Pengaruh Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Dan Kecil (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Al-Fath IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)

PENGARUH PEMBIAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO
DAN KECIL (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah
BMT AL-FATH IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Dita Andriana
NIM : 1112086000006

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M

PENGARUH PEMBIAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO

DAN KECIL (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah
BMT AL-FATH IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Dita Andriana
NIM : 1112086000006

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/ 2016 M

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)

Data Pribadi
Nama

: Dita Andriana

Tempat & Tanggal Lahir

: Jakarta, 27 Januari 1995

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Selada 1 No. 81, RT/RW 004/003 Pondok Cabe

Ilir, Pamulang, Kota Tangerang Selatan 15418

No. Telepon

: 0838 7199 0491

Email

: ditandriana@gmail.com

Pendidikan Formal
1999

: TK Pertiwi

2000 – 2006

: SDN Pondok Cabe Ilir III

2006 – 2009


: SMPN 2 Kota Tangerang Selatan

2009 – 2012

: SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

2012 – 2016

: Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat Periode 2013-2014.
2. Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah
Fakultas

Ekonomi


dan

Bisnis

Universitas

Hidayatullah Jakarta Periode 2013-2014.

vi

Islam

Negeri

Syarif

Seminar dan Workshop
1. Panitia dalam Seminar “Menuju Ekonomi yang Berkeadilan Bersama
Ekonomi Syariah Untuk Indonesia yang Lebih Baik”, diselenggarakan

oleh HMJ Ekonomi Syariah di Aula Student Center UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 24 Mei 2014.
2. Peserta dalam kegiatan “National Lecturer Series 2014”, diselenggarakan
oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jakarta, 13 Agustus 2014.
3. Peserta dalam kegiatan 4 Pilar Goes to Campus dalam rangka Sosialisasi
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika di UIN
Syarif

Hidayatullah

Jakarta,

diselenggarakan

oleh

Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), 10 Februari

2014.
4. Peserta dalam Seminar Internasional Ekonomi Islam dengan tema
“Building Strategic Alliance In Islamic Economic, Finance, and Business
Policies”, diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia
(IAEI), Jakarta 30 April 2015.
5. Peserta dalam Seminar Nasional IAEI dengan tema “Penyiapan SDM
Berbasis Kompetensi Syariah Dalam Pengembangan Perbankan Syariah
Era MEA 2015”, diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam
Indonesia

bekerjasama

dengan

Universitas

Prof.

Dr.


Moestopo

(Beragama), 11 Oktober 2014.
6. Peserta dalam Seminar UIN Meneliti “Build Your Research, Build Your
Nation”, diselenggarakan oleh LITBANG Dewan Eksekutif Mahasiswa
(DEMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Auditorium Harun Nasution,
2015.

vii

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of financing KJKS BMT AL-FATH
IKMI to the development of small micro enterprises and to determine significant
differences on the development of small micro enterprises before and after
obtaining financing. The primary data is obtained from the questionnaire of 50
respondents who receive funding from the KJKS BMT AL-FATH IKMI.
This study analyzed by stepwise multiple linear regression is to to get the
best model of a regression analysis. These research results indicates that the
variable capital financing, age, and total of labor has significant impact on the

change in business profits, and there is a significant difference between the
average operating profit before and after KJKS BMT AL-FATH IKMI financing.

Keywords: KJKS BMT AL-FATH IKMI, The Development of Small Micro
Enterprises, Capital Funding, Age, Total of Labor, Stepwise
Multiple Linear Regression

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan KJKS
BMT AL-FATH IKMI terhadap perkembangan usaha mikro kecil dan untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan atas perkembangan usaha mikro kecil
sebelum dan setelah pemberian pembiayaan. Data primer diperoleh dari hasil
kuisoner 50 responden yang mendapatkan pembiayaan dari KJKS BMT ALFATH IKMI.
Penelitian ini dianalisis dengan metode regresi linear berganda stepwise
untuk mendapatkan model terbaik dari sebuah analisis regresi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel modal pembiayaan, usia, dan jumlah tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap perubahan keuntungan usaha, dan terdapat

perbedaan yang signifikan antara rata-rata keuntungan usaha sebelum dan sesudah
melakukan pembiayaan pada KJKS BMT AL-FATH IKMI.

Kata Kunci: KJKS BMT AL-FATH IKMI, Perkembangan Keuntungan Usaha
Mikro dan kecil, Modal Pembiayaan, Usia, Jumlah Tenaga Kerja,
Metode Regresi Linear Berganda Stepwise

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
nikmat yang tak dapat terukur yang dikaruniakan-Nya pada penulis sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi ini yang
merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan pada Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Beserta keluarga, para
sahabat hingga para pengikutnya.
Skripsi ini memiliki judul “PENGARUH PEMBIAYAAN LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO SYARIAH TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA

MIKRO DAN KECIL (STUDI KASUS KOPERASI JASA KEUANGAN
SYARIAH

BMT

AL-FATH

IKMI,

CIPUTAT,

KOTA

TANGERANG

SELATAN)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Wakil
Dekan I Bid. Akademik Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., Wakil
Dekan II Bid. Administrasi Umum Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H.,
dan Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan Dr Desmadi Saharuddin. Terima
kasih telah memberikan jalan bagi penulis dalam proses menyelesaikan
skripsi ini.

x

2.

Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Yoghi Citra Pratama, M. Si., dan Sekretaris
Jurusan Ekonomi Syariah Endra Kasni Laila Yuda, M. Si. Terima kasih atas
bimbingan dan ilmu yang diberikan selama penulis menempuh masa studi.

3.

Dosen Pembimbing Ali Rama, SE., M. Ec. Terima kasih telah senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan
pemikirannya dengan penuh kesabaran kepada penulis selama proses
menyelesaikan skripsi ini.

