Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI eksklusif Setelah 1 Bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan

PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR YANG MENDAPATKAN ASI EKSKLUSIF SETELAH 1 BULAN
DI KLINIK BERSALIN LOLLY MEDAN TAHUN 2012
RESTU KURNIATIKA 115102088
KARYA TULIS ILMIAH DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

Judul KTI
Nama Jurusan
Tahun

: Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI eksklusif Setelah 1 Bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan
: Restu Kurniatika : Progam D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara : 2012

ABSTRAK
Latar belakang : Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan penting bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Akan tetapi, ada suatu hal yang sangat disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI eksklusf tidak berlangsung.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI Eksklusif Setelah 1 Bulan di klinik bersalin Lolly Medan tahun 2012.
Metodologi : Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan pendekatan Longitudinal. Jumlah sampel peneliti adalah 36 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Lolly Medan.
Hasil :Hasil yang diperoleh adalah adanya peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI setelah 1 bulan yaitu dengan rata-rata penimbangan berat badan bayi baru lahir adalah 3319,4 gram, sedangkan nilai minimum 2000 gram dan nilai maximum adalah 4200 gram. Rata-rata penimbangan berat badan bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif setelah 1 bulan adalah 4144,44 gram. Sedangkan nilai minimal 3300 gram dan nilai maximal adalah 4800 gram. Sehinggga dapat dihasilkan rata-rata peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI Eksklusif setelah 1 bulan adalah 819,4 gram. Sedangkan nilai minimal 600 gram dan nilai maximal adalah 1800 gram.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa adanya peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI setelah 1 bulan. Jadi, ASI dapat digunakan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dalam menangani berat badan.


Kata Kunci : Peningkatan berat badan bayi, ASI Eksklusif

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehtan kepada peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI eksklusif Setelah 1 Bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan Tahun 2012.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar SST di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah banyak mendaat bantuan, bimbingan dan dukungan keluarga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakulas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara 2. Nur Asnah Sitohang Ns, S.Kep, M.Kep, sebagai ketua Progam D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sekaligus dosen pembimbing karya tulis ilmiah peneliti yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam karya tulis ilmiah ini. 3. Seluruh staf dosen dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4. Kepala Klinik Bersalin Lolly Medan yang telah memberikan izin penelitian. 5. Teristimewa kepada kedua orang tua peneliti, adik peneliti tersayang yang telah memberikan peneliti semangat, nasehat, doa dan juga materi yang ukup besar selama peneliti mengikuti pendidikan D-IV Bidan Pendidik.
ii

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang telah peneliti perbuat, baik selama pendidikan di Universitas Sumatera Utara dan juga di dalam Karya Tulis Ilmiah ini maupun dalam melakukan penelitian semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karuniaNya kita semua.
Medan 21 Juni 2012 Peneliti
iii

DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK …………………………………………………………………….. i KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iv DAFTAR TABEL……………………………………………………………… vii DAFTAR SKEMA……………………………………………………………… vii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… ix BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1 B. Perumusan Masalah…………………………………………………. 3 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 3
1. Tujuan umum .………………………………………………….. 3 2. Tujuan Khusus………………………………………………….. 3 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 4 1. Praktik Kebidanan……………………………………………… 4 2. Penelitian Kebidanan…………………………………………… 4 3. Bagi Masyarakat atau Pasien…………………………………… 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI…………………………………………………………………... 5 1. Definisi ASI……………………………………………………… 5 2. Manfaat ASI……………………………………………………… 5 3. Manajemen Laktasi………………………………………………. 6 4. Fisiologi Pengeluaran ASI……………………………………….. 8 5. Volume Produksi ASI………….………………………………… 8
iv

6. Kandungan Zat Gizi dalam ASI………………………………… 10 7. Cara Menyusui yang Baik dan Benar…………………………… 11 8. Kualitas dan Kuantitas ASI……………………………………… 12 9. Tanda Bayi Cukup ASI………………………………………….. 13 10. Tanda ASI Kurang……………………………………………….. 14 11. Penambahan Berat Badan……………………………………….. 15

