HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA
MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SKRIPSI

Oleh:
Khilid Fitriyah
201110230311077

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA
MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah
satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi


Oleh:
Khilid Fitriyah
201110230311077

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

i

ii

iii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur Alhamdulillah hanya berhak dan pantas bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
yang berjudul “Hubungan Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di
Universitas Muhammadiyah Malang”. Penyelesaian dari sebuah karya tulis ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak sekali masukan, dukungan, bimbingan,
petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Tri Dayaksini, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Dr. Latipun, M.Kes dan Ari Firmanto, S.Psi, M.Psi selaku dosen Pembimbing I dan
dosen Pembimbing II yang telah bersedia sabar meluangkan waktu memberikan arahan
dan bimbingan yang sangat berguna hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
3. Diah Karmiyati, Dra., M.Si., Dr. selaku dosen wali yang telah mendukung dan
memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga penulis menyandang gelar
Sarjana.
4. Kedua orang tua saya H. Kastaji S.T.,M.Pd., dan Hj. Jumani, S.Pd., yang selalu
menyelipkan nama penulis dalam setiap do’a-do’anya serta memberikan kasih sayang
yang tiada tara, yang selalu memberi semangat, motivasi dan dukungan baik secara moril
dan materi.
5. Kakak dan kakak ipar tercinta Fatkhul Jannah S.Pd., Yazid Mubarok S.Sos., dan Ainur
Ridho S.T.,M.M., Ragil Sulis Setyowati S.Kom. yang selalu memberi motivasi dan
dukungan baik secara moril dan materi.
6. Teman-teman angkatan 2011 dan semua teman di Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian
dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, terimakasih atas dukungannya dan juga membantu
proses turun lapang penulis.
7. Terimakasih kepada para responden yaitu mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah bersedia mengisi kuesioner penelitian, sehingga penelitian berjalan
dengan lancar dan semoga Allah SWT membalas dengan kemudahan dan kelancaran
dalam urusan.
8. Sahabat seperjuangan Maratus Rosidah S.Pd., Novi Nur Atimah S.Sos., Tria Hasanah
S.Pd., Wahyu Tri Wanita S.H., Novia Sela Choliq S.E., Vanda Ika Paramitha S.IP dan
Naning Anisa Saidah S.E., yang selalu menghibur dan mendukung saya dalam proses
menyelesaikan skripsi.
iv

9. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu-satu semoga Allah SWT membalas dengan kemudahan dan
kelancaran dalam urusan. Amiin.
Dengan ini, penulis sadar tanpa mereka penulis tidak akan dapat dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa tidak ada karya manusia yang berbentuk sempurna,
sehingga kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan isi skripsi ini. Dan juga, semoga
karya ini bisa bermanfaat untuk peneliti khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Malang, 24 Mei 2016
Penulis

Khilid Fitriyah

v

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................................

ii

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................................


iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

iv

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................

viii

ABSTRAK ..........................................................................................................................


1

PENDAHULUAN ..............................................................................................................

2

LANDASAN TEORI ..........................................................................................................

4

METODE PENELITIAN....................................................................................................

7

A. RANCANGAN PENELITIAN ............................................................................

7

B. SUBJEK PENELITIAN .......................................................................................


8

C. VARIABEL DAN INSTRUMENT PENELITIAN .............................................

8

D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ...................................................................

9

E. PROSEDUR PENELITIAN .................................................................................

9

HASIL PENELITIAN ........................................................................................................

10

DISKUSI .............................................................................................................................


11

SIMPULAN DAN IMPLIKASI .........................................................................................

14

REFFERENSI .....................................................................................................................

15

vi

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Validitas Skala Harga Diri ..............................................................................

8

TABEL 2 Validitas Skala Perilaku Konsumtif ................................................................


9

TABEL 3 Indeks Realibilitas ...........................................................................................

9

TABEL 4 Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................................

10

TABEL 5 Tingkat Harga Diri dan Perilaku Konsumtif ...................................................

11

vii

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1


Blueprint skala harga diri dan skala perilaku konsumtif ........................

18

LAMPIRAN 2

Skala harga diri dan perilaku konsumtif ...............................................

19

LAMPIRAN 3

Kerangka Berfikir .................................................................................

22

LAMPIRAN 4

Validitas dan Reliabilitas ........................................................................


23

LAMPIRAN 5

Uji normalitas .........................................................................................

25

LAMPIRAN 6

Deskripsi subjek penelitian ....................................................................

26

LAMPIRAN 7

Korelasi product moment ......................................................................

29

LAMPIRAN 8

Excel perhitungan .................................................................................

30

viii

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA
MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Khilid Fitriyah
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Khilid.fitriyah@gmail.com
Perilaku konsumtif sudah berkembang dikalangan mahasiswa karena semakin
berkembangnya pusat perbelanjaan, supermarket dan toserba. Setiap hari mahasiswa
banyak mengeluarkan biaya untuk keperluan akademik. Tetapi disamping itu
mahasiswa juga ingin memenuhi kebutuhan sosial, untuk menunjang status
sosialnya. Individu dengan harga diri yang positif cenderung tidak melakukan
perilaku konsumtif karena meningkatkan harga diri dapat ditunjukkan dengan
prestasi yang baik. Sedangkan individu dengan harga diri yang negatif cenderung
melakukan perilaku konsumtif, karena merasa kurang percaya diri. Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada
mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan
menggunakan skala harga diri dengan perilaku konsumtif. Subjek penelitian
berjumlah 360 mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan Strata 1. Metode
pengambilan data yang digunakan adalah sampling incidental. Penelitian ini
dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Malang. Analisis data dengan productmoment Pearson. Hasilnya, tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri
dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa. Dengan koefisien korelasi (r) = 0.016
dengan probability error (p) 0.761 (p = 0.761 > 0.05).
Kata kunci : perilaku konsumtif, harga diri
Consumptive behavior has been developed among the university students for the
development of shopping centers, supermarket, and department stores. Every day,
students spend a lot of money for academic purposes. Besides, they also want to
fulfill their social needs in order to support their social status. Individual who has a
positive self-esteem will improve their social status by having good achievement.
Meanwhile, individual with negative self-esteem will improve their social status
through consumptive behavior. The purpose of this research is to determine the
relationship between self-esteem and consumptive behavior toward university
students. This research uses quantitative correlation approach by using self-esteem
scale and consumptive behavior. Furthermore, the subject of this research consists of
360 undergraduate students. The method that used by the researcher is incidental
sampling. This research was conducted at University of Muhammadiyah Malang.
The data analysis that used by the researcher is Product Moment from Pearson. As
the result, there is no significant relationship between self-esteem and consumptive
behavior toward university students. The correlation coefficient (r) = 0.016 by
probability error (p) 0.761 (p = 0.761 > 0.05).
Keywords: consumptive behavior, self-esteem.
1

Dewasa ini masyarakat telah mengalami banyak perubahan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan jaman era modern ini. Perubahan yang terjadi seperti perkembangan teknologi, gaya
hidup maupun perkembangan ekonomi. Terutama pada tingkat aktualisasi diri dan kebutuhan
sosial. Perilaku konsumtif menjadi salah satu perilaku yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Perilaku konsumtif tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga
terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia (Wahyningtyas, 2011). Setiap hari
masyarakat diperhadapkan dengan begitu banyak iklan-iklan dan sugesti promo-promo produk.
Semua itu berujung pada satu hal yaitu membujuk para konsumen untuk membeli suatu produk.
Menjamurnya bisnis oleh para pengusaha seperti pusat perbelanjaan (shopping center),
supermarket, toserba (toko serba ada) yang ada saat ini menjadi komoditas masyarakat terutama
remaja (Sumartono, 2002). Daya beli masyarakat menyebabkan pusat perbelanjaan bersaing
menjual produknya untuk mendapatkan keuntungan. Berbagai cara dilakukan pusat perbelanjaan
tersebut misalnya memberikan harga diskon pada produk atau item yang dijual. Hal ini semakin
membuat masyarakat untuk terus berperilaku konsumtif dan memenuhi kepuasan pribadi.
Perilaku konsumtif ini akan terus ada dan mengakar dalam gaya hidup, sedangkan gaya hidup
sendiri harus ditunjang oleh financial yang memadai.
Perilaku konsumtif merupakan pola hidup untuk mengkonsumsi barang-barang secara berlebihan
yang sebenarnya kurang diperlukan untuk mencapai kepuasan maksimal dan menunjang harga
diri dan status sosial di kalangan mahasiswa. Setiap individu memiliki tingkat harga diri yang
berbeda-beda sebagai penilaian yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan, kepuasan, prestige, gengsi, status sosial dan
harga diri menjadi faktor-faktor perilaku konsumtif. Dari beberapa faktor tersebut yang paling
dominan adalah keinginan atau kepuasan dan peranan yang paling besar menciptakan perilaku
konsumtif adalah status sosial (Aldo, Ritchie, & Weriyen, 2014).
Faktor penampilan tidak terlepas dari harga diri yang diterapkan oleh setiap mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap mahasiswa mengenai penampilan, mahasiswa mengatakan
bahwa untuk memiliki penampilan yang baik, harus ditunjang dengan pakaian dan asesoris. Hal
tersebut akan berdampak pada harga diri mahasiwa tersebut. Secara tidak langsung, untuk
mendapatkan penampilan menarik, mahasiswa akan menerapkan perilaku konsumtif untuk
mendapatkan pakaian dan asesoris untuk mendukung penampilan yang diharapkan, sehingga
harga dirinya menjadi positif. (Americus, Mark, Stefano & Luk, 2012)
Fenomena ini terjadi pada mahasiswa di kalangan universitas. Dalam sehari-hari mahaiswa baik lakilaki maupun perempuan memiliki biaya pengeluaran tambahan, seperti: biaya pengeluaran menyalin
materi dan buku, biaya membayar layanan internet atau wifi, biaya membeli buku dan sebagainya.
Mereka juga perlu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan sosial mereka seperti nongkrong di
kafe dan pergi ke mall. Semua kegiatan itu membuat mahasiswa menjadi lebih konsumtif. Saat ini
menabung menjadi hal yang tidak ada dalam daftar prioritas utama bagi para mahasiswa. Menabung
merupakan hal sangat penting untuk masa depan karena masa depan penuh ketidakpastian. Biaya tak
terduga akan menyulitkan mahasiswa jika tidak memiliki tabungan.
Semakin berkembangnya zaman perilaku konsumtif sudah mencakup semua kalangan di
universitas baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan. Hal itu terjadi karena individu juga
mengikuti gaya hidup akibat tuntutan pergaulan dengan teman sebayanya. Individu
menginginkan status sosial yang sejajar dengan teman sebayanya, dengan demikian mereka
2

merasa harga dirinya meningkat dan tidak dikucilkan oleh teman sabayanya. Terutama pada
mahasiswa perempuan perilaku konsumtif cukup tinggi karena perempuan lebih mementingkan
penampilan seperti cara berpakaian, membeli tas branded, sepatu bermerk, dan sebagainya.
perempuan lebih cenderung mengikuti trend, gaya berpakaian atau produk yang memiliki rating
tinggi. Perilaku konsumtif tersebut lambat laun akan mempengaruhi gaya hidup seseorang dari
sederhana menjadi kompleks dalam pemenuhan setiap kebutuhan untuk menampilkan dirinya
tampak menjadi cantik dan menarik
Perilaku konsumtif tidak lepas dari harga diri dari masing-masing individu, Menurut Myres
(2002) harga diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh seseorang atau individu dan biasanya
berkaitan dengan kondisi dirinya sendiri. Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan dan
penolakan serta penunjukan seberapa jauh individu percaya pada dirinya, mampu, penting,
berhasil dan berharga bagi orang lain. Penilaian terhadap diri sendiri sangat terkait dengan
pengalaman seseorang. Komponen harga diri menurut (Felker, dalam Sari, 2009) terdiri dari
perasaan diterima (feeling of belonging) yaitu perasaan individu merasa diterima oleh anggota
kelompoknya atau teman sebayanya, perasaan mampu (feeling of competence) yaitu individu
merasa yakin akan kemampuannya dalam mencapai suatu hasil yang diharapkan, dan perasaan
berharga (feeling of worth) yaitu perasaan dimana individu merasa dirinya berharga atau tidak.
Komponen perasaan berharga terdapat faktor-faktor dalam komponen ini mencakup sifat pribadi
seperti prestasi, penampilan dan mengenai perasaan berharga yang dimiliki oleh individu.
Untuk menunjang harga diri mereka para mahasiswa melakukan perilaku konsumtif, dimana
status sosial dan kesetaraan dengan teman sebaya bisa membuat mereka menjadi lebih terlihat
berbeda dari teman-temannya hal tersebut orang akan melihat dan tidak mengucilkan mereka
karena dengan memakai pakaian, tas dan sepatu yang branded mereka merasa harga diri mereka
meningkat. Perilaku konsumtif cenderung mengeluarkan biaya yang lebih tinggi karena bukan
lagi untuk memenuhi kebutuhan saja tetapi lebih mengarah pada pemenuhan tuntutan keinginan.
Perilaku konsumtif lebih banyak dialami oleh para perempuan karena Perilaku konsumtif
perempuan cenderung dipengaruhi oleh faktor emosional dan faktor rasional.
Mahasiswi yang berperilaku konsumtif mengutamakan faktor emosionalnya saja, misalnya
dengan hanya memperhitungkan gengsi, sedangkan mahasiswi yang memperhatikan faktor
rasional cenderung memperhitungkan manfaat serta harga produk yang berwujud mode atau
style popular. Fenomena perilaku konsumtif dikalangan tidak hanya dari cara mereka
berpenampilan, tetapi dapat diamati dimana mereka melepaskan penat atau nongkrong seperti di
tempat-tempat hiburan malam, tempat makan seperti Pizza hut, KFC, AW, Mc Donald, tempat
mereka belanja seperti di mall, matahari, dan sebagainya. Perilaku konsumtif tersebut dapat terus
mengakar dalam gaya hidup mereka, dimana dalam perkembangannya mereka menjadi dewasa
yang memiliki kecenderungan melakukan perilaku konsumtif baik secara sadar maupun tidak
sadar.
Secara umum ada perbedaan dalam pola perilaku konsumtif antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan, diantaranya: mahasiswa saat berbelanja lebih sering melakukannya sendiri, Sudah
membuat daftar belanjaan apa saja yang akan dibeli, memeriksa produknya, dan segera
membayarnya dan kurang menikmati kegiatan berbelanja sehingga sering terburu-buru
mengambil keputusan membeli. Sedangkan mahasiswi lebih sering berbelanja bersama
teman-temannya, lebih banyak menghabiskan waktu untuk membandingkan harga serta
3

menikmati saat-saat belanja, lebih tertarik pada warna dan bentuk, bukan pada hal teknis dan
kegunaannya dan Senang melakukan kegiatan berbelanja (Siddharth, 2012).
Selain itu mahasiswa dipandang oleh masyarakat sebagai individu yang terpelajar, mengalami
pematangan dalam berfikir, berpenampilan menarik, rapi dan sopan santun. Pandangan inilah
yang akhirnya membuat mahasiswa untuk mengondisikan diri selalu tampil menarik, elegan dan
rapi. Hal ini sering diartikan oleh mahasiswa bahwa untuk tampil menarik harus memakai
pakaian yang baru dan ber-merk, membeli produk untuk menjaga gengsi, membeli barangbarang mahal agar terlihat tampil menarik, membeli produk agar dipandang hebat. Hal inilah
yang akhirnya membuat mahasiswa berperilaku konsumtif untuk memenuhi gaya hidupnya.
Mahasiswa akan lebih percaya diri terhadap penampilannya ketika mahasiswa sudah dapat
tampil layak sesuai dengan standar penampilan yang telah dibuatnya (Rujtee, 2009).
Adapun dampak ekonomi dari perilaku konsumtif diantaranya dapat menimbulkan masalah keuangan
pada keluarga. Jika individu berasal dari keluarga mampu, dampak ekonomi ini mungkin tidak akan
dirasakan. Namun, dampak ini akan menjadi masalah, jika individu berasal dari keluarga biasa atau
kurang mampu. Individu akan mengalami kesulitan dalam mengelola pengeluaran keuangan seharihari (Rajab, 2006). Dampak lainnya yaitu dampak psikologis dan social.
Dampak psikologis dari perilaku konsumtif adalah dapat menyebabkan compulsive buying
disorder atau kecanduan belanja. Hal ini menyebabkan individu yang mengalami kecenderungan
melakukan perilaku konsuntif tidak menyadari dirinya terjebak dalam sebuah siklus yang tidak
dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan, sehingga pada akhirnya akan berdampak
menjadi boros dan menghambur-hamburkan uang (Rajab, 2006). Selanjutnya adalah dampak
sosial dampak sosial dari kecenderungan perilaku konsumtif dapat menciptakan kesenjangan
antar sesama. Selain itu, individu dapat menarik diri dan tidak ingin bergaul dengan teman
sebayanya karena merasa tidak dapat memenuhi gaya hidup seperti teman-temannya. Dampak ini
akan menjadi bertambah besar jika teman-temannya yang mengucilkan atau menjauhi individu
tersebut sehingga individu merasa sendiri dan terkucilkan (Rajab, 2006).
Harga diri dapat menjadi positif dan negatif. Harga diri menjadi positif akan berdampak pada
sikap percaya diri pada diri individu. Sebaliknya harga diri individu menjadi negatif berdampak
pada sikap tidak percaya diri. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya rasa percaya diri
adalah penampilan. Berpenampilan yang menarik, elegan, identik dengan kemewahan,
mementingkan kepuasan dan gengsi dalam berpenampilan dapat meningkatkan harga diri,
sehingga tidak mudah dikucilkan. Dan untuk mendapatkan penampilan yang menarik maka akan
berpengaruh pada perilaku konsumtif yang diterapkan oleh individu. Selanjutnya akan dicari
hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk menggali hubungan harga diri dengan perilaku konsumtif pada
mahasiswa. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan wawasan dalam
pengetahuan ilmu psikologi.

