BAB I PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK DENGAN METODE KONVENSIONAL
BAB I
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK
DENGAN METODE KONVENSIONAL
Dalam akuntansi biaya, perhitungan harga pokok dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi, sedangkan harga pokok produksi
per unit ditentukan dengan membagi seluruh total biaya produksi dengan
volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan. Cara
seperti ini yang harus digunakan apabila berhubungan dengan prinsip
akuntansi, mempengaruhi baik jumlah harga pokok produk maupun cara
penyajiannya dalam
laporan rugi laba. Bagi manajemen, punya kebebasan
untuk tidak mengikuti prinsip akuntansi dalam hal tertentu, cara yang
disebut Full Costing tersebut seringkali tidak banyak membantu. Oleh
karena itu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan biaya produksi dikenal dengan pendekatan Variable Costing .
VARIABEL COSTING
Variable Costing
adalah suatu metode penentuan harga pokok
( dan
pengaruhnya
pada penyajian laporan rugi laba ) dimana hanya biaya
produksi variabel saja dibebeakan sebagai
bagian dari harga pokok
produksi. Metode ini
disebut
Variable
Costing
dengan alasan bahwa
biaya yang dibebankan kepada produk hanya biaya yang berhubungan langsung
dengan produk
saja. Dengan pengertian tersebut, maka yang disebut harga
pokok produksi adalah penjumlahan dari biaya bahan variabel, biaya upah
variabel dan biaya overhead variabel tampak sebagai berikut:
Biaya bahan variabel
Biaya upah variabel
Biaya overhead variabel
Harga pokok produksi
Rp xxx
xxx
xxx
----------Rp xxx
(+)
Dengan cara seperti tersebut, maka dalam metode
biaya overhead tetap bukan merupakan bagian dari produksi
berpengaruh pada penyajian laporan rugi laba. Dalam
Costing laporan rugi laba akan disajikan sebagai berikut
Variable Costing
dan hal ini akan
metode Variable
:
Akuntansi Manajemen hal.
1
LAPORAN RUGI LABA DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING
Penjualan
Biaya Variabel :
Harga Pokok Penjualan Variabel
Biaya Operasi Variabel
A
R
S
----- +
Total Biaya Variabel
Laba Kontribusi (Contribution Margin)
Biaya Tetap (Period Cost) :
Biaya Produksi Tetap
Biaya Operasi Tetap
T
----- U
V
W
----- +
Total Biaya Tetap
X
----- Y
Laba Bersih
Laporan Harga Pokok Penjualan :
Persediaan Barang Awal
Harga Pokok Produksi Variabel:
Persediaan bahan awal
Pembelian bahan 19x0
B
C
D
--- +
E
F
--- G
Bahan siap digunakan
Persediaan bahan akhir
Bahan digunakan dalam produksi
Upah variabel
Overhead Variabel
Biaya Konversi Variabel
Biaya produksi 19x0
Persediaan barang dalam proses awal
Biaya Produksi Total
Persediaan barang dalam proses
akhir
Harga Pokok Produksi
Barang jadi siap dijual
Persediaan barang jadi akhir
Harga pokok penjualan variabel
H
I
--- +
J
--- +
K
L
--- M
N
--- O
--- +
P
Q
--- R
Akuntansi Manajemen hal.
2
Metode Variable Costing mempunyai perbedaan dengan
penuh (Full Costing) dalam hal:
metode harga pokok
1.Penentuan harga pokok produksi
2.Penyajian dalam laporan rugi laba
1.Penentuan harga pokok produksi
Metode Full Costing : Menggunakan pendekatan FUNGSI
Yaitu : pembebanan biaya didasarkan pada Fungsi perusahaan sehingga apa
yang
disebut
biaya produksi baik langsung maupun tidak langsung,tetap
maupun variabel.
Biaya operasi adalah : Seluruh biaya untuk menawarkan dan menjual produk
setelah keluar dari fungsi produksi, meliputi biaya operasi tetap dan
variabel atau bisa dikelompokkan menjadi fungsi lebih terinci, seperti
fungsi administrasi, fungsi penjualan dsb.