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Konseptual………………………………………………… 16 B. Defenisi Operasional…………………………………………………. 16
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……………………………………………………… 17 B. Populasi dan Sampe…………………………………………………… 17 C. Tempat Penelitian …………………………………………………….. 17 D. Waktu Penelitian………………………………………………………. 17 E. Etik Penelitian………………………………………………………… 18 F. Alat Pengumpulan Data……………………………………………… 18 G. Validasi dan Reliabelitas……………………………………………… 18 H. Prosedur Pengumpulan Data………………………………………….. 19 I. Analisis Data…………………………………………………………. 19
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian……………………………………………………… 21 1. Analisa Univariat………………………………………………… 21 B. Pembahasan ………………………………………………………… 24 v

1. Interpretasi dan Hasil diskusi…………………………………… 24 2. Keterbatasan Penelitian…………………………………………. 26 3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan dan Pendidikan Kebidanan.. 26 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………………………………………………………… 27 B. Saran ………………………………………………………………. 28 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik data Demografi Ibu Bersalin lolly Medan …………………………………………… 22
Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Lolly Medan…………………………………… 22
Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan Bayi Setelah 1 Bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan………………………………… 23
Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI Setelah 1 bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan………………. 23

vii

DAFTAR SKEMA Skema 1 Kerangka Konsep…………………………………………………… 16
viii


DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Format pengkajian Berat Badan Bayi Baru Lahir Lampiran II : Format lembar Obserasi Berat Badan Bayi Baru Lahir Lampiran III : Master tabel Penelitian Lampiran IV : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran V : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan Lampiran VI : Surat selesai Penelitian dari Klinik Bersalin Lolly Medan
ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ASI merupakan makanan pertama, utama, dan penting bagi bayi, yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses perumbuhan dan perkembangan bayi. Akan tetapi, ada suatu hal yang sangat disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI eksklusf tidak berlangsung (Prasetyono, 2009).
Pemerintah telah menghimbau pemberian ASI ekslusif di Indonesia, tetapi angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9 dan antara 6-7 bulan 7,8%. Sementara itu cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002. Menurunnya angka pemberian ASI dan meningkatnya pemakaian susu formula disebabkan antara lain rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, persepsi-persepsi sosial-budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja (cuti melahirkan yang terlalu singkat, tidak adanya ruang di tempat kerja untuk menyusui atau memompa ASI), dan pemasaran agresif oleh perusahaan-perusahaan formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu, namun juga para petugas kesehatan (Amanda. 2008).
1

Judul KTI
Nama Jurusan
Tahun

: Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI eksklusif Setelah 1 Bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan
: Restu Kurniatika : Progam D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara : 2012

ABSTRAK
Latar belakang : Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan penting bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Akan tetapi, ada suatu hal yang sangat disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI eksklusf tidak berlangsung.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI Eksklusif Setelah 1 Bulan di klinik bersalin Lolly Medan tahun 2012.
Metodologi : Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan pendekatan Longitudinal. Jumlah sampel peneliti adalah 36 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Lolly Medan.
Hasil :Hasil yang diperoleh adalah adanya peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI setelah 1 bulan yaitu dengan rata-rata penimbangan berat badan bayi baru lahir adalah 3319,4 gram, sedangkan nilai minimum 2000 gram dan nilai maximum adalah 4200 gram. Rata-rata penimbangan berat badan bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif setelah 1 bulan adalah 4144,44 gram. Sedangkan nilai minimal 3300 gram dan nilai maximal adalah 4800 gram. Sehinggga dapat dihasilkan rata-rata peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI Eksklusif setelah 1 bulan adalah 819,4 gram. Sedangkan nilai minimal 600 gram dan nilai maximal adalah 1800 gram.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa adanya peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI setelah 1 bulan. Jadi, ASI dapat digunakan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dalam menangani berat badan.

Kata Kunci : Peningkatan berat badan bayi, ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ASI merupakan makanan pertama, utama, dan penting bagi bayi, yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses perumbuhan dan perkembangan bayi. Akan tetapi, ada suatu hal yang sangat disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI eksklusf tidak berlangsung (Prasetyono, 2009).
Pemerintah telah menghimbau pemberian ASI ekslusif di Indonesia, tetapi angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9 dan antara 6-7 bulan 7,8%. Sementara itu cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002. Menurunnya angka pemberian ASI dan meningkatnya pemakaian susu formula disebabkan antara lain rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, persepsi-persepsi sosial-budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja (cuti melahirkan yang terlalu singkat, tidak adanya ruang di tempat kerja untuk menyusui atau memompa ASI), dan pemasaran agresif oleh perusahaan-perusahaan formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu, namun juga para petugas kesehatan (Amanda. 2008).
1

