Fractionation of Bangle Essential Oil (Zingiber purpureum) as Aromatherapy for Antiobesity

FRAKSIONASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI
BANGLE (Zingiber purpureum) SEBAGAI PELANGSING
AROMATERAPI

RATNA WULANDARI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
RATNA WULANDARI. Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Bangle
(Zingiber purpureum) sebagai Pelangsing Aromaterapi. Dibimbing oleh
IRMANIDA BATUBARA dan EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH.
Bangle merupakan salah satu tumbuhan aromatik yang mengandung
minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan mendapatkan minyak atsiri rimpang bangle
dan fraksi yang terkandung di dalamnya yang berpotensi sebagai pelangsing
aromaterapi. Kandungan minyak atsiri rimpang bangle hasil isolasi dengan
metode distilasi air adalah 0.38-0.91% (v/b) berdasarkan bobot basah. Potensi

senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 4 untuk
pelangsing aromaterapi diuji secara in vivo menggunakan hewan uji tikus putih
jantan galur Sprague-dawley. Inhalasi minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 4
menunjukkan respons peningkatan bobot badan tikus yang lebih rendah
dibandingkan tikus kelompok kontrol positif (pakan kolesterol). Dari ketiga
kelompok tikus hasil inhalasi tersebut, tikus kelompok inhalasi fraksi 4
merupakan kelompok dengan respons peningkatan bobot badan terendah, yaitu
37.34% (b/b). Berdasarkan hasil analisis senyawa terpenoid dengan kromatografi
gas-spektrometri massa (GC-MS), komponen terbesar yang terkandung dalam
minyak atsiri kasar bangle dan fraksi 4 adalah terpinen-4-ol, maka senyawa
tersebut berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi.

ABSTRACT
RATNA WULANDARI. Fractionation of Bangle Essential Oil (Zingiber
purpureum) as Aromatherapy for Antiobesity. Supervised by IRMANIDA
BATUBARA and EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH.
Bangle is one of aromatic plants which contains of essential oil. The aims of
this research were to find essential oil from bangle rhizomes and fractions having
potency as aromatherapy for antiobesity. The essential oil contained in the
rhizome isolated using distilation method were 0.38-0.91% (v/w) based on wet

weight. The potency of compound in crude essential oil, fraction 1, and fraction 4
as aromatherapy for antiobesity was tested in vivo on male Sprague-Dawley rats.
Inhalation of crude essential oil, fraction 1, and fraction 4 showed lower response
to body weight gain of rats than positive control group (cholesterol fed). Among
the three inhalated groups, the rats inhalating fraction 4 had the lowest response to
body weight gain, i.e. 37.34% (w/w). Based on analysis of terpenes by gas
chromatography-mass spectrometry (GC-MS), the dominant compound in bangle
essential oil and in fraction 4 is terpinene-4-ol, indicating that the compound is
potential as an aromatherapy for antiobesity.

FRAKSIONASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI
BANGLE (Zingiber purpureum) SEBAGAI PELANGSING
AROMATERAPI

RATNA WULANDARI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul
Nama
NRP

: Fraksionasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Bangle (Zingiber
purpureum) sebagai Pelangsing Aromaterapi
: Ratna Wulandari
: G44070095

Disetujui

Pembimbing I


Pembimbing II

Dr. Irmanida Batubara, S.Si., M.Si.
NIP 19750807 200501 2 001

Drs. Edy Djauhari Purwakusumah, MS.
NIP 19631219 199003 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS.
NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul

Fraksionasi Senyawa Minyak Atsiri Bangle (Zingiber purpureum) sebagai
Pelangsing Aromaterapi. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya hingga akhir
zaman. Penelitian ini bertujuan mendapatkan minyak atsiri rimpang bangle dan
fraksi yang terkandung di dalamnya yang berpotensi sebagai pelangsing
aromaterapi. Penelitian dilaksanakan sejak Januari sampai Juni 2011 di
Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Pusat Studi Biofarmaka, Herbarium Bogoriense, Pusat
Penelitian Biologi-LIPI Bogor, dan Pusat Laboratorium Forensik, Mabes POLRI.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Irmanida Batubara,
S.Si., M.Si dan Drs. Edy Djauhari Purwakusumah, MS selaku pembimbing yang
senantiasa memberikan arahan, dorongan semangat, dan doa kepada penulis
selama melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh staf Laboratorium Kimia Analitik, Ibu Endang, drh. Aulia Andi, MS, dan
para pegawai di Pusat Studi Biofarmaka atas bantuan serta masukan selama
penelitian berlangsung.Terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada
seluruh keluarga terutama ayah dan ibu, Randi, Siti, Cindy, Astari, Rona, Pertiwi,
Antonio, serta semua pihak atas segala doa, kasih sayang, motivasi, serta
dukungan yang telah kalian berikan.
Atas segala khilaf dan kekurangan, semoga dapat dibukakan pintu maaf

yang sebesar-besarnya. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak juga perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2011