4.

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas ilmu yang
Bapak dan Ibu berikan kepada kami. Semoga Allah SWT mempermudah
setiap gerak langkah perjuangan Bapak/Ibu

dan senantiasa dilimpahkan

kebaikan.
5.

Seluruh Staff Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
terima kasih atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik.

6.

Pimpinan Perpustakaan baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan
Ekonomi dan Bisnis. Terima kasih telah memberikan fasilitas dan bantuan
untuk mendapatkan referensi yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.

7.

Manajer KJKS BMT AL-FATH IKMI Saimin, SE., M. Si., Staff BMT Ka
Silfia Herlena dan Maya, terima kasih telah memberikan izin dan bantuannya
untuk melakukan penelitian dengan memberikan informasi dan data yang
penulis butuhkan dalam penelitian ini.

8.

Kedua orang tua, Bapak Kasirun dan Ibu Wartiyah, terima kasih yang tak
terhingga banyaknya atas segala dukungan dalam kesabaran, keikhlasan,
perhatian dan kasih sayang yang tak terbatas, senantiasa memotivasi dan

xi

menguatkan penulis disaat lelah dan lemah dalam doa yang tak pernah
berhenti memohon pada-Nya untuk memberikan yang terbaik untuk penulis.
9.

Kakakku Diah Muharomi, terima kasih telah memberikan dorongan serta
saran dan bantuannya untuk penulis bisa cepat menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabatku grup “4 in 1” yang selalu menemani di Jurusan Ekonomi Syariah
selama ini yaitu Firly Auli Oktavianda, Fitri Ramadia, Nunung Damar
Ningsih. Terima kasih selalu mendukung dan atas kebersamaanya selama ini.
11. Sahabat seperjuangan Leni Tantriana dan Ridhaoneti Kamiela yang berjuang
bersama untuk belajar ujian komprehensif dan dalam menyusun skripsi.
Terima kasih kerjasamanya dan bantuannya selama ini.
12. Kawan-kawan seperjuangan Ekonomi Syariah angkatan 2012 yang telah
bersama dari selalu sekelas hingga menjadi pengurusan HMJ Ekonomi
Syariah Periode 2013-2014. Terima kasih telah bekerjasama dan saling
mendukung selama ini.

Tangerang Selatan, 5 Juni 2016

Dita Andriana

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................. 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................. 19
1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) ............................. 19
2. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) .................................................. 20
3. Sistem Operasional Pembiayaan Syariah ................................... 23
4. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) .................................................. 24
5. Permasalahan yang Dihadapi Pedagang Kecil ........................... 26

xiii

6. Perkembangan Usaha Pedagang Kecil ....................................... 28
7. Teori Produksi ............................................................................ 29
8. Keterkaitan Antar Variabel ......................................................... 34
B. Penelitian Sebelumnya...................................................................... 36
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 37
D. Hipotesis ........................................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 40
B. Teknik Penentuan Sampel ................................................................ 40
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 42
D. Teknik Analisis ................................................................................. 43
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................ 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 52
1. Sejarah Singkat KJKS BMT AL-FATH ..................................... 52
2. Perkembangan Usaha ................................................................. 56
B. Hasil Analisis Penelitian .................................................................. 61
1. Hasil Deskriptif Karakteristik Profil Responden ............. 61
2. Hasil Deskriptif Karakteristik Usaha ................................. 65
3. Hasil Uji Beda Keuntungan Sebelum dan Sesudah Pembiayaan 69
4. Hasil Uji Regresi Metode Stepwise ............................................ 71
C. Pembahasan ....................................................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 87
B. Saran ................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90
LAMPIRAN .................................................................................................... 95

xiv

DAFTAR TABEL

No.

Keterangan

Halaman

1.1

Perkembangan Data UMKM Tahun 2011-2013 ...................................... 7

1.2

Sumber Pendanaan Bagi UMKM ..............................................................10

3.1

Variabel Bebas ......................................................................................... 51

4.1

Struktur Organisasi ...................................................................................54

4.2

Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................62

4.3

Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Usia ...................................62

4.4

Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan

4.5

Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ....64

4.6

Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Usaha .......................65

4.7

Hasil Klasifikasi Jenis Usaha ....................................................................66

4.8

Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha 67

4.9

Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ........68

4.10

Hasil Uji Statistik Deskriptif .....................................................................69

4.11

Hasil Uji Sample T Berpasangan ..............................................................70

4.12

Hasil Uji Pengecualian Variabel ...............................................................72

4.13

Hasil Uji Multikolonieritas .......................................................................75

4.14

Hasil Uji Autokorelasi ...............................................................................77

xv

....................63

4.15

Hasil Uji Autokorelasi (Runs Test) ............................................................78

4.16

Hasil Regresi Stepwise ..............................................................................78

4.17

Hasil Pengujian Signifikan Simultan ........................................................81

4.18

Koefisien Determinasi (R²) .......................................................................82

xvi

DAFTAR GAMBAR

No.

Keterangan

Halaman

1.1

Keuntungan Sebelum Pembiayaan ................................................................ 8

2.1

Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 38

4.1

Hasil Uji Normalitas ....................................................................................... 74

4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 76

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Keterangan

Halaman

1

Rekapitulasi Pembiayaan ....................................................................... 95

2

Rekapitulasi Profil Responden ............................................................... 97

3

Rekapitulasi Usaha Responden .............................................................. 99

4

Kuisoner ..................................................................................................101

5

Surat Izin Penelitian ................................................................................103

xviii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak
sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu
seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada
kekufuran

(Abdurrachman,

2001:24).

