74 melalui pemanfaatan insentif yang tersedia pada masing-masing cara
perdagangan tersebut.
3. Modal
Modal tidak menjadi kendala karena petani sudah mempunyai sumber modal berasal dari buah kelapa yang dimilikinya. Buah kelapa bukan berupa modal uang
tetapi dengan menjual hasil panen kelapa dapat dijadikan sumber modal untuk mengolah kelapa menjadi olahan lanjutan yang dapat meningkatkan pendapatan
petani. Perolehan rata-rata petani di Kecamatan Kahayan Kuala yang memiliki lahan 2,47 ha dapat menghasilkan 2.000-2.500 buah kelapa sekali panen sumber data
Kecamatan Juli 2005. Hal tersebut di atas dapat dijadikan modal awal untuk proses pembuatan
olahan lanjutan dari kelapa menjadi minyak murni atau VCO. Petani terbentur dengan keberlanjutan usaha mengingat pasar masih bersifat lokalitas belum ada
kepastian pembeli yang berkelanjutan meskipun petani siap mengolah dengan harga jual yang telah disepakati yaitu per liter Rp 15.000,-. Hasil olahan minyak masih
perlu pemrosesan lagi untuk standarisasi mutu yang diharapkan oleh perusahaan VCO dari Yogyakarta.
4. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi tidak hanya terbatas pada masyarakat setempat tetapi juga dari berbagai pihak terkait dan lembaga riset akan sangat membantu pengembangan
produksi. Lembaga riset untuk pengujian mutu hasil sangat membantu petani agar mendapat kepastian usaha karena dari hasil riset dapat diketahui standarisasi mutu
hasil yang perlu ditingkatkan oleh petani agar hasil olahan petani layak dikonsumsi oleh konsumen.
Lembaga riset sudah pernah dilakukan oleh instansi terkait Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Pulang Pisau. Namun, karena partisipasi
berbagai pihak masih kurang untuk itu diperlukan penguatan. Hal ini dapat mengoptimalkan usaha pengolahan dan pemasarannya dapat berkelanjutan. Teknik
pengolahan kelapa menjadi berbagai macam hasil olahan bisa dilihat pada tabel berikut ini:
75 Tabel 15 : Jenis Produk Kelapa yang Dieskpor Indonesia Tahun 2002
No Jenis Produk
Volumeton Nilai US
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
Kelapa segar Kopra
Minyak kelapa kasar Bungkil kelapa
Dessicated Coconut Coconut milk crea
Arang tempurung Karbon aktif
Tempurung kelapa Serat sabut
5.334 34.579
734.500 408.431
31.373 9.234
26.734 10.205
354 102
734 10.273
319.669 22.471
21.952 8.534
4.677 7.581
145 112
0,19 2,61
80,68 5,67
5,54 2,16
1,18 1,91
0,04 0,02
Jumlah 396.148
100,00
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia Dirjen Bina Produksi Indonesia Tahun 2002
Mengingat hal di atas, kelembagaan APKI perlu diperkuat menjadi kelembagaan yang berfungsi sebagai lembaga ekonomi agar mampu melindungi
anggotanya dalam upaya mendapatkan manfaat nilai tambah yang seimbang dengan lembaga lain. Oleh karena itu, peran dan fungsi produk APKI perlu dikembangkan.
Berarti, secara internal APKI harus berbenah membangun organisasi yang memiliki kejelasan dalam aturan main, dipatuhi oleh anggota, memiliki spesialisasi
kemampuan teknis agar mampu membangun jaringan mitra kerja sama dengan pihak lain.
Tentunya, upaya ini dapat dicapai apabila daerah otonom Pulang Pisau yang memiliki kewenangan mengatur dapat berperan, sehingga sumber daya kelapa
dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurut Fachry 2001, pemberdayaan petani kelapa bukanlah pekerjaan yang mudah karena disamping berkaitan dengan interaksi
dari tiga unsur utama Pemerintah, Pengusaha, dan Petani juga terkait dengan sistem sebagai spirit dari struktur interaksi, sumber-sumber ekonomi yang dapat
dimanfaatkan, dan bekerjanya sistem tersebut. Hasil FGD yang dilakukan bersama-sama petani, pengurus, tokoh
masyarakat dan instansi terkait dari tingakat desa sampai Kecamatan dapat diidentifikasi bahwa petani kelapa dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala
memerlukan penguatan seperti tampak dalam tabel di bawah ini.
