Pdicy Development of Cleaner Production Based Small Enterprises. A Case Study in fapioka, Tannin Leather and Batik Processing Small Industries
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN USAHA KEClL
YANG BERBASIS PRODUKSl BERSIH
li!
I
OLEH :
CHAIRLIL FADJAR SOFYAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTttUT PERTANIAN BOGOR
2004
ABSTRAK
Chairul Fadjar Sofyar, Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil yang Berbasis
Prduksi Bersih. Di bawah bimbingan Hadi S. Alikdra sebagai Ketua,
Koeswardhono Mudikdjo den Eriyatno masingmasing s-ai
anggota komisi.
Usaha Kecil merupakan salah satu pelaku kunci dalam
pembangunan nasional. Kemampuan Usaha Kecil dalam
proses
mempertahankan
kondisi usahanya pada saat krisis ekonomi menrpakan bukti nyata sektor Usaha
Kecil memiliki kekuatan. Selaras dengan pendapat Naisbitt (1994), bahwa pada
kondisi perekonomian global yang serba terbuka menyebabkan kegiatan Usaha
Besar menjadi semakin rawan, sebaliknya kegiatan Usaha Kecil justru semakin
mampu bertahan.
Jumlah Usaha Kecil sebesar 42.326.520 unit krpotensi mendomng
tejadinya krisis lingkungan disebabkan limbah yang dihasilkan secara kumulati
menjadi jumlah yang besar serta penggunaan sumberdaya alam sebagai bahan
baku produksi dilakukan secara berlebihan. Kerusakan lingkungan yang tidak
segera ditanggulangi, berdampak menumbuhkan kondisi ketiiak4abilan bisnis
yang akhimya menyebabkan sernakin sulitnya melaksanakan pembangunan
berkelanjutan.
Pokok permasalahannya adalah k l u m ada kebijakan puMik yang secara
efektii mengarahkan atau menjaga agar Usaha Kecil melaksanakan prinsip
prinsip produksi bersih. Kebijakan saat ini masih hers-ktt umum dalam ha1
pemanfaatan sumberdaya alan dan baku mutu limbah, sehingga diperlukan
kebijakan yang lebih komprehensif.
Penelitian ini bertujuan untuk mewmuskan kebijakan Usal'ta Kecil Yang
Berbasis Produksi Bersih. Manfaat khususnya bagi Pemerintah adalah
mernberikan masukan dalam rnerumuskan kebijakan puMik d m b a n g a n
Usaha Kecil, yang mampu mengharmonisasikan kepentingan aspek ekonomi
(bisnis); wial (peran serta rnasyarakat) maupun lingkungan atau kualis kondisi
lingkungannya.
Obyek penelitian adalah tiga jenis Usaha Kecit yaitu taproka, pembatikan dan
penyamakan kulit. Pemilihan obyek penelitian dilakukan dengan pertimbangan
bahwa ketiga jenis Usaha K d l tersebut terrnasuk dalam 14 jenis industri
penghasil limbah yang cukup berbahaya sebagaimana tercantum dalam Surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor :'KEP-
031MENKLHIIII1991. Lokasi penelitian ditentukan sacara putpmke berdasarkan
keberadaan dan jumlah Usaha Kecil terpilih serta pengelompokannya di daerah
yaitu Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, Kabupaten Klaten dan
Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Garut Propinsi dawa Barat.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan rnenggunakan
serangkaian kombinasi metode analisis
yang terdiri atas: m e t d e statistik
inferensi, metode analisis MEP (Measurement Environmental Performance),
analisis SAST (Strategic Assumption Surfacing and Testing) serta metode
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opporfunities and Threats) di samping metade
AH P (Analytical Hierarchy Process).
Hasil penilitian mengindikasikan bahwa (1) ketga kelornpok usaha kecil tidak
krbeda
secara
signifikan
dalam
persepsinya
terhadap
faktor-faktor
pengembangan kebijakan, sehingga faktor-faktor pengembangan kebijakan
tersebut dapat bersifat inklusif, (2)
ketiga kelompok Usaha Kecil memiYki
keragaman organisasi yang tinggi terhadap aspek lingkungan alam dan aspek
bisnis serta cenderung berperilaku lebih mementingkan aspek bisnis dibanding
pada aspek lingkungan. Selain itu, analisis SAST telah menghasilkan asurnsi-
asumsi dasar pengembangan kebijakan,
alternatif strategi kebijakan dan
prioritas kebijakan datam pengembangan Usaha Kecil b h s i s produksi bersih
didapatkan melalui analisis SWOT dan AHP.
Berpijak pada konsep Industrial E w b g y serta mengacu pada prioritas
kebijakan dan asumsi-asumsi dassr tersebut maka dirumuskan kebijakan model
Sentra Usaha Kecil dengan Limbah Sejenis (SUKLiS). Model SUKLiS yang
dirancang secara holistik dalam penanganan limbah padat maupun cair
krorientasi menghamonisasikan kepentingan ekonorni, sosial budaya dan
lingkungan, melalui rnekanisme interaksi dinamik dan positif ankr komponen
organisasi sentra, masyarakat di sekitar sentra, instansi Pemerintah dan pelaku
ekonomi lain yang berkepentingan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran
kebijakan tersebut.
Model
SUKLiS dapat
dilaksanakan apabila
terpenuhinya
kondisi
adanya (1) ketejaminan kondisi ekonomi, sosial, politik dan keamanan negara
melalui penegakan hukum dan pengawasan oleh Pemerintah, (2) interaksi dan
partisipasi aktif dari seluruh Stakeholders yang terkait datam
pelaksanaan
produksi bersih mulai dari perencanaan, implementasi dan pengawasannya, (3)
ketersediaan informasi tentang teknologi produksi bersih (4) kesadaran,
kesiapan dan konsistensi semua elemen bangsa dalam menegakkan hukum
tentang lingkungan, (5) tolok ukur yang jelas untuk keberhasilan program yaw
sesuai dan me~yangkut penerapan teknobgi
produksi brsih secara
komprehensif.
Hasil verifikasi melalui studi komparasi kebijakan dan FGD di 3 lokasi
penelitian, mengindikasikan bahwa model SUKLiS dapat lebih mewujudkan
fungsi perlindungan bagi Usaha Kecil dan masyarakat sekiarnya, mengingat
penerapannya sebagai sarana pembangunan berkelanjutan sesuai dengan
konsepsi Industrial Ecdogy (El) dan relevan dengan pemikiran temada p
lingkungan (Ecdogical Thinking).
Pelaksanaan model SUKLiS pedu didukung dan diperlukan keterpaduan
kebijakan yang tercakup dalam berbagai ketentuan perundang-undangan, seperti
di bidang Usaha Mikm dan Kecil, Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan Otonomi
Oaerah serta ketentuan terkait lainnya yang mendukung penerapan
Model
SUKLiS. Pengkajian lebih lanjut diprlukan untuk menetapkan jenis-jenis insentif
dan perkurltan yang dibutuhkan untuk mendukung aplikasi kebijakan Usaha Kecil
yang berbasis produksi bersih.
ABSTRACT
Chairul Fadjar Sofyar. Pdicy Development of Cleaner Production Based
Small Enterprises. A Case Study in fapioka, Tannin Leather and Batik
Processing Small Industries (Counselor: Hadi S. Alikodra, as chaihan;
Kooswardhono Mudikdjo and Eriyatno, as member)
This research was conducted to construct a model of development @icy
for small enterprises which based on cleaner production, and able to integrate
three aspects: economic, social and environment. The importance of
environmental managemeni issues in globalizath era induced fhis objective.
This research was carried out through system approach by using several
methods, such as: Statistical inference, SAST (Strategic Assumption Surfacing
and Testing), SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats)
analysis; MEP (Measurement Environment Performance) and AHP (Analytical
Hieramhy Pnxess) as comprehensive analytical technique fo design appropriate
public policy. Field survey combined with consolidated opinrbn of stakeholders.
throush focus gmup discussions had produced basic essumpfions and strategic
prionfy in developing policy for small enterprrses.
This research indicated that most small enterpn'ses did not fully concern
on the cleaner production principles. Therefore, the @icy model called SUKLiS
was developed as clusfering of gmups of similar small enterprises which produce
indifferent waste, and the management based on lndusfrial E d q y concept. The
SUKLiS model also indudes strengthening competency of the responsible small
scale enterprises on the pollution contrd, environmental quality enhancement
and proactive technical regulation along with profective actions. Incentive
mechanism should be introduce for small enfeipn'ses and other instifuths which
is applying successfully cleaner production progmm. Community participation
improvement as well as policy coordination supported by infomatrbn exchanges
among stakeholders was recommended.
Keyword : @icy model, cleaner product&n, mall enterptises, jnduMal ecology
SURAT PERNYATAAN
Saya msnyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pemyataan dalam
Disertasi saya yang berjudul :
Pengembangan Kebijakan Usaha Kwil yang hrbasis Produksi Bemih
adalah gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan Komisi
Pembirnbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini
belum pemah diajukan untuk mernperobh gelar apapun di Perguruan Tinggi lain.
Semua data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jebs dan
dapat diperiksa kebenarannya.
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN USAHA KEClL
YANG BERBASlS PRODUKSI BERSlH
OLEH :
CHAIRUL FADJAR SOFYAR
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar M o r
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan .
SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
Judul Disertasi
: PEGEMBANGAN KEBIJAKAN USAHA KEClL
YANG BERBASIS PRODUKSI BERSIH
Nama Mahasiswa
: Chairul Fadjar Sofyar
Nomor Pokok
: 99522908
Program Studi
: llmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
J
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS.
Ketua
2. Ketua Program Studi
Pengelolaan Sum berdaya Alam
dan Lingkungan
Dr. Ir-SurionoH. Sutiahio, MS.
Tanggal Lulus : 08 April 2004
ah Pascasarjana
v m4
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Mei 1954 di Bandung, Jawa Barat,
sebagai Putera ketiga dari Alm. Bapak Sofyar dan Ibu Sekartini Sofyar. Penulis
adalah alumnus Fakuhas Ekonomi, Universitas Padjajaran tahun 1979 dan
menyelesaikan pendidikan Pascasajana
(52)
Jurusan Manajemen Sumberdaya
Manusia di lPWl pada tahun 1996. Selanjutnya,sejak tahun 2000 memulai
pendidikan Pascasajana (S3)pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Lingkungan, IPB.
Perjalanan karir struktural mengantarkan penulis menjadi Sekretaris
Menteri Negara Koperasi dan UKM sejak tahun 2001 dan sampai April 2004
masih aktif dalam jabatan tersebut. Sebelumnya bertugas sebagai Deputi Bidang
Pengembangan Usaha pada Badan Pengembangan Sumberdaya Koperasi dan
UKM (BPS-KPKM) tahun 2000-2001, dan sebagai Asisten Deputi Umsan
Tatalaksana Koperasi dalam periode tahun 1999-2000, sedang tahun 1998-1999
sebagai Direktur Perdagangan Distribusi dan Aneka Jasa pada Kantor Menteri
Negara Koperasi dan UKM.
Kegiatan di masyarakat, Penulis sarnpai sekarang masih akti di
kepengurusan lkatan Aiumni Universitas Padjajaran (IKA-UNPAD) sebagai
anggota Komite Eksekutif. Di samping itu, masih aktiif
dalam Pimpinan
Paripuma Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN), sebagai Pengarah pada
Central Development Small and Mediuni Enterprises (CD-SMEs) serta sebagai
Ketua I dalam kepengurusan Yayasan Pendidikan Koperasi (YAPENKOP).
Penulis terlibat aktii dalam berbagai Tim Nasional untuk mendukung kegiatankegiatan yang terkai w a n pengembangan KUKM serta untuk penyelesaian
berbagai masalah strategis di tingkat nasional, baik secara internal maupun lintas
sektoral.
Penulis juga sefing mengikuti kegiatan Diskusi Ilmiah, Seminar,
Lokakarya, Simposiurn baik sebagai peserta, narasumber dan pembicara, di
tingkat lokal, nasional, rnaupun intemasional, temtama yang terkait dengan
bidang pemberdayaan usaha kecil dan persoalan lingkuttgan hidup. Sabh satu
tulisan yang dihasilkannya telah mengungkapkan keterkain Usaha Kedl
dengan Lingkungan, adalah Urgensi Pengembangan Produk-produk Usaha Kedl
yang Ramah Lingkungan di majalah Infokop.
Pada Tahun 1980 menikah dengan Rucky Andayani dan dikafuniai t ~ a
orang Putera yaitu Randy Ravenala (mahasiswa S1 di Arizona State University,
USA); Rama Oevara (Siswa SLTA Al-lzhar) dan Dayan Rivaldi (Siswa SD
Harapan Ibu).
