Peningkatan pertumbuhan dan hasil panen beberapa tanaman sayuran daun melalui aplikasi pupuk kandang berfortifikasi.

1

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN
BEBERAPA TANAMAN SAYURAN DAUN MELALUI
APLIKASI PUPUK KANDANG BERFORTIFIKASI

RADEN RAHARDITO
A24080121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Panen Beberapa Sayuran Daun melalui Aplikasi Pupuk
Kandang Berfortifikasi
Improving Growth and Yield of Several Leafy Vegetables through Fortified Animal Manure
Application
Raden Rahardito1, Anas D. Susila1*
1


Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp.&Faks. 62-251-8629353 e-mail :agronipb@indo.net.id
*Penulis untuk korespondensi: anasdsusila@yahoo.com
ABSTRACT

The objective of this research was to study the effect of fortified animal manure application on
growth and yield of several leafy vegetables, such as: kangkong (Ipomoea aquatica F.), caisin (Brassica
rapa L.), and lettuce (Lactuca sativa L.). This research was conducted at Cikabayan Farm Unit,
University Farm, IPB Darmaga Bogor from Februari to August, 2012. Six treatments (chicken manure,
fortified chicken manure, goat manure, fortified goat manure, cow manure, fortified cow manure) were
arranged in Randomized Complete Block Design with four replication for each vegetables as a single unit
experiment. Chicken manure application produced higher yield. Chicken manure application produced
4.88 ton ha-1 kangkong, 9.60 ton ha-1 caisin, and 2.24 ton ha-1 lettuce. Moreover, the application of
fortified animal manure increased kangkong yield up to 20% weight per plant, 17.78% marketable plant
weight per bed and 19.76% root weight per plant.
Key words: fortified animal manure,kangkong, caisin, lettuce

2


RINGKASAN
RADEN RAHARDITO. Peningkatan pertumbuhan dan hasil panen
beberapa tanaman sayuran daun melalui aplikasi pupuk kandang
berfortifikasi. Dibimbing Oleh ANAS D. SUSILA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai
jenis pupuk kandang berfortifikasi dan pupuk kandang non-fortifikasi terhadap
pertumbuhan vegetatif dan hasil panen beberapa tanaman sayuran daun, yaitu
kangkung, caisin, dan selada. Penelitian dilaksanakan pada Februari-Agustus 2012
di unit lapangan Cikabayan, University Farm, IPB Darmaga, Bogor.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan yang digunakan untuk masing-masing
tanaman adalah perlakuan jenis pupuk kandang, yaitu pupuk kandang ayam,
pupuk kandang ayam dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, pupuk kandang
kambing, pupuk kandang kambing dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa,
pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang sapi dengan fortifikasi susu bubuk
kadaluarsa. Setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan
untuk masing-masing komoditas.
Pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan bobot total per bedeng dan
bobot layak pasar per bedeng tanaman kangkung, caisin, dan selada yang lebih
tinggi daripada jenis pupuk kandang lain. Hasil bobot total tanaman kangkung

3,662.10 g per bedeng (7.5 m2) atau 4.88 ton ha-1 dan bobot layak pasar per
bedeng tanaman kangkung sebesar 2,733.95 g per bedeng (7.5 m2) atau 3.65 ton
ha-1. Hasil panen bobot total tanaman caisin 3,600.55 g per bedeng (3.75 m2) atau
9.60 ton ha-1 dan bobot layak pasar tanaman caisin 3,193.51 g per bedeng (3.75
m2) atau 8.52 ton ha-1. Hasil panen bobot total tanaman selada 841.40 g per
bedeng atau 2.24 ton ha-1 dan bobot layak pasar per bedeng 580.40 g per bedeng
(3.75 m2) atau 1.55 ton ha-1. Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi dapat
meningkatkan bobot per tanaman kangkung, bobot layak pasar tanaman kangkung
per bedeng, dan bobot akar per tanaman kangkung berturut-turut sebesar 20%,
17.78%, dan 19.76%.

Penggunaan pupuk

kandang

berfortifikasi tidak

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen tanaman caisin dan selada.

3


PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN
BEBERAPA TANAMAN SAYURAN DAUN MELALUI
APLIKASI PUPUK KANDANG BERFORTIFIKASI

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RADEN RAHARDITO
A24080121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

4

LEMBAR PENGESAHAN


Judul :

PENINGKATAN
BEBERAPA

PERTUMBUHAN
TANAMAN

DAN

SAYURAN

HASIL
DAUN

APLIKASI PUPUK KANDANG BERFORTIFIKASI

Nama :


RADEN RAHARDITO

NIM : A24080121

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi.
NIP. 19621127 198703 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :............................