2
Adanya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/Men.Kes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Dalam keputusan ini, diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, melahirkan, dan menyusui, senantiasa berupaya memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif sejak pemeriksaan kehamilan (Prasetyono, 2009, hal, 23).
Dalam UU kesehatan No. 36 tahun (2009) yakni, hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif dijelaskan dalam Pasal 128 Ayat 1 yang berbunyi, Setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis. Dengan adanya UU ini, sudah dijelaskan bahwa seorang anak yang baru dilahirkan dalam kondisi normal, berhak mendapatkan ASI secara eksklusif. Dan telah ditegaskan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. Dan akan diberikan sanksi yang dijelaskan dalam Pasal 200, yakni ”Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI Eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah)”(Yudhoyono, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan Efendi. M. (1997) didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan 31,6%, ASI + susu botol 15,8% dan susu botol 52,6%. Sedangkan sebelumnya pada umur 1 bulan masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol, dalam hal ini susu botol sangat berpengaruh sangat besar.
Hasil penelitian Yuniarti (2005) didapatkan cakupan ASI eksklusif di kota Medan tahun 2003 sebanyak 3.945 orang bayi (27%) dari sasaran 46.988 orang bayi. Disini dilihat masih kurangnya cakupan pemberian ASI eksklusif yang tinggi

3

terdapat pada puskesmas Padang Bulan Medan yaitu 327 orang bayi (9,2%) dari 1.183 orang bayi, dibandingkan dengan puskesmas-puskesmas yang lain (Dinkes Kota Medan,2003).
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas peneliti tertarik mengambil judul ini karena untuk mengidentifikasikan peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI eksklusif selama 1 bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan Tahun 2012.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI eksklusif setelah 1 bulan di klinik bersalin Lolly Medan tahun 2012.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI eksklusif setelah 1 bulan di klinik bersalin Lolly Medan tahun 2012.
2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden b.Untuk mengetahui peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI eksklusif setelah 1 bulan

4
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat bagi : 1. Praktik kebidanan Hasil penelitian ini merupakan fakta yang telah di uji kebenarannya sehingga dapat menjadi masukan bagi praktik kebidanan yang jarang di lakukan oleh bidan maupun Rumah sakit. Guna meringankan beban pengeluaran para orang yang baru mempunyai bayi.
2. Penelitin Kebidanan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan atau sumber data peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis atau lebih lanjut dengan tema yang sama.
3. Bagi masyarakat atau pasien Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menyusui pada bayi baru lahir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI 1. Definisi ASI
Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati., Wulandari, 2009). 2. Manfaat ASI
a. Manfaat bagi bayi : (1) Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan tambahan utam bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. guna memenuhi semua kebutuhan bayi, maka ASI perlu ditambah dengan makanan pendamping ASI; (2) ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi; (3) Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi yang tidak memperoleh ASI.; (3) ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya. ASI pun selalu dalam keadaan steril dan suhunya cocok; (4) Bayi yang premtur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai kebutuhan bayi. ASI bermanfaat untuk menaikkan barat badan dn menumbuhkan sel otak pada bayi premature.
b. Manfaat bagi ibu : (1) Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan; (2) Lemak di sekitar pinggul berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsung kembali; (3) Resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih rendah daripada ibu yang tidak menyusui; (4) Menyusui bayi lebih menghemat waktu,
5

6

karena ibu tidak perlu menyiapkan dan mensterilkan botol susu atau dot (Prasetyono, 2009). 3. Manajemen Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Sementara itu, yang dimaksud dengan manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah, dan kelurga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Ruang lingkup pelaksanaan manjemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi: a. Pada masa kehamilan yaitu: (1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan
ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negativ pemberian susu formula; (2) Ibu memeriksa kesehatan tubuh, kehamilan, dan kondisi putting payudara. Selain itu, ibu perlu memantau kenaikan berat badan saat hamil; (3) Ibu melakukan perwatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga siap menyusui; (4) Ibu harus selalu mencari informasi tentang gizi dan makanan tambahan sejak kehamilan trimester kedua. Makanan tambahan yang dibuthkan ibu hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil; (5) Ibu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, termassuk dukungan suami yang dapat memberikan rasa nyaman kepada ibu. b. Pada masa setelah persalinan : (1) Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi selanjutnya. Dalam hal ini, bayi harus mendapatkan cukup ASI, yang dilanjutkan dengan cara menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara ibu; (2) Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dan ibu selama 24 jam agar

7
menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal; (3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan. c. Pada masa menyusui yaitu: (1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir; (2) Ibu harus selalu mencari informasi tentang gizi makanan ketika masa menyusui agar bayi tumbuh sehat. Saat menyusui, ibu memerlukan makanan 1 ½ kali lebih banyak daripada biasanya, dan minuman minimal 8 gelas per hari; (3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya. Ia perlu ketenangan pikiran, serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat; (4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan bila ada permasalahan yang terkait penyusuan; (5) Ibu memeperhatikan gizi atau makanan bayi, terutama pada bayi berusia 4 bulan.sebaiknya,bayi diberi ASI yang kualitas dan kuantitasnya baik. d. Hal- hal yang terkait tentang persiapan menyusui bayi : (1) Ibu harus siap memberikan ASI kepada bayi yang akan dilahirkan,terutama bagi ibu yang akan melahirkan untuk pertama kalinya; (2) Banyaknya ASI yang akan Seorang ibu berikan, tergantung pada gizi ibu selama hamil dan menyusui; (3) Usia ibu saat mengandung dan menyusui juga mempengaruhi terhadap produksi ASI. Biasanya, ibu yang berumur 19-23 tahun menghasilkan ASI yang lebih banyak dibandingkan ibu yang berusia 30-an; (4) Untuk bentuk putting susu berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui; (5) Putting yang terlalu masuk kedalam akan membuat bayi sulit menghisap ASI. Oleh karena itu, Sebaiknya ibu menggunakan alat yang ditempelkan pada areola selama

8
beberapa minggu secara terus-menerus, sehingga putting diharapkan dapat menonjol dan berfungsi dengan semestinya (Prasetyono, 2009, hal, 61). 4. Fisiologi pengeluaraan ASI Saat bayi menghisap payudara, hisapan ini menstimulasi ujung saraf payudara. Saraf memerintahkan otak untuk mengeluarkan dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin merangsang alveoli untuk lebih banyak ASI. Sementara itu, hormon oksitosin menyebabkan sel-sel otot di sekitar alveoli mengerut, mendorong ASI masuk ke saluran penyimpanan sehingga bayi dapat menghisapnya. Semakin sering dan semakin lama bayi menghisap, semakin banyak ASI yang dihasilkan. pengeluaran ASI juga disebut sebagai reflex let down yang mekanisme kerjanya dikontrol oleh reflex neurohormonal. Selain oleh hisapan bayi, reflex let down juga menjadi aktif karena beberapa rangsangan lain, yaitu audotori misalnya saat mendengar bayi menangis dan visual misalnya saat melihat bayi. rangsangan terdebut membuat ibu merasakan pengeluaran ASI tanpa ada hisapan dari bayi. beberapa factor yang dapat memperhambat reflex let down dan menurunkan jumlah pengeluaran ASI adalah kecemasan, ketegangan, flu berat, dan nyeri. Oleh karena itu, dalam memberikan ASI, ibu perlu memperhatikan kenyamanan- duduk yang nyaman dan terbebas dari stress yang dapat menganggu proses menyusui (Nisman, 2011). 5. Volume Produksi ASI Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai mengahsilkan ASI. Kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningakat pada 10-14 hari setelah melahirkan. Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa

9
bulan ke depan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan makanan tambahan (Prasetyono, 2009, hal.102).
Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan makanan yang dikonsumsinya, oleh karna itu ibu tidak boleh merasa stres dan gelisah secara berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume ASI pada minggu pertama menyusui bayi ( Deddy Muchtadi , dalam Prasetyono, 2009, hlm. 103).
Jumlah air susu pada ibu yang kekurangan gizi sekitar 500-700 ml setiap hari selama 6 bulan pertama, 400-600 ml pada bulan kedua, serta 300-500 ml pada tahun kedua kehidupan bayi. Kekurangan gizi dikarenakan cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh ibu pada masa kehamilan tidak mencukupi kebutuhan yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sumber energi selama menyusui. Meskipun begitu, peningkatan konsumsi makanan pada ibu hamil belum tentu meningkatkan produksi air susunya. Sebenarnya, gizi dalam makanan yang dikonsumsi oleh ibu itulah yang menjadi faktor dominan yang berpengaruh terhadap volume produksi ASI. (Prasetyono, 2009).
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain : (a) Frekuensi penyusuan : pada study 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusu ( Hopkinson et al, 1988 dalam ACCSCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dan bayi cukup

10
bulan mennjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, at al, 1982 dalam ACCSN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam payudara; (b) Prentince (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia satu bulan erat berhubungan dengan kekuatan menghisap yang mengakibatkan perbedaan inti yang besar dibandingkan bayi yang mendapat formula. De Carvalo (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah disbanding bayi lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. 6. Kandungan zat gizi dalam ASI
Kandungan zat gizi dalam ASI yaitu : (1) Kadar karbohidrat dalam ASI lebih tinggi dibandingkan pada susu sapi. Karbohidrat berfungsi memberikan energi serta membangun sel saraf otak sehingga bayi yang diberi ASI lebih aktif dan cerdas. Di dalam usus, sebagian karbohidrat diubah menjadi bakteri berbahaya; (2) Keberadaan protein dalam ASI lebih rendah dibandingan dari susu sapi. Akan tetapi, protein dalam susu sapi membentuk gumpalan yang relative keras dalam lambung bayi sehingga sulit dicerna. Akibatnya bayi sering mengalami susah buang air besar.


11
Sebaliknya protein dalam ASI lebih lunak sehingga hampir seluruhnya mudah dicerna dan terserap oleh pencernaan bayi; (3) Kadar lemak ASI lebih tinggi dibandingkan pada susu sapi. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega 3, omega 6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak. Selain itu, di dalam lemak ASI terdapat enzim yang membuat lemak dapat seluruhnya tercerna oleh bayi; (4) Kadar mineral dalam ASI, seperti kalium, kalsium, natrium, dan fosfor, lebih rendah dibandingkan pada susu sapi. Meskipun demikian, mineral dalam ASI tetap mencukupi tinggi, tetapi hal tersebut justru berbahaya karena apabila sebagian besar tidak dapat diserap maka akan memperberat kerja usus bayi dan mengganggu sistem keseimbangan dalam pencernaan. Hal tersebut bisa merangsang pertumbuhan bakteri yang merugikan. Gejala yang tampak adalah bayi menjadi kembung (Nisman, 2011). 7. Cara menyusui yang baik dan benar
a. Posisi badan ibu dan bayi : (1) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai; (2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala; (3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke bayi; (4) Rapatkan dada bayi dengan ibu atau bagian bawah payudara; (5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu; (6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi; (7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan bokong bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
b. posisi mulut bayi dan putting susu ibu : (1) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas jari yang lain menopang di bawah (benuk C) atau dengan menjempit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), di belakang areola ( kalang payudara); (2) Bayi di beri rangsangan agar

12 membuka mulut; (3) Posisikan putting susu di atas “bibir atas” bayi dan berhadapan dengan hidung bayi; (4) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi; (5) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu di sangga atau di pegang lagi; (6) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi. c. Posisi menyusui yang benar : (1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu; (2) Dagu bayi menempel pada payudara; (3) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (bagian bawah); (4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi; (5) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka; (6) Sebagian besar areola tidak tampak; (7) Bayi menghisap dalam perlahan; (8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu (Ambarwati, Wulandari, 2009) 8. Kualitas dan Kuantitas ASI Pada dasarnya, kebutuhan bayi terhadap ASI dan produksi ASI sangat bervariasi. Oleh karena itu, ibu sulit memprediksi tercukupi kebutuhan ASI pada bayi. Terkait hal ini, ibu perlu memperhatikan tanda-tanda kelaparan atau kepuasan yang ditunjukkan oleh bayi, serta pertambahan berat badan bayi sebagai indikator kecukupan bayi terhadap ASI. Di bawah ini hal-hal yang berhubungan dengan kualitas dan kuntitas ASI (Prasetyono, 2009, hlm.104). a. Makanan dan Gizi Ibu Saat Menyusui Makanan yang dikonsumsi oleh ibu pada masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu, kualitas maupun jumlah air susu yang dihasilkan. Ibu yang menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari agar bisa menyusui bayinya dengan sukses. 300 kalori yang dibutuhkan oleh bayi bearasal

