Perencanaan penggunaan lahan dan pengembangan usahatani berbasis kopi untuk sistem pertanian berkelanjutan di DAS Ketahun Hulu Provinsi Bengkulu

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DAN
PENGEMBANGAN USAHATANI BERBASIS KOPI UNTUK
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DAS KETAHUN
HULU PROVINSI BENGKULU

LUXMAN ARIEF
A155080041

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Perencanaan Penggunaan Lahan
Dan Pengembangan Usahatani Berbasis Kopi Untuk Sistem Pertanian
Berkelanjutan Di DAS Ketahun Hulu Provinsi Bengkulu adalah karya saya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber infomasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Bogor,

April 2011

Luxman Arief

ABSTRACT
LUXMAN ARIEF. Land Use Planning and Coffee Based Farming Development
for Sustainable Agricultural System in Ketahun Hulu Watershed Bengkulu
Province, under academic supervision of SURIA DARMA TARIGAN and
NAIK SINUKABAN.
Ketahun Hulu watershed is part of Ketahun watershed, administratively it is
mainly located in Lebong district and a small portion of it is located in North
Bengkulu and Rejang Lebong districts of Bengkulu province. This study was
aimed to identify landuse and agrotechnology characteristics in Ketahun Hulu
watershed, and to arrange land use planning and coffee based farming
development for sustainable agricultural systems in the Ketahun Hulu
watershed. To achieve a sustainable agriculture, there are 3 (three) indicators that
should be fulfilled : a) total farmer’s income should be high enough support a life

worth living, b) erosion should be less than tolerable soil loss (ETol), c)
agrotechnologies should be acceptable and replicable to the farmers. This study
was focus on intensive observation sites covering 14,844 hectares located in one
of sub watershed that represent characteristics of the watershed. Land capability
was evaluated using Klingebiel and Montgomery method, erosion was predicted
using USLE equation developed by Wishmeier and Smith (1978), and farming
income was analyzed using cash flow analysis method. Results of this research
showed that predicted erosion in the existing cropping pattern and
agrotechnologies in Ketahun Hulu watershed generally greater than ETol; it
ranged from 2,47 – 683,18 tons/hectare/year while ETol was ranged from 13,45 –
36,38 tons/hectare/year. Total incomes of farmers were much lower than a decent
income (Rp. 18.000.000,-/householder/year). Alternative agrotechnologies to meet
the indicators of sustainable agricultural systems were recommended with two
alternatives. To increase farmer’s income to meet the income of decent living, the
source of income such as livestock was introduced in to the existing farming
systems. Simulation of agrotechnologies show that alternatives of agrotechnology
can reduce erosion to lower than ETol and to increase farmer’s income up to a
decent income. Alternative agrotechnolgy 1 which consisted of grass strip plus
litter mulch, fertilizer and livestock including 30 chickens and 5 goats can reduce
erosion to lower than ETol (2,45 – 22,77 tons/hectares/year) and increase farmer’s

income up to a decent living (Rp. 18.855.000,- to Rp. 24.915.000,/householder/year). Alternative agrotechnology 2 which consisted ridge terrace
plus litter mulch, fertilizer and livestock including 30 chickens and 5 goats can
reduce erosion to lower than ETol (2,47 – 22,77 tons/hectares/year) and increase
farmer’s income up to a decent living (Rp. 18.635.000,- to Rp. 24.695.000,/householder/year). Spatial planning of recommended agrotechnologies was
extrapolated into the watershed in Ketahun Hulu Watershed.
Keywords : Erosion, Sustainable Agricultural System, Watershed

RINGKASAN
LUXMAN ARIEF. Perencanaan Penggunaan Lahan dan Pengembangan
Usahatani Berbasis Kopi Untuk Sistem Pertanian Berkelanjutan Di DAS Ketahun
Hulu Provinsi Bengkulu. Dibimbing oleh SURIA DARMA TARIGAN sebagai
ketua dan NAIK SINUKABAN sebagai anggota.
DAS Ketahun Hulu dengan luas 115.998 hektar merupakan bagian DAS
Ketahun secara administratif terletak di Kabupaten Lebong serta sebagian kecil
terletak di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Rejang Lebong. DAS
Ketahun ditetapkan sebagai DAS Prioritas I berdasarkan SK Menteri Kehutanan
Nomor : SK. 328/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik penggunaan
lahan dan agroteknologi di DAS Ketahun Hulu dan menyusun perencanaan
penggunaan lahan dan pengembangan usahatani berbasis kopi untuk sistem

pertanian berkelanjutan di DAS Ketahun Hulu. Untuk dapat mencapai pertanian
yang berkelanjutan minimal harus memenuhi 3 (tiga) indikator yaitu pendapatan
yang layak bagi setiap petani, erosi yang lebih kecil dari erosi yang dapat
ditoleransikan (ETol) dan dapat diterima serta dikembangkan oleh petani dengan
pengetahuan dan sumberdaya lokal yang dimilikinya.
Lokasi pengamatan intensif terletak di salah satu sub DAS seluas 14.844
hektar yang terdiri dari 18 satuan lahan yang mewakili karakteristik DAS Ketahun
Hulu secara keseluruhan. Data yang digunakan untuk analisis adalah data biofisik
lahan dan data sosial ekonomi. Evaluasi kemampuan lahan dilakukan pada lokasi
pengamatan intensif dengan menggunakan metoda yang dikemukakan oleh
Klingebiel dan Montgomery dalam Arsyad (2006). Prediksi erosi dilakukan
dengan menggunakan persamaan USLE yang di kembangkan oleh Wishmeier dan
Smith (1978). Erosi yang dapat ditoleransi ditentukan dengan metode Hammer
dan metoda Tompson. Analisis usahatani pada pola tanam dan agroteknologi
menggunakan metoda arus uang tunai. Penentuan alternatif agroteknologi
ditetapkan dengan menggunakan simulasi USLE.
Kelas kemampuan lahan pada satuan lahan pengamatan intensif DAS
Ketahun Hulu terdiri dari kelas kemampuan lahan I, II, III, IV dan VI. Secara
umum penggunaan lahan di DAS Ketahun Hulu telah sesuai dengan kemampuan
lahan kecuali pada 2 satuan lahan pengamatan intensif yang tidak sesuai dan perlu