PRAKATA
Segala puji dan syukur yang mendalam kami panjatkan kehadirat AHah
S W yang menjadi sumber ilham, sumber ilmu pengetahuan dan yang ernpuNYA
pitar kebenaran, kebaikan serta kesempumaan tertinggi. Hanya karena-NYA-lah
semua bejalan dengan lancar dan baik, sehingga studi dan penulisan Disertasi
yang bejudul " Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil Yang Berbasis
Produksi Bersih" ini dapat disusun dan diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS, Bapak Prof. Dr. Ir.
Koeswardhono Mudikjo, M.Sc., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Eriyatno, M.Sc., selaku
Kornisi Pembimbing yang dengan bijak dan sabar senantiasa memberikan
motivasi, bimbingan, arahan kepada penulis di tengah kesibukan bsliau, yang
kesemuanya menjadi mutiara sangat berharga bagi penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Menteri
Negara Koperast dan UKM atas kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk
menyelesaikan studi Pascasajana di IPB.
Ungkapan terima kasih, secara khusus kami sampaikan pula kepada yang
terhormat :
1. ReMor lnstitut Pertanian Bogor;
,2. Prof. Dr. Lr. Hj. Syafrida Manuwoto, M.Sc.,Dekan Sekolah Pascasajana IPB;
3. Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.Sc, Dekan FakuRas Teknologi Pertanian IPB dan
sebagai penguji luar komisi ujian tertutup;
4. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.Sc., Ketua Program Studi PSL, IPB;
5. Para Dosen di lingkungan program studi PSL dan Sekolah Pascasajana IPB
khususnya : Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, M.Sc.,
Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan
Suratmo, M.Sc., Prof. Or. Ir. Marimin, M.Sc., Dr. lr. Ligaya ITA Tumbelaka,
M.Sc., Dr. Ir. Andry .Indrawan, M.Sc., Dr. Ir. Yonny Koesrnaryono, Dr. Ir.
Mahfud, M-S;
atas bekal ilmu, arahan dan segala masukan yaw diberikan dan bermanfaat bagi
penulisan disertasi ini.
Kepada selunrh jajaran di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM,
terima kasih atas dukungannya. Untuk ternan-teman sepejuangan di kelas
Bangda, terima kasih atas spirit dan dukungan serta kebersmaan dan bantuan
diskusinya, dengan harapan semoga kekmpakan tersebut dapat t m s brlanjut.
Kepada orang tua yang penulis sayangi, Ayahanda (Am.)Sofyar dan
lbunda Sekartini Sofyar sebagai sum& kasih sayang, yang telah rnernbesarkan
dan rnendidik penulis dengan berbagai petuah yang bijak dan doadoa yang tak
henti-hentinya mengalir. Hanya untaian rasa terima kasih yang tulus dan
kebanggaan sebagai Putranya-lah yang dapat penulis persembahkan. Khusus
kepada yang penulis sayangi dan kasihi, Istri tercinta Rucky Andayani, anakanakku Randy Ravenala, Rama Devara, dan Dayan RivaMi, yang telah
menunjukka~kasih sayangnya dengan penuh pengertian, seialu =bar dan setia
mendampingi serta memberikan dukungan moril dan spirit dati waktu Ice waktu,
penulis sampaikan pula rasa cinta yang sangat mendatam dari seorang suarni
dan seorang ayah.
Kepada rekan-rekan: S o e h t o Hadisoegondo, Yogasmara Ariadji, Redy
Handoko, Yani, Wildan, Suhaimi, Agus, Asep, Etra, Agus Efferrdi, Sugianto yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta mernberikan berbagai input
yaw krharga guna mendukung penyelesaian Oisertasi ini disampaikan pula
rasa terirna kasih.
Kepada Kernenterian Lingkungan Hdup, Biro Pusat Statistik '(BPS),
Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Gadjah M d a (UGM), Universitas
Lampung (UNLAM), Pemda Kabupaten Lampung Tengah, Klaten, Sukohajo,
dan Garut atas dukungan kelancaran pelaksanaan penelitian kami.
Kepada seluruh staf di bagian administrasi Sekolah Pascasajana IPB dan
Program Studi PSL, terirna kasih atas bantuannya dalam memperlancar kegiatan
studi Penulis dan kegiatan lain yang sehingga terselenggara untuk memenuhi
syarat penyelesaian program doktoral ini. Akhimya untuk semua pihak yang
telah begitlr banyak memberikan dukungan dan kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung, namun dalam hal ini tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tiada terhingga atas dukungannya.
Atas segala niat dan ha1 terbaik yang teiah diberikan kepada Penulis, tiada
balasan yang dapat disampaikan selain doa tulus semoga Allah SWF mernbalas
amal dan budi baik yang telah diberikan dan semuanya serrantiasa berada dalam
lindungan-Nya. Amin.
lbarat iak ada gading yang tak retak, begitupun Disertasi ini, untuk itu
segala saran dan koreksi kiranya dapat menjadi masukan yang berharga bagi
penyempurnaannya.
Bogor, 08 April 2004
Penulis
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ii
ABSTRACT .........................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... ix
PRAKATA ..........................................................................................................xi
...
OAFTAR IS1 ...................................................................................................... XII~
OAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
I.
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................1
1.2. Pokok Pernasalahan ........................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... -10
1.4. Manfaat Penetitian ..............................................................................10
II. TlNJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 1 2
2.1. Pengembangan Usaha Kecil ............................................................
12
2.2. Aplikasi Produksi Bersih......................................................................19
2.3. Pengembangan Kebijakan ................................................................
33
........................................ 39
2.4. Pendekatan Sistem .............................. .
.
2.5. Industrial Ecology ..............................................................................
-45
2.6. Metode Strategic Assumption Surfacing and Tesfing (SAS T) .............. 52
2.7. Metode Measumrnent of Envimmental Performance (MEP) ............ -54
2.8. Strengths, Weaknesses, Opportunifies and Threats (SWr07)
Analisys .............................................................................................
-58
2.9. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) .....-................... - .......*.*..
62
.............................................................................................
2.10. Verifikasi
-65
-66
I II. METODOLOG1 PENELlTlAN ..................................................................
...........................................................................
3.1 . Kerangka Penelitian
66
3.2. Obyek Penelitian ............................................................................... -68
3:3 . Tahapan Penelitian ............................................................................. 71
3.4. Teknik Analisis ................................................................................. ..-74
IV. KEADAAN UMUM OBYEK PENELITIAN ................................................... 82
4.1. Kondisi Qaerah Penelitian ..................................................................
82
86
4.2. Kondisi Usaha Keel dan Penerapan Produksi bersih . ......................
102
4.3. Karakteristik Responden Usaha Kedl...............................................
V . ANALISIS KOMPONEN KEBIJAKAN........................................................ - 113
5.1. Faktor Pengembangan Kebijakan ..............................................1
13
5.2. Kinerja Usaha Kecil .........................................................................
118
........ 129
5.3. Asumsi Dasar Pengemhangan Kebijakan ............................. .
.
V1 . PRIORITAS KEBljAKAN ...........................................................................
136
6.1. Analisis Kebijakan ............................................................................. 1%
6.2. Prioritas Kebijakan ........................................................................... 143
VII . MODEL KEBIJAKAN PUBLlK....................................................................1!50
7.1. Kebijakan Usaha Kecil.......................................................................150
7.2. Model Sentra Usaha Kecil dengan Limbah Sejenis ........................... 154
7.3. Verifikasi Model ................................................................................. 166
Vt ll.KESIMPULAN DAN SARAN .............................
.......................................1 6 9
8.1. Kesimpulan ......................................................................................169
8.2. Saran ...............................................................................................-170
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
172
LAMPIRAN ......................................................................................
i...............
176
DAFTAR TABEL
Halaman
.............................................. 64
Responden Usaha Kecil di masingmasing Lokasi Penelitian.................. 71
Penilaian Kriteria Berdasarkan Skala Perbandingan Saaty ..................... 81
Keuntungan Penggunaan Metode AHP
Kondisi Usaha Kecil Tapioka di Kabupaten Lampung Tengah ............... 106
Kondisi Usaha Kecil Pembatikan di Kabupaten Klaten dan Sukoharjo .... 109
Kondisi Usaha Kecil Penyamakan Kulit di Kabupaten Garut ................... 111
ldentifikasi Faktor-Faktor Pengembangan Kebijakan Sesuai Nilai
..
Keknt~san................................................................................................
117
Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Tapioka di
Kabupaten Lampung Tengah .................................................................. 122
Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Tekstil di
Kabupaten Klaten dan Sukoharjo ........................................................... 1 24
Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Penyamakan Kulit
di Kabupaten Garut .................................................................................
127
Asumsi-Asumsi Kebijakan Usaha Kecil yang Berbasis Produksi
Bersih ................................................................................................... 133
internal Factors Evaluatbn (IFE)............................................................
138
External Factors Evaluatbn (EFE)..........................................................
141
. . SWOT.............. :......;.................................... ;.............................
Anal~s~s
142
Prioritas Strategi Kebijakan Usaha Kecil yang Berbasis Produksi
Bersih dengan Menggunakan Metoda AHP...............................
..........
,
.
,
148
OAFTAR GAMBAR
Halaman
Usaha Kecil Sebagai Penyebab Krisis Lingkungan
........................... .:
4
Laju Peningkatan Limbah dan Polusi. serta Penyusutan Sumberdaya
Alam (UNDP. f 998) ................................................................................
4
Laju Penggunaan Energi. Logam dan Sumberdaya Alam yang
Terbaharukan (UNDP. 1998)...................................................................
5
lnteraksi Usaha Kecil dengan Lingkungan (Alikodra. 2002) ..................... 15
Diagram Venn Harmonisasi Kepentingan Ekonomi. Sosial dan
Lingkungan dalam Pengembangan Usaha Kecil ..................................... 18
Proses Perurnusan Kebijakan Berdasarkan Model Eastonian (Parson.
1995)....................................................................................................... 36
Peran lnformasi pada Sistem Manajemen (Eriyatno, 1998) ....................
43
Struktur Paradigma Sistem Sosial yang Ada (Ehrenfeld, J.R., 1997) ...... 46
Struktur Paradqma Sistem Sosial Berbasis Industrial Ecology
(Ehrenfeld. J.R.. 1997) ............................................................................
47
Penetapan Proyek Industrial Emlogy yang Ideal (van Berkel. R.,
Aplikasi Hukum Ashby yang Memerlukan Keragaman pada
Pengukuran Kinej a Organisasi ...............................................................
55
Alternatif Posisi Perusahaan dalam Berbagai Posisi (Rangkuti.. 1998).... 60
Kerangka Penelitian Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil
Berbasis Produksi Bersih
.......................................................................
67
Lokasi Peneritian Sentra Usaha Kecil Tapioka di Kabupaten Lampung
Tengah....................................................................................................
68
Lokasi PeneNan Sentra Usaha Kecil Tekstil Kabupaten Klaten dan
Sukohaj o di Propinsi Jawa Tengah ........................................................
69
Lokasi Penefitian Sentra Usaha K e d l Penyamakan Kulit Kabupaten
Gawt di Propinsi Jawa Barat...................................................................
69
Kerangka Teknik Analisis ........................................................................
75
Diagram Alir Proses Produksi lndustri Tapioka..........
......
.....................
90
Proses Minimalisasi Limbah Prduksi lndustri Tapioka
(Kementerian Negara Llngkungan Hiup. 20011).....................................
92
xvi
Diagram Proses Pembatikan..............................--.-................................. 96
Diagram Proses Penyamakan Kulit .........................................................
100
Kinej a Aspek Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
Tapioka di Kabupaten Lampung Tengah .................................................
121
Kinej a A s w Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil'
Tekstil di Kabupaten Klaten dan SukohaFjo.................... ,
.
.
................. 123
Kinej a As@ LingkunganTerhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
Penyarnakan Kulit di Kabupaten Garut.................................................... 125
Kinej a Aspek Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
pada 3 (tiga) Lokasi Penelitian ................................................................ 128
Peta Kuadran Asumsi .............................................................................134
Matrik Dampak Pengaruh Menyilang....................................................... 141
Stt-uktur AHP ............................................................................................ 145
Hasl Perhitungan Menggunakan Metoda AHP........................................ 147
Keterlibatan Pemerintah dan Masyarakat dalam Prduksi Bersih ........... 158
Keterkaitan Faktor Kebijakan dan Teknolagi Ramah Lingkungan........... -160
Model Sentra Usaha Kecil dengan Limbah Sejenis (SUKLiS) ................. 161
Teori Jenjang Keputusan ........................................................................ 164
BAB l
PENDAHULUAN
Usaha Kecil rnerupakan salah satu pelaku kuna dalam proses
pernbangunan nasional. Kemampuan Usaha Kecil dalam
mempertahankan
kondisi usahanya pada saat krisis ekonomi merupakan bukti nyata sektor Usaha
Kecil memiliki kekuatan. Selaras dengan pendapat Naisbitt (1984), bahwa pada
kondisi perekonomian global yang serba terbuka menyebabkan kegiatan Usaha
Besar menjadi semakin rawan, sebaliknya kegiatan Usaha Keal justru semakin
mampu bertahan.