13
dari lemak yang ditimbun selama kehamilan. Artinya, ibu yang menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga keseimbangan konsumsi gizi. b. Kondisi Psikis
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, misalnya kegelisahan, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketenangan emosional. Semuanya itu bisa membuat ibu tidak berhasil menyusui. Jika ibu mengalami gangguan emosi, maka kondisi itu bisa menganggu proses let down reflek yang berakibat ASI tidak keluar, sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup, dan ia pun akan terus-menerus menangis. Tangisan bayi membuat ibu menjadi gelisah dan mengganggu proses let down reflek. Semakin tertekan perasaan ibu karena tangisan bayi, semakin sedikit air susu yang dikeluarkan. c. Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin
Sebagian besar ahli kesehatan berpendapat bahwa rumah sakit atau klinik bersalin menitikberatkan pada kondisi kesehatan ibu dan bayi. Akan tetapi, perihal pemberian ASI kurang mendapatkan perhatian. Sering kali, makanan pertama yang diberikan kepada bayi susu formula, bukan ASI. Hal ini memberikan kesan tidak mendidik kepada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu formula lebih baik dibandingkan dengan ASI. 9. Tanda Bayi Cukup ASI Tanda bayi cukup ASI adalah (1) Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali; (2) Warna seni biasanya tidak bewarna kuning pucat; (3) Bayi sering BAB bewarna kekuningan berbiji; (4) Bayi kelihatan puas, sewaktuwaktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup; (5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam; (6) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui; (7) Ibu dapat

14 merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui; (8) Ibu dapat mendapat suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI; (9) Bayi bertambah berat badannya (Kristiyanasari, 2009)
Tanda kecukupan ASI adalah : (1) Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI dengan cara menimbang bayi sebelum mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian yang sama dapat deketahui banyaknya ASI yang masuk; (2) Secara subjektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu yaitu bayi merasa puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasakan ada perubahan tegangan pada saat menyusui bayinya ibu merasa ASI mengalir deras; (3) Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apbila dirangsang (disentuh pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan) (Sudaryati, dkk. 2005 dalam suherni, 2009,hal, 36). 10. Tanda ASI kurang a. Tanda – tanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang
Tanda – tanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang adalah ; (1) Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering sekali menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi terkadang bayi lebih cepat menyusu. Diduga produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu; (2) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu; (3) Tinja bayi keras, keringat atau bewarna hijau; (4) Payudara tidak membesar selama kehamilan adalah keadaan yang sangat jarang terjadi, atau ASI tidak datang pasca lahir (Kristiyanasari. 2009, hlm. 58). b. Tanda ASI Benar – Benar Kurang Tanda bahwa ASI benar – benar kurang adalah (1) Berat badan bayi meningkat kurang dari rata- rata 500 gram per bulan; (2) BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali; (3) Ngompol rata- rata kurang 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning (Kristyanasari. 2009, hlm. 59). 11. Pertumbuhan berat badan

15
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali lebih berat badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir (Hidayat, 2008).

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka peneliti
mengembangkan kerangka konsep penelitian yang berjudul “Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang mendapatkan ASI eksklusif setelah 1 Bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan Tahun 2012.

Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan
ASI eksklusif

PenBinagykiabtanru Berat Badan Bayi Setelah 1 Bulan

Skema 1. Kerangka konsep

B. Defenisi Operasional

Variabel

Defenisi

penelitian Operasional

Peningkatan Adanya


Berat

suatu proses

Badan Bayi pertambahan

berat badan

Bayi yang

ditimbang

pada saat

bayi baru

lahir dan

setelah usia


1 bulan

Alat Ukur
Timbangan Bayi

Cara Ukur Observasi

Hasil Ukur
BB setelah 1 Bulan

Skala Ukur Rasio

16

BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan pendekatan Longitudinal yaitu untuk
mengetahui peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI eksklusif setelah 1 bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan Tahun 2012.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh bayi yang baru lahir di klinik bersalin Lolly Medan, dengan jumlah sebanyak 36 orang. 2. Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh populasi di jadikan sebagai sampel dengan Kriteria sampel : 1. Bayi Baru Lahir sampai usia 1 Bulan 2. Bayi yang Mendapatkan ASI eksklusif
C. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Lolly Medan, dengan pertimbangan
banyaknya ibu yang melakukan persalinan untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

D. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2012.
17

18 E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari insitusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan penengung jawab Klinik Bersalin Lolly Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk menandatangani informed consent.
Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga, tidak menuliskan nama responden pada instrument, tetapi mengunakan inisial. Responden juga berhak secara bebas untuk mengikuti penelitian atau tidak, dan dalam penelitian ini setiap responden tidak ada yang dirugikan dan data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, yang
terdiri dari data demografi dan karakteristik responden mengenai usia dan paritas serta berat badan bayi baru lahir.
G. Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan uji reliabilitas tidak dilakukan karena instrumen penelitian
dalam bentuk lembar observasi yang disusun berdasarkan studi literatur dan konsultasi dengan pembimbing yang berkompeten di bidangnya.