Pernyataan

tersebut

mengilustrasikan persoalan kemiskinan memunculkan kesenjangan dalam
bermasyarakat yang bisa merusak kualitas agama seseorang.
Islam sebagai Ad-diin telah menawarkan beberapa doktrin bagi
manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia serta kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di akhirat. Salah satu yang menunjang kesejahteraan
hidup di dunia dan menunjang hidup di akherat adalah adanya
kesejahteraan sosial-ekonomi. Ini merupakan seperangkat alternatif untuk
mensejahterakan umat Islam dari kemiskinan dan kemelaratan. Untuk itu
perlu dibentuk lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya untuk
menanggulangi masalah sosial tersebut (Mila, 2008:75-76).
Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan dalam perekonomian,
menjadi insentif bagi usaha manusia untuk mengeksploitasi sumber daya
ekonomi yang tersedia dengan tujuan untuk menghilangkan kemiskinan
dan mencapai pertambahan pendapatan dan kekayaan. Anjuran Islam
1

terhadap kegiatan ekonomi bukan untuk mengakumulasi modal, tetapi
semata-mata untuk kesejahteraan manusia secara menyeluruh. Kemiskinan
membuat individu tidak dapat menjalankan kewajiban pribadi, sosial dan
moralnya, oleh karena itu setiap manusia dianjurkan untuk selalu berdoa
untuk dihindarkan dari kemiskinan, kekurangan dan kehinaan. Bahkan
kemiskinan akan mengantarkan kepada kekufuran (Ali dan Makhlani,
2013:46).
Ajaran Islam telah menetapkan nilai-nilai yang membatasi dan
sekaligus sebagai tolak ukur dalam pengembangan perekonomian dan
perbankan secara tegas dan jelas. Sehingga aktifitas usaha ekonomi umat
selalu selaras dengan nilai dan norma-norma yang terkandung dalam AlQur‟an dan Hadist. Menurut pandangan Islam, bahwa Allah SWT
menciptakan bumi beserta isinya ini adalah justru diperuntukan bagi umat
manusia. Umat manusia diperintahkan-Nya untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang ada. Semua manusia
mempunyai hak yang sama, kesempatan yang sama tetapi dengan catatan
bahwa harus selalu memperhatikan nilai-nilai keadilan, kesejahteraan
makhluk lain serta keselamatan bumi beserta isinya (M. Amin, 2000:121).
Perekonomian nasional

yang berdasarkan

dan berorientasi

kerakyatan merupakan derivat dari paham kebangsaan dan kerakyatan.
Bangsa indonesia menghendaki sektor ekonomi rakyat menjadi soko-guru
ekonomi nasional. Perlu kita bedakan lebih dahulu antara ekonomi rakyat
dan perekonomian rakyat. Ekonomi rakyat adalah sektor ekonomi yang

2

berisi kegiatan-kegiatan usaha ekonomi rakyat. Sedangkan perekonomian
rakyat adalah sistem ekonomi dimana rakyat dan usaha-usaha ekonomi
rakyat berperan integral dalam perekonomian nasional. Dimana produksi
dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat, berdasarkan pada pakem bahwa bumi dan air
dan kekayaaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat (Sri dan Edi, 2000:11-12).
Banyak yang mengabaikan kenyataan bahwa ekonomi rakyat
adalah rill dan kongkrit. Ada pertanian rakyat, perkebunan rakyat,
perikanan rakyat, tambak rakyat, peternakan rakyat, pasar rakyat,
transportasi rakyat, dan lain-lain. Berapa banyak yang hidup dalam sektor
ekonomi rakyat ini? Perlu dibangunnya perekonomian rakyat bukanlah
sekedar suatu pemihakan kepada rakyat, tetapi juga merupakan strategi
pembangunan yang tepat (Sri dan Edi, 2000:13).
Untuk memahami sistem ekonomi apa yang diterapkan di
Indonesia paling tidak secara konstitusional maka perlu memahami
terlebih dahulu ideologi yang dianut oleh Indonesia. Sistem ekonomi atau
perekonomian Indonesia tidak terlepas dari prinsip-prinsip dasar dari
pembentukan negara Republik Indonesia yang tercantum dalam Pancasila
dan Undang-Undangan Dasar (UUD) 1945 (Ali dan Makhlani, 2013:25).
Dengan ideologi tersebut maka dapat dikatakan bahwa kebijakan
perekonomian nasional menerapkan atau menganut suatu sistem
perekonomian yang dinamakan ekonomi pancasila.

3

Ekonomi

pancasila

juga

biasa

disebut

sebagai

„ekonomi

kerakyatan‟, sebagaimana dijelaskan oleh Mubyarto (1987) bahwa praktek
ekonomi pancasila atau ekonomi pancasila in action, dengan mudah dapat
dijumpai dan dikenali dimana-mana di seluruh Indonesia. Praktek ekonomi
ini seringpula disebut „ekonomi rakyat‟ yang bersifat moralistik,
demokratik dan mandiri. Dengan gambaran dan pembahasan itu sering
ekonomi pancasila diidentikkan dengan ekonomi rakyat. Perekonomian
rakyat pada dasarnya adalah perekonomian pasar yang didasarkan pada
sistem kepemilikan individu dan kolektif. Ekonomi pancasila disebut juga
sebagai ekonomi yang berasaskan kekeluargaan, kegotong-royongan dan
kerjasama. Ini adalah nilai-nilai tradisional yang bersumber dari budaya
Indonesia, yang bisa saja sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang
dianut oleh masyarakat Indonesia (Ali dan Makhlani, 2013:26-27).
Ketentuan-ketentuan dasar konstitusional mengenani kehidupan
ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 antara lain tercermin
dalam pasal 33 UUD 1945. Secara rinci, pasal 33 UUD 1945 menetapkan
tiga hal, yaitu: Pertama, „Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan‟. Menurut Gunadi (1981), pernyataan
ini adalah pernyataan asasi dan monumental bagi sistem perekonomian
Indonesia menurut Pancasila dan UUD 1945. Dari pernyataan ini
menunjukkan bahwa perekonomian dilakukan secara bersama yang
menggambarkan adalanya kehidupan sosial yang harmonis. Penyebutan
asas kekeluargaan menunjukkan bahwa hasil produksi yang diperoleh dari