Metode Variable Costing : Menggunakan pendekatan Tingkah Laku
Artinya,perhitungan
harga pokok dan penyajian laporan laba rugi
didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya
produksi dibebani biaya
variabel saja,dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi. Pendekatan
ini
digunakan karena dianggap produksi yang berubah-ubah saja layak
dibebankan,agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembebanan.
Demikian pula pada Biaya Operasi. Biaya Operasi dipisahkan dengan
biaya
operasi tetap, karena
biaya operasi variabel berubah sesuai dengan
perubahan operasi perusahaan, sedangkan biaya operasi tetap tidak
dipengaruhi oleh operasi perusahaan.
Dengan perbedaan pendekatan tersebut, maka penyajian laporan laba
rugi
menurut kedua metode berbeda. Metode Harga Pokok Penuh, laporan
laba rugi disajikan berdasar fungsi,sedangkan laporan laba rugi menurut
metode Variable Costing disajikan berdasar tingkah laku.
2. Penyajian dalam Laporan Laba Rugi.
Pada Variable Costing ada item Contribution Margin (Laba Kontribusi)
yaitu selisih Penjualan dengan biaya-biaya variabel, sedangkan pada Full
Costing tidak ada.
MANFAAT VARIABLE
COSTING BAGI MANAJEMEN:
1. Variable Costing sebagai Alat Perencanaan Laba
Perencanaan Laba atau perencanaan operasi
adalah
rencana dari
manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi dimasa yang
akan
datang untuk mencapai tujuan perusahaan yang dibagi dalam dua jenis
rencana, yaitu rencana jangka pendek dan jangka panjang. Variable Costing
bermanfaat dalam pembuatan rencana jangka pendek dengan memisahkan biaya
variabel dan tetap dalam laporan rugi laba, sehingga akan diketahui
Contribution Margin. Dengan kedua hal itu maka manajemen bisa merencanakan
berapa laba yang akan diperoleh.
2. Variable Costing sebagai Petunjuk Penentuan Harga Jual
Akuntansi Manajemen hal.
3
Informasi Contribution
Margin
dari Variable Costing sangat
membantu
dalam
menentukan
harga
jual
yang
kompetitive,
karena
Contribution Margin menunjukkan berapa kelebihan hasil penjualan dari
biaya variabel, bisa diperhitungkan dengan mengalikan contribution
margin/unit dengan jumlah
penjualan.sedang biaya tetap akan tetap
jumlahnya, oleh karena
itu tertutup atau tidaknya tergantung jumlah CM
yang didapat. Selisih antara CM dengan biaya tetap merupakan laba.
3. Variable Costing untuk Pengambilan Keputusan Manajemen
Manajemen sering
dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif
dimana alternatif-alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar
kecilnya laba perusahaan. seperti masalah memasuki pasar-pasar baru,
perluasan usaha,memenuhi atau tidak pesanan khusus,membuat
sendiri atau
memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu. Masalah ini dapat
dipecahkan dengan pertolongan analisis CM.
ILLUSTRASI
"PT. HAPPY" menggunakan biaya standar dalam menentukan besarnya biaya
produksi. Equipment dari "PT. HAPPY" mempunyai kapasitas normal 150.000
unit atau 300.000 jam kerja langsung.
Biaya standar per unit produksi adalah :
biaya bahan baku
Rp. 80,Biaya tenaga kerja langsung
Rp.120,- (2 jam kerja langsung)
Biaya Overhead Pabrik
Rp. 80,---------- +
Biaya Produksi Variabel
Rp.280,- per unit
Biaya Overhead Pabrik tetap
Rp. 6.000.000,- pertahun
Biaya Adm. dan pemasaran Variabel
Rp. 56,-per unit, sedangkan
yang tetap Rp. 3.600.000,Biaya Adm. dan Pemasaran tetap diperhitungkan pertahun
Harga Jual perunit Rp. 480,Pajak penghasilan 10%
Data penjualan dan produksi tahun 1981 sebagai berikut:
Penjualan
160.000 unit
Produksi
140.000 unit
Persediaan awal
25.000 unit
Selisih tidak menguntungkan :
- selisih efisiensi tenaga kerja Rp. 270.000,- selisih pengawasan (variabel) Rp. 184.000,Selisih menguntungkan :
- selisih harga bahan baku
Rp. 176.000,(Seluruh selisih dibebankan ke harga pokok penjualan)
Diminta:
Akuntansi Manajemen hal.
