menyatakan kondisi kualitas air di suatu
perairan dapat menggambarkan apakah perairan tersebut tercemar atau tidak.
Pengukuran konsentrasi bahan pencemar merupakan cara untuk mengetahui
tingkat pencemaran yang terjadi. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa
paramater yang meliputi parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter fisika
antara lain suhu, kekeruhan, kecerahan. Parameter kimia mencakup pH, DO,
BOD5, COD, kadar logam dan lainnya. Sedangkan parameter biologi terutama
adalah kandungan bakteri, khususnya bakteri coli.
Menurut Effendi (2003), pemantauan kualitas air pada perairan memiliki
tujuan sebagai berikut ; (1) Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter
fisika, kimia dan biologi, (2) Membandingkan nilai kualitas air dengan baku mutu
sesuai dengan peruntukannya, (3) Menilai kelayakan sumberdaya air untuk
kepentingan tertentu. Penanganan kualitas air memerlukan pemahaman
mengenai karakteristik dasar dari badan air.
8
Pencemaran Air
Pencemaran sebagaimana didefinisikan oleh Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut adalah
”masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai pada
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya”. Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan
biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan
kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Odum,
1971).
Pencemaran perairan pesisir didefinisikan sebagai dampak negatif,
pengaruh yang membahayakan terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan
kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya
dari ekosistem perairan yang disebabkan secara langsung oleh pembuangan
bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal dari kegiatan manusia
(GESAMP, 1990). Pencemaran air disebabkan oleh banyak faktor, yang secara
umum dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yakni sumber langsung (direct
contaminant sources) dan sumber tak langsung (indirect contaminant sources).
Sumber langsung didefinisikan sebagai buangan yang berasal dari sumber
pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik, industri, serta limbah domestik.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber tak langsung adalah kontaminan
yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemar pada air permukaan baik
dari limbah industri maupun sumber kegiatan lainnya.
Menurut Sutamihardja (1992), perubahan-perubahan yang terjadi di
daerah pantai perairan pesisir sebagian besar berasal dari aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhannya, baik di darat maupun di perairan itu sendiri.
Masalah pencemaran perairan pesisir tidak akan terlepas dari kondisi ekosistem
alami di wilayah tersebut, yaitu sebagai perangkap zat hara maupun tempat
buangan limbah yang mengalir masuk ke ekosistem perairan pesisir dan laut.
Pola penyebaran limbah ke sepanjang pesisir dipengaruhi oleh pasang surut
sehingga menimbulkan dampak di perairan pesisir dan mengganggu kehidupan
yang ada pada habitat tersebut.
Suatu perairan tidak mempunyai batas fisik yang jelas dan bersifat
dinamis akibatnya pencemaran air dapat berakibat luas. Keadaan demikian juga
disebabkan oleh pergerakan massa air, angin dan arus di sepanjang pesisir
9
pantai. Dalam batas-batas tertentu, perairan pesisir memiliki kemampuan pulih
diri (self purification). Akan tetapi bila kemampuan pulih diri dilampaui, maka
terjadinya perubahan kualitas perairan tidak dapat dihindari. Bahan pencemar
yang berasal dari berbagai kegiatan industri, perikanan dan rumah tangga di
daratan pada akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif, bukan saja pada
perairan sungai, tetapi juga terhadap perairan pesisir dan lautan. Disamping itu
sifat fisik wilayah pesisir yang saling berhubungan dengan ekosistem lainnya
yaitu sungai, estuari dan lautan juga membebani pencemaran wilayah pesisir
(Dahuri et al., 1996). Sumber pencemaran perairan pesisir dapat dikelompokan
menjadi tujuh kelas yaitu industri, limbah cair pemukiman, limbah cair perkotaan,
pertambangan, pelayaran, pertanian dan perikanan. Bahan pencemar utama
yang terkandung dalam buangan limbah dari ke tujuh sumber tersebut berupa
sedimen, unsur hara, logam beracun, pestisida, organik eksotik, organisme
patogen, sampah dan bahan-bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam
perairan berkurang (Dahuri et al., 1996).
Pencemaran perairan merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu
dipantau sumber dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau
pencemaran air dapat digunakan kombinasi komponen fisika, kimia dan biologi.
Penggunaan salah satu komponen saja sering tidak dapat menggambarkan
keadaan yang sebenar-benarnya. Verheyen in Sastrawijaya (1991) menyatakan
bahwa penggunaan komponen fisika dan kimia saja hanya akan memberikan
gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan hasil dengan
penafsiran dalam kisaran yang luas, oleh sebab itu penggunaan komponen
biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang dapat mengantisipasi
perubahan pada lingkungan kualitas perairan. Penentuan status suatu perairan
yang tercemar memerlukan suatu kriteria yang merupakan indikator kualitas
lingkungan perairan yang dapat diukur yaitu baku mutu bagi peruntukan air dan
tata guna sumber air (Sutamihardja, 1992).
Bahan Pencemar Dan Ekosistem Perairan
Kualitas air dipengaruhi oleh faktor alami (yaitu iklim, musim, mineralogi,
vegetasi) dan kegiatan manusia. Bilamana air di alam (di sungai-sungai, danaudanau dan lain-lain) dikotori oleh kegiatan manusia sedemikian rupa sehingga
tidak memenuhi syarat untuk suatu penggunaan yang khusus maka disebut
terkena pencemaran (Manan, 1992). Tanpa adanya kebijakan untuk mencegah
10
dan
mengendalikan
pencemaran
perairan
sungai,
kemungkinan
besar
menyebabkan persediaan sumber daya air untuk segala kehidupan tidak dapat
dipenuhi. Keadaan demikian akan menyebabkan terganggunya suatu faktor
ekosistem
kehidupan
manusia
yaitu faktor kesehatan lingkungan yang
mempengaruhi hidup manusia itu sendiri.