4

pengembangan perekonomian itu dipergunakan untuk kesejahteraan
bersama/sosial. Kedua, „Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara‟.
Ketentuan dalam pasal ini mengarah kepada sistem sosial dalam arti hasil
produksi yang penting jangan sampai dikuasai oleh orang per orang, akan
tetapi oleh negara dalam arti agar pendistribusiannya dapat dilaksanakan
secara merata. Ini menunjukkan bahwa pemerintah sendiri yang menjadi
pemilik

dan

sekaligus

pelaku

usaha

dengan

bentuk

organisasi

pengelolaannya di lapangan. Ketiga, Bumi dan Air dan Kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunkan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal ini menunjukkan bahwa
semua kekayaan yang terkandung di dalam bumi, air, dan alam tidak
dikuasai oleh perseorangan atau suatu kelompok, melainkan dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
rakyat. Ayat ini memperjelas bahwa sistem ekonomi Indonesia menganut
sistem kepemilikan individu, umum dan negara (Ali dan Makhlani,
2013:27-28).
Pemahaman tentang konstitusi ekonomi pancasila yang berasaskan
ekonomi kerakyatan memberikan gambaran bahwa sesungguhnya
Indonesia secara langsung ataupun tidak mencoba menjalankan atau
mengadaptasi sistem ekonomi Islam. Dimana nilai dan norma-norma yang
dilakukan merupakan prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu kepentingan
umum merupakan hal utama sehingga terwujud pemerataan kesejahteraan

5

dan kemakmuran masyarakat yang berdiri di atas asas kekeluargaan dan
kebersamaan serta tolong-menolong. Dalam teorinya ekonomi Islam bisa
menjadi solusi dalam permasalahan kesenjangan keseimbangan sosialekonomi. Islam memang mengakui adanya perbedaan tingkat kekayaan,
akan tetapi dengan adanya perbedaan tersebut Islam menjadikan setiap
individu mempunyai hak atas bantuan dan pemeliharaan dari individu lain
dengan prinsip persaudaraan untuk mencapai keadilan.
Upaya penanggulangan kemiskinan terus digalakan salah satunya
dengan memutuskan mata rantai kemiskinan melalui pemberdayaan
kelompok dengan pengembangan microfinance, yakni suatu model
penyedia jasa bagi masyarakat yang memiliki usaha pada sektor paling
kecil yang tidak dapat mengakses jasa bank karena keterbatasannya (Euis,
2009:2). Lembaga keuangan berperan sangat besar terhadap pertumbuhan
ekonomi masyarakat saat ini. Semakin meningkatnya kebutuhan investasi
dan membutuhkan modal yang besar dapat dipenuhi dengan adanya
lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan tumpuan bagi
pengusaha untuk mendapatkan tambahan modal melalui mekanisme
pembiayan

dan

menjadi

tumpuan

investasi

melalui

mekanisme

penyimpanan, sehingga lembaga keuangan memiliki peranan yang besar
dalam mendistribusikan sumber-sumber daya ekonomi di kalangan
masyarakat.
Seperti yang terlihat dari Tabel 1.1 yang memperlihatkan
pertumbuhan jumlah UMKM di Indonesia yang besar dan terus meningkat

6

memperlihatkan peluang besar bagi lembaga keuangan untuk berperan
aktif dalam mengembangkan usaha mikro dan kecil di Indonesia.
Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Tahun 2011-2013
Indikator

Satuan

Tahun 2011
Jumlah Pangsa
(%)

Tahun 2012
Jumlah Pangsa
(%)

55.206.444
99,99
56.534.592
99,99
UMKM
(unit)
Usaha
54.559.969
98,82
55.856.176
98,79
(unit)
Mikro
Usaha
602.195
1,09
629.418
1,11
(unit)
Kecil
Usaha
44.280
0,08
48.997
0,09
(unit)
Menengah
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM diolah

Tahun 2013
Jumlah Pangsa
(%)
57.895.721

99,99

57.189.393

98,77

654.222

1,13

52.106

0,09

Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh informasi bahwa jumlah usaha
mikro, kecil dan menengah dari tahun 2011-2013 meningkat. Peningkatan
jumlah UMKM terbesar berada di tingkat usaha mikro, ini membuktikan
dari pembahasan di atas bahwa negara Indonesia hidup dari sektor
ekonomi rakyat yang terus tumbuh dan berkembang dari berbagai lapisan
masyarakat yaitu bahkan dari masyarakat kelas bawah sekalipun.
Perkembangan yang terus meningkat juga diikuti dari tingkat usaha kecil
dan menengah.
Ironisnya, meski UMKM telah berjasa pada perekonomian
nasional kenyataannya selama ini UMKM masih memprihatinkan.
Terutama masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini adalah
ketiadaan modal dari sebagian besar UMKM sebagai akibat dari
rendahnya akses UMKM terhadap sumber-sumber permodalan terutama
lembaga keuangan, baik bank maupun non bank. Untuk mengatasi
7

masalah tersebut salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah
membangun kerjasama antara kalangan perbankan dengan koperasi dan
lembaga-lembaga keuangan mikro. Disinilah peran koperasi yang dibentuk
dan dalam naungan Pemerintah Kota melalui Dinas Kementerian Negara
Koperasi dan UMKM sebagai media masyarakat khususnya untuk
membantu masyarakat kecil (golongan ekonomi lemah) dalam bidang
permodalan yang dapat membantu meringankan beban masyarakat kecil
yang ingin melakukan kegiatan wirausaha (Rifka, 2013:2-3). Hal ini dapat
dilihat dari Gambar 1.1, keuntungan sebelum pembiayaan masih cukup
rendah. Oleh karena itu, menjadi penting peranan lembaga keuangan
mikro syariah seperti yang sedang di bahas sebagai lembaga yang
membantu dalam menghidupkan sektor-sektor usaha ekonomi kerakyatan.