4
1. Buat laporan laba/rugi absorption costing dan Variable costing.
2. Perbedaan laba antara Variable costing dengan absorption costing
dan hal apa yang membedakan (tunjukkan dengan perhitungan).
Penyelesaian:
Rp. 6.000.000,BOP tetap = --------------150.000 unit
Selisih BOP =
=
=
BOP tetap total
Rp. 6.000.000,Rp. 400.000,-
=
-
Rp. 40,Biaya tetap dibebankan
(40 x 140.000)
==================================================================
PT. HAPPY
Laporan Laba - Rugi
Variable Costing
==================================================================
Penjualan
Rp. 76.800.000,Harga pokok penjualan :
Bahan baku
Rp. 11.200.000,Upah langsung
Rp. 16.800.000,BOP (variabel)
Rp. 11.200.000,-----------------Rp. 39.200.000,Persedian 1 Januari
Rp. 7.000.000,Persediaan 31 Desember
(Rp. 1.400.000,-)
-----------------Harga pokok produksi standar
Rp. 44.800.000,Slsh eff. tdk Menguntungkan
Rp.
270.000,Slsh pengwsn tdk Menguntungkan Rp.
184.000,Slsh hrg bhn menguntungkan
(Rp.
176.000,-)
-----------------Harga pokok penjualan
Rp. 45.078.000,Biaya adm dan pmsrn (variabel)
Rp. 8.960.000,----------------Jumlah biaya variabel
Rp. 54.038.000,----------------Contribusi margin
Rp. 22.762.000,Biaya tetap:
Biaya overhed pabrik tetap
Rp. 6.000.000,Biaya adm. dan pemasaran
Rp. 3.600.000,-----------------Rp. 9.600.000,----------------Laba bersih
Rp. 13.162.000,Pajak (10%)
(Rp. 1.316.200,-)
----------------Rp. 11.845.800,==================================================================
PT. HAPPY
Akuntansi Manajemen hal.
5
Laporan laba - rugi
Full Costing
==================================================================
Penjualan
Harga pokok penjualan :
- Bahan baku
(140.000 x Rp.80,-)
- Upah langsung
(140.000 x Rp.120,-)
- BOP Variabel
(140.000 x Rp.80,-)
BOP tetap
(140.000 x Rp.40,-)
Rp. 76.800.000,Rp. 11.200.000,Rp. 16.800.000,Rp. 11.200.000,Rp. 5.600.000,----------------- +
Rp. 44.800.000,-
Persediaan 1 Jan stndr
Rp. 8.000.000,(25.000 x Rp.320,-)
Persediaan 31 des
(Rp. 1.600.000,-)
(5.000 x Rp.320,-)
-----------------Hrg pkk penjualan stndr
Rp. 51.200.000,ditmbh slsh tdk menguntungkan:
slsh efisiensi tenaga kerja
Rp.
270.000,selisih pengawasan
Rp.
184.000,selisih volume
Rp.
400.000,----------------Rp.
854.000,dikurangi slsh menguntungkan (Rp.
176.000,-)
Rp.
678.000,----------------Rp. 24.922.000,Laba kotor
Biaya operasi :
Biaya adm dan pmsrn (variabel) Rp. 8.960.000,Biaya adm dan pmsrn (tetap)
Rp. 3.600.000,----------------Rp. 12.560.000,----------------Laba bersih
Rp. 12.362.000,Pajak (10%)
(Rp. 1.236.200,-)
-----------------Rp. 11.126.800,===================================================================
2. Perbedaan laba antara Variable costing dengan absoption costing :
Variable Costing
Rp. 13.162.000,Absorption costing
Rp. 12.362.000,---------------Selisih
Rp.
800.000,Perbedaan (selisih) ini terjadi dikarenakan hal-hal sebagai
berikut :
Akuntansi Manajemen hal.
6
a. Persediaan awal absoption costing
Persediaan awal Variable costing
Selisih
b. Persediaan akhir absorption costing
Persediaan akhir Variable costing
selisih
Rp. 8.000.000,Rp. 7.000.000,---------------Rp. 1.000.000,Rp. 1.600.000,Rp. 1.400.000,---------------Rp.