Dalam sebuah daerah aliran sungai, terdapat berbagi penggunaan lahan,
seperti hutan, perkebunan, pertanian lahan kering dan persawahan, pemukiman,
perikanan, industri dan sebagainya. Beban bahan pencemar yang menyebabkan
penurunan kualitas air pada sebagian sungai, terutama yang berasal dari limbah
domestik, limbah industri, kegiatan pertambangan dan limbah dari penggunaan
lahan pertanian (Manan,1992).
Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat dikelompokan atas
limbah organik, logam berat dan anorganik. Masing-masing kelompok ini sangat
berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan bahan
pencemar yang paling banyak ditemukan di perairan akibat limbah Industri dan
limbah perkotaan (Suin dan Nurdin, 1994).
Secara alamiah, unsur logam berat terdapat dalam perairan, namun
dalam jumlah yang sangat rendah. Kadar ini akan meningkat bila limbah yang
banyak mengandung unsur logam berat masuk ke dalam lingkungan perairan
sehingga akan menjadi racun bagi organisme perairan (Hutagalung dan
Razak,1992).
Menurut Poels (1983), masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme
perairan dengan tiga cara yaitu melalui makanan, insang dan diffusi melalui
permukaan kulit. Untuk ikan, 90% masuknya logam berat melalui insang.
Sehingga dengan masuknya logam berat ke dalam insang dapat menyebabkan
keracunan, karena bereaksinya kation logam tersebut dengan fraksi tertentu dari
lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang menjadi
terganggu. Lendir yang berfungsi sebagai pelindung diproduksi lebih banyak
sehingga terjadi penumpukan lendir. Hal ini akan memperlambat ekresi pada
insang dan pada akhirnya menyebabkan kematian (Sudarmadi, 1993).
Logam berat hampir selalu ada dalam setiap pencemaran oleh limbah
industri karena selalu diperlukan dalam setiap proses industri (Forstner dan
Wittmann, 1983). Manifestasi dari keracunan logam berat pada manusia adalah
diare, demam, fesis biru kehijauan dan kelainan fungsi ginjal. Bila kadarnya tinggi
dalam tubuh dapat merusak jantung, hati dan ginjal. Absorbsi logam berat yang
11
masuk ke dalam darah dapat menimbulkan hemolisis yang akut, karena banyak
sel darah yang rusak. Akibat yang serius dari keracunan logam berat dapat
menimbulkan kematian (Tewari et al., 1987). Pendedahan logam berat kadmium
pada ikan Pleuronectes flesus berakibat berkurangnya nilai hematokrit, kadar
hemoglobin dan jumlah sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Anemia sering ditandai dengan meningkatnya volume plasma oleh karena sistem
keseimbangan dalam tubuh ikan terganggu. Lebih jelasnya penyebab anemia
tersebut adalah menurunya kecepatan produksi sel darah merah atau rusaknya
sel darah merah lebih cepat (Larsson et al., 1976). Efek lain logam berat
terhadap ikan air tawar dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah,
kadar hemoglobin serta nilai hematokrit (Tewari et al., 1987).
Kerusakan ekosistem akibat pencemaran logam berat sering dijumpai
khususnya untuk ekosistem perairan. Hal ini terjadi karena adanya logam berat
yang bersifat racun bagi organisme dalam perairan. Akibatnya organisme yang
paling sensitif pertama kali mengalami akibat buruk dan juga organisme yang
tidak mampu bertahan akan musnah, sehingga keseimbangan rantai makanan
dan ekosistem perairan akan mengalami kerusakan (Sudarmadi, 1993).
Menurut Sudarmadi
(1993), dalam ekosistem alami perairan, hampir
dapat dipastikan bahwa kematian sejenis ikan tidak selalu karena sebab faktor
tunggal tetapi karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
1. Fenomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang bersifat
memperkuat daya racun.
2. Fenomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih yang
saling menetralisir, sehingga zat-zat yang tadinya beracun berhasil
dikurangi dan dinetralisir daya racunya sehingga tidak membahayakan.
3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan serta
adaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu sendiri
Parameter Fisika-Kimia Perairan
Suhu
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam proses industri.
Demikian adanya industri pertambangan nikel, air banyak digunakan sebagai
pendingin slag
dan pendingin mesin. Air tersebut setelah digunakan akan
mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke
tempat asalnya, yaitu sungai atau sumber lainnya (Kristanto, 2002).
12
Pada industri pertambangan nikel, air buangan tersebut berasal dari
tangki penampungan yang disemprotkan ke dalam kolam slag yang berfungsi
untuk mendinginkan slag yang baru keluar dari electric furnace dengan
temperatur 1.550 0C. Air pendingin ini sebagian akan menguap dan sebagian lagi
menjadi limbah yang dialirkan melalui drainase pabrik hingga menuju
pembuangan terakhir yaitu laut. Temperatur air buangan yang keluar dari kolam
slag ke drainase pabrik adalah ± 47 0C dan diperkirakan sampai ke drainase
keluar pabrik adalah ± 27 0C.
Nybakken (1992) menyatakan bahwa suhu air permukaan di daerah
pesisir lebih tinggi daripada suhu air di dasar. Sehubungan dengan pengaruh
suhu terhadap makrozoobentos, Kinne (1970) menyatakan bahwa suhu air yang
berkisar antara 35-40 ºC merupakan suhu kritis bagi kehidupan makrozoobentos
yang dapat mengakibatkan kematian.
Suhu perairan merupakan parameter fisika yang mempengaruhi sebaran
organisme akuatik dan reaksi kimia. Peningkatan suhu perairan secara langsung
ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan or