Tujuan Penelitian Sistem Hidroponik

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah melakukan optimisasi untuk menentukan nilai DHL larutan nutrisi pada sistem hidroponik tanaman tomat. Adapun tujuan khususnya adalah: 1. Mengidentifikasi pengaruh perlakuan konsentrasi larutan nutrisi, jarak tanam dan cahaya buatan terhadap total padatan terlarut buah tomat dan berat buah tomat. 2. Menentukan hubungan antara nilai DHL larutan nutrisi yang berbeda, jarak tanam dan cahaya buatan terhadap total padatan terlarut buah tomat dan berat buah tomat. 3. Menentukan nilai DHL larutan nutrisi yang optimal pada setiap fase pertumbuhan.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Diperoleh cara yang tepat dalam menentukan nilai DHL larutan nutrisi dalam sistem hidroponik untuk maksimisasi total padatan terlarut dan berat buah tomat. 2. Diperoleh metode baru dalam meningkatkan kualitas buah tomat melalui sistem hidroponik. 3. Sebagai langkah awal dalam pengembangan sistem kontrol otomatis nilai DHL larutan nutrisi pada sistem hidroponik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Hidroponik

Hidroponik dalam pengertian paling sederhana adalah penumbuhan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik mulai dilirik dan berkembang sejak tahun 1925 setelah didapati bahwa sistem ini mempunyai potensi untuk digunakan oleh industri tanaman karena dapat mengatasi masalah keterbatasan lahan, kesuburan tanah serta serangan hama dan penyakit. Sistem ini dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. W.F Gericke pada tahun 1936 yang berhasil menumbuhkan tanaman tomat dalam kolam berisi air dan nutrient di laboratoriumnya Prihmantoro dan Yovita, 2000. Beberapa kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media tanah adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung musim, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam, tanaman dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di tempat yang tidak terlalu luas ataupun dipergunakan sebagai bisnis dengan luasan yang cukup, dapat mengurangi jumlah tenaga kerja, kenyamanan kerja dapat ditingkatkan secara ergonomis, dan diferensiasi produk dapat dilakukan Suhardiyanto, 2002. Pada prinsipnya sistem hidroponik dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem yang menggunakan media substrat dan sistem yang menggunakan media air. Jenis hidroponik yang menggunakan media substrat dicirikan dengan media tanamnya yang berupa bahan padat berpori maupun tidak berpori dengan wadah yang tidak gampang lapuk terkena air seperti ember, pot, polybag, dan lain – lain. Media yang digunakan dapat berupa pasir, kerikil, perlit, zeolit, sabut kelapa, spon, batu apung dan sebagainya Prihmantoro dan Yovita, 2000. Nutrient Film Technique NFT merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960-an dan berkembang pada awal 1970-an secara komersial. Konsep dasar NFT ini adalah budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam. Dengan adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan tercukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain: dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain Graves, 1983. Gambar 1 Skema sistem NFT untuk budidaya tanaman. Jarak tanam 10 dan 25 cm Cahaya buatan Pompa Tangki larutan nutrisi Dalam sistem NFT ini, penentuan nilai DHL larutan nutrisi merupakan faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan budidaya. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pemberian nilai DHL larutan nutrisi yang tinggi dapat meningkatkan kualitas hasil produksi khususnya buah tomat, tetapi perlakuan ini juga dapat mengakibatkan yield loss Saito et.al., 2006. Sehingga optimisasi nilai DHL larutan nutrisi sangat diperlukan dalam sistem hidroponik.

2.2 Tanaman Tomat