dilakukan perubahan penggunaan lahan sesuai dengan kemampuan lahannya.
Penggunaan lahan kebun campuran di DAS Ketahun Hulu ternyata seluruhnya
berbasis kopi robusta. Tipe usahatani berbasis kopi yang dilakukan oleh petani
setempat terdiri dari 6 tipe yaitu : Monokultur kopi (UT1), Kopi dan sengon
(UT2), Kopi dan tanaman kayu-kayuan (UT3), Kopi dan tanaman buah-buahan
(UT4), Kopi, karet dan nilam (UT5), Kopi, pinang dan kemiri (UT6).
Pola tanam dan agroteknologi aktual berbasis kopi yang diterapkan oleh
petani di DAS Ketahun Hulu masih dilakukan secara tradisional dan belum
menerapkan tindakan konservasi tanah yang baik sehingga belum memenuhi
indikator pertanian berkelanjutan karena nilai prediksi erosi yang lebih besar dari
erosi yang dapat ditoleransi dan pendapatan yang belum memenuhi standar
kebutuhan hidup layak dikarenakan lahan yang sempit yaitu rata-rata 1,5 hektar

dengan produktifitas kopi yang rendah yaitu 675 kg/hektar/tahun. Berdasarkan
hasil analisis, prediksi erosi pada pola tanam dan agroteknologi aktual di satuan
lahan pengamatan intensif DAS Ketahun Hulu berkisar antara 2,47 – 683,18
ton/hektar/tahun, secara umum jauh lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransi
yang berkisar antara 13,45 - 36,38 ton/hektar/tahun, kecuali pada penggunaan
lahan hutan dan sawah. Pendapatan petani berkisar antara Rp. 10.330.000,/KK/tahun – Rp. 15.250.000,-/KK/tahun lebih rendah dari kebutuhan hidup layak
di DAS Ketahun Hulu yaitu Rp. 18.000.000,-/KK/tahun.

Alternatif agroteknologi direkomendasikan agar dapat memenuhi indikatorindikator pertanian berkelanjutan dengan 2 alternatif. Alternatif agroteknologi 1
dengan menerapkan tindakan konservasi tanah pembuatan strip rumput disertai
pemberian mulsa serasah sisa tanaman, pemupukan sesuai dengan rekomendasi
Balitbang Pertanian yaitu 100 gr Urea, 50 gr TSP dan 50 gr KCL dan usaha ternak
T3 (ternak ayam 30 ekor dan kambing 5 ekor). Alternatif agroteknologi 2 dengan
menerapkan tindakan konservasi tanah pembuatan teras gulud dengan tanaman
penguat teras disertai pemberian mulsa serasah sisa tanaman, pemupukan sesuai
dengan rekomendasi Balitbang Pertanian yaitu 100 gr Urea, 50 gr TSP dan 50 gr
KCL dan usaha ternak T3 (ternak ayam 30 ekor dan kambing 5 ekor).
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, semua alternatif agroteknologi
yang direkomendasikan sudah dapat memenuhi indikator pertanian berkelanjutan
dengan prediksi erosi yang lebih kecil dari Etol, pendapatan petani yang lebih
tinggi dari kebutuhan hidup layak serta diterima dan dapat diterapkan oleh petani.
Penerapan alternatif agroteknologi 1 yaitu dengan pembuatan strip rumput disertai
pemberian mulsa serasah, pemupukan dan usaha ternak T3 (ternak ayam 30 ekor
dan kambing 5 ekor) dapat mengurangi erosi sehingga lebih rendah dari ETol
berkisar antara 2,45 – 22,77 ton/hektar/tahun dan meningkatkan pendapatan petani
sehingga lebih tinggi dari kebutuhan hidup layak berkisar antara Rp. 18.855.000,/KK/tahun – Rp. 24.915.000,-/KK/tahun. Penerapan alternatif agroteknologi 2
yaitu dengan pembuatan teras gulud dengan tanaman penguat teras ditambah
mulsa serasah, pemupukan dan usaha ternak T3 (ternak ayam 30 ekor dan

kambing 5 ekor) dapat mengurangi erosi sehingga lebih rendah dari ETol berkisar
2,47 – 22,77 ton/hektar/tahun dan meningkatkan pendapatan petani sehingga lebih
tinggi dari kebutuhan hidup layak berkisar Rp. 18.635.000,-/KK/tahun – Rp.
24.695.000,-/KK/tahun.
Rekomendasi penggunaan lahan dan pengembangan usahatani berbasis kopi
untuk sistem pertanian berkelanjutan di satuan lahan pengamatan intensif
diekstrapolasikan ke seluruh wilayah DAS Ketahun Hulu dengan
memperuntukkan lahan sesuai dengan kemampuannya dan menerapkan alternatif
agroteknologi pada lahan usahatani berbasis kopi sesuai dengan karakteristik
satuan lahannya. Penggunaan lahan hutan tetap dipertahankan sebagai hutan
walaupun sesuai untuk budidaya pertanian. Penggunaan lahan sawah tetap
dipertahankan sebagai sawah. Lahan-lahan usahatani dengan kelas kemampuan
lahan VI direkomendasikan untuk dilakukan penghijauan atau reboisasi dengan
tujuan untuk meningkatkan kerapatan tanaman kayu-kayuan agar dapat kembali
berfungsi sebagai hutan. Lahan-lahan usahatani yang berdasarkan peta
penggunaan lahan dan peta arahan fungsi kawasan hutan berada di dalam kawasan
hutan tetap tidak disarankan untuk budidaya pertanian kecuali ada kebijaksanaan
dari kementerian kehutanan.