Ha! tersebut berkaitan dengan
sistem bisnis dan kelenturan
terhadap perubahan yang tejadi yang dimiliki oleh Usaha Wl. Sistem bisnis
yang sederhana, fukus pada kegiatan komoditas dan bertumpu pada modal
sendiri memungkinkan Usaha Kecil mampu bertahan dad gejolak krisis ekonomi.
Bsrdasarjcan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, jumlah Usaha
Kecil mencapai 99,85% dari total pengusaha nasional (42.326.520 unit) serta
memberikan .kontribusi pada PDB sebesar 40,55%. Dalam ha1 tenaga keja,
Usaha Kecil mampu menyerap 88,40% (70.282.178 orang) dari total angkatan
keja pada tahun becsangkutan. Posisi tersebut menunjukkan, bahwa Usaha
Kecil
berpotensi menjadi
penyangga
sekaligus
penggerak
dinamika
perekonornian nasianal.
Namun demikian, Usaha Keul masih menghadapi beberapa kendala
dengan keterbatasan kemampuan mempertahankan usahanya yang disebabkan
beberapa ha1 antara lain: (1) keterbatasan kemampuan internal wganisasi yang
berkaitan erat dengan aspek pengambilan keputusan tentang pemasaran,
permodalan usaha dan kernarnpuan manajemen usahanya, dan (2) kualitas
produk yang dihasiUran M u m konsisten karena masih memakai tekndogi
I
tradisional yang banyak didasarkan pada praktek pengalaman dan keterampilan
perorangan. Pada beberapa Usaha Kecil ditemukan adanya diskontinyuitas
proses produksi sebagai akibat ketergantungan pada pasdtan bahan baku
seperti kasus Usaha Kecil pengolahan tapioka di Lampu~gyang terpakk tutup
karena kurangnya bahan baku. Kelangkaan bahan baku menyebabkan harga
bahan baku menjadi mahal, sehingga biaya produksi meningkat. Apabila harga
jual tidak berubah maka peningkatan biaya produksi menyebabkan berkurangnya
keuntungan usaha bahkan dapat menyebabkan kerugian akibat biaya produksi
relatif lebih b s a r dibandingkan harga jual. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Usaha Kecil masih belum cukup mandiri dan memiliki kekuatan untuk bersaing
yang pada akhirnya rnenyebabkan tingkat mortalitas kelompok Usaha Kecil relatif
tinggi.
Permasalahan lainnya muncul ketika Usaha Kecil berinteraksi dengan
pasar internasional. Pasar bebas dunia telah menetapkan suatu persyaratan
yang lebih ketat dalam menerima produk yang akan diperdagangkan, terutama
dengan maksud untuk menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan hidup.
Produk industri umumnya, tennasuk produk Usaha Kedl, akan dapat masuk
pasar global kalau mengikuti persyaratan global dengan meminiRlalkantitrrbdnya
dampak negatif bagi kelestarian lingkungan usahanya (ecdahding), misahya
melalui pengendahn M a p berkembangnva polusi dara (U'ment, 2QW).
Pmduk-produk yang mempunyai latar belakang rnerusak lingkungan akan
dihambat untuk masuk pasar karena dianggap tidak memenuhi standar
lingkungan (Kuhre, 1998).
Pada akhir t&un 1996, 78% produk usaha nasional tebh diekspor ke
negara-negara yang
mengadopsi dan menerapkan standar lingkungan
intemasional. Hal tersebut menunjukkan adanya suatu tunMan
penerapan
.
konsep dan praktek IS0 Seri 14001 ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
Konsekuensinya adalah diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terkait,
termasuk Usaha Kecil. Kondisi demikian menyebabkan permasaiahan yang
dihadapi Usaha Kecil lebih kompleks, yaitu selain berupaya meraih gisiensi
ekonomi untuk memperoleh laba usaha dan meningkatkan kapasitas (skala)
usahanya, juga
harus memenuhi standarisasi produksi untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
Beberapa upaya pembinaan terhadap Usaha Kecil yang dYakukan oleh
Pemerintah masih difokuskan pada aspek ekonorni, dengan alasan untuk
peningkatan kesejahteraan pengusaha kecil dan keluarganya.
Usaha Kecil
dalam memenuhi kepentingan bisnisnya seringkali mengeksploitasi surnberdaya.
alam secara berlebihan yang mengakibatkan kemsakan dan pencemaran
lingkungan (Sumarwoto, 1999). Dalam jangka panjang, penurunan kualitas
lingkungan akan menurunkan eksistensi Usaha Kecil (Pearce, 1992). Kerusakan
lingkungan yang
tidak segera ditanggulangi, berdampak pada psningkatan
kondisi ketidak-stabilan usaha (bisnis) yang akhimya menyebabkan semakin
buruknya rancangbangun Usaha Kecil secara berkelanjutan (Richard, 1996).
Pada masa mendatang fokus upaya pembinaan Usaha Kecil tersebut perlu
diterapkan secara bijak, mengingat kalau tidak dikendalikan maka berpotensi
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Hubungan antara Usaha Kecil dan Krisis Lingkungan digambarkan oleh
k v a l l (1985) sebagaimana Gambar 1. Pertama, limbah yang dihasilkan oleh
Usaha Kecil secara kumulatif dalam jumlah yang besar akan rnendomng
tejadinya krisis lingkungan. Kedua, penggunaan surnberdaya alam sebagai
bahan baku produksi yang dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan
membribn dampak'ne@f t&&p
as-
liiigman.
1 Gwnbar 2 menunjukkan bahwa delam k u ~ nwakW
%.T--
1980 - 1998, kju
pem angan limbah wmhbqga telah msningkat tam h i w a 20%,
sedangkan laju pencemaran yang diakibatkan
OM NOx dan
C@ juga ikut
meningkai tajam hingga 20% - 25%. Di sisi lain, laju pmyusubn sumberdaya
alam, dilihat dari jumlah ketersediian air bersIh dan luas lahan hutan, dalam
kuiun waktu 1970-1996 menurun tajarn hingga 40%. Ekaplnitasi sumbdaya
alam lainnya seperti: energi, lagam, maupun sumberdaya
alam yang
terbaharukn, juga menunjukkn kecenderungan dilakukan aecara berlebihan.
DA terbaharuka n
160
Gambar 3.
mu psnggunaan enmgi, logain dan sumkrdaya aiam yang
terbahanrkan (UNDP,W90)
Gambar 3 memprlhatkan baM dalam kurun wak€u W50-1996, faju
penggslnaan energi meningkat tajam hingga 3OE%.Sedanghn lajsl penggunaan
lagam dunia dalam kurun waktu 1980-1996 juga mmunjukkan peningkatan yaw
cukup signman, Mikian pula penggmaan surnkrdaya slam yang
terbaharukan, seperti kayu, tangkapan hasil laut dan pemanfaatan air, telah
mengalami kenaikan vana sangat besar hingga manwpai 40%60% (197&
1996). Meskipun sumberdaya alam itu dapat diperbaharui, npmun sumberdaya
alam seperti kayu, tangkapan hasil laut dan air tersebut apabila dieksplotasi
melebihi laju proses pemulihannya akan mengakibatkan timbulnya krisis
lingkungan yang berkepanjangan.
Kondisi tersebut, perlu dicermati sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan tentang tlsaha termasuk Usaha Kecil. Mengingat jumlah
Usaha Kecil yang sangat besar di Indonesia, maka dalam rangka menghindari
tejadinya krisis lingkungan, kegiatan Usaha Kecil pedu diintmensi agar tidak
semata-mata dilaksanakan untuk memenuhi kepentingan ekonomi yang
diselaraskan dengan aspek sosial, tapi juga hams dapat membantu memenuhi
tuntutan kepentingan lingkungannya (aspek ekologis).
Upaya yang perlu dilakukan adalah menyediakan kebijakan publik
tentang Usaha Kecil yang mampu mendorong terwujudnya perubahan perilaku
dan wawasan (pandangan) para pengusaha kecil dan sfakehdde~lainnya, dari
sekedar berfikir menghasilkan produk menjadi pengambil keputusan yang
berpandangan holstik dengan wawasan 'menghasilkan produk yang diperlukan
masyarakat, melalui kegiatan yang sesuai dengan kondisi sosial setempat, yang
ramah lingkungan serta ikut mendukung keiestarian lingkungannya".
Perubahan tersebut menjadi landasan dalam proses pengembangan
kebijakan rnaupun proses pelaksanaannya yang mendwong berbagai program
atau kegiatan pemanfaatan surnberdaya Ingkungan secara M h efisien dan
dapat melindungi ketersediaannya, serta aplikasi dari kegiatan eksploitasinya
secara berkelanjutan (Pearce, 1989). Penerapan kebijakan dan b e h g a i
program yang dikembangkan perlu dijaga konsistensinya melalui sistem
pengawasan dan kontrol, termasuk upaya pubiikasi inforrnasi kualitas
lingkungan, sehingga memungkinkan untuk dilakukan upaya pencegahan sedini
rnungkin keiika ditemukan banyak penyimpangan dari ketentuan yang telah
ditetapkan dalam praktek (Bingham, 1989). Menurut Economopoulos (1983)
kunci kesuksesan dalam sistem kontrol terhadap polusi atau pencemaran
lingkungan adalah pengembangan strategi yang efektii yang memperhatikan
aspek ekonomi, teknis dan manajemen atau organisasi. Langkah tersebut
diharapkan akan dapat mengoptimalkan terjaganya kualitas dan jumlah produk
industri yang dihasilkan.
Secara konseptual, Endres (1989) menyatakan bahwa upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara menerapkan sistem pmduksi bersih (cleaner
production), yang didukung oleh tata aturan dan kebijakan yang mendasarinya.
Contoh dari pndapat ini misalnya dalam ha1 penerapan kebijakan tentang
lingkungan, yang diwujudkan melalui penetapan itriteria standar emisi; atau
penetapan syarat penggunaan teknologi; maupun ketentuan tentang pelarangan
penggunaan sejumlah bahan baku tertentu dalam kegiatan produksi. Orientasi
penerapan konsep dan sistem tersebut adalah mengubah sasaran kegiatan
pengendalian kondisi lingkungan, dari pola pengaturan dan pengawasan secara
ketat, menjadi kegiatan pengendalian yang berpola memenuhi prmintaan pasar
serta dilengkapi dengan penerapan sistem insentif bagi pihakgihak yang telah
berupaya memenuhi kriteria Ingkungan yang ditapkan. Adapun kriteria-kriteria
dimaksud mencakup antara lain: (1) efisiensi penggunaan sumberdaya; (2)
ketepatan ekologis, yang bukan berdasar trial and
e mmdet
(3) terwujudnya
inovasi penyempumaan teknologi; dan (4) kelayakan politisnya (Endres,1989).
Masarkan
inventarisasi,
peraturan
yang
menyangkut
aspek
lingkungan belum ada dan masih diperlukan peraturan untuk melindungi hidup
manusia dan sumber alam (Abdumhman, 1992). Peraturan perundangundangan yang ada pada dasamya berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya
alam dan bersifat parsial sektoral (Sodikin, 2003). Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa dukungan kebijakan terhadap penerapan praduksi bersih
dikalangan Usaha Kecil belum efektif. Weston dan Studrey (1994) menyatakan
bahwa suatu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hambatan
penerapan teknolqi benih meliputi aspek teknis sebesar 10% (ketersediaan dan
keterampilan), aspek keuangan sebesar 30% dan aspek kebyakan (organisasi
dan legislatif) mencapai 60%.
Berkaitan dengan hal tersebut, Silalahi (1981) berpendapat, bahwa
proses
penegakan
hukum
lingkungan perlu
mempertimbangkan dan
memperhatikan secara seksarna dua faktor kritis, yaitu law enforcement atau
upaya penegakan hukum dalam praktek, dan compliance atau upaya
menciptakan kondisi agar masyarakat bersedia mentaati ketentuan dalam
praktek atas sejumlah ketentuan dan perundang~ndangantentang lingkungan.
Secara operasional diketahui ada dua pendekatan yang dipakai untuk
menerapkan konsep produksi bersih sebagai pilihan guna menjaga keiestarian
lingkungan, yakni: (1) pendekatan yang mengacu pada pertimbangan teknis; dan
(2) pendekatan yang mengacu pada pertimibangan aspek sosial, dalam arti
bahwa pelaksanaannya akan melibatkan partisipasi masyarakat. Keterkaitan dua
pendekatan itu dapat ditemulran melalui aplihsi kebijakan yang mencakup
program produksi bersih di kawasan industri dengan orientasi untuk
mengendalikan dampak pencemaran lingkungan yang terjadi.
P m s pengendaliannya diintegrasikan melalui proses internhi antar
komponen ekonomi, sbsial dan lingkungan, yang saling terkai dalam kerangka
menumbuhkan Usaha Kecil. Komponen ekonomi terkait dergan aspek bisnis
melalui pengambilan keputusan yang rasional, komponen sosial terkait dengan
aspek peran serta dan partisipasi masyarakat, sedangkan komponen lingkungan
terkait dengan aspek menjaga kdestarian dan kualitas lingkungannya yang dapat
mendukung proses pembangunan berkelanjutan.