PANEN


MELALUI

5

RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak pertama dari R. Dwi Haryanto, S.H. dan Lintaryani.
Penulis lahir di Bandung tanggal 20 Februari 1991. Penulis memulai pendidikan
di Sekolah Dasar Assalaam 1 pada tahun 1996-2002. Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama ditempuh penulis pada tahun 2002-2005 di SMP Negeri 48
Bandung, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 7 Bandung
pada tahun 2005-2008. Penulis diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2008
melalui jalur USMI.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan
Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON), International Association of Students in
Agricultural and Related Sciences (IAAS) sebagai staff Science and Technology
Department periode 2008-2010, IPB Farmers Student Club (IFAST) – Agripark
sebagai Project Officer tahun 2011-2012. Penulis mendapat kesempatan menjadi
asisten praktikum mata kuliah Ekologi Pertanian tahun 2011 dan Dasar-Dasar

Hortikultura tahun 2012. Penulis pun terlibat dalam kepanitiaan tingkat
universitas, nasional, dan internasional, diantaranya volunteer pada Expert III
Erasmus Mundus Kick-Off Meeting 2012, Project Officer Cultural Night The 19th
Tri University International Joint Seminar and Symposium (IJSS) 2012, dan Head
Delegates and Floor Manager Performance The 8th QS Asia Pacific Profesionals
Leader in Education (APPLE) Conference and Exhibition, Bali, 2012.
Penulis mendapatkan berbagai penghargaan tingkat universitas, nasional,
dan internasional, diantaranya Best Student Paper Award under the Topic of
Environment The 18th Tri-University International Joint Seminar and Symposium
(IJSS), Jiangsu University China 2011; 1st Prize of Low Carbon Workshop
(Team) The 18th Tri-University IJSS, Jiangsu University China 2011; Sampoerna
Best Student Visit 2011; Paper Presenter pada The 3rd International Agriculture
Student Symposium, Universiti Putra Malaysia, Malaysia 2012; Finalist Bayer
Young Environmental Envoy 2012; Paper Presenter pada The 12 th International
Student Summit, Michigan State University, USA 2012.

6

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi

kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penelitian ini berjudul “Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Panen Beberapa
Tanaman Sayuran Daun Melalui Aplikasi Pupuk Kandang Berfortifikasi”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk kandang
berfortifikasi terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil panen beberapa tanaman
sayuran daun. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberi bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis selama penelitian
dan penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Diny Dinarti, MSi. dan Dr. Ir. Ketty Suketi, MSi. selaku dosen
penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi
ini.
3. Dr. Ir. Sugiyanta, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis selama masa
perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Pak Enjang Suryadi dan Pak Suselo Harjo dari PT. Nutrifood yang telah
membantu menyediakan bahan penelitian.
5. Ibu, Bapak dan adik yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih
sayang selama ini.
6. PT. Minamas Gemilang Plantation yang telah memberikan bantuan dana

untuk penelitian ini.
7. Pak Milin, Pak Gandi, dan Staf University Farm yang telah membantu
kelancaran penelitian penulis.
8. Ika, Faradila, Nida, Arga, Nisa, Tama, Disil dan teman-teman Indigenous
45 yang telah membantu dan memberi dukungan selama persiapan
penelitian hingga skripsi ini selesai.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang pertanian.
Bogor, Februari 2013
Penulis

7

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................


xi

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

xii

PENDAHULUAN ................................................................................
Latar Belakang ...............................................................................
Tujuan ............................................................................................
Hipotesis ........................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
Kangkung (Ipomoea aquatica) ........................................................
Caisin (Brassica rapa L.) ................................................................
Selada (Lactuca sativa L.) ...............................................................
Kandungan Gizi Susu Sapi .............................................................
Pupuk Kandang ..............................................................................
Pertanian Organik ...........................................................................

3
3
4
4
5
6
8

BAHAN DAN METODE .....................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
Bahan dan Alat ...............................................................................
Metode Penelitian ..........................................................................
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................
Pengamatan ....................................................................................

10
10
10
10
11
13

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
Kondisi Umum ...............................................................................
Kangkung (Ipomoea aquatica) ........................................................
Caisin (Brassica rapa L.) ................................................................
Selada (Lactuca sativa L.) ...............................................................
Pembahasan ...................................................................................

15
15
16
21
27
34

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
Kesimpulan ....................................................................................
Saran...............................................................................................

40
40
40

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

41

LAMPIRAN .........................................................................................

45

8

DAFTAR TABEL

Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Halaman
Komposisi unsur hara pupuk kandang berdasarkan sumber
kotoran .......................................................................................
Komposisi unsur hara pupuk kandang berdasarkan kandungan
air ...............................................................................................
Hasil analisis kandungan hara berbagai jenis pupuk kandang ....
Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada kangkung
‘Pinky’ .......................................................................................
Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun kangkung ‘Pinky’ ......
Rata-rata hasil panen tanaman kangkung ‘Pinky’ ........................
Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman dan bobot akar
per bedeng tanaman kangkung ‘Pinky’ .......................................
Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada caisin ‘Mahkota’
Rata-rata tinggi tanaman caisin ‘Mahkota’ .................................
Rata-rata panjang daun caisin ‘Mahkota’ ....................................
Rata-rata lebar daun caisin ‘Mahkota’.........................................
Rata-rata jumlah daun caisin ‘Mahkota’......................................
Rata-rata hasil panen tanaman caisin ‘Mahkota’ ........................
Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman dan bobot akar
per bedeng tanaman caisin ‘Mahkota’.........................................
Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada selada ‘Lettuce’ ..
Rata-rata panjang daun selada ‘Lettuce’......................................
Rata-rata lebar daun selada ‘Lettuce’ ..........................................
Rata-rata jumlah daun selada ‘Lettuce’ .......................................
Rata-rata hasil panen tanaman selada ‘Lettuce’ ...........................
Rata-rata panjang akar, bobot akar per tanaman dan bobot akar
per bedeng tanaman selada ‘Lettuce’ ..........................................