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DAN

PENGEMBANGAN USAHATANI BERBASIS KOPI UNTUK
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DAS KETAHUN
HULU PROVINSI BENGKULU

LUXMAN ARIEF

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains Pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Dosen Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Enni Dwi Wahyunie, M.Si

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis


Nama
NIM

: Perencanaan Penggunaan Lahan dan Pengembangan Usahatani
Berbasis Kopi Untuk Sistem Pertanian Berkelanjutan Di DAS
Ketahun Hulu Provinsi Bengkulu
: Luxman Arief
: A155080041

DISETUJUI

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan DAS

Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 7 Maret 2011

Tanggal Lulus :

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 22 November 1976 sebagai
anak kedua dari pasangan M. Zein Rani dan Nazariah. Pendidikan sarjana di
tempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Banda Aceh pada Jurusan Manajemen
Hutan, lulus tahun 2003. Kesempatan untuk melanjutkan ke program studi Ilmu
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2008 atas beasiswa dari Departemen Kehutanan.
Penulis bekerja di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Krueng Aceh
mulai tahun 1996 sampai dengan sekarang.

xii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
PENDAHULUAN .........................................................................................

1

Latar Belakang .........................................................................................

1

Perumusan Masalah ..................................................................................

5

Kerangka Pemikiran .................................................................................

5

Tujuan Penelitian ......................................................................................

7

Kegunaan Penelitian .................................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

9

Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) .....................................................

9

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ..........................................................

10

Penggunaan Lahan ...................................................................................

11

Evaluasi Kemampuan Lahan ....................................................................

12

Erosi dan Prediksi Erosi ...........................................................................

16

Erosi Yang Masih Dapat Ditoleransi (ETol) ............................................

17

Pembangunan Pertanian Yang Berkelanjutan ..........................................

18

Usahatani Kopi Robusta Di DAS Ketahun Hulu .....................................

19

METODE PENELITIAN ...............................................................................

21

Waktu dan Tempat ...................................................................................

21

Metode Penelitian .....................................................................................

21

Satuan Lahan Pengamatan Intensif ..........................................................

22

Data dan Alat ............................................................................................

24

Metoda Pengumpulan Data ......................................................................

25

Analisa Data .............................................................................................

26

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..............................................

33

Letak Geografis ........................................................................................

33

Tanah ........................................................................................................

33

xiii
Topografi ..................................................................................................

34

Penggunaan Lahan ...................................................................................

34

Iklim .........................................................................................................

36

Hidrologi ..................................................................................................

37

Penduduk ..................................................................................................

38

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

41

Karakteristik DAS Ketahun Hulu ............................................................

41

Karakteritik Satuan Lahan Pengamatan Intensif ......................................

40

Identifikasi Penggunaan Lahan ................................................................

44

Penggunaan Lahan Kebun Campuran ......................................................

45

Evaluasi Kemampuan Lahan ....................................................................

48

Evaluasi Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual .....................................

50

Analisa Usahatani Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual .....................

54

Alternatif Pola Tanam dan Agroteknologi ...............................................

57

Analisa Usahatani Alternatif Agroteknologi ............................................

63

Peningkatan Pendapatan Petani ................................................................

65

Rekomendasi Penggunaan Lahan dan Pengembangan Usahatani ...........

68

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

77

Kesimpulan ...............................................................................................

77

Saran .........................................................................................................

78

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

79

LAMPIRAN ...................................................................................................

81

xiv

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan.....................................................

27

2

Jenis Tanah DAS Ketahun Hulu ................................................................

33

3

Kelas Lereng DAS Ketahun Hulu .............................................................

34

4

Jenis Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu ...........................................

34

5

Debit Rata-Rata Bulanan Sungai Ketahun (2000 – 2006) .........................

38

6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di DAS Ketahun
Hulu ...........................................................................................................

7

Sebaran Luas Lahan Usahatani per KK Berbasis Kopi Di DAS Ketahun
Hulu .............................................................................................

8

9

39

39

Persentase Tingkat Pendidikan Petani Di Lokasi Pengamatan Intensif
DAS Ketahun Hulu ....................................................................................

40

Karakteristik Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS Ketahun Hulu .....

42

10 Luas Penggunaan Lahan Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS
Ketahun Hulu .............................................................................................

44

11 Jenis Penutupan Lahan dan Tanaman Satuan Lahan Pengamatan Intensif
DAS Ketahun Hulu ......................................................................

44

12 Karakteristik Penggunaan Lahan Kebun Campuran Satuan Lahan
Pengamatan Intensif DAS Ketahun Hulu...................................................

45

13 Hasil Evaluasi Kemampuan Lahan Satuan Lahan Pengamatan Intenasif
DAS Ketahun Hulu ...................................................................

49

14 Prediksi Erosi Dan ETol Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual Satuan
Lahan Pengamatan Intensif DAS Ketahun Hulu .......................................

51

15 Hasil Analisis Pendapatan Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual
Berbasis Kopi Seluas 1,5 Hektar Satuan Lahan Pengamatan Intensif
DAS Ketahun Hulu ....................................................................................

55

16 Prediksi Erosi dan ETol Alternatif Agroteknologi 1 Satuan Lahan
Pengamatan Intensif DAS Ketahun Hulu .......................................
17 Prediksi Erosi dan ETol Alternatif Agroteknologi 2

61

Satuan Lahan

Pengamatan Intensif DAS Ketahun Hulu .......................................

