Analisis Jaringan Sungai Ciliwung Hulu untuk Menentukan Hidrograf Banjir

ANALISIS JARINGAN SUNGAI CILIWUNG HULU UNTUK
MENENTUKAN HIDROGRAF BANJIR

MAY PARLINDUNGAN

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Jaringan
Sungai Ciliwung Hulu untuk Menentukan Hidrograf Banjir” adalah benar karya
saya dengan arahan dari Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
May Parlindungan
NIM G24090022

ABSTRAK
MAY PARLINDUNGAN. Analisis Jaringan Sungai Ciliwung Hulu untuk
Menentukan Hidrograf Banjir. Dibimbing oleh HIDAYAT PAWITAN.
Hidrograf merupakan penyajian grafis yang menghubungkan debit aliran
dengan waktu. Bentuk hidrograf dipengaruhi oleh input masukan yaitu curah
hujan dan morfometri suatu DAS. DAS Ciliwung Hulu merupakan suatu DAS
yang berkontribusi besar dalam bencana banjir yang melanda DKI Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik jaringan sungai Ciliwung
Hulu dan menganalisis pola hidrograf banjir yang terbentuk berdasarkan
kerapatan jaringan sungai. Penentuan karakteristik sungai menggunakan data
DEM SRTM 90 m x 90 m, sehingga diperoleh bahwa DAS Ciliwung Hulu
memiliki empat orde sungai dengan rasio panjang (RL) dan rasio percabangan
(Rb) yang berbeda-beda tiap ordenya. Hidrograf banjir ditentukan menggunakan
metode konvolusi geomorfologi untuk simulasi debit aliran dan dikalibrasikan
dengan debit pengamatan yang tercatat pada stasiun Katulampa untuk kejadian

curah hujan pada tanggal 16 Januari 2013 dan 4 Maret 2013. Nilai uji keakuratan
Nash-Sutcliffe antara debit simulasi dan debit pengamatan diperoleh sebesar 0.72
untuk banjir tanggal 16 Januari 2013 dan 0.66 untuk banjir tanggal 4 Maret 2013,
sehingga disimpulkan bahwa hidrograf banjir dapat ditentukan menggunakan
metode konvolusi geomorfologi dengan kerapatan jaringan sungai dari data
SRTM.
Kata kunci: Data SRTM, Karakteristik jaringan sungai, Metode konvolusi
geomorfologi
ABSTRACT
MAY PARLINDUNGAN. River network Analysis to Determine the Upper
Ciliwung River Flood Hydrograph. Supervised by HIDAYAT PAWITAN.
Hydrograph is a graphical representation of flow with time. Hydrograph shape is
determined by the rainfall input and morphometry of the watershed. Upper
Ciliwung watershed contributes greatly to the floods that hit Jakarta. This study
aimed to determine the characteristics of the Upper Ciliwung river networks and
analyze the flood hydrograph pattern formed by the river network density.
Determination of the characteristics of stream network is based on SRTM DEM
90 m x 90 m, and it is obtained that the Upper Ciliwung river has four Strahler
river order with length ratio (RL) and branching ratio (Rb) that were different for
each river order . Flood hydrograph was calculated using geomorphology

convolution method and the simulated discharges were compared to observed
discharges recorded at the Katulampa station for two rainfall events on January
16, 2013 and March 4, 2013. Based on the values of Nash-Sutcliffe coefficient
obtained from the comparison of simulated discharge and observed discharges
that were 0.72 for January 16, 2013 flood and 0.66 for March 4, 2013 flood, it is
concluded that flood could be determined using geomorphology convolution
method based on the river network density from SRTM DEM data.
Keywords: Geomorphology convolution method, River network characteristics,
SRTM DEM data

ANALISIS JARINGAN SUNGAI CILIWUNG HULU UNTUK
MENENTUKAN HIDROGRAF BANJIR

MAY PARLINDUNGAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Program Studi Meteorologi Terapan


DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Jaringan Sungai Ciliwung Hulu untuk Menentukan
Hidrograf Banjir
Nama
: May Parlindungan
NIM
: G24090022

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Hidayat Pawitan, M.Sc.E
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh


Dr Ir Tania June, M. Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Analisis Jaringan Sungai Ciliwung Hulu untuk Menentukan
HidrografBanjir
Nama
: May Parlindungan
NIM
: G24090022

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Hidayat Pawitan, M.Sc.E
Pembimbing Skripsi

Tanggal Lulus:


0 4 FEB 2014

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah hidrograf
banjir, dengan judul “Analisis Jaringan Sungai Ciliwung Hulu untuk Menentukan
Hidrograf Banjir”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof Dr Ir Hidayat Pawitan, M. Sc. E sebagai pembimbing skripsi.
2. Ibu Dr Ir Tania June, M. Sc sebagai pembimbing akademik.
3. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik,
serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya.
4. Loly Eviyanthy Sihombing yang selalu setia menemani dan memberikan
doa dalam pembuatan skripsi ini.
5. Rikson, Yan Parta, Andika, Chris, Bagindo, Murdhani, Bang Boy, Bang
Hansen, Eka, Atin, Noya, Jame’ , Enda, Noldi, Ratna, Saima, dan Getha
sebagai teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan.
6. Teman-teman GFM 46 dan semua civitas GFM atas dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
May Parlindungan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Jaringan Sungai

1

Hidrograf


3

METODE

3

Alat dan Bahan

3

Waktu dan Tempat Penelitian

4

Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Jaringan Sungai Ciliwung Hulu


9
9

Pemisahan Aliran Dasar

12

Respon Hidrologi DAS Ciliwung Hulu

14

Analisis Hidrograf

15

SIMPULAN DAN SARAN

16


Simpulan

16

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

23

1
2
3
4
5

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

1
2
3
4
5
6

DAFTAR TABEL
Metode Konvolusi Aliran Permukaan
Rasio Panjang Tiap Orde (RL)
Rasio Percabangan Sungai Tiap Orde (Rb)
Pemisahan Aliran Dasar pada Debit Pengamatan
Fungsi Kerapatan Jaringan Drainase DAS Ciliwung Hulu

8
11
11
13
14

DAFTAR GAMBAR
Sistem Orde Sungai Menurut Metode Strahler
Bentuk Hidrograf
Metode Fixed Based Length
Peta DAS Ciliwung
Peta DAS Ciliwung Hulu
Orde Sungai Ciliwung Hulu Berdasarkan Metode Strahler
Pemisahan Aliran Dasar pada banjir Tanggal 16 Januari 2013
Pemisahan Aliran Dasar pada banjir Tanggal 4 Maret 2013
Fungsi Kerapatan Jaringan Drainase DAS Ciliwung Hulu
Debit Simulasi Tanggal 16 Januari 2013
Debit Simulasi Tanggal 4 Maret 2013

2
3
7
9
10
10
12
13
15
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
Data Panjang Segmen Sungai Orde 1
Data Panjang Segmen Sungai Orde 2
Data Panjang Segmen Sungai Orde 3
Data Panjang Segmen Sungai Orde 4
Pengukuran Tanggal 16 Januari 2013
Pengukuran Tanggal 4 Maret 2013

19
20
20
21
21
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012,
daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan. Pengelolaan DAS erat kaitannya dengan hubungan timbal balik antara
manusia dan lingkungannya, sehingga dibutuhkan pengetahuan mengenai DAS
untuk pengelolaan yang baik. Pengetahuan tentang DAS di sini terkait dengan
debit aliran dan hidrograf. Debit aliran sungai dapat dijadikan sebagai indikator
fungsi DAS dalam pengaturan proses, khususnya alih ragam hujan menjadi aliran.
Bentuk penyajian debit yang informatif adalah dalam bentuk hidrograf yang
merupakan penyajian grafis hubungan debit aliran dengan waktu (Sri Harto, 1993).
DAS di setiap tempat berbeda-beda secara morfometrinya. Morfometri
DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang terkait dengan aspek
geomorfologi suatu daerah. Karakteristik DAS yang dimaksud terdiri atas luas
DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien
kecuraman sungai (Rahayu et al., 2009). Hidrograf memberikan gambaran
mengenai berbagai karakteristik yang ada di DAS secara bersama-sama, sehingga
apabila karakteristik DAS berubah maka akan menyebabkan perubahan bentuk
hidrograf (Sosrodarsono & Takeda, 1983). Karakteristik jaringan sungai atau
jejaring sungai dapat mempengaruhi besarnya debit aliran sungai yang dialirkan
oleh anak-anak sungainya yang kemudian juga berpengaruh terhadap pola
hidrograf suatu DAS. Analisis mengenai karakteristik jaringan sungai untuk
menentukan hidrograf suatu DAS yang kemudian melatarbelakangi dilakukan
penelitian ini.
Daerah kajian penelitian ini adalah DAS Ciliwung Hulu. Secara geografis
daerah ini terletak pada 60.30’ LS – 60.50’ LS dan 1060.45’ BT - 1070.5’ BT. DAS
Ciliwung Hulu meliputi areal seluas 146 km2 yang merupakan daerah pegunungan
dengan elevasi antara 300 m dpl sampai dengan 3,000 m dpl.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik jaringan Sungai
Ciliwung bagian hulu dan menentukan hidrograf banjir berdasarkan kerapatan
jaringan sungai.

2
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan Sungai
Morfometri DAS terkait dengan pengukuran bentuk dan pola DAS.
Morfometri DAS dapat dijadikan faktor pembeda antara satu DAS dengan DAS
lainnya untuk tujuan pembandingan maupun klasifikasi. Morfometri DAS juga
merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS dengan karakteristik DAS yang
dimaksud yaitu luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan aliran, pola
aliran, dan gradien kecuraman sungai. Jaringan sungai atau jejaring sungai dapat
mempengaruhi besarnya debit aliran sungai yang dialirkan oleh anak-anak
sungainya. Parameter ini dapat diukur secara kuantitatif dari nisbah percabangan
yaitu perbandingan antara jumlah alur orde sungai tertentu dengan orde sungai
satu tingkat di atasnya. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nisbah
percabangan berarti sungai tersebut memiliki banyak anak-anak sungai dan
fluktuasi debit yang terjadi juga semakin besar (Rahayu et al., 2009).
Orde sungai merupakan posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya
terhadap induk sungai pada suatu DAS. Orde sungai dapat ditetapkan dengan
metode Horton, Strahler, Shreve, dan Scheidegger. Namun pada umumnya,
metode Strahler lebih mudah untuk diterapkan dibandingkan dengan metode
lainnya (Rahayu et al., 2009). Penentuan orde sungai dengan metode Strahler
mengikuti aturan sebagai berikut.
 Orde pertama adalah awal aliran yang tidak memiliki cabang sungai.
 Apabila dua aliran dari orde yang sama bergabung, maka akan terbentuk
aliran dengan nama orde setingkat di atas orde pembentuknya.
 Apabila dua aliran dari orde yang berbeda bergabung akan membentuk
aliran dengan nama orde yang lebih besar dari antara kedua orde
pembentuknya.

Gambar 1 Sistem Orde Sungai Menurut Metode Strahler

3
Hidrograf
Hidrograf merupakan penyajian grafis hubungan debit aliran dengan
waktu (Sri Harto, 1993). Hidrograf memberikan gambaran mengenai berbagai
karakteristik yang ada di DAS secara bersama-sama, sehingga apabila
karakteristik DAS berubah maka akan menyebabkan perubahan bentuk hidrograf
(Sosrodarsono & Takeda, 1983). Menurut Viessman et al. (1989), komponen
hidrograf terdiri dari: (1) aliran permukaan langsung, (2) aliran antara (inter flow),
(3) aliran dasar (baseflow), dan (4) presipitasi pada saluran air (channel
precipitation).
Bentuk hidrograf dapat ditandai dari tiga sifat pokoknya, yaitu waktu naik
(time of rise), debit puncak (peak discharge), dan waktu dasar (base time). Waktu
naik adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai terjadinya
debit puncak. Debit puncak (Qp) adalah debit maksimum yang terjadi dalam
kejadian hujan tertentu. Waktu dasar (Tb) adalah waktu yang diukur saat
hidrograf mulai naik sampai waktu di mana debit kembali pada suatu besaran
yang ditetapkan (Sri Harto, 1993).