Harga Diri
Menurut Myres (2002) harga diri adalah pendapat personal seseorang tentang nilai dirinya,
berdasarkan atas apakah perilakunya telah sesuai dengan ideal diri dan evaluasi seseorang
tentang dirinya. Harga diri yang positif mengarah pada sesuatu yang akurat atau tepat,
4

pembenaran persepsi tentang nilai seseorang sebagai keberhasilan dan kepandaian seseorang,
tetapi juga dapat mengarah kepada sikap sombong dan mengintimidasi terhadap orang lain.
Menurut Santrock (2003) karakteristik seseorang dengan harga diri yang positif yaitu toleransi
dan menghormati orang lain, bertanggung jawab atas setiap tindakan, bangga dengan prestasi
sendiri, motivasi diri, berani mengambil resiko, mencintai, dicintai, mempunyai kendali dan
kontrol diri atas kehidupannya.
Harga diri dapat diartikan sebagai penilaian (evaluasi) kita yang positif atau pun negatif terhadap diri
kita sendiri. Harga diri seseorang bisa lebih tinggi ataupun lebih rendah dari pada orang lain. Oleh
karena itu penilaian ini berada di sistem kognitif, maka penilaian seseorang terhadap diri sendiri
sangat tergantung kepada perubahan konsep diri penilai terhadap atribut yang melekat berubah, maka
harga diri seseorang juga dapat berubah. Harga diri itu muncul karena adanya persepsi.
Komponen harga diri
Ada tiga komponen harga diri menurut Gaffny (2009) terdiri dari: (1) Perasaan diterima (felling
of belonging), dimana individu merasa diakui dalam anggota kelompok dan dirinya diterima
dilingkungannya seperti dihargai oleh anggota kelompoknya, (2) Perasaan mampu (felling of
competence)yaitu keyakinan akan kemampuan diri sendiri, (3) Perasaan berharga (felling of
worth), dimana individu merasa dirinya berharga atau tidak, perasaan ini banyak dipengaruhi
oleh pengalaman masa lalu.
Menurut Sarwono (2010) individu yang memiliki harga diri yang positif maka individu tersebut
dirinya merasa nyaman, mencerminkan superioritas, dapat mengatasi kecemasan, dapat
mengatasi kesepian dan dapat mengatasi penolakan sosial. Sedangkan menurut Myres (2002)
individu yang memiliki harga diri yang negatif, individu tersebut cenderung rentan berbagai
masalah klinis, mengalami kecemasan, kesepian dan gangguan makan.
Ada beberapa penyebab dari negatifnya harga diri menurut Koeniq (2008), (1) Kondisi
kehidupan dimana ketika lingkungan sekitar, jika anak dibesarkan tanpa diberikan perhatian
yang tepat untuk membuatnya dapat berprestasi mungkin memunculkan harga diri yang negatif
pada tahap remaja. (2) Perubahan fisik, (3) Implikasi sosial, selama tahap remaja, masyarakat
menetapkan larangan-larangan dalam berperilaku dan bersikap, (4) Takut akan masa depan dan
(5) Penyakit, penyakit dapat membuat interaksi sosial mereka terganggu dan perfikir bahwa
dirinya tidak berguna sehingga menjauhkan diri dari orang lain.

Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif adalah suatu dorongan dalam diri individu untuk melakukan konsumsi tiada
batas, dimana lebih mementingkan faktor emosional dari pada faktor rasional atau lebih
mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Menurut Ancok (1995) perilaku konsumtif ini
terjadi karena seseorang tidak lagi membeli barang yang benar-benar dibutuhkan, tetapi sematamata hanya untuk mencoba barang atau jasa yang sebenarnya tidak terlalu membutuhkan.
Terkadang seseorang membeli sesuatu bukan didasari pada kebutuhan, perilaku konsumtif
dilakukan semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang menjadi boros atau
yang lebih dikenal dengan istilah perilaku konsumtif. Belanja menjadi alat pemuas keinginan,
terkadang barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, akan tetapi karena pengaruh trend
atau mode yang tengah berlaku.
5

Hal ini sesuai dengan teori belajar sosial Albert Bandura yang mengasumsikan manusia cukup
fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berprilaku dan titik
pembelajaran terbaik dari ini semua adalah pengalaman-pengalaman tak terduga. Meskipun
manusia dapat dan sudah banyak belajar dari pengalaman langsung namun lebih banyak mereka
pelajari dari aktivitas mengamati orang lain. Dalam Sarwono (2010) teori belajar ini juga
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan
sebenarnya. Bandura menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian
internal mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh
atau berkaitan. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.Perilaku
konsumtif ini terjadi karena adanya beberapa proses pembelajaran dari lingkungan danada
beberapa faktor internal yang mempengaruhinya salah satunya proses modeling, motivasi,
konsep diri, gaya Hidup dan kelas Sosial.
Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif
Dalam perilaku konsumtif, ada 4 aspek menurut Lina dan Rosyid (1997) yang terdiri dari:(1)
Impulsif, yaitu perilaku membeli sematamata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau
keinginan sesaat, yang dilakukan tanpa pertimbangan dan biasanya bersifat emosional, (2)
Pemborosan, yaitu perilaku menghamburkan banyak dana tanpa didasari adanya kebutuhan yang
jelas, (3) Pleasure seeking, perilaku ini berkaitan dengan sifat remaja yang narsistik, ingin
mencari kesenangan dengan melakukan pembelian dan keinginan eksis dalam kelompoknya, (4)
Satisfaction seeking, perilaku ini didasari oleh adanya keinginan untuk selalu lebih dari yang
lain, selalu ada ketidakpuasan dan usaha untuk mendapat pengakuan dari yang lain dan biasanya
diikuti rasa bersaing yang tinggi.
Indikator perilaku konsumtif
Sebagaimana Sumartono (2002) menjelaskan, ada beberapa indikator perilaku konsumtif
diantaranya membeli produk karena semata iming-iming hadiah, membeli produk karena
kemasan menarik, membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, membeli produk
atas pertimbangan harga mahal dianggap prestige, membeli produk hanya sekedar symbol status,
memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan, munculnya
penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang
positif, dan mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).
Harga diri dengan perilaku konsumtif
Umumnya individu yang memiliki harga diri yang rendah, mereka mencoba untuk
mengkompensasi melalui belanja. Meningkatkan status sosial dan citra diri individu dapat
dilakukan dengan cara melakukan pembelian dan berpenampilan menarik. Berpenampilan
menarik membuat mereka rentan terhadap kecenderungan melakukan perilaku konsumtif yang
tidak berujung. Perilaku konsumtif merupakan upaya yang disengaja untuk menjembatani
kesenjangan antara penampilan yang diinginkan melalui pembelian yang berlebihan.
Harga diri merupakan sebuah evaluasi dari hasil persepsi seseorang atau merupakan penilaian
individu terhadap seberapa jauh dirinya berhasil memenuhi ideal dirinya. Harga diri menjadi
positif akan berdampak pada sikap percaya diri yang akan timbul dalam dari individu