7
7
16
16
17
18
20
21
22
22
22
23
24
26
27
28
29
30
31
33

9

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Perbandingan tanaman kangkung pada berbagai jenis
perlakuan pupuk kandang .........................................................

19

2. Perbandingan tanaman caisin pada berbagai jenis perlakuan
pupuk kandang .........................................................................

25

3. Perbandingan tanaman selada pada berbagai jenis perlakuan
pupuk kandang .........................................................................

32

1

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
1.

Halaman
Hasil analisis kandungan hara mikro berbagai jenis pupuk
kandang setelah proses dekomposisi .............................................

46

Hasil analisis kandungan hara tanah di lokasi percobaan setelah
perlakuan......................................................................................

46

3.

Kriteria penilaian sifat kimia tanah ..............................................

47

4.

Rekapitulasi sidik ragam tinggi kangkung 1 MST – 4 MST ..........

48

5.

Rekapitulasi sidik ragam jumlah daun kangkung 1 MST – 4 MST

48

6.

Rekapitulasi sidik ragam hasil panen tanaman kangkung ..............

49

7.

Rekapitulasi sidik ragam panjang daun selada 1 MST – 4 MST ....

49

8.

Rekapitulasi sidik ragam lebar daun selada 1 MST – 4 MST.........

50

9.

Rekapitulasi sidik ragam jumlah daun selada 1 MST – 4 MST......

50

10. Rekapitulasi sidik ragam hasil panen tanaman selada ....................

51

11. Rekapitulasi sidik ragam tinggi tanaman caisin 1 MST – 4 MST ..

51

12. Rekapitulasi sidik ragam panjang daun caisin 1 MST – 4 MST .....

52

13. Rekapitulasi sidik ragam lebar daun caisin 1 MST – 4 MST .........

52

14. Rekapitulasi sidik ragam jumlah daun caisin 1 MST – 4 MST ......

53

15. Rekapitulasi sidik ragam hasil panen tanaman caisin ....................

53

2.

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman sayuran dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat
Indonesia. Tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia
adalah sayuran daun. Sayuran daun yang terdapat di pasaran diantaranya adalah
kangkung (Ipomoea aquatica), caisin (Brassica rapa L.), dan selada (Lactuca
sativa L.). Menurut data statistik BPS (2011) total produksi caisin pada tahun
2011 mencapai 580,969 ton. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yang dapat mencapai 583,770 ton. Sementara itu, produksi kangkung
tahun 2011 sebesar 355,466 ton dan jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya, yaitu 350,879 ton.
Budidaya sayuran di Indonesia umumnya masih menggunakan budidaya
konvensional yang menggunakan pupuk anorganik tinggi dan bahan kimia
anorganik lainnya. Penggunaan pupuk secara terus-menerus tanpa memerhatikan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dapat mengakibatkan tingkat kesuburan
tanah menurun, merusak lahan pertanian, serta mencemari lingkungan hidup
(Sumiati dan Hidayat, 2002). Penggunaan bahan organik dan pupuk kandang
dalam sistem pertanian tersebut dapat dilakukan untuk mendukung sistem
pertanian berkelanjutan.
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak baik
kotoran padat maupun kotoran cair yang bercampur dengan sisa makanan atau
alas kandang. Menurut Soepardi (1983) pupuk kandang mengandung bahan
organik yang berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan
tanah juga mengandung sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman.
Selanjutnya, menurut Foth (1990) pupuk kandang memiliki pengaruh yang sangat
baik terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah serta meningkatkan perkembangan
aktivitas jasad renik.
Menurut Hartatik dan Widowati (2006), kandungan hara beberapa pupuk
kandang seperti pupuk kandang sapi, ayam, kambing, babi, kuda, dan lainnya
masih dalam jumlah yang rendah. Kandungan kimia pada pupuk kandang dapat
ditingkatkan melalui berbagai upaya, salah satunya adalah fortifikasi. Fortifikasi

2

pupuk kandang adalah suatu upaya dalam meningkatkan mutu pupuk kandang
dengan sengaja menambahkan unsur tambahan pada pupuk kandang.
Greaney (2010) melaporkan bahwa susu sapi yang diaplikasikan ke
padang rumput menghasilkan rumput yang lebih hijau dengan kerapatan yang
lebih tinggi dan meningkatkan produksi rumput sebesar 26%. Di Indonesia,
terdapat limbah susu bubuk yang biasanya ditarik dari pasaran dan disimpan di
gudang penyimpanan sebelum akhirnya dimusnahkan. Jumlah susu bubuk
kadaluarsa atau return wilayah Jabotabek mencapai 9.7 kg per hari1. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan susu sapi kadaluarsa
sebagai bahan fortifikasi untuk meningkatkan kualitas pupuk kandang. Penelitian
mengenai pupuk kandang yang difortifikasi dengan susu bubuk kadaluarsa ini
merupakan penelitian awal yang baru dilakukan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai
jenis pupuk kandang berfortifikasi dan pupuk kandang non-fortifikasi terhadap
pertumbuhan vegetatif dan hasil panen tanaman kangkung, caisin, dan selada.