76 Tabel 16 : Identifikasi Kebutuhan dalam Pengembangan Usaha Petani dalam APKI
Tahun 2006 No Aspek
Kebutuhan Pengembangan
1 Penguasan Teknologi masih
tradisional Perlu penguasaan
Teknologi baru Dukungan peralatan
teknologi praktis
2 Teknologi terbatas
Modal kerja berupa alat teknologi praktis
Bantuan alat dan pelatihan
pemanfaatanya
3 Hasil olahan
sejenis penganekaragaman
olahan Hasil produk sesuai
pasar
Sumber : Hasil FGD di Kecamatan Kahayan Kuala bulan Juli 2006
Pengembangan pengolahan kelapa dengan sistem mekanik berdasarkan pada tingkat teknologi dan produk yang dihasilkan dapat dilakukan dengan cara
berjenjang dan pengolahan langsung. Pengolahan berjenjang terdiri atas : 1. Pengolahan produk primer. Aneka produk yang dapat dihasilkan dari buah
kelapa secara teoritis cukup banyak, tetapi yang layak untuk dikembangkan pada tingkat petani di Kecamatan Kahayan Kuala dalam APKI terbatas. Keterbatasan
disebabkan kemampuan teknologi, kemampuan manajemen, dan pemasaran. Sehingga kriteria pemilihan teknologi pengolahan mekanis di Kecamatan
Kahayan Kuala disesuaikan dengan kebutuhan, agar produk yang dihasilkan dapat memperoleh pasaran luas, yang selanjutnya akan dapat menunjang
perbaikan pendapatan petani dan efisiensi pendayagunaan potensi Anonim, 1989. Contohnya, di Kecamtan Kahayan Kuala yang perlu dikembangkan
teknologi pembuatan produk dari buah kelapa karena pemasaran untuk menjual hasil produk mudah, sedang untuk pengolahan produk mebel dari batang kelapa
belum memungkinkan karena belum ada jejaring pasar dan kondisi lingkungan pasar belum begitu membutuhkan, atau bahan setengah jadi yang menggunakan
teknologi tradisional dilakukan pada tingkat petanikelompok tani seperti minyak kelapa kasar, arang tempurung, serat sabut.
2. Pengolahan bahan jadi. Melalui teknologi inovasi seperti penjernihan minyak, arang aktif.
3. Pengolahan lanjut. Yang menggunakan teknologi maju antara lain olie kimia dari minyak kelapa, menjadi bahan pembersih udara, pemurnian minyak dan air.
77 4. Pengolahan langsung, yang menggunakan teknologi inovasi antara lain
pengolahan minyak murni, penyeratan sabut, keripik kelapa. Pengolahan santan awet kelapa parut kering relatif sulit diaplikasikan secara komersial pada tingkat
petani, karena membutuhkan peralatan khusus dengan biaya yang mahal, kemampuan teknis profesional dan persyaratan higienis dan sistem pengepakan
yang standar. Untuk itu perlu dikembangkan pengolahan terpadu yang akan menunjang pengembangan agroindustri di Kecamatan dengan pemeran utama
adalah petani, agar teknologi yang akan diadopsi dapat dilaksanakan dengan baik, kontinu, konsisten dan berpegang pada standar kualitas, maka dibutuhkan
pembinaan dan pengawasan oleh instansi terkait. Manfaat APKI bagi Komunits Petani Kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala
meliputi : 1. Manfaat Sosial
APKI sebagai wadah berhimpunnya petani kelapa mempunyai tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan petani. Petani sebagai anggota
dalam APKI diupayakan dapat bersosialisasi dengan pihak lain guna meningkatkan kondisi sosial petani. Semula petani kelapa di Kecamatan
Kahayan Kuala mempunyai status sosial dalam strata terendah, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang terprogram dalam APKI petani merasa
peningkatan keberadaannya sebagai anggota masyarakat. Hal ini disebabkan APKI merupakan organisasi petani yang partisipasif dan
berusaha melibatkan petani dalam perencanannya, pelaksanaan, kontrol, sampai penikmatan hasil-hasil dari program yang direncanakan secara bersama-sama.
Hal ini menjadikan petani kelapa lebih termotivasi dalam kegiatan-kegiatan sosial guna mengembangkan usaha yang digelutinya.
2. Manfaat Ekonomi Melalui APKI petani diuapayakan untuk dapat meningkatkan pendapatan
ekonominya melalui pola-pola kemitraan bisnis yang sinergis dengan instansi atau pihak terkait. Petani dapat mengatasi masalah pengembangan ekonomi
usahanya karena dalam APKI masalah-masalah petani diupayakan dapat dipecahkan bersama-sama secara profesional.