Sumber: Hasil Kuisoner Nasabah Pembiayaan Usaha KJKS BMT ALFATH IKMI
Gambar 1.1
Keuntungan Sebelum Pembiayaan
8

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa keuntungan sebelum
pembiayaan memiliki tingkat pendapat keuntungan rata-rata hanya sekitar
Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000. Keuntungan yang rendah membuat usaha
mikro

sering

digambarkan

sebagai

kelompok

yang

kemampuan

permodalannya lemah atau kekurangan modal. Hal ini membuktikan
banyaknya usaha mikro dan kecil yang masih memerlukan modal
pembiayaan untuk mengembangkan usahanya.
Pertumbuhan kelembagaan keuangan syariah harus direspon
dengan penguatan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau biasa
disebut good corporate governance. Desain tata kelola perusahaan
lembaga keuangan syariah (LKS) tentunya memiliki keunikan dengan
lembaga keuangan lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan LKS selain harus
menerapkan sistem tata kelola perusahaan pada umumnya, LKS juga
memiliki kewajiban untuk mengembangkan sistem tata kelola yang dapat
menjamin terlaksananya prinsip-prinsip syariah pada seluruh produk,
instrumen, operasi, praktek, dan manajemen LKS (Ali, 2015:2).
Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia berdasarkan tipenya secara
umum dibagi menjadi tiga yaitu: (1) lembaga formal merupakan sektor
keuangan formal yang diatur oleh Undang-undang perbankan dan diawasi
oleh Bank Indonesia, misalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Perkreditan Rakyat (BPR); (2) lembaga semi formal merupakan sektor
keuangan semi formal yang bukan menjadi subjek dari undang-undang
perbankan tetapi tetap diatur dan diawasi oleh pemerintah selain Bank

9

Indonesia, misalnya Badan Kredit Desa (BKD), Koperasi Unit Desa
(KUD), Baitul Maal wat Tamwil (BMT); dan (3) lembaga informal,
misalnya rentenir, bank keliling, perjanjian keuangan yang menyangkut
lahan, tenaga kerja dan pertukaran barang (Lukytawati, 2013:58).
Berbagai fenomena yang terjadi dari dampak krisis ekonomi, atau
lemahnya taraf hidup “wong cilik” yang jauh dari pemenuhan kebutuhan
yang layak, mendorong munculnya sebuah lembaga keuangan syariah
alternatif. Yakni sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi bisnis tetapi
juga sosial. Lembaga ini tidak melakukan pemusatan kekayaan pada
sebagaian kecil pemilik modal (pendiri) dengan penghisapan pada
mayoritas orang, akan tetapi lembaga yang kekayaannya terdistribusi
secara merata dan adil. Lembaga ini terlahir dari kesadaran umat yang
ditakdirkan

untuk

menolong

kaum

mayoritas,

yakni

pengusaha

kecil/mikro. Selain itu, lembaga ini juga tidak terjebak pada permainan
bisnis untuk keuntungan pribadi, tetapi membangun kebersamaan untuk
mencapai kemakmuran bersama. Tidak terjebak pada pikiran pragmatis
tetapi memiliki konsep idealis yang istiqomah. Lembaga tersebut adalah
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) (Zainul, 1999:73).
Tabel 1.2. Sumber Pendanaan Bagi UMKM
No.
Sumber Pendanaan
1 Lembaga Keuangan Mikro
Syariah Hanya BMT
BMT dan LKS (Lembaga
Keuangan Syariah) lainnya
2 Hanya Perbankan Syariah (BUS,
UUS, BPRS)

Frekuensi

Presentase

157

50,65

126

40,65

24

7,74

10

3

Hanya sumber lainnya (keluarga
3
0,96
dan teman)
Total
310
100
Sumber: Irfan, 2013: 23 dalam Jurnal Ekonomi Islam REPUBLIKA
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa prospek perkembangan lembaga
keuangan mikro syariah BMT dalam sumber pendanaan atau pembiayaan
bagi UMKM memiliki pengaruh cukup besar. Penguatan peran BMT
dalam pembangunan ekonomi nasional perlu ditingkatkan melalui
peningkatan volume permodalan dari BMT itu sendiri, salah satu caranya
dengan

dilakukannya

peran

aktif

dalam

program

pemberdayaan

pemerintah dalam meningkatkan perekonomian rakyat.
Pada zaman Nabi, ketika Rasululah menjadi kepala Negara, beliau
yang memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan Negara di abad ke7, yaitu semua hasil penghimpuan kekayaan Negara harus dikumpulkan
terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan
Negara. Tempat pusat pengumpulan dana itu disebut bait al mal. Yang
masa Nabi Muhammad SAW terletak di masjid Nabawi. Pemasukan
Negara yang sangat sedikit disimpan dilembaga ini dalam jangka waktu
yang pendek untuk selanjutnya didistribusikan kepada masyarakat. Pada
masa pemerintahan Rasul ini sumber Negara berasal dari kharaj, zakat,
khums, jizyah, dan penerimaan lainnya. Seperti kaffarat dan harta waris
dari orang yang tidak memiliki ahli waris (Euis, 2005:16-17).
Dari praktek-praktek yang telah diterapkan pada masa Rasulullah
dan para sahabat, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan seperti perbankan
dan kegiatan BMT sudah dijalankan walaupun dalam skala kecil dan
11