Hipotesis
1. Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif dan hasil panen tanaman kangkung.
2. Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif dan hasil panen tanaman caisin.
3. Penggunaan pupuk kandang berfortifikasi dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif dan hasil panen tanaman selada.

1

Wawancara langsung dengan Pak Enjang Suryadi, CSR PT. Nutrifood pada tanggal 6 Januari
2013

3

TINJAUAN PUSTAKA
Kangkung (Ipomoea aquatica)
Kangkung (Ipomoea aquatica) termasuk ke dalam kingdom Plantae,
divisio Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, dan famili Convolvuceae (Ware dan
McCollum, 1980). Kangkung darat memiliki karakteristk wana bunga putih
hingga merah muda, daun agak kecil, warna batang putih kehijauan hingga
keunguan (Palada dan Chang, 2003).
Kangkung termasuk tipe sayuran dataran rendah yang pertumbuhannya
kurang optimal bila ditanam di dataran lebih dari 700 m dpl (Westphal, 1994).
Kangkung dapat tumbuh di daerah dengan iklim panas dan tumbuh optimal pada
suhu 25-30oC (Palada dan Chang, 2003). Kangkung sangat kuat menghadapi
panas terik dan kemarau yang panjang dengan kelembaban 60%. Kangkung darat
tumbuh optimal pada tanah yang banyak mengandung bahan organik dan pH 5.36.0 (Westphal, 1994).
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil
dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Di dataran rendah tropika sekitar
khatulistiwa, kangkung dapat dipanen sesudah 25 hari dan dapat menghasilkan
lebih dari 20 ton/ha daun segar, sedangkan di dataran tinggi kangkung
membutuhkan 40 hari untuk satu panenan (Williams et al., 1993). Menurut Palada
dan Chang (2003), kangkung dapat dipanen pada umur 30-45 hari setelah tanam
(HST) tergantung varietas dan tipe tanaman. Kangkung dapat dipanen sekali
dengan mencabut tanaman hingga ke akarnya atau beberapa kali degan memotong
sepanjang 15-25 cm pada bagian batang.
Hasil panen kangkung berbeda-beda disebabkan oleh faktor genetik
tanaman. Menurut Williams et al. (1993) tanaman kangkung membutuhkan hara
N, P, dan K secara seimbang dengan konsentrasi nitrogen yang lebih besar saat
awal penanaman. Westphal (1994) menambahkan bahwa pemupukan urea 150300 kg/ha memberikan hasil panen 7-30 ton/ha.

4

Caisin (Brassica rapa L.)
Caisin (Brassica rapa L.) diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta,
kelas Angiospermae, famili Brassicaceae dengan genus Brassica (Ware dan
McCollum, 1980). Tanaman semusim (annual) ini pada umumnya tumbuh tegak
namun ada yang tumbuh terkulai. Tinggi tanaman berkisar antara 20-60 cm dan
batang tidak kompak (Opeña dan Tay, 1994). Caisin memiliki petiol yang panjang
berwarna hijau dan tipe daun keriting yang berwarna hijau (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999).
Caisin dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis baik fase vegetatif
maupun generatif, tidak terlalu dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pertumbuhan
caisin dapat dipengaruhi oleh cahaya, drainase yang baik dan tanah yang subur.
Derajat keasaman tanah untuk menghasilkan produksi yang baik adalah 5.5-6.5
(Opeña dan Tay, 1994). Pertumbuhan caisin cukup cepat dan membutuhkan
kelembaban optimum selama fase pertumbuhannya.
Caisin dapat ditanam secara langsung di lahan atau terlebih dahulu
disemai. Benih disemai dalam tray atau bedeng persemaian selama tiga minggu.
Setelah tiga minggu, selanjutnya dilakukan pindah tanam dengan jarak tanam 2025 cm x 10-15 cm. Tanaman dapat dipanen pada umur 25 hari setelah pindah
tanam (Williams et al., 1993) atau 40-80 hari setelah tanam (Opeña dan Tay,
1994).
Caisin memiliki respon yang baik terhadap pemberian kompos dan
pemupukan unsur N, P, dan K. Pemberian pupuk kompos dengan dosis 10-15
ton/ha dengan kombinasi 60-110 kg N/ha, 40-60 kg P2O5/ha dan 80-100 kg
K2O/ha dapat mencapai produktivitas sebesar 10-20 ton/ha (Opeña dan Tay,
1994).

Selada (Lactuca sativa L.)
Taksonomi tanaman selada (Lactuca sativa L.) yaitu kingdom Plantae,
divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Asterales, famili Compositae,
genus Lactuca (Ware dan McCollum, 1980). Menurut Grubben dan Sukprakarn
(1994), tanaman selada merupakan tanaman semusim yang tinggginya 30-70 cm.