62

xv
18 Hasil Analisis Pendapatan Alternatif Agroteknologi 1 Berbasis Kopi
Seluas 1,5 Hektar Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS Ketahun
Hulu ............................................................................................................ 63
19 Hasil Analisis Pendapatan Alternatif Agroteknologi 2 Berbasis Kopi
Seluas 1,5 Hektar Satuan Lahan Pengamatan Intensif di DAS Ketahun
Hulu ............................................................................................................ 64
20 Hasil Analisis Pendapatan Alternatif Agroteknologi 1 Berbasis Kopi
Seluas 1,5 Hektar Dan Usaha Ternak Satuan Lahan Pengamatan Intensif
DAS Ketahun Hulu ....................................................................................

66

21 Hasil Analisis Pendapatan Alternatif Agroteknologi 2 Berbasis Kopi
Seluas 1,5 Hektar Dan Usaha Ternak Satuan Lahan Pengamatan Intensif
DAS Ketahun Hulu ....................................................................................

67

22 Rekomendasi Alternatif Agroteknologi Berbasis Kopi Seluas 1,5 Hektar
Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS Ketahun Hulu ...........................

70

xvi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian .........................................

2

Skema Hubungan Antara Kelas Kemapuan Lahan Dengan Intensitas

8

dan Macam Penggunaan Lahan ..............................................................

13

3

Peta Lokasi Penelitian ............................................................................

21

4

Peta Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS Ketahun Hulu ................

23

5

Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-Rata di DAS Ketahun Hulu ............

37

6

Grafik Jumlah Hari Hujan Rata-Rata di DAS Ketahun Hulu .................

37

7

Grafik Debit Bulanan Sungai Ketahun ...................................................

38

8

Peta Satuan Lahan DAS Ketahun Hulu dan Satuan Lahan Pengamatan
Intensif ....................................................................................................

8

43

Peta Rekomendasi Penggunaan Lahan dan Pengembangan Usahatani
Berbasis Kopi Dengan Alternatif Agroteknologi 1 Satuan Lahan
Pengamatan Intensif ...............................................................................

9

71

Peta Rekomendasi Penggunaan Lahan dan Pengembangan Usahatani
Berbasis Kopi Dengan Alternatif Agroteknologi 2 Satuan Lahan
Pengamatan Intensif ...............................................................................

72

10 Peta Rekomendasi Penggunaan Lahan dan Pengembangan Usahatani
Berbasis Kopi Dengan Alternatif Agroteknologi 1 DAS Ketahun
Hulu ........................................................................................................

75

11 Peta Rekomendasi Penggunaan Lahan dan Pengembangan Usahatani
Berbasis Kopi Dengan Alternatif Agroteknologi 2 DAS Ketahun
Hulu ........................................................................................................

76

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Peta Penggunaan Lahan DAS Ketahun Hulu ...........................................

81

2

Peta Kelas Lereng DAS Ketahun Hulu ....................................................

82

3

Peta Jenis Tanah DAS Ketahun Hulu ......................................................

83

4

Peta Kawasan Hutan DAS Ketahun Hulu ................................................

84

5

Karakteristik Satuan Lahan DAS Ketahun Hulu .....................................

85

6

Intensitas Faktor Penghambat Untuk Klasifikasi Kemampuan Lahan ....

87

7

Nilai Faktor C Dari Berbagai Tanaman dan Pengelolaannya atau Tipe
Penggunaan Lahan ...................................................................................

89

8

Nilai Faktor Tehnik Konservasi Tanah (P)...............................................

91

9

Kelas dan Kode Struktur Tanah, Kelas dan Kode Permeabilitas Profil
Tanah, Klasifikasi Nilai Kepekaan Erosi Tanah.......................................

92

10 Penilaian Kelas Kemampuan Lahan Pada Setiap Satuan Lahan
Pengamatan Intensif di DAS Ketahun Hulu ............................................

93

11 Deskripsi Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual di Satuan Lahan
Pengamatan Intensi DAS Ketahun Hulu ..................................................

94

12 Sebaran Curah Hujan (mm) Rata-Rata Bulanan di DAS Ketahun Hulu
Tahun 1983 – 2004 ..................................................................................

95

13 Sebaran Hari Hujan Rata-Rata Bulanan di DAS Ketahun Hulu Tahun
1983 – 2004 ..............................................................................................

96

14 Curah hujan Bulanan (cm) dan Nilai Erosivitas Hujan (R) DAS
Ketahun Hulu ..........................................................................................

97

15 Sifat Fisik Tanah Pada Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS
Ketahun Hulu ...........................................................................................

98

16 Nilai Erodibilitas Tanah Pada Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS
Ketahun Hulu ...........................................................................................

99

17 Nilai LS Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS Ketahun Hulu ..........

100

18 Erosi Yang Dapat Ditoleransi Pada Satuan Lahan Pengamatan Intensif
DAS Ketahun Hulu ..................................................................................
19 Nilai Faktor Kedalaman 30 Sub Order Tanah (Hammer 1981 dan

101

xviii
Arsyad 2006) ............................................................................................ 102
20 Kedalaman tanah minimum untuk berbagai jenis tanaman .....................

103

21 Nilai CP Maksimum Satuan Lahan Pengamatan Intensif DAS Ketahun
Hulu .......................................................................................................... 104
22 Analisa Biaya dan Pendapatan Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual
UT1 seluas 1,5 hektar ..............................................................................

105

23 Analisa Biaya dan Pendapatan Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual
UT2 seluas 1,5 hektar ..............................................................................

106

24 Analisa Biaya dan Pendapatan Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual
UT3 seluas 1,5 hektar ..............................................................................

107

25 Analisa Biaya dan Pendapatan Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual
UT4 seluas 1,5 hektar ..............................................................................

108

26 Analisa Biaya dan Pendapatan Tanam dan Agroteknologi Aktual UT5
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 109
27 Analisa Biaya dan Pendapatan Pola Tanam dan Agroteknologi Aktual
UT6 seluas 1,5 hektar ..............................................................................