Gambar 2 Bentuk Hidrograf

METODE
Alat dan Bahan





Data episode hujan dan debit aliran Ciliwung Hulu tanggal 16 Januari
2013 dan 4 Maret 2013
Data SRTM 90 x 90 wilayah Jawa Barat dari http://srtm.csi.cgiar.org/
Software Microsoft Office (Word dan Excell)
Software ArcGIS 9.3

4
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Agustus 2013 di
Laboratorium Hidrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut
Pertanian Bogor.
Prosedur Analisis Data
Penentuan hidrograf yang dihubungkan dengan karakteristik geomorfologi
menggunakan model diperkenalkan oleh Rodriguez-Iturbe dan Valdes (1979).
Persamaan dalam model Rodriguez-Iturbe dan Valdes memperhitungkan faktorfaktor seperti kecepatan aliran, rasio percabangan, rasio panjang, dan rasio luas
area. Persamaan ini dapat digunakan untuk menentukan pola hidrograf
berdasarkan kerapatan jaringan sungai. Perhitungan yang digunakan dalam model
tersebut disajikan secara sederhana sebagai berikut.
qp = θ . v
tp = k / v
θ=

x RL0.43

k = 0.44 LΩ RB0.55 RA-0.55 RL-0.38
dengan- :
qp
tp
LΩ
θ dan k
v

= estimasi puncak
= waktu puncak
= faktor skala
= faktor morfologi
= kecepatan aliran sungai

RL = rasio panjang sungai
RB = rasio percabangan sungai
RA = rasio luas sungai

Berdasarkan persamaan di atas, untuk menentukan hidrograf maka harus
diperoleh karakteristik jaringan sungainya. Karakteristik jaringan Sungai
Ciliwung Hulu didapat dengan menggunakan Software ArcGIS 9.3. Dengan
memanfaatkan data curah hujan pada periode hujan yang ditentukan yaitu 16
Januari 2013 dan 4 Maret 2013 (yang merupakan periode hujan terjadinya banjir),
dan karakteristik jaringan sungai Ciliwung Hulu, maka dapat ditentukan hidrograf
banjir menggunakan model kurva fungsi kerapatan/kepekaan peluang atau pdf
(probability density function) dan metode konvolusi. Selanjutnya melakukan
analisis terhadap hidrograf banjir yang terbentuk dan menentukan perbedaannya.
Karakteristik sungai dan pola hidrograf didapat dengan cara sebagai berikut.
Karakteristik geomorfometri sungai
a. Orde Sungai
Orde sungai ditentukan dengan menggunakan metode Strahler.

5
b. Panjang Segmen Sungai
Panjang segmen sungai ditentukan dengan menggunakan informasi data
SRTM yang diolah menggunakan ArcGIS 9.3 .
c. Tingkat Percabangan
Tingkat percabangan sungai adalah angka atau indeks yang ditentukan
berdasarkan jumlah alur segmen sungai untuk suatu orde, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Rb =
dengan-:
Rb = Tingkat percabangan atau rasio percabangan
Nw = Jumlah segmen aliran dengan orde ke – w
Nw+1 = Jumlah segmen aliran dengan orde setingkat di atas orde ke-w
Kemudian dari persamaan tersebut, menurut Rahayu et al. (2009) dapat
dinyatakan keadaan sebagai berikut.
 Rb < 3: alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat,
sedangkan penurunannya berjalan lambat
 Rb 3 – 5: alur sungai mempunyai kenaikan dan penurunan muka air banjir
tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat
 Rb > 5: alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat,
demikian pula penurunannya akan berjalan dengan cepat
d. Dimensi Fraktal
Merupakan rasio logaritmik dari rasio percabangan segmen sungai (Rb)
terhadap rasio panjang segmen sungai (RL).
D=

, dan- RL =

dengan-:
D = dimensi fraktal
RL = rasio panjang segmen sungai
Lw = panjang segmen sungai dengan orde ke-w
Lw-1 = panjang segmen sungai dengan orde setingkat di bawah orde ke-w
e. Kerapatan Aliran Sungai
Kerapatan aliran sungai menggambarkan kapasitas penyimpanan air
permukaan dalam cekungan-cekungan seperti danau, rawa, dan badan sungai yang
mengalir di suatu DAS. Kerapatan aliran sungai dapat dihitung dari rasio total
panjang jaringan sungai terhadap luas DAS.
Dd =

6
dengan-:
Dd = indeks kerapatan aliran sungai (km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk panjang anak-anak sungai (km)
A = luas DAS (km2)
Seleksi Episode Hujan
Menentukan episode hujan pada periode waktu tertentu untuk kondisi
terjadi bencana banjir dengan kriteria hari hujan yang memiliki curah hujan di atas
50 mm atau jumlah curah hujan pada tiga hari hujan berturut-turut di atas 100 mm
(Pawitan, 2002). Sehingga terpilih episode hujan tanggal 16 Januari 2013 dan 4
Maret 2013.
Penentuan Curah Hujan Netto
Dalam menentukan hidrograf aliran permukaan diperlukan informasi
mengenai curah hujan yang sampai di permukaan bumi setelah melalui proses
intersepsi oleh tajuk tanaman, penyimpanan oleh cekungan, evaporasi, dan
infiltrasi atau yang biasa disebut curah hujan netto. Banyak metode yang dapat
digunakan untuk menentukan curah hujan netto seperti dengan menggunakan hasil
pengurangan curah hujan yang terjadi dalam suatu periode dengan proses infiltrasi,
evaporasi, dan intersepsi. Metode seperti itu sulit digunakan karena banyak
informasi yang harus diperoleh untuk menentukan nilai infiltrasi, evaporasi, dan
intersepsi. Nilai curah hujan netto yang merupakan nilai aliran permukaan dapat
lebih mudah ditentukan dengan mengetahui koefisien aliran permukaan. Curah
hujan netto dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut-:
Kr

, Pt =

dengan-:
Kr = Koefisien aliran permukaan
Vr = Volume aliran permukaan (m3)
S
= Luas DAS (m2)
Pt
= Tinggi hujan total dalam satu kejadian hujan (mm)
D (t) = Tinggi hujan pada waktu t (mm)
t
= Interval waktu pengamatan (t)
Pn (t) = Kr x P (t)
dengan-:
Pn (t) = Intensitas hujan netto pada waktu t
Pt
= Tinggi hujan total dalam satu kejadian hujan (mm)
Hidrograf
a. Pemisahan Aliran Dasar
Pemisahan aliran dasar dari hidrograf sangat diperlukan dalam
menentukan besarnya banjir di dalam sungai, sehingga perlu diketahui besarnya
aliran langsung (direct runoff) yang disebabkan oleh hujan. Menurut Schulz
(1980) untuk memisahkan komponen-komponen hidrograf tersebut dapat

7
dilakukan dengan beberapa metode seperti metode Fixed Based Length. Metode
ini paling banyak digunakan dalam pemisahan aliran dasar. Dalam metode ini,
kurva aliran dasar (baseflow) diperoleh dengan menarik garis dari bagian rising
limb pada hidrograf sampai pada ordinat puncak hidrograf (peak flow). Garis ini
menunjukkan penurunan nilai groundwater selama terjadi kenaikan pada hidrograf
(rising limb). Limpasan permukaan akan berakhir pada waktu tertentu, dihitung
dari puncak hidrograf (time base dari direct runoff relatif konstan), dengan
persamaan N = 0.8 A0.2 (Mayong, 2006). Langkah selanjutnya yang dilakukan
dalam metode ini ditunjukkan seperti berikut-:
1. Berdasarkan data debit (Q) dan waktu (t) dibuat kurva hubungan antara Q
dan t kumulatif.
2. Menentukan titik awal terjadi kenaikan pada kurva (Q0).
3. Menentukan titik Qp (Q puncak) dan menarik garis sampai sumbu x (garis
AB).
4. Mencari titik Z.
5. Menarik garis dari titik Q0 hingga ke garis AB (titik P) dan menarik garis
dari titik Z ke titik P.
6. Menghitung nilai baseflow berdasarkan grafik yang terbentuk dengan
menggunakan persamaan regresi linear dengan bantuan perangkat lunak
Ms. Excel sehingga didapat total baseflow.
Direct Runoff (DRO)