200.000,-
Sehingga perbedaan laba antara kedua metode ini adalah :
Rp. 1.000.000,- - Rp. 200.000,- = Rp. 800.000,-
CONTOH-CONTOH KASUS.
KASUS
1
Perusahaan LUWES adalah sebuah perusahaan yang memproduksi jas
Akuntansi Manajemen hal.
7
hujan khusus wanita, dengan harga jual per unit Rp 6.000,00. Perusahaan ini mempunyai tenaga kerja dan mesin yang mampu berproduksi
1.000 unit setiap kuartal. Biaya produksi rata-rata per kuartal
adalah Rp 3.000.000,00 yang terdiri dari 60% adalah biaya produksi
variabel dan 40% adalah biaya produksi tetap.
Laporan rugi-laba selama tiga kuartal (setahun) yaitu tahun
1980 yang disajikan secara full costing (absorption costing) adalah sebagai berikut:
Perkiraan
Kuartal 1(Rp)
Kuartal 2(Rp)
Kuartal 3(Rp)
Penjualan
3.000.000,00
1.200.000,00
12.000.000,00
Harga pkk penjualan:
Persediaan awal
Harga pokok produksi
Prod. tersedia dijual
Persediaan akhir
Harga pokok penjualan
3.000.000,00
3.000.000,00
1.500.000,00
1.500.000,00
1.500.000,00
3.000.000,00
4.500.000,00
3.900.000,00
600.000,00
3.900.000,00
3.000.000,00
6.900.000,00
900.000,00
6.000.000,00
Laba kotor
1.500.000,00
600.000,00
6.000.000,00
a. Dari data-data tersebut di atas saudara diminta untuk merubah
laporan rugi-laba dengan menggunakan variabel costing.
b. Apabila ada perbedaan laba-rugi antara kedua metode yaitu variabel costing dan full costing, terangkan sebab-sebab perbedaan tersebut!
KASUS
2
Dalam tahun 1997 PT. ALABIU mempunyai kapasitas normal 5000
unit. Jumlah produk yang dihasilkan pada tahun 1997 adalah 5000
unit dan seluruhnya terjual dengan harga jual per unit Rp. 400,-.
Biaya-biaya yang terjadi adalah sebagai berikut :
Biaya produksi tetap
Rp. 250.000,Biaya produksi variabel per unit
Rp.
100,Biaya non produksi tetap
Rp.
62.500,Biaya non produksi variabel/ unit
Rp.
20,Dalam tahun 1998 manajemen PT. ALABIU memperkirakan :
Biaya produksi variabel naik 25% / unit, Biaya non produksi variabel naik Rp. 5,- per unit, Biaya non produksi tetap tidak ada
perubahan, Biaya produksi tetap naik Rp. 62.500, Volume penjualan
dan produksi tdk ada perubahan dengan Harga jual per unit naik 25%.
Diminta :
a. Berapakah besarnya laba bersih tahun 1997 dan 1998 dengan menggunakan
metode Absorption costing ? sertakan perhitungan anda !
b. Berapakah besarnya laba bersih tahun 1997 dan 1998 dengan menggunakan
metode variabel costing ? sertakan perhitungan anda !
Akuntansi Manajemen hal.
8
KASUS 3
PT ESKANEE adalah
perusahaan yang membuat kue , perusahaan ini
memerlukan data sebagai berikut :
4 ons bahan baku untuk membuat satu bungkus roti (1 unit produk).
2 jam tenaga kerja untuk menyelesaikan 1 unit produk.
Biaya standar menunjukkan harga bahan baku per ons Rp. 100,Upah buruh per jam tenaga kerja langsung Rp. 225,biaya overhead tetap Rp. 6.600.000,- / tahun.
BOP variabel Rp. 100,- per jam karja langsung.
Data-data lain pada tahun 1998 menunjukkan:
Selisih pengawasan tidak menguntungkan Rp. 835.000,Selisih menguntungkan Rp. 550.000,Persediaan barang jadi : awal ( 1 jan uari ) 1000 unit dan akhir ( 31
Desember ) 1500 unit
Bahan baku yang sesungguhnya dipakai dalam proses 26.400 kg.
Produk jadi yang dipindahkan ke gudang adalah 66.000 unit.
Diminta :
Buatlah laporan Harga Pokok Penjualan dengan metode absorption dan direct
costing !