110

28 Analisa Biaya dan Pendapatan UT1 Dengan Alternatif Agroteknologi 1
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 111
29 Analisa Biaya dan Pendapatan UT2 Dengan Alternatif Agroteknologi 1
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 112
30 Analisa Biaya dan Pendapatan UT3 Dengan Alternatif Agroteknologi 1
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 113
31 Analisa Biaya dan Pendapatan UT4 Dengan Alternatif Agroteknologi 1
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 114
32 Analisa Biaya dan Pendapatan UT5 Dengan Alternatif Agroteknologi 1
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 115
33 Analisa Biaya dan Pendapatan UT6 Dengan Alternatif Agroteknologi 1
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 116
34 Analisa Biaya dan Pendapatan UT1 Dengan Alternatif Agroteknologi 2
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 117
35 Analisa Biaya dan Pendapatan UT2 Dengan Alternatif Agroteknologi 2
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 118

xix
36 Analisa Biaya dan Pendapatan UT3 Dengan Alternatif Agroteknologi 2
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 119
37 Analisa Biaya dan Pendapatan UT4 Dengan Alternatif Agroteknologi 2
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 120
38 Analisa Biaya dan Pendapatan UT5 Dengan Alternatif Agroteknologi 2
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 121
39 Analisa Biaya dan Pendapatan UT6 Dengan Alternatif Agroteknologi 2
seluas 1,5 hektar ....................................................................................... 122
40 Analisa Biaya dan Pendapatan Petani Dari Usaha Ternak ......................

123

41 Skema Pola Tanam UT1(Monokultur Kopi) ...........................................

124

42 Skema Pola Tanam UT2 (Kopi dan Sengon) ........................................... 125
43 Skema Pola Tanam UT3 (Kopi dan Tanaman Kayu-kayuan) .................

126

44 Skema Pola Tanam UT4 (Kopi dan Tanaman Buah-buahan) .................. 127
45 Skema Pola Tanam UT5 (Kopi, Karet dan Nilam) .................................. 128
46 Skema Pola Tanam UT6 (Kopi, Pinang dan Kemiri) ..............................

129

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sumberdaya lahan merupakan salah satu modal dasar pembangunan
nasional. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam hidup untuk keperluan
produksi maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang seksama
dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari
sumberdaya lahan yang terbatas dengan tetap melakukan tindakan yang menjamin
keberadaannya untuk masa mendatang.
Seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin meningkat, sementara
sumberdaya lahan yang tersedia tetap sehingga terjadi ketidak seimbangan antara
jumlah penduduk dan kebutuhan lahan yang mengakibatkan terjadinya konversi
lahan pertanian, penyerobotan tanah negara, perambahan hutan, pengusahaan
lahan kering perbukitan dan lahan berlereng yang sering kali tidak sesuai dengan
kemampuan daya dukung lahan tersebut.
Penutupan hutan di Indonesia sampai dengan tahun 2007 sekitar 50% luas
daratan, ada kecenderungan luasan tersebut terus menurun dengan rata-rata laju
deforestasi tahun 2000-2005 sebesar 1,089 juta hektar pertahun. Sedangkan lahan
kritis dan sangat kritis masih tetap luas yaitu sekitar 30,2 juta hektar, erosi dari
daerah pertanian lahan kering tetap tinggi melebihi yang dapat ditoleransi (15
ton/ha/tahun) sehingga fungsi DAS dalam mengatur siklus hidrologi menjadi
menurun (Departemen Kehutanan 2009).
DAS Ketahun ditetapkan sebagai DAS Prioritas I berdasarkan SK Menteri
Kehutanan Nomor : SK. 328/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009. Penetapan
prioritas ini didasarkan kepada indikator-indikator lahan, sosial ekonomi, dan
kelembagaan. DAS Prioritas I adalah DAS yang prioritas penanganannya paling
tinggi karena menunjukkan permasalahan biofisik dan sosial ekonomi DAS paling
kritis.Tingkat kekritisan suatu DAS ditunjukkan dengan menurunnya penutupan
vegetasi permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan
DAS dalam menyimpan air yang berdampak pada meningkatnya frekwensi banjir,
erosi dan penyebaran tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada
musim kemarau (Departemen Kehutanan 2009).

2
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengelolaan DAS
(2006), DAS Ketahun memiliki lahan yang dikategorikan kritis seluas 56.526 Ha
(23,51%) dan sangat kritis seluas 21.984 Ha (9,14%). Lahan kritis dan sangat
kritis tersebut seluas 52.867 Ha (67,1%) terletak di luar kawasan hutan dan seluas
25.823 Ha (32,89%) terletak didalam kawasan hutan.
DAS Ketahun Hulu adalah bagian hulu dari DAS Ketahun seluas 115.998
hektar yang secara administratif terletak di provinsi Bengkulu. Erosi rata-rata
yang terjadi di DAS Ketahun Hulu ini cukup tinggi yaitu 229,78 ton/hektar/tahun.
Erosi yang terjadi pada kebun campuran, yang merupakan penggunaan lahan
terluas selain hutan, rata-rata 220,08 ton/hektar/tahun berdasarkan prediksi erosi
yang dilakukan oleh BPDAS Ketahun (2007). Kondisi topografi DAS Ketahun
Hulu yang tergolong curam dan sangat curam, sebagian besar terletak pada kelas
lereng 15 – 30 % seluas 54.110 hektar (46,64%) dan kelas lereng 30 – 45% seluas
15.582 hektar (16,01%), dapat memicu terjadinya erosi yang besar tersebut.
Erosi yang terjadi di DAS Ketahun Hulu selain berdampak pada
menurunnya kualitas lahan juga berdampak pada pendangkalan sungai atau danau.
Erosi ini tercermin oleh sedimen yang masuk ke Danau Tes seluas 280,82 hektar
yang terdapat di DAS Ketahun Hulu. Sedimen yang masuk ke dalam Danau Tes
yang juga dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ini
adalah sebesar 1.309.078,29 m3 setiap tahunnya. Apabila kondisi ini terus
dibiarkan dapat mengancam keberadaan PLTA yang ada didanau tersebut
(Bapedalda Provinsi Bengkulu 2006).
Erosi di DAS Ketahun Hulu dapat terjadi karena curah hujan tinggi, lereng
yang tergolong curam dan agroteknologi yang dilakukan oleh petani belum
menerapkan tehnik-tehnik konservasi tanah. Erosi menyebabkan hilangnya tanah
lapisan atas dan dapat menurunkan kesuburan tanah sehingga produktifitas
tanaman pertanian tidak maksimal. Hal ini dapat mengakibatkan dampak yang
sangat merugikan terutama pada tingkat kesejahteraan atau pendapatan petani.
Usahatani dominan yang dilakukan oleh petani didaerah ini selain sawah
adalah kebun kopi robusta. Luas kebun kopi yang terdapat di DAS Ketahun Hulu
adalah 20.000 hektar. Produktifitas kopi didaerah ini masih relatif rendah yaitu
675 kilogram/hektar/tahun (Disbun Provinsi Bengkulu 2009). Usahatani ini