Q

Baseflow
(BFO)

Gambar 3 Metode Fixed Based Length
7. Menghitung nilai DRO yang merupakan selisih antara debit dengan BFO.
b. Model Klasik Fungsi Kerapatan Peluang (Pdf Isokron)
Fungsi kerapatan/kepekaan peluang atau pdf (probability density function)
untuk DAS orde ke-1 ditentukan dengan menggunakan selang isokron yang
dihitung berdasarkan persamaan berikut-:
Δl(L) = V x t
dengan-:
Δl(L) = Selang isokron (m)
V
= Kecepatan aliran (m/s)
t
= Selang waktu pengamatan (s)
Selang waktu pengamatan yang dilakukan adalah 10 menit yang diperoleh
dari stasiun pengamatan curah hujan di Baranangsiang dan disesuaikan dengan

8
pengamatan debit aliran Sungai Ciliwung di stasiun Katulampa. Kemudian
kecepatan aliran rata-rata dihitung menggunakan persamaan berikut-:
V=
dengan-:
V
= Kecepatan aliran rata-rata (m/s)
Lrata-rata = Panjang rata-rata sungai orde ke-1 (m)
Tr
= selang waktu pengamatan (s)
Respon hidrologi (pdf) ditentukan berdasarkan persamaan-:
ρi =
dengan-:
ρi = pdf orde ke-1 isokron ke-I
Ni = Jumlah jaringan DAS orde ke-1 yang terdapat pada isokron ke-I
c. Simulasi Debit Aliran
Menghitung simulasi debit aliran berdasarkan pengaruh morfologi sungai
dilakukan dengan metode konvolusi antara intensitas curah hujan netto yang jatuh
pada DAS dan respon hidrologi yang terdapat pada DAS tersebut (pdf). Metode
konvolusi dilakukan seperti berikut-:
Qt = (Pnt * ρi) x A
dengan-:
Q t = Debit simulasi (m3/s)
Pnt = Curah hujan netto pada waktu t (mm)
ρi = pdf DAS pada orde ke-1
A = Luas DAS (m2)
* = konvolusi
Tabel 1 Metode Konvolusi Geomorfologi Hidrograf Aliran Sungai
Debit ke-t
Q1
Q2
Q3

Qt

Konvolusi
P1ρ1 A
P2ρ1 A + P1ρ2 A
P3ρ1 A + P2ρ2 A + P1ρ3 A

Pnt * ρi A

Debit simulasi (m3/s)

Perbandingan Debit Simulasi dan Debit Observasi
Debit simulasi dibandingkan dengan debit observasi atau pengamatan
dengan menggunakan kriteria uji yang dilakukan Nash dan Sutcliffe (1970)
dengan rumus berikut-:

9
F=
dengan-:
Qs = Debit simulasi (m3/s)
Qp = Debit pengamatan (m3/s)
= Rata-rata debit pengamatan (m3/s)
Besarnya nilai F berkisar antara -∞ hingga 1. Bilai nilai F mendekati 1
maka hasil simulasi dapat dikatakan mendekati sempurna.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Jaringan Sungai Ciliwung Hulu
Hidrograf memberikan gambaran mengenai berbagai kondisi (karakteristik)
yang ada di suatu daerah aliran sungai (DAS), sehingga apabila karakteristik DAS
berubah maka akan menyebabkan perubahan bentuk hidrograf (Sosrodarsono dan
Takeda, 1983). Hidrograf juga menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS
terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku DAS yang
bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu
terjadinya masukan (Sri Harto, 1993).

Gambar 4 Peta DAS Ciliwung

10
Daerah kajian penelitian ini adalah DAS Ciliwung Hulu. Secara geografis
daerah ini terletak pada 60.30’ LS – 60.50’ LS dan 1060.45’ BT - 1070.5’ BT. DAS
Ciliwung Hulu meliputi areal seluas 152 km2 yang merupakan daerah pegunungan
dengan elevasi antara 300 m dpl sampai dengan 3,000 m dpl.

Gambar 5 Peta DAS Ciliwung Hulu
Analisis karakteristik dan morfologi sungai digunakan untuk mengetahui
informasi rasio panjang segmen sungai dan rasio percabangan sehingga dapat
melakukan analisis debit aliran atau hidrograf yang terbentuk pada suatu DAS.
Penentuan karakteristik jaringan sungai Ciliwung Hulu untuk mengetahui titik dan
jumlah orde percabangan segmen sungai dengan analisis percabangan sungai
menurut Metode Strahler seperti yang ditampilkan pada gambar berikut-:

Gambar 6 Orde Sungai Ciliwung Hulu Berdasarkan Metode Strahler

11
Sungai Ciliwung Hulu terbagi menjadi empat orde sungai yang ditunjukkan
pada Gambar 6. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam
urutannya terhadap sungai pada suatu DAS. Dengan menggunakan Metode
Strahler, alur sungai paling hulu yang tidak mempunyai cabang disebut dengan
orde pertama, pertemuan antara orde pertama disebut orde kedua, demikian
seterusnya sampai pada sungai utama ditandai dengan nomor orde yang paling
besar (Rahayu et al., 2009). Informasi mengenai panjang segmen sungai dan
jumlah percabangan segmen sungai diperoleh dari data SRTM yang diolah
menggunakan ArcGIS 9.3 dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel di bawah.
Tabel 2 Rasio Panjang Segmen Tiap Orde (RL)
Panjang rata-rata/Lω (m)

Orde

Lω-1

RL

1

837.8

2

778.3

837.8

0.9

3

821.8

778.3

1.1

4

541.5

821.8

0.7

Panjang segmen sungai rata-rata dikelompokkan berdasarkan ordenya
masing-masing kemudian ditentukan perbandingan panjang segmen dari orde
yang satu dengan orde setingkat di bawahnya sehingga diperoleh nilai rasio
panjang segmen (RL). Dari tabel di atas, diperoleh bahwa panjang segmen ratarata tiap orde berbeda-beda. Orde yang memiliki panjang segmen rata-rata paling
tinggi adalah orde 1 dengan 837.8 meter dan orde dengan panjang segmen ratarata terendah adalah orde 4 yaitu 541.5 meter. Rasio panjang segmen (RL) tiap
orde berkisar antara 0.7 – 1.1 .
Tabel 3 Rasio Percabangan Segmen Sungai Tiap Orde (Rb)
Orde