6

tersebut. Sebaliknya, harga diri individu menjadi negatif, akan berdampak pada sikap yang tidak
percaya diri. Menurut pernyataan Shavelson (1976) dimensi harga diri secara garis besar terdiri
dari akademik, fisik, emosi dan sosial. Secara spesifik dimensi akademik menggambarkan
bagaimana perjalanan edukasi yang berkaitan dengan pengetahuan secara logika yang dijalani
seorang individu. Sedangkan dimensi fisik berkaitan dengan dengan anggapan individu
mengenai penampilan dan kemampuan fisiknya. Kemudian dimensi emosi melibatkan perasaan
yang dirasakan oleh individu dan dimensi sosial tentang hubungan individu dengan kedua orang
tua dan keluarga, dengan teman sebaya dan lingkungan sekitarnya.
Menurut Myres (2002) individu dengan harga diri yang negatif cenderung rentan berbagai
masalah klinis, mengalami kecemasan, merasa kesepian dan gangguan makan dan kurang
percaya diri. Sebaliknya individu dengan harga diri yang positif menurut Sarwono (2010) dapat
ditunjukkan dengan individu tersebut merasa nyaman, dapat mengatasi kecemasan, kesepian,
mengatasi penolakan sosial dan percaya diri. Sesuai dengan komponen harga diri, harga diri
salah satunya dipengaruhi oleh perasaan berharga (feeling of worth). Gaffny (2009)
mengemukakan bahwa perasaan berharga yaitu perasaan dimana individu merasa berharga atau
tidak. Dan salah satu faktor yang menyababkan individu berharga adalah rasa percaya diri.
Simpson (2011) menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya rasa percaya diri
adalah penampilan. Jika dihubungkan dengan perilaku konsumtif seperti yang disebutkan dalam
teori diatas perilaku konsumtif merupakan salah satu hasil dari proses belajar, para pelaku
konsumtif mengikuti atau meniru gaya atau mode pakaian seseorang.
Perilaku konsumtif lebih banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Hal ini terlihat
perempuan senang berbelanja produk fashion untuk menunjang penampilannya sehingga tanpa
disadari cenderung konsumtif. Perilaku konsumtif tersebut lambat laun akan mempengaruhi gaya
hidup seseorang dari sederhana menjadi kompleks dalam pemenuhan setiap kebutuhan untuk
menampilkan dirinya tampak menjadi cantik dan menarik. Menurut Hurlock (1997) Selain itu
perilaku konsumtif kerap terjadi pada masa-masa remaja, terutama pada perempuan karena
perempuan merupakan pembeli potensial untuk produk-produk seperti kaset, kosmetik, pakaian,
sepatu, dan aksesoris. Hal ini dikarenakan oleh sifat-sifat remaja yang mudah terbujuk iklan suka
ikut-ikutan teman atau alasan konformitas.

Hipotesa
Ada hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif, semakin tinggi harga diri maka
semakin rendah perilaku konsumtifnya sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin
tinggi perilaku konsumtifnya.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional, dengan melihat hubungan antara
variabel satu dengan variabel yang lainnya dengan hasil yang berbentuk numerik.
7

Sehingga peneliti akan menganalisa hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada
mahasiswa.
Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang
menempuh strata 1. Populasi mahasiswa aktif yang menempuh strata 1 di Universitas
Muhammadiyah Malang ±30.000 orang. Dengan taraf kesalahan 5% jadi sampel yang diambil
untuk penelitian ini adalah 360 subjek. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik sampling insidental, dimana penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok
sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2010)

Variable dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu harga diri dan perilaku konsumtif. Penelitian ini yang
menjadi variabel bebas adalah harga diri dan yang menjadi variabel terikatnya adalah perilaku
konsumtif.
Harga diri adalah gambaran, penilaian dan pendapat yang diberikan orang lain dengan adanya
interaksi sosial, yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian terhadap diri sendiri. Sedangkan
perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak
didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi
sesuatu tanpa batas, dimana individu lebih mementingkan faktor faktor keinginan daripada
kebutuhan, serta ditandai dengan adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala
hal yang paling mewah yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik.
Variabel harga diri diukur menggunakan skala harga diri yang dimodifikasi dari Taufiq (2012)
dengan menggunakan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Sedangkan variabel perilaku konsumtif diukur menggunakan skala
perilaku konsumtif yang disusun mengacu pada aspek-aspek perilaku konsumtif Lina dan Rosyid
(1997), yakni: melakukan pembelian impulsive atau tiba-tiba, melakukan pembelian dan
pemborosan, pleasure seeking dan satisfaction seeking. Dengan pilihan jawaban Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam penelitian ini
menggunakan skala Likert.