3
umumnya dilakukan dengan cara menggabungkan dengan tanaman lain yang
dimaksudkan sebagai naungan. Selain sebagai naungan tanaman-tanaman tersebut
dapat memberikan pendapatan tambahan bagi petani.
Pendapatan petani di DAS Ketahun Hulu rata-rata masih rendah, ini
disebabkan oleh luas lahan yang diusahakan oleh petani sempit dan produktifitas
yang belum maksimal. Dari hasil usaha pertanian pendapatan petani di DAS
Ketahun Hulu berkisar Rp. 6.800.000,-/KK/Tahun sampai dengan Rp.
16.900.000,-/KK/Tahun (Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu 2008). Dari rata-rata
pendapatan tersebut pendapatan petani yang tertinggi adalah dari usahatani padi
sawah. Pendapatan petani dari usahatani lain umumnya jauh lebih rendah dari
usahatani padi sawah. Rata-rata pendapatan petani dari usahatani kopi robusta
adalah Rp. 8.607.000,- (Disbun Provinsi Bengkulu 2009). Berdasarkan hasil
analisis dari data potensi desa BPS 2006 dari 35.507 kepala keluarga di sekitar
DAS Ketahun Hulu, sebanyak 81% kepala keluarga bermata pencaharian sebagai
petani. Sebesar 10.834 kepala keluarga masih berada pada kelompok keluarga
miskin (pra sejahtera dan KS-1) (BPDAS Ketahun 2007).
Tingkat pendapatan petani yang rendah mendorong mereka untuk
memperluas lahan garapan dengan membuka hutan menjadi lahan perkebunan
pada lereng-lereng yang terjal (>30%) tanpa mempertimbangkan kemampuan
lahan sehingga degradasi lahan semakin meluas. Kurang lebih 4.462 hektar lahan
di DAS Ketahun Hulu dengan kelas lereng > 30% telah digunakan untuk kebun
campuran. Bapedalda Provinsi Bengkulu (2006) menyebutkan bahwa berdasarkan
hasil interpretasi citra, persentase penutupan yang masih berhutan dari total luas
hutan lindung di DAS Ketahun Hulu yang tadinya 20.777,40 hektar yaitu hutan
lindung Rimbo Pegadang seluas 9.287,40 hektar dan hutan lindung BT Gedang
Hulu Lais seluas 11.490 hektar hanya tinggal 53 % (11.012,022 hektar) sedangkan
47% (9.765,378 hektar) telah dirambah menjadi perladangan.
Usahatani berbasis kopi yang dilakukan oleh petani di DAS Ketahun Hulu
masih belum memenuhi indikator-indikator sistem pertanian berkelanjutan dengan
erosi tinggi pada penggunaan lahan kebun campuran kopi dikarenakan
agroteknologi yang diterapkan belum menerapkan usaha-usaha konservasi tanah
yang memadai dan pendapatan petani belum memenuhi kebutuhan hidup layak

4
dikarenakan produktifitas tanaman yang rendah dan lahan usahatani yang sempit.
Untuk dapat mencapai pertanian yang berkelanjutan minimal harus memenuhi 3
(tiga) indikator yaitu pendapatan yang layak bagi setiap petani, erosi yang lebih
kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan dan dapat diterima serta dikembangkan
oleh petani dengan pengetahuan dan sumberdaya lokal yang dimilikinya
(Sinukaban 2007).
Sistem Pertanian Konservasi ini mempunyai ciri-ciri : (1) produksi pertanian
cukup tinggi sehingga petani tetap bergairah melanjutkan usahanya, (2)
pendapatan petani cukup tinggi, sehingga petani dapat mendisain masa depan
keluarganya dan pendapatan usahataninya, (3) teknologi yang diterapkan baik
teknologi produksi maupun teknologi konservasi adalah teknologi yang dapat
diterapkan sesuai dengan kemampuan petani dan diterima oleh petani dengan
senang hati sehingga sistem pertanian tersebut dapat dan akan diteruskan oleh
petani dengan kemampuannya secara terus menerus tanpa bantuan dari luar, (4)
Komoditi pertanian yang diusahakan sangat beragam dan sesuai dengan kondisi
biofisik daerah, dapat diterima oleh petani dan laku di pasar, (5) Laju erosi kecil
(minimal), lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan, sehingga produktivitas
yang cukup tinggi dapat dipertahankan/ditingkatkan secara lestari dan fungsi
hidrologis daerah terpelihara dengan baik sehingga tidak terjadi banjir dimusim
hujan dan kekeringan dimusim kemarau, (6) Sistem penguasaan/pemilikan lahan
dapat menjamin keamanan investasi jangka panjang (longterm investment
security) dan menggairahkan petani untuk terus berusahatani (Sinukaban 2007).
Pertanian yang berkelanjutan penting dilakukan untuk menghindari
kerusakan sumber daya alam yang semakin luas dan peningkatan pendapatan
petani di DAS Ketahun Hulu agar petani dapat hidup layak. Penelitian untuk
mengembangkan alternatif-alternatif agroteknologi yang mungkin diterapkan
untuk memenuhi indikator-indikator sistem pertanian berkelanjutan di DAS
Ketahun Hulu perlu segera dilakukan. Tindakan konservasi tanah dan air perlu
dirumuskan untuk mengurangi erosi yang terjadi dan usaha-usaha yang mungkin
dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup layak dengan tanpa melakukan perusakan-perusakan terhadap
lingkungan dan sumber daya alam.