Nω+1
Rb
1
184
92
2
2
92
45
2.0
3
45
35
1.3
4
35
Rasio percabangan (Rb) dihitung berdasarkan perbandingan jumlah orde
yang satu dengan jumlah orde setingkat di atasnya. Nilai rasio percabangan untuk
sungai yang alami atau disebut nilai normal berkisar antara 3 – 5, sementara nilai
rasio percabangan untuk Sungai Ciliwung Hulu berkisar antara 1.3 – 2 atau masih
di bawah nilai normal. Nilai Rb kurang dari 3 menyatakan bahwa alur sungai di
Sungai Ciliwung Hulu mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat,
sedangkan penurunannya berjalan lambat (Rodriguez-Iturbe dan Valdez, 1979).
Dari nilai rasio panjang dan rasio percabangan dapat ditentukan nilai
dimensi fraktal yang merupakan rasio logaritmik dari jumlah rasio percabangan
segmen sungai terhadap jumlah rasio panjang segmen sungai. Dari perhitungan
tersebut, diperoleh nilai dimensi fraktal untuk Sungai Ciliwung Hulu adalah 1.7 .

12
Kerapatan aliran sungai menggambarkan kapasitas penyimpanan air
permukaan dalam cekungan-cekungan seperti danau, rawa, dan badan sungai yang
mengalir di suatu DAS. Kerapatan aliran sungai dapat dihitung dari rasio total
panjang jaringan sungai terhadap luas DAS. Untuk luas keseluruhan DAS
Ciliwung Hulu adalah 152.9 km2. Dan jumlah panjang sungai termasuk panjang
anak-anak sungai secara keseluruhan adalah 281.6 km. Dari data tersebut
kemudian diperoleh kerapatan aliran sungai DAS Ciliwung Hulu yaitu 1.84
km/km2 yang termasuk dalam kategori sedang. Nilai ini juga berarti bahwa DAS
Ciliwung Hulu memiliki kapasitas penyimpanan air permukaan yang cukup
banyak untuk setiap aliran di badan sungainya (Rahayu et al., 2009).
Pemisahan Aliran Dasar
Aliran sungai terdiri dari dua bagian yaitu limpasan langsung (direct
runoff) dan aliran dasar (baseflow) dengan menitikberatkan perbedaan keduanya
pada waktu sampai ke sungai (Linsley et al., 1982). Aliran langsung adalah aliran
pada DAS ke sungai utama, yang berupa overland flow yang mengisi depresidepresi di permukaan tanah sebagai air permukaan yang segera mengalami proses
infiltrasi dan evaporasi. Aliran ini dapat terkonsentrasi menuju sungai dalam
waktu singkat, sehingga aliran ini merupakan penyebab utama terjadinya banjir.
Aliran dasar (baseflow) atau disebut juga air tanah merupakan air yang muncul di
permukaan sebagai rembesan dan mata air. Aliran dasar merupakan komponen
penting dalam ketersediaan air pada musim kemarau. Pemisahan aliran dasar dari
hidrograf sangat diperlukan dalam menentukan besarnya banjir di dalam sungai,
sehingga perlu diketahui besarnya aliran langsung (direct runoff) yang disebabkan
oleh hujan.

Gambar 7 Pemisahan Aliran Dasar pada banjir Tanggal 16 Januari 2013

13

1

2

3 4

Gambar 8 Pemisahan Aliran Dasar pada banjir Tanggal 4 Maret 2013
Pemisahan aliran dasar dengan menggunakan metode Fixed Based Length
menghasilkan persamaan regresi seperti yang ditampilkan pada Gambar 7 dan
Gambar 8 untuk debit yang diamati pada stasiun pengamatan debit aliran sungai
di Katulampa, yang merupakan data debit tiap jam pada tanggal 16 Januari 2013
dan 4 Maret 2013. Persamaan yang diperoleh pada tanggal 16 Januari 2013 adalah
y1 = 9.5 dan y2 = 0.762x – 1.175 . Persamaan yang diperoleh pada tanggal 4 Maret
2013 adalah y1 = -0.275x + 7.35 dan y2 = 1.125x – 17.85 . Persamaan tersebut
kemudian digunakan untuk menentukan besaran aliran dasar atau baseflow.
Metode Fixed Based Length digunakan karena dapat menentukan aliran
permukaan langsung yang berpengaruh terhadap besaran banjir walaupun
biasanya metode ini juga digunakan untuk menentukan aliran dasar selama musim
kemarau. Aliran permukaan langsung (Direct runoff) didapat dari selisih nilai
debit dengan nilai aliran dasar.
Tabel 4 Pemisahan Aliran Dasar pada Debit Pengamatan
Tanggal
16 Januari 2013
4 Maret 2013

Debit
330.3
320.2

Aliran Dasar (BFO)
201.1
113.3

Aliran Permukaan (DRO)
129.2
206.9

Nilai aliran dasar diperoleh berdasarkan persamaan pada tiap hidrograf di
tanggal pengamatan yang berbeda. Pada tanggal 16 Januari 2013, nilai aliran dasar
adalah 201.1 m3/s dan nilai aliran permukaan langsungnya adalah 129.2 m3/s,
sementara untuk pengamatan pada tanggal 4 Maret 2013, nilai aliran dasar adalah
113.3 m3/s dan nilai aliran permukaan langsungnya adalah 206.9 m3/s. Bila
dibandingkan dari debit yang masuk, maka nilai DRO pada tanggal 16 Januari
2013 sebesar 0.39 dan pada tanggal 4 Maret 2013 sebesar 0.65 . Nilai tersebut
juga berarti bahwa dari curah hujan yang masuk ke dalam DAS Ciliwung Hulu
dan menjadi debit aliran sungai akan dilimpaskan sebesar 39% pada tanggal 16
Januari 2013 dan 65% pada tanggal 4 Maret 2013.