belum berbentuk suatu kelembagaan yang berdiri sendiri, begitu juga
pelaksanaannya tidak sebesar sekarang ini. Ini dilihat dari adanya praktek
seperti menitipkan harta, meminjamkan harta, memberikan pinjaman
modal dan pengiriman harta.
BMT adalah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan dan
dikembangkan oleh masyarakat terutama pada awal berdiri, biasanya
dilakukan dengan menggunakan sumber daya termasuk dana atau modal
dari masyarakat setempat itu sendiri (Lukytawati, 2013:58).
Mengingat keadaan demografis di Indonesia dimana masih banyak
penduduk yang tinggal di pedesaan dan menjadi pedagang kecil,
keberadaan BMT terasa sangat penting. Dengan adanya BMT ini
diharapkan dapat membantu para pedagang kecil dalam mengatasi
masalah permodalan mereka. Karena modal menjadi salah satu pokok
permasalahan dalam semua jenis usaha. Begitu juga dengan para pedagang
kecil yang kebanyakan tinggal didesa dan tergolong ekonomi lemah. BMT
memang beroperasi dilingkungan para pedagang kecil dan sangat
membantu dalam mengatasi permasalah modal mereka, ditambah lagi
setelah pemerintah membuat kebijakan tentang liberalisasi perbankan
dengan mengembalikan sistem perbankan kedalam sistem perhitungan
ekonomi yang lebih murah (Sri dan Muhammad, 2013:300).
BMT pada awalnya berdiri sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat
yang membantu masyarakat yang kekurangan, yang miskin dan nyaris
miskin (poor and near poor). Kegiatan utama yang dilakukan dalam BMT

12

ini adalah pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai
bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha pembiayaan (financing)
tersebut, BMT berupaya menghimpun dana sebanyak-banyaknya yang
berasal dari masyarakat lokal di sekitarnya. Sebagai lembaga keuangan
Syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip Syariah.
Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan
berkembang. Hampir semua BMT yang ada memilih koperasi sebagai
badan hukum, atau dipakai sebagai konsep pengorganisasiannya. Baitul
Maal Wattamwil (BMT) melakukan jenis kegiatan, yaitu Baitul Maal dan
Baitul Tamwil. Sebagai Baitul Maal, BMT menerima titipan zakat, infaq,
dan shadaqah serta menyalurkan (tasaruf) sesuai dengan peraturan dan
amanahnya. Sedangkan sebagai Baitul Tamwil, BMT mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
pengusaha kecil bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung
dan menunjang pembiayaan ekonomi dan BMT berfungsi sebagai suatu
lembaga keuangan Syariah. Lembaga ini berfungsi sebagai lembaga
keuangan Syariah yang menghimpun dan penyaluran dana menurut prinsip
Syariah. Prinsip Syariah yang sering digunakan dalam BMT adalah sistem
bagi hasil yang adil, baik dalam hal penghimpunan maupun penyaluran
dana (Fitra, 2016:3-4).
Dalam penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan studi
kasus BMT masih sedikit sekali khususnya mengenai pembiayaan BMT
untuk perkembangan usaha mikro dan kecil. Penelitian sebelumnya yang

13

dilakukan Sri dan Muhammad (2013), menyatakan bahwa peran keuangan
lembaga mikro syariah untuk usaha mikro di Wonogiri dalam
perkembangan

usaha

pedagang

setelah

memperoleh

pembiayaan

mudharabah BMT, baik keuntungan ataupun keuntungan nasabah
meningkat. Lalu ada penelitian dari Lukytawati, dkk (2013) yang meneliti
akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dan dampaknya
terhadap perkembangan usaha, penelitian dilakukan dengan melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keuntungan usaha
UMKM dan yang mempengaruhi akses UMKM. Sedangkan penelitian
yang dilakukan Dian, dkk (2009) membahas tentang strategi lembaga
keuangan mikro syariah dalam mengembangkan usaha mikro, bagaimana
BMT memberikan peluang dengan memberikan pembiayaan kepada para
nasabahnya. Kemudian penelitian yang dilakukan Irfan (2013) mengenai
BMT dan sumber alternatif pembiayaan syariah bagi UMKM, penelitian
tersebut melihat seberapa banyak masyarakat yang mengenal lembaga
keuangan mikro syariah BMT dan jenis pembiayaannya. Dari berbagai
penelitian tersebut, membuat penulis tertarik untuk membahas penelitian
serupa dengan lokasi berbeda yaitu penelitian di tempat penulis tinggal,
untuk mengetahui apakah hasilnya akan sama dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
BMT AL-FATH IKMI sebagai salah satu lembaga keuangan mikro
syariah yang mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya mampu
berkembang sebagai salah satu alternatif lembaga keuangan mikro syariah

14

yang saat ini memberikan berbagai macam pelayanan dengan menawarkan
berbagai macam produk, jasa dan pembiayaan lainnya. BMT AL-FATH
IKMI memliki pasar yang cukup potensial untuk menarik minat para
nasabah atau mitra untuk bergabung dengan BMT ini karena lokasinya
yang strategis dan sudah memiliki kantor cabang yang tersebar dibeberapa
lokasi. BMT AL-FATH IKMI berperan aktif untuk membantu permodalan
para usaha mikro dan kecil khususnya sebagian masyarakat di Kota
Tangerang Selatan. Sebagai salah salah satu BMT yang ada di Kota
Tangerang Selatan, BMT AL-FATH IKMI mampu berkembang dengan
memiliki jumlah nasabah sebesar 20.598 orang (tercatat April 2016) yang
terus bertambah dengan terus berusaha memenuhi keinginan dan
kebutuhan para mitra dengan berbagai program-program yang menarik.
Melihat hubungan antar fenomena tersebut dan juga pemilihan
tujuan lokasi penelitian, maka mendasari penulis untuk melakukan
penelitian ilmiah dengan judul : “Pengaruh Pembiayaan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro dan
Kecil (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT AL-FATH
IKMI, Ciputat, Kota Tangerang Selatan)”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang penelitian dibuat pembatasan
masalah, pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh
pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan agar masalah

15

yang akan diteliti tidak terlalu meluas. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a.