5
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang perlu segera diatasi di DAS Ketahun Hulu yaitu usahatani
yang dilakukan oleh petani belum menerapkan tindakan-tindakan konservasi
tanah yang baik sehingga memicu terjadi erosi dengan rata-rata erosi di DAS
Ketahun sebesar

229,78 ton/hektar/tahun dan erosi yang terjadi pada kebun

campuran yang merupakan penggunaan lahan terluas selain hutan rata-rata 220,08
ton/hektar/tahun (BPDAS Ketahun 2007).
Pendapatan petani dari usahatani masih rendah sehingga belum dapat
memenuhi kebutuhan hidup layak disebabkan karena rata-rata luas lahan
usahatani yang diusahakan oleh petani sempit dan produktifitas tanaman kopi
relatif rendah yaitu 675 kg/hektar/tahun dengan pendapatan Rp. 8.607.000,/KK/tahun (Disbun Provinsi Bengkulu 2009)
Pendapatan yang rendah mendorong petani untuk merambah hutan dan
memanfaatkan lahan-lahan pada lereng yang terjal dan tidak sesuai dengan
kemampuan lahannya sehingga degradasi lahan semakin meluas. Berdasarkan
analisis peta penggunaan lahan kurang lebih 4.462 hektar lahan di DAS Ketahun
Hulu dengan kelas lereng > 30% telah digunakan untuk kebun campuran.
Kesuburan tanah pada lahan-lahan perkebunan kopi yang semakin menurun
ditandai dengan produktifitas tanaman yang rendah memicu pembukaan lahanlahan perkebunan kopi baru dengan melakukan perambahan hutan, sehingga dapat
mengancam keberadaan hutan lindung yang berfungsi sebagai penyangga
kehidupan masyarakat di DAS Ketahun Hulu.
Kerangka Pemikiran
Daerah Aliran Sungai berperan sebagai daerah resapan dalam menjalankan
fungsinya untuk menjaga keseimbangan sistem hidrologi, demikian halnya
dengan DAS Ketahun Hulu. Penggunaan lahan dan pengelolaan sumberdaya alam
untuk kegiatan pertanian mendominasi kehidupan masyarakat di kawasan
tersebut. Dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan
mengakibatkan tekanan terhadap lahan meningkat dan terjadi degradasi lahan
serta terganggunya fungsi hidrologi DAS. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman
tentang pola umum pemanfaatan lahan sehingga dapat disusun perencanaan

6
penggunaan lahan dan sistem pertanian yang berkelanjutan dengan 3 (tiga)
indikator yaitu (1) pendapatan yang layak bagi setiap petani, (2) erosi yang lebih
kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan (3) dapat diterima serta dikembangkan
oleh petani dengan pengetahuan dan sumberdaya lokal yang dimilikinya.
Penggunaan lahan dan sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat
merupakan hasil dari berbagai faktor sosial, ekonomi, dan kondisi sumberdaya
lahan yang dihadapi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pola
penggunaan lahan dan sumberdaya alam antara lain : (1) faktor lingkungan sosial
ekonomi, (2) karakteristik rumah tangga petani, (3) teknologi, dan (4) faktor
biofisik.
Identifikasi penggunaan lahan di lokasi penelitian dilakukan pada lokasi
pengamatan intensif yang sudah ditentukan sebelumnya menggunakan peta satuan
lahan. Identifikasi ini dilakukan dengan cara survey lapangan dan wawancara
dengan masyarakat setempat. Penggunaan lahan aktual ini kemudian dievaluasi
kesesuaiannya dengan kemampuan lahan. Evaluasi kemampuan lahan bertujuan
untuk mengetahui apakah penggunaan lahan bisa tetap diteruskan apabila telah
sesuai dengan kemampuannya atau harus dibuat suatu alternatif rekomendasi
penggunaan lahan yang lain apabila penggunaan lahan tersebut tidak sesuai
dengan kemampuan lahannya.
Evaluasi pola tanam dan agroteknologi aktual dilakukan setelah evaluasi
kemampuan lahan selesai dilakukan dan penggunaan lahan telah ditentukan sesuai
dengan kemampuan lahannya. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui jenis
tanaman, pola tanam, dan agroteknologi yang dilakukan oleh petani pengguna
lahan. Hasil evaluasi pola tanam dan agroteknologi ini kemudian akan digunakan
untuk memprediksi erosi aktual.
Hasil prediksi erosi tersebut dibandingkan dengan erosi yang dapat
ditoleransi untuk mengetahui apakah prediksi erosi lebih besar atau lebih kecil
dari erosi yang dapat ditoleransi. Alternatif pola tanam dan agroteknologi dengan
menentukan tindakan-tindakan koservasi tanah yang sesuai dengan kondisi lahan
dilakukan dengan membuat beberapa alternatif agroteknologi (2 alternatif) yang
dapat diterapkan di daerah tersebut agar erosi dapat menjadi lebih kecil dari erosi
yang dapat ditoleransi dan alternatif agroteknologi tersebut mampu dilakukan oleh

7
petani setempat. Alternatif agroteknologi ditentukan dengan menggunakan
simulasi USLE untuk mendapatkan tindakan koservasi tanah yang tepat.
Analisis usahatani dilakukan pada pola tanam dan agroteknologi aktual dan
alternatif agroteknologi. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data-data
sosial ekonomi yang diperoleh sebelumnya. Dalam analisis usahatani ini antara
lain yang dilakukan adalah analisis pendapatan dan biaya usahatani. Pendapatan
petani harus bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari dan
menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan lain seperti pendidikan, tabungan,
rekreasi dan sebagainya. Dengan kata lain bahwa masyarakat petani dapat hidup
dengan layak. Analisa usaha tani dilakukan untuk mengetahui apakah pendapatan
petani sudah bisa dikatakan layak atau tidak dengan agroteknologi yang
diterapkan saat ini dan alternatif agroteknologi yang direkomendasikan.
Peningkatan pendapatan petani dilakukan apabila berdasarkan hasil analisa
usahatani belum mencapai standar kebutuhan hidup layak dengan usaha lain yang
dapat menambah pendapatan petani sehingga kebutuhan hidup layak tersebut
dapat terpenuhi.
Tahapan akhir dari penelitian adalah melakukan ekstrapolasi rekomendasi
penggunaan lahan dan alternatif agroteknologi di seluruh wilayah DAS Ketahun
Hulu. Kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
1.

Mengidentifikasi karakteristik penggunaan lahan dan agroteknologi di DAS
Ketahun Hulu Provinsi Bengkulu.

2.

Menyusun perencanaan penggunaan lahan dan pengembangan usahatani
berbasis kopi untuk sistem pertanian berkelanjutan di DAS Ketahun Hulu
Provinsi Bengkulu.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

pemilik/pengguna lahan untuk mengelola lahannya dan sebagai masukan bagi
pemerintah daerah atau instansi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya
alam di DAS Ketahun Hulu.

2,5 m
2,5 m

8

Peta Topografi dan
Peta tanah

Overlay Peta

Satuan Lahan

Penentuan lokasi pengamatan
Survey Pendahuluan

Peta penggunaan
lahan terkoreksi

Survey Utama

Pengamatan, pengukuran
dan pengambilan data fisik
-

Tekstur
Struktur
Pemeabilitas
Bahan organik
Kemiringan Lereng
Panjang Lereng
Curah Hujan
Erosi
Kedalaman Efektif
Drainase
Bahaya Banjir
Batuan di Permukaan
Kepekaan Erosi

Pengamatan dan pengambilan data
sosial ekonomi

Kelas kemampuan lahan
Evaluasi penggunaan dan
kemampuan lahan
Alternatif penggunaan lahan

Sesuai

Tidak

Perubahan
Penggunaan Lahan

Evaluasi pola tanam dan
agroteknologi

Prediksi Erosi

Astandar hidup layak
Ya
Alternatif Rekomendasi Penggunaan Lahan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Penelitian

Tidak

9

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak bijaksana telah menyebabkan
degradasi tanah dan air, dan pada gilirannya menurunkan tingkat kemakmuran
masyarakat terutama di pedesaan. Penyebab utama tidak bijaksananya cara
pengelolaan sumberdaya alam tersebut seringkali berkaitan dengan kurangnya
pemahaman keterkaitan biogeofisik antara daerah hulu-hilir DAS sehingga produk
kebijaksanaan yang dihasilkan tidak atau kurang memadai untuk dijadikan
landasan pengelolaan DAS.
Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas-batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang
jatuh dalam DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di
sungai) dalam DAS tersebut. Pengertian DAS tersebut menggambarkan suatu
wilayah yang mengalirkan air yang jatuh diatasnya beserta sedimen dan bahan
terlarut melalui titik yang sama sepanjang suatu aliran atau sungai. Dengan
demikian DAS dapat terbagi menjadi beberapa sub DAS dan sub-sub DAS,
sehingga luas DAS pun akan bervariasi dari beberapa puluh meter persegi sampai
ratusan ribu hektar tergantung dimana titik pengukuran ditempatkan (Sinukaban
2001).
Departemen Kehutanan (2009) mendefinisikan DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya
yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan kedanau atau laut secara alami, yang batas didarat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut dampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktifitas di daratan. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air
hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama.
Dengan memperlakukan DAS sebagai suatu sistem dan pengembangannya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup
manusia secara lestari, berarti sasaran pengembangan DAS akan menciptakan ciriciri DAS yaitu : (1) mampu memberikan produktifitas lahan yang tinggi, (2)
mampu menjamin erosi/sedimen yang rendah dan fungsi DAS sebagai penyimpan

10
air dapat memberikan hasil air yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, (3)
mampu menjaga adanya pemerataan pendapatan petani (equity) dan (4) mampu
mempertahankan kelestarian DAS terhadap goncangan yang terjadi (relisilient)
(Sinukaban 1999).
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Untuk tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan, kegiatan
pembangunan ekonomi dan lingkungan harus diselaraskan. Dalam hal ini
diperlukan penyatuan kedua sisi pandang tersebut secara realistis melalui
penyesuaian kegiatan pengelolaan DAS dengan konservasi daerah hulu dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Inilah tantangan formulasi kebijakan yang
harus dituntaskan apabila tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan ingin diwujudkan.
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan
timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala
aktifitasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta
meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan
(Departemen Kehutanan 2009).
Menurut Asdak (2001) bahwa pengelolaan DAS adalah suatu proses
formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi
sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk
memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan
sumber daya air dan tanah, yang berarti sebagai pengelolaan dan alokasi
sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi
serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya.
Pengelolaan DAS perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya
dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di luar daerah aliran sungai yang
bersangkutan.
Selanjutnya menurut Sinukaban (1995) bahwa tujuan umum dari
pengelolaan DAS adalah berkelanjutan