12 .
Pokok Permasalahan
Kegiatan usaha yang dilakukan Usaha Kecil bertujuan rnengkonversibn
bahan baku melalui proses produksi yang menghasilkan suatu produk yang
diterima dan mempunyai nilai ekonomis. Oalam perkembangannya dasar
pertimbangan nilai ekonomi berubah menjadi nilai usaha yang tidak hanya
ditentukan oleh kepentingan prduksi namun juga memperhatikan sumberdaya
alam. Hal tersebut disebabkan aktivitas usaha dapat menimbulkan dampak
negatif yang cukup potensial terhadap siklus bahan baku, eksploitasi, ekstraksi,
dan transformasi~yake dalam proses konsumsi energi, hasii limbah, pemakaian
p d u k serta buangan oieh konsumen (Puspita, 1993).
Oengan demikian nilai
usaha diekspresikan sebagai fungsi rrilai produk dan proses dengan melibatkan
fungsi kontrol sejalan dengan fungsi konversi energi dan sumberdaya atau
dengan kata lain tercipta harmonisasi pemenuhan antara keperttingan ekonomi,
sosial dan lingkungan.
Mernperhatikan peran Usaha Kecil yang amat
b a r dan penting dalam
ketahanan ekonomi masyarakat maka upaya pemberdayaan Usaha Kecil telah
menjadi pernasalahan nasional.
Kebijakan puMik harus mampu mendorong
peningkatan kapasitas Usaha Kecil rnenjadi rnandiri dan M a y a saing serta
menjamin keberlanjutan usahanya d q a n menjaga keseimbangan lingkungan
sosial dan mencegah pencemaran lingkungan alam.
Kebijakan Usaha Kecil
seharusnya mampu mendororrg Usaha Kecil mmrapkan prinsipprimip
produksi bersih sehingga kesejahteraannya tejamin dan keleshrian lingkungan
Pokuk pemasalahannya adalah belum ada kebijakan publik yang secara
efektii mengarahkan atau menjaga agar Usaha Kecil melaksanakan prinsip
prinsip produksi bersR. Kebijakan saat ini bersifat umum cialam ha1 pemanfaatan
sumberdaya alam dan baku mutu limbah, sehingga dipedukan strategi kebijakan
yang lebih komprehensif.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mewmuskan kebijakan Usaha Kecil yang
brbasis produksi bersih.
Tujuan operasionalnya adalah (1) rne~iumuskan
asumsi-asumsi dasar pengembangan kebijakan, (2) rnenganalisis kineja Usaha
Kecil dan (3) rnerumuskan prioritas strategi kebijakan.
1.4. Manfaat Penelitian
1) Bagi Pemerintah : rnemberikan masukan dalam rnerumuskan kebijakan
publik pengembangan Usaha Kecil, yang mampu menghannonisasikan
aspek ekonomi (bisnis); sosial (peran serta masyarakat) maupun
lingkungan fisik atau kualitas kondisi lingkungannya. Selain itu juga
memberikan masukan dalam merurnuskan strategi pembinaan Usaha
Kecil untuk penyusunan programgrogram pengembangan Usaha Kecil
yang berdaya saing dan sesuai dengan prinsipprinsip pembangunan
bet-kelanjutan.
2) Bagi Usaha Kecil : meningkatkan kualis proses pengarnbilan
keputusan bisnis, yang bemrientasi pada hamnisasi aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan sehingga Usaha Kedl mampu mengembangkan
usahanya secara mandiri clan berdaya saing.
3) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan : introduksi metddogi yang
merangkai berbagai teknik analisis rnelalui pendekatan sistem untuk
menghasilkan model kebijakan Usaha Kecil krbasis Pmduksi Bersih.
BAB I1
TlNJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengembangan Usaha Kecil
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil menyatakan
bahwa Usaha Kecil merupakan 'kegiatan ekonomi rakyat" yang berskala kecil
dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta status
kepemilikan, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang tersebut. Usaha
Kecil tersebut mencakup Usaha Kecil informal, Usaha Kedl tradisional maupun
kegiatan ekonomi rakyat lain yang berskata mikro. Di bebrapa negara, definisi
Usaha Kecil hanya memakai satu kriteria, yaitu jumlah tenaga keja saja atau ada
juga yang menambah kriteria dengan besarnya hasil penjualan (Rietveld, 1989).
Dalam Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Keul, ada pengertian
Usaha Kecil yang juga rnencakup Usaha Kecil informal, Usaha Kecil tradisional
maupun kegiatan ekonomi rakyat lain yang berskala mikro.
Dalam P a d 5 Bab HI Undang-undang No. 9 bhun 1995 semra spesiftk
ditetapkan kriteria Usaha Kecil, s e m i krikut:
1)
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usahs;
2)
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar;
3)
Dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;
4
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabarrg
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau yang berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
5)
Be-ntuk
usaha orang perseorangan, badan m h a yaw tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang brbadan hukurn, temrasuk koperasi.
Dalam penelitiannya, BPS (2004)memakai definisi operasional tentang
Usaha Kecil, yaitu sebagai :
"Kegiatan ekonomi, yaw dilakukan oleh perseorangan atau rumah
tangga maupun suatu badan, bertujuan memproduksi barang atau jasa
untuk diperniagakan secara komersial dan memiliki omzet penjualan
sebesar satu miliar rupiah atau kurang. Omzet itu dihitung dalam satu
tahun kerja."
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) mendefinisikan
'Industri Kecil", dengan memakai kriteria kekayaan bersih dan ornzet usaha,
yang mengacu pada batasan Usaha Kecii dalam Undang-Undang Namar 9 tahun
1995 tentang Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
'Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
perseoranganlnrmah tangga maupun suatu badan, dengan tujuan untuk
memproduksi barangljasa guna diperniagakan secara komersial; yang
mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta dan mernpunyai
nilai penjualan {omzet) per tahun sebesar Rp. 1 miliaclkurang".
BPS (2004) menyatakan, bahwa jumlah Usaha Kecil tercatat 42.326.520,
meningkat sebesar 2,93016 dari tahun sebelumnya. Kontribusinya pada PDB agak
naik dari 40,26% (2002) menjadi 40,55014 (2003). Sedangkan jumlah pengusaha
kecil tetap pada posisi 99.85% dari jumlah seluruh pengusaha yang ada. Usaha
Kecil memiliki kapasitas dan peluang menampung tenaga keja barn, yang
diindikasikan jumlah tenaga keja yang dapat diserap Usaha Kecil pada tahun
2002 tercatat sebanyak 68,2 juta, sedang pada tahun 2003 jumlah itu menjadi
70.282.178 mng,atau naik sebesar 2,86%. FaHa tersebut menunjukkan Usaha
Kecil merniliki peran dan posisi strategis dalam perekonomian nasional.
Usaha Kecil mempakan begian integral dari dunia usaha nasional dan
mengemban fungsi melayani kebutuhan ekonomi masyarakat luas #cam prima.
Namun demikian, posisi ekonominya kerap kali kurang membfikan keuntungan
bagi perkembangannya. Di samping itu, Usaha Kecil juga berperan sebagai
wahana untuk melakukan proses pemerataan dan peningkatan pendapatan bagi
rnasyarakat kecil serta memenuhi kebutuhan aspek sosial pelakunya. Usaha
Kecil juga diharapkan dapat ikut mendorong terjadinya percepatan dalam proses
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjaga stablitas kondisi perekonomian
pada khususnya (Sartika dan Soejoedono, 2002).
Pengembangan Usaha Kecil dilakukan melalui peningkatan peiuang dan
pembinaan kemampuan Usaha Kecil, seperti: pencadangan usaha, pemberian
bantuan pendanaan atau permodalan usaha; serta pembinaan teknis kualitas
sumberdaya manusia. walaupun belum sepenuhnya berhasil rnemperkuat
kemampuan dan posisi Usaha Kecil sesuai dengan potensi yang dimilikinya
(Sartika dan Soejoedono, 2002). Pola keberpihalian yang beialan selama ini
masih belum efektif, sehingga Usaha Kedi belum sepenuhnya memperoleh
pelayanan yang optimal. Hal tersebut disebabkan belum adanya iklim usaha
yang kondusif dan dukungan kebijakan yang implementatif yang menjadikan
interaksi yang harmonis dan saling melengkapi antara Usaha Kecil dengan
stakeholders lainnya terutama Usaha Menengah dan Usaha Besar. Kalaupun
sudah ada
kebijakan namun
penerapan kebijakan tersebut sering tidak
dijalankan atau dipatuhi.
Permasalahan Usaha Kecil menjadi lebih komplek, terutama dalam
menghadapi penrbahan ekonomi dunia dengan krlakunya era perdagarsgan
bebas. Perubahan tersebut menuntut Usaha K&l
untuk mampu memenuhi
persyaratan IS0 14001 sehingga menjadi kmbaga ekarmmi yang tangguh dm
mandiri. Untuk mencapai ha1 tersebut, pengembangan Usaha Kecil hams
dilakukan dengan mernperhatikan kondisi internal maupun ekstemalnya. Dengan
kata lain, Usaha Kedl sebagai obyek yaw akan dikembangkan harus dipandang
satu kesatuan komponen sisternik yang ferdiri atas; input, proses dan output
yang dihasilkan sebagaimana tersaji pada,G a m h r 4 (Alikodra, 2002).
Gambar 4, Interaksi Usaha Kecil dengan Lingkungan (Altkodra, 2002)
Skerna pada garnbar 4, menunjubn Wrkaitan antar komponen d a m
sitstem kegiatan Usaha Kecil dengan lingkungannya, Ketakairtan komponen input
dengan tingkungan digambarkan melalui penggunaan surnkrdaya a b .
Kegiatan dcspl05tasi secara tidak bertebihan harus d i l a W n untuk m e n w
keseimbangan dam. J i b kegiatan eksploitarsi s u m M a y a alam dlakukan
sewra Webihan akan berpotensi merusak ekistensi lingkungan di sewmya,
Keterka'Mn kedua adaiah antara proses produksi dahm sisfm kegiafan
Usaha Kecil dengan lingkungan. Proses rnerupakan pengolahan input untuk
mengubah bentuk dan memberi nilai tambah. Dslam proses tersebut apabila
ieknologi proses yang digunaQcan tidak rarneh lingkungan akan b e r p ~ ~
rnenirnbulkan perusalcan afau pcemaran lingkuogan.
Keterkaitan ketiga adalah antara output dalam sistem kegiatan Usaha
Kecil dengan lingkungan. Komponen output berupa produk berpotensi
mencemari lingkungan atau membahayakan kelangsungan hidup konsumen,
antara lain produk yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, pengiunaan
kemasan yang suht didaur uiang dan limbah yang tidak memenuhi baku mutu.
Adanya keterkaitan antara sistem kegiatan Usaha Kecil dengan lingkungan
merupakan fakta yang hams dipertimbangkan dalam pembangunan Usaha Kecif.
Secara ekologi, pernbangunan merupakan gangguan terhadap keseimbangan.
Gangguan terjadi akibat adanya perubahan dari keseimbangan lama kepada
keseimbangan baru yang memiliki potensi pengaruh terhadap kestabilan sistem
ekologi (Achmadi, 1992). Soemarwoto (1999) menyatakan kalau ditinjau dari sisi
ekologi. proses pembangunan sebenamya merupakan suatu "gangguan".
Gangguan itu akan mempenga~hikeseimbangan lingkungan, yang kemudian
akan kembali tercapai pada posisi baru setelah melalui proses pembangunan.
Uraian itu telah menernpatkan Usaha Kecil dalam dinamika pembangunan
nasional yang berkelanjutan.
Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang berorientasi lingkungan
telah menjadi pehatian intemasional. Pada tahun 1982 di Rio de Jeneim,
Brasilia, kesepakatan antar negara telah menghasilkan paradigma pernbangunan
barn,
yang dikenal sehagai 'pembangunan
krkelanjutan" (sustainable
development). Keputusan tersebut merupakan komitmen kerjasama global
seluruh negara di dunia dalam rnewujudkan keberlanjutan perekonornian dan
masyarakat yang berwawasan lingkungan (Sulaiman, 2001). Seluruh Negara
diharapkan secara konsisten menggunakan prinsipprinsip pembangunan
berkelanjutan, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup generasi di masa
mendatang melalui cara rnenekan semaksimal mungkin tejadinya perusakan
lingkungan.
Kebutuhan adanya
kebijakan yang
memperhatikan kepentingan
lingkungan muncul karena proses pembinaan Usaha Kecil sampai saat in; masih
berorientasi pada as@
pertumbuhan saja, dan belum mempertimbangkan
aspek-aspek lain yang terkait dan berpengaruh timbal balik. AIasan rasiohalnya
karena Usaha Kecil lebih membutuhkan perolehan penciapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengenda5an pencemaran masih di
YANG BERBASIS PRODUKSl BERSIH
li!