78 APKI dapat efektif dalam memperjuangkan kepentingan ekonomi petani. Namun
hal ini belum terwujud di Kecamatan Kahayan Kuala karena keterbatasan SDM petani baik dari segi pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengatasi hal ini
petani bersama-sama dengan isntansi terkait mengupayakan program melalui diversifikasi pengolahan produk kelapa. Sehingga petani tidak hanya sebagai
pemasok bahan baku saja, tetapi juga sebagai produsen pengolah bahan baku kelapa menjadi olahan yang bernilai ekonomi tinggi. APKI juga berusaha
mengupayakan petani menguasai keterampilan yang dapat mendukung proses produksi kelapa.
3. Manfaat Budaya dan Lingkungan APKI juga bermanfaat sebagai wadah yang berperan dalam mengakses
informasi dan transfer teknologi yang dapat mengubah pola pikir petani. Petani kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala mempunyai budaya mengelola perkebunan
kelapa secara tradisional mengikuti cara-cara nenek moyang terdahulu. Dengan transfer informasi melalui APKI petani mampu mengelola perkebunan
kelapanya secara profesional. Limbah hasil kelapa berupa sabut tidak dapat dimanfaatkan akan menjadi
sampah bagi lingkungan masyarakat petani yang dapat merusak kejernihan air sungai. Melalui transfer teknologi, limbah sabut kelapa dapat diubah menjadi
bahan baku kursi pesawat dan tali serta jok mobil yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini telah dilakukan oleh petani, namun kurang
berkelanjutan karena terbentur dengan berbagai faktor diantaranya keterbatasan pengadaan alat sesuai dengan permintaan pesanan dari luar. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi ini petani berusaha melalui APKI untuk memohon bantuan peralatan kepada Pemerintah.
Modal Sosial
Putnan dalam Tonny 2005 mendefinisikan modal sosial sebagai elemen- elemen dalam masyarakat yang digunakan untuk memudahkan tindakan kolektif
berupa kepercayaan Trust. Norma Norm, dan Jaringan Network.
79 Menurut Woolcock 1998 seperti dikutip Colletta Cullen 200, modal
sosial memiliki empat dimensi. Pertama adalah integrasi integration, yaitu ikatah kuat antar anggota keluarga, dan keluarga dengan tetangga sekitarnya, seperti ikatan-
ikatan berdasarkan kekerabatan, etnik, dan agama. Kedua adalah pertalian linkage, yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal, seperti jejaring network
dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan civic association yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik, dan agama.
Ketiga adalah integritas organisasional organizational integrity, yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk
menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi synergy, yaitu relasi antara pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas
state-community relations. Fokus perhatian dalam sinergi ini adalah apakah negara memberikan ruang yang luas atau tidak bagi partisipasi warganya. Dimensi pertama
dan kedua berada pada tingkat horizontal, sedangkan dimensi ketiga dan keempat ditambah dengan pasar market, berada pada tingkat vertikal.
Dari teori di atas pengkaji mencoba untuk meneliti sejauh mana pola hubungan modal sosial yang terjalin dalam kepengurusan APKI baik pola hubungan
dengan anggota dengan sesama pengurus maupun pola hubungan dengan instansi terkait Dinas Perkebunan, Industri, Koperasi dan Tokoh masyarakat Desa dan
Kecamatan yang ada di lingkungan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala.
Identifikasi Potensi
Dalam rangka pemberdayaan petani kelapa dalam wadah APKI, berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung ke lapangan dapat diidentifikasi potensi-
potensi yang dapat digunakan, antara lain: 1. Berdasarkan sumber daya lokal yang dimiliki di Kecamatan Kahayan Kuala
adalah ketersediaan sumber daya alam yang potensial karena hampir 90 penduduknya berkebun kelapa dapat dilihat dalam peta sosial sehingga
ketersediaan bahan baku yang kelapa bagi petani tidak pernah surut selalu ada. Selain itu juga didukung oleh letak Kecamatan Kahayan Kuala yang dekat dengan
pasar tradisional, kantor Kecamatan, pelabuhan angkutan dari dan ke pulau Jawa
80 langsung dari Kecamatan ini. Hal ini sangat menguntungkan sekali bagi APKI
dalam menyalurkan hasil penen berupa kelapa butiran dan olahan lanjutan lainnya untuk dipasarkan.