14
Respon Hidrologi DAS Ciliwung Hulu
Respon hidrologi DAS menggambarkan fungsi kerapatan jaringan sungai
yang diperoleh setelah memantau lintasan air dalam aliran sungai melalui
rekonstruksi jaringan hidrologi. Analisis terhadap jaringan hidrologi DAS
Ciliwung Hulu yang memiliki empat orde sungai dilakukan dengan waktu
pengamatan selama 10 menit yang disesuaikan dengan pengukuran curah hujan
dan debit. Dengan data SRTM 90 m x 90 m, DAS Ciliwung Hulu memiliki 184
buah segmen sungai orde-1, 92 buah segmen sungai orde-2, 45 buah segmen
sungai orde-3, dan 35 buah segmen sungai orde-4. Panjang segmen sungai ratarata adalah 837.8 m dengan sungai terpanjang berukuran 4,757.9 m. Kecepatan
rata-rata aliran DAS ini sekitar 1.3 m/s dengan waktu respon 60 menit. Sehingga
diperoleh enam isokron yang kemudian dibagi dalam beberapa selang seperti yang
terdapat pada Tabel 5. Kerapatan jaringan hidrologi tertinggi terletak pada interval
0 - 679.7 m dengan nilai pdf 0.554 dan terendah dengan pdf 0.005 pada interval
4,078.2 – 4,757.9 m.
Tabel 5 Fungsi Kerapatan Jaringan (pdf) drainase DAS Ciliwung Hulu
Panjang sungai orde-1 (m)
Jumlah segmen sungai
pdf
0 - 679.7

102

0.554

679.7 – 1,359.4

50

0.272

1,359.4 – 2,039.1

17

0.092

2,039.1 – 2,718.1

8

0.043

2,718.1 – 3,398.5

3

0.016

3,398.5 – 4,078.2

3

0.016

4,078.2 – 4,757.9

1

0.005

Jumlah

184

1

Fungsi kerapatan jaringan drainase DAS Ciliwung Hulu kemudian
direpresentasikan dalam bentuk kurva seperti yang disajikan pada Gambar 9.
Kurva/hidrograf debit hasil simulasi dan pengukuran biasanya mempunyai bentuk
yang identik dengan kurva kerapatan jaringan hidrologinya, karena teknik
konvolusi yang dipergunakan dalam melakukan simulasi debit menggunakan
fungsi kerapatan jaringan hidrologi sebagai salah satu unsurnya (Heryani et al.,
2002).

15

Gambar 9 Fungsi Kerapatan Jaringan drainase DAS Ciliwung Hulu
Analisis Hidrograf
Banjir pada DAS Cilliwung terjadi apabila curah hujan pada daerah hulu
melebihi 50 mm dalam satu hari hujan atau di atas 100 mm dalam 3 hari hujan
berturut-turut (Pawitan, 2002). Pengamatan yang dilakukan yaitu pada tanggal 16
Januari 2013 dan 4 Maret 2013, dengan memperhitungkan faktor karakteristik
DAS dan curah hujan yang terjadi kemudian dilakukan metode konvolusi
geomorfologi yang diberikan pada Tabel 1 untuk menghitung debit simulasi aliran
sungai. Debit simulasi dan debit pengamatan kemudian dibandingkan untuk
menguji keakuratan debit simulasi yang menggunakan metode konvolusi antara
curah hujan dan geomorfologi sungai.

Gambar 10 Debit Simulasi Tanggal 16 Januari 2013
Grafik di atas menunjukkan perbandingan antara debit simulasi dan debit
pengamatan yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2013. Dengan metode
konvolusi, debit simulasi tertinggi terjadi pada jam 13.00 yang sama waktu
puncaknya dengan debit pengamatan, sementara ada keterlambatan antara puncak
curah hujan dan puncak debit yang disebabkan waktu tempuh dari titik jatuh butir
hujan ke titik pengamatan. Hasil uji kemiripan Nash-Sutcliffe antara debit
simulasi dan debit pengamatan pada tanggal 16 Januari 2013 sebesar 0.72 yang

16
artinya kemiripan antara debit simulasi yang diperoleh dari metode konvolusi dan
debit pengamatan bernilai 72 % atau debit simulasi yang diperoleh baik digunakan
untuk menduga nilai debit pengamatan. Nilai ini juga berarti bahwa hidrograf
banjir dipengaruhi oleh karakteristik DAS-nya.
Simulasi debit aliran yang dilakukan pada tanggal 4 Maret 2013 memiliki
kemiripan sebesar 0.66 dengan debit pengamatan. Nilai uji kemiripan ini cukup
baik atau bernilai sedang untuk menduga keterkaitan antara karakteristik DAS
dengan hidrograf banjir. Debit puncak pada simulasi terjadi pada waktu yang
sama dengan debit pengamatan yaitu pada pukul 18.00. Bentuk hidrograf dari
kedua simulasi hampir menyerupai bentuk hidrograf pengamatan, namun
perbedaan nilai yang dihasilkan dari debit simulasi dan debit pengamatan
disebabkan oleh metode konvolusi yang memperhitungkan curah hujan dan fungsi
kerapatan jaringan aliran sungai (pdf). Analisis hidrograf banjir akan lebih baik
dilakukan dengan menggunakan simulasi dan pengamatan yang lebih banyak
untuk periode terjadinya banjir, sehingga akan diperoleh perbandingan yang lebih
banyak untuk menyimpulkan pengaruh karakteristik jaringan sungai terhadap
hidograf banjir.

Gambar 11 Debit Simulasi Tanggal 4 Maret 2013

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
DAS Ciliwung Hulu memiliki karakteristik sungai yang terbagi dalam
empat orde sungai berdasarkan Metode Strahler dengan rasio panjang segmen
sungai (RL) 0.7 – 1.1 dan rasio percabangan segmen sungai (RB) 1.3 – 2.
Karakteristik tersebut menyimpulkan bahwa DAS Ciliwung Hulu memiliki
dimensi fraktal 1.7 dan kerapatan aliran sungai 1.84 km/km2. Nilai ini juga berarti
bahwa DAS Ciliwung Hulu memiliki kapasitas penyimpanan air permukaan yang

17
cukup banyak untuk setiap aliran di badan sungainya. Hidrograf banjir ditentukan
berdasarkan karakteristik sungai dan curah hujan yang terjadi di DAS Ciliwung
Hulu pada tanggal 16 Januari 2013 dan 4 Maret 2013. Simulasi debit aliran
dengan tingkat kemiripan menggunakan Uji Nash-Sutcliffe dengan nilai 0.72 dan
0.66 menyimpulkan bahwa hidrograf banjir dapat ditentukan berdasarkan metode
konvolusi geomorfologi dengan kerapatan jaringan sungai dari data SRTM 90 m x
90 m.
Saran
Penelitian ini menggunakan dua periode terjadinya banjir di Sungai
Ciliwung Hulu untuk analisis hidrografnya. Penentuan hidrograf banjir sebaiknya
menggunakan lebih banyak simulasi dan pengamatan pada periode terjadinya
banjir sehingga akan mendapatkan lebih banyak perbandingan dalam
menyimpulkan pengaruh karakteristik jaringan sungai untuk menentukan
hidrograf banjir.