5

Tipe selada terdiri dari selada daun, selada crop atau kepala dan selada
cos. Selada daun memiliki karakteristik berdaun dengan urat daun yang halus dan
tidak membentuk crop. Selada crop membentuk crop yang padat dan pada bagian
dalam terdapat daun yang tipis. Selada cos memiliki daun yang sempit namun
panjang, berbentuk silinder dan tidak kompak (Grubben dan Sukprakarn, 1994).
Selada membutuhkan suhu 17-28oC untuk tumbuh secara normal, namun
ada kultivar tahan panas yang dapat tumbuh pada suhu lebih dari 30oC (Tindall,
1983). Tanaman selada yang tidak toleran suhu tingi membutuhkan naungan
karena kurang tahan cahaya matahari yang terik dan cuaca yang panas. Keadaan
dengan suhu lebih dari 30oC menyebabkan selada yang tidak tahan suhu tinggi
terhambat proses perkecambahannya dan menghambat pertumbuhan tanaman.
Selada daun tumbuh baik pada tanah lempung berpasir, berdrainase baik dengan
pH 6-6.8 (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Selada dianjurkan untuk dibudidayakan dengan cara persemaian lalu di
pindah tanam ke lapang bila bibit telah mencapai 5-6 cm tingginya (Williams et
al., 1993). Selada daun dapat dipanen pada umur 30-50 HST tergantung varietas.
Panen dilakukan dengan mencabut tanaman hingga ke akar (Grubben dan
Sukprakarn, 1994).
Grubben dan Sukprakarn (1994) menyatakan bahwa 30 ton/ha pupuk
kandang serta N, P2O5 dan K2O masing-masing 100, 100, dan 80 kg/ha diperlukan
untuk menunjang pertumbuhan tanaman dengan baik. Nitrogen yang terlalu tinggi
menyebabkan tanaman mudah mengalami tip burn dan terserang penyakit.
Produktivitas selada daun berkisar antara 3-8 ton/ha.

Kandungan Gizi Susu Sapi
Saleh (2004) menyatakan bahwa komposisi air susu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu jenis ternak dan keturunannya (hereditas), tingkat laktasi,
umur ternak, infeksi/peradangan pada ambing, nutrisi/pakan ternak, lingkungan
dan prosedur pemerahan susu. Menurut Fox dan McSweeney (1998) susu sapi cair
mengandung 12.7% padatan total, 3.7% lemak, 3.4% protein, 4.8% laktosa, dan
0.7% abu. Spreer (1998) menambahkan bahwa dalam susu sapi cair terdapat 2.8%
casein dan 0.6% whey protein.

6

Proses penguraian protein secara enzimatik menjadi ammonium (aminisasi
dan amonifikasi) dilakukan oleh mikrobia heterotrofik.

Mikroorganisme

perombak protein diantaranya Bacillus, Pseudomonas, Clostridium, Serratia,
Micrococcus (Sugito et al., 1995). N-ammonium (NH4+) merupakan ion tersedia
sehingga jika tidak diakumulasikan tanaman atau mikrobia, dapat hilang melalui
pelindian (leaching) atau volatilisasi dalam bentuk gas amoniak (NH3) atau
mengalami nitrifikasi. Proses nitrifikasi ini terdiri dari nitritasi yang menghasilkan
nitrit (NO2-) yang merupakan anion toksik, dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas
sp., kemudian dilanjutkan ke nitratasi yang menghasilkan nitrat (NO 3-) yang juga
N-tersedia, oleh bakteri Nitrobacter sp. (Hanafiah, 2005)

Pupuk Kandang
Menurut USDA (2007) pupuk kandang adalah feses, urin dan kotoran lain
yang diproduksi oleh ternak dan bukan merupakan kompos. Berdasakan
bentuknya, pupuk kandang terbagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk kandang padat
dan pupuk kandang cair. Pupuk kandang tidak menyediakan hara bagi tanaman
secara langsung tetapi reaksi enzimatik dari mikroorganisme tanah mengubah
unsur hara yang tak tersedia menjadi bentuk yang lebih tersedia. Pupuk kandang
menyediakan sumber hara dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pemberian dan
pengolahan pupuk kandang secara tepat adalah merupakan tindakan yang harus
terlebih dahulu dilakukan untuk memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman
sehingga produktivitas tanaman tidak merosot.
Menurut Foth (1990) pupuk kandang memiliki pengaruh yang sangat baik
terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah serta meningkatkan perkembangan aktivitas
jasad renik. Musnamar (2003) menambahkan bahwa pupuk kandang merupakan
salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah.
Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding
bahan pembenah lainnya.
Pupuk kandang memasok beberapa hara yang diperlukan untuk hasil
sayuran yang tinggi. Menurut Williams et al. (1993), pupuk kandang
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas menjerap air, meningkatkan
aerasi tanah, dan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.

7

Menurut Foth (1990) pupuk kandang dibagi menjadi beberapa golongan
berdasarkan sumbernya, yaitu: kotoran ayam, kambing, kuda, dan sapi.
Kandungan hara dari tiap golongan tersebut bervariasi. Havlin et al. (2005)
menambahkan, kandungan hara pupuk kandang dipengaruhi oleh bahan
penyusunnya, yang dapat dilihat di Tabel 1. Pemupukan dengan pupuk kandang
pada tanah dapat menyumbangkan hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K,
serta unsur mikro lain.

