Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara

 

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA
TERNAK SAPI POTONG DI DESA MANGKAI LAMA
KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN
BATUBARA PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

NINA WAHYU PUTRI SIREGAR
H34104127

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul FaktorFaktor yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Mangkai Lama
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013

Nina Wahyu Putri Siregar
NIM H34104127

 

   

 


ABSTRAK
NINA WAHYU PUTRI SIREGAR. Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha
ternak sapi potong (Studi Kasus Peternak Sapi Potong dengan Unit Analisis
Keluarga di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara
Provinsi Sumatera Utara) Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor
produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja dan juga modal untuk menghasilkan
produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi potong bergantung pada tiga
unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen. Manajemen mencakup pengelolaan
perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi usaha
ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batubara. Faktor – faktor tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi linier
berganda karena dapat memberikan kemudahan bagi pengguna untuk
memasukkan lebih dari satu variabel prediktor hingga p-variabel prediktor. Dalam
analisis regresi linier berganda yang berfungsi sebagai variabel dependent yaitu
pendapatan dan untuk variabel independent yaitu faktor-faktor internal dari
peternak seperti jumlah ternak, pendidikan, umur peternak, pengalaman beternak,
dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam usaha

ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batubara adalah jumlah ternak sapi, dan tingkat pendidikan. Adapun umur
peternak, pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga peternak tidak
berpengaruh terhadap usaha ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.
Kata Kunci : faktor, usaha ternak, sapi potong
ABSTRACT
Farming system is a process of combining the factor of production such as
land, livestock, labour, and capital to produce farm products. The success of beef
cattle business depends on three elements; seed, feed, and management.
Management includes the management of mating, feeding, housing, and cattle
health. The purpose of this study is to analyze the factors that affect the beef
cattle business in the village of Mangkai Lama, Lima Puluh Sub District,
Batubara District using multiple linear regression analysis. Income servers as the
dependent variable. Other side the independent variable is internal factors of
farmer such as the number of livestock, education, age of farmer, farming
experience, and number of family dependent. The factors that affect the beef
cattle business in the village of Mangkai Lama, Lima Puluh Sub-District,
Batubara District is the number of beef cattle and education level. Age of farmer,
farming experience, and number of family dependent other side have no effect in

the beef cattle business in the village of Mangkai Lama, Lima Puluh Sub District,
Batubara District.
Keywords : factor, farming, beef cattle

 

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA
TERNAK SAPI POTONG DI DESA MANGKAI LAMA
KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA
PROVINSI SUMATERA UTARA

NINA WAHYU PUTRI SIREGAR
H34104127

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

   

 

 

   

 



Judul Skripsi


Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Usaha Temak Sapi
Potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara

Nama

Nina Wahyu Putri Siregar

NRP

H34104127

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Dosen Pembimbing

Tanggal Lulus :

2 3 AUG 2013


vi

Judul Skripsi

:

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi
Potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara

Nama

:

Nina Wahyu Putri Siregar

NRP

:


H34104127

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

vii

PRAKATA
Puji Syukur dipanjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi
Potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara
Provinsi Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, selaku
dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Ir. Burhanuddin MS,
selaku dosen penguji utama dan Ir. Juniar selaku dosen penguji akademis yang
telah membantu dalam penyempurnaan skripsi ini. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada para peternak sapi potong di Desa Mangkai Lama atas
kesempatan dan informasi yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta keluarga dan rekan, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