Ratna Wulandari

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 16 November 1989 dari pasangan
Sukidi dan Supriyatin. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada
tahun 2007 penulis berhasil menyelesaikan studi di SMA Negeri 2 Bekasi dan
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi, asisten praktikum
Kimia Analitik 1 periode 2009/2010, staf pengajar mata kuliah Kimia TPB di
bimbingan belajar AVOGADRO periode 2010, asisten praktikum Kimia Analitik
Layanan ITP periode 2010/2011. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota
KOPMA IPB periode 2007/2008, staf Departemen Pengembangan Kimia dan
Seni (PKS) IMASIKA IPB periode 2008/2009. Pada bulan Juli–Agustus 2010

penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Laboratorium Residu Bahan
Agrokimia, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian dengan judul Uji Pupuk Urea
Berbagai Amelioran sebagai Pengendali Residu Organoklorin di Lahan Padi
Sawah Karawang Jawa Barat. Penulis pernah berkesempatan lulus seleksi
Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian dengan judul Metode Ramah
Lingkungan untuk Deteksi Protein pada Analisis SDS-PAGE dengan
Menggunakan Teh pada periode 2011.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE ................................................................................................................ 2
Bahan dan Alat ................................................................................................... 2
Lingkup Kerja..................................................................................................... 2
HASIL ..................................................................................................................... 4
Kadar Air dan Isolasi Minyak Atsiri Bangle ...................................................... 4
Penentuan Eluen Terbaik.................................................................................... 4

Fraksionasi Minyak Atsiri Bangle ...................................................................... 5
Analisis Senyawa dengan GC-MS ..................................................................... 6
Hasil Uji In Vivo ................................................................................................. 6
Analisis Organ Hati dan Deposit Lemak ............................................................ 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
Kadar Air dan Isolasi Minyak Atsiri Bangle ...................................................... 7
Penentuan Eluen Terbaik.................................................................................... 8
Fraksionasi Minyak Atsiri Bangle ...................................................................... 8
Analisis Senyawa dengan GC-MS ..................................................................... 9
Hasil Uji In Vivo ............................................................................................... 10
Analisis Organ Hati dan Deposit Lemak .......................................................... 12
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 13
Simpulan ........................................................................................................... 13
Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16

DAFTAR TABEL
Halaman
1

2
3
4

Hasil Fraksionasi Minyak Atsiri Bangle........................................................ 5
Konsentrasi Senyawa Terpenoid dalam Minyak Atsri .................................. 6
Respons Tikus Hasil Uji In Vivo ................................................................... 7
Nisbah Bobot Hati dan Deposit Lemak Hasil Uji In Vivo ............................. 7

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8


Rimpang Bangle ............................................................................................ 1
Minyak Atsiri Bangle .................................................................................... 4
Kromatogram KLT Minyak Atsiri Bangle .................................................... 4
Rangkaian Alat Inhalator ............................................................................... 6
Perbandingan Deposit Lemak dan Hati Tikus ............................................... 7
Senyawa Dominan yang Terkandung dalam Minyak Atsiri Bangle. ............ 9
Spektrum Massa Senyawa Terpinen-4-ol. ................................................... 10
Reaksi Pembentukan Dopamin dari L-tirosin. ............................................ 12

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
4
5

Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 17
Komposisi Pakan yang Diberikan pada Hewan Uji .................................. 18
Pengelompokan dan Perlakuan secara In Vivo Terhadap Hewan Uji ....... 19

Penentuan Kadar Air Rimpang Bangle ..................................................... 20
Kromatogram Ion Total ............................................................................. 21