Tabel 1. Komposisi unsur hara pupuk kandang berdasarkan sumber
kotoran
Sumber kotoran
Ayam
Kambing
Kuda
Sapi
Sumber: Havlin et al., 2005

N
P2O5
K20
----------------------kg/ton---------------------10.35
4.95
4.50
12.60
1.80
9.00
5.85
2.25
5.85
4.50
1.80
3.60

Tabel 2. Komposisi unsur hara pupuk kandang berdasarkan kadar air
Kadar air
N
P2O5
K20
(%)
----------------------kg/ton---------------------95
5
3.5
1.5
75
15
10
5
50
20
20
10
30
30
27.5
15
15
50
35
20
Sumber : Ferguson dan Ziegrel, 2004

Kandungan hara pada pupuk kandang dipengaruh oleh kandungan air
pupuk kandang. Kandungan hara semakin rendah dengan meningkatnya kadar air.
Kandungan hara dalam berbagai nilai kadar air dapat dilihat pada Tabel 2.
Pupuk kandang akan berperan sebagai bahan organik dalam tanah. Bahan
organik adalah sumber utama energi bagi aktivitas jasad mikro yang terdapat di
dalam tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N rasio tinggi mendorong
pembiakan jasad renik dan mengikat beberapa unsur hara tanaman dan akan
terjadi kekurangan hara sementara. Setelah C/N rasio turun, sebagian jasad mikro

8

mati dan melepaskan kembali unsur hara ke tanah. Tanpa adanya penambahan
organik, maka jasad mikro dalam tanah akan mati dan produktivitas tanah merosot
(Adiningsih, 2006). Menurut Hanafiah (2005) apabila C/N rasio lebih kecil dari
20 menunjukkan terjadinya mineralisasi N, apabila lebih besar dari 30 berarti
terjadi immobilisasi N, sedangkan jika diantara 20-30 berarti mineralisasi
seimbang dengan immobilisasi.

Pertanian Organik
Menurut IFOAM (2005) pertanian organik adalah sistem produksi yang
menjaga kesehatan tanah, ekosistem, dan manusia. Hal ini berdasarkan proses
secara ekologi, kenaekaragaman hayati, dan pola yang disadur dari kondisi lokal
daripada menggunakan input yang memberikan efek merugikan. Pertanian
organik menggabungkan tradisi, inovasi, dan ilmu pengetahuan untuk menjaga
lingkungan dan menghasilkan kualitas hidup yang baik bagi seluruh bagian yang
terlibat. Pertanian organik

merupakan teknik budidaya pertanian yang

mengandalkan bahan-bahan alam (organik) tanpa menggunakan bahan kimia
buatan.
Sistem pertanian organik yang semakin popular akhir-akhir ini disebabkan
karena kegagalan sistem pertanian kimiawi memertahankan kelestarian lahan dan
lingkungan dalam jangka panjang. Ketergantungan proses produksi pertanian
terhadap bahan-bahan kimiawi semakin tinggi dan dalam jangka panjang bahanbahan kimia tersebut telah merusak lahan pertanian itu sendiri sehingga
produktivitas lahan sulit ditingkatkan lagi dan bahkan terjadi penurunan (Sugito et
al., 1995).
Pertanian organik tidak menggunakan pupuk anorganik, menggunakan
bahan-bahan alami untuk pemupukan, menggunakan pestisida alami untuk
mengendalikan HPT, pengendalian mekanis untuk pengendalian gulma, fokus
terhadap pemeliharaan bahan-bahan organik, menerapkan sistem tumpang gilir,
menggunakan tanaman penutup, menggunakan pupuk hijau, dan kompos.
(Poincelot, 2004).
Sayuran organik merupakan sayuran yang dibudidayakan secara sehat dan
alami dengan menggunakan sarana produksi yang bebas dari bahan-bahan kimia

9

berbahaya sehingga menghasilkan sayuran yang berkualitas dan berkelanjutan.
Secara umum budidaya sayuran organik memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari sayuran organik yaitu produknya menyehatkan, tidak mengandung
residu pestisida, memiliki rasa yang lebih renyah (crispy), tidak cepat busuk,
meningkatkan kesuburan tanah, menekan biaya produksi, dan tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan. Kelemahannya ialah membutuhkan tenaga kerja yang
lebih banyak, proses penyerapan unsur hara dari pupuk organik secara langsung
lebih lambat dan membutuhkan pemeliharaan yang lebih intensif (Pertiwi, 2008).

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di unit lapangan Cikabayan, University Farm,
IPB Darmaga, Bogor. Lokasi tersebut memiliki ketinggian sebesar 250 m di atas
permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2012.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih kangkung (Ipomoea aquatiaca)
varietas Pinky, benih caisin (Brassica rapa L.) varietas Mahkota, dan benih selada
(Lactuca sativa L.) varietas Lettuce. Bahan lain yang digunakan sebagai media
tanam adalah campuran kascing dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 (v/v).
Bahan organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang
kambing, dan pupuk kandang sapi. Bahan fortifikasi yang digunakan adalah susu
bubuk kadaluarsa yang telah disimpan selama tiga bulan di gudang penyimpanan.
Alat yang digunakan adalah peralatan budidaya, peralatan semai, alat penyiraman
dan timbangan digital (g).

Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan yang digunakan untuk masing-masing
tanaman adalah perlakuan jenis pupuk kandang, yaitu pupuk kandang ayam,
pupuk kandang ayam dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, pupuk kandang
kambing, pupuk kandang kambing dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa,
pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang sapi dengan fortifikasi susu bubuk
kadaluarsa.
Setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan
untuk masing-masing komoditas. Setiap satuan percobaan terdiri dari 200
tanaman untuk kangkung dan 60 tanaman untuk caisin dan selada. Model linear
yang digunakan pada percobaan ini adalah :

11

Yij=µ + αi + βj + εij
(i=1,2,3,4,5,6; j=1,2,3,4)
Keterangan :
Yij

: nilai pengamatan pada perlakuan jenis pupuk kandang ke-i dan
kelompok ke-j

µ

: nilai tengah umum

αi

: pengaruh jenis pupuk kandang ke-i

βj

: pengaruh kelompok ke-j

εij

: pengaruh galat percobaan

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data yang diperoleh dianalisis
dengan sidik ragam (Uji F). Jika hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang
nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Kontras Ortogonal pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian
Pupuk kandang ayam yang digunakan adalah kotoran ayam pedaging yang
bercampur dengan sekam. Pupuk kambing yang digunakan adalah campuran
antara kotoran kambing segar dan kotoran kambing yang baru terdekomposisi.
Pupuk kandang sapi yang digunakan adalah kotoran sapi perah indukan yang
masih segar. Kotoran ayam pedaging, kambing, dan sapi perah indukan berasal
dari Kandang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Proses pembuatan pupuk kandang non-fortifikasi menggunakan kotoran
ayam pedaging, kambing, dan sapi dengan menambahkan dekomposer Bioextrim
dengan dosis 2 ml L-1 air tanpa menggunakan bahan tambahan lain. Pembuatan
pupuk kandang berfortifikasi menggunakan tambahan susu bubuk kadaluarsa
sebanyak 20 g kg-1 kotoran ternak. Pembuatan pupuk kandang berfortifikasi ini
juga mengggunakan dekomposer Bioextrim dengan dosis 2 mL L-1 air untuk
mempercepat

proses

dekomposisi.

Proses

dekomposisi

pupuk

kandang

berfortifikasi dan pupuk kandang non-fortifikasi dilakukan selama 11 minggu.
Pupuk kandang yang didekomposisi berasal dari jenis pupuk kandang yang sama,
perbedaan hanya pada penambahan susu bubuk kadaluarsa sebagai bahan
fortifikasi.

12

Pengolahan lahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan membuat
bedengan yang berukuran 1.5 m x 5 m untuk tanaman kangkung, sedangkan untuk
tanaman caisin dan selada bedengan berukuran 1.5 m x 2.5 m. Pemberian pupuk
kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk kandang sapi, pupuk kandang
ayam dengan fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, pupuk kandang kambing dengan
fortifikasi susu bubuk kadaluarsa, dan pupuk kandang sapi dengan fortifikasi susu
bubuk kadaluarsa dilakukan satu minggu sebelum tanam dengan dosis 20 ton ha-1
atau 15 kg bedeng-1. Pupuk kandang tersebut disebar di permukaan tanah
kemudian diaduk dengan menggunakan cangkul.
Benih caisin dan selada disemaikan di wadah persemaian dengan
menggunakan media kascing dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 (v/v).
Kangkung tidak dilakukan penyemaian tetapi penanaman dilakukan secara
langsung atau direct seedling.
Pindah tanam caisin dan selada dilakukan setelah bibit berumur tiga
minggu di persemaian. Pindah tanam dilakukan dengan jarak tanam 0.25 m x 0.25
m dengan satu bibit per lubang tanam. Penanaman kangkung dilakukan bersamaan
dengan pindah tanam caisin dan selada. Penanaman kangkung dilakukan dengan
jarak tanam 0.25 m x 0.15 m dengan 2 benih per lubang tanam. Sehingga
diperlukan 4,800 tanaman kangkung, 1,440 tanaman caisin, dan 1,440 tanaman
selada untuk seluruh satuan percobaan.
Pemeliharaan awal dilakukan dengan melakukan penyulaman terhadap
tanaman yang mati. Selain penyulaman kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
adalah penyiraman, penyiangan gulma, dan pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari secara manual sesuai kondisi tanah per
bedeng. Penyiangan gulma dilakukan tergantung gulma yang tumbuh di
bedengan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual sesuai
dengan intensitas dan keparahan serangan.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya.
Panen dilakukan ketika tanaman telah mencapai kondisi siap panen. Tanaman
caisin dan selada dipanen ketika daun terbawah sudah menunjukkan warna sedikit
kuning yaitu ketika umur tanaman 4 MST sedangkan untuk tanaman kangkung

13

dilakukan pada saat tanaman telah menunjukkan siap petik. Keadaan siap petik ini
ketika tinggi tajuk telah mencapai lebih dari 30 cm pada saat 4 MST.

Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap satu minggu pada 10
tanaman contoh yang dipilih secara acak. Peubah pertumbuhan yang diamati
adalah peubah tinggi tanaman (cm), untuk tanaman caisin di ukur dari permukaan
tanah sampai ujung daun tertinggi sedangkan pada kangkung pengamatan
dilakukan dari permukaan tanah hingga titik tumbuh.
Peubah lain yang diamati adalah panjang daun dan lebar daun untuk
tanaman caisin dan selada. Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap jumlah
daun pada tanaman kangkung, caisin, dan selada yang dilakukan setiap minggu
yaitu dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna.
Pengamatan peubah panen dilakukan saat panen terhadap 10 tanaman
contoh yang dipilih secara acak. Pengamatan yang dilakukan meliputi bobot per
tanaman (g), bobot per bedeng (g m-2), bobot layak pasar per bedeng (g m-2),
panjang akar (cm), bobot akar per tanaman (g), dan bobot akar per bedeng (g m-2).
Ukuran bedengan tanaman kangkung sebesar 7.5 m2 dan ukuran bedengan
tanaman caisin dan selada sebesar 3.75 m2. Panjang akar diukur dari kotiledon
hingga ujung akar terpanjang. Bobot layak pasar per bedeng adalah bobot total
hasil panen tanaman per bedeng dengan memisahkan bagian akar tanaman serta
membuang bagian daun dan batang yang sudah menguning dan rusak. Pada
penelitian ini, pengamatan bobot layak pasar per bedeng mengabaikan kerusakan
tanaman yang disebabkan oleh hama pada tanaman yang diamati.
Analisis data yang digunakan Uji F dan uji lanjut menggunakan Uji
Kontras Ortogonal dengan taraf 5%. Pengujian kontras yang dilakukan adalah
pupuk kandang ayam vs pupuk kandang kambing, pupuk kandang ayam vs pupuk
kandang sapi, pupuk kandang kambing vs pupuk kandang sapi, dan pupuk
kandang berfortifikasi vs pupuk kandang non-fortifikasi.
Dilakukan analisis terhadap tanah dan pupuk kandang yang digunakan.
Analisis tanah yang akan dilakukan yaitu C-organik, N-total, C/N ratio, P-Bray-l,

14

KTK, K, Na, Mg, Ca, kejenuhan basa, dan pH H20. Sedangkan analisis pupuk
kandang berfortifikasi dan non-fortifikasi diantaranya terhadap kadar air, C/N
ratio, C, N total, P tersedia, dan K terlarut, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, dan Mn. Analisis
pupuk kandang dilakukan sebelum dan sesudah proses dekomposisi.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Secara umum, tanaman kangkung, caisin, dan selada tumbuh normal tanpa
gejala layu atau menguning selama pengamatan. Serangan hama belalang (Oxya
chinensis) mulai terjadi saat 3 MST, sedangkan hama lain seperti Cassida
circumdata dan Metachroma carolinense menyerang tanaman caisin dan selada
dengan tingkat kerusakan yang tidak melebihi ambang ekonomi.
Jenis gulma yang tumbuh di lahan meliputi Axonopus compresus,
Ageratum conyzoides, Boreria alata, Mimosa pudica, dan Caladium bicolor.
Gulma tersebut secara umum tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma hingga ke
akar. Jumlah gulma yang tumbuh di bedengan dengan perlakuan jenis pupuk
kandang ayam lebih sedikit daripada jenis pupuk kandang lainnya. Sekam padi
pada pupuk kandang ayam berperan sebagai mulsa organik sehingga menutupi
permukaan tanah dan membatasi pertumbuhan gulma di bedengan.
Selama proses pembuatan pupuk kandang dilakukan pengamatan kondisi
fisik sebelum dan setelah proses dekomposisi dan analisis kimia pupuk kandang.
Secara umum, kondisi fisik pupuk kandang sapi berfortifikasi berwarna hitam,
tekstur remah menyerupai tanah tetapi sedikit menggumpal, dan tidak berbau.
Pupuk kandang kambing berfortifikasi memiliki struktur yang lebih remah dengan
kondisi pupuk kandang kambing secara umum tidak berbentuk butiran. Kondisi
fisik pupuk kandang ayam berfortifikasi menghasikan pupuk kandang yang lebih
remah.
Hasil analisis pupuk kandang setelah proses dekomposisi menunjukkan
bahwa kandungan hara pupuk kandang sapi menunjukkan nilai kandungan hara
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang
sapi memiliki kandungan 42.9% C-organik, 4.23% N, 2.68% P, 0.73% K, 4.63%
Ca, 2.4 ppm Mg, 258.33 % kadar air, dan C/N ratio sebesar 10.14 (Tabel 3).
Kandungan hara mikro yaitu 23,703.53 ppm Fe, 387.89 ppm Cu, 1,021.24 ppm
Zn, 2,146.4 ppm Mn (Lampiran 1).

16

Tabel 3. Hasil analisis kandungan hara berbagai jenis pupuk kandang
setelah proses dekomposisi

Parameter
C (%)
N (%)
P (%)
K (%)
Ca (%)
Mg (%)
Kadar air
(%)
C/N ratio

Pukan
sapi

Pukan sapi
fortifikasi

42.9
4.23
2.68
0.73
4.48
2.40

39.36
2.62
1.84
0.55
4.63
1.60

Jenis pupuk kandang
Pukan
Pukan
Pukan
ayam
ayam
kambing
fortifikasi
40.43
39.3
34.9
2.17
1.72
2.47
1.51
0.81
0.56
1.83
1.34
2.08
2.98
0.84
1.84
0.59
0.22
1.25

258.33

119.64

64.65

14.47

87.29

123.62

10.14

15.02

18.63

22.85

14.13

13.05

Pukan
kambing
fortifikasi
33.8
2.59
0.63
1.92
2.68
1.23

Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB
Bogor, 2012

Kangkung (Ipomoea aquatica)
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel Rekapitulasi sidik ragam hasil
percobaan pada kangkung ‘Pinky’ (Tabel 4) diketahui bahwa perlakuan jenis
pupuk kandang secara nyata (P