Akuntansi Manajemen hal.
9
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK
DENGAN METODE KONVENSIONAL
Dalam akuntansi biaya, perhitungan harga pokok dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi, sedangkan harga pokok produksi
per unit ditentukan dengan membagi seluruh total biaya produksi dengan
volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan. Cara
seperti ini yang harus digunakan apabila berhubungan dengan prinsip
akuntansi, mempengaruhi baik jumlah harga pokok produk maupun cara
penyajiannya dalam
laporan rugi laba. Bagi manajemen, punya kebebasan
untuk tidak mengikuti prinsip akuntansi dalam hal tertentu, cara yang
disebut Full Costing tersebut seringkali tidak banyak membantu. Oleh
karena itu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan biaya produksi dikenal dengan pendekatan Variable Costing .
VARIABEL COSTING
Variable Costing
adalah suatu metode penentuan harga pokok
( dan
pengaruhnya
pada penyajian laporan rugi laba ) dimana hanya biaya
produksi variabel saja dibebeakan sebagai
bagian dari harga pokok
produksi. Metode ini
disebut
Variable
Costing
dengan alasan bahwa
biaya yang dibebankan kepada produk hanya biaya yang berhubungan langsung
dengan produk
saja. Dengan pengertian tersebut, maka yang disebut harga
pokok produksi adalah penjumlahan dari biaya bahan variabel, biaya upah
variabel dan biaya overhead variabel tampak sebagai berikut:
Biaya bahan variabel
Biaya upah variabel
Biaya overhead variabel
Harga pokok produksi
Rp xxx
xxx
xxx
----------Rp xxx
(+)
Dengan cara seperti tersebut, maka dalam metode
biaya overhead tetap bukan merupakan bagian dari produksi
berpengaruh pada penyajian laporan rugi laba. Dalam
Costing laporan rugi laba akan disajikan sebagai berikut
Variable Costing
dan hal ini akan
metode Variable
:
Akuntansi Manajemen hal.
1
LAPORAN RUGI LABA DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING
Penjualan
Biaya Variabel :
Harga Pokok Penjualan Variabel
Biaya Operasi Variabel
A
R
S
----- +
Total Biaya Variabel
Laba Kontribusi (Contribution Margin)
Biaya Tetap (Period Cost) :
Biaya Produksi Tetap
Biaya Operasi Tetap
T
----- U
V
W
----- +
Total Biaya Tetap
X
----- Y
Laba Bersih
Laporan Harga Pokok Penjualan :
Persediaan Barang Awal
Harga Pokok Produksi Variabel:
Persediaan bahan awal
Pembelian bahan 19x0
B
C
D
--- +
E
F
--- G
Bahan siap digunakan
Persediaan bahan akhir
Bahan digunakan dalam produksi
Upah variabel
Overhead Variabel
Biaya Konversi Variabel
Biaya produksi 19x0
Persediaan barang dalam proses awal
Biaya Produksi Total
Persediaan barang dalam proses
akhir
Harga Pokok Produksi
Barang jadi siap dijual
Persediaan barang jadi akhir
Harga pokok penjualan variabel
H
I
--- +
J
--- +
K
L
--- M
N
--- O
--- +
P
Q
--- R
Akuntansi Manajemen hal.
2
Metode Variable Costing mempunyai perbedaan dengan
penuh (Full Costing) dalam hal:
metode harga pokok
1.Penentuan harga pokok produksi
2.Penyajian dalam laporan rugi laba
1.Penentuan harga pokok produksi
Metode Full Costing : Menggunakan pendekatan FUNGSI
Yaitu : pembebanan biaya didasarkan pada Fungsi perusahaan sehingga apa
yang
disebut
biaya produksi baik langsung maupun tidak langsung,tetap
maupun variabel.
Biaya operasi adalah : Seluruh biaya untuk menawarkan dan menjual produk
setelah keluar dari fungsi produksi, meliputi biaya operasi tetap dan
variabel atau bisa dikelompokkan menjadi fungsi lebih terinci, seperti
fungsi administrasi, fungsi penjualan dsb.
Metode Variable Costing : Menggunakan pendekatan Tingkah Laku
Artinya,perhitungan
harga pokok dan penyajian laporan laba rugi
didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya
produksi dibebani biaya
variabel saja,dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi. Pendekatan
ini
digunakan karena dianggap produksi yang berubah-ubah saja layak
dibebankan,agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembebanan.