Tabel 1. Validitas Skala Harga Diri
Aspek Harga Diri
Perasaan diterima
Perasaan mampu
Perasaan berharga

Indeks Validitas
0.359 – 0.412
0.329 – 0.375
0.408 – 0.436

Adapun skala harga diri yang digunakan dari Taufiq (2012) sebanyak 10 item dengan indeks
validitas 0.508-0.765. Setelah dilakukan try out berdasarkan tabel 1, diperoleh hasil dari 10
8

item skala harga diri yang diujikan, ada 7 item yang valid. Indeks validitas dari skala harga diri
yang diujikan berkisar antara 0.329 – 0.436. Dikatakan bahwa item valid, apabila koefisien
validitas berkisar antara 0.30 sampai dengan 0.50 Azwar (2007).

Tabel 2. Validitas Skala Perilaku Konsumtif
Aspek Perilaku Konsumtif
Impulsif
Pemborosan
Pleasure seeking
Satisfaction seeking

Indeks Validitas
0.308 – 0.450
0.375 – 0.592
0.307 – 0.627
0.498 – 0.718

Berdasarkan tabel 2, diperoleh hasil dari 24 item skala perilaku konsumtif yang diujikan, ada 16
item yang valid. Indeks validitas dari skala perilaku konsumtif yang diujikan berkisar antara
0.307 – 0.718. Dikatakan bahwa item valid, apabila koefisien validitas berkisar antara 0.30
sampai dengan 0.50 Azwar (2007).

Tabel 3. Indeks reliabilitas skala harga diri dan skala perilaku konsumtif
Skala
Harga Diri
Perilaku Konsumtif

Indeks Reliabilitas
0.673
0.861

Instrument harga diri yang digunakan dari Taufiq (2012) setelah melakukan uji reliabilitas
menunjukkan indeks reliabilitasnya yaitu sebesar 0,912. Sedangakan pada tabel 3, setelah
melakukan uji reliabiltas pada skala harga diri menunjukkan indeks reliabilitasnya 0.673.
sedangkan untuk skala perilaku konsumtif menunjukkan indeks reliabilitasnya 0,861. Untuk
mendapatkan reliabilitas yang sebenarnya dapat diketahui dengan menghitung cronbach alpha.
Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha >0,60 Ghozali (2007).

Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan analisa.
Tahap persiapan yaitu menyusun instrument penelitian. Instrument penelitian disusun oleh
peneliti yang mengacu pada aspek-aspek variabel penelitian dan didapat dari adaptasi beberapa
skala. Kemudian melakukan uji coba atau try out, pelaksanaan uji coba dilakukan di Universitas
Muhammadiyah Malang. Proses yang dilakukan adalah menganalisis item-item yang akan diuji
coba atau try out setelah melakukan uji coba peneliti mengolah data. Kemudian dari hasil uji
coba peneliti mengetahui nilai validitas dan reliabilitasnya. Kemudian menganalisis data dan
menentukan item-item yang gugur.
Pada tahap selanjutnya, yaitu tahap pelaksanaan peneliti mempersiapkan instrument yang akan
digunakan untuk penelitian. Kemudian melakukan pengumpulan data dengan
9

menyebarkan skala kepada subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian yaitu mahasiswa strata 1
berjenis kelamin perempuan dan laki-laki dan bersedia menjadi responden secara sukarela dengan
jumlah yang diinginkan oleh peneliti. Setelah data penelitian terkumpul, kemudian peneliti
melakukan entry data serta proses analisis data. Dalam proses ini peneliti menggunakan software
perhitungan statistik SPSS for windows. Pada analisa data peneliti menganalisis data penelitian
dengan korelasi Product Moment dari Pearson. Karena peneliti ingin mengetahui korelasi antara
variabel harga diri dengan perilaku konsumtif. Kemudian peneliti membuat diskusi sesuai dengan
hasil penelitian, peneliti juga membuat simpulan dan implikasi.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka didapatkan hasil data-data
sebagai berikut :
Tabel 4. Deskripsi subjek penelitian (N=360)
Jenis kelamin
Usia

Karakteristik
Laki-laki
Perempuan

25 – 23 tahun
22 -23 tahun
19 tahun
Uang saku per minggu
2.000.000 – 700.000
600.000 – 150.000
100.000 – 50.000
Intensitas belanja per minggu
7 – 3 kali
2 – 1 kali
Tidak pernah

Frekuensi

Presentase

180
180

50%
50%

49
258
58

13.61%
70.28%
16.11%

45
268
47

12.5%
74.45%
13.05%

55
249
56

15.2%
69.2%
15.6%

Berdasarkan tabel 4, total keseluruhan subjek dalam penelitian ini adalah 360 mahasiswa
(100%), dengan kategori jumlah subjek laki-laki sebanyak 180 mahasiswa (50%) dan jumlah
subjek perempuan sebanyak 180 mahasiswa (50%). Dari data deskripsi usia, terdapat 49
mahasiswa (13.16%) berusia 25 sampai 23 tahun, kemudian 258 mahasiswa (70.28%) berusia
22 sampai 20 tahun dan 58 mahasiswa (16.11%) berusia 19 tahun. Berdasarkan deskripsi uang
saku per minggu dari 360 mahasiswa (100%) yang mendapatkan uang saku 2.000.000 sampai
700.000 sebanyak 45 mahasiswa (12.5%), subjek yang mendapatkan uang saku 600.000
sampai 150.000 yaitu sebanyak 268 mahasiswa (74.45%) dan sisanya subjek yang
mendapatkan uang saku 100.000 sampai 50.000 sebanyak 47 mahasiswa (13.05%). Dari data
intensitas belanja per minggu, mahasiswa yang melakukan belanja per minggunya 7 sampai 3
kali sebanyak 55 mahasiswa (15.2%), kemudian yang melakukan belanja per minggunya 2
sampai 1 kali sebanyak 249 mahasiswa (69.2%) dan mahasiswa yang tidak pernah melakukan
10

belanja per minggunya sebanyak 56 mahasiswa (15.6%) sehingga jumlah keseluruhan subjek
penelitian adalah 360 subjek (100%).