Nina Wahyu Putri Siregar

viii


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

viii 

DAFTAR GAMBAR

ix 

DAFTAR LAMPIRAN



PENDAHULUAN



Latar Belakang




Perumusan Masalah



Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA



Peternakan Sapi Potong di Indonesia



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi Potong



Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Potong



Pendapatan Usaha Ternak



Kajian Peneliti Terdahulu



KERANGKA PEMIKIRAN

10 

Kerangka Pemikiran Teoritis

10 

Konsep Analisis Regresi

11 

Kerangka Pemikiran Operasional

13 

METODE PENELITIAN

14 

Lokasi dan Waktu Penelitian

14 

Jenis dan Sumber Data

15 

Metode Pengumpulan Data

15 

Metode Analisis Data

15 

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

17 

Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Mangkai Lama

17 

Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

18 

Karakteristik Peternak Responden

19 

TATALAKSANA PEMELIHARAAN TERNAK SAPI POTONG

22 

Sistem Pemeliharaan

22 

Pemasaran

25 

Biaya Produksi Usaha ternak Sapi Potong

26 

Pendapatan Bersih Pada Usaha ternak Sapi Potong

26 

PENGARUH VARIABEL BEBAS/INDEPENDENT TERHADAP USAHA
TERNAK SAPI POTONG

29 

SIMPULAN DAN SARAN

33

Simpulan

33

Saran

33 

DAFTAR PUSTAKA

33 

LAMPIRAN

36 

RIWAYAT HIDUP

44 

DAFTAR TABEL
Daftar Populasi Ternak Sapi Potong Desa Mangkai Lama pada Tahun
2012
2 Kajian Peneliti Terdahulu
3 Jumlah Penduduk Desa Mangkai Lama Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2011
4 Jumlah Penduduk Desa Mangkai Lama Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2011.
5 Karakteristik Responden Peternak Sapi potong Berdasarkan Umur
6 Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
7 Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong Berdasarkan
Pengalaman Usaha ternak
8 Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong Berdasarkan Jumlah
Tanggungan Keluarga
9 Pendapatan bersih peternak sapi potong per satuan ekor pada sistem
ekstensif.
10 Pendapatan bersih peternak sapi potong per satuan ekor pada sistem
semi- intensif
11 Hasil Output Analisis Regresi Linier Berganda
12 Elastisitas koefisien regresi pada analisis regresi linier berganda

1



18 
19 
20 
21 
21 
22 
27 
27 
29 
32 

DAFTAR GAMBAR
1

2
3

Kerangka Operasional Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usaha
Ternak Sapi Potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara.
Sapi Peranakan Ongole (PO)
Kandang Ternak Sapi Potong

14
23
24

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Hasil Regresi Linier Berganda
Dokumentasi Penelitian
Kuisioner

36
38
39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor
produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja dan juga modal untuk menghasilkan
produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi potong bergantung pada tiga
unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup
pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak.
Selain itu pengelolaan maupun manajemen dalam usaha ternak tidak terlepas dari
karakteristik sosial ekonomi peternak sehingga nantinya akan mempengaruhi hasil
yang akan diperoleh oleh peternak.
Sistem usaha ternak sapi potong adalah suatu sistem usaha yang terdiri
dari komponen-komponen yang saling berkaitan terhadap usaha pemeliharaan
sapi potong. Peternak memilih mengusahakan ternak sapi dengan beberapa tujuan.
Bagi peternak, ternak sapi potong berfungsi sebagai sumber pendapatan, protein
hewani, dan tenaga kerja serta penghasil pupuk. Fungsi lain adalah sebagai
penghasil bibit dan bersifat tabungan.
Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang saat ini banyak dipilih
oleh rakyat untuk dibudidayakan. Kemudahan dalam melakukan budidaya serta
kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian menjadi pilihan utama.
Sebagian besar skala kepemilikan sapi potong di tingkat rakyat masih kecil yaitu
antara 5 sampai 10 ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak yang dijalankan oleh
rakyat umumnya hanya dijadikan sampingan yang sewaktu-waktu dapat
digunakan jika peternak memerlukan uang dalam jumlah tertentu (Y.B Sugeng
1992).
Pada usaha peternakan rakyat biasanya peternak berfungsi sebagai
pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien
dalam menjalankan dan mengelola usaha ternaknya. Karakteristik sosial ekonomi
peternak (Jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah
tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, luas kandang, jumlah investasi, total
penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak
dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usaha
ternaknya. Sehingga dari karakteristik sosial ekonomi tersebut nantinya akan
mempengaruhi pendapatan yang diperoleh per peternak sehingga perlu
diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong.
Faktor- faktor dari karakteristik sosial ekonomi peternak seperti jumlah
ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan keluarga,
dan jumlah tenaga kerja memiliki peran yang sangat penting di dalam usaha
ternak sapi potong. Karakteristik peternak tersebut nantinya akan membentuk
suatu pola pikir peternak dalam menangani proses budidaya ternak sapi potong,
sehingga dari karakteristik peternak dapat mencerminkan hasil yang akan
diperoleh peternak nantinya.
Sehubungan dengan hal diatas maka penulis mencoba untuk meneliti dan
menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi usaha ternak sapi potong pada
suatu daerah yang berdasarkan jumlah kepemilikan ternak sapi potong. Adapun