DAFTAR PUSTAKA
Heryani N, Pawitan H, Irianto G. 2002. Model Simulasi Transfer Hujan-Aliran
Permukaan (H2U) Untuk Pendugaan Debit Daerah Aliran Sungai. Jurnal
Agromet 16 (1 & 2). Bogor.
Linsley RK, Kohler MA, Paulus JJH. 1982. Hydrology for Engineers. New York :
Mc Graw Hill Inc.
Mayong. 2006. Konsep Neraca Air. http://mayong.staff.ugm.ac.id [8 Agustus
2013].
Murdiyarso D, Kurnianto S. 2008. Ecohydrology of the Mamberamo basin : An
initial assessment of biophysical process. Bogor, Indonesia: Center for
International Forestry Research (CIFOR).
Nash JE, Sutcliffe JV. 1970. River Flow Forecasting Through Conceptual Models
1, a discussion principles. J. Hydrol. 10 (1), 282-290.
Pawitan H. 2002. Hidrologi DAS Ciliwung dan Andilnya Terhadap Banjir di
Jakarta. Makalah Lokakarya Pendekatan DAS Dalam Menanggulangi
Banjir Jakarta. Lembaga Penelitian IPB-Andersen Consult. Jakarta 8 Mei
2002.
Rahayu S, Widodo RH, Van Noordwijk M, Suryadi I, Verbist B. 2009.
Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor, Indonesia. World
Agroforestry Centre-Southeast Asia Regional Office.104p.
Rinaldi Andi. 2010. Pemodelan Hidrograf Satuan Universal (H2U) pada
Berbagai Skala Peta Dasar Berbasis Satuan Informasi Geografis. Bogor:
Thesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Rodriguez-Iturbe dan J.B Valdez. 1979. The Geomorphologic Structure of
Hydrologic Response. Caracas, Venezuela: Simon Bolivar Univ.
Schulz EF. 1980. Problem in Applied Hydrology. Ed Ke-6. Fort Collins,
Colorado: Water Resources Publications.

18
Slamet B. 2006. Model Hidrograf Satuan Sintetik Menggunakan Parameter
Morfometri. Bogor: Thesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Sosrodarsono D, Takeda K. 1983. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT
Pradnya Paramitra.
Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tarboton DG, Rafael LB, Ignacio RI. 1988. The Fractal Nature of River Networks.
J. Water Resources Research. Vol. 24, No. 8, Pages 1317-1322.
Viessman W, Lewis GL, Knapp JW. 1989. Introduction to Hydrology. ED Ke-3.
New York: Harper & Row, Publisher, Inc.

19
Lampiran 1 Data Panjang Segmen Sungai Orde 1
Orde (1) Panjang (m) Orde (1) Panjang (m) Orde (1) Panjang (m) Orde (1) Panjang (m)
1
297.8
47
234.6
93
586.3
139
2,595.5
2
413.2
48
1,149.6
94
1,344.5
140
618.3
3
165.9
49
165.9
95
703.1
141
234.6
4
955.0
50
165.9
96
276.5
142
3,476.6
5
1,643.8
51
391.0
97
946.5
143
165.9
6
322.4
52
297.8
98
874.4
144
647.3
7
785.9
53
234.6
99
297.8
145
4,757.9
8
647.3
54
276.5
100
165.9
146
2,298.4
9
1,796.9
55
1,581.6
101
545.0
147
654.1
10
944.2
56
165.9
102
156.4
148
896.5
11
234.6
57
322.5
103
1,031.7
149
276.5
12
547.5
58
1,833.0
104
165.9
150
1,142.4
13
966.9
59
165.9
105
630.5
151
1,412.6
14
1,570.4
60
165.9
106
297.8
152
297.8
15
787.7
61
402.6
107
1,016.7
153
276.4
16
677.0
62
165.9
108
165.9
154
165.9
17
608.3
63
1,316.3
109
1,218.0
155
234.6
18
589.3
64
875.4
110
966.1
156
3,100.3
19
475.7
65
771.2
111
635.2
157
391.0
20
1,921.9
66
534.0
112
509.8
158
1,035.7
21
727.4
67
2,333.8
113
1,566.0
159
1,079.9
22
234.6
68
1,028.7
114
1,366.3
160
1,220.2
23
2,451.7
69
3,627.5
115
276.5
161
1,145.5
24
787.6
70
1,012.7
116
165.9
162
455.8
25
896.6
71
3,426.9
117
391.0
163
297.7
26
234.6
72
322.5
118
2,191.2
164
387.0
27
1,207.8
73
387.1
119
1,786.8
165
322.4
28
1,081.5
74
322.4
120
1,334.3
166
720.9
29
234.6
75
786.0
121
322.5
167
165.9
30
165.9
76
2,075.2
122
469.2
168
402.6
31
1,123.4
77
752.2
123
234.6
169
1,839.7
32
165.9
78
387.1
124
276.5
170
478.7
33
297.8
79
165.9
125
297.8
171
764.8
34
785.9
80
745.7
126
391.0
172
1,220.2
35
1,987.4
81
1,972.9
127
391.0
173
234.6
36
1,978.9
82
322.5
128
234.6
174
165.9
37
2,185.4
83
475.7
129
547.4
175
387.1
38
566.4
84
618.2
130
696.9
176
165.9
39
475.7
85
234.6
131
608.3
177
810.5
40
497.7
86
718.9
132
497.7
178
2,053.3
41
1,117.7
87
635.1
133
3,043.5
179
1,039.2
42
276.5
88
234.6
134
1,050.7
180
3,058.7
43
1,183.9
89
787.6
135
165.9
181
785.9
44
234.6
90
322.5
136
234.6
182
1,455.4
45
509.9
91
722.9
137
322.4
183
234.6
46
1,372.6
92
322.4
138
1,362.6
184
727.4
Jumlah
154,149.0
Panjang rata-rata
837.8