2. Tenaga kerja. Didukung oleh angkatan kerja sebanyak 11.670 angkatan kerja laporan angkatan kerja Kecamatan Kahayan Kuala bulan Oktober 2005. Dan
berdasarkan komposisi penduduk menurut mata pencaharian bahwa sebayak 9.720 orang adalah petani laporan kependudukan Kecamatan Kahayan Kuala
bulan Oktober 2005. Angkatan ini merupakan angkatan yang cukup besar dan merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam penguatan kapasitas
APKI yaitu dengan memanfaatkan modal sumber tenaga kerja dalam mendukung kinerja APKI dan regenerasi kepengurusan.
3. Modal. Akses terhadap sumber modal dana pada saat sekarang sangat terbatas. Pada akhirnya untuk memperoleh sumber dana diperoleh dari kesepakatan petani
dan pengurus APKI untuk menerima hasil penjualan produksi dari anggota ke pengurus APKI dengan memberikan tempo pembayaran sehingga APKI
mempunyai modal usaha yang dapat dibayar kepada anggota setelah barang hasil olahan petani terjual dan APKI sudah mendapatkan pembayaran dari pengusaha
olahan lanjutan yang membeli hasil produksi petani dengan demikian APKI secara modal dana sudah tidak ada masalah. Sebenarnya akses modal yang dapat
dimanfaatkan dalam mendukung kinerja APKI seperti : membangun jaringan kerjasama kemitraan dengan instansi terkait dalam memperoleh bantuan yaitu
dengan cara membuat proposal bantuan kepada pihak terkait yaitu Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Koperasi Perdagangan dan Industri, Perbankan.
Peluang untuk Pemasaran Domestik dan Ekspor
Pasar yang dapat dikembangkan untuk menjual hasil produksi kelapa dalam APKI adalah:
1. Pasar lokal, hasil panen petani berupa buah kelapa. Petani menjual di sekitar tempat tinggal petani yang dikenal dengan pasar lokal. Hal ini terjadi guna
memenuhi kebutuhan ekonomi petani dan kebutuhan bahan baku kelapa yang dibutuhkan petani di pasar lokal. Transaksi penjualan bersifat tradisional tidak
81 ada bukti pembayaran diterima petani karena pembeli membayar secara tunai.
Harga ditentukan sepihak dari pembeli. Keuntungan bagi petani dengan adanya pasar lokal ini petani tidak sulit mencari uang kontan untuk menutupi masalah-
masalah ekonomi yang dialami petani. 2. Pasar Internasional, wilayah penjualan hasil panen petani berupa produksi olahan
lanjutan kopra, minyak murni, nata de coco, briket, pemasarannya bisa sampai ke luar negeri.
Untuk mencukupi kebutuhan konsumen dalam negeri. Sistem penjualan sudah modern artinya petani mendapatkan uang hasil penjualan dengan tanda bukti
pembayaran. Perdagangan sudah melibatkan pengusaha besar, membutuhkan pegawai yang lebih banyak. Barang yang dijual sudah selektif mengikuti aturan
pengusaha dari sisi mutu hasil produksi. Hal ini dilakukan petani dengan tujuan memperoleh keuntungan lebih besar dan bukan untuk mencukupi kebutuhan
ekonomi keluarga petani sendiri. Namun sudah memikirkan ekonomi pegawai yang bekerja untuk memproduksi barang.
Oleh karena itu dengan adanya daya dukung dari potensi lokal dan pemasaran sangat membantu untuk penguatan kapasitas APKI sebagai wadah
berhimpunnya petani kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala yang dapat mendukung program pemberdayaan petani kelapa di Kecamatan ini khususnya program APKI.
Menurut teori di atas, kinerja APKI termasuk dalam dimensi kedua yaitu pertalian linkage, yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal, seperti
jejaring network dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan civic association yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik, dan agama.
Identifikasi Masalah
Dalam memberdayakan petani kelapa dalam APKI guna meningkatkan keberfungsian sosialnya, perlu dilakukan identifikasi kebutuhan yang berkaitan
dengan perlunya penguatan modal sosial dalam APKI. Dalam mengidentifikasi kebutuhan ini dilakukan pertemuan dengan anggota APKI serta tokoh masyarakat
dan instansi terkait dari desa dan Kecamatan dengan diskusi kelompok.