2

daftar populasi ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama dapat dilihat pada tabel
1 berikut ini.
Tabel 1. Daftar Populasi Ternak Sapi Potong Desa Mangkai Lama pada Tahun
2012
No
1.
2.
3.
4.
5
6.
7.

Jumlah pemilik ternak
(orang)
13
12
7
27
61
27
54
Jumlah

Dusun
I
II
IV
V
VI
VII
VIII

Jumlah ternak
(ekor)
83
64
38
118
311
179
248
1041

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Batubara, 2012

Dari hasil tabel diatas terlihat bahwa pada Desa Mangkai Lama yang
terdiri dari 8 dusun dengan jumlah peternak yang mengusahakan sapi potong
sebesar 201 orang serta jumlah ternak sebanyak 1.041 ekor. Hal tersebut
menunjukkan bahwasanya daerah tersebut sangat memiliki potensi dalam ternak
khususnya ternak sapi potong dengan melihat banyaknya masyarakat yang
mengusahakan usaha ternak sapi potong. Masing-masing peternak yang berada di
Desa mangkai lama memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda
dalam menjalankan usaha ternaknya. Sehingga dari karakteristik yang berbeda
tersebut sangat penting untuk dianalisis yang akan berhubungan dengan hasil yang
akan diperoleh peternak nantinya.
Perumusan Masalah
Pada sistem pemeliharaan peternakan rakyat umunya peternak
memberikan pakan yang tidak menentu, peternak umumnya tidak mengerti nilai
padang penggembalaan dan peternak biasanya tidak mengusahakan lahan yang
cukup untuk memungkinkan peternak menanam tanaman khusus sebagai pakan
ternak, sapi-sapi dibiarkan merumput mencari makan pada wilayah
penggembalaan. Padahal sistem pemeliharaan yang baik akan memberikan hasil
produksi yang jauh lebih baik pula.
Usaha peternakan sapi potong didominasi oleh peternakan rakyat yang
berskala kecil. Peternakan bukanlah suatu hal yang jarang dilaksanakan. Hanya
saja skala pengelolaannya masih merupakan usaha sampingan yang tidak
diimbangi dengan permodalan dan pengelolaan yang memadai. Hampir semua
rumah tangga (terutama di pedesaan) yang mengusahakan ternak sebagai kegiatan
sehari-hari.
Pengembangan sapi potong sebagai salah satu ternak potong yang masih
banyak mengalami hambatan karena pemeliharaanya yamg masih bersifat
tradisional, sangat tidak menguntungkan karena tidak diharapkan berproduksi