I
OLEH :
CHAIRLIL FADJAR SOFYAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTttUT PERTANIAN BOGOR
2004
ABSTRAK
Chairul Fadjar Sofyar, Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil yang Berbasis
Prduksi Bersih. Di bawah bimbingan Hadi S. Alikdra sebagai Ketua,
Koeswardhono Mudikdjo den Eriyatno masingmasing s-ai
anggota komisi.
Usaha Kecil merupakan salah satu pelaku kunci dalam
pembangunan nasional. Kemampuan Usaha Kecil dalam
proses
mempertahankan
kondisi usahanya pada saat krisis ekonomi menrpakan bukti nyata sektor Usaha
Kecil memiliki kekuatan. Selaras dengan pendapat Naisbitt (1994), bahwa pada
kondisi perekonomian global yang serba terbuka menyebabkan kegiatan Usaha
Besar menjadi semakin rawan, sebaliknya kegiatan Usaha Kecil justru semakin
mampu bertahan.
Jumlah Usaha Kecil sebesar 42.326.520 unit krpotensi mendomng
tejadinya krisis lingkungan disebabkan limbah yang dihasilkan secara kumulati
menjadi jumlah yang besar serta penggunaan sumberdaya alam sebagai bahan
baku produksi dilakukan secara berlebihan. Kerusakan lingkungan yang tidak
segera ditanggulangi, berdampak menumbuhkan kondisi ketiiak4abilan bisnis
yang akhimya menyebabkan sernakin sulitnya melaksanakan pembangunan
berkelanjutan.
Pokok permasalahannya adalah k l u m ada kebijakan puMik yang secara
efektii mengarahkan atau menjaga agar Usaha Kecil melaksanakan prinsip
prinsip produksi bersih. Kebijakan saat ini masih hers-ktt umum dalam ha1
pemanfaatan sumberdaya alan dan baku mutu limbah, sehingga diperlukan
kebijakan yang lebih komprehensif.
Penelitian ini bertujuan untuk mewmuskan kebijakan Usal'ta Kecil Yang
Berbasis Produksi Bersih. Manfaat khususnya bagi Pemerintah adalah
mernberikan masukan dalam rnerumuskan kebijakan puMik d m b a n g a n
Usaha Kecil, yang mampu mengharmonisasikan kepentingan aspek ekonomi
(bisnis); wial (peran serta rnasyarakat) maupun lingkungan atau kualis kondisi
lingkungannya.
Obyek penelitian adalah tiga jenis Usaha Kecit yaitu taproka, pembatikan dan
penyamakan kulit. Pemilihan obyek penelitian dilakukan dengan pertimbangan
bahwa ketiga jenis Usaha K d l tersebut terrnasuk dalam 14 jenis industri
penghasil limbah yang cukup berbahaya sebagaimana tercantum dalam Surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor :'KEP-
031MENKLHIIII1991. Lokasi penelitian ditentukan sacara putpmke berdasarkan
keberadaan dan jumlah Usaha Kecil terpilih serta pengelompokannya di daerah
yaitu Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, Kabupaten Klaten dan
Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Garut Propinsi dawa Barat.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan rnenggunakan
serangkaian kombinasi metode analisis
yang terdiri atas: m e t d e statistik
inferensi, metode analisis MEP (Measurement Environmental Performance),
analisis SAST (Strategic Assumption Surfacing and Testing) serta metode
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opporfunities and Threats) di samping metade
AH P (Analytical Hierarchy Process).
Hasil penilitian mengindikasikan bahwa (1) ketga kelornpok usaha kecil tidak
krbeda
secara
signifikan
dalam
persepsinya
terhadap
faktor-faktor
pengembangan kebijakan, sehingga faktor-faktor pengembangan kebijakan
tersebut dapat bersifat inklusif, (2)
ketiga kelompok Usaha Kecil memiYki
keragaman organisasi yang tinggi terhadap aspek lingkungan alam dan aspek
bisnis serta cenderung berperilaku lebih mementingkan aspek bisnis dibanding
pada aspek lingkungan. Selain itu, analisis SAST telah menghasilkan asurnsi-
asumsi dasar pengembangan kebijakan,
alternatif strategi kebijakan dan
prioritas kebijakan datam pengembangan Usaha Kecil b h s i s produksi bersih
didapatkan melalui analisis SWOT dan AHP.
Berpijak pada konsep Industrial E w b g y serta mengacu pada prioritas
kebijakan dan asumsi-asumsi dassr tersebut maka dirumuskan kebijakan model
Sentra Usaha Kecil dengan Limbah Sejenis (SUKLiS). Model SUKLiS yang
dirancang secara holistik dalam penanganan limbah padat maupun cair
krorientasi menghamonisasikan kepentingan ekonorni, sosial budaya dan
lingkungan, melalui rnekanisme interaksi dinamik dan positif ankr komponen
organisasi sentra, masyarakat di sekitar sentra, instansi Pemerintah dan pelaku
ekonomi lain yang berkepentingan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran
kebijakan tersebut.
Model
SUKLiS dapat
dilaksanakan apabila
terpenuhinya
kondisi
adanya (1) ketejaminan kondisi ekonomi, sosial, politik dan keamanan negara
melalui penegakan hukum dan pengawasan oleh Pemerintah, (2) interaksi dan
partisipasi aktif dari seluruh Stakeholders yang terkait datam
pelaksanaan
produksi bersih mulai dari perencanaan, implementasi dan pengawasannya, (3)
ketersediaan informasi tentang teknologi produksi bersih (4) kesadaran,
kesiapan dan konsistensi semua elemen bangsa dalam menegakkan hukum
tentang lingkungan, (5) tolok ukur yang jelas untuk keberhasilan program yaw
sesuai dan me~yangkut penerapan teknobgi
produksi brsih secara
komprehensif.
Hasil verifikasi melalui studi komparasi kebijakan dan FGD di 3 lokasi
penelitian, mengindikasikan bahwa model SUKLiS dapat lebih mewujudkan
fungsi perlindungan bagi Usaha Kecil dan masyarakat sekiarnya, mengingat
penerapannya sebagai sarana pembangunan berkelanjutan sesuai dengan
konsepsi Industrial Ecdogy (El) dan relevan dengan pemikiran temada p
lingkungan (Ecdogical Thinking).
Pelaksanaan model SUKLiS pedu didukung dan diperlukan keterpaduan
kebijakan yang tercakup dalam berbagai ketentuan perundang-undangan, seperti
di bidang Usaha Mikm dan Kecil, Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan Otonomi
Oaerah serta ketentuan terkait lainnya yang mendukung penerapan
Model
SUKLiS. Pengkajian lebih lanjut diprlukan untuk menetapkan jenis-jenis insentif
dan perkurltan yang dibutuhkan untuk mendukung aplikasi kebijakan Usaha Kecil
yang berbasis produksi bersih.
ABSTRACT
Chairul Fadjar Sofyar. Pdicy Development of Cleaner Production Based
Small Enterprises. A Case Study in fapioka, Tannin Leather and Batik
Processing Small Industries (Counselor: Hadi S. Alikodra, as chaihan;
Kooswardhono Mudikdjo and Eriyatno, as member)
This research was conducted to construct a model of development @icy
for small enterprises which based on cleaner production, and able to integrate
three aspects: economic, social and environment. The importance of
environmental managemeni issues in globalizath era induced fhis objective.
This research was carried out through system approach by using several
methods, such as: Statistical inference, SAST (Strategic Assumption Surfacing
and Testing), SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats)
analysis; MEP (Measurement Environment Performance) and AHP (Analytical
Hieramhy Pnxess) as comprehensive analytical technique fo design appropriate
public policy. Field survey combined with consolidated opinrbn of stakeholders.
throush focus gmup discussions had produced basic essumpfions and strategic
prionfy in developing policy for small enterprrses.
This research indicated that most small enterpn'ses did not fully concern
on the cleaner production principles. Therefore, the @icy model called SUKLiS
was developed as clusfering of gmups of similar small enterprises which produce
indifferent waste, and the management based on lndusfrial E d q y concept. The
SUKLiS model also indudes strengthening competency of the responsible small
scale enterprises on the pollution contrd, environmental quality enhancement
and proactive technical regulation along with profective actions. Incentive
mechanism should be introduce for small enfeipn'ses and other instifuths which
is applying successfully cleaner production progmm. Community participation
improvement as well as policy coordination supported by infomatrbn exchanges
among stakeholders was recommended.
Keyword : @icy model, cleaner product&n, mall enterptises, jnduMal ecology
SURAT PERNYATAAN
Saya msnyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pemyataan dalam
Disertasi saya yang berjudul :
Pengembangan Kebijakan Usaha Kwil yang hrbasis Produksi Bemih
adalah gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan Komisi
Pembirnbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini
belum pemah diajukan untuk mernperobh gelar apapun di Perguruan Tinggi lain.
Semua data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jebs dan
dapat diperiksa kebenarannya.
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN USAHA KEClL
YANG BERBASlS PRODUKSI BERSlH
OLEH :
CHAIRUL FADJAR SOFYAR
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar M o r
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan .
SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
Judul Disertasi
: PEGEMBANGAN KEBIJAKAN USAHA KEClL
YANG BERBASIS PRODUKSI BERSIH
Nama Mahasiswa
: Chairul Fadjar Sofyar
Nomor Pokok
: 99522908
Program Studi
: llmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
J
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS.
Ketua
2. Ketua Program Studi
Pengelolaan Sum berdaya Alam
dan Lingkungan
Dr. Ir-SurionoH. Sutiahio, MS.
Tanggal Lulus : 08 April 2004
ah Pascasarjana
v m4
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Mei 1954 di Bandung, Jawa Barat,
sebagai Putera ketiga dari Alm. Bapak Sofyar dan Ibu Sekartini Sofyar. Penulis
adalah alumnus Fakuhas Ekonomi, Universitas Padjajaran tahun 1979 dan
menyelesaikan pendidikan Pascasajana
(52)
Jurusan Manajemen Sumberdaya
Manusia di lPWl pada tahun 1996. Selanjutnya,sejak tahun 2000 memulai
pendidikan Pascasajana (S3)pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Lingkungan, IPB.
Perjalanan karir struktural mengantarkan penulis menjadi Sekretaris
Menteri Negara Koperasi dan UKM sejak tahun 2001 dan sampai April 2004
masih aktif dalam jabatan tersebut. Sebelumnya bertugas sebagai Deputi Bidang
Pengembangan Usaha pada Badan Pengembangan Sumberdaya Koperasi dan
UKM (BPS-KPKM) tahun 2000-2001, dan sebagai Asisten Deputi Umsan
Tatalaksana Koperasi dalam periode tahun 1999-2000, sedang tahun 1998-1999
sebagai Direktur Perdagangan Distribusi dan Aneka Jasa pada Kantor Menteri
Negara Koperasi dan UKM.
Kegiatan di masyarakat, Penulis sarnpai sekarang masih akti di
kepengurusan lkatan Aiumni Universitas Padjajaran (IKA-UNPAD) sebagai
anggota Komite Eksekutif. Di samping itu, masih aktiif
dalam Pimpinan
Paripuma Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN), sebagai Pengarah pada
Central Development Small and Mediuni Enterprises (CD-SMEs) serta sebagai
Ketua I dalam kepengurusan Yayasan Pendidikan Koperasi (YAPENKOP).
Penulis terlibat aktii dalam berbagai Tim Nasional untuk mendukung kegiatankegiatan yang terkai w a n pengembangan KUKM serta untuk penyelesaian
berbagai masalah strategis di tingkat nasional, baik secara internal maupun lintas
sektoral.
Penulis juga sefing mengikuti kegiatan Diskusi Ilmiah, Seminar,
Lokakarya, Simposiurn baik sebagai peserta, narasumber dan pembicara, di
tingkat lokal, nasional, rnaupun intemasional, temtama yang terkait dengan
bidang pemberdayaan usaha kecil dan persoalan lingkuttgan hidup. Sabh satu
tulisan yang dihasilkannya telah mengungkapkan keterkain Usaha Kedl
dengan Lingkungan, adalah Urgensi Pengembangan Produk-produk Usaha Kedl
yang Ramah Lingkungan di majalah Infokop.
Pada Tahun 1980 menikah dengan Rucky Andayani dan dikafuniai t ~ a
orang Putera yaitu Randy Ravenala (mahasiswa S1 di Arizona State University,
USA); Rama Oevara (Siswa SLTA Al-lzhar) dan Dayan Rivaldi (Siswa SD
Harapan Ibu).
PRAKATA
Segala puji dan syukur yang mendalam kami panjatkan kehadirat AHah
S W yang menjadi sumber ilham, sumber ilmu pengetahuan dan yang ernpuNYA
pitar kebenaran, kebaikan serta kesempumaan tertinggi. Hanya karena-NYA-lah
semua bejalan dengan lancar dan baik, sehingga studi dan penulisan Disertasi
yang bejudul " Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil Yang Berbasis
Produksi Bersih" ini dapat disusun dan diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS, Bapak Prof. Dr. Ir.