82 Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan petani kelapa telah
teridentifikasi perlunya penguatan modal sosial bagi pengembangan APKI dalam berhubungan dengan anggota petani kelapa dan instansi terkait yang meliputi hal
sebagai berikut:
Hubungan Trust atau Kepercayaan, Kerjasama dalam Memperluas Jaringan Pemasaran
Kebutuhan untuk meningkatkan kepercayaan anggota dan instansi terkait terhadap APKI di Kecamatan ini dikarenakan keterbatasan pola hubungan pengurus
APKI di Kecamatan ini dalam menjalankan aktifitas sosialnya dan mobilitasnya di masyarakat. Keterbatasan mobilitas APKI di masyarakat mengakibatkan anggota dan
masyarakat atau instansi terkait kurang percaya dengan keberadaan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala, hal ini terjadi karena pola hubungan yang ada masih
mengalami : a. Keterbatasan pengurus dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama petani.
Pertemuan rutin antar sesama anggota petani pada saat pengiriman bahan baku kelapa butiran di rumah ketua APKI belum dimanfaatkan oleh pengurus untuk
mentransfer informasi yang mampu merubah kondisi anggota dari pemasok bahan baku menjadi pengolah hasil kelapa lanjutan yang dapat menjadikan APKI
kuat dalam hal penyediaan barang olahan yang siap dikirim untuk dipasarkan sesuai dengan jumlah pesanan dari pengusaha diluar daerah.Pasokan barang dari
APKI kurang mampu memenuhi jumlah pesanan barang dari pengusaha terjadi karena sifat individual dalam pengelolaan usaha. Pengelolaan usaha bertumpu
pada ketua kelompok yang hanya ingin menguasai akses produksi sendiri tanpa melibatkan anggota petani. Anggota petani hanya diposisikan sebagai pemasok
bahan baku buah kelapa. Hal ini terjadi karena ketua APKI belum rela membagi hasil keuntungan penjualan hasil produksi kepada anggota petani. Akibatnya
APKI tidak mampu memenuhi pesanan pengusaha besar dalam partai besar. Akibatnya tidak saja anggota yang kurang percaya dengan kinerja APKI di
Kecamatan Kahayan Kuala tetapi juga masyarakat di lingkungan dan instansi terkait termasuk tokoh masyarakatnya
83 b. Keterbatasan kesempatan untuk mengadakan pertemuan dan bekerjasama dengan
tokoh masyarakat, dan organisasi lain yang ada di luar Kecamatan Kahayan Kuala yang dapat menambah informasi dan relasi bagi petani seperti melakukan
kegiatan untuk memperluas jaringan kerja. c. Kurangnya informasi dari APKI kepada petani untuk melanjutkan usaha yang
pernah dilakukan dan mengalami hambatan karena faktor pemasaran menjadikan petani kurang semangat bekerja dalam APKI karena pengurus kurang mampu
memperluas jaringan kerja. Akibatnya program kerja selalu hangat-hangat tahi ayam, awalnya saja semangat setelah itu berhenti di tengah jalan seperti yang
disampaikan oleh Bapak Jamal, sebagai berikut: ” Sejak dulu apabila ada program bagi petani kelapa dari pemerintah,
sudah pasti ketua APKI yang memperoleh proyek tetapi setelah itu ya tidak berkelanjutan, sebelum proyek pengolahan VCO, sudah ada proyek
pengolahan sabut menjadi keset, bahan jok mobil dan katanya penjualanya sudah ada dari luar seperti singgapore dan china tetapi kenyataanya juga
berhenti, tetapi anehnya ketika ketua APKI ditawarkan untuk diganti petani tidak ada yang siap mengganti, akhirnya ya seperti ini, sebenarnya tidak
diganti orangnya tidak apa yang penting ada kontrol dari semua instansi terkait yang benar-benar memperjuangkan nasib anggota dalam APKI kalau
tidak ada yaa seperti ini, program hanya hangat-hangat tahi ayam membuat anggota malas bekerja sama dan kurang percaya dengan kepangurusan
APKI di Kecamatan Kahayan Kuala”
Upaya yang ditempuh oleh anggota untuk memperkuat Trust dan kerjasama dengan instansi terkait untuk memperluas jaringan pemasaran usaha dalam APKI,
dengan cara menanyakan kepada ketua APKI bagaimana agar usaha dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan gagasan pelaksana program dari Dinas Perkebunan dan
Perdagangan Industri dan Koperasi. Mengapa ketua APKI tidak bisa bekerjasama dengan instansi terkait dimana sebenarnya petani kelapa yang tergabung dalam APKI
sepakat menerima untuk memproduksi VCO dan Dinas yang memasarkan meskipun harga murah tetapi yang penting sudah untung bagi petani dan petani mampu bekerja
bersama-sama sanak saudara untuk mengolah kelapa menjadi VCO, sehingga hal ini mampu memperluas kesempatan kerja, bagi petani yang utama adalah bekerja
daripada menjual kelapa dalam bentuk buah butiran saja tanpa diolah.