1

PENDAHULUAN
Lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh,
selain sebagai cadangan makanan dan pelarut
vitamin A, D, E, dan K, lemak juga berfungsi
untuk memelihara jaringan saraf dalam tubuh.
Akan tetapi, kadar lemak berlebihan akan
memberikan efek yang serius berupa
kerusakan pembuluh koroner. Salah satu
indikator kegemukan adalah tingginya kadar
lemak dalam tubuh. Kegemukan atau obesitas
adalah suatu penyakit multifaktorial sebagai
akibat dari energi yang masuk ke dalam tubuh
lebih banyak dari pada energi yang
dikeluarkan (Raharjo et al. 2005). Obesitas
dapat menjadi masalah kesehatan karena dapat
mengganggu penampilan dan menyebabkan
beberapa penyakit degeneratif, seperti
diabetes, jantung koroner, tekanan darah
tinggi,
penyempitan
pembuluh darah,
peningkatan
risiko
kanker,
dan
hiperkolesterolemia (Giannessi et al. 2008).
Penanganan atau pencegahan terjadinya
obesitas sangat diperlukan agar penyakitpenyakit yang dapat ditimbulkan oleh obesitas
tersebut dapat dihindari. Penggunaan obat
pelangsing umumnya banyak dipilih untuk
menangani dan mencegah terjadinya obesitas.
Bahan obat yang diperkenankan sebagai
pelangsing adalah obat-obat yang berfungsi
mengurangi nafsu makan, merangsang
pembakaran
lemak,
dan
menghambat
penyerapan lemak dalam batas tertentu (Birari
& Bhutani 2007). Bahan alam yang banyak
digunakan untuk jamu pelangsing tubuh,
antara lain daun jati belanda, bangle,
kemuning, lempuyang, kunyit, temu ireng,
dan kencur. Penggunaan obat pelangsing
tersebut biasanya dikonsumsi secara oral
dalam bentuk pil atau kapsul serta dapat juga
dijadikan sebagai minuman jamu tradisional.
Jenis obat pelangsing lain yang saat ini sedang
dikembangkan cara pembuatannya adalah
obat pelangsing aromaterapi dari tumbuhan
herbal
yang
diklasifikasikan
sebagai
tumbuhan aromatik.
Kandungan
senyawa
kimia
dalam
tumbuhan yang berpotensi sebagai pelangsing
aromaterapi adalah minyak atsiri. Minyak
atsiri merupakan zat yang memberikan aroma
pada tumbuhan yang memiliki komponen
atsiri dengan karakteristik tertentu. Komponen
aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi
saat dihirup. Nagai (2008) melaporkan
pengaruh minyak esensial terhadap saraf
otonom menggunakan tikus di bawah
anesthesis uretan. Aroma dari minyak esensial
jeruk dapat menstimulasi saraf simpatis,

mengendalikan jaringan adiposa putih dan
coklat, kelenjar adrenal dan ginjal, dan
menghambat saraf parasimpatis, serta
mengendalikan perut. Mekanisme tersebut
menstimulasi saraf simpatik pada brown
adipose tissue (BAT) dan diduga menurunkan
nafsu makan dan mengurangi bobot badan.
Jaringan adipose coklat (BAT) mengatur
panas tubuh melalui mekanisme termogenesis
(Brees et al. 2008). Keharuman ditunjukkan
untuk mengubah indeks fisiologis, seperti
suhu tubuh, tekanan darah, dan glukosa darah
melalui kontrol aktivitas saraf otonom.
Penelitian tentang potensi aromaterapi sebagai
pelangsing pernah dilakukan sebelumnya oleh
Anggraeni (2010) yang menyatakan bahwa
senyawa -elemenon yang terkandung dalam
minyak atsiri temulawak dapat menurunkan
bobot deposit lemak tikus putih SpragueDawley.
Bangle (Zingiber purpureum) merupakan
salah satu tumbuhan aromatik asli Indonesia
(Gambar 1). Bangle memiliki beberapa
khasiat di antaranya sebagai obat lemah
jantung, sakit kepala, rematik, pencahar,
penurun panas, peluruh kentut, peluruh dahak,
penyembuh sakit perut, cacingan, sakit
kuning, ramuan jamu wanita setelah
melahirkan,
mengatasi
kegemukan
(Wijayakusuma et al. 1997), serta sebagai
antioksidan dan antiradang (Masuda & Jitoe
1994).