19
H. Prosedur Pengumpul Data Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini antara lain : peneliti mengurus
ijin penelitian terlebih dahulu di klinik bersalin Lolly Medan. Setelah itu peneliti mengkaji pasien-pasien yang bersalin dan menentukan calon responden. Responden diminta menandatangani surat persetujuan menjadi responden (Informed consent) setelah mengerti dan setuju terlibat dalam penelitian ini, maka peneliti mengisi format pengkajian berat badan bayi baru lahir jika informed consent telah ditandatangani.
Kemudian sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti menimbang berat badan bayi baru lahir terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti menganjurkan kepada responden untuk menyusui bayinya di Klinik Bersalin Lolly Medan. Setelah satu hari responden di Klinik Bersalin Lolly, responden pulang kerumahnya, kemudian peneliti menganjurkan kepada responden untuk menyusui bayinya secara Eksklusif, minimal sampai usia bayi mencapai 1 bulan. Kemudian peneliti menyampaikan kepada responden bahwasannya peneliti akan mengunjungi rumah responden setelah 1 bulan, untuk menimbang berat badan bayinya kembali, dengan menggunakan timbangan bayi yang sama pada saat penimbangan yang pertama. Untuk lebih yakin peneliti kepada responden, selama 10 hari peneliti memantau responden dengan mendatangi rumah responden sekaligus peneliti memandikan bayinya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan berat badan bayi setelah disusui oleh responden selama 1 bulan,
I. Analisa Data Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan
memeriksa lembar observasi apakah penilaian sudah lengkap dan benar (editing). Kemudian data diberi kode (Coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan

20
analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel. Entry data dilakukan dengan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.
Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Statistik univariat Pada penelitian ini, analisis data dengan metode statistik univarat digunakan
untuk mengidentifikasikan karakteristik responden yaitu paritas dan berat badan bayi baru lahir serta berat badan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif setelah 1 bulan. Hasil yang telah terkumpul akan disajikan dalam bentuk tabel.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. H asil Penelitian Pada bab ini akan di uraikan hasil penelitian mengenai peningkatan berat badan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI eksklusif di klinik bersalin lolly medan tahun 2012. Jumlah responden adalah 36 orang. Analisis ini dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Analisis Univarat Pada penelitian ini, analisis data dengan menggunakan statistik univarat digunakan untuk mengidentifikasikan karakteristik responden yaitu usia ibu dan paritas dicari dalam statistic univariat yaitu berat badan bayi baru lahir dan berat badan bayi setelah 1 bulan. Hasil yang telah terkumpul akan disajikan dalam bentuk tabel.
21

22 Hasil penelitian yang diperoleh paritas responden, mayoritas responden dengan anak ke

Dokumen yang terkait

Hubungan pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013

1 102 54

Hubungan Berat Badan Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pascamelahirkan di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

2 42 10

Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI Eksklusif Setelah 1 Bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan

1 62 51

Hubungan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Klinik Bersalin Lolly Medan

0 57 52

Hubungan Antenatal Care Dengan Berat Badan Lahir Bayi Di Klinik Bersalin Linda Silalahi Kecamatan Pancur Batu Tahun 2015

0 20 59

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI USIA 6 BULAN ANTARA BAYI YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN SUSU Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan Antara Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif dan Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura.

0 4 12

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI USIA 6 BULAN ANTARA BAYI YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN SUSU Perbedaan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan Antara Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif dan Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura.

0 3 14

PERBEDAAN PERTAMBAHAN PANJANG DAN BERAT BADAN BAYI USIA 2-6 BULAN YANG MENDAPATKAN ASI EKSKLUSIF DAN ASI NON EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAJANG.

0 0 1

Hubungan pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI - Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan ASI eksklusif Setelah 1 Bulan di Klinik Bersalin Lolly Medan

0 0 11