84 Berdasarkan pola hubungan tersebut di atas, menunjukan bahwa
permasalahan yang dirasakan petani yang ada dalam wadah APKI bersifat kompleks meliputi lemahnya kepercayaan dan kerjasama yang dapat memperluas pasar bagi
usaha petani dalam APKI di Kecamatan ini. Lemahnya kepercayaan dan kerjasama ini terjadi antara petani dengan pengurus dan instansi terkait.
Bertitik tolak dari kebutuhan yang diidentifikasikan tersebut, dengan melalui diskusi kelompok dirumuskan kembali kebutuhan yang paling dirasakan peserta,
sehingga dapat teridentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang kesemuanya bermuara pada masih lemahnya kemampuan petani dalam APKI dalam mengembangkan usaha dan
meningkatkan keberfungsianya dalam masyarakat. Diagram alir berikut menggambarkan hubungan masalah, penyebab dan akibatnya
guna memperkuat kelembagaan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala
Gambar 10 : Hubungan Masalah, Sebab, dan Akibat dalam Penngembangan Modal Sosial APKI Penyebab
Kebutuhan APKI untuk menguatkan Modal Sosial
Kesulitan mengaktifkan kinerja APKI
Produk yang dihasilkan terbatas
Produk belum bisa memenuhi pasar
Lemahnya modal sosial
Trust kepercayaan
anggota lemah Kerjasama antar
anggota, pengurus dan instansi terkait
kurang Jaringan untuk
memperluas pasar terbatas
Akibat
Masalah
85 Dari gambar di atas terlihat bahwa permasalahan yang ada yaitu perlunya
peningkatan kemampuan modal sosial APKI di Kecamatan Kahayan Kuala karena masih terbatasnya kepercayaan dan kerjasama anggota dan pengurus dengan instansi
terkait guna mengembangkan usaha dan memperluas jaringan pasar. Kurangnya kepercayaan dan kerjasama antar sesama anggota dan pengurus dengan instansi
terkait menyebabkan petani kelapa dalam APKI mempunyai keterbatasan dalam merubah posisi petani yang selalu diposisikan oleh pengurus dan pengusaha sebagai
pemasok bahan baku saja, harapan petani untuk dapat mengolah dan merubah posisinya agar menjadi produsen atau pengusaha dengan cara bekerja mengolah
kelapa menjadi produk yang diperlukan pasar belum tercapai. Dari analisis di atas, membuktikan bahwa perlunya penguatan kelembagaan
APKI guna menguatkan anggotanya karena APKI dapat kuat apabila kepercayaan dan kerjasama sebagai modal sosial dalam mengembangkan usaha APKI dapat
terwujud. Untuk itu guna memberdayakan APKI perlu dukungan dari anggota, pengurus dan tokoh masyarakat, Dinas Perkebunan, Perdagangan dan Industri baik
tingkat Kecamatan sampai tingkat pusat karena APKI adalah wadah petani yang sudah diakui keberadaanya sampai tingkat pusat.
Identifikasi Kebutuhan
APKI di Kecamatan Kahayan Kuala anggotanya menginginkan untuk meningkatkan penghasilan mereka melalui peningkatan hasil usaha dan pemasaran.
Untuk itu mereka membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk membantu mewujudkan kebutuhan tersebut. Permasalahannya APKI belum mampu bekerja
seperti yang diharapkan oleh anggotanya sehingga belum terbentuk kepercayaan anggota dengan APKI sehingga kerjasama diantara sesama anggota dan pengurus
serta instansi terkait masih diperlukan adanya suatu kegiatan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diantara mereka dengan instansi terkait berupa aktivitas kerja APKI
yang melibatkan anggota dan instansi terkait secara terbuka dan partisipatif. Gambaran tersebut menunjukan bahwa pada dasarnya kebutuhan yang
dirasakan oleh para petani yang tergabung dalam APKI adalah peningkatan usaha yang dapat menumbuhkan kepercayaan diantara mereka dan menghasilkan
86 kerjasama dengan instansi terkait yang dapat memperluas jaringan pasar.