Demikian pula pada Biaya Operasi. Biaya Operasi dipisahkan dengan
biaya
operasi tetap, karena
biaya operasi variabel berubah sesuai dengan
perubahan operasi perusahaan, sedangkan biaya operasi tetap tidak
dipengaruhi oleh operasi perusahaan.
Dengan perbedaan pendekatan tersebut, maka penyajian laporan laba
rugi
menurut kedua metode berbeda. Metode Harga Pokok Penuh, laporan
laba rugi disajikan berdasar fungsi,sedangkan laporan laba rugi menurut
metode Variable Costing disajikan berdasar tingkah laku.
2. Penyajian dalam Laporan Laba Rugi.
Pada Variable Costing ada item Contribution Margin (Laba Kontribusi)
yaitu selisih Penjualan dengan biaya-biaya variabel, sedangkan pada Full
Costing tidak ada.
MANFAAT VARIABLE
COSTING BAGI MANAJEMEN:
1. Variable Costing sebagai Alat Perencanaan Laba
Perencanaan Laba atau perencanaan operasi
adalah
rencana dari
manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi dimasa yang
akan
datang untuk mencapai tujuan perusahaan yang dibagi dalam dua jenis
rencana, yaitu rencana jangka pendek dan jangka panjang. Variable Costing
bermanfaat dalam pembuatan rencana jangka pendek dengan memisahkan biaya
variabel dan tetap dalam laporan rugi laba, sehingga akan diketahui
Contribution Margin. Dengan kedua hal itu maka manajemen bisa merencanakan
berapa laba yang akan diperoleh.
2. Variable Costing sebagai Petunjuk Penentuan Harga Jual
Akuntansi Manajemen hal.
3
Informasi Contribution
Margin
dari Variable Costing sangat
membantu
dalam
menentukan
harga
jual
yang
kompetitive,
karena
Contribution Margin menunjukkan berapa kelebihan hasil penjualan dari
biaya variabel, bisa diperhitungkan dengan mengalikan contribution
margin/unit dengan jumlah
penjualan.sedang biaya tetap akan tetap
jumlahnya, oleh karena
itu tertutup atau tidaknya tergantung jumlah CM
yang didapat. Selisih antara CM dengan biaya tetap merupakan laba.
3. Variable Costing untuk Pengambilan Keputusan Manajemen
Manajemen sering
dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif
dimana alternatif-alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar
kecilnya laba perusahaan. seperti masalah memasuki pasar-pasar baru,
perluasan usaha,memenuhi atau tidak pesanan khusus,membuat
sendiri atau
memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu. Masalah ini dapat
dipecahkan dengan pertolongan analisis CM.
ILLUSTRASI
"PT. HAPPY" menggunakan biaya standar dalam menentukan besarnya biaya
produksi. Equipment dari "PT. HAPPY" mempunyai kapasitas normal 150.000
unit atau 300.000 jam kerja langsung.
Biaya standar per unit produksi adalah :
biaya bahan baku
Rp. 80,Biaya tenaga kerja langsung
Rp.120,- (2 jam kerja langsung)
Biaya Overhead Pabrik
Rp. 80,---------- +
Biaya Produksi Variabel
Rp.280,- per unit
Biaya Overhead Pabrik tetap
Rp. 6.000.000,- pertahun
Biaya Adm. dan pemasaran Variabel
Rp. 56,-per unit, sedangkan
yang tetap Rp. 3.600.000,Biaya Adm. dan Pemasaran tetap diperhitungkan pertahun
Harga Jual perunit Rp. 480,Pajak penghasilan 10%
Data penjualan dan produksi tahun 1981 sebagai berikut:
Penjualan
160.000 unit
Produksi
140.000 unit
Persediaan awal
25.000 unit
Selisih tidak menguntungkan :
- selisih efisiensi tenaga kerja Rp. 270.000,- selisih pengawasan (variabel) Rp. 184.000,Selisih menguntungkan :
- selisih harga bahan baku
Rp. 176.000,(Seluruh selisih dibebankan ke harga pokok penjualan)
Diminta:
Akuntansi Manajemen hal.