Koeswardhono Mudikjo, M.Sc., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Eriyatno, M.Sc., selaku
Kornisi Pembimbing yang dengan bijak dan sabar senantiasa memberikan
motivasi, bimbingan, arahan kepada penulis di tengah kesibukan bsliau, yang
kesemuanya menjadi mutiara sangat berharga bagi penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Menteri
Negara Koperast dan UKM atas kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk
menyelesaikan studi Pascasajana di IPB.
Ungkapan terima kasih, secara khusus kami sampaikan pula kepada yang
terhormat :
1. ReMor lnstitut Pertanian Bogor;
,2. Prof. Dr. Lr. Hj. Syafrida Manuwoto, M.Sc.,Dekan Sekolah Pascasajana IPB;
3. Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.Sc, Dekan FakuRas Teknologi Pertanian IPB dan
sebagai penguji luar komisi ujian tertutup;
4. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.Sc., Ketua Program Studi PSL, IPB;
5. Para Dosen di lingkungan program studi PSL dan Sekolah Pascasajana IPB
khususnya : Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, M.Sc.,
Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan
Suratmo, M.Sc., Prof. Or. Ir. Marimin, M.Sc., Dr. lr. Ligaya ITA Tumbelaka,
M.Sc., Dr. Ir. Andry .Indrawan, M.Sc., Dr. Ir. Yonny Koesrnaryono, Dr. Ir.
Mahfud, M-S;
atas bekal ilmu, arahan dan segala masukan yaw diberikan dan bermanfaat bagi
penulisan disertasi ini.
Kepada selunrh jajaran di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM,
terima kasih atas dukungannya. Untuk ternan-teman sepejuangan di kelas
Bangda, terima kasih atas spirit dan dukungan serta kebersmaan dan bantuan
diskusinya, dengan harapan semoga kekmpakan tersebut dapat t m s brlanjut.
Kepada orang tua yang penulis sayangi, Ayahanda (Am.)Sofyar dan
lbunda Sekartini Sofyar sebagai sum& kasih sayang, yang telah rnernbesarkan
dan rnendidik penulis dengan berbagai petuah yang bijak dan doadoa yang tak
henti-hentinya mengalir. Hanya untaian rasa terima kasih yang tulus dan
kebanggaan sebagai Putranya-lah yang dapat penulis persembahkan. Khusus
kepada yang penulis sayangi dan kasihi, Istri tercinta Rucky Andayani, anakanakku Randy Ravenala, Rama Devara, dan Dayan RivaMi, yang telah
menunjukka~kasih sayangnya dengan penuh pengertian, seialu =bar dan setia
mendampingi serta memberikan dukungan moril dan spirit dati waktu Ice waktu,
penulis sampaikan pula rasa cinta yang sangat mendatam dari seorang suarni
dan seorang ayah.
Kepada rekan-rekan: S o e h t o Hadisoegondo, Yogasmara Ariadji, Redy
Handoko, Yani, Wildan, Suhaimi, Agus, Asep, Etra, Agus Efferrdi, Sugianto yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta mernberikan berbagai input
yaw krharga guna mendukung penyelesaian Oisertasi ini disampaikan pula
rasa terirna kasih.
Kepada Kernenterian Lingkungan Hdup, Biro Pusat Statistik '(BPS),
Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Gadjah M d a (UGM), Universitas
Lampung (UNLAM), Pemda Kabupaten Lampung Tengah, Klaten, Sukohajo,
dan Garut atas dukungan kelancaran pelaksanaan penelitian kami.
Kepada seluruh staf di bagian administrasi Sekolah Pascasajana IPB dan
Program Studi PSL, terirna kasih atas bantuannya dalam memperlancar kegiatan
studi Penulis dan kegiatan lain yang sehingga terselenggara untuk memenuhi
syarat penyelesaian program doktoral ini. Akhimya untuk semua pihak yang
telah begitlr banyak memberikan dukungan dan kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung, namun dalam hal ini tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tiada terhingga atas dukungannya.
Atas segala niat dan ha1 terbaik yang teiah diberikan kepada Penulis, tiada
balasan yang dapat disampaikan selain doa tulus semoga Allah SWF mernbalas
amal dan budi baik yang telah diberikan dan semuanya serrantiasa berada dalam
lindungan-Nya. Amin.
lbarat iak ada gading yang tak retak, begitupun Disertasi ini, untuk itu
segala saran dan koreksi kiranya dapat menjadi masukan yang berharga bagi
penyempurnaannya.
Bogor, 08 April 2004
Penulis
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ii
ABSTRACT .........................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... ix
PRAKATA ..........................................................................................................xi
...
OAFTAR IS1 ...................................................................................................... XII~
OAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
I.
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................1
1.2. Pokok Pernasalahan ........................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... -10
1.4. Manfaat Penetitian ..............................................................................10
II. TlNJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 1 2
2.1. Pengembangan Usaha Kecil ............................................................
12
2.2. Aplikasi Produksi Bersih......................................................................19
2.3. Pengembangan Kebijakan ................................................................
33
........................................ 39
2.4. Pendekatan Sistem .............................. .
.
2.5. Industrial Ecology ..............................................................................
-45
2.6. Metode Strategic Assumption Surfacing and Tesfing (SAS T) .............. 52
2.7. Metode Measumrnent of Envimmental Performance (MEP) ............ -54
2.8. Strengths, Weaknesses, Opportunifies and Threats (SWr07)
Analisys .............................................................................................
-58
2.9. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) .....-................... - .......*.*..
62
.............................................................................................
2.10. Verifikasi
-65
-66
I II. METODOLOG1 PENELlTlAN ..................................................................
...........................................................................
3.1 . Kerangka Penelitian
66
3.2. Obyek Penelitian ............................................................................... -68
3:3 . Tahapan Penelitian ............................................................................. 71
3.4. Teknik Analisis ................................................................................. ..-74
IV. KEADAAN UMUM OBYEK PENELITIAN ................................................... 82
4.1. Kondisi Qaerah Penelitian ..................................................................
82
86
4.2. Kondisi Usaha Keel dan Penerapan Produksi bersih . ......................
102
4.3. Karakteristik Responden Usaha Kedl...............................................
V . ANALISIS KOMPONEN KEBIJAKAN........................................................ - 113
5.1. Faktor Pengembangan Kebijakan ..............................................1
13
5.2. Kinerja Usaha Kecil .........................................................................
118
........ 129
5.3. Asumsi Dasar Pengemhangan Kebijakan ............................. .
.
V1 . PRIORITAS KEBljAKAN ...........................................................................
136
6.1. Analisis Kebijakan ............................................................................. 1%
6.2. Prioritas Kebijakan ........................................................................... 143
VII . MODEL KEBIJAKAN PUBLlK....................................................................1!50
7.1. Kebijakan Usaha Kecil.......................................................................150
7.2. Model Sentra Usaha Kecil dengan Limbah Sejenis ........................... 154
7.3. Verifikasi Model ................................................................................. 166
Vt ll.KESIMPULAN DAN SARAN .............................
.......................................1 6 9
8.1. Kesimpulan ......................................................................................169
8.2. Saran ...............................................................................................-170
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
172
LAMPIRAN ......................................................................................
i...............
176
DAFTAR TABEL
Halaman
.............................................. 64
Responden Usaha Kecil di masingmasing Lokasi Penelitian.................. 71
Penilaian Kriteria Berdasarkan Skala Perbandingan Saaty ..................... 81
Keuntungan Penggunaan Metode AHP
Kondisi Usaha Kecil Tapioka di Kabupaten Lampung Tengah ............... 106
Kondisi Usaha Kecil Pembatikan di Kabupaten Klaten dan Sukoharjo .... 109
Kondisi Usaha Kecil Penyamakan Kulit di Kabupaten Garut ................... 111
ldentifikasi Faktor-Faktor Pengembangan Kebijakan Sesuai Nilai
..
Keknt~san................................................................................................
117
Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Tapioka di
Kabupaten Lampung Tengah .................................................................. 122
Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Tekstil di
Kabupaten Klaten dan Sukoharjo ........................................................... 1 24
Analisis Kimia terhadap Limbah Cair Usaha Kecil Penyamakan Kulit
di Kabupaten Garut .................................................................................
127
Asumsi-Asumsi Kebijakan Usaha Kecil yang Berbasis Produksi
Bersih ................................................................................................... 133
internal Factors Evaluatbn (IFE)............................................................
138
External Factors Evaluatbn (EFE)..........................................................
141
. . SWOT.............. :......;.................................... ;.............................
Anal~s~s
142
Prioritas Strategi Kebijakan Usaha Kecil yang Berbasis Produksi
Bersih dengan Menggunakan Metoda AHP...............................
..........
,
.
,
148
OAFTAR GAMBAR
Halaman
Usaha Kecil Sebagai Penyebab Krisis Lingkungan
........................... .:
4
Laju Peningkatan Limbah dan Polusi. serta Penyusutan Sumberdaya
Alam (UNDP. f 998) ................................................................................
4
Laju Penggunaan Energi. Logam dan Sumberdaya Alam yang
Terbaharukan (UNDP. 1998)...................................................................
5
lnteraksi Usaha Kecil dengan Lingkungan (Alikodra. 2002) ..................... 15
Diagram Venn Harmonisasi Kepentingan Ekonomi. Sosial dan
Lingkungan dalam Pengembangan Usaha Kecil ..................................... 18
Proses Perurnusan Kebijakan Berdasarkan Model Eastonian (Parson.
1995)....................................................................................................... 36
Peran lnformasi pada Sistem Manajemen (Eriyatno, 1998) ....................
43
Struktur Paradigma Sistem Sosial yang Ada (Ehrenfeld, J.R., 1997) ...... 46
Struktur Paradqma Sistem Sosial Berbasis Industrial Ecology
(Ehrenfeld. J.R.. 1997) ............................................................................
47
Penetapan Proyek Industrial Emlogy yang Ideal (van Berkel. R.,
Aplikasi Hukum Ashby yang Memerlukan Keragaman pada
Pengukuran Kinej a Organisasi ...............................................................
55
Alternatif Posisi Perusahaan dalam Berbagai Posisi (Rangkuti.. 1998).... 60
Kerangka Penelitian Pengembangan Kebijakan Usaha Kecil
Berbasis Produksi Bersih
.......................................................................
67
Lokasi Peneritian Sentra Usaha Kecil Tapioka di Kabupaten Lampung
Tengah....................................................................................................
68
Lokasi PeneNan Sentra Usaha Kecil Tekstil Kabupaten Klaten dan
Sukohaj o di Propinsi Jawa Tengah ........................................................
69
Lokasi Penefitian Sentra Usaha K e d l Penyamakan Kulit Kabupaten
Gawt di Propinsi Jawa Barat...................................................................
69
Kerangka Teknik Analisis ........................................................................
75
Diagram Alir Proses Produksi lndustri Tapioka..........
......
.....................
90
Proses Minimalisasi Limbah Prduksi lndustri Tapioka
(Kementerian Negara Llngkungan Hiup. 20011).....................................
92
xvi
Diagram Proses Pembatikan..............................--.-................................. 96
Diagram Proses Penyamakan Kulit .........................................................
100
Kinej a Aspek Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
Tapioka di Kabupaten Lampung Tengah .................................................
121
Kinej a A s w Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil'
Tekstil di Kabupaten Klaten dan SukohaFjo.................... ,
.
.
................. 123
Kinej a As@ LingkunganTerhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
Penyarnakan Kulit di Kabupaten Garut.................................................... 125
Kinej a Aspek Lingkungan Terhadap Aspek Bisnis untuk Usaha Kecil
pada 3 (tiga) Lokasi Penelitian ................................................................ 128
Peta Kuadran Asumsi .............................................................................134
Matrik Dampak Pengaruh Menyilang....................................................... 141
Stt-uktur AHP ............................................................................................ 145
Hasl Perhitungan Menggunakan Metoda AHP........................................ 147
Keterlibatan Pemerintah dan Masyarakat dalam Prduksi Bersih ........... 158
Keterkaitan Faktor Kebijakan dan Teknolagi Ramah Lingkungan........... -160
Model Sentra Usaha Kecil dengan Limbah Sejenis (SUKLiS) ................. 161
Teori Jenjang Keputusan ........................................................................ 164
BAB l
PENDAHULUAN
Usaha Kecil rnerupakan salah satu pelaku kuna dalam proses
pernbangunan nasional. Kemampuan Usaha Kecil dalam
mempertahankan
kondisi usahanya pada saat krisis ekonomi merupakan bukti nyata sektor Usaha
Kecil memiliki kekuatan. Selaras dengan pendapat Naisbitt (1984), bahwa pada
kondisi perekonomian global yang serba terbuka menyebabkan kegiatan Usaha
Besar menjadi semakin rawan, sebaliknya kegiatan Usaha Keal justru semakin
mampu bertahan.