Peningkatan kerjasama untuk mendefinisikan kebutuhan dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan yang sebenarnya dirasakan oleh para petani sebagai anggota
APKI. Hal ini akan mempermudah dalam penyusunan program penanganan masalah yang disusun secara partisipatif.
Peningkatan usaha dengan memperluas jaringan kerjasama dengan instansi terkait akan mempermudah bagi para petani sebagai anggota APKI dalam
memperluas jaringan pasar baik pasar dalam negeri sampai keluar seperti yang telah dilakukan oleh APKI pada tahun 2000 dapat bekerjasama dengan pengusaha dari luar
seperti China guna mengekspor sabut tetapi sayang karena bobot dan ukuran barang yang dihasilkan kurang sesuai dengan pesanan hal ini tidak bisa berkelanjutan.
Dengan adanya kesadaran para petani untuk mengatasi masalahnya secara bersama- sama dalam APKI perlu terus ditingkatkan, sehingga APKI dapat menjadi salah satu
sumber yang paling dekat dengan petani untuk mengatasi masalahnya. Kerjasama antara anggota dan pengurus serta instansi terkait dapat
menumbuhkan kepercayaan yang selama ini diragukan oleh anggota dan masyarakat petani sehingga dengan adanya kerjasama dengan instansi terkait dapat mencegah
monopoli dalam pengelolaan program dan monopoli dalam penjualan hasil produksi.
Analisis Tujuan, Alternatif Kegiatan dan Pihak Terkait
Analisis Tujuan
Dari permasalahan di atas, selanjutnya disusun analisis tujuan, yang dimaksudkan merancang tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh petani kelapa
dalam APKI dengan masyarakat dalam mengatasi permasalahan yang dirasakan. Dari analisis tersebut, APKI ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak
masyarakat untuk mengoptimalkan keberfungsian sosialnya. Analisis tujuan dimaksud dapat dilihat pada gambar alir berikut:
87
Gambar 11 : Analisis Pola Hubungan Tujuan dalam Rangka Peningkatan Modal Sosial dalam APKI
Analisis Alternatif Kegiatan
Tahap ini dilakukan setelah masyarakat petani kelapa menentukan sendiri apa permasalahan yang sedang terjadi dan dirasakan, potensi-potensi apa yang
dimiliki dan kebutuhan-kebutuhan apa yang sangat mendesak. Diawali dengan penyampaian rumusan masalah serta analisis tujuan terdahulu yang disepakati oleh
petani. Setelah prioritas masalah dihasilkan, kemudian peserta pertemuan menentukan alternatif pemecahannya. Dari analisis tujuan yang menghasilkan
rancangan tindakan dalam peningkatan modal sosial dalam memberdayakan petani melalui penguatan kelembagaan APKI dapat dilihat dalam tabel berikut:
Meningkatnya kerjasama APKI Terciptanya kerjasama sesama
anggota dan pengurus dengan intansi terkait
Meningkatkan kepercayaan Sesama anggota dan pengurus
APKI dengan melibatkan anggota dalam setiap kegiatan APKI
Memperluas pemasaran Produk dijual di dalam dan luar
negeri
Terbentuknya kerjasaam APKI
menghasilkan produk
Meningkatkan kemampuan usaha
dan jaringan usaha sosial APKI
Meningkatkan modal sosial
APKI
88 Tabel 17 : Matrik Alternatif Kegiatan dalam Meningkatkan Pola Hubungan Modal
Sosial guna Menguatkan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006
No Alternatif Kegiatan
Hasil yang diharapkan
Dampak terhadap APKI dan Petani
Asumsi
1 Meningkatkan Kepercayaan
Dengan meningkatkan
keeratan dan ikatan sesama petani
,pengurus dan instansi dengan
mengadakan forum rembug petani
dalam APKI Terjalinya komunikasi
antar anggota, pengurus dan instansi
guna memperoleh dukungan untuk
keberlenjutan APKI Terjalin hubungan yang
baik antar anggota dan pengurus serta instansi
terkaitaparat desa,Kecamatan,
Tokoh masyarakat dan Dinas terkait
Memperkuat APKI
-Memperkuat jaringan APKI
2 Meningkatkan Kerjasama ekonomi,
pemasaran Terjalinya kerjasama
dengan berbagai pihak guna memperluas
jaringan kerja dan pemasaran
Tetap eksis dalam berproduksi karena
pemasaran meluas baik dalam maupun luar negri
Meningkatkan jaringan
ekonomi,sosial Meningkatkan
kemampuan petani kelapa
dalam APKI dalam melakukan
aktivitas usaha
3 Memperluas jaringan dengan
menjalin komunikasi dengan
Dinas Perkebunan, Koperasi
perdagangan dan Industri
Hasil olahan atau produksi petani dapat
dipasarkan atas bantuan dinas terkait
Mendapat dukungan dalam menjalankan usaha
produksi olahan lanjutan kelapa baik dukungan
spirituil maupun materiil Menambah
kepercayan diri dalam berusaha
dan pendapatan meningkat
Akses permodalan
meningkat
Sumber : Hasil observasi, wawancara, dan pengumpulan data bulan Juli 2006
Analisis Pola Hubungan Pihak Terkait
Pola hubungan ini perlu dilakukan karena selama ini petani hanya terdaftar dalam keanggotaan APKI tetapi APKI belum mampu berperan seperti yang
diharapkan oleh petani dalam mengatasi permasalahan-permasalah yang dihadapi. Melalui penguatan pola hubungan APKI dalam hal pengembangan modal sosial yang
dimiliki petani, diharapkan mampu mengaktifkan kembali APKI dan mampu menjadi wadah dengan tujuan yang sebenarnya meningkatkan posisi tawar petani.