Variabel bebas yang digunakan adalah Modal Pembiayaan,
Dummy Usia, Dummy Jumlah Tenaga Kerja, Dummy Jenis
Kelamin, Dummy Pendidikan, Dummy Jenis Usaha, Dummy
Lama Menjalankan Usaha, Dummy Lama Menjadi Nasabah
BMT.

b.

Variabel terikat yang digunakan adalah Keuntungan Usaha
Sesudah Pembiayaan.

c.

Objek penelitian adalah Mitra Nasabah pembiayaan usaha mikro
di Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT AL-FATH IKMI.

2. Rumusan Masalah
Dengan batasan masalah tersebut, hal ini akan menarik untuk
dikaji sehingga timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a.

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara keuntungan
usaha sebelum dan sesudah menerima modal pembiayaan dari
KJKS BMT AL-FATH IKMI?

b.

Bagaimana pengaruh modal pembiayaan syariah KJKS BMT ALFATH IKMI terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil?

c.

Bagaimana pengaruh karakteristik profil responden (jenis
kelamin, usia, pendidikan, lama menjadi nasabah) sebagai pelaku
usaha mikro dan kecil terhadap keuntungan usaha mikro dan
kecil?

16

d.

Bagaimana pengaruh karakteristik usaha responden (jenis usaha,
lama menjalankan usaha dan jumlah tenaga kerja) sebagai pelaku
usaha mikro dan kecil terhadap keuntungan usaha mikro dan
kecil?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di
atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara
keuntungan usaha sebelum dan sesudah menerima modal
pembiayaan dari KJKS BMT AL-FATH IKMI.
b. Untuk mengetahui pengaruh modal pembiayaan syariah KJKS
BMT AL-FATH IKMI terhadap keuntungan usaha mikro dan
kecil.
c. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik profil responden (jenis
kelamin, usia, pendidikan, lama menjadi nasabah) sebagai pelaku
usaha mikro dan kecil terhadap keuntungan usaha mikro dan kecil.
d. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik usaha responden (jenis
usaha, lama menjalankan usaha dan jumlah tenaga kerja) sebagai
pelaku usaha mikro dan kecil terhadap keuntungan usaha mikro
dan kecil.
2. Manfaat Penelitian

17

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan sekaligus penerapan teori pada kasus yang
nyata tentang analisis pengaruh pemberian pembiayaan BMT
terhadap peningkatan keuntungan UMK.
b. Bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT
Memberikan

informasi

Syariah/Lembaga

bagi

Keuangan

pihak

pengelola

Perbankan

dalam

usahanya

Syariah

meningkatkan kualitas kinerjanya dalam usaha mensosialisasikan
BMT

kepada

masyarakat,

serta

dapat

dijadikan

sebagai

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
c. Bagi Pedagang Kecil
Memperlancar dan mengembangkan usahanya, mencari solusi
terhadap

hambatan

yang

dihadapi

pedagang

kecil

dalam

mengambil keputusan untuk memperoleh tambahan modal.
d. Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia bisnis dan
masyarakat luas untuk dapat mengetahui adanya suatu lembaga
keuangan yang bisa melayani masyarakat khususnya para pedagang
kecil dengan sistem syariah Islam serta sebagai acuan untuk
keperluan penelitian yang sejenis.

18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
Memahami pengertian dari lembaga keuangan paling tidak
dapat dipahami dari apa yang dikemukakan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, yang memberi pengertian bahwa Lembaga
Keuangan adalah “badan di bidang keuangan yang bertugas menarik
uang dan menyalurkannya kepada masyarakat”. Pengertian tersebut
senada dengan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan Baik Konvensional maupun
syariah, yang menjelaskan Lembaga Keuangan adalah “semua badan
yang melalukan kegiatan-kegiatan di bidang keuangan dengan menarik
uang dari masyarakat dan menyalurkan uang tersebut kembali ke
masyarakat”.
Kata “mikro” pada penyebutan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah, memberi pengertian lebih menunjukkan kepada tataran ruang
lingkup/cakupan yang lebih kecil. Dengan asumsi perbandingan bahwa
Lembaga keuangan besar salah satunya adalah berbentuk bank dengan
modal berskala besar, maka Lembaga Keungan mikro adalah bentukan
lain dari bank atau sejenisnya yang mempunyai kapital kecil dan
diperuntukan untuk sektor usaha mikro kecil. Dalam pengertian ini

19

19

dikategorikan kedalamnya adalah Baitul Mal Wattamwil, Koperasi
Syariah dan Bank Prekreditan Rakyat Syari‟ah (BPRS) (Apid, 2014:
3).
Dalam pedoman pemberdayaan Lembaga Dana Kredit
Pedesaan (LDKP), terdapat prinsip lembaga keuangan mikro
merupakan bentuk pelayanan pembiayaan dengan prinsip-prinsip,
yaitu:
a. Lembaga keuangan mikro tumbuh dari, oleh dan untuk anggota atas
dasar kesadaran.
b. Lembaga keuangan mikro harus berpedoman pada prinsip kehatihatian.
c. Modal lembaga keuangan mikro harus bersumber dari anggotanya
sendiri yang dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan wajib
dan dapat pula ditambahkan simpanan pokok khusus sebagai
penguat modal serta dapat pula membuka jenis-jenis tabungan
(simpanan sukarela).
d. Pelayanan kredit/pinjaman (pembiayaan) hanya diberikan kepada
anggota LKM saja, tidak boleh kepada bukan anggota.
e. Jaminan barang (collateral) boleh diterapkan, namun pertimbangan
yang terbaik tetap atas watak/karakter peminjam sendiri. (Aulia,
2009: 23)
2. Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