4
1. Buat laporan laba/rugi absorption costing dan Variable costing.
2. Perbedaan laba antara Variable costing dengan absorption costing
dan hal apa yang membedakan (tunjukkan dengan perhitungan).
Penyelesaian:
Rp. 6.000.000,BOP tetap = --------------150.000 unit
Selisih BOP =
=
=
BOP tetap total
Rp. 6.000.000,Rp. 400.000,-
=
-
Rp. 40,Biaya tetap dibebankan
(40 x 140.000)
==================================================================
PT. HAPPY
Laporan Laba - Rugi
Variable Costing
==================================================================
Penjualan
Rp. 76.800.000,Harga pokok penjualan :
Bahan baku
Rp. 11.200.000,Upah langsung
Rp. 16.800.000,BOP (variabel)
Rp. 11.200.000,-----------------Rp. 39.200.000,Persedian 1 Januari
Rp. 7.000.000,Persediaan 31 Desember
(Rp. 1.400.000,-)
-----------------Harga pokok produksi standar
Rp. 44.800.000,Slsh eff. tdk Menguntungkan
Rp.
270.000,Slsh pengwsn tdk Menguntungkan Rp.
184.000,Slsh hrg bhn menguntungkan
(Rp.
176.000,-)
-----------------Harga pokok penjualan
Rp. 45.078.000,Biaya adm dan pmsrn (variabel)
Rp. 8.960.000,----------------Jumlah biaya variabel
Rp. 54.038.000,----------------Contribusi margin
Rp. 22.762.000,Biaya tetap:
Biaya overhed pabrik tetap
Rp. 6.000.000,Biaya adm. dan pemasaran
Rp. 3.600.000,-----------------Rp. 9.600.000,----------------Laba bersih
Rp. 13.162.000,Pajak (10%)
(Rp. 1.316.200,-)
----------------Rp. 11.845.800,==================================================================
PT. HAPPY
Akuntansi Manajemen hal.
5
Laporan laba - rugi
Full Costing
==================================================================
Penjualan
Harga pokok penjualan :
- Bahan baku
(140.000 x Rp.80,-)
- Upah langsung
(140.000 x Rp.120,-)
- BOP Variabel
(140.000 x Rp.80,-)
BOP tetap
(140.000 x Rp.40,-)
Rp. 76.800.000,Rp. 11.200.000,Rp. 16.800.000,Rp. 11.200.000,Rp. 5.600.000,----------------- +
Rp. 44.800.000,-
Persediaan 1 Jan stndr
Rp. 8.000.000,(25.000 x Rp.320,-)
Persediaan 31 des
(Rp. 1.600.000,-)
(5.000 x Rp.320,-)
-----------------Hrg pkk penjualan stndr
Rp. 51.200.000,ditmbh slsh tdk menguntungkan:
slsh efisiensi tenaga kerja
Rp.
270.000,selisih pengawasan
Rp.
184.000,selisih volume
Rp.
400.000,----------------Rp.
854.000,dikurangi slsh menguntungkan (Rp.
176.000,-)
Rp.
678.000,----------------Rp. 24.922.000,Laba kotor
Biaya operasi :
Biaya adm dan pmsrn (variabel) Rp. 8.960.000,Biaya adm dan pmsrn (tetap)
Rp. 3.600.000,----------------Rp. 12.560.000,----------------Laba bersih
Rp. 12.362.000,Pajak (10%)
(Rp. 1.236.200,-)
-----------------Rp. 11.126.800,===================================================================
2. Perbedaan laba antara Variable costing dengan absoption costing :
Variable Costing
Rp. 13.162.000,Absorption costing
Rp. 12.362.000,---------------Selisih
Rp.
800.000,Perbedaan (selisih) ini terjadi dikarenakan hal-hal sebagai
berikut :
Akuntansi Manajemen hal.
6
a. Persediaan awal absoption costing
Persediaan awal Variable costing
Selisih
b. Persediaan akhir absorption costing
Persediaan akhir Variable costing
selisih
Rp. 8.000.000,Rp. 7.000.000,---------------Rp. 1.000.000,Rp. 1.600.000,Rp. 1.400.000,---------------Rp.
200.000,-
Sehingga perbedaan laba antara kedua metode ini adalah :
Rp. 1.000.000,- - Rp. 200.000,- = Rp. 800.000,-
CONTOH-CONTOH KASUS.