89 Tanpa kegiatan pola hubungan yang didukung oleh seluruh instansi secara
partisipatif mustahil APKI mampu berperan sebagai wadah yang kuat bagi petani. Untuk itu perlu melakukan analisis stakeholder. Analisis ini diperlukan mengingat
untuk mengembangkan usaha dalam APKI yang mandiri bagi petani kelapa merupakan upaya pengembangan ”multi stakeholder”. Artinya selain tergantung
pada petani kelapa itu sendiri juga perlu keterlibatan pihak lain yang terkait dan berkepentingan, mengingat lemahnya aspek-aspek yang melingkupinya. Keterkaitan
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 18 : Pola Hubungan antara APKI dengan Pengurus, Anggota dan Instansi
Terkait dalam Memberdayakan Usaha Petani Kelapa Tahun 2006
No Peran
Kekuatan Keterbatasan Upaya Peningkatan Pola
Hubungan
1 Anggota APKI
Adanya Pemahaman akan persoalan dan kebutuhan
yang sama Penguatan Modal Sosial
APKI
2 Pengurus APKI Keterbatasan Pengurus APKI
belum optimal bekerja, Rencana Program Kerja tidak
berkelanjutan Pola hubungan dengan
Menyusun program Kerja yang berkelanjutan dengan
bekerjasama dengan instansi terkait secara partisipatif
Sumber : Hasil observasi, wawancara, dan pengumpulan data bulan Juli 2006
Tanpa kegiatan yang didukung oleh seluruh instansi secara partisipatif mustahil APKI mampu berperan sebagai wadah yang kuat bagi petani. Untuk itu
perlu melakukan analisis stakeholder. Analisis ini diperlukan mengingat untuk mengembangkan usaha dalam APKI yang mandiri bagi petani kelapa merupakan
upaya pengembangan ”multi stakeholder”. Artinya selain tergantung pada petani kelapa itu sendiri juga perlu keterlibatan pihak lain yang terkait dan berkepentingan,
mengingat lemahnya aspek-aspek yang melingkupinya. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini
90 Tabel 19 : Pola Hubungan antara APKI dengan Instansi Terkait dalam
Memberdayakan Petani di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006
NO Peran Kekuatan Keterbatasan
Upaya Peningkatan Pola Hubungan
1 Aparat Desa,
Kecamatan Memiliki power dalam
mendukung program APKI Ikut terlibat dalam kegiatan
pengembangan masyarakat. Mengadakan pertemuan
untuk membahas pemberdayaan petani dalam
APKI
Terbatasnya anggaran yang ada, kontrol terhadap program
APKI
2 Tokoh masyarakatKetua
agama, ketua Rw, Rt, tokoh
informal Dipatuhi masyarakat,
memiliki kemauan untuk berpartisipasi, suka gotong
royong. Menggerakan Partisipasi
Masyarakat
3 Penyuluh, Dinas
Perkebunan, Perdagangan,
Koperasi,Industri. Mempunyai kewajiban
menyuluh Dan program pengembangan
Petani Kerjasama
Dalam Program disesuaikan dengan kebutuhan petani
dan dapat berkelanjutan
Terbatas dana,
saranaprasarana Guna meningkatkan
Kinerja APKI
Sumber : Hasil observasi, wawancara, dan pengumpulan data bulan Juli 2006
IX. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN APKI