Tabel 5. Tingkat Harga Diri dan Perilaku Konsumtif Subjek Penelitian (N=360)
Variabel
Harga Diri
Tinggi (28 – 25)
Sedang (24 - 20)
Rendah (19 – 11)
Perilaku Konsumtif
Tinggi (54 – 42)
Sedang (41 – 29)
Rendah (28 – 19)

Frekuensi

Presentase

65 orang
235 orang
60 orang

18.05%
65.28%
16.67%

52 orang
246 orang
62 orang

14.45%
68.33%
17.22%

Seperti yang terlihat pada tabel 5 berdasarkan skala yang telah disebar diperoleh data bahwa
mahasiswa yang termasuk dalam kategori sedang lebih banyak dari pada subjek yang termasuk
dalam kategori tinggi dan rendah. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari
360 subjek (100%) yang dikategorikan memiliki harga diri tinggi sebanyak 65 mahasiswa
(18.05%), kemudian sebanyak 235 mahasiswa (65.28%) termasuk dalam kategori yang memiliki
harga diri sedang dan subjek yang dikategorikan memiliki harga diri yang rendah sebanyak 60
mahasiswa (16.67%). Sedangkan berdasarkan skala perilaku konsumtif yang telah disebar
diperoleh data seperti yang terlihat dari 360 subjek (100%) terdapat 52 mahasiswa (14.45%)
termasuk dalam kategori tinggi dalam perilaku konsumtif, sebanyak 246 mahasiswa (68.33%)
termasuk dalam kategori sedang dan subjek yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 62
mahasiswa (17.22%).
Skor koefisien korelasi yang dihasilkan dari perhitungan SPSS for windows versi 21, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan perilaku
konsumtif pada mahasiswa dengan tingkat signifikansi 5%. Nilai signifikansi yang itunjukkan
yaitu 0.761 lebih besar dari taraf signifikan yang digunakan yaitu 0.05 maka dari hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak, artinya tidak ada hubungan antara harga diri dengan
perilaku konsumtif. Koefisien determinasi (R2) variabel harga diri berdasarkan hasil analisa data
diatas adalah 0.004 yang berarti sumbangan efektif dari harga diri yang diberikan dalam perilaku
konsumtif sebesar 0.4% sedangkan pengaruh faktor lain terhadap perilaku konsumtif sebesar
99.6%.

DISKUSI
Hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan
perilaku konsumtif. Pada aspek perilaku konsumtif Lina dan Rosyid (1997), subjek tidak
menyukai pembelian semata-mata karena keinginan sesaat, sebelum berbelanja atau ketika
berbelanja menyesuaikan dengan anggaran atau budget yang dimiliki. Pada aspek pleasure
seeking dari hasil penelitian ini subjek tidak menginginkan adanya persaingan di dalam
kelompok atau teman sebayanya. Karena meningkatkan harga diri tidak hanya berpenampilan
11

menarik atau memakai pernak-pernik yang mahal, tetapi dengan meningkatkan prestasi diri
atau sesuatu yang bisa dibanggakan. Kemudian pada aspek satisfaction seeking subjek cenderung
merasa puas dengan dirinya dan mendapat pengakuan dari teman sebayanya. hal ini sesuai
dengan komponen-komponen harga diri menurut Gaffny (2009) yaitu perasaan diterima, bila
individu merupakan bagian dari suatu kelompok dan merasa bahwa dirinya diterima serta
dihargai oleh anggota kelompok yang lain, maka individu akan merasa dirinya diikut sertakan
atau diterima. Individu akan memiliki nilai positif tentang dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya. Sebaliknya individu akan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya bila
mengalami perasaan tidak diterima. Rasa individu muncul karena mendapat penilaian dari orang
lain sehingga individu cenderung dapat mengontrol tindakan-tindakan terhadap diluar dirinya,
dapat mengekspresikan dirinya dengan baik dan perasaan mampu ketika individu telah mencapai
suatu hasil yang sesuai dengan harapan.
Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif menurut Sumartono (2002), munculnya
perilaku konsumtif dikalangan mahasiswa disebabkan oleh dua hal yaitu: faktor internal, faktor
internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri,
observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial
dan referensi serta keluarga.
Subjek penelitian ini memiliki penilaian baik terhadap dirinya dan mendapatkan penilaian yang
positif dari lingkungan sekitarnya, begitupun dengan perilaku konsumtif, subjek tidak mudah
terbujuk terhadap model-model iklan yang sering muncul di media sosial. Menurut Sumartono
(2002) perilaku konsumtif ditunjukan dengan indikator yang mengacu pada dimensi perilaku
membeli berdasarkan emosional. Dengan kata lain subjek dalam perilaku membelinya
didominasi oleh pertimbangan rasional atau berdasarkan kebutuhannya bukan hanya sekedar
membeli berdasarkan keinginannya semata. Hal itu dapat dilihat dari beberapa subjek yang
menyatakan bahwa mereka membeli barang hanya untuk keperluan mereka sehari-hari, sebagian
subjek tidak menyukai pembelian secara tiba-tiba, dari pernyataan mereka maka dapat diartikan
bahwa mahasiswa tersebut dalam perilaku membelinya lebih didominasi oleh pertimbangan
rasional. Dengan kata lain mahasiswa tersebut membeli berdasarkan kebutuhannya saja bukan
keinginannya semata saja.
Karena harga diri setiap individu berbeda-beda maka berbeda pula pada tingkat perilaku
konsumtifnya. Ada beberapa individu yang memiliki harga diri tinggi, tetapi tidak menyatakan
bahwa dirinya harus mengkonsumsi barang-barang dengan harga yang mahal dan mewah. Tidak
melakukan pemborosan, nongkrong atau makan ditempat-tempat yang mewah, tetapi menggunakan
uang untuk kebutuhan lain yang bermanfaat, seperti membeli buku atau kebutuhan untuk
meningkatkan prestasi akademik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Surani
(2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri (self esteem)
dengan prestasi belajar pada mahasiswa semester III PSIK STIKES Aisyiyah Yogyakarta (koefisien
= 0.510, p = kurang dari 0.01). Begitupun sebaliknya individu yang mempunyai harga diri rendah
kemungkinan menujukkan bahwa individu tersebut mempunyai nilai yang tinggi atau sejajar dengan
temannya, sehingga cara yang dilakukan untuk menunjang harga dirinya individu tersebut
mengkonsumsi barang atau yang lainnya, dengan serba-serbi yang mahal dan mewah tanpa
mempertimbangkan harga dan budget yang dimiliki hanya atas dasar keinginan sesaat. Dengan
demikian individu akan merasa lebih tinggi harga dirinya sehingga dapat merasakan kepuasan,
percaya diri dan dapat mensejajarkan status sosial dengan teman sebayanya.
12