Ha! tersebut berkaitan dengan
sistem bisnis dan kelenturan
terhadap perubahan yang tejadi yang dimiliki oleh Usaha Wl. Sistem bisnis
yang sederhana, fukus pada kegiatan komoditas dan bertumpu pada modal
sendiri memungkinkan Usaha Kecil mampu bertahan dad gejolak krisis ekonomi.
Bsrdasarjcan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, jumlah Usaha
Kecil mencapai 99,85% dari total pengusaha nasional (42.326.520 unit) serta
memberikan .kontribusi pada PDB sebesar 40,55%. Dalam ha1 tenaga keja,
Usaha Kecil mampu menyerap 88,40% (70.282.178 orang) dari total angkatan
keja pada tahun becsangkutan. Posisi tersebut menunjukkan, bahwa Usaha
Kecil
berpotensi menjadi
penyangga
sekaligus
penggerak
dinamika
perekonornian nasianal.
Namun demikian, Usaha Keul masih menghadapi beberapa kendala
dengan keterbatasan kemampuan mempertahankan usahanya yang disebabkan
beberapa ha1 antara lain: (1) keterbatasan kemampuan internal wganisasi yang
berkaitan erat dengan aspek pengambilan keputusan tentang pemasaran,
permodalan usaha dan kernarnpuan manajemen usahanya, dan (2) kualitas
produk yang dihasiUran M u m konsisten karena masih memakai tekndogi
I
tradisional yang banyak didasarkan pada praktek pengalaman dan keterampilan
perorangan. Pada beberapa Usaha Kecil ditemukan adanya diskontinyuitas
proses produksi sebagai akibat ketergantungan pada pasdtan bahan baku
seperti kasus Usaha Kecil pengolahan tapioka di Lampu~gyang terpakk tutup
karena kurangnya bahan baku. Kelangkaan bahan baku menyebabkan harga
bahan baku menjadi mahal, sehingga biaya produksi meningkat. Apabila harga
jual tidak berubah maka peningkatan biaya produksi menyebabkan berkurangnya
keuntungan usaha bahkan dapat menyebabkan kerugian akibat biaya produksi
relatif lebih b s a r dibandingkan harga jual. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Usaha Kecil masih belum cukup mandiri dan memiliki kekuatan untuk bersaing
yang pada akhirnya rnenyebabkan tingkat mortalitas kelompok Usaha Kecil relatif
tinggi.
Permasalahan lainnya muncul ketika Usaha Kecil berinteraksi dengan
pasar internasional. Pasar bebas dunia telah menetapkan suatu persyaratan
yang lebih ketat dalam menerima produk yang akan diperdagangkan, terutama
dengan maksud untuk menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan hidup.
Produk industri umumnya, tennasuk produk Usaha Kedl, akan dapat masuk
pasar global kalau mengikuti persyaratan global dengan meminiRlalkantitrrbdnya
dampak negatif bagi kelestarian lingkungan usahanya (ecdahding), misahya
melalui pengendahn M a p berkembangnva polusi dara (U'ment, 2QW).
Pmduk-produk yang mempunyai latar belakang rnerusak lingkungan akan
dihambat untuk masuk pasar karena dianggap tidak memenuhi standar
lingkungan (Kuhre, 1998).
Pada akhir t&un 1996, 78% produk usaha nasional tebh diekspor ke
negara-negara yang
mengadopsi dan menerapkan standar lingkungan
intemasional. Hal tersebut menunjukkan adanya suatu tunMan
penerapan
.
konsep dan praktek IS0 Seri 14001 ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
Konsekuensinya adalah diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terkait,
termasuk Usaha Kecil. Kondisi demikian menyebabkan permasaiahan yang
dihadapi Usaha Kecil lebih kompleks, yaitu selain berupaya meraih gisiensi
ekonomi untuk memperoleh laba usaha dan meningkatkan kapasitas (skala)
usahanya, juga
harus memenuhi standarisasi produksi untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
Beberapa upaya pembinaan terhadap Usaha Kecil yang dYakukan oleh
Pemerintah masih difokuskan pada aspek ekonorni, dengan alasan untuk
peningkatan kesejahteraan pengusaha kecil dan keluarganya.
Usaha Kecil
dalam memenuhi kepentingan bisnisnya seringkali mengeksploitasi surnberdaya.
alam secara berlebihan yang mengakibatkan kemsakan dan pencemaran
lingkungan (Sumarwoto, 1999). Dalam jangka panjang, penurunan kualitas
lingkungan akan menurunkan eksistensi Usaha Kecil (Pearce, 1992). Kerusakan
lingkungan yang
tidak segera ditanggulangi, berdampak pada psningkatan
kondisi ketidak-stabilan usaha (bisnis) yang akhimya menyebabkan semakin
buruknya rancangbangun Usaha Kecil secara berkelanjutan (Richard, 1996).
Pada masa mendatang fokus upaya pembinaan Usaha Kecil tersebut perlu
diterapkan secara bijak, mengingat kalau tidak dikendalikan maka berpotensi
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Hubungan antara Usaha Kecil dan Krisis Lingkungan digambarkan oleh
k v a l l (1985) sebagaimana Gambar 1. Pertama, limbah yang dihasilkan oleh
Usaha Kecil secara kumulatif dalam jumlah yang besar akan rnendomng
tejadinya krisis lingkungan. Kedua, penggunaan surnberdaya alam sebagai
bahan baku produksi yang dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan
membribn dampak'ne@f t&&p
as-
liiigman.
1 Gwnbar 2 menunjukkan bahwa delam k u ~ nwakW
%.T--
1980 - 1998, kju
pem angan limbah wmhbqga telah msningkat tam h i w a 20%,
sedangkan laju pencemaran yang diakibatkan
OM NOx dan
C@ juga ikut
meningkai tajam hingga 20% - 25%. Di sisi lain, laju pmyusubn sumberdaya
alam, dilihat dari jumlah ketersediian air bersIh dan luas lahan hutan, dalam
kuiun waktu 1970-1996 menurun tajarn hingga 40%. Ekaplnitasi sumbdaya
alam lainnya seperti: energi, lagam, maupun sumberdaya
alam yang
terbaharukn, juga menunjukkn kecenderungan dilakukan aecara berlebihan.
DA terbaharuka n
160
Gambar 3.
mu psnggunaan enmgi, logain dan sumkrdaya aiam yang
terbahanrkan (UNDP,W90)
Gambar 3 memprlhatkan baM dalam kurun wak€u W50-1996, faju
penggslnaan energi meningkat tajam hingga 3OE%.Sedanghn lajsl penggunaan
lagam dunia dalam kurun waktu 1980-1996 juga mmunjukkan peningkatan yaw
cukup signman, Mikian pula penggmaan surnkrdaya slam yang
terbaharukan, seperti kayu, tangkapan hasil laut dan pemanfaatan air, telah
mengalami kenaikan vana sangat besar hingga manwpai 40%60% (197&
1996). Meskipun sumberdaya alam itu dapat diperbaharui, npmun sumberdaya
alam seperti kayu, tangkapan hasil laut dan air tersebut apabila dieksplotasi
melebihi laju proses pemulihannya akan mengakibatkan timbulnya krisis
lingkungan yang berkepanjangan.
Kondisi tersebut, perlu dicermati sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan tentang tlsaha termasuk Usaha Kecil. Mengingat jumlah
Usaha Kecil yang sangat besar di Indonesia, maka dalam rangka menghindari
tejadinya krisis lingkungan, kegiatan Usaha Kecil pedu diintmensi agar tidak
semata-mata dilaksanakan untuk memenuhi kepentingan ekonomi yang
diselaraskan dengan aspek sosial, tapi juga hams dapat membantu memenuhi
tuntutan kepentingan lingkungannya (aspek ekologis).
Upaya yang perlu dilakukan adalah menyediakan kebijakan publik
tentang Usaha Kecil yang mampu mendorong terwujudnya perubahan perilaku
dan wawasan (pandangan) para pengusaha kecil dan sfakehdde~lainnya, dari
sekedar berfikir menghasilkan produk menjadi pengambil keputusan yang
berpandangan holstik dengan wawasan 'menghasilkan produk yang diperlukan
masyarakat, melalui kegiatan yang sesuai dengan kondisi sosial setempat, yang
ramah lingkungan serta ikut mendukung keiestarian lingkungannya".
Perubahan tersebut menjadi landasan dalam proses pengembangan
kebijakan rnaupun proses pelaksanaannya yang mendwong berbagai program
atau kegiatan pemanfaatan surnberdaya Ingkungan secara M h efisien dan
dapat melindungi ketersediaannya, serta aplikasi dari kegiatan eksploitasinya
secara berkelanjutan (Pearce, 1989). Penerapan kebijakan dan b e h g a i
program yang dikembangkan perlu dijaga konsistensinya melalui sistem
pengawasan dan kontrol, termasuk upaya pubiikasi inforrnasi kualitas
lingkungan, sehingga memungkinkan untuk dilakukan upaya pencegahan sedini
rnungkin keiika ditemukan banyak penyimpangan dari ketentuan yang telah
ditetapkan dalam praktek (Bingham, 1989). Menurut Economopoulos (1983)
kunci kesuksesan dalam sistem kontrol terhadap polusi atau pencemaran
lingkungan adalah pengembangan strategi yang efektii yang memperhatikan
aspek ekonomi, teknis dan manajemen atau organisasi. Langkah tersebut
diharapkan akan dapat mengoptimalkan terjaganya kualitas dan jumlah produk
industri yang dihasilkan.
Secara konseptual, Endres (1989) menyatakan bahwa upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara menerapkan sistem pmduksi bersih (cleaner
production), yang didukung oleh tata aturan dan kebijakan yang mendasarinya.
Contoh dari pndapat ini misalnya dalam ha1 penerapan kebijakan tentang
lingkungan, yang diwujudkan melalui penetapan itriteria standar emisi; atau
penetapan syarat penggunaan teknologi; maupun ketentuan tentang pelarangan
penggunaan sejumlah bahan baku tertentu dalam kegiatan produksi. Orientasi
penerapan konsep dan sistem tersebut adalah mengubah sasaran kegiatan
pengendalian kondisi lingkungan, dari pola pengaturan dan pengawasan secara
ketat, menjadi kegiatan pengendalian yang berpola memenuhi prmintaan pasar
serta dilengkapi dengan penerapan sistem insentif bagi pihakgihak yang telah
berupaya memenuhi kriteria Ingkungan yang ditapkan. Adapun kriteria-kriteria
dimaksud mencakup antara lain: (1) efisiensi penggunaan sumberdaya; (2)
ketepatan ekologis, yang bukan berdasar trial and
e mmdet
(3) terwujudnya
inovasi penyempumaan teknologi; dan (4) kelayakan politisnya (Endres,1989).
Masarkan
inventarisasi,
peraturan
yang
menyangkut
aspek
lingkungan belum ada dan masih diperlukan peraturan untuk melindungi hidup
manusia dan sumber alam (Abdumhman, 1992). Peraturan perundangundangan yang ada pada dasamya berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya
alam dan bersifat parsial sektoral (Sodikin, 2003). Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa dukungan kebijakan terhadap penerapan praduksi bersih
dikalangan Usaha Kecil belum efektif. Weston dan Studrey (1994) menyatakan
bahwa suatu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hambatan
penerapan teknolqi benih meliputi aspek teknis sebesar 10% (ketersediaan dan
keterampilan), aspek keuangan sebesar 30% dan aspek kebyakan (organisasi
dan legislatif) mencapai 60%.
Berkaitan dengan hal tersebut, Silalahi (1981) berpendapat, bahwa
proses
penegakan
hukum
lingkungan perlu
mempertimbangkan dan
memperhatikan secara seksarna dua faktor kritis, yaitu law enforcement atau
upaya penegakan hukum dalam praktek, dan compliance atau upaya
menciptakan kondisi agar masyarakat bersedia mentaati ketentuan dalam
praktek atas sejumlah ketentuan dan perundang~ndangantentang lingkungan.
Secara operasional diketahui ada dua pendekatan yang dipakai untuk
menerapkan konsep produksi bersih sebagai pilihan guna menjaga keiestarian
lingkungan, yakni: (1) pendekatan yang mengacu pada pertimbangan teknis; dan
(2) pendekatan yang mengacu pada pertimibangan aspek sosial, dalam arti
bahwa pelaksanaannya akan melibatkan partisipasi masyarakat. Keterkaitan dua
pendekatan itu dapat ditemulran melalui aplihsi kebijakan yang mencakup
program produksi bersih di kawasan industri dengan orientasi untuk
mengendalikan dampak pencemaran lingkungan yang terjadi.
P m s pengendaliannya diintegrasikan melalui proses internhi antar
komponen ekonomi, sbsial dan lingkungan, yang saling terkai dalam kerangka
menumbuhkan Usaha Kecil. Komponen ekonomi terkait dergan aspek bisnis
melalui pengambilan keputusan yang rasional, komponen sosial terkait dengan
aspek peran serta dan partisipasi masyarakat, sedangkan komponen lingkungan
terkait dengan aspek menjaga kdestarian dan kualitas lingkungannya yang dapat
mendukung proses pembangunan berkelanjutan.