Gambar 1 Rimpang bangle (koleksi pribadi)
Sebagai obat pelangsing, senyawa
flavonoid yang terdapat pada rimpang bangle
yang diekstraksi dengan pelarut metanol 80%
dapat meningkatkan aktivitas enzim lipase.
Menurut Darusman et al. (2001), degradasi
lemak dapat didekati dengan hidrolisis lemak
melalui aktivitas lipase, sehingga ekstrak yang
bersifat aktivator enzim dapat dikategorikan
sebagai peluruh lemak. Minyak atsiri yang
terkandung dalam rimpang bangle sebesar
0.95% (Bhuiyan et al. 2008) dan 1.96%
(Sukatta et al. 2009). Rimpang bangle yang
digunakan oleh Bhuiyan et al (2008) berumur
24 bulan, sedangkan rimpang bangle yang
digunakan oleh Sukatta et al. (2009) berumur

2

33 bulan. Perbedaan umur rimpang
mempengaruhi jumlah kandungan minyak
atsiri yang terkandung di dalamnya. Minyak
atsiri bangle biasa dimanfaatkan sebagai
antiinflamasi dan antimikroba (Giwanon et al.
2000). Kajian mengenai potensi bangle
sebagai
pelangsing,
terutama
sebagai
pelangsing aromaterapi belum diamati secara
luas. Berdasarkan penjelasan di atas,
penelitian tentang potensi bangle sebagai
pelangsing aromaterapi perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan minyak
atsiri rimpang bangle dan fraksi yang
terkandung di dalamnya yang berpotensi
sebagai pelangsing aromaterapi.

METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah
rimpang bangle, tikus putih jantan galur
Sprague-dawley sebagai hewan uji yang
diperoleh dari Laboratorium Uji Pusat Studi
Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor, pakan
tikus standar, pakan kolesterol, akuades, nheksana, metanol, etanol, aseton, kloroform,
dietil eter, etil asetat, silika gel, dan pelat
aluminium jenis silika gel G60F254 dari Merck.
Alat-alat yang digunakan adalah peralatan
gelas, oven, tanur listrik, neraca analitik,
pembakar bunsen, distilator stahl, corong
pisah, bejana kromatografi, kolom, pipa
kapiler, instrumen GC-MS (Shimadzu-QP5050A), dan kandang hewan uji berukuran
20x20x30 cm3 yang dilengkapi tabung
inhalator yang berisi minyak atsiri dan
akuades.
Lingkup Kerja
Metode penelitian yang akan dilakukan
mengikuti diagram alir pada Lampiran 1 yang
meliputi preparasi sampel, penentuan kadar
air, isolasi minyak atsiri bangle dengan
distilasi air, penentuan eluen terbaik dengan
KLT, fraksionasi minyak atsiri dengan eluen
terbaik menggunakan kromatografi kolom,
pemantauan analisis fraksi menggunakan KLT
hingga diperoleh fraksi dengan jumlah noda
paling banyak dan noda paling sedikit.
Selanjutnya,
analisis
senyawa
yang
terkandung dalam minyak atsiri kasar, fraksi
dengan jumlah noda paling banyak, dan noda
paling sedikit dengan GC-MS. Kemudian
inhalasi minyak atsiri, fraksi dengan jumlah
noda paling banyak, dan noda paling sedikit

selama 5 minggu terhadap hewan uji yang
telah melewati masa adaptasi selama 2
minggu. Pada minggu ke-7, hati dan lemak
hewan uji dikeluarkan dari tubuhnya untuk
diamati warna hatinya, ditentukan bobot hati
dan bobot deposit lemaknya.
Preparasi Sampel (Muchtaridi et al. 2003)
Rimpang bangle dicuci dan dibersihkan,
kemudian
dikeringudarakan.
Selama
dikeringudarakan, rimpang bangle tersebut
harus terhindar dari sinar matahari agar
minyak atsiri yang terkandung di dalamnya
tidak menguap. Setelah itu, rimpang bangle
tersebut diiris halus dengan ketebalan 5-7 mm.
Penentuan Kadar Air (AOAC 1984)
Cawan porselin dikeringkan di dalam oven
bersuhu 105 °C selama 60 menit. Selanjutnya
cawan didinginkan dalam eksikator selama 30
menit, kemudian ditimbang bobot kosongnya.
Sebanyak 3 g sampel dimasukkan ke dalam
cawan dan dikeringkan di dalam oven selama
24 jam pada suhu 105 °C. Setelah itu, cawan
didinginkan dalam eksikator sekitar 30 menit
kemudian ditimbang sampai diperoleh bobot
konstan. Penentuan kadar air dilakukan
sebanyak tiga kali ulangan (triplo).