Mahasiswa dengan harga diri yang tinggi memiliki pandangan yang realistis, positif dan tidak
mengutamakan gengsi sehingga mahasiswa mampu menerima diri apa adanya dengan segala
kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Mahasiswa membeli sebuah barang bukan karena
gengsi tetapi karena kebutuhan. Mahasiswa memiliki penilaian yang baik terhadap dirinya dan
tidak mudah terbujuk terhadap barang-barang mahal agar tampil menarik. Reynold (1997) yang
menyatakan bahwa menjadikan harga diri individu menjadi positif, tidak hanya berasal dari
pakaian yang indah dan menawan, tetapi ditunjukkan dengan prestasi yang tinggi sehingga dapat
menjadi panutan bagi orang-orang disekelilingnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Syaiful (2012) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup konsumtif dengan
harga diri pada mahasiswa. Ada faktor-faktor lain dalam penelitian yang dilakukan oleh Syaiful
(2012) nampaknya memberikan pengaruh yang cukup besar dalam menentukan hubungan harga
diri dengan gaya hidup konsumtif. Tidak dipungkiri bahwa faktor-faktor harga diri yaitu
perasaan diterima, perasaan mampu dan perasaan berharga juga berkontribusi dalam penentuan
harga diri masing-masing individu. Begitu juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Felicia (2015) bahwa tidak terdapat pengaruh financial literacy terhadap perilaku konsumtif.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Felicia (2015) sesuai dengan faktor sosiodemografi
yang mempunyai pengaruh dalam perilaku konsumtif yaitu pendapatan, pendapatan dalam
penelitian ini adalah uang yang diterima setiap bulan dari orang tua ataupun dari penghasilan
mahasiswa sendiri. Sedangkan faktor usia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi financial
literacy terhadap perilaku konsumtif.
Fenomena sosial yang terjadi di lapangan adanya peningkatan SKS dalam setiap mata kuliah,
yang menyebabkan mahasiswa dituntut harus meningkatkan prestasi mereka supaya mahasiswa
dapat menyelesaikan perkuliahan tepat waktu. Hal ini menyebabkan mahasiswa ditekankan
untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan tepat waktu sesuai dengan waktu yang ditentukan
oleh dosen pengampu mata kuliah, untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Jika tidak maka
mahasiswa mendapatkan nilai dibawah standart dan mengakibatkan IPK mahasiswa menurun.
Sehingga mahasiswa berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Hal tersebut
menyebabkan adanya kemungkinan bahwa harga diri mahasiswa yang terlihat dilapangan mulai
bergeser. Dengan kata lain meningkatkan harga diri pada mahasiswa tidak dengan meningkatkan
perilaku belanja tetapi dengan meningkatkan prestasi akademik.
Ada beberapa penelitian yang tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu
penelitian yang telah dilakukan oleh Nor dkk (2014) dengan jumlah subjek 186 orang dari pengguna
kartu kredit dari orang dewasa yang bekerja di Malaysia. menunjukkan bahwa keterbatasan anggaran dan
pembelian secara impulsif memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik pada perilaku kompulsif.
Dalam hal penyalahgunaan kartu kredit, harga diri yang negatif mempengaruhi perilaku konsumtif.
Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Nor
dkk (2014) dapat dipengaruhi oleh subjek penelitian. Karakteristik subjek dalam penelitian Nor (2014)
seluruhnya adalah pekerja sebagai pengguna kartu kredit. Sedangkan subjek penelitian yang dilakukan
oleh peneliti adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan strata 1. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Martha et all (2009) yang mengatakan bahwa mahasiswa pada umumnya percaya bahwa
penampilan yang menarik dan kecantikan fisik merupakan dimensi yang sangat penting untuk wanita.
Oleh karena itu berlomba-lomba membeli pakaian yang indah dan merawat diri ke salon kecantikan
sehingga menyebabkan dirinya menjadi konsumtif untuk menunjang harga diri.
13

Penelitian yang dilakukan oleh Giani (2013) variabel perilaku (faktor budaya, faktor sosial,
faktor pribadi dan faktor psikologis) dalam kesediaan konsumen untuk membeli produk di toko
7-eleven dapat dikatakan bahwa faktor sosial yang paling dominan mempengaruhi kesediaan
konsumen dalam membeli produk di toko 7-eleven. Adapun penelitian yang dilakukan oleh
Yakup Durmas (2014) bahwa faktor yang yang sangat mempengaruhi individu melakukan
perilaku konsumtif adalah faktor sosial. Faktor sosial adalah salah satu faktor yang penting
karena diberbagai Negara terdapat perbedaan yang sangat kuat dimana individu dengan memakai
mobil yang dikendarai, jenis pakaian yang mereka kenakan, berapa banyak mereka melakukan
perjalanan dan dimana mereka pergi ke perguruan tinggi sangat ditentukan oleh kelas sosial.
Mahasiswa yang sedang memasuki masa remaja akhir dan masuk ke masa dewasa awal memiliki
ciri-ciri: stabilitas kepribadian yang relatif stabil tetapi belum matang, pandangan yang lebih
realistis tentang diri sendiri dan lingkungannya, memiliki kemampuan untuk menghadapi segala
macam permasalahan secara lebih matang. Bila peneliti melihat dari deskripsi rentang usia
subjek penelitian dari usia 19 – 25 tahun. Menurut pernyataan Winkel (1997) mahasiswa usia 17
– 18 tahun sam

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi.

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Suarakarta.

1 9 12

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Suarakarta.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Asertif Pada Mahasiswa Aktivis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Asertif Pada Mahasiswa Aktivis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 10

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Asertif Pada Mahasiswa Aktivis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA.

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF Hubungan Antara Harga Diri Dan Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif.

0 1 17