12 .
Pokok Permasalahan
Kegiatan usaha yang dilakukan Usaha Kecil bertujuan rnengkonversibn
bahan baku melalui proses produksi yang menghasilkan suatu produk yang
diterima dan mempunyai nilai ekonomis. Oalam perkembangannya dasar
pertimbangan nilai ekonomi berubah menjadi nilai usaha yang tidak hanya
ditentukan oleh kepentingan prduksi namun juga memperhatikan sumberdaya
alam. Hal tersebut disebabkan aktivitas usaha dapat menimbulkan dampak
negatif yang cukup potensial terhadap siklus bahan baku, eksploitasi, ekstraksi,
dan transformasi~yake dalam proses konsumsi energi, hasii limbah, pemakaian
p d u k serta buangan oieh konsumen (Puspita, 1993).
Oengan demikian nilai
usaha diekspresikan sebagai fungsi rrilai produk dan proses dengan melibatkan
fungsi kontrol sejalan dengan fungsi konversi energi dan sumberdaya atau
dengan kata lain tercipta harmonisasi pemenuhan antara keperttingan ekonomi,
sosial dan lingkungan.
Mernperhatikan peran Usaha Kecil yang amat
b a r dan penting dalam
ketahanan ekonomi masyarakat maka upaya pemberdayaan Usaha Kecil telah
menjadi pernasalahan nasional.
Kebijakan puMik harus mampu mendorong
peningkatan kapasitas Usaha Kecil rnenjadi rnandiri dan M a y a saing serta
menjamin keberlanjutan usahanya d q a n menjaga keseimbangan lingkungan
sosial dan mencegah pencemaran lingkungan alam.
Kebijakan Usaha Kecil
seharusnya mampu mendororrg Usaha Kecil mmrapkan prinsipprimip
produksi bersih sehingga kesejahteraannya tejamin dan keleshrian lingkungan
Pokuk pemasalahannya adalah belum ada kebijakan publik yang secara
efektii mengarahkan atau menjaga agar Usaha Kecil melaksanakan prinsip
prinsip produksi bersR. Kebijakan saat ini bersifat umum cialam ha1 pemanfaatan
sumberdaya alam dan baku mutu limbah, sehingga dipedukan strategi kebijakan
yang lebih komprehensif.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mewmuskan kebijakan Usaha Kecil yang
brbasis produksi bersih.
Tujuan operasionalnya adalah (1) rne~iumuskan
asumsi-asumsi dasar pengembangan kebijakan, (2) rnenganalisis kineja Usaha
Kecil dan (3) rnerumuskan prioritas strategi kebijakan.
1.4. Manfaat Penelitian
1) Bagi Pemerintah : rnemberikan masukan dalam rnerumuskan kebijakan
publik pengembangan Usaha Kecil, yang mampu menghannonisasikan
aspek ekonomi (bisnis); sosial (peran serta masyarakat) maupun
lingkungan fisik atau kualitas kondisi lingkungannya. Selain itu juga
memberikan masukan dalam merurnuskan strategi pembinaan Usaha
Kecil untuk penyusunan programgrogram pengembangan Usaha Kecil
yang berdaya saing dan sesuai dengan prinsipprinsip pembangunan
bet-kelanjutan.
2) Bagi Usaha Kecil : meningkatkan kualis proses pengarnbilan
keputusan bisnis, yang bemrientasi pada hamnisasi aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan sehingga Usaha Kedl mampu mengembangkan
usahanya secara mandiri clan berdaya saing.
3) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan : introduksi metddogi yang
merangkai berbagai teknik analisis rnelalui pendekatan sistem untuk
menghasilkan model kebijakan Usaha Kecil krbasis Pmduksi Bersih.
BAB I1
TlNJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengembangan Usaha Kecil
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil menyatakan
bahwa Usaha Kecil merupakan 'kegiatan ekonomi rakyat" yang berskala kecil
dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta status
kepemilikan, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang tersebut. Usaha
Kecil tersebut mencakup Usaha Kecil informal, Usaha Kedl tradisional maupun
kegiatan ekonomi rakyat lain yang berskata mikro. Di bebrapa negara, definisi
Usaha Kecil hanya memakai satu kriteria, yaitu jumlah tenaga keja saja atau ada
juga yang menambah kriteria dengan besarnya hasil penjualan (Rietveld, 1989).
Dalam Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Keul, ada pengertian
Usaha Kecil yang juga rnencakup Usaha Kecil informal, Usaha Kecil tradisional
maupun kegiatan ekonomi rakyat lain yang berskala mikro.
Dalam P a d 5 Bab HI Undang-undang No. 9 bhun 1995 semra spesiftk
ditetapkan kriteria Usaha Kecil, s e m i krikut:
1)
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usahs;
2)
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar;
3)
Dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;
4
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabarrg
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau yang berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
5)
Be-ntuk
usaha orang perseorangan, badan m h a yaw tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang brbadan hukurn, temrasuk koperasi.
Dalam penelitiannya, BPS (2004)memakai definisi operasional tentang
Usaha Kecil, yaitu sebagai :
"Kegiatan ekonomi, yaw dilakukan oleh perseorangan atau rumah
tangga maupun suatu badan, bertujuan memproduksi barang atau jasa
untuk diperniagakan secara komersial dan memiliki omzet penjualan
sebesar satu miliar rupiah atau kurang. Omzet itu dihitung dalam satu
tahun kerja."
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) mendefinisikan
'Industri Kecil", dengan memakai kriteria kekayaan bersih dan ornzet usaha,
yang mengacu pada batasan Usaha Kecii dalam Undang-Undang Namar 9 tahun
1995 tentang Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
'Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
perseoranganlnrmah tangga maupun suatu badan, dengan tujuan untuk
memproduksi barangljasa guna diperniagakan secara komersial; yang
mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta dan mernpunyai
nilai penjualan {omzet) per tahun sebesar Rp. 1 miliaclkurang".
BPS (2004) menyatakan, bahwa jumlah Usaha Kecil tercatat 42.326.520,
meningkat sebesar 2,93016 dari tahun sebelumnya. Kontribusinya pada PDB agak
naik dari 40,26% (2002) menjadi 40,55014 (2003). Sedangkan jumlah pengusaha
kecil tetap pada posisi 99.85% dari jumlah seluruh pengusaha yang ada. Usaha
Kecil memiliki kapasitas dan peluang menampung tenaga keja barn, yang
diindikasikan jumlah tenaga keja yang dapat diserap Usaha Kecil pada tahun
2002 tercatat sebanyak 68,2 juta, sedang pada tahun 2003 jumlah itu menjadi
70.282.178 mng,atau naik sebesar 2,86%. FaHa tersebut menunjukkan Usaha
Kecil merniliki peran dan posisi strategis dalam perekonomian nasional.
Usaha Kecil mempakan begian integral dari dunia usaha nasional dan
mengemban fungsi melayani kebutuhan ekonomi masyarakat luas #cam prima.
Namun demikian, posisi ekonominya kerap kali kurang membfikan keuntungan
bagi perkembangannya. Di samping itu, Usaha Kecil juga berperan sebagai
wahana untuk melakukan proses pemerataan dan peningkatan pendapatan bagi
rnasyarakat kecil serta memenuhi kebutuhan aspek sosial pelakunya. Usaha
Kecil juga diharapkan dapat ikut mendorong terjadinya percepatan dalam proses
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjaga stablitas kondisi perekonomian
pada khususnya (Sartika dan Soejoedono, 2002).
Pengembangan Usaha Kecil dilakukan melalui peningkatan peiuang dan
pembinaan kemampuan Usaha Kecil, seperti: pencadangan usaha, pemberian
bantuan pendanaan atau permodalan usaha; serta pembinaan teknis kualitas
sumberdaya manusia. walaupun belum sepenuhnya berhasil rnemperkuat
kemampuan dan posisi Usaha Kecil sesuai dengan potensi yang dimilikinya
(Sartika dan Soejoedono, 2002). Pola keberpihalian yang beialan selama ini
masih belum efektif, sehingga Usaha Kedi belum sepenuhnya memperoleh
pelayanan yang optimal. Hal tersebut disebabkan belum adanya iklim usaha
yang kondusif dan dukungan kebijakan yang implementatif yang menjadikan
interaksi yang harmonis dan saling melengkapi antara Usaha Kecil dengan
stakeholders lainnya terutama Usaha Menengah dan Usaha Besar. Kalaupun
sudah ada
kebijakan namun
penerapan kebijakan tersebut sering tidak
dijalankan atau dipatuhi.
Permasalahan Usaha Kecil menjadi lebih komplek, terutama dalam
menghadapi penrbahan ekonomi dunia dengan krlakunya era perdagarsgan
bebas. Perubahan tersebut menuntut Usaha K&l
untuk mampu memenuhi
persyaratan IS0 14001 sehingga menjadi kmbaga ekarmmi yang tangguh dm
mandiri. Untuk mencapai ha1 tersebut, pengembangan Usaha Kecil hams
dilakukan dengan mernperhatikan kondisi internal maupun ekstemalnya. Dengan
kata lain, Usaha Kedl sebagai obyek yaw akan dikembangkan harus dipandang
satu kesatuan komponen sisternik yang ferdiri atas; input, proses dan output
yang dihasilkan sebagaimana tersaji pada,G a m h r 4 (Alikodra, 2002).
Gambar 4, Interaksi Usaha Kecil dengan Lingkungan (Altkodra, 2002)
Skerna pada garnbar 4, menunjubn Wrkaitan antar komponen d a m
sitstem kegiatan Usaha Kecil dengan lingkungannya, Ketakairtan komponen input
dengan tingkungan digambarkan melalui penggunaan surnkrdaya a b .
Kegiatan dcspl05tasi secara tidak bertebihan harus d i l a W n untuk m e n w
keseimbangan dam. J i b kegiatan eksploitarsi s u m M a y a alam dlakukan
sewra Webihan akan berpotensi merusak ekistensi lingkungan di sewmya,
Keterka'Mn kedua adaiah antara proses produksi dahm sisfm kegiafan
Usaha Kecil dengan lingkungan. Proses rnerupakan pengolahan input untuk
mengubah bentuk dan memberi nilai tambah. Dslam proses tersebut apabila
ieknologi proses yang digunaQcan tidak rarneh lingkungan akan b e r p ~ ~
rnenirnbulkan perusalcan afau pcemaran lingkuogan.
Keterkaitan ketiga adalah antara output dalam sistem kegiatan Usaha
Kecil dengan lingkungan. Komponen output berupa produk berpotensi
mencemari lingkungan atau membahayakan kelangsungan hidup konsumen,
antara lain produk yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, pengiunaan
kemasan yang suht didaur uiang dan limbah yang tidak memenuhi baku mutu.
Adanya keterkaitan antara sistem kegiatan Usaha Kecil dengan lingkungan
merupakan fakta yang hams dipertimbangkan dalam pembangunan Usaha Kecif.
Secara ekologi, pernbangunan merupakan gangguan terhadap keseimbangan.
Gangguan terjadi akibat adanya perubahan dari keseimbangan lama kepada
keseimbangan baru yang memiliki potensi pengaruh terhadap kestabilan sistem
ekologi (Achmadi, 1992). Soemarwoto (1999) menyatakan kalau ditinjau dari sisi
ekologi. proses pembangunan sebenamya merupakan suatu "gangguan".
Gangguan itu akan mempenga~hikeseimbangan lingkungan, yang kemudian
akan kembali tercapai pada posisi baru setelah melalui proses pembangunan.
Uraian itu telah menernpatkan Usaha Kecil dalam dinamika pembangunan
nasional yang berkelanjutan.
Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang berorientasi lingkungan
telah menjadi pehatian intemasional. Pada tahun 1982 di Rio de Jeneim,
Brasilia, kesepakatan antar negara telah menghasilkan paradigma pernbangunan
barn,
yang dikenal sehagai 'pembangunan
krkelanjutan" (sustainable
development). Keputusan tersebut merupakan komitmen kerjasama global
seluruh negara di dunia dalam rnewujudkan keberlanjutan perekonornian dan
masyarakat yang berwawasan lingkungan (Sulaiman, 2001). Seluruh Negara
diharapkan secara konsisten menggunakan prinsipprinsip pembangunan
berkelanjutan, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup generasi di masa
mendatang melalui cara rnenekan semaksimal mungkin tejadinya perusakan
lingkungan.
Kebutuhan adanya
kebijakan yang
memperhatikan kepentingan
lingkungan muncul karena proses pembinaan Usaha Kecil sampai saat in; masih
berorientasi pada as@
pertumbuhan saja, dan belum mempertimbangkan
aspek-aspek lain yang terkait dan berpengaruh timbal balik. AIasan rasiohalnya
karena Usaha Kecil lebih membutuhkan perolehan penciapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengenda5an pencemaran masih di