3

secara maksimal hal ini disebabkan karena tidak adanya pengawasan yang baik
tentang makanan, standar gizi, bahkan sering dijumpai sapi potong dilepas begitu
saja untuk mencari makanan sendiri, tatalaksana pemeliharaanya juga tidak
terprogram dengan baik dan kandangnya hanya dibuat sekedar untuk tempat
berlindung dan teriknya matahari diwaktu siang dan udara yang dingin pada
malam hari.
Sistem pemeliharaan yang dilaksanakan peternak tidak terlepas dari
bagaimana kondisi perbedaan karakteristik sosial ekonomi peternak, kondisi itu
meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak sapi, peternak,
jumlah ternak, dan total pendapatan serta pemeliharaan meliputi pengelolaan
reproduksi, pemberian pakan atau minum, mengangon (ternak lepas terbuka atau
mencari lahan sendiri), sanitasi kandang, sanitasi ternak sapi dan pengendalian
penyakit. Sistem pemeliharaan menyangkut besarnya penerimaan yang diperoleh
peternak dan biaya yang dikeluarkan masing-masing peternak berbeda sehingga
akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh oleh masing-masing peternak.
Dari hal tersebut maka perlu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
usaha ternak peternak sapi potong sehingga nantinya akaan menentukan besar
atau kecilnya pendapatan yang akan diterima oleh peternak.
Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha yang
dikelola oleh peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas. Usaha ternak
sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh sebagian
masyarakat di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.
Usaha peternakan ini dijadikan oleh masyarakat sebagai pekerjaan sampingan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab
pertanyaan berikut :
Apakah ada pengaruh jumlah ternak sapi, umur peternak, tingkat pendidikan,
pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap usaha ternak sapi
potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi usaha ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama Kecamatan Lima
Puluh Kabupaten Batubara.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1) Bagi peternak dapat menjadi acuan dalam menentukan jumlah kepemilikan
ternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong guna meningkatkan
pendapatan dengan menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhinya.
2) Bagi instansi yang terkait khususnya, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil
keputusan dan para pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi daerah
yang bersangkutan dan dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan
usaha ternak sapi potong di wilayah tersebut atau di daerah lain.

4

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi kalangan
akademisi dan peneliti lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan Sapi Potong di Indonesia
Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi
lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu
memanfaatkan pakan berkualitas rendah, dan mempunyai daya reproduksi yang
baik. Potensi dan kelebihan sapi lokal bisa dimanfaatkan secara optimal apabila
manajemen pemeliharaan dan perawatan dilakukan dengan baik.
Anggraini (2003) menyatakan usaha peternakan dapat diklasifikasikan
menjadi empat kelompok berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan
peternak, yaitu: 1) peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan
komoditas pertanian terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya
digunakan sebagai usaha sambilan dengan skala usaha rakyat untuk mencukupi
kebutuhan keluarga dengan tingkat pandapatan dari ternak kurang dari 30%, 2)
peternakan sebagai cabang usaha, peternak mengusahakan pertanian campuran
dengan ternak dan tingkat pendapatan dari peternakan sebesar 30 - 70%, 3)
peternakan sebagai usaha pokok, peternak mengusahakan ternak sebagai usaha
pokok dengan tingkat pendapatan mencapai 70 -100%, 4) peternakan sebagai
skala industri dengan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai 100%.
Struktur industri peternakan di Indonesia sebagian besar tetap bertahan
pada skala usaha rakyat. Ciri-ciri usaha rakyat yaitu tingkat pendidikan peternak
rendah, pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi konvensional,
lokasi ternak menyebar, ukuran usaha relatif sangat kecil, dan pengadaan input
utama bergantung pada musim, ketersediaan tenaga kerja keluarga, penguasaan
lahan terbatas, produksi butiran terbatas dan sebagian besar bergantung pada
impor (Yusdja 2005).
Mersyah (2005) mengemukakan, ada dua faktor yang menyebabkan
lambannya perkembangan sapi potong di Indonesia. Pertama, sentra utama
produksi sapi potong di Pulau Jawa yang menyumbang 45% terhadap produksi
daging sapi nasional. Produksi tersebut sulit dicapai karena dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu ternak dipelihara menyebar menurut rumah tangga peternakan
(RTP) di pedesaan, ternak diberi pakan hijauan pekarangan dan limbah pertanian,
teknologi budidaya rendah, tujuan pemeliharaan ternak sebagai sumber tenaga
kerja, perbibitan (reproduksi) dan penggemukan (Roessali et al. 2005), dan
budidaya sapi potong dengan tujuan untuk menghasilkan daging dan berorientasi
pasar masih rendah. Faktor kedua terletak pada sentra produksi sapi di kawasan
timur Indonesia. Produksi sapi pada kawasan ini sebanyak 16% dari populasi
nasional, serta memiliki padang penggembalaan yang luas. Kendala produksi
kawasan timur Indonesia adalah tingkat mortalitas tinggi, pada musim kemarau
panjang sapi menjadi kurus, dan angka kelahiran rendah. Kendala lainnya adalah
berkurangnya areal penggembalaan, kualitas sumber daya rendah, akses ke
lembaga permodalan sulit, dan penggunaan teknologi rendah.