20
Lampiran 2 Data Panjang Segmen Sungai Orde 2
Orde (2) Panjang (m) Orde (2) Panjang (m) Orde (2) Panjang (m) Orde (2) Panjang (m)
1
876.8
24
1,266.9
47
962.6
70
221.2
2
442.4
25
774.1
48
1,375.1
71
929.3
3
247.3
26
672.7
49
1,721.8
72
625.6
4
349.7
27
247.3
50
957.5
73
156.4
5
156.4
28
456.0
51
398.8
74
349.7
6
247.3
29
1,308.2
52
1,113.8
75
1,062.4
7
1,414.2
30
469.2
53
644.9
76
221.2
8
689.7
31
644.9
54
560.1
77
1,154.0
9
456.0
32
1,838.1
55
625.6
78
2,443.7
10
312.8
33
156.4
56
563.9
79
398.7
11
1,850.3
34
156.4
57
469.2
80
672.8
12
620.0
35
884.8
58
1,431.3
81
3,290.7
13
110.6
36
863.8
59
110.6
82
1,711.8
14
494.6
37
1,651.2
60
349.7
83
247.3
15
110.6
38
349.7
61
1,001.4
84
247.3
16
398.8
39
398.8
62
703.3
85
455.9
17
247.3
40
625.6
63
2,039.5
86
945.0
18
782.0
41
398.8
64
3,390.0
87
662.6
19
349.7
42
1,901.9
65
398.8
88
774.3
20
156.4
43
1,019.7
66
768.8
89
982.9
21
805.2
44
951.8
67
156.4
90
709.5
22
488.2
45
844.3
68
488.2
91
708.2
23
837.9
46
644.8
69
331.8
92
1,100.7
Jumlah
71,604.1
Panjang rata-rata
778.3

Lampiran 3 Data Panjang Segmen Sungai Orde 3
Orde (3) Panjang (m) Orde (3) Panjang (m) Orde (3) Panjang (m)
1
672.7
16
456.0
31
1,709.8
2
735.5
17
221.2
32
349.7
3
865.8
18
4,921.6
33
1,208.9
4
247.3
19
1,613.1
34
1,480.4
5
1,087.2
20
156.4
35
553.0
6
782.0
21
488.2
36
553.0
7
1,774.5
22
1,221.5
37
534.0
8
1,695.2
23
708.2
38
1,314.4
9
689.7
24
312.8
39
1,406.6
10
110.6
25
110.6
40
552.9
11
690.4
26
312.8
41
1,680.4
12
553.0
27
398.8
42
564.0
13
884.7
28
110.6
43
552.9
14
837.9
29
247.3
44
672.6
15
78.2
30
156.4
45
708.1
Jumlah
36,981.1
Panjang rata-rata
821.8

21
Lampiran 4 Data Panjang Segmen Sungai Orde 4
Orde (4) Panjang (m) Orde (4) Panjang (m)
1
228.0
19
1,371.9
2
322.4
20
398.8
3
598.8
21
534.0
4
534.0
22
349.7
5
911.6
23
690.4
6
509.4
24
911.6
7
156.4
25
595.6
8
349.8
26
156.4
9
398.8
27
247.3
10
488.2
28
398.8
11
349.7
29
644.6
12
156.4
30
156.4
13
247.3
31
247.3
14
2,017.8
32
247.3
15
951.7
33
456.0
16
221.2
34
741.9
17
1,497.1
35
221.2
18
644.6 Jumlah
18,952.2
Panjang rata-rata
541.5

Lampiran 5 Pengukuran Tanggal 16 Januari 2013
Jam
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Rerata

Qob
15.6
9.5
9.5
9.5
11.4
20.3
37.4
37.4
28.3
25.5
22.9
20.3
17.9
17.9
15.6
15.6
15.6
15.6
19.2

Qsim
0
1.6
3.9
6.5
14.0
28.5
52.4
52.3
41.5
29.1
22.1
19.6
18.3
15.9
13.2
10.5
7.8
5.0

Qob-Qsim (Qob-Qsim)2
15.6
243.0
7.9
63.1
5.6
31.4
3.0
9.0
-2.6
6.5
-8.2
66.7
-15.0
224.4
-14.9
221.7
-13.2
173.3
-3.5
12.4
0.8
0.6
0.7
0.5
-0.4
0.1
1.9
3.7
2.4
5.5
5.1
25.8
7.8
61.2
10.6
112.3
Jumlah
1,261.5

Qave
Qsim-Qave
19.2
-19.2
19.2
-17.6
19.2
-15.3
19.2
-12.7
19.2
-5.2
19.2
9.3
19.2
33.2
19.2
33.1
19.2
22.3
19.2
9.9
19.2
2.9
19.2
0.4
19.2
-0.9
19.2
-3.3
19.2
-6.0
19.2
-8.7
19.2
-11.4
19.2
-14.2
Jumlah

(Qsim-Qave)2
368.6
310.8
233.7
160.8
27.5
86.0
1,103.3
1,097.2
497.0
97.2
8.4
0.1
0.9
10.6
35.6
75.6
130.7
201.9
4,445.8

22
Lampiran 6 Pengukuran Tanggal 4 Maret 2013
Jam
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1
2
3
Rerata

Qob
4.7
4.7
4.7
4.7
3.5
3.5
3.5
3.5
9.5
9.5
31.2
62.6
28.3
25.5
25.5
20.3
20.3
17.9
15.6
11.4
9.5
15.2

Qsim
0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
7.8
16.1
20.7
28.2
50.7
81.5
56.1
27.5
15.1
8.0
5.2
2.3
0.7
0.3
0.1

Qob-Qsim (Qob-Qsim)2
4.7
22.5
4.7
22.5
4.7
22.5
4.7
22.5
3.5
12.1
3.5
12.1
-4.3
18.8
-12.6
159.7
-11.2
125.5
-18.7
349.2
-19.4
377.9
-18.8
354.5
-27.8
770.2
-2.0
3.8
10.5
109.7
12.3
151.4
15.1
227.9
15.6
244.2
14.9
222.0
11.1
124.1
9.4
88.7
Jumlah
3,442.0

Qave
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2
15.2

Qsim-Qave
-15.2
-15.2
-15.2
-15.2
-15.2
-15.2
-7.4
0.9
5.5
13.0
35.4
66.2
40.8
12.2
-0.2
-7.2
-10.0
-13.0
-14.6
-15.0
-15.1
Jumlah

(Qsim-Qave)2
232.5
232.5
232.5
232.5
232.5
232.5
55.3
0.7
29.9
167.9
1,255.8
4,384.4
1,667.4
150.0
0.0
52.5
100.8
168.8
211.9
224.6
229.5
10,094.5

23
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi, tanggal 30 Mei 1991 dari pasangan Bapak
Darius Sitindaon dan Ibu Minsa Sihombing, sebagai anak kedua dari empat
bersaudara. Pada tahun 2009, penulis menyelesaikan kegiatan belajar di SMA
Negeri 1 Jambi. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB
melalui jalur USMI, serta terdaftar menjadi mahasiswa Program Studi
Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Selama masa
studi di IPB, penulis pernah menjadi ketua dalam Geometric (Geofisika dan
Meteorologi’s Championship) pada tahun 2011 dan aktif dalam Himpro
HIMAGRETO tahun 2010-2011. Pada tahun yang sama, penulis berpartisipasi
dalam kegiatan Meteorologi Interaktif (METRIK) Pesta Sains IPB tingkat
nasional.