KASUS
1
Perusahaan LUWES adalah sebuah perusahaan yang memproduksi jas
Akuntansi Manajemen hal.
7
hujan khusus wanita, dengan harga jual per unit Rp 6.000,00. Perusahaan ini mempunyai tenaga kerja dan mesin yang mampu berproduksi
1.000 unit setiap kuartal. Biaya produksi rata-rata per kuartal
adalah Rp 3.000.000,00 yang terdiri dari 60% adalah biaya produksi
variabel dan 40% adalah biaya produksi tetap.
Laporan rugi-laba selama tiga kuartal (setahun) yaitu tahun
1980 yang disajikan secara full costing (absorption costing) adalah sebagai berikut:
Perkiraan
Kuartal 1(Rp)
Kuartal 2(Rp)
Kuartal 3(Rp)
Penjualan
3.000.000,00
1.200.000,00
12.000.000,00
Harga pkk penjualan:
Persediaan awal
Harga pokok produksi
Prod. tersedia dijual
Persediaan akhir
Harga pokok penjualan
3.000.000,00
3.000.000,00
1.500.000,00
1.500.000,00
1.500.000,00
3.000.000,00
4.500.000,00
3.900.000,00
600.000,00
3.900.000,00
3.000.000,00
6.900.000,00
900.000,00
6.000.000,00
Laba kotor
1.500.000,00
600.000,00
6.000.000,00
a. Dari data-data tersebut di atas saudara diminta untuk merubah
laporan rugi-laba dengan menggunakan variabel costing.
b. Apabila ada perbedaan laba-rugi antara kedua metode yaitu variabel costing dan full costing, terangkan sebab-sebab perbedaan tersebut!
KASUS
2
Dalam tahun 1997 PT. ALABIU mempunyai kapasitas normal 5000
unit. Jumlah produk yang dihasilkan pada tahun 1997 adalah 5000
unit dan seluruhnya terjual dengan harga jual per unit Rp. 400,-.
Biaya-biaya yang terjadi adalah sebagai berikut :
Biaya produksi tetap
Rp. 250.000,Biaya produksi variabel per unit
Rp.
100,Biaya non produksi tetap
Rp.
62.500,Biaya non produksi variabel/ unit
Rp.
20,Dalam tahun 1998 manajemen PT. ALABIU memperkirakan :
Biaya produksi variabel naik 25% / unit, Biaya non produksi variabel naik Rp. 5,- per unit, Biaya non produksi tetap tidak ada
perubahan, Biaya produksi tetap naik Rp. 62.500, Volume penjualan
dan produksi tdk ada perubahan dengan Harga jual per unit naik 25%.
Diminta :
a. Berapakah besarnya laba bersih tahun 1997 dan 1998 dengan menggunakan
metode Absorption costing ? sertakan perhitungan anda !
b. Berapakah besarnya laba bersih tahun 1997 dan 1998 dengan menggunakan
metode variabel costing ? sertakan perhitungan anda !
Akuntansi Manajemen hal.
8
KASUS 3
PT ESKANEE adalah
perusahaan yang membuat kue , perusahaan ini
memerlukan data sebagai berikut :
4 ons bahan baku untuk membuat satu bungkus roti (1 unit produk).
2 jam tenaga kerja untuk menyelesaikan 1 unit produk.
Biaya standar menunjukkan harga bahan baku per ons Rp. 100,Upah buruh per jam tenaga kerja langsung Rp. 225,biaya overhead tetap Rp. 6.600.000,- / tahun.
BOP variabel Rp. 100,- per jam karja langsung.
Data-data lain pada tahun 1998 menunjukkan:
Selisih pengawasan tidak menguntungkan Rp. 835.000,Selisih menguntungkan Rp. 550.000,Persediaan barang jadi : awal ( 1 jan uari ) 1000 unit dan akhir ( 31
Desember ) 1500 unit
Bahan baku yang sesungguhnya dipakai dalam proses 26.400 kg.
Produk jadi yang dipindahkan ke gudang adalah 66.000 unit.
Diminta :
Buatlah laporan Harga Pokok Penjualan dengan metode absorption dan direct
costing !
Akuntansi Manajemen hal.
9