5

Faktor lain yang menjadi permasalahan adalah sistem pemeliharaan ternak
di Indonesia. Sebagian besar ternak sapi dipelihara secara tradisional dalam usaha
rakyat. Ada tiga sistem pemeliharaan yang umum digunakan oleh peternak rakyat,
yaitu 1) sistem ekstensif yaitu sistem pengembalaan atau grazing (NTT, NTB,
Bali, Kalsel, sebagian Sumatera, dan sebagian Kalimantan), pemeliharaan dengan
sistem ini hanya untuk status sosial peternak dan tabungan, 2) sistem intensif yaitu
sapi tidak digembalakan dengan sistem cut and carry (Jatim dan Jateng, sebagian
Sulawesi), pengembangan peternakan dengan sistem ini sangat bergantung pada
ketersediaan tenaga kerja keluarga yang bertugas mencari pakan hijauan.
Pengembangan ternak dengan menyediakan pakan hijauan akan mengurangi
tenaga kerja keluarga dan skala usaha bisa meningkat. Tujuan produksi sistem ini
adalah tenaga kerja tanpa memperdulikan pasar dan produksi, 3) sistem
kombinasi, ternak digembalakan pada lahan yang terbatas dan kekurangan pakan
hijauan dalam kandang.
Sistem pemeliharaan kombinasi bertujuan untuk menghasilkan daging,
susu, dan sapi bakalan. Pada pemeliharaan intensif, sapi dikandangkan terus menerus atau dikandangkan pada malam hari dan digembalakan pada siang hari.
Sistem pemeliharaan secara intensif banyak dilakukan oleh petani di Jawa,
Madura, dan Bali. Sistem pemeliharaan ekstensif banyak dilakukan oleh peternak
di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Ternak pada sistem ini
umumnya dipelihara di padang pengembalaan dengan pola pengembalaan
pertanian menetap atau di pelihara di hutan (Sugeng 2006).
Kebijakan pengembangan ternak sapi harus melihat ketiga aspek tersebut
karena terdapat perbedaan masalah yang dihadapi sehingga penanganannya akan
berbeda, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya lahan dan pakan. Selain itu
sistem pemasaran yang ada tidak memberikan intensif yang layak kepada
peternak. Para peternak tidak mempunyai daya tawar sehingga peran pedagang
menjadi dominan dalam menentukan harga.
Pada sisi lain perdagangan ternak hidup antar pulau dan wilayah
menimbulkan biaya angkutan dan resiko ekonomi yang besar, sementara
perdagangan karkas belum layak dilakukan karena infrastruktur yang tersedia
belum memadai. Usaha peternakan tradisional memiliki karakteristik sebagai
berikut : 1) sebagian besar usaha masih berskala kecil sebagai usaha keluarga, 2)
tingkat keterampilan peternak rendah dan modal usaha yang kecil, 3) belum
memanfaatkan bibit unggul dan jumlah ternak produktif yang sedikit, 4)
penggunaan ransum tidak efisien dan belum disediakan secara khusus, 5) kurang
memperhatikan pencegahan penyakit, dan 6) usaha belum bersifat komersil.
Usaha ternak sapi potong sangat menguntungkan untuk dijalankan, selain
penghasil daging dapat juga berfungsi sebagai tenaga kerja yang digunakan untuk
membajak sawah. Disamping itu ternak sapi menghasilkan pupuk kandang yang
merupakan hasil sampingan bagi peternak dari usaha pemeliharaan sapi (Abidin
2002). Tujuan usaha pemeliharaan ternak sapi potong diantaranya adalah
menambah pendapatan bagi peternak.