20

Secara etimologi diambil dari kosakata alMaal dan atTamwil.
AlMaal bermakna harta kekayaan, sedangkan atTamwil berarti
pertumbuhan harta itu sendiri yang sama-sama berasal dari asal kata
maal. Pengertian lain bahwa baitul mal berasal dari bahasa Arab bait
yang berarti "rumah", dan al-mal yang berarti "harta". Baitul Mal
berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. Baitul Mal
adalah suatu lembaga atau pihak (al jihat) yang mempunyai tugas
khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun
pengeluaran negara. Baitul Maal dapat juga diartikan secara fisik
sebagai tempat (al-makan) untuk menyimpan dan mengelola segala
macam harta yang menjadi pendapatan negara (Dahlan dan Abdul,
1999:105).
Dalam perkembangannya BMT juga diartikan sebagai Balai
Usaha Mandiri Terpadu yang singkatannya juga BMT. Baitul Maal
Wat Tamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan syariah non
perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena didirikan
oleh kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yanng berbeda dengan
lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya
(Sri dan Muhammad, 2013: 301).
Istilah Baitul Mal sesungguhnya telah ada sejak zaman
Rasulullah SAW, meski saat itu belum terbentuk lembaga yang
mandiri dan terpisah. Baitul Maal baru berdiri sebagai lembaga
ekonomi tersendiri pada masa Khalifah „Umar bin Khaththab atas

21

usulan seorang ahli fiqih yang bernama Walid bin Hisyam. Sejak masa
itu dan masa-masa selanjutnya (Dinasti „Abbasiyah dan Umawiyah),
Baitul Mal telah menjadi lembaga yang penting bagi negara. Meski
tidak semua sumber uang negara milik Baitul Mal, tetapi Baitul Mal
boleh dikatakan merambah banyak urusan, mulai dari penarikan zakat,
pajak, ghanimah sampai membangun jalan-jalan, menggaji tentara dan
para pejabat negara serta membangun sarana-sarana sosial lainnya
(Hamdan, 2012: 2).
Dari rentetan sejarah, Baitul Mal harus diakui telah tampil
dalam panggung sejarah Islam sebagai lembaga negara yang banyak
berjasa

bagi

perkembangan peradaban

Islam

dan penciptaan

kesejahteraan bagi kaum muslimin. Keberadaannya telah menghiasi
lembaran sejarah Islam dan

terus berlangsung hingga runtuhnya

Khilafah yang terakhir, yaitu Khilafah Utsmaniyah di Turki tahun
1924. Adapun di Indonesia, Baitul Tamwil pernah merebak melalui
Baitul Tamwil Teknosa Salman maupun Baitul Tamwil Ridha Gusti,
yang kini tinggal sejarah. Kedua lembaga tersebut sesungguhnya
merupakan cikal bakal lahirnya Bank Islam, yang kini diperkenalkan
oleh Bank Muamalah Indonesia (BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat
Syari‟ah (BPRS) (Hamdan, 2012:2). Dalam perkembangan terakhir
jumlah BMT di Indonesia terus mengalami peningkatan. Beberapa
diantaranya memiliki kantor pelayanan lebih dari satu. Jika ditambah
dengan perhitungan mobilitas yang tinggi dari para pengelola BMT

22

untuk “jemput bola”, memberikan layanan di luar kantor, maka
sosialisasi

keberadaan

BMT

telah

bersifat

masif.

Wilayah

operasionalnyapun sudah mencakup daerah perdesaan dan daerah
perkotaan,

di

pulau

Jawa

dan

luar

Jawa

(http://www.puskopsyahlampung.com/2013/05)
3. Sistem Operasional Pembiayaan Syariah
Menurut M. Syafi‟I Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan
merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.
Sedangkan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah peyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan anatar bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tesebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.
Pembiayaan yang diberikan BMT kepada pengusaha mikro
dan kecil dalam (Muhammad, 2004), diberikan dalam rangka untuk :
a. Upaya memaksimalkan keuntungan
Artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu
menghasilkan keuntungan usaha. Setiap pengusaha menginginkan
mampu mencapai keuntungan maksimal.
b.

Upaya meminimalkan resiko

23

Artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan
keuntungan

maksimal,

maka

pengusaha

harus

mampu

meminimalkan resiko yang mungkin timbul.
c.

Pendayagunaan sumber ekonomi
Artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan
melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya
manusia serta sumber daya modal.

d.

Penyaluran kelebihan dana
Artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki
kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan.

4. Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut Pawitra (1992) dalam buku yang berjudul ensiklopedi
Ekonomi, Bisnis dan Manajemen menyatakan bahwa pedagang besar
sama dengan stockholder dan pedagang kecil sama dengan retailer.
Sehingga pedagang kecil (pengusaha mikro) didefinisikan sebagai
orang atau badan usaha yang menjual barang atau jasa langsung pada
konsumen akhir untuk memenuhi kebutuhannya (Sri dan Muhammad,
2013: 301).
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) Usaha Mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini. Adapun kriteria usaha mikro dapat dilihat
pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa:

24

a.

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau

b.

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Usaha Kecil adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini. Adapun kriteria Usaha Kecil dapat dilihat
pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa:
a.

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau

b.

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ra