AB
Kadar air (%) =

A

 100%

Keterangan:
A = bobot bahan sebelum dikeringkan (g)
B = bobot bahan setelah dikeringkan (g)
Isolasi Minyak Atsiri Bangle dengan
Distilasi Air (Muchtaridi et al. 2003)
Sebanyak 15 kg rimpang bangle yang telah
diiris halus dimasukkan ke dalam distilator
stahl. Sebanyak 500 g irisan tersebut
dimasukkan ke dalam labu bulat berukuran 2
L lalu ditambahkan akuades dengan
perbandingan sampel dan akuades adalah 1:2
(b:v). Setelah itu, dilakukan proses distilasi air
selama 6 jam dengan suhu yang berkisar 100105 °C. Distilat yang diperoleh kemudian
didiamkan selama 24 jam dan minyak yang
terdapat
dalam
distilat
dipisahkan
menggunakan corong pisah. Lalu minyak
dimasukkan ke dalam botol dan disimpan di
dalam refrigerator untuk dianalisis pada tahap
selanjutnya.
Pemilihan Eluen Terbaik
Pelat kromatografi lapis tipis (KLT) yang
digunakan adalah pelat aluminium jenis silika
gel G60F254 dari Merck. Minyak atsiri bangle
hasil distilasi ditotolkan pada pelat KLT

3

sebanyak 25 kali totolan. Setelah kering,
langsung dielusi dalam bejana kromatografi
yang telah dijenuhkan oleh uap eluen
pengembang. Pada tahap pertama, proses elusi
minyak atsiri bangle pada pelat KLT tersebut
dilakukan dengan menggunakan enam jenis
pelarut, antara lain n-heksana, aseton,
metanol, kloroform, dietil eter, dan etil asetat.
Noda yang dihasilkan dari proses elusi
masing-masing eluen diamati di bawah lampu
UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm.
Eluen yang menghasilkan noda terbanyak dan
terpisah dipilih sebagai eluen terbaik. Jika
lebih dari satu jenis eluen terbaik, maka elueneluen
tersebut
dicampurkan
dengan
perbandingan 9:1 sampai 1:9 sehingga
diperoleh campuran eluen terbaik untuk
menghasilkan noda terbanyak dan terpisah
pada pelat KLT.
Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom
(Rouessac & Rouessac 1994)
Fraksionasi
dilakukan
dengan
pengemasan kolom sebanyak 60 g untuk
pemisahan 4 mL minyak dengan diameter 2
cm dan tinggi kolom 60 cm. Saat pengemasan
kolom, jumlah silika gel adalah 15-20 kali
jumlah ekstrak dan perbandingan tinggi
adsorban dan diameter kolom adalah 8:1.
minyak atsiri kasar bangle dilarutkan dalam
eluen terbaik, kemudian komponennya
dipisahkan dengan kromatografi kolom sistem
elusi step gradient (peningkatan kepolaran)
menggunakan eluen campuran n-heksana:etil
asetat. Eluat ditampung setiap 3 mL dalam
tabung reaksi yang telah diberi nomor
kemudian diuji dengan KLT. Noda pemisahan
dideteksi di bawah lampu UV 254 nm dan 366
nm. Eluat yang memiliki faktor retensi (Rf)
dan pola KLT yang sama digabungkan
sebagai satu fraksi. Fraksi yang memiliki noda
terbanyak dan noda paling sedikit bersama
dengan minyak atsiri kasar digunakan untuk
analisis selanjutnya.
Penentuan Senyawa yang Terdapat pada
Distilat Kasar dan Fraksi Terpilih dari
Minyak Atsiri Bangle dengan GC-MS
Distilat kasar, fraksi dengan jumlah noda
terbanyak, dan noda paling sedikit dari
minyak atsiri bangle yang diperoleh
diinjeksikan ke dalam injektor GC-MS
(Shimadzu-QP-5050A) dengan kolom kapiler
HP-5MS (0.25 mmx60 mx0.25 mu (ketebalan
kolom)) dengan gas pembawa helium dan laju
alir 45.0 mL/menit. Suhu kolom diawali
dengan suhu 100 °C dengan laju kenaikan
suhu 7 °C/menit hingga 150 °C, dan laju