6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi Potong
Pada usahatani dan usaha peternakan, pembagian kerja dan tugas
manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala usaha besar (Kay dan Edward,
1994). Petani dalam usahatani tidak hanya memiliki kontribusi pada bagian teknis
saja tetapi memiliki kemampuan yang lebih dalam mengelola usahataninya. Petani
adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara
keseluruhan (Mubyarto 1991).
Beberapa karakteristik sosial peternak yang diduga berpengaruh terhadap
usaha ternak dan juga nantinya akan berpengaruh dengan pendapatan para
peternak yaitu :
a)
Skala Kepemilikan
Usaha yang bersifat tradisional diwakili oleh para petani dengan lahan sempit
yang mempunyai 1-2 ekor ternak (Prawirokusumo 1991). Dengan skala
kepemilikan ternak sapi potong yang banyak akan mempengaruhi pendapatan
yang diperoleh peternak dimana semakin banyak kepemilikan ternak akan
menambah jumlah penjualan serta dapat menekan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam pemeliharaan ternak sapi potong.
b)
Umur
Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya kepada orang
lain atau semakin mandiri. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda
usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan
terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap
introduksi teknologi semakin tinggi. Soekartawi (2002), menyatakan bahwa
para petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit
untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir dan
cara pandang guna meningkatkan kemajuan dari segi usahataninya, cara kerja
dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.
c)
Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi
kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula
produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin
tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan
akan semakin berkembang (Syafaat et al, 1995).
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai
keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan
keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan
kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi 2003).
Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu
memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik.
Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan
pendidikannya (Soekartawi 1996).
Dengan pendidikan yang tinggi maka akan peka terhadap perubahan maupun
terbuka akan informasi yang ada di sekitar. Peternak yang berpendidikan dan
berpengetahuan tinggi cepat dan tepat dalam menerima serta melaksanakn
inovasi baru (Yasin dan Dilega 1999).

7

d)

Pengalaman Beternak
Pengalaman seseorang dalam berusahatani memiliki peranan terhadap
perolehan informasi sebanyak-banyaknya terutama terhadap inovasi. Dalam
melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan
peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai
diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon 1991).
Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya
peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor
topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan
rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki
peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan
didaerah itu.
e)
Jumlah Tanggungan Keluarga
Semakin banyak anggota keluarga di dalam usahatani maka akan berpengaruh
terhadap beban yang dipikul oleh petani yang ditandai dengan semakin banyak
anggota keluarga semakin berat juga beban yang diperoleh. Jumlah anggota
keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga
yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan
bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama
pangan semakin bertambah (Daniel 2002).

Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi serta mempercepat
penyebaran ternak besar oleh peternak adalah dengan cara pemeliharaan ternak
tersebut. Pemeliharaan ternak yang baik sangat mempengaruhi perkembangbiakan
serta terjaminnya kesehatan ternak.
Berdasarkan Sensus Pertanian (1993), pemeliharaan ternak besar
khususnya sapi oleh peternak rakyat dikategorikan dalam 3 cara yaitu
pemeliharaan intensif dimana ternak dikandangkan, pemeliharaan semi-intensif
dimana ternak dikandangkan dan dilepas, serta pemeliharaan ekstensif dimana
ternak dilepas sama sekali. Cara pemeliharaan dikandangkan (intensif) dianggap
lebih baik karena selain tidak banyak menggunakan lahan, penggemukan ternak
lebih intensif karena jumlah dan komposisi pakan dapat dilakukan dengan baik,
kesehatan dan keamanan ternak lebih terjamin, bahaya penyakit karena virus dan
sejenisnya bisa diketahui sejak dini. Namun cara ini memerlukan biaya, waktu,
tenaga serta perhatian yang cukup, misalnya kebersihan kandang dan ternak harus
senantiasa dijaga .
Cara pemeliharaan dikandangkan dan dilepas (semi-intensif) dipandang
lebih efisien. Pada malam hari ternak dikandangkan dan siang hari ternak dilepas
sehingga pemberian pakan tidak terlalu rutin dilakukan di kandang, tetapi ternak
dibiarkan mencari rumput sendiri pada siang hingga sore hari dan pada malam
hari pemberian pakan berupa pakan hijauan diberikan di dalam kandang sebagai
pakan ternak pada malam hari. Sehingga dengan sistem ini para peternak dapat
melakukan pengontrolan dan pengawasan terhadap ternaknya.

8

Cara pemeliharaan berikutnya yaitu pemeliharaan ekstensif dimana ternak
dilepaskan dalam suatu areal tertentu tanpa harus disediakan pakan. Cara ini
membuat ternak tidak terlindungi dari hujan dan terik matahari, pemberian pakan,
pengaturan perkembangbiakan, pengawasan terhadap kesehatan, dan pencegahan
penyakitnya yang kurang terkontrol, walaupun sesekali peternak mengontrol
ternaknya di areal perkebunan kelapa sawit tetapi pengontrolan seperti ini tidak
akan berdampak baik pada ternak tersebut dimana pengontrolan yang dilakukan
oleh peternak yaitu umumnya mengontrol dalam hal keberadaan sapi potong dan
dalam hal pemberian pakan. Ternak yang sering dilepas dapat berdampak pada
kelestarian lingkungan sumberdaya alam akibat tekanan penggembalaan yang
berlebihan, tanah menjadi tandus, rumput dan tanaman hijauan sulit tumbuh
sehingga pakan tidak tersedia sepanjang tahun. Akibatnya perkembangbiakan
ternak menjadi lebih lambat.
Sistem budidaya ternak sapi potong yang dilakukan masyarakat yang
berada di Desa Mangkai lama Kabupaten Batubara yaitu dengan sistem ekstensif
dan semi-intensif. Pemeliharaan ternak sapi potong yang dilakukan oleh para
peternak yaitu dengan cara ternak dilepas tanpa campur tangan pemilik terhadap
ternaknya maupun terhadap kepedulian akan perbaikan atau kelestarian
lingkungan padang penggembalaan.
Pendapatan Usaha Ternak
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu
kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen
itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila
pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.
Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan
pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang 1993).
Usaha ternak sapi potong telah memberikan kontribusi dalam peningkatan
pendapatan keluarga peternak. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa peningkatan
pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka
menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.

Kajian Peneliti Terdahulu
Saleh (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan
Peternak Sapi Potong (studi kasus: Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara) meneliti mengenai analisis pendapatan
peternak sapi potong dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan seperti:
skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman
beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak dan jumlah tenaga kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi),
motivasi beternak berpengaruh sangat nyata (P0,05) atau pada taraf nyata 5% terhadap
pendapatan peternak sapi potong.
Amri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan
Peternak Sapi Potong (studi kasus : Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat,
Provinsi Sumatera Utara) meneliti mengenai analisis pendapatan peternak sapi
potong dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan seperti: skala usaha
(jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah
tanggungan keluarga, motivasi beternak dan jumlah tenaga kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi)
berpengaruh sangat nyata (P0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong. Namun dari uji F diperoleh
skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah
tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja secara bersama
berpengaruh nyata (P