kenaikan suhu 5 °C/ min hingga 250°C. Suhu
detektor 250 °C, suhu injektor 250 °C, injeksi
split. Kondisi MS: energi ionisasi 70 eV dan
kisaran berat molekut 50-550 m/z. Identifikasi
senyawa dilakukan dengan membandingkan
puncak spektrum massa yang terdapat dalam
library index MS Wiley Library. Komposisi
persentase dihitung dari luas puncak
kromatogram ion total hasil analisis dengan
GC.
Tahap Adaptasi Tikus Putih Jantan Galur
Sprague-dawley sebagai Hewan Uji
(Anggraeni 2010)
Tikus putih jantan galur Sprague-dawley
yang digunakan sebanyak 50 ekor tikus yang
dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing
berisi 10 ekor tikus. Setiap kelompok tikus
dibagi lagi menjadi 2 kelompok sehingga
masing-masing kandang berisi 5 ekor tikus
yang ditempatkan dalam kandang individual
berukuran 20x20x30 cm3. Kondisi fisiologis,
nutrisi, dan lingkungan tikus tersebut perlu
pengadaptasian selama 2 minggu (m0-m2).
Pakan dan minum diberikan secara ad libitum.
Tikus kelompok 1 diberi pakan standar
dengan dosis 20 g/per ekor tikus/hari dan
diberi minum akuades sebanyak 20 mL/ekor
tikus/hari, kelompok tikus ini dijadikan
kontrol negatif. Tikus kelompok 2, 3, 4, dan 5
diberi pakan kolesterol tinggi sebanyak 20
g/ekor tikus/hari dan diberi minum akuades
sebanyak 20 mL/ekor tikus/hari. Jadi total
pakan yang diberikan per ekor tikus selama 1
minggu adalah 140 g/ekor tikus/minggu dan
minum sebanyak 140 mL/ekor tikus/minggu.
Selama masa adaptasi, semua kelompok tikus
tersebut tidak diberi perlakuan inhalasi.
Komposisi pakan standar dan pakan kolesterol
tinggi untuk tikus disajikan pada Lampiran 2.
Inhalasi Distilat Kasar, Fraksi dengan
Jumlah Noda Paling Banyak, dan Noda
Paling Sedikit dari Minyak Atsiri Bangle
terhadap Hewan Uji (Anggraeni 2010)
Uji inhalasi distilat kasar, fraksi dengan
jumlah noda paling banyak, dan noda paling
sedikit dari minyak atsiri bangle secara in vivo
pada penelitian ini dilakukan berdasarkan
metode Anggraeni (2010). Masa inhalasi
dilakukan selama 5 minggu (m2-m7).
Kelompok tikus yang dijadikan kontrol
negatif (kelompok 1) diberi pakan standar
tikus dengan dosis 20 g/ekor tikus/hari dan
diberi minum akuades sebanyak 20 mL/ekor
tikus/hari selama 5 minggu tanpa inhalasi.
Tikus kelompok 2 dijadikan sebagai kontrol
positif diberi pakan kolesterol tinggi sebanyak

4

20 g/ekor tikus/hari dan diberi minum akuades
sebanyak 20 mL/ekor tikus/hari selama 5
minggu tanpa inhalasi. Tikus kelompok 3, 4,
dan 5 diberi pakan kolesterol tinggi sebanyak
20 g/ekor tikus/hari dan diberi minum akuades
sebanyak 20 mL/ekor tikus/hari dan diberi
inhalasi minyak yang berbeda selama 5
minggu. Total pakan yang diberikan per ekor
tikus selama 1 minggu sebanyak 140 g/ekor
tikus/minggu dan minum sebanyak 140
mL/ekor tikus/minggu. Kelompok 3 diinhalasi
minyak atsiri kasar bangle, kelompok 4
diinhalasi fraksi dengan jumlah noda paling
banyak dan kelompok 5 diinhalasi fraksi
dengan jumlah noda paling sedikit. Bobot
badan masing-masing tikus dari semua
kelompok ditimbang setiap 1 minggu sekali.
Sisa bobot pakan yang dikonsumsi ditimbang
setiap hari. Bobot feses dan urin ditimbang
setiap dua kali dalam 1 minggu (Lampiran 3).

atsiri rimpang bangle yang didapat dari proses
isolasi. Berdasarkan hasil isolasi minyak atsiri
dengan metode distilasi air, didapat rendemen
minyak atsiri rimpang bangle sebesar 0.380.91% (v/b) berdasarkan bobot segar rimpang
bangle (Lampiran 4). Warna minyak atsiri
bangle adalah tidak berwarna jernih seperti
yang terlihat pada Gambar 2.

Penentuan Bobot Deposit Lemak, Bobot
Hati dan Analisis Organ Hati Hewan Uji
(Wresdiyati et al. 2006)
Pada minggu ke-7 setelah masa perlakuan,
masing-masing tikus dari setiap kelompok
perlakuan, yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5
dikeluarkan lemaknya dan hatinya. Keadaan
lemak tersebut diamati, ditimbang bobotnya,
dan ditentukan nisbahnya terhadap bobot
badan masing-masing tikus. Bobot hati
ditimbang serta warna hati tikus pada masingmasing kelompok tersebut diamati. Warna
hati merah segar menunjukkan bahwa hati
tikus tersebut sehat sedangkan warna hati
pucat menunjukkan bahwa hati tikus tersebut
rusak.

Eluen terbaik adalah eluen yang
menghasilkan jumlah noda terbanyak dan
terpisah (Skoog et al. 2004). Berdasarkan
hasil penentuan eluen terbaik menggunakan
kromatografi lapis tipis dengan silika G60F254
sebagai fase diam dan enam jenis pelarut
sebagai fase gerak, didapat dua jenis eluen
terbaik yaitu n-heksana dan etil asetat
(Gambar 3 (i)).

Uji Statistik
Data bobot pakan yang dikonsumsi, bobot
feses dan urin yang dihasilkan, bobot badan,
bobot deposit lemak, serta bobot hati hewan
uji yang diperoleh dianalisis dengan metode
rancangan acak lengkap (RAL) dan ANOVA
(Analysis of Variance) pada taraf kepercayaan
95% (α = 0.05) dilanjutkan dengan Duncan’s
multiple range test menggunakan SPSS 16.

HASIL
Kadar Air dan Isolasi Minyak Atsiri
Bangle
Kadar air rimpang bangle segar yang
diperoleh pada penelitian ini adalah 21.62%
(b/b) berdasarkan bobot basah (Lampiran 4).
Penentuan kadar air berguna sebagai faktor
koreksi dalam perhitungan rendemen minyak

Gambar 2 Minyak atsiri bangle
Penentuan Eluen Terbaik dengan
Kromatografi Lapis Tipis

(i)

(ii) (iii)

Gambar 3 Kromatogram KLT minyak atsiri
bangle dengan enam jenis eluen
tunggal berturut-turut (kanan ke
kiri) n-heksana;aseton;kloroform;
metanol;dietil eter;etil asetat (i);
campuran n-heksana:etil asetat
(9:1) (ii); dan n-heksana:etil
asetat:kloroform (75:8.3:16.7) (iii).
)). Eluen campuran n-heksana:etil
asetat dengan perbandingan (9:1)
menghasilkan 9 noda (Gambar 3
(ii)).

5

Noda yang dihasilkan oleh eluen
campuran n-heksana:etil asetat (9:1) tidak
cukup terpisah, maka ditambahkan pelarut
kloroform sehingga perbandingannya berubah
menjadi 75:8.3:16.7 (n-heksana:etil asetat:
kloroform). Jumlah noda yang dihasilkan
lebih sedikit yaitu 5 noda, tetapi jarak antar
noda lebih terpisah (Gambar 3 (iii)). Hasil
analisis KLT ini kemudian dijadikan dasar
untuk penentuan fraksi-fraksi hasil fraksionasi
minyak atsiri bangle menggunakan teknik
kromatografi kolom.
Fraksionasi Minyak Atsiri Bangle
Minyak atsiri kasar bangle dielusi dengan
eluen terbaik yang diperoleh pada penentuan
eluen terbaik untuk dipisahkan komponenkomponennya dengan kromatografi kolom
menggunakan sistem elusi step gradient
(peningkatan
kepolaran).
Eluen
yang
digunakan berupa n-heksana murni, campuran

n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan
9:1-1:9, dan etil asetat murni. Total fraksi
yang didapat sebanyak 23 fraksi seperti yang
terlihat pada Tabel 1.
Dari sebanyak 4 mL minyak atsiri kasar
yang dielusi dengan kromatografi kolom,
didapat fraksi 1 dengan rendemen terbanyak
sebesar 50.20% (v/v) dan noda paling sedikit
(1 noda) serta fraksi 4 dengan jumlah noda
sebanyak 4 noda dan rendemen 6.61% (v/v).
Fraksi-fraksi tersebut bersama distilat kasar
minyak atsiri bangle kemudian dipilih untuk
analisis lebih lanjut dengan GC-MS untuk
diidentifikasi komponen senyawa kimianya
dan diuji aktivitasnya secara in vivo. Fraksi 1
dan fraksi 4 dipilih karena jumlah rendemen
yang dihasilkan cukup banyak dibandingkan
fraksi lainnya, selain itu juga dikarenakan
kedua fraksi tersebut memiliki aroma yang
sangat khas dibandingkan fraksi lainnya.

Tabel 1 Hasil fraksionasi minyak atsiri bangle dengan teknik elusi gradien kromatografi kolom
Fraksi
Jumlah Volume
Rendemen
Jenis eluen
Rf
kenoda
(mL)
(%)
H
1
0.88
1
2.0079
50.20
H:EA (9:1)

2

0.93

1

0.0152

0.38

3

0.67; 0.81; 0.89

3

0.0179

0.45

4

0.48; 0.66; 0.72; 0.82

4

0.2643

6.61

5

0.51; 0.70

2

0.3649

9.12

6

0.48; 0.64

2

0.1499

3.75

7

0.43; 0.60

2

0.3463

8.66

8

0.20; 0.25; 0.38; 0.40; 0.46; 0.56

6

0.2743

6.86

9

0.26; 0.30; 0.36; 0.44; 0.49; 0.57

6

0.0487

1.22

10

0.51

1

0.0152

0.38

11

0.25; 0.31; 0.38; 0.46; 0.59

5

0.0119

0.30

12

0.15; 0.28; 0.43; 0.56

4

0.0012

0.03

13

0.01; 0.06; 0.11; 0.14

4

0.0098

0.25

14

0.01; 0.05

2

0.0053

0.13

H:EA (8:2)

15

0.30

1

0.0080

0.20

H:EA (7:3)

16

0.06; 0.15; 0.21; 0.32

4

0.0316

0.79

H:EA (6:4)

17

0.04; 0.06

2

0.0158

0.40

H:EA (5:5)

18

0.01; 0.04

2

0.0224

0.56

H:EA (4:6)

19

0.01

1

0.0431

1.08

H:EA (3:7)

20

0.01

1

0.0231

0.58

H:EA (2:8)

21

0.01

1

0.0231

0.58

H:EA (1:9)

22

0.01; 0.06

2

0.0243

0.61

EA

23

0.01

1

0.0076

0.19

H = n-heksana; H:EA = n-heksana:etil asetat; EA = etil asetat

6

Analisis Senyawa yang Terkandung dalam
Minyak Atsiri Bangle, Fraksi 1, dan
Fraksi 4 dengan GC-MS
Identifikasi kandungan senyawa-senyawa
yang terdapat dalam minyak atsiri bangle.
minyak fraksi 1, dan minyak fraksi 4
dilakukan menggunakan instrumen GC-MS.
Hasil analisis ditunjukkan dalam bentuk
kromatogram ion total (TIC) seperti yang
terlihat pada Lampiran 5. Setiap puncak yang
muncul dalam kromatogram ion total
diidentifikasi dengan cara membandingkan
spektrum massa yang diperoleh dengan
spektrum massa yang terdapat pada library
indeks MS Wiley Library (Tabel 2).
Hasil Uji In Vivo Minyak Atsiri Bangle,
Fraksi 1, dan Fraksi 4
Uji in vivo dilakukan dengan cara inhalasi
minyak atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 4
menggunakan alat inhalator (Gambar 4).
Proses inhalasi dilakukan selama 5 minggu
dengan dosis minyak yang diinhalasi sebesar
1% (v/v) seperti yang dilakukan oleh
(Anggraeni 2010).

Gambar 4 Rangkaian alat inhalator
Beberapa parameter yang dilihat sebagai
respons hewan uji terhadap inhalasi minyak
atsiri kasar, fraksi 1, dan fraksi 4, antara lain
peningkatan bobot badan, bobot pakan yang
dikonsumsi, dan bobot feses dan urin yang
dihasilkan. Data rerata persen peningkatan
bobot badan per ekor tikus per minggu,
jumlah pakan yang dikonsumsi per ekor tikus
per hari, dan bobot feses dan urin per ekor
tikus per minggu dikumpulkan selama 5
minggu dan diolah menggunakan metode
rancangan acak lengkap (RAL) dilanjutkan
dengan analisis One Way ANOVA